Kesalahan Umum dalam Mengambil Pinjaman Karyawan, Akibat yang Bisa Terjadi, dan Cara Menghindarinya
Pinjaman karyawan sering dianggap menjadi solusi cepat bagi banyak pekerja yang membutuhkan dana tambahan untuk berbagai keperluan. Ada yang butuh untuk kebutuhan mendesak, ada juga yang butuh untuk melunasi utang yang lain.
Memang memprihatinkan sih. Namun, kita tak bisa menutup mata. Fenomena ini benar-benar terjadi, dan meningkat seiring dengan semakin rumitnya kehidupan modern.
Inilah salah satu hal yang membuat keterampilan mengelola keuangan itu menjadi penting. Bukannya dilarang, pinjaman karyawan kadang memang perlu diambil—apalagi jika nantinya bisa menambah aset.
Namun, tanpa pemahaman dan perencanaan yang tepat, pengambilan pinjaman karyawan bisa berubah menjadi beban finansial yang berat.
Table of Contents
Kesalahan Umum dalam Mengambil Pinjaman Karyawan
Dari pengamatan, ada beberapa kesalahan yang sering terjadi saat karyawan mengambil pinjaman untuk berbagai keperluan. Kesalahan ini sepertinya kecil dan tidak berarti pada awalnya, tetapi menjadi sangat signifikan di kemudian hari.
Tentu saja, kesalahan ada untuk dipelajari dan kemudian diperbaiki. Bahkan, mungkin kita memang perlu untuk salah dulu, sebelum akhirnya melakukan hal yang benar, bukan? Begitu juga soal keuangan.
Mengambil pinjaman karyawan bukan hal yang dilarang, tetapi sekali lagi perlu kebijakan untuk melakukannya.
Kesalahan #1: Tidak Membaca Syarat dan Ketentuan dengan Teliti
Salah satu kesalahan paling umum yang dilakukan karyawan saat mengambil pinjaman adalah tidak memperhatikan detail syarat dan ketentuan. Pentingnya membaca secara teliti terletak pada pemahaman terhadap berbagai aspek penting seperti:
- Bunga dan Biaya: Memahami tingkat bunga dan biaya terkait lainnya adalah krusial. Bunga yang tinggi dapat meningkatkan jumlah pembayaran secara signifikan.
- Syarat Pembayaran: Memahami jadwal pembayaran, termasuk tenggat waktu, dan denda keterlambatan.
- Ketentuan Khusus: Beberapa pinjaman bisa jadi memiliki ketentuan khusus seperti penalti atas pelunasan dini atau syarat tertentu saat kondisi finansial berubah, seperti kehilangan pekerjaan.
Segala macam ketentuan ini—termasuk yang diberi huruf kecil-kecil—mesti dipahami dengan baik lo!
Kesalahan #2: Mengambil Pinjaman Lebih dari Kebutuhan
Mengambil pinjaman lebih dari yang sebenarnya dibutuhkan dapat menimbulkan beban finansial yang tidak perlu. Risiko dari kesalahan ini antara lain:
- Ketergantungan Finansial: Mengambil lebih banyak uang daripada yang dibutuhkan bisa menciptakan siklus utang yang berpeluang enggak ada habisnya.
- Pembayaran Bunga yang Lebih Tinggi: Semakin besar jumlah pinjaman, semakin besar juga jumlah bunga yang harus dibayar.
- Tekanan Finansial Jangka Panjang: Pembayaran bulanan yang lebih tinggi dapat mengganggu anggaran bulanan dan menyebabkan tekanan keuangan jangka panjang.
Kesalahan #3: Mengabaikan Kemampuan Pembayaran
Kesalahan kritis lainnya adalah mengabaikan kemampuan sendiri untuk membayar kembali pinjaman. Risiko yang bisa timbul dari kesalahan ini di antaranya adalah:
- Peningkatan Utang: Kegagalan membayar cicilan pinjaman tepat waktu dapat mengakibatkan penambahan bunga dan denda. Hal ini bisa meningkatkan jumlah utang secara signifikan, membuatnya semakin sulit untuk dilunasi.
- Dampak terhadap Skor Kredit: Pembayaran pinjaman yang terlambat atau tidak lengkap bisa berdampak negatif pada skor kredit. Skor kredit yang rendah akan menyulitkan untuk mendapatkan pinjaman di masa depan atau bisa mengakibatkan dikenakannya suku bunga yang lebih tinggi.
- Stres dan Kecemasan: Kesulitan finansial dan tekanan untuk memenuhi kewajiban pembayaran dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang signifikan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga bisa mempengaruhi kinerja kerja dan hubungan pribadi.
Cara Menghindari Kesalahan dalam Mengambil Pinjaman
Terus, kalau melakukan kesalahan-kesalahan seperti di atas, harus bagaimana dong?
Ya yang pasti, harus diperbaiki kesalahannya, dan belajar dari kesalahan tersebut. Jangan sampai terulang lagi.
Untuk bisa menghindarinya, maka butuh pengetahuan yang cukup mengenai kondisi finansial kita sendiri dan juga cara kerja pinjaman karyawan yang berlaku. Terutama, jangan mager membaca syarat dan ketentuan.
Berikut ini penjelasan selengkapnya mengenai cara menghindari kesalahan yang bisa terjadi saat melakukan pinjaman karyawan.
Strategi #1: Membuat Rencana Pembayaran
Merencanakan pembayaran pinjaman secara efektif adalah kunci untuk mengelola hutang dengan bijak. Langkah-langkah ini dapat membantu:
- Menentukan Jumlah Pembayaran: Hitung jumlah total pembayaran termasuk bunga dan tentukan jumlah bulanan yang realistis sesuai dengan pendapatan kamu.
- Jadwal Pembayaran: Buat jadwal pembayaran yang konsisten, dan pertimbangkan untuk membayar lebih dari jumlah minimum jika memungkinkan untuk mengurangi total bunga.
- Otomatisasi Pembayaran: Pertimbangkan untuk menggunakan fasilitas pembayaran otomatis untuk menghindari keterlambatan pembayaran yang dapat menimbulkan denda.
Strategi #2: Membuat Anggaran Keuangan yang Realistis
Mengelola keuangan dengan bijak melalui anggaran yang realistis dapat mencegah terjebak dalam utang yang tidak terkendali. Ikuti tip berikut ini:
- Evaluasi Pendapatan dan Pengeluaran: Catat semua sumber pendapatan dan semua pengeluaran rutin untuk memahami aliran keuanganmu.
- Prioritaskan Pengeluaran: Tentukan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan, dan alokasikan dana untuk pengeluaran esensial terlebih dahulu.
- Sisihkan Dana Darurat: Sisihkan sebagian pendapatan untuk dana darurat, yang dapat membantu dalam situasi tak terduga tanpa harus mengambil pinjaman lebih lanjut.
Strategi #3: Mencari Alternatif Pinjaman atau Bantuan Keuangan
Sebelum mengambil pinjaman karyawan, pertimbangkan alternatif lain yang mungkin lebih menguntungkan. Misalnya:
- Pinjaman Tanpa Bunga: Cari sumber pinjaman yang mungkin menawarkan suku bunga rendah atau bahkan tanpa bunga, seperti lembaga kredit mikro atau mungkin keluarga.
- Bantuan Keuangan dari Pemerintah atau LSM: Teliti program bantuan keuangan yang disediakan oleh pemerintah atau organisasi non-profit, khususnya untuk situasi darurat atau bantuan pendidikan.
- Pinjaman koperasi: Pertimbangkan pinjaman koperasi komunitas sekitar, misalnya di RT atau RW, yang mungkin menawarkan kondisi yang lebih fleksibel dibandingkan dengan pinjaman bank tradisional.
Mengadopsi strategi-strategi ini tidak hanya membantu dalam menghindari kesalahan umum saat mengambil pinjaman karyawan, tetapi juga memperkuat kesehatan finansialmu secara keseluruhan.
Membuat rencana pembayaran yang efektif, mengelola anggaran dengan bijak, dan mengeksplorasi alternatif pinjaman adalah langkah-langkah penting untuk mengelola keuangan pribadi dan menghindari beban utang yang tidak perlu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Hal untuk Mencegah Korupsi yang Dimulai dari Diri Sendiri
Sedih rasanya setiap hari selalu saja ada berita mengenai orang-orang besar yang punya perilaku korupsi, melakukan fraud yang merugikan banyak orang, hanya demi kepentingannya sendiri. Apa ya yang bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi ini semakin terjadi?
Tapi semakin banyaknya kasus korupsi yang terbongkar sepertinya memberikan sedikit kelegaan juga sih. Bahwa masih ada harapan, kalau pemerintah punya niat yang serius untuk memberantas tindakan yang merugikan seperti ini.
Tapi, sadar enggak sih, bahwa sebenarnya setiap orang–termasuk kita–punya potensi untuk melakukan korupsi? Enggak perlu menyelundupkan motor Harley di pesawat juga sih bentuknya. Sesepele misalnya, minta ke suami sejumlah uang–katanya untuk iuran sekolah anak-anak. Jumlahnya agak dilebihkan sedikit, yang ternyata dipakai untuk beli tas branded. Atau, buat karyawan nih biasanya sering terjadi fraud pada laporan pertanggungjawaban keuangan atas nota-nota pembelian, misalnya.
Atau, enggak dalam bentuk uang juga. Misalnya saja, di kantor gabut, bukannya menyelesaikan tugas tapi malah nonton Youtube berlama-lama.
Yes, itu dia bentuk-bentuk perilaku korupsi kecil yang bisa banget kita lakukan–siapa pun kita. Lama-lama hal kecil ini menjadi kebiasaan dan budaya, yang akhirnya kita merasa kebas. Tidak merasa bahwa yang kita lakukan itu salah, karena sudah biasa banget dilakukan.
So, pas banget mau ganti tahun. Kayaknya ini bisa jadi resolusi tahun baru yang bagus banget: mencegah korupsi dari diri sendiri. Caranya gimana? Well, banyak cara sih, tapi kita bisa mulai dari sini.
5 Cara untuk Mulai Mencegah Korupsi dari Diri Sendiri
1. Atur cash flow
Sadar enggak sih, bahwa hampir setiap masalah keuangan yang terjadi selalu bersumber pada masalah cash flow. Termasuk jika kita sering melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada perilaku korupsi.
Jika cash flow sehat, keuangan sehat, maka kita pun jadi enggak kepingin untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Yes, kadang memang hanya sesimpel itu sih.
Jadi, sudahkah kita mempunyai cash flow yang sehat? Sudahkah kita mempunyai catatan keuangan yang–meski sederhana–tetapi traceable? Ke mana saja perginya uang kita, apakah bisa ditelusur dengan jelas? Apakah kita sekarang sudah enggak pernah kerasa ada tanggal tua dan tanggal muda?
Nah, banyak kan, indikasi cash flow yang sehat dan enggak sehat itu? So, penting bagi kita untuk bisa belajar menyehatkan cash flow. QM Financial punya kelas finansial online khusus untuk belajar mengatur cash flow lo! Pastinya, manfaatnya beda banget dengan sekadar baca-baca artikel gratis di internet, atau mengikuti tip-tip dari akun-akun media sosial. Karena di kelas online cash flow, kamu akan praktik langsung dengan berbagai formula yang sudah disiapkan oleh para trainer QM Financial yang berpengalaman. Kamu bisa langsung simulasi dengan berdasarkan kondisi keuanganmu saat ini.
2. Bayar utang dengan disiplin
Cash flow sehat, maka seharusnya kamu pun enggak masalah untuk mengangsur utang produktif yang menjadi tanggung jawabmu sekarang.
Ini juga merupakan salah satu akar masalah keuangan besar yang sering terjadi lo. Banyak banget ternyata karyawan yang terlilit utang–mulai dari utang panci, utang beli gawai terbaru dan tercanggih, utang KPR, utang kendaraan bermotor, utang kartu kredit, hingga utang liburan.
Utang memang diperbolehkan kok. Kan, namanya juga manusia, maunya banyak, duit terbatas. Apalagi jika kita memang pengin mengejar sesuatu yang bernilai nominal besar tetapi menjadi jaminan hidup. Rumah, misalnya.
Tapi ya mesti diingat, kalau pinjam harus dikembalikan. Jadi, kalau utang ya harus dibayar. Karena itu, penting untuk memastikan bahwa kita mampu bayar sebelum melakukan utang.
Banyak perilaku korupsi terjadi lantaran si pelaku terlilit utang. Karena “kepepet”, maka ia pun melakukan fraud di kantor.
So, mari kita mencegah korupsi diri kita sendiri, mulai dari bijak dalam berutang dan kemudian disiplin dalam membayarnya.
3. Bangun aset aktif
Aset aktif yang dapat memberikan pendapatan pasif dapat membantu memperlancar cash flow. Setuju kan, sampai di sini?
So, jika memang sudah mampu, coba bangun aset aktif kita sendiri, karena hal ini juga bisa menjadi satu tindakan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri.
Pelajari profil risiko diri sendiri, lalu pilih aset aktifmu dengan bijak.
4. Fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab kita
Yes, fokuslah pada hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita. Selesaikan dengan baik, dan sesuai kesepakatan atau aturan yang ada. Ini merupakan salah satu hal yang paling pertama bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri terjadi.
Selalu ingat, bahwa penyelewengan wewenang dan tanggung jawab–sekecil apa pun–bisa jadi bibit perilaku korupsi di kemudian hari, yang kemudian bisa menyulitkan diri kita sendiri.
5. Miliki gaya hidup yang sesuai kemampuan
Penting nih. Jangan terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain.
Orang lain usia 20-an kok sudah jadi CEO, sudah jadi rektor, sudah berprestasi ini itu, sedangkan diri sendiri apa kabar?
Jangan pernah berpikiran seperti itu ya. Ingat, bahwa Barack Obama mulai jadi presiden di usia 40-an, dan Trump di usia 70-an. Masing-masing orang punya timeline sendiri-sendiri. Setiap orang menjalani kehidupan yang perjuangannya enggak sama, jadi enggak bisa dibandingkan.
So, enggak usah banyak gaya. Sesuaikan saja dengan kemampuan kita. Apa adanya kita. Kalau bisa mensugesti hal ini pada diri sendiri, sepertinya ini akan menjadi langkah paling efektif untuk mencegah korupsi.
So, siap untuk mencegah korupsi yang dimulai dari diri sendiri? Good luck!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Langkah Mengurangi Kasbon Karyawan yang Bisa Dilakukan oleh Manajemen Perusahaan
Betapa miris, ketika seharusnya karyawan bisa pulang dengan senyum lebar saat gajian tiba, ternyata harus menghadapi kenyataan bahwa hanya sekian persen saja gaji yang dapat diterimanya lantaran ada potongan kasbon. Karena itu, perlu ada tindakan khusus untuk dapat mengurangi kasbon karyawan ini.
Memang kasbon biasanya diambil lantaran karyawan butuh uang secara mendadak dan mendesak. Perusahaan, pastinya ingin membantu karyawan, dan kasbon memang terbukti cukup membantu untuk beberapa kasus. Tapi, sering juga akhirnya kejadian, karyawan terlalu sering kasbon. Jumlahnya kecil-kecil sebenarnya, tapi kemudian jumlah pinjaman darurat ini malah justru menumpuk enggak jelas. Hingga kemudian, karyawan malah enggak jadi bawa pulang gaji setiap tanggal gajian tiba, lantaran dipotong untuk melunasi kasbon.
Kasbon seharusnya menjadi alternatif bantuan dan fasilitas yang memudahkan karyawan, tetapi akhirnya malah jadi bumerang bagi si karyawan. Lalu, bagaimana? Apa yang harus dilakukan?
Well, selain dari diri karyawan sendiri yang harus mengubah mindset mengenai pinjaman uang dan utang serta pengelolaan keuangannya, dari pihak perusahaan sendiri juga bisa melakukan beberapa langkah berikut untuk mengurangi kasbon.
5 Langkah Mengurangi Kasbon Karyawan
1. Buat aturan yang lebih ketat
Kebanyakan perusahaan memang belum punya aturan ketat mengenai kasbon karyawan ini. Nah, untuk mengurangi kasbon karyawan ini, maka ada baiknya perusahaan membuat peraturan yang lebih ketat mengenai kasbon.
Aturannya kembali lagi ke kondisi perusahaan sih, tapi umumnya:
- Jumlah kasbon total tidak melebihi sekian persen gaji (paling sering 30%)
- Maksimal harus lunas dalam beberapa kali cicilan, diusahakan lebih cepat lebih baik
- Tidak boleh ambil kasbon lagi, kalau kasbon sebelumnya belum beres.
- Hanya boleh kasbon untuk keperluan yang sangat penting dan mendesak saja, pastinya ada review dari perusahaan.
- Dan sebagainya
Sosialisasikan aturan pengambilan kasbon ini pada seluruh karyawan agar mereka benar-benar paham.
2. Berikan benefit berupa asuransi dan program peningkatan kesehatan
Sudahkah karyawan diikutikan dalam program asuransi kesehatan, baik itu BPJS Kesehatan ataupun swasta? Akan lebih baik jika karyawan punya “keamanan” kesehatan berlapis. Karena kadang mengandalkan BPJS Kesehatan saja tidak cukup.
Ada beberapa kasus ketika karyawan–atau anggota keluarganya–sakit mendadak dan darurat sehingga harus segera menuju ke rumah sakit besar atau swasta, tanpa melewati rujukan berjenjang yang berlaku di BPJS Kesehatan. Atau, ada kondisi lain yang kebetulan tak bisa ter-cover oleh asuransi kesehatan pemerintah ini.
Untuk kondisi ini, agar dapat mengurangi kasbon, mempunyai asuransi kesehatan swasta akan sangat membantu. Salah satu alasan karyawan mengambil kasbon adalah ketika ada yang sakit–entah dirinya sendiri ataupun keluarganya.
Mungkin, perusahaan juga perlu mengadakan program peningkatan kesehatan karyawan agar karyawan enggak sampai sakit.
3. Membuat program dana darurat bersama
Salah satu langkah yang bisa dilakukan demi mengurangi kasbon karyawan adalah dengan membuat program dana darurat bersama. Misalnya–teteup ya–dengan melakukan pemotongan gaji setiap bulannya, dan kemudian oleh perusahaan disetorkan dalam instrumen investasi yang pas. Ke Reksa Dana Pasar Uang, misalnya.
Memang sih, jatuhnya sama-sama pemotongan gaji. Tapi membuat dana darurat bersama akan jauh lebih baik ketimbangan sekadar menawarkan kasbon pada karyawan.
Tentang jumlah, prosedur setoran, dan prosedur pengambilan dana darurat ini tentunya bisa dibicarakan dan didiskusikan bersama antara pihak perusahaan dengan karyawan.
4. Dorong karyawan untuk punya tujuan finansial yang jelas
Seseorang yang tak punya tujuan finansial, cita-cita hidup, motivasi, dan rencana yang matang untuk mencapainya memang akan cenderung menggampangkan masalah keuangan.
Karena itu, untuk bisa menyehatkan kondisi keuangan karyawan yang hobi kasbon, perusahaan harus bisa mengubah mindset karyawan dulu mengenai utang. Akan sulit untuk memberikan edukasi lainnya tentang keuangan ketika mindset karyawan masih beranggapan bahwa utang itu adalah hal sepele.
5. Berikan training keuangan yang pas dengan kebutuhan
Cara lain yang biasanya cukup ampuh untuk memberikan awareness lebih mengenai pentingnya pengelolaan keuangan pribadi dan sebagai usaha untuk mengurangi kasbon adalah dengan memberikan training keuangan pada karyawan.
Survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin memberikan bukti dan data nyata, bahwa 66% karyawan perusahaan yang menjadi responden mereka mengaku mengalami masalah utang yang pelik selagi bekerja. Selanjutnya, masih di survei yang sama, juga ada fakta bahwa 4 dari 5 perusahaan melaporkan bahwa masalah keuangan pribadi karyawan berdampak buruk bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Dan, ternyata dengan training keuangan, 2/3 perusahaan mengaku bisa mengatasi masalah keuangan pribadi karyawan dan akhirnya memberikan perkembangan yang baik pada bisnis perusahaan.
Nah, bagaimana dengan perusahaan Anda?
Yuk, bantu karyawan memperbaiki kondisi keuangannya demi mengurangi kasbon dan pinjaman lainnya, agar bisnis Anda bisa semakin lancar melalui training keuangan bagi karyawan.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
6 Jenis Utang yang Biasa Melilit Para Karyawan
Dalam artikel yang sudah agak lama tayang di web ini, pernah disebutkan mengenai survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin. Dalam survei tersebut, terungkap fakta bahwa sebanyak 66% working class people harus menghadapi masalah yang sama: utang. Nah, jenis utang yang melilit saja nih yang beda-beda.
Kadang ya miris sih, bahkan sampai-sampai ada lo yang karena punya utang sana-sini, pada akhirnya si pekerja atau karyawan tersebut gaji yang dibawa pulang sama dengan 0, alias nihil. Alias habis, tak bersisa.
Terus, gimana masa pensiunnya nanti ya? Jangankan pensiun, kebutuhan hidup sekarang saja mungkin nggak tercukupi.
Berikut 6 jenis utang yang biasanya melilit orang-orang kelas pekerja
1. Kartu kredit
Ada lo yang punya kebiasaan belanja bulanan dengan menggunakan kartu kredit. Bahkan kartu kreditnya juga dipakai untuk membayar biaya membership ini itu (salah satunya gym, yang bahkan jarang didatangi), hingga membayar perawatan mobil. Padahal kondisi dana darurat nggak ada.
Alhasil, hanya bisa membayar cicilan dalam jumlah minimal. Akibatnya? Bunga kartu kredit yang 27% per tahun itu pun bergulung-gulung, mengempaskan keuangan ke kondisi bak terkena hantaman tsunami.
2. Utang koperasi
Jenis utang kedua yang biasanya dilakukan oleh para pekerja adalah utang koperasi. Pasti sudah umumlah ya, di perusahaan–terutama yang sudah besar–selalu ada koperasi karyawan. Biasanya koperasi karyawan ini didirikan untuk membantu karyawan juga sih; mereka menyediakan barang-barang kebutuhan dengan harga murah, pun menyediakan fasilitas simpan pinjam.
Tingkat bunga pinjaman koperasi sih bisa saja berbeda, tergantung kebijakan masing-masing. Tapi selalu lebih rendah ketimbang bunga utang pada umumnya, pastinya. Perhitungannya bisa memakai cara perhitungan bunga menurun (yang dipengaruhi oleh besarnya pinjaman pokok yang masih ada pada si peminjam) atau dengan cara perhitungan bunga menurun efektif.
Tujuannya sangat baik, tapi kalau dimanfaatkan tidak dengan bijak, ya akan sama saja. Namanya pinjaman, pasti ada bunga. Meski hitungannya bisa menurun sesuai kondisi pinjaman pokok, tapi tetap saja harus dikembalikan dan ada sejumlah bunga tambahan, bukan? Kalau jumlahnya besar, tentu bunga juga akan mengikuti.
3. Kasbon
Selain ada koperasi karyawan, kadang dari pihak perusahaan sendiri juga menyediakan fasilitas pinjaman lunak pada karyawannya untuk berbagai keperluan, bisa jangka panjang maupun jangka pendek.
Aturan pengambilan pinjaman atau kasbon ini biasanya juga tergantung pada kebijakan masing-masing, tapi umumnya tidak boleh melebihi sepertiga gaji yang diterima oleh karyawan. Bunganya sudah pasti rendah. Tapi seperti halnya koperasi, meskipun rendah, tapi tetap ada dan harus dibayarkan bersama pengembalian pinjaman. Jika pinjamannya berjumlah besar, maka beban bunga dan pengembalian pun akan semakin besar.
4. Kredit barang konsumtif
Jenis utang yang sering dilakukan oleh para pekerja yang berikutnya adalah kredit, yang langsung dilakukan oleh perseorangan.
Misalnya, sering terlihat di perkantoran ada orang-orang yang berkeliling menawarkan kredit panci, kredit blender, atau apa pun, yang kemudian akan ditagih setiap bulan. Seperti panci presto, misalnya. Harganya Rp500.000. Para karyawan tersebut boleh mengambilnya dengan mencicil Rp50.000 per bulan selama 12 bulan.
Nah, berarti bunganya berapa tuh?
5. Pay later
Nah, ini nih jenis utang yang paling kekinian karena bisa dilakukan secara online, dan diadopsi oleh banyak aplikasi online yang laris digunakan oleh kita-kita, termasuk para pekerja.
Dengan fitur kredit online ini, semua orang bisa melakukan apa pun–mulai dari beli barang, memanfaatkan jasa, hingga pesan tiket dan hotel buat liburan–dan membayarnya bulan depan.
Apakah ada bunganya?
Oh, tentu saja. Namanya juga kredit, selalu ada bunga dong. Bunga fitur kredit online ini bervariasi sih pada masing-masing aplikasi. Kalau dilihat di kondisi sekarang, rata-rata berada di kisaran 2,14% – 4,8%, dengan tenor 1 – 12 bulan.
Wah, mau ngopi-ngopi kekinian makin mudah, ya kan? Nggak cuma bisa eksis, tapi bayarnya bisa ditunda lo! Sungguh menggoda. Tapi, kalau kebanyakan pay later sana-sini, duh, bisa tekor juga tuh gaji kan? Bunganya juga lumayan.
6. Utang teman
Sudah utang kartu kredit, tagihannya dibayar pakai utang koperasi atau kasbon. Hari ini, mau ngopi ah. Pakai pay later-nya. Bisa dibayar pake gaji bulan depan kan? Tapi, masih utang panci Rp500.000, yang dicicil Rp50.000 per bulan setahun ke depan. Sudah beberapa bulan nunggak nih. Utang teman ah! Nanti kalau ditagih, kan tinggal pasang muka yang lebih galak ketimbang yang diutangin.
Lengkap sudah nih, jenis utang yang dipunya.
Yuk, atur cash flow kita! Sudah 74 tahun Indonesia merdeka, masa kita belum juga merdeka dari utang sih? Mulai diberesin pelan-pelan yuk!
Dengan biaya terjangkau, dan bisa dilakukan sambil apa saja, ada kelas-kelas finansial online yang bisa dipilih sesuai kebutuhan lo. Mulai dari dasar Blueprint of Your Money, mengatur cash flow, asuransi, hingga investasi.
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.