Menilik Pilihan Hidup Sophia Latjuba: Mendingan Kontrak Rumah Alih-Alih Beli
Sophia Latjuba lagi viral, gara-gara fakta ternyata ia enggak punya rumah di Jakarta. Selama ini, ia ternyata kontrak rumah. Bahkan, belum lama pula ia baru pindah ke rumah yang baru lagi.
Hidup nomaden, begitulah Sophia Latjuba menyebut pilihannya ini. Berpindah-pindah, dan tak pernah punya rumah permanen. Hal ini dikisahkannya secara ringan bersama Luna Maya dalam sebuah interview untuk sebuah channel di YouTube.
Bukan tanpa alasan, ibu yang baru saja menikahkan anaknya, Eva Celia, itu enggak beli melainkan memilih kontrak rumah. Menurutnya, harga rumah di Jakarta sudah overpriced, terlalu tinggi, tidak sepadan dengan apa yang didapatkan. Bahkan, menurutnya lagi, uang buat beli rumah di Jakarta bisa dipakai buat beli rumah di Beverly Hills. Wuih!
Meski mengaku opsi kontrak rumah dipilih karena kalau beli rumah terlalu mahal, Sophia mengaku juga, bahwa ia sudah mengeluarkan banyak dana untuk sewa dan pindahan setiap 2 – 3 tahun sekali. Tapi, kalau dihitung-hitung ya, teteup lebih murah daripada beli rumah di Jakarta. Repot memang, tapi karena ia sudah terbiasa, untuk beres-beres pun dua hari saja sudah selesai.
Alasan kedua mengapa ia lebih suka kontrak rumah adalah karena sering merasa bosan dengan suasana di lingkungannya jika tinggal terlalu lama di satu rumah. Katanya sih, 2 tahun biasanya sudah bosan. Lalu, mulailah ia berburu rumah kontrakan baru.
Kontrak Rumah? Why Not?
So, apakah kamu salah satu yang sepemikiran dengan Sophia Latjuba? Bahwa, kontrak rumah akan lebih mudah untukmu?
Well, memang, kondisi orang bisa berbeda. Beli dan punya rumah sebenarnya adalah opsi yang paling ideal. Tetapi, tentu semuanya tergantung dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Tidak bisa disamaratakan.
Bagi seorang Sophia Latjuba, kontrak rumah lebih ringan. Namun, bagi sebagian orang yang lain, rumah adalah tempat untuk istirahat; tidak harus ditinggali sekarang, tetapi ada yang beli rumah demi pensiun nanti. Misalnya saja, kamu yang dinasnya berpindah-pindah kota. Untuk praktisnya, kontrak mungkin lebih baik. Namun, saat nanti sudah pensiun, ada baiknya ada tempat untukmu pulang dan beristirahat.
Tapi, itu nanti, dan bisa kamu rencanakan. So, gimana kalau sekarang ternyata kondisimu mirip dengan Sophia Latjuba, ketika ternyata kontrak rumah menjadi lebih efektif untukmu? Ya, enggak masalah juga.
Tip Kontrak Rumah
Sekali lagi, sewa rumah bisa jadi pilihan yang ideal untuk kondisi tertentu. Namun, pastinya, kamu enggak mau dong rugi dalam menyewa rumah. Jadi, coba perhatikan beberapa hal berikut.
1. Cermati kondisi rumah dengan saksama
Sama halnya dengan membeli, kamu juga perlu cermat saat ingin kontrak rumah. Bagaimanapun, kamu akan menempatinya untuk waktu yang tidak sebentar—satu atau dua tahun. Dengan demikian, kamu harus memastikan bahwa kondisimu nyaman saat menghuninya.
Beberapa hal yang harus dicermati:
- Kondisi lingkungan, seperti daerah rawan banjir atau tidak, bagaimana keamanannya, dan sebagainya.
- Kemudahan aksesnya, terutama untuk PP kantor. Apakah cukup dekat dengan fasilitas transportasi umum, misalnya stasiun atau terminal, dan sebagainya.
- Fisik rumah, apakah masih prima ataukah perlu pembenahan? Sudah berapa orang yang tinggal di situ sebelumnya? Bagaimana kondisi airnya? Dan sebagainya
- Harga sewa, apakah masuk ke bujet yang sudah kamu rencanakan?
Hal ini untuk memastikan agar kamu tak mengeluarkan uang sia-sia untuk rumah yang tak nyaman, bahkan rusak sana-sini, yang malah bikin bengkak uang sewanya.
Sisihkan waktu untuk melihat-lihat berbagai jenis rumah kontrakan, sebelum kamu memutuskan untuk kontrak rumah tertentu. Bandingkan harganya, biaya, fasilitas, sampai faktor-faktor lain yang memengaruhi.
Pertimbangkan antara harga + biaya dengan fasilitasnya serta lingkungan.
2. Biaya tambahan
Cek kondisi rumah secara langsung, dan mengobrollah dengan si pemilik. Dengan begitu, kamu juga bisa menggali informasi lebih jauh jika ada biaya tambahan di luar uang sewa. Misalnya, apakah ada uang keamanan untuk satpam kompleks, uang kebersihan dan sampah, dan berbagai iuran lain yang biasanya ada di lingkungan-lingkungan terkecil perumahan.
Cari tahu juga, bagaimana jika ada kerusakan-kerusakan? Dan mungkin ada ketentuan-ketentuan lain yang memengaruhimu dalam menggunakan rumah yang akan kamu sewa.
3. Teliti membaca surat perjanjian kontrak rumah
Ini adalah bagian yang tak kalah penting. Rumah sudah cocok, cermati surat perjanjiannya. Hindari untuk menandatangani tanpa membaca term & condition yang ada dengan saksama. Kenali hak dan kewajiban kamu sebagai penyewa. Diskusikan hal-hal yang kurang jelas, agar tak terjadi kesalahpahaman kelak.
Beberapa hal yang harus jelas di depan di antaranya:
- Bolehkah merenovasi rumah? Jika boleh, sampai sejauh apa?
- Bagaimana pembayaran utilitasnya? Seperti listrik, air, internet, dan lainnya.
- Bagaimana sistem pembayarannya?
- Minimal kontrak berapa lama?
- Dan sebagainya.
Jalin hubungan baik dengan si pemilik rumah, agar segala urusan dimudahkan. Jangan lupa minta nomor kontaknya, agar mudah menghubungi jika ada masalah atau mau diskusi lagi.
Nah, itu dia beberapa hal yang perlu kamu perhatikan jika kamu punya pilihan yang sama dengan Sophia Latjuba; lebih memilih kontrak rumah ketimbang membeli.
Semua memang kembali ke kondisi, kemampuan, dan kebutuhan masing-masing. Yang pasti, uang sewa kontrak rumah tidak bisa selamanya flat. Seiring waktu akan naik juga. So, ini juga harus menjadi pertimbangan kamu ya. Apalagi kalau sudah ada anak-anak, pertimbangkan juga dari sisi kesehatan mental mereka jika terus diajak pindah-pindah. Pasalnya, kemampuan beradaptasi anak tidak sama dengan kita yang sudah dewasa.
Lagi pula, ke mana nanti kita akan “beristirahat” kalau selalu kontrak rumah? Semoga kamu juga sudah memiliki rencana sendiri untuk hal ini. Boleh memutuskan untuk lebih baik sewa saja, tapi sebaiknya bukan karena takut membeli rumah.
Jadi, tenggak masalah mau sewa atau beli. Apa pun keputusan kamu, yakin deh, pasti sudah melalui pertimbangan yang matang. Betul?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima dan Andalkan
Seperti juga ada pengeluaran bulanan dan pengeluaran tahunan, pun ada penghasilan bulanan dan ada pula penghasilan tahunan.
Apa itu penghasilan tahunan? Ya, sudah seperti terlihat, adalah penghasilan yang kita dapatkan setahun sekali.
Nggak seperti penghasilan bulanan yang kita anggap sebagai penghasilan rutin, penghasilan tahunan ini kadang kita anggap sebagai “uang kaget”. Uang yang–diharapkan sih sebenarnya–tapi kalau dapat kayak surprise banget gitu. Apalagi, biasanya, jumlahnya juga lumayan banget!
Karena dianggap “uang kaget”, maka tak jarang, penghasilan tahunan pun terpakai tanpa rencana. Akibatnya, ya sudah bisa ditebak. Entahlah apa yang kita dapatkan, tapi rasanya uang itu jadi nggak ada bekasnya sama sekali.
Jadi, apa saja macam penghasilan tahunan yang biasanya kita dapatkan? Well, mungkin rerata diakrabi oleh ASN ataupun pekerja tetap sih. Pekerja lepas jarang yang punya penghasilan tahunan. Yah, penghasilan bulanan saja kadang nggak dapat. Eits, kok curcol.
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima
1. Bonus
Bonus ini bisa dinamakan macam-macam sih, mulai dari bonus retensi sampai bonus prestasi. Perhitungannya beda-beda, begitu pun waktu pemberiannya.
Nah, bonus yang diberikan tahunan–atau yang biasa disebut bonus tahunan–bisa dibilang sebagai penghasilan tahunan, karena diberikan pada karyawan terkait keuntungan yang diraih perusahaan dalam satu tahun.
Dengan demikian, bonus tahunan ini besarnya tergantung pada kebijakan perusahaan. Jika perusahaan belum mendapatkan keuntungan yang signifikan, ya bisa saja enggak ada bonus tahunan dibagikan untuk karyawan.
2. THR
Tunjangan Hari Raya–seperti namanya–bisa dikategorikan sebagai penghasilan tahunan, lantaran biasanya juga diberikan setahun sekali menjelang hari raya Idulfitri.
Pemberian THR sudah diatur dalam undang-undang, sehingga jika ada pemberi kerja yang tidak memberi THR kepada pekerja bisa terancam hukuman penjara dan sanksi denda.
Besaran THR ditetapkan oleh pemerintah sebesar satu kali gaji pokok, tidak termasuk tunjangan-tunjangan. Tapi, ada pula perusahaan yang memiliki kebijakan berbeda, mereka memberikan THR sekian kali gaji pokok. Memang akhirnya, kembali pada perusahaan masing-masing.
3. Gaji ke-13
Gaji ke-13 merupakan penghasilan tahunan yang biasa diterima oleh para ASN–atau Aparatur Sipil Negara. Gaji ke-13 diberikan biasanya menjelang pergantian tahun ajaran baru sekolah, untuk membantu meringkankan beban para ASN dalam menyekolahkan anak-anak mereka.
Beda antara gaji ke-13, Tunjangan Hari Raya, dan bonus tahunan pernah ditulis secara tersendiri di web ini. Silakan dibaca-baca (lagi) jika belum sempat membaca ya.
4. Dividen
Buat kamu yang sudah memiliki investasi di saham–terutama saham perusahaan-perusahaan blue chips–biasanya juga akan menerima dividen sebagai bagian dari “pemilik perusahaan” tersebut.
Dengan begini, kamu bisa dibilang menerima penghasilan tahunan dari perusahaan di mana kamu menanam modal, karena dividen juga biasanya diberikan setahun sekali.
Namun, seperti halnya bonus tahunan, dividen ini juga bergantung pada keuntungan yang bisa diraih oleh perusahaan. Jika perusahaan–melalui Rapat Umum Pemegang Saham–memutuskan untuk tidak membagi dividen lantaran keuntungan belum siap untuk dibagikan, maka ya kamu tidak akan mendapatkan dividen di tahun tersebut.
5. Penghasilan pasif misalnya uang sewa
Buat kamu yang memiliki investasi berupa properti, juga bisa mendapatkan penghasilan tahunan berupa uang sewa, jika memang kamu menyewakan propertimu ini secara tahunan.
Besarannya tentu saja tergantung oleh banyak faktor, mulai dari lokasi, spesifikasi rumah, hingga fasilitas yang ada. Tapi yang pasti, ya lumayan banget angkanya.
Namun, penghasilan dari sewa properti biasanya juga harus dipotong untuk beberapa pengeluaran yang juga tak sedikit lo. Salah satunya biaya perawatan. Nah, kalau kamu tertarik untuk berinvestasi properti, sebagai permulaan, coba ketahui dulu beberapa keunggulan dan kelemahan investasi ini, sehingga kamu mendapatkan gambaran mesti gimananya.
Nah, itu dia 5 jenis penghasilan tahunan yang bisa kita dapatkan.
Sampai dengan hari ini, yang mana saja yang sudah kamu dapatkan? Semua? Well done!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.