Pengin Sekreatif Disney-Pixar, Begini 5 Cara Menjaga Kreativitas Tim dalam Perusahaan
Disney-Pixar dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai tim yang solid, kompak, dan sangat kreatif.
Ya, gimana enggak harus kreatif? Mereka kan dituntut untuk bisa menghasilkan film-film bermutu. Enggak terhitung sudah film-film box office berhasil diedarkan dan ditonton oleh jutaan orang sedunia. Dari mulai Up, Coco, Finding Nemo, Inside Out, Ratatouille, hingga Toy Story 4, semuanya selalu menambang pujian, penghargaan, dan laris banget di bioskop.
Penasaran enggak sih, bagaimana proses berkreatif tim sehebat Disney-Pixar hingga mereka hampir selalu berhasil mengantarkan film-film produksinya menjadi box office?
Pas banget kemarin sempat menemukan artikel saat Ed Catmull–founder Pixar yang kemudian menjadi presiden Walt Disney Animation Studios setelah keduanya merger–menjawab beberapa pertanyaan seputar bagaimana ia menjaga kekompakan dan kesolidan sebuah tim yang dituntut untuk selalu kreatif setiap hari. Memang artikel yang tayang di tahun 2018 akhir sih, tapi sepertinya masih relevan banget untuk kondisi sekarang.
Well, yes, dalam sebuah perusahaan, tentunya ada beberapa tim yang diharapkan bisa bekerja secara komprehensif dan integratif, demi mencapai tujuan bersama. Kerja sama dan kinerja tim akan menentukan bagaimana target masing-masing bisa tercapai, untuk kemudian bersama dimanfaatkan untuk target besar bersama.
Well, membentuk tim dalam perusahaan itu susah-susah gampang. Apalagi untuk bisa meningkatkan kinerja tim, karena bagaimanapun ada beberapa orang dengan karakter berbeda di dalam sebuah kelompok. Apalagi ini kelompok kerja. Kalau ada satu saja rekan kerja yang toxic, bisa bubar jalan semuanya. Kalau ada satu saja yang kurang kompeten, kinerja tim bisa terhambat secara keseluruhan.
Karena itu, menjaga agar kinerja dan komunikasi selalu kompak adalah tantangannya. Apalagi kalau bekerja di industri yang menuntut kreativitas individu yang tinggi. Ya, seperti Disney-Pixar itu tadi.
Cara menjaga kinerja tim di perusahaan agar selalu kompak dan sekreatif tim Disney-Pixar
1. Brainstorming teratur
Jika pengin punya tim sekreatif Disney-Pixar, maka brainstorming ide menjadi salah satu agenda wajib yang harus dilakukan secara teratur.
Misalnya, di luar meeting-meeting rutin dan situasional lainnya, jadwalkan pula meeting khusus hanya untuk brainstorming ide. Ide apa saja, tergantung pada target tim dan perusahaan saat itu, dan tergantung juga pada proyek yang sedang dikerjakan.
Dalam meeting brainstorming itu, semua anggota tim diharapkan hadir dan masing-masing harus memberi feedback dan ide.
Enggak hanya perlu meeting saat membutuhkan ide-ide segar, jadwalkan juga pertemuan untuk mengevaluasi kinerja yang sudah-sudah. Di sini ada analisis, apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan tim agar bisa diperbaiki, juga apa kekuatannya sehingga harus dipertahankan.
2. Ingatkan untuk bisa saling mendengarkan
Ed Catmull sendiri mengakui, bahwa meeting di Disney-Pixar jauh dari kata membosankan. Yah, sepertinya bisa dibayangkan sih.
Meeting yang dilaksanakan untuk berkoordinasi–kalau tidak dilakukan dengan benar–justru akan zonk. Inspirasi enggak ada, ide nggak datang, malah jadinya debat nggak penting, atau malah jadi ngobrol dan ghibah yang tak berfaedah.
Dalam tim, sudah pasti ada banyak kepala yang berpikir. Karakter pun berbeda satu sama lain, bukan tak mungkin pula bertolak belakang.
Meeting seharusnya difungsikan sebagai sarana untuk saling mengingatkan untuk fokus pada masalah yangs sedang dibahas dan saling mendengarkan pendapat orang lain, alih-alih mempertahankan pendapat sendiri.
Ini penting, karena meeting seperti apa pun untuk tujuan apa pun akan percuma, kalau orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak bisa menghargai pendapat atau pemikiran orang lain.
3. Penuhi kebutuhan karyawan untuk berproses kreatif
Disney-Pixar juga merupakan salah satu perusahaan yang sangat memperhatikan kondisi karyawannya, dan selalu berusaha melengkapi segala fasilitas yang dibutuhkan oleh karyawan. Terbukti, mereka punya Renderman–sebuah teknologi rendering animasi yang telah dikembangkan selama 25 tahun, agar bisa seiring sejalan dengan tuntutan hasil yang sempurna.
Adalah tugas perusahaan–melalui divisi HR–untuk bisa menyediakan fasilitas yang perlu, agar kerja masing-masing tim dalam perusahaan tersebut bisa terselesaikan dengan baik. Karena bekerja tanpa fasilitas yang mencukupi juga akan bisa menghambat kualitas hasilnya.
Karena itu, perusahaan sebaiknya juga mendengarkan dan menampung aspirasi karyawan agar mereka bisa bekerja dengan baik. Enggak hanya mendengarkan dan menampung, tetapi juga berusaha untuk memenuhinya.
4. Upgrade skill karyawan secara teratur
Tuntutan akan semakin besar. Ini sudah pasti. Target akan semakin banyak, seiring perkembangan bisnis perusahaan. Ini pertanda bagus.
Maka, sudah pasti harus diiringi juga dengan pengembangan sumber daya manusianya. Kapan terakhir kali mengadakantraining karyawan? Berbulan-bulan yang lalu? Bertahun-tahun yang lalu? Hmmm, kalau sudah terlalu lama, ada baiknya segera dijadwalkan untuk mengadakan training karyawan lagi.
Upgrade skill karyawan secara teratur dalam hal apa saja, berkaitan dengan kompetensinya dalam bekerja. Mulai dari training manajerial, training personalia, hingga training keuangan. Sesuaikan dengan kebutuhan karyawan.
Ingat, karyawan yang berkompeten akan lebih produktif dan lebih mudah diajak kerja sama. Karyawan yang bebas masalah, akan lebih terbuka menerima masukan, pendapat, dan informasi apa pun. Karyawan yang enjoy dengan pekerjaannya akan berpeluang lebih sedikit untuk burnout, apalagi stres.
5. Asah kepedulian dan kepekaan satu sama lain
Dan yang terakhir, semua hal di atas akan percuma saja sih, kalau masing-masing anggota tim enggak punya kepedulian, kepekaan, empati, dan kepercayaan satu sama lain.
Tanpa kepedulian, kepekaan, dan empati, akan mustahil masing-masing anggota tim untuk punya keinginan untuk saling membantu teman dalam satu tim yang sedang dalam kesulitan. Padahal, ini penting ya, untuk bisa saling melengkapi dan mengisi.
Nah, begitulah cara membangun kreativitas tim bak tim kreatif Disney-Pixar. Sepertinya sih sederhana ya. Tapi memang butuh komitmen dari berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi.
Khusus untuk upgrade skill karyawan dengan training keuangan, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Saat Rekan Kerja Tak Berkompeten, Lakukan 5 Hal Ini Agar Kita Sendiri Enggak Stres di Tempat Kerja
Dalam sebuah organisasi perusahaan, para karyawan secara individu akan dituntut untuk mampu bekerja dalam tim, untuk mencapai target bersama. Tentunya, ini bukan usaha yang sederhana sih, karena bagaimanapun karakter karyawan pastilah punya keunikan masing-masing. Namun, perbedaan itu kadang bikin asyik. Bener nggak? Eh tapi, bagaimana kalau rekan kerja kita ternyata tidak sekompeten itu untuk diajak kerja sama?
Aduh! Pastinya ini jadi hal ter-nightmare dalam kerja tim. Bisa-bisa kejadian deh, pembagian beban kerja enggak merata. Kita doang yang akhirnya harus kerja keras sendiri, sementara ada yang nganggur. Parah lagi, kalau yang nganggur ini keenakan, dan merasa dapat privilege untuk enggak kerja tapi ikutan dapat bonus. Hahay. Macam bener aja.
Gimana perasaanya? Dongkol, pasti. Hati-hati lo, dongkol menahun ntar jadi stres dan depresi. Akhirnya, kerjaan kita juga jadi enggak bener. Produktivitas menurun, karena jadi males-malesan menyelesaikan tugas. Akibatnya, kalau semakin parah, kita juga jadi kebagian dapat surat peringatan akhirnya. Siapa yang rugi? Padahal masalah sebenarnya enggak di kita kan?
Terus gimana dong?
Tenang. Inhale, exhale. Dinginkan kepala, dinginkan emosi.
Lalu, coba lakukan beberapa hal berikut agar tugas kita tetap terlaksana dengan baik, meski rekan kerja tak berkompeten
1. Pahami kondisinya
Meski sudah sangat lelah dan emosi, tapi sebaiknya tetap sabar. Bagaimanapun, kepentingan organisasi/perusahaan harus didahulukan. Jadi, mari bersikap profesional.
Kita juga harus menyadari, bahwa kondisi orang berbeda-beda; baik kondisi karakternya, kondisi fisik, kondisi mental, kondisi jiwa, hingga kondisi lingkungan–semua itu akan berpengaruh pada produktivitas dan keseharian seseorang.
Rekan kerja yang kita anggap tak berkompeten mungkin saja punya alasan kuat dan khusus sehingga ia terus menunjukkan kinerja yang kurang begitu baik. So, agar tugas-tugas kita lancar, maka ada baiknya kita melakukan kompromi. Tetapi sebelum berkompromi, cobalah untuk memahami kondisi si rekan kerja tersebut. Sikap empati akan membuat jalan kompromi akan lebih mudah, percaya deh.
2. Kompromi, di bawah koordinasi atasan
Setelah bisa memahami kondisi si rekan kerja, maka selanjutnya berkompromilah. Akan lebih baik jika kita melibatkan atasan dalam kompromi ini, pastinya. Karena bagaimanapun kinerja kita berada di bawah koordinasi atasan, bukan? Kalau perlu, ajak meeting full team.
Cobalah untuk bertukar tugas, menambah, mengurangi, diulik, dan seterusnya, sesuai dengan kompetensi masing-masing. Bicarakan dan diskusikan hingga dicapai kesepakatan semua pihak, dan disetujui oleh atasan dan semua yang hadir di forum.
Berikan contoh dengan berjanji untuk berkomitmen terhadap tugas yang sudah diterima, dan minta anggota tim yang lain juga berjanji untuk melakukan hal yang sama, demi tujuan baik bersama.
3. Ingatkan
In order to menjaga kewarasan kita sendiri, jangan bosan untuk mengingatkan si rekan kerja mengenai tugasnya sendiri. Jaga supaya kita jangan sampai mengerjakan tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab si rekan kerja yang dinilai kurang berkompeten ini.
Justru, support dia agar dia sukses menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kan, sudah didiskusikan dan dibagi berdasarkan kompetensi masing-masing?
Akan menjadi keuntungan kita sih, jika meskipun si rekan kerja ini kurang berkompeten tetapi dia cukup terbuka untuk masukan. Maka, kita jangan lelah mengarahkan.
Keep in mind: tujuan bersama harus didahulukan.
4. Fokus pada apa yang harus dan bisa kita kerjakan
Ketimbang menghabiskan waktu untuk fokus pada orang lain, mending lebih fokus pada diri sendiri.
Bagaimana dengan pekerjaan kita sendiri? Apakah sudah beres? Pekerjaan orang lain barangkali tergantung pada output yang kita hasilkan. Kalau kita tidak bisa menghasilkan apa pun, atau produktivitas menurun, pastinya hal ini akan berpengaruh pada orang lain.
Ingatkan juga pada rekan kerja yang dinilai kurang berkompeten akan hal yang sama. Bahwa banyak orang yang tergantung pada hasil kerjanya, so beri kesan bahwa ia dibutuhkan oleh tim. Biasanya sih, dengan begini, si rekan kerja tersebut akan lebih semangat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.
5. Usulkan training
Jangan sungkan untuk mengusulkan training kepada perusahaan, sesuai dengan kebutuhan kita sebagai karyawan. Jika kita lihat rekan kerja ada yang kurang berkompeten di bidang tertentu, atau kita sendiri membutuhkan pelatihan dan tambahan wawasan, segeralah berdiskusi dengan HR mengenai kemungkinan diadakan training.
Ada penelitian yang membuktikan bahwa 1 dari 3 karyawan sungkan atau tak berani mengusulkan training yang mereka butuhkan pada perusahaan. Semoga kita bukanlah dari 1 orang itu ya, karena meningkatkan skill ini penting banget lo! Apalagi jika kemudian terbukti training yang dilakukan bisa meningkatkan produktivitas dan kinerja kita di kantor, sehingga target bersama pun bisa dicapai dengan lebih baik.
Everyone is happy, right!
Training keuangan adalah salah satu training wajib yang harus diberikan pada karyawan agar bisa meningkatkan keterampilan mereka dalam mengelola keuangan pribadi. Ingat, karyawan yang terampil mengelola keuangan pribadi adalah karyawan yang produktif dengan performa kerja yang baik lo!
Jadi, ayo usulkan pada perusahaan tempat kita bekerja untuk mengadakan training keuangan untuk karyawan. Sila WA ke 0811 1500 688. Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial terbaru.
Menjadi Karyawan yang Baik dan Bisa Diandalkan, Ini 5 Cara untuk Meningkatkan Kualitas Diri
Menjadi karyawan yang baik itu memang nggak mudah, tapi harus diusahakan. Tak hanya perusahaan yang wajib mengelola sumber daya manusianya seoptimal mungkin, tapi dari pihak karyawannya sendiri juga harus punya kemauan dan motivasi yang cukup untuk meng-upgrade dirinya sendiri.
Rasanya, meskipun perusahaan berusaha memberikan training, benefit dan segala fasilitas yang dibutuhkan sedemikian rupa, kalau si karyawannya sendiri nggak punya niat untuk memperbaiki kualitas diri ya … nggak akan berhasil guna juga.
So, semua memang harus dijalankan secara beriringan dan kompak, oleh karyawan dan juga oleh pihak perusahaan.
Nah, untuk menjadi karyawan yang baik, yang berkompeten, dan siap berkembang (bersama perusahaan), terus apa nih yang bisa kita lakukan? Banyak sebenarnya. Mari kita lihat satu per satu.
5 Cara untuk Menjadi Karyawan yang Baik
1. Jadilah di atas rata-rata
Apakah kita selalu menyelesaikan pekerjaan yang memang sudah ada dalam job desc kita? Apakah pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan baik, tuntas, dan tepat waktu? Apakah hasil pekerjaan sesuai dengan standar yang diberikan perusahaan?
Jika ada jawaban ‘belum’, maka sepertinya kita harus bekerja lebih keras lagi. Kalau jawabannya ‘sudah’, juga jangan dulu menepuk dada, karena itu artinya kita sudah menyelesaikan pekerjaan yang memang menjadi kewajiban kita. Kita digaji untuk menyelesaikannya bukan? Berarti itu nggak lebih dong ya.
Kalau kita sudah menyelesaikan pekerjaan yang memang jadi job desc, itu berarti kita hanya menjadi karyawan yang rata-rata saja. Untuk menjadi karyawan yang baik dan menonjol, hingga dikatakan berprestasi, kita harus menunjukkan performa ekstra. Misalnya saja, kita bisa menyelesaikan pekerjaan yang menjadi job desc kita lebih cepat dari target waktu yang diminta oleh kantor.
2. Bangun kredibilitas
Selain bisa dipercaya, menjadi karyawan yang baik itu juga harus kredibel dan bertanggung jawab. Misalnya, ketika diberikan tugas, kita nggak sekadar menyelesaikannya saja (apalagi asal cepat selesai), tetapi kita juga bertanggung jawab agar hasilnya sesuai dengan harapan.
Kredibilitas ini bisa dibangun dengan cara selalu menyesuaikan tindakan dengan apa yang kita ucapkan, atau janjikan. Jangan sampai kita dicap ‘omong doang’.
Kita juga wajib memelihara dan selalu membuka jalur komunikasi dengan orang-orang di sekitar kita. Terutama, mereka yang memiliki hubungan kerja atau bisnis dengan kita.
Selalu tanggapi email, pesan WhatsApp, panggilan telepon, atau apa pun yang kita terima dari atasan, rekan kerja, partner, ataupun stakeholder yang lain. Fast response. Kalaupun ada yang sempat tak terjawab, segeralah untuk difollow up begitu kita sempat.
3. Upgrade diri secara teratur
Untuk menjadi karyawan yang baik, kita harus selalu siap untuk belajar. Hanya karena sudah merasa ahli akan satu hal, jangan biarkan diri sendiri berhenti belajar. Pasti masih banyak hal yang bisa kita pelajari, yang bisa mendukung performa kerja.
Misalnya, sebagai seorang manajer, kita perlu paham mengenai teknik manajerial terbaru supaya proses coaching terhadap anak buah menjadi lebih efektif.
Meski bukan keharusan, tetapi pasti juga banyak hal di luar pekerjaan yang perlu untuk diketahui juga, kan? Misalnya, ada platform media sosial terbaru yang lagi ngehits. Wah, ada bagusnya juga kalau kita ikut mencoba. Siapa tahu bisa menambah networking.
4. Networking
Yes, networking juga perlu kita lakukan jika ingin menjadi karyawan yang baik dan berprestasi.
Bekerja nine to five di dalam kantor setiap hari jangan sampai membuat kita jadi menutup diri dari dunia luar. Luangkanlah waktu untuk update situasi. Meetup dengan teman-teman, juga koneksi lainnya.
Jalin persahabatan dengan siapa pun yang berniat baik. Siapa tahu bisa jadi rekanan sehingga bisa meningkatkan performa kerja kita kan?
5. Atur keuangan pribadi
Dan, yang terakhir nih, untuk menjadi karyawan yang baik, aturlah keuangan pribadi kita juga dengan baik. Sudah tahu kan, apa hubungan antara masalah keuangan yang kita hadapi dengan performa kerja? Saat kita punya masalah keuangan pribadi, maka saat itu pula pasti akan berpengaruh pada fokus dan produktivitas kita dalam bekerja.
So, merasa gaji selalu tak cukup? Merasa gaji terlalu kecil? Merasa punya gaji 1 koma 4? Mungkin masalahnya bukan karena kantor kurang memberikan apresiasi yang pantas. Mungkin karena kita belum bisa mengelola gaji dengan benar, sehingga semua tanggal jadi tanggal tua terus.
Untuk membantu mengelola keuangan pribadi, bisa lo mengusulkan ke divisi HR untuk ngadain pelatihan keuangan. Atau coba cek jadwal-jadwal kelas finansial online di QM Financial ini, siapa tahu ada yang cocok. Coba usulkan pada HR agar bisa disupport juga.
Itu dia 5 cara menjadi karyawan yang baik, yang berprestasi dan siap berkembang terus. Bersama karyawan yang berkompetensi, pastilah perusahaan akan maju dan berkembang juga.
Mengatasi Stres Kerja Seperti Jefri Nichol, Lakukan 3 Hal Ini Tanpa Narkoba
Beberapa artis kedapatan menggunakan narkoba. Yang paling hangat ada Bang Jefri Nichol, aktor muda berbakat itu. Ia mengaku menggunakan narkoba untuk mengatasi stres kerja. Konon, katanya, narkoba bisa membuatnya rileks karena ia tegang lantaran sedang mempersiapkan film. Ia butuh tidur, jadi mengonsumsi narkoba agar bisa beristirahat.
Kalau dilihat, inti alasannya menggunakan narkoba adalah untuk mengurangi stres saat bekerja.
Stres saat bekerja bisa dialami oleh siapa saja, dari para pekerja lapis terbawah, para karyawan kantoran, manajer, hingga para artis. Dan, pastinya semua orang juga sadar, bahwa setiap pekerjaan punya tingkat stres dan risikonya masing-masing. Meskipun dari luar, pekerjaan itu tampak glamor dan menyenangkan–seperti pekerjaan yang dijalani oleh para selebriti.
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health, tingkat stres saat bekerja yang dialami oleh wanita cenderung lebih tinggi 2 kali lipat daripada para pria. Penyebabnya mulai dari beban pikiran lantaran berperan ganda juga sebagai ibu rumah tangga, hingga masalah pelik semisal diskriminasi masalah gender, pun tingginya risiko mengalami sexual harrassment di lingkungan kerja.
So, dengan demikian, tinggal bagaimana kita mengatasi stres kerja itu saja, karena masalah ini umum dialami oleh semua pekerja yang ada di muka bumi. Apakah kemudian mengonsumsi narkoba hanya menjadi satu-satunya jalan untuk mengatasi stres kerja yang terjadi, atau mengajukan resign setiap kali tertekan di kantor, ataukah kita melakukan beberapa hal yang memungkinkan kita melakukan pekerjaan secara fun?
Kalau orang ehem … waras, pastinya akan berusaha memilih opsi yang terakhir. Lalu apa yang bisa kita lakukan agar pekerjaan bisa lebih fun, dan akhirnya kita bisa mengatasi stres kerja?
3 Hal untuk mengatasi stres kerja
1. Jadwalkan liburan rutin
Liburan itu penting! Siapa yang bilang kita nggak butuh liburan? Duh, kalau ada yang bilang begitu, coba dilihat lagi ke belakang, apakah hidupnya baik-baik saja?
Sekali lagi, liburan itu penting! Karena berlibur itu nggak hanya bisa mengatasi stres kerja, tapi bahkan juga mengurangi risiko depresi dan bisa meningkatkan rasa percaya diri kita.
Tahu nggak sih, di Denmark, para pekerjanya mendapatkan waktu cuti 5 – 6 minggu per tahun lo. Pantas saja Denmark menjadi salah satu dari top 10 the most livable country karena harapan hidup yang tinggi.
Dan Buettner, penulis buku Thrive: Finding Happiness the Blue Zones Way bilang, peraturan pertama untuk mengatasi stres kerja adalah jangan pernah buang jatah cuti begitu saja. Bahkan kalau kita sedang nggak punya uang buat berfoya-foya di suatu tempat yang eksotis, kita tetap bisa memilih liburan murah meriah: staycation.
Nah, karena liburan adalah kebutuhan, maka PR terbesarnya adalah … menyiapkan dana liburan! Jengjeng! *lalu stres lagi*
2. Hangout juga penting
Kadang yang terjadi adalah, kita mengefektifkan waktu kerja sedemikian rupa sehingga kita bisa menghindari lembur dan bisa pulang tenggo, pukul 18.00 tepat, misalnya. Tapi ternyata … tydac gitu juga sih.
Ada kalanya kita perlu bersosialisasi juga dengan rekan kerja yang lain. Nggak ada salahnya kok sekali-sekali hangout bareng, karaokean, makan-makan di food court, atau ngopi di warung kopi kekinian. Ini menjadi cara yang efisien juga buat mengatasi stres kerja. Asalkan dananya ada. Nah.
Jadi, boleh dong kita punya anggaran buat ngopi, makan di luar, or nonton bareng? Boleh banget! Mbak Ligwina Hananto saja bilang boleh kok, hanya pastikan masih dalam batas 20% dari anggaran bulanan kita.
3. Hindari macet
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Princeton University, perjalanan ke kantor adalah hal yang paling tidak favorit yang dilakukan oleh kelas pekerja di pagi hari lo! Bahkan kegiatan membersihkan rumah saja masih lebih favorit ketimbang berangkat kerja.
Kenapa? Yes, macet.
Ada tambahan lain yang menarik juga nih. Scandinavian Journal of Economics menemukan, bahwa pekerja yang menghabiskan waktu sekitar 22 menit ke kantor, memiliki pengeluaran 35% lebih banyak tiap bulannya ketimbang yang tidak. Terutama buat mereka yang tinggal di kota besar, dengan segala hiruk-pikuk kemacetan yang harus dilewati setiap harinya. Wah. bisa dibayangkan deh berapa besar ekstra pengeluaran yang harus disiapkan.
So? Well, sebagian karyawan–terutama yang bekerja di Jakarta–sudah lebih memilih untuk menggunakan transportasi publik. Ada transportasi online, TransJakarta, lalu MRT. Semoga LRT juga segera menyusul diresmikan ya. Ini perubahan bagus sih, untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang beredar di jalan. Buat yang jarak dari kantor ke rumah enggak terlalu jauh, bisa bike to work dong. Selain mengurangi kemacetan, mengatasi stres kerja dengan olahraga juga. Pun, hemat energi.
Atau, kenapa nggak janjian berangkat bareng dengan rekan-rekan sekantor yang arahnya sama. Dulu sih ada komunitas Nebenger ya, entah deh sekarang masih ada atau enggak.
Well, yang pasti, masalah stres saat bekerja ini memang merupakan masalah sejuta umat pekerja di mana pun kok. Meski tingkat, penyebab, dan bentuknya bisa berbeda-beda. Kenapa kita enggak berusaha membuat semuanya jadi fun aja dijalani kan? Dan, bukan malah melarikan diri semacam dengan menggunakan narkoba ataupun memilih resign dan jadi kutu loncat.
Dan, tahu nggak sih. Salah satu pemicu stres saat bekerja itu juga adalah kurangnya keterampilan kita mengelola keuangan pribadi lo! Nah, kalau ini sih obatnya gampang. Ikutan kelas-kelas finansial online dari QM Financial aja. Kelasnya online, pakai aplikasi zoom, dan bisa diikuti di mana saja. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA) untuk mendaftar ya.
Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Terlalu Banyak Izin Sakit Hingga Tingkat Ketidakhadiran di Kantor Naik? Coba Atasi dengan 5 Langkah Berikut!
Dalam suatu organisasi perusahaan, adalah penting untuk semua elemen agar dapat bekerja sama dengan baik, seiring sejalan. Kompak, begitulah singkatnya. Tapi, apa daya kalau terlalu banyak karyawan yang sering izin sakit atau izin-izin yang lainnya, sehingga ketidakhadiran di kantor menjadi meningkat?
Pastinya kinerja organisasi akan terganggu ya? Akan terjadi ketimpangan sana-sini sehingga proses bisnis pun menjadi nggak berjalan lancar seperti yang diharapkan.
Tentu saja, pihak perusahaan harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi persoalan banyaknya izin sakit dan izin-izin lainnya ini. Tentunya, kalau benar-benar sakit, karyawan memang seharusnya beristirahat, supaya lekas pulih. Namun, bagaimanapun tingkat ketidakhadiran harus ditekan, agar tim bisa produktif lagi. Apa yang bisa dilakukan? Mari kita lihat.
5 Hal untuk menekan tingkat ketidakhadiran karyawan karena izin sakit
1. Punyai kebijakan yang jelas
Yang pertama harus dicek adalah apakah perusahaan sudah mempunyai regulasi dan kebijakan yang jelas mengenai absensi izin sakit ini?
Berapa lama karyawan diizinkan untuk tidak masuk kerja lantaran sakit? Apakah izinnya harus melampirkan surat dokter? Kalau karyawan izin sakit terlalu lama hingga batas waktu tertentu, apa kebijakan selanjutnya? Dan seterusnya.
Setelah dirumuskan secara detail, jangan lupa untuk disosialisasikan pada karyawan, agar mereka paham mengenai hak dan kewajiban mereka, terutama terkait absensi ini. Jika ada konsekuensi yang menyertai ketidakhadiran karyawan–dengan alasan apa pun termasuk sakit–juga harus diumumkan dan dijelaskan, agar tercapai kesepakatan di awal.
2. Dengarkan keluhan dan kebutuhan karyawan
Alasan ketidakhadiran karyawan di kantor bisa saja tidak melulu karena izin sakit. Bisa juga alasan yang lain. Alasan lain apa?
Nah, ini yang harus digali lebih dalam oleh pihak perusahaan, melalui divisi HR. Salah satunya yang harus diwaspadai adalah masalah keuangan pribadi karyawan, yang bisa berdampak besar pada kinerjanya. Misalnya saja, si karyawan terlilit utang yang besar hingga menimbulkan stres padanya. Stres yang dialami kemudian membuatnya merasa sakit–sakit kepala, mual, diare, dan berbagai keluhan sakit lainnya.
Kalau permasalahannya seperti ini, pengobatan ke dokter enggak akan menyelesaikan masalah, kan? Penyelesaiannya adalah karyawan dibantu mengatasi masalah keuangannya hingga tuntas, hingga ia bebas utang, misalnya. Salah satu caranya adalah dengan memberikan edukasi literasi keuangan yang komprehensif untuknya, seperti yang biasa dilakukan dalam #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan.
3. Beri support sebaik-baiknya
Saat si karyawan izin sakit dan istirahat di rumah, berikan dia support. Beri ucapan semoga lekas sembuh, telepon di waktu-waktu tertentu yang tidak mengganggunya untuk menanyakan, apakah butuh bantuan supaya bisa lekas pulih. Misalnya, menguruskan asuransi dan mengganti biaya pengobatan secepatnya.
Dengan perhatian-perhatian kecil seperti ini, karyawan akan merasa dibutuhkan. Jangan remehkan timbulnya perasaan ini, karena perasaan “dibutuhkan” ini akan membuatnya tak sabar untuk kembali ngantor dan bekerja lo.
So, sekali lagi, beri ia support secukupnya (yang pasti ya jangan malah mengganggu istirahatnya dengan menanyakan berbagai tetek-bengek pekerjaan yang bikin dia tambah pusing sih.), dan tanyakan kapankah ia bisa mulai aktif lagi karena perusahaan membutuhkannya.
4. Perlu kerja sama dari para supervisor dan manajer
Nggak hanya para staf HR saja yang bertanggung jawab atas usaha untuk menekan tingkat ketidakhadiran karena izin sakit ini, tetapi juga para supervisor dan manajer yang ada.
Diskusikan dengan mereka, apa yang perlu dilakukan untuk bisa menekan tingkat ketidakhadiran dengan alasan izin sakit ini. Bagaimanapun, merekalah penentu load kerja pada karyawan dan anak buah, bukan?
5. Pastikan lingkungan dan kondisi kerja nyaman
Nah, yang terakhir ini tak kalah penting, yaitu memastikan lingkungan dan kondisi kerja yang nyaman bagi karyawan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Lingkungan dan kondisi kerja yang nyaman ini juga merupakansalah satu bentuk kompensasi nonfinansial yang dapat sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas karyawan lo. Jadi, jangan abaikan jika ternyata karyawan merasa tak nyaman bekerja di kantor.
Nah, itu dia beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menekan tingkat ketidakhadiran di kantor karena izin sakit.
QM Financial bersedia membantu perusahaan mana pun untuk memberikan edukasi keuangan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan karyawan lo! Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Tip Mengadakan Pelatihan dan Pengembangan SDM Agar Tepat Sasaran
Dalam artikel yang lalu disebutkan, bahwa 1 dari 3 pekerja sungkan untuk mengusulkan pengadaan pelatihan dan pengembangan SDM demi meningkatkan kompetensi diri mereka.
Hal ini sungguh ironis, mengingat 1 dari 2 pekerja mengaku pernah mendapatkan punishment terkait inkompetensi masing-masing, dan kurangnya kesadaran pentingnya pelatihan dan pengembangan SDM ini dari pihak perusahaan sendiri.
Alasannya bisa bermacam-macam. Mungkin dari pihak perusahaan sendiri khawatir, jika pelatihan yang diadakan akan mengganggu workload maupun jam kerja karyawan, atau mungkin belum menemukan cara bagaimana mengadakan pelatihan dan pengembangan SDM secara efektif dan efisien.
Karena itu, berikut ada sedikit tip untuk mengadakan pelatihan dan pengembangan SDM agar lebih tepat sasaran. Simak sampai selesai ya.
5 Tip untuk Memberikan Pelatihan dan Pengembangan SDM di Perusahaan agar Lebih Tepat Sasaran
1. Ketahui kebutuhan karyawan
Karena sasaran pelatihan dan pengembangan SDM ini adalah karyawan, maka kita harus mengetahui dulu dengan pasti, apa yang menjadi kebutuhan karyawan dalam meningkatkan kompetensi mereka. Kemampuan dan skill seorang karyawan tentulah berbeda satu dengan yang lainnya, pun yang menjadi kebutuhan masing-masing bagian atau divisi juga berbeda.
Maka dari itu, dari pihak HR sendiri harus memetakan dulu kekuatan maupun kelemahan karyawan dalam divisi masing-masing ini. Saat kekuatan dan kelemahan sudah bisa diketahui dengan pasti, saat itulah akan bisa diketahui pula pelatihan dan pengembangan SDM seperti apa yang dibutuhkan.
2. Kenali jenis-jenis pelatihan
Ada beberapa jenis pelatihan yang umum diberikan untuk meningkatkan kompetensi karyawan, di antaranya training orientasi, training product knowledge, training manajerial, training teknis, training keuangan, dan lain-lain.
Pihak HR dapat memilih dan menentukan jenis pelatihan ini yang sesuai dengan kebutuhan karyawan seperti yang sudah dipetakan di poin pertama di atas. Mungkin saja akan butuh untuk diselenggarakan beberapa pelatihan, namun tidak harus sekaligus dalam satu waktu. Tentukan prioritas sesuai dengan kebutuhan.
3. Pilih waktu dan tempat yang tepat
Proses pelatihan dan pengembangan SDM yang diselenggarakan demi meningkatkan kompetensi karyawan ini tentu membutuhkan waktu. Tak hanya satu atau dua jam dalam sehari, mungkin saja akan makan waktu sampai beberapa jam.
Bahkan banyak perusahaan melakukan pelatihan dan pengembangan SDM beberapa hari, hingga mereka harus menyewa tempat khusus agar lebih fokus. Kadang, yah, sambil refreshing juga di luar kantor. Banyak yang mengadakan pelatihan ini di lokasi-lokasi wisata yang adem dan nyaman.
Ada beberapa jenis pelatihan yang memang bisa dilakukan di dalam ruangan, namun ada pula pelatihan yang paling baik jika dilakukan di luar ruangan atau outdoor. Biasanya jenis pelatihan interpersonal skill ini paling bagus jika dilakukan sambil outbond atau camping.
Di mana pun perusahaan memutuskan untuk mengadakannya, tentu ini menjadi pertimbangan masing-masing. Yang penting adalah hasil akhir yang harus sesuai dengan yang diharapkan. Untuk waktunya, bisa disesuaikan dengan workload masing-masing karyawan ataupun divisi. Pastinya kan nggak akan sibuk sepanjang tahun kan?
4. Ukur kompetensi sebelum pelatihan diadakan
Sebelum pelatihan dan pengembangan SDM benar-benar dilaksanakan, lakukan dulu semacam pretest terhadap kompetensi karyawan untuk mendapatkan data-data terkait kondisi sebelum ada training. Hal ini penting untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas training nantinya.
Akan lebih baik jika perusahaan bekerja sama dengan lembaga-lembaga penyedia jasa pelatihan dan pengembangan SDM ini, karena metode dan hasilnya biasanya akan lebih objektif. Pastikan materinya benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh karyawan.
5. Lakukan observasi menyeluruh setelah pelatihan diadakan
Setelah proses pelatihan dan pengembangan SDM dilaksanakan, maka tiba waktunya untuk melakukan observasi, apakah menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Perhatikan apakah ada perubahan yang lebih baik, berapa lama efek dari pelatihan yang sudah diadakan akan bertahan, kemudian lakukan evaluasi bersama atasan masing-masing divisi.
Perusahaan dapat melakukan review terhadap hasil pelatihan ini secara periodik. Buka diskusi dengan para atasan pun dengan karyawan yang mengikuti pelatihan, apakah hasil pelatihan sudah bisa mereka rasakan manfaatnya ataukah perlu dilakukan pelatihan lanjutan lagi.
Yang paling penting dari diadakannya pelatihan dan pengembangan SDM ini bahwa manfaat yang diperoleh setelahnya tidak hanya untuk kepentingan perusahaan semata, namun kembali pada pribadi karyawan masing-masing. Saat mereka rajin meng-upgrade diri sendiri, maka saat itulah kualitas mereka sebagai individu–tak hanya sekadar menjadi karyawan–juga akan meningkat.
Khusus untuk training keuangan, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.