Karyawan Selalu Besar Pasak daripada Tiang? Mungkin Ini Dia 3 Penyebabnya
Dalam beberapa kali kesempatan training keuangan untuk karyawan, sering kali dibahas, bahwa salah satu masalah keuangan karyawan yang umum terjadi adalah ketika besar pasak daripada tiang.
Kondisi besar pasak daripada tiang yang menjadi salah satu masalah keuangan yang umum terjadi pada karyawan ini merupakan kondisi ketika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Pada dasarnya, ini berarti ada masalah pada pengelolaan arus kas, atau cash flow keuangan pribadi kita.
Mari cek dulu video mengenai masalah keuangan yang umum terjadi pada karyawan berikut ini.
Tanda-tanda yang umum terjadi untuk menggambarkan kondisi keuangan besar pasak daripada tiang misalnya:
- Gaji selalu nggak bisa dipakai sampai gajian berikutnya tiba. Selalu habis di tengah jalan.
- Nggak tahu ke mana saja uang pergi
- Nggak juga bisa menabung, padahal sudah cukup lama kerja
- Utang semakin membengkak, dan makin sulit juga untuk membayar cicilannya
Sungguh kondisi-kondisi yang tak sehat, ya kan? Terus, gimana dong ya?
Ya, sudah pasti, hal ini harus diatasi, kalau kita enggak mau kondisi ini terjadi terus-terusan. Ya masa sampai segini hari, tabungan nggak punya, nggak tahu ke mana saja uang pergi, bahkan utang juga semakin bengkak aja, alih-alih menyusut?
So, akan lebih baik kita cari tahu dulu apa penyebabnya. Dengan mengetahui akar permasalahan, pastinya nanti kita kemudian akan dapat mencari solusi yang paling tepat untuk mengatasi hal ini, dan juga mencegahnya agar jangan sampai terulang lagi.
Penyebab Besar Pasak daripada Tiang
Hal ini memang sangat biasa terjadi, tetapi penyebabnya bisa bermacam-macam. Berikut ini beberapa di antaranya.
1. Kebutuhan vs keinginan
Salah satu penyebab terjadinya besar pasak daripada tiang adalah ketika kita merasa kebutuhan banyak sekali. Semua hal adalah kebutuhan, padahal sebenarnya ada sebagian besar yang merupakan keinginan semata.
Mau beli Iphone keluaran terbaru biar nggak kalah kalau pas hangout sama teman-teman di kafe: kebutuhan atau keinginan? Mau beli smartphone yang mumpuni, supaya jualan online shopnya lebih lancar; biar foto produknya lebih oke, jawab chat pelanggan juga lebih cepat, bisa muat banyak foto juga: kebutuhan atau keinginan?
Dua-duanya sama-sama beli smartphone, tetapi ada perbedaan kecil yang ternyata bawa efek besar di situ. Memang, tak semua “beli HP terbaru” itu nggak baik buat kesehatan keuangan. “Beli HP terbaru” bisa jadi memang jadi kebutuhan tapi bisa jadi juga merupakan keinginan semata.
Ketidakmampuan kita untuk membedakan keinginan dan kebutuhan akhirnya dapat berakibat pada kondisi keuangan yang besar pasak daripada tiang itu tadi. Pasalnya, semua-mua dianggap kebutuhan, padahal enggak. Ada hal-hal yang bisa digantikan dengan hal lain yang lebih murah dan terjangkau harganya, tetapi fungsi dan kualitasnya sama. Ada juga hal-hal yang bisa ditunda dulu, karena tidak terlalu mendesak dan penting.
2. Terlalu banyak utang
Punya utang memang tak dilarang, tapi kalau kebanyakan—meski itu utang produktif—bisa jadi bikin keuangan jadi kacau juga.
Idealnya, utang jangan sampai melebihi 30% dari penghasilan kamu. Tapi yah, entah apa alasannya, juga situasi dan kondisinya, utang bisa saja melebihi rasio ideal itu. Terang saja, besar pasak daripada tiang kan?
Pasalnya, cicilan juga akan lebih banyak. Kalau sampai alokasi kebutuhan dasar ikut “kemakan” sama cicilan utang, waduh … bakalan datang masalah keuangan lain lagi tuh. Parahnya, kalau kemudian hal ini membuat kita jadi gali lubang tutup lubang.
Waduh!
3. Terlalu impulsif
Impulsif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati.
Impulsif ini akan sangat berisiko memunculkan kondisi besar pasak daripada tiang ketika dilakukan saat belanja. Apalagi kalau yang namanya diskon, cashback, promo, dan sejenisnya itu ikut campur. Wah … bahaya.
Ketiga hal di atas hanya sebagian kecil penyebab mengapa besar pasak daripada tiang bisa terjadi. Barangkali juga kamu mengalami hal lain. Bisa jadi, kebutuhan keluarga kamu memang besar, karena kamu merupakan sandwich generation.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Ada beberapa cara nih, yang bisa kamu coba:
- Hitung kebutuhanmu serealistis mungkin; berapa penghasilan dan berapa bujet bulanan harus sesuai fakta.
- Susun ulang prioritas pengeluaran: mana yang penting dan mendesak, penting tapi tak mendesak, mendesak tetapi kurang penting, dan tak penting-tak mendesak. Pangkas pengeluaran sebisanya, dan buat bujet.
- Tambah penghasilan, cari cara lain untuk mendapatkan pemasukan tambahan; dagang, atau side hustle.
Silakan baca artikel Gaji Kecil: Pangkas Pengeluaran atau Tambah Penghasilan? ini juga ya.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Training Keuangan Karyawan untuk Kelola Gaji Tidak Stabil di Masa Darurat
PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, hingga sekarang PPKM Level 4. WFH kembali disarankan, yang artinya sebagian dari karyawan akan tidak menerima tunjangan transportasi, uang makan, kehadiran, dinas luar, dan sejenisnya lagi. Lalu bagaimana ya, cara kelola gaji yang tak stabil di masa-masa seperti ini? Well, pihak perusahaan bisa membantu karyawan di sini dengan memberikan training keuangan karyawan.
Karyawan, pada dasarnya, rentan terhadap banyak masalah keuangan, mulai dari terjerat utang, tak siap pensiun, tak punya jaminan kesehatan, sampai ketagihan terhadap sesuatu secara berlebihan hingga membahayakan keuangan. Ditambah lagi dengan kondisi yang sulit sejak pandemi COVID-19 seperti sekarang. Karyawan semakin rentan, seiring berkurangnya penghasilan mereka.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh para karyawan di masa-masa krisis seperti ini?
3 Hal Paling Penting yang Harus Dilakukan untuk Kelola Gaji Tidak Stabil di Masa Pandemi
1. Cek dana darurat
Di masa krisis, ketika kita harus dapat kelola gaji tidak stabil seperti ini, dana darurat akan jadi penyelamat yang penting.
Cek kembali dana darurat yang sudah kamu punya, apakah cukup untuk “menalangi” biaya hidup selama gaji dipangkas seperti ini? Kalau cukup, bisa sampai berapa bulan?
Dalam bentuk apakah dana daruratmu disimpan? Apakah seluruhnya sudah ada dalam instrumen yang likuid; mudah dicairkan dan dapat diakses oleh orang-orang yang dipercaya?
Jika memang dibutuhkan, pakailah dana darurat demi tetap bisa memenuhi kebutuhan dan beraktivitas seperti biasa. Nanti pada waktunya, kamu selalu bisa mengembalikan dana darurat itu jika gaji kamu sudah stabil lagi.
2. Ubah proporsi alokasi
Karena kondisinya juga berubah, dan kamu harus bisa kelola gaji tidak stabil di masa seperti sekarang, maka proprosi alokasi dana juga harus disesuaikan. Terutama ini wajib dilakukan jika kamu nggak memiliki dana darurat—atau yang jumlahnya belum memadai.
- Cek kebutuhan. Untuk di masa krisis seperti sekarang, prioritaskan pada kebutuhan pokok dan hal-hal yang bersifat kewajiban; seperti membayar cicilan, utang, utilitas rumah, premi asuransi, dan sebagainya. Yang di luar hal-hal esensial tersebut, bisa diturunkan prioritasnya
- Buat anggaran baru, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas yang baru
- Jika ada utang yang bisa segera dilunasi, secepatnya lakukanlah. Dengan begitu, beban akan lebih ringan ke depannya.
- Jangan menambah utang baru, setidaknya sampai gaji kamu sudah stabil lagi.
- Pindahkan anggaran dari pos yang berubah. Misalnya saja, kamu tidak akan perlu anggaran transportasi di masa WFH ini, maka bisa kamu alihkan ke pos kuota internet supaya bisa beli paket buat meeting online. Kamu mungkin juga lebih baik memasak sendiri, sehingga anggaran kongko dan nongkrong di kafe bisa dipakai untuk membeli bahan makanan yang berkualitas.
3. Jika mampu, tetap investasi
Kelola gaji tidak stabil memang butuh kejelian, untuk bisa mengenali mana yang penting dan mendesak, serta mana yang bisa ditunda. Tak ketinggalan soal investasi.
Jika setelah direalokasi ternyata anggaran bulanan kamu masih memungkinkan, maka investasi haruslah juga menjadi prioritas. Justru di saat-saat seperti ini, kalau kamu sudah mulai investasi sejak awal, bisa jadi malah jadi penolong loh. Karena itu, investasi sebisa mungkin harus jalan terus.
Jika kamu waswas dengan kondisi pasar yang tak menentu, kamu bisa memprioritaskan investasi-investasi jangka pendek lebih dulu. Instrumen jangka pendek umumnya memiliki risiko yang relatif rendah, sehingga biasanya juga akan lebih tahan banting menghadapi krisis. Contohnya seperti deposito atau reksa dana pasar uang.
Meski demikian, teteup ya … Sesuaikan dengan kemampuan. Kalau misalnya di tengah usaha kamu untuk kelola gaji yang tidak stabil ini ternyata kamu kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan pokok, ya bisa saja libur investasi dulu.
Pihak Perusahaan Sebaiknya Membantu dengan Cara Ini
Pihak perusahaan sudah tentu harus mematuhi ketentuan yang dibuat oleh pemerintah—toh untuk kebaikan bersama juga kan? Namun, kebijakan WFH harus disadari membawa dampak langsung terhadap penghasilan karyawan. Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh pihak perusahaan untuk meringankan beban karyawan?
Ada banyak cara, namun yang paling efektif adalah dengan memberikan training keuangan karyawan bersama QM Financial mengenai bagaimana cara kelola gaji yang tidak stabil selama kondisi darurat.
Mengapa Harus Training Keuangan Karyawan Bersama QM Financial?
Karena training keuangan karyawan bersama QM Financial itu memiliki beberapa keunggulan:
- Bisa disesuaikan dengan kebutuhan
- Modul mudah dipahami
- Cara penyampaian materi fun dan practical
- Bisa dilakukan secara online melalui berbagai platform webinar atau online meeting dengan mudah
- Aplikatif
Nah, tunggu apa lagi? Hubungi QM Financil melalui WhatsApp ke 0811 1500 688.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.