Training Finansial: 1 dari 2 Karyawan Selalu Merasa Gaji Tak Cukup, Apa Sebabnya?
Survei yang dilakukan oleh QM Financial terhadap klien korporasi mengungkap data, bahwa sebanyak 51% karyawan merasa gaji tak cukup.
Padahal, ya namanya juga karyawan. Gaji adalah tujuan utama dalam bekerja, dan jadi motivasi untuk dapat memberikan kinerja yang baik. Tapi fakta di lapangan, penyebab gaji tak cukup ini tak melulu karena perusahaan memberikan gaji di bawah rata-rata. Faktanya (lagi), UMR pun sebenarnya ditetapkan berdasarkan perhitungan kebutuhan hidup seseorang dengan status masih lajang sesuai dengan kondisi setempat.
Tapi, apa ya, yang menyebabkan 1 dari 2 karyawan selalu merasa gaji tak cukup? Bisa jadi karena beberapa hal berikut ini.
Alasan Karyawan Merasa Gaji Tak Cukup
1. Jeratan utang
Salah satu masalah yang paling banyak dialami oleh karyawan adalah soal utang. Ya, utang memang tidak dilarang, tetapi jika dilakukan tanpa perhitungan yang mendalam dan bijak, utang bisa jadi bumerang. Alih-alih menjadi solusi, utang justru membuat kita jadi semakin jatuh dalam masalah. Makin lama makin rumit, bak benang kusut.
Banyak alasan kenapa karyawan melakukan utang. Mulai dari dipakai untuk membeli rumah, membeli kendaraan, gawai, sampai gesek kartu kredit buat nongkrong atau beli baju branded.
Sekali lagi, utang tentu tak dilarang. Mau dipakai untuk apa pun dananya, itu kembali ke masing-masing individu. Namun, sudah pasti, sebelum utang, harus pasti dulu kita akan bisa membayarnya sesuai waktu yang sudah ditentukan.
Tak memiliki perencanaan dalam mengembalikan utang, akan membuat kesehatan keuangan terganggu. Di sinilah nanti, karyawan akan selalu merasa gaji tak cukup.
2. Tingginya gaya hidup
UMR ditentukan berdasarkan perhitungan kebutuhan hidup seseorang yang berstatus lajang setempat. Penentuan besaran gaji UMR juga tak pendek, butuh proses yang panjang dari pemerintah. Dengan demikian, logikanya, jika seseorang sudah menerima gaji lebih atau sama dengan besaran gaji UMR, maka asumsinya akan cukup dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tapi kok bisa, karyawan merasa gaji tak cukup padahal besaran penghasilannya dari gaji berkali lipat dari gaji UMR?
Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup. Kebutuhan hidup itu tidaklah mahal, dan gaji sudah disesuaikan. Tapi, dalam gaji, tidak ada perhitungan yang memasukkan elemen ‘gaya hidup’. Jadi, beban gaya hidup akan harus diambil dari alokasi kebutuhan hidup.
Nah, masalahnya, masih cukup banyak yang belum bisa membedakan, mana kebutuhan hidup dan mana gaya hidup.
Kebutuhan hidup itu nggak mahal. Yang mahal adalah gaya hidup.
3. Sandwich generation
Banyak karyawan—terutama generasi milenial—yang tak hanya harus menanggung hidup keluarga kecilnya sendiri, yang terdiri atas pasangan dan anak-anaknya. Namun juga, harus menanggung biaya hidup orang tuanya yang sudah pensiun, adiknya yang masih sekolah, juga ponakan-ponakannya, sepupu-sepupunya, dan masih banyak lagi.
Tentu saja, hal ini akan menambah beban si karyawan sehingga wajar jika selalu merasa gaji tak cukup. Perhitungan gaji UMR tidak memasukkan biaya hidup orang tua, ponakan, sepupu, om, dan tante ke dalam formulanya, bukan?
Dalam sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS tahun 2020, menyebutkan fakta bahwa kelompok usia produktif (usia 24 – 55 tahun, yang terdiri atas generasi X dan milenial) ternyata harus menopang 4 generasi lain yang sudah tidak produktif dan belum produktif. Generasi tidak produktif terdiri atas generasi pre-baby boomer (75 tahun ke atas) dan generasi baby boomer (56 – 74 tahun). Sedangkan, generasi belum produktif adalah mereka yang masih bersekolah, yaitu generasi Z (8 – 23 tahun) dan generasi post Z (di bawah 8 tahun).
Dilihat dari rasionya, yaitu 1 : 4, tentu ini menjadi beban tersendiri. Apalagi jika dikaitkan dengan perhitungan gaji UMR yang hanya untuk diri sendiri yang masih lajang.
Training Finansial untuk Membantu Karyawan
Alhasil, karena alasan-alasan di atas, banyak karyawan yang—jangankan berinvestasi—menabung saja sulit. Jangankan membangun dana pensiun, kalau tanggal tua berasa banget misqueen-nya. Jangankan memenuhi kebutuhan masa depan, kebutuhan sekarang saja pakai utang.
Sudah pasti, segala macam masalah keuangan ini akan memengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan. Lantas, apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk membantu karyawan dalam hal ini?
Training finansial yang menyeluruh, bertahap sesuai jenjang, dan berkelanjutan akan dapat membantu karyawan mengatasi masalah keuangan pribadinya.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training finansial karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
3 Alasan Kamu Diberi Gaji Tinggi
Beberapa pekan lalu, media sosial sempat dihebohkan dengan polemik gaji tinggi vs gaji rendah. Saking ramainya banyak yang membahas di berbagai platform.
Well, sebagai karyawan siapa sih yang nggak pengin dapat gaji tinggi?
Memiliki gaji yang besar membuat kita merasa aman secara finansial. Kita bisa mengalokasikan gaji tersebut ke berbagai pos, melakukan investasi dan bisa memiliki hal-hal yang diinginkan seperti membeli rumah misalnya bisa tercapai.
Kalau ditanya, emang ada yang diberi gaji sampai nominal ratusan juta per bulan? Tentu ada dong.
Menurut laporan Talent Reports 2021, dari survei terhadap 420 perusahaan dengan responden sebanyak 3420 pekerja di Indonesia, posisi yang menempati lima besar dengan gaji tinggi sebagai berikut:
- C-suite yang meliputi Chief Executive Officers, Chief Financial Officers, Chief Operating Officers, posisi ini memiliki gaji di kisaran Rp 137 juta sampai Rp 250 juta.
- Head of finance dengan gaji mulai dari Rp 115 juta.
- Country Sales Manager, memiliki gaji mulai dari Rp 113 juta – Rp 175 juta.
- Head of risk, gaji yang diterima mulai dari Rp 150 juta.
- Marketing director, gajinya di kisaran Rp 110 juta – Rp 150 juta.
Dengan nominal tersebut jangan hanya melihat dari besarannya saja tapi ada tanggung jawab besar yang menyertai setiap posisi. Namun, penasaran nggak sih apa yang membuat kamu ataupun mereka diberi gaji tinggi?
3 Alasan Karyawan Diberi Gaji Tinggi
1. Memiliki Pengalaman dan Kompetensi yang Mumpuni
Pernah mendengar karyawan yang kerja dari jalur professional hire?
Ya, mereka ini direkrut oleh head hunter karena memiliki pengalaman dan kompetensi yang sudah tidak diragukan lagi untuk menempati posisi level manajerial.
Biasanya, orang seperti ini sudah memiliki pengalaman dalam kurun waktu dan di posisi tertentu. Tak hanya itu juga, skill yang dimiliki pun dipertimbangkan dalam merekrut karyawan di jalur professional hire ini.
Pada umumnya head hunter mencari karyawan dengan pengalaman dan kompetensi mumpuni ini dalam mode ‘senyap’, karena untuk level manajerial biasanya akan ada rekomendasi dari HRD satu perusahaan ke perusahaan lain. Atau biasanya menemukan profesional ini dari Linkedin.
Nah, ini kesempatan bagi kamu untuk mengembangkan kompetensi agar bisa naik level dan bisa memperoleh gaji tinggi. Karena ketika kamu di level pengalaman bertahun-tahun ditambah kompetensi mumpuni akan dinilai sebagai orang yang bisa berpotensi membesarkan perusahaan.
2. Memiliki Tanggung Jawab yang Besar
Coba perhatikan lagi posisi-posisi di atas yang memiliki gaji tinggi. Semua posisi tersebut jika dilihat dari kacamata awam, tugasnya ya mengarahkan saja. Tapi, sebenarnya tugas mereka jauh lebih rumit.
Seorang direktur misalnya, tugas mereka, selain mengarahkan, mereka dituntut juga untuk dapat berpikir strategis. Kadang mereka harus memikirkan strategi pengembangan perusahaan, sekaligus juga harus bisa mengambil keputusan yang tepat terkait keuangan, marketing, dan sebagainya.
Apabila terjadi kerugian, merekalah yang akan bertanggung jawab di hadapan manajemen, juga pasang badan di depan investor.
3. Kemampuan Bekerja di Bawah Tekanan yang Tinggi ataupun Jam Kerja yang Panjang
Ada beberapa pekerjaan dengan gaji tinggi yang mengharuskan kita untuk meluangkan waktu yang lebih. Tak hanya itu juga, tekanan yang dihadapi jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain.
Tak heran di posisi-posisi tertentu, sering kali harus lembur, hingga waktu dengan keluarga berkurang. Pun harus bisa memikirkan strategi apa saja yang bisa dilakukan agar profit perusahaan bisa meningkat, bagaimana strategi marketing dan pengembangan bisnis yang tepat, dan lain sebagainya.
Tak semua orang bisa memangku beban sebanyak itu. Dibutuhkan bertahun-tahun jam terbang untuk bisa menempa mental menghadapi jam kerja juga tekanan yang tinggi di dalam perusahaan.
Jadi, bisa nggak karyawan memperoleh gaji tinggi?
Bisa banget!
Tenang, semua orang yang menempati level manajerial memulainya dari bawah kok. Pasti ada trial dan eror dalam menemukan ritme kerja juga perusahaan yang memberikan kenyamanan.
Tapi, yang perlu kamu ingat bahwa untuk bisa memiliki gaji tinggi, kamu harus bisa mengasah skill yang dimiliki. Siapa pun nggak akan bisa mencapai level gaji tinggi dalam sekejap, it takes a time.
Walaupun begitu, ada baiknya kamu mengetahui juga standar gaji dalam bidang pekerjaan yang tengah kamu geluti sekarang ini, supaya kamu bisa mempertahankan kinerja, dan memastikan dirimu sendiri mendapatkan imbalan yang sesuai dengan kinerja.
Sudah memiliki gaji tinggi, jangan lupa untuk mengelola keuangan lebih baik lagi. Ikutlah dengan antusias, jika perusahaanmu mengadakan training finansial karyawan. Atau, kalau belum ada, usulkanlah untuk diadakan, karena training keuangan untuk karyawan secara efektif dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja lo.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688, untuk mendapatkan penawaran training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.