5 Hal Keuangan yang Bisa Bikin Ipar Adalah Maut
Sudah nonton film Ipar Adalah Maut? Atau seenggaknya, pernah mengikuti ceritanya yang sempat viral di media sosial, khususnya TikTok, beberapa waktu yang lalu?
Yah, sebagai informasi saja, mungkin ada yang belum tahu, cerita ini konon memang terjadi secara nyata, dan diviralkan oleh salah satu akun di TikTok. Intinya, sebuah rumah tangga “harus” hancur karena hubungan yang tidak seharusnya antara suami dan adik ipar—alias adik istrinya.
Mari untuk tidak menghakimi, tetapi umumnya sih, kalau dalam satu hubungan suami istri kemudian ada “pihak ketiga” pasti jadinya akan terganggu. Enggak cuma soal hati, soal finansial juga loh.
Hal finansial apa saja nih, yang bisa ruwet gara-gara ipar; yang bisa bikin ipar adalah maut?
Table of Contents
Ipar Adalah Maut dalam 5 Hal Finansial Ini
1. Hobi Utang
Kalau punya hobi utang dengan enggak bertanggung jawab, itu bisa juga jadi ipar adalah maut. Misalnya, kalo pinjamannya enggak dikembalikan sesuai janji, bisa-bisa bikin suasana jadi canggung dan tegang.
Makanya, sebelum memutuskan untuk kasih pinjam uang, ada baiknya dipikir-pikir dulu. Usahakan juga untuk selalu menjelaskan semuanya dari awal, seperti kapan harus dibayar dan berapa, biar enggak ada salah paham yang bisa merusak hubungan.
Hal ini juga bisa jadi masalah kalau misalnya ipar kita punya utang ke orang lain, terus entah gimana ceritanya, kita yang harus membayar. Ini bisa bikin situasi jadi lebih ruwet lagi.
Pasti akan muncul perasaan enggak adil karena harus menanggung beban utang orang lain, apalagi kalau nggak ada kesepakatan jelas sebelumnya. Hal kayak gini penting banget untuk dibicarakan dengan terbuka, supaya nggak ada yang merasa dirugikan atau terbebani lebih dari yang seharusnya.
Baca juga: Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
2. Gaya Hidup yang Berbeda
Kadang, keluarga juga punya gaya hidup yang berbeda, termasuk cara mengatur keuangan. Sedikit banyak, perbedaan ini bisa menimbulkan gesekan juga. Misalnya, mungkin kita lebih hemat, sementara ipar kita hobi banget belanja impulsif.
Sebenarnya sih ini bisa saja enggak saling mengganggu. Namun, akan jadi lebih rumit kalau misalnya si ipar minta kita untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah atau berbeda itu. Pastinya kita merasa keberatan dong. Terutama kalau gaya hidupnya “enggak wajar”.
Hal seperti ini butuh diobrolkan dengan baik-baik, supaya enggak ada yang merasa terbebani dan hubungan antar keluarga bisa tetap lancar tanpa ada yang tersakiti.
3. Numpang Hidup
Kalau ada ipar yang numpang hidup di rumah, numpang makan, tetapi malas kerja, itu bisa jadi masalah juga. Situasi kayak gini mungkin awalnya sih oke-oke saja, tetapi lama-lama bisa bikin kesal juga, kan? Rasanya kayak enggak mau usaha sendiri, malah terus bergantung pada orang lain.
Jika hal ini terjadi, maka penting banget untuk diobrolkan terutama antara pasangan dan si ipar. Beri tahukan bagaimana perasaan kita, lalu dorong mereka buat mulai mandiri. Harus ada kesepakatan yang jelas soal tanggung jawab masing-masing, supaya enggak ada ipar adalah maut dan agar enggak ada yang merasa diperlakukan enggak adil.
4. Biaya Nikah
Biasanya, sih, ini terjadi kalau keluarga pasangan kita atau kita sendiri punya tradisi atau kesepakatan tertentu yang mengharuskan kita ikut andil dalam pembiayaan. Bisa jadi kita merasa keberatan, terutama jika kondisi keuangan kita lagi nggak mendukung.
Penting banget untuk jujur tentang kemampuan finansial kita dan mengobrolkannya secara terbuka dengan pasangan atau keluarga besar. Bicarakan baik-baik soal apa yang bisa dan enggak bisa kita bantu, biar semuanya jelas dan nggak ada yang merasa kecewa.
Usahakan untuk tetap mendukung dalam hal lain, seperti persiapan atau pemberian moral, supaya meski kita enggak bisa bantu banyak secara finansial, ipar tetap merasa didukung dan dihargai.
5. Warisan
Jangankan sama ipar, soal warisan ini bisa jadi topik yang panas banget sama keluarga sendiri. Misalnya, kalau sudah ngobrol soal bagi-bagi harta warisan, kadang bisa muncul masalah karena ada yang merasa enggak adil atau kurang jelas mengenai pembagiannya.
Misalnya, si A dapat lebih banyak daripada si B, atau ada yang merasa dirugikan karena enggak terlibat dalam pengambilan keputusan. Situasi seperti ini bisa bikin suasana jadi tegang dan bikin hubungan antar keluarga, termasuk dengan ipar, jadi enggak enak.
Yang paling penting itu, coba pastikan bahwa semua jelas dan adil dari awal. Usahakan juga untuk komunikasi terbuka tentang ekspektasi dan kebutuhan masing-masing, supaya enggak ada yang merasa tersisih atau terluka hatinya. Dengan cara ini, mudah-mudahan bisa menghindari keributan dan menjaga hubungan keluarga tetap harmonis.
6. Biaya Kuliah
Ikut membiayai kuliah bisa jadi masalah yang cukup berat juga. Mungkin kita pengin membantu karena merasa sudah seperti keluarga sendiri, tetapi di sisi lain, bisa jadi ada rasa keberatan karena itu juga bukan tanggung jawab kita secara langsung. Apalagi, kuliah itu kan enggak murah.
Penting banget buat duduk bareng dan lagi mengobrolkannya secara terbuka. Cari tahu apa yang bisa kita lakukan tanpa harus merasa keberatan. Misalnya, mungkin kita bisa bantu dengan biaya buku atau biaya hidup lainnya, bukan langsung semuanya.
Dengan begitu, kita tetap bisa tunjukkan dukungan tanpa harus terbebani secara finansial. Yang paling penting, pastikan keputusan yang diambil enggak mengganggu kondisi keuangan kita sendiri.
Baca juga: Peduli Masa Depan, Hentikan Rantai Sandwich Generation di Kamu!
So, menentukan batasan memang perlu. Apalagi dengan hal-hal yang bisa mengganggu keseimbangan hidup. Dalam hubungan suami istri, kebutuhan keluarga inti pastinya harus selalu jadi prioritas. Jangan sampai jadi ipar adalah maut.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengatur Keuangan Keluarga Saat Suami Tak Berpenghasilan
Baru-baru ini ada thread viral tentang keputusan seorang istri mengikhlaskan suaminya resign dari kantor tempatnya bekerja, karena alasan kesehatan. Setelah menelusur, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa ditarik sebagai pelajaran ketika akhirnya suami tak berpenghasilan dan mengandalkan penghasilan istri saja.
Memang ya, hidup di Indonesia itu cukup challenging. Beberapa norma yang berlaku masyarakat kadang lantas membuat pihak-pihak tertentu menjadi tampak “tidak normal” jika tidak diikuti. Termasuk soal penghasilan untuk keluarga. Umumnya, suami memang dianggap seseorang yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga; memberi nafkah istri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, kadang, fakta di lapangan berkata lain. Karena berbagai sebab, suami tak dapat melakukan tugas, dan harus melimpahkan tanggung jawab sebagai penafkah kepada istri. Salahkah suami jika melakukan hal tersebut? Enggak selalu, karena banyak alasannya. Kesehatan adalah salah satu alasan terbesarnya. Tapi ya begitulah, saat gaji istri lebih besar saja kadang jadi masalah. Apalagi kalau suami tak berpenghasilan. Di Indonesia, ini adalah masalah yang besar.
Mengatur keuangan dari penghasilan satu pintu tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau kedua pasangan tadinya sama-sama bekerja. Penurunan pemasukan keluarga pasti akan memengaruhi kondisi ekonomi. Sedikit atau banyak, itu relatif.
Terlepas dari soal stigma sosial yang harus dihadapi, persoalan keuangan ini juga akan menjadi tantangan besar bagi pasangan dengan suami tak berpenghasilan. Pasalnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada gap antara penghasilan perempuan dan pria di Indonesia. Masih banyak perempuan bekerja yang digaji lebih rendah daripada pria untuk level jabatan yang sama. Tak hanya soal feminis, tapi data yang menyatakannya. Jadi, walaupun istri mengambil alih peran penafkah keluarga, tetapi bisa jadi penghasilan ya tetap saja tidak akan sebesar penghasilan suami yang bekerja.
Artinya, masalah keuangan ini adalah masalah yang serius. Apalagi kita masih dalam situasi tak berkepastian seperti sekarang. Kebutuhan makin banyak, sekaligus semakin sulit didapatkan.
Lalu, bagaimana ya cara mengatur keuangan bagi keluarga dengan suami tak berpenghasilan?
Atur Keuangan untuk Keluarga dengan Suami Tak Berpenghasilan
Pastikan pertimbangan dan persiapannya matang
Kalau menelusur dari thread viral yang disebutkan di awal tadi, ada penjelasan bahwa sebelum suami tak berpenghasilan, keluarga tersebut sudah punya tabungan 10x gaji dan sempat membeli asuransi yang memadai. Seiring waktu, malahan tabungan ini tidak perlu digunakan sama sekali, dan kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari penghasilan istri sepenuhnya.
So, apa moral of the story? Yes, persiapan yang matang.
Memutuskan resign tak boleh dilandasi emosi, karena bisa membuat kita bias dalam mengambil keputusan hingga akhirnya tak melakukan persiapan. Padahal, hidup ke depan setelah resign harus dipikirkan dengan baik, apalagi jika sudah ada tanggungan.
Atur kembali rencana dan anggaran
Mengelola keuangan rumah tangga dari penghasilan 2 pintu menjadi satu pintu bukan perkara gampang. Karena itu, persiapan adalah koentji dan kemudian lakukan financial check up untuk membuat evaluasi dan mengetahui secara pasti kondisi keuangan keluarga saat suami tak berpenghasilan lagi.
Atur kembali rencana keuangan yang mungkin tadinya sudah ada. Kamu bisa meninjau kembali tujuan-tujuan keuangan, dan menyusun ulang berdasarkan hasil financial check up yang sudah dilakukan. Buat anggaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Cicilan utang dan kebutuhan primer menjadi prioritas utama. Yang lain, kamu bisa sesuaikan dengan kemampuan. Bahkan investasi bisa dikurangi dulu, selama keuangan belum stabil lagi. Ke depannya, fokuslah pada menjaga cash flow agar tetap positif.
Amankan Dana Darurat dan Asuransi
Punya asuransi kesehatan adalah hal yang tak bisa ditawar. Asuransi kesehatan akan dapat memberikan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan. Apalagi biaya kesehatan terus meningkat. Meskipun iurannya naik, tapi BPJS Kesehatan tetap bisa jadi pilihan pertama. Selanjutnya, tergantung kebutuhan.
Jika istri kemudian menjadi penafkah utama karena suami tak berpenghasilan, maka pastikan istri memiliki asuransi jiwa. Setelah itu, pastikan dana darurat dalam kondisi yang memadai juga.
Tinjau kembali cicilan utang
Memang dalam praktiknya, cicilan utang harus menjadi prioritas apa pun kondisinya. Tapi saat suami tak berpenghasilan, maka bisa jadi cicilan akan menambah beban. So, coba cari cara untuk meringankannya.
Barangkali ada beberapa cicilan yang bisa dilunasi dulu sebelum akhirnya suami resign. Terutama untuk cicilan konsumtif yang berbunga besar. Pastikan untuk tidak menambah utang besar dan konsumtif saat nanti keuangan belum stabil.
Jika memang perlu, kamu bisa mengajukan restrukturisasi utang yang cicilannya terlalu besar dan membebani. Mungkin ada diskon bunga, atau tenor bisa diperpanjang. Apa pun kondisinya, sebaiknya dijelaskan pada pihak pemberi pinjaman. Prinsipnya, mereka akan lebih memilih melunakkan pinjaman daripada risiko gagal bayar meningkat. Termasuk KPR.
Tambah penghasilan
Jika memang perlu dan memungkinkan, cobalah untuk mencari alternatif lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Baik untuk suami maupun hal yang bisa dilakukan berdua.
Memang, kualitas hidup tak hanya tergantung pada penghasilan yang didapatkan, tetapi pada cara kelola uang yang ada. Tapi bagaimanapun, keluarga dengan keuangan yang sehat pastilah akan lebih mudah menjalani kehidupan. Karena itu, kita tetap realistis dan berusaha agar ‘dapur tetap mengepul’, apa pun caranya asal halal.
Dana Pensiun
Suami tak berpenghasilan bukan berarti pensiun, jika sekarang masih mengandalkan penghasilan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. So, tetap ada PR besar untuk bisa membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan passive income. Pasalnya, bagaimanapun juga, nantinya jika istri yang akan menjadi tulang punggung keluarga, akan ada waktu juga baginya untuk pensiun.
So, meski berat, persiapkan sejak sekarang.
Itu dia cara mengatur keuangan keluarga jika suami tak berpenghasilan, dan hanya mengandalkan dari penghasilan satu pintu, yaitu dari istri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Ceklis Keuangan yang Harus Dibicarakan Berdua Sebelum Menikah
Banyak orang yang bilang, menikahlah maka masalah hidup akan lebih ringan. Tapi, apa benar menikah adalah solusi? Bukannya menikah itu justru awal dari hidup yang sebenarnya ya? Karena itu, kita harus mempersiapkan banyak hal sebelum menikah.
So, buat kamu yang setuju dengan pernyataan terakhir, mari sini ngumpul! Kita akan mengobrol lebih jauh soal ini.
Menikah Awal Hidup yang Sebenarnya
Jika kamu masih melanjutkan bacanya sampai bagian ini, berarti kamu setuju ya dengan pernyataan di atas?
Memang benar, sebelum memutuskan untuk menikah atau merencanakannya, ada banyak hal yang harus kamu pahami, perhatikan, dan persiapkan dulu bersama pasangan. Mengapa? Karena kamu akan hidup bersamanya sampai cukup lama lo! Tentu saja kamu pengin menikah sekali untuk selamanya kan? Bisa jadi kamu akan hidup sampai lebih dari 50 tahun bareng-bareng, kalau iya.
So, untuk menempuh perjalanan yang sebegitu panjang, sudah pasti butuh persiapan yang baik. Satu hal terbesar yang enggak boleh lupa untuk dihayati adalah bahwa kamu akan hidup bersama pasanganmu itu 100% tanpa ragu lagi. Pasalnya, setelah menikah itu bisa jadi berbeda banget dengan masa-masa pacaran—sebelum menikah.
Untuk bisa 100% enggak ragu dan bisa mantap melangkah menempuh perjalanan hidup berdua, salah satu masalah yang harus dipersiapkan sejak awal adalah keuangan.
Enggak bisa memungkiri, bahwa topik keuangan itu memang topik yang sensitif banget, bahkan buat kamu yang sudah berpasangan. Kamu tahu, bahwa masalah ekonomi merupakan penyebab kedua terbesar perceraian suami istri?
Ini dia datanya, sesuai yang dirilis oleh Pengadilan Agama Indonesia tahun 2021.
So, jangan sampai masalah ini menjadi masalah kamu dan pasangan deh ke depannya ya, karena pada dasarnya masalah keuangan ini bisa kok diatasi sejak dini. Terutama, dari sisi kamu sendiri.
Lalu, bagaimana cara mengantisipasi munculnya masalah keuangan saat sesudah menikah? Ya, dengan mempersiapkannya sebelum menikah.
Berikut beberapa hal keuangan yang harus benar-benar kamu cek dan pastikan kalau kondisinya aman sebelum menikah.
Ceklis Keuangan Sebelum Menikah
Bisa terbuka enggak satu sama lain?
Terbuka ini penting banget lo. Bisa dikatakan, ini dulu yang harus dicek, sebelum ke yang lain-lainnya. Kalau keterbukaan ini tidak bisa dicapai, maka kamu bisa anggap bahwa sudah muncul satu red flags di sini, dan harus segera kamu atasi sebelum menikah.
Pasalnya, masih banyak yang menganggap tabu untuk ngomongin duit. Sebatas, “Besok nikah, biayanya bujet berapa ya? Siapa yang tanggung? Kalau patungan, berapaan?” seperti itu saja ada yang merasa risih untuk membicarakannya. Salah satu penyebabnya adalah takut dibilang matre.
Padahal, kita harus realistis. Karena terbuka soal keuangan artinya kamu mengakui batasan-batasan finansial yang bisa dicapai oleh kamu dan pasanganmu.
So, sebelum menikah, biasakan untuk mengobrol apa saja termasuk keuangan. Memang sih, mungkin akan belum terlalu terbuka semacam gaji juga masih diomongin kisaran saja. Atau belum punya rekening bersama. Tapi setidaknya, sudah mulai saling tahu pola pengelolaan keuangan masing-masing. Ibaratnya, siapa yang boros, siapa yang hemat, siapa yang impulsif, dan seterusnya harus sudah diketahui sebelum menikah.
Sumber penghasilan
Semakin serius hubungan, maka bisa jadi obrolan keuangan juga semakin serius. Pada akhirnya, kamu dan pasanganmu harus saling tahu sumber penghasilan masing-masing. Memang enggak gampang sih, apalagi kalau ada ketimpangan penghasilan antara kedua pasangan. Ya, itu tadi, soal dianggap matre.
Tapi, apa pun itu, harus dicoba untuk diobrolkan. Karena ke depannya akan lebih mudah bagi kamu dan pasanganmu untuk mengelola keuangan keluarga saat sudah menikah. Efeknya akan jangka panjang.
Peran masing-masing
Nah, ini juga sangat penting dan sebaiknya sudah ditentukan sejak sebelum menikah. Siapa yang jadi pencari nafkah utama, siapa yang akan jadi bendahara, siapa bayar apa, siapa bagian apa, sistemnya seperti apa, dan seterusnya. Jangan sampai terkena sindrom Papa Bos, Mama Bos—dua-duanya bos, yang jadinya malah membuat pembagian peran enggak jelas.
Ini penting, karena pola pengelolaan keuangan—terutama soal anggaran—ini akan berbeda sekali antara sesudah dan sebelum menikah. Pertama, karena dua orang pasti berbeda juga cara pengelolaannya. Kedua, kondisi berubah dan kebutuhan juga bisa jadi bertambah.
Sampai di sini, kalau sudah terbiasa terbuka seperti yang dijabarkan di point pertama di atas sih biasanya tidak akan banyak menemui kesulitan untuk bersepakat.
Utang piutang
Kamu dan pasanganmu juga harus tahu persis, apakah masing-masing punya utang atau tidak.
Jika punya, berapa jumlahnya? Bagaimana cara pembayarannya? Masih berapa lagi nyicilnya? Hal ini perlu diobrolkan baik jika kamu ataupun pasanganmu yang memiliki utang.
Meskipun secara hukum, utang yang dibuat sebelum menikah tidak menjadi tanggung jawab bersama, tetapi nantinya hal ini akan berdampak ke pengaturan keuangan keluarga. Banyak lo, pasangan yang tidak berterus terang soal utang ini sebelum menikah, dan pada akhirnya jadi merasa terjebak.
Sandwich generation?
Hal lain yang juga harus dicek dan dibicarakan sebelum menikah apakah kamu dan pasanganmu merupakan sandwich generation atau bukan.
Kondisi ini nantinya seakan banyak dapur yang dibiayai oleh satu orang. Pastinya, akan berpengaruh ke keuangan kan, nantinya? Dan, pengaruhnya enggak kecil lo!
So, cobalah bahas secara santai dengan pasanganmu ya, bagaimana pengaturan anggarannya supaya masing-masing tidak terganggu.
Tujuan keuangan
Sejak sebelum menikah, akan baik adanya jika kamu dan pasangan sudah mulai membicarakan juga berbagai tujuan keuangan keluarga yang hendak dicapai berdua.
Misalnya, mau tinggal di mana? Kapan mulai merencanakan punya rumah sendiri? Mau punya anak berapa? Bagaimana pendidikannya nanti? Mau beli mobil? Mau punya tabungan liburan? Pengin beribadah ke tanah suci? Kira-kira bakalan pensiun usia berapa?
Kok banyak ya? Ya memang banyak, bestie. Karena itu, susun prioritas. Buat tujuan jangka pendek, menengah, hingga panjang. Enggak harus semua langsung dieksekusi, yang harus dibicarakan berdua adalah rencana dulu. Selanjutnya, bisa dimatangkan sambil jalan. Dengan demikian, keuangan bisa terarah sesuai tujuan dan cita-cita masing-masing.
Boleh bekerja?
Nah, ini juga masalah yang sering jadi batu sandungan. Bahkan, kadang bisa mengarah ke tindak kekerasan finansial kalau misalnya tidak ada kesepakatan sejak awal.
So, ada baiknya dibicarakan sejak sebelum menikah. Setidaknya, persepsi haruslah sama. Kalau tidak, ya harus ada kompromi agar tercapai solusi yang baik untuk semuanya. Pada dasarnya boleh saja jika memang memutuskan untuk satu penghasilan, asalkan merupakan hasil kesepakatan.
Nah, itu dia 7 ceklis keuangan yang harus dibicarakan berdua dengan pasangan sebelum menikah. Banyak ya, ternyata persiapannya? Iya, karena menikah adalah sebuah tahapan hidup. Berani melangkah ke pelaminan artinya kita siap untuk naik kelas. Untuk naik kelas, ya harus usaha dan bersiap, karena di kelas selanjutnya, biasanya juga bakalan ada ujian yang tidak mudah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kelola Uang Belanja Pas-Pasan Keluarga Muda, Ini 5 Kiat Sederhananya
Salah satu hal paling tricky dalam rumah tangga adalah ketika kita harus mengatur uang belanja bulanan.
Ya, gimana ya? Namanya kebutuhan keluarga, itu sudah pasti banyak banget, tapi sayangnya, dana enggak sebanyak itu. Jadi, mau enggak mau, harus dicukupkan. Apalagi kalau masih keluarga muda. Karena itu, penting bagi setiap pasangan suami istri untuk pintar mengelola keuangan keluarga.
Tantangan Para Ibu dalam Keluarga Muda
Kondisi yang paling umum terjadi adalah belum lama menikah, mungkin sudah punya anak tapi masih bayi. Pencari nafkah bisa jadi dari dua pintu, yaitu nafkah dari suami dan nafkah istri. Tapi, bisa juga kondisinya memiliki penghasilan hanya dari satu pintu lantaran si ibu resign demi mengurus bayi di rumah.
Soal karier, bisa jadi masih dirintis. Belum benar-benar berada di posisi yang mapan, meski sudah berpenghasilan tetap. Cukup, tapi ya harus benar-benar dicukupkan. Dan, kebutuhan bayi itu memang luar biasa. Bahkan ketika anak sudah mulai besar, kebutuhan itu tetap tak berkurang—hanya berganti jenisnya. Uang belanja tetap akan harus diatur dengan baik, kalau enggak mau boncos terus-terusan.
Kondisi seperti ini dialami sebagian besar keluarga muda, dengan ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga. Ini belum ngomongin soal kebutuhan lain. Kredit motor, KPR, keamanan kompleks, sampai kirim uang ke orang tua di kampung. Bisa nabung Rp100 ribu – Rp200 ribu setiap bulan saja sudah bagus banget.
Clueless, betul?
Tapi tenang. Ibarat beli panci, pasti sama tutupnya. Jadi, akan selalu ada solusi untuk setiap masalah yang ada. Asal tahu prinsip mengelola uang belanja, maka kesulitan pasti bisa dicari solusinya.
Mengelola Uang Belanja yang Pas-Pasan
1. Berkomunikasi
Kadang yang terjadi adalah uang belanja pas-pasan, tapi segan ngobrol sama suami. Takutnya, dianggap nggak becus mengelola keuangan keluarga dan menghemat uang belanja. Tapi, hal ini bisa bikin kamu jadi stres loh.
Rumah tangga terdiri atas 2 orang; suami dan istri. Ibu-ibu enggak sendirian loh. Memang betul, ibu adalah menteri keuangan di rumah. Tapi, suami ibarat presiden. Dan yakinlah, bahwa Ibu Sri Mulyani sering meeting dan rapat koordinasi dengan presiden kalau mesti bahas keuangan negara. Begitu juga dengan para ibu rumah tangga. Perlu banget ada rapat khusus keuangan dengan suami.
Buka catatan keuangan keluarga, saling mencermati agar bisa menemukan akar masalah dan kemudian mencari solusi bersama. Tanpa komunikasi yang lancar, rasanya mustahil ya, keuangan keluarga juga bisa tertata dengan baik.
2. Budgeting
Kebutuhan banyak, tapi uang belanja pas-pasan. Karena itu, budgeting penting, agar bisa menentukan prioritas dan akhirnya semua kebutuhan terpenuhi.
Ada banyak cara budgeting uang jajan dan uang belanja yang bisa dilakukan. Misalnya dengan aplikasi pengelolaan keuangan yang sekarang banyak ditemukan di PlayStore maupun AppStore. Selain itu, bisa juga dengan cara old school ala orang tua kita: pakai amplop-amplop.
Buatlah budgeting bersama suami. Tapi, semisal tidak memungkinkan, seenggaknya harus dikomunikasikan dengan pasangan, agar mereka juga tahu bagaimana peta keuangan kita.
Perhatikan masing-masing proporsinya. Misalnya mau pakai rumus 4-3-2-1 ala QM Financial, yang berarti 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk investasi, dan 10% untuk jajan atau lifestyle. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisi dan kemampuanmu.
3. Catat setiap pengeluaran
Tuliskan setiap pengeluaran, sebisa mungkin hingga detail, agar kamu tahu ke mana saja uangmu pergi. Jangan sampai kehilangan jejak, tahu-tahu dompet menipis tanpa tahu dipakai buat apa saja.
Catatan pengeluaran juga akan penting ketika kamu hendak membuat budgeting. Pasalnya, dari catatan keuangan, kamu tahu uang belanja sebelah mana yang bisa dipangkas lagi, atau lebih dihemat.
4. Buat tujuan jangka panjang
Uang belanja pas-pasan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini, juga kebutuhan di masa depan nanti. Karena itu, penting untuk membuat pemetaan tujuan keuangan, terutama jangka panjang.
Jangan sampai terlena hanya memikirkan kebutuhan hari ini, apalagi yang kurang penting, dan melupakan rencana masa depan. Bisa-bisa masa depanmu akan berpeluang banyak kesulitan keuangan. Seperti nggak siap pensiun, nggak siap dana pendidikan anak, dan sebagainya.
5. Tambah penghasilan
Uang belanja pas-pasan? Tapi bukan berarti kita tak bisa menambah penghasilan kan? Yuk, mulai dipikirkan sejak sekarang.
Jika mau berusaha, pasti ada caranya. Mungkin saja memang sibuk, tapi cobalah untuk berusaha agar uang belanja bisa ditambah.
Nah, itu dia beberapa langkah untuk mengatur uang belanja yang pas-pasan di keluarga muda.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bikin Rekening Bersama Suami Istri: Yay or Nay?
Rekening bersama kadang menjadi salah satu opsi perencanaan keuangan yang dipilih pasangan suami istri. Bahkan, bisa jadi model rekening bersama ini sangat cocok untuk mereka yang suka merencanakan sesuatu bersama pasangan.
Memang, rekening bersama dapat membantu keuangan keluarga lebih mudah dikendalikan. Nantinya pada rekening bersama yang dimiliki suami istri, masing-masing punya kuasa untuk menambah dan menarik dana yang ada pada rekening tersebut.
Tapi, ternyata model perencanaan keuangan dengan model rekening yang dibuat bareng ini nggak selalu cocok untuk setiap pasangan, pun kondisi loh. Kenapa? Nah, kita bahas saja yuk, secara khusus dalam artikel kali ini.
Konsep Rekening Bersama
Rekening bersama merupakan sebuah konsep layanan keuangan yang digunakan untuk menyimpan dana pada pihak ketiga sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui antara pihak pertama dan pihak kedua. Dana yang disimpan di dalam rekening ini hanya bisa dicairkan jika ada instruksi dari penyetor atau sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Biasanya, rekening jenis ini sering digunakan untuk jual beli online saat pelaku transaksi—penjual dan pembeli—tidak dapat bertemu secara langsung, yang digunakan untuk menghindari tindak penipuan dari kedua belah pihak. Jadi, fungsi rekening bersama ini menjadi sebuah jembatan. Kamu pasti enggak asing sih dengan sistem ini, kalau kamu hobi belanja online di marketplace-marketplace, yang mengharuskanmu untuk transfer duluan. Lalu, ketika barang sudah dikirimkan dan sampai ke tanganmu dengan selamat, dana baru diteruskan pada pihak penjual.
Nah, ternyata bukan hanya dapat membantu dalam transaksi jual beli online, rekening bersama ini dapat dibuat oleh pasangan suami istri di bank secara mandiri. Dana dalam rekening ini hanya bisa diambil saat kedua belah pihak mencantumkan tanda tangan bersamaan. Contohnya saat suami istri menabung bareng untuk biaya pendidikan anak. Dana hanya bisa dicairkan jika biaya pendidikan tersebut sudah dibutuhkan dan kedua belah pihak menyetujui pencairannya.
Kelebihan dan Kekurangan Rekening bersama
Sebagai produk keuangan, rekening bersama tentu ada plus minusnya. Kamu tinggal menentukan apakah cocok untuk memenuhi kebutuhanmu bersama pasangan atau tidak. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan:
- Mudah dikelola, semua informasi berada pada satu tempat. Pengeluaran dan pemasukan juga menjadi lebih mudah dipantau.
- Adil, rekening bersama membuat kedua pihak punya keleluasaan yang sama dalam hal menyimpan atau membelanjakan uangnya untuk keluarga. Bahkan bisa menjadi solusi bagi pasangan yang hanya memiliki penghasilan dari satu sumber atau salah satunya punya penghasilan yang rendah (beberapa kasus perceraian terjadi karena hal ini).
- Kerja sama dalam berumah tangga. Suami istri bukan lagi berbicara tentang dirinya masing-masing dalam hal apa pun. Rekening bersama menjadi salah satu cara pasangan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan keuangan. Caranya bisa dengan menabung, berinvestasi, dan yang lainnya. Cara ini bisa saling mengoreksi kebiasaan pengelolaan keuangan yang salah dan saling menjaga.
- Hemat, terutama biaya administrasi hingga denda. Beberapa bank biasanya menentukan batas simpanan minimal pada rekening yang dibuat. Rekening bersama ini dapat meminimalkan hal tersebut sehingga menjadi lebih efisien.
- Rekening bersama hanya bisa diambil saat kedua belah pihak menyetujuinya, sehingga tidak ada kecurigaan antar keduanya, atau salah satunya mengambil diam-diam dana yang dimiliki.
- Rekening bersama membuat suami istri punya kewajiban yang sama untuk memenuhi rekening tersebut. Jadi masing-masing akan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan keluarga
- Tujuan bersama dapat lebih mudah dicapai dengan rekening bersama. Hal ini membantu karena suami istri telah berkomitmen dan keduanya harus juga mematuhinya.
Kekurangan:
Ada kelebihan sudah pasti ada kekurangannya. Rekening bersama ini jelas berbeda dengan rekening biasa, khususnya dari segi aturan yang disepakati bersama, yaitu:
- Semakin besar dana yang disimpan, maka semakin ketat juga aturan yang ditetapkan oleh bank dibandingkan dengan tabungan biasa. Hal ini mungkin akan mengurangi kenyamanan kedua belah pihak, tapi tetap harus dilakukan demi keamanan di kemudian hari.
- Potensi pertengkaran karena uang bisa bertambah juga, karena kemungkinan apa pun wajib didiskusikan bersama pasangan. Komunikasi yang baik menjadi sebuah kunci.
- Berkurangnya privasi karena rekening bersama akan diketahui pasangan mjulai dari jumlah yang dihasilkan hingga yang dibelanjakan. Bagi beberapa orang hal ini akan membuat terasa kurang nyaman karena merasa ingin tetap menyimpan uang sendiri dari sebagian yang dihasilkan.
Tip Membuat Rekening Bersama
Saat membuka rekening atas nama bersama, beberapa hal berikut ini harus menjadi pertimbangan. Apa saja? Mari kita lihat.
Komunikasi yang baik dan lancar
Bicarakan mengenai pengaturan keuangan secara transparan kepada pasangan, khususnya untuk kamu yang baru mulai berumah tangga, atau yang ingin mulai serius mengatur finansial. Komunikasi bersama pasangan menjadi kunci dalam menjalankan rekening bersama.
Siapkan waktu untuk serius membahas kesepakatan membuka rekening bersama, sampaikan dengan jujur tentang penghasilan dan ekspektasi apa yang ingin dicapai dan diharapkan.
Tentukan jumlah tabungan dan tujuannya
Menentukan tujuan menabung dan pembuatan rekening bersama harus didiskusikan di depan. Ini nantinya akan berhubungan dengan komitmen loh. Jadi, tentukan jumlah uang yang akan dikirim setiap bulannya pada tabungan, sesuaikan dengan penghasilan dan tujuan, atau sesuai kesepakatan bersama.
Nggak mesti harus menabungkan jumlah uang yang sama juga kok. Kamu bisa saja menentukan berdasarkan persentase. Ya, kalau gajinya beda jauh, kan jadi beban berat juga untuk yang berpenghasilan lebih rendah. Tapi kalau keduanya sama-sama rendah, bisa jadi tujuan keuangan juga lebih sulit dicapai.
So, bersepakatlah. Cobalah hitung perkiraan pengeluaran setiap bulannya dan diskusikan berapa jumlah tabungan yang harus disetorkan tiap bulannya ke rekening tersebut.
Lakukan review berkala
Ingatlah untuk selalu mengecek jumlah tabungan bersama secara berkala. Pantau mutasi masuk dan keluarnya. Pastikan juga supaya sama-sama nggak lupa untuk mengirimkan sejumlah uang yang telah disepakati sebelumnya agar rencana keuangan dijalankan dengan baik.
Keputusan membuka rekening bersama memang dikembalikan kembali pada setiap pasangan suami istri. Tapi, rekening jenis ini juga bisa jadi salah satu pertimbangan yang baik untuk membuat perencanaan keuangan keluarga yang solid. Banyak kok kelebihannya, sedangkan kamu bisa mengatur dan mencari solusi untuk mengatasi kelemahannya.
Selain untuk menata keuangan keluarga, rekening bersama juga bisa menguatkan chemistry dan kekompakan dalam rumah tangga lho! Jadi gimana, kamu pilih yay or nay?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
It’s My Dream, Not Her! – Sebuah Pelajaran Berharga tentang Rahasia Keuangan Suami Istri
Drama pernikahan Mas Aris dan Kinan di serial Layangan Putus jadi topik yang panas sampai saat ini. Mengangkat isu perselingkuhan dalam pernikahan, serial ini banyak menyimpan pesan dan makna tersendiri, termasuk dari kacamata keuangan.
“Lydia Danira itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana lho di sini. Kamu sampai transfer berkali-kali ke dia, pakai rekening yang aku sendiri gak tahu lho kamu punya, Mas!”
Kira-kira begitu dialog Mbak Kinan waktu tahu suaminya beli penthouse seharga Rp5 miliar, dan transfer uangnya ke rekening wanita lain. Nah loh, gimana kalau misalnya kamu berdiri di sepatu Kinan? Nyesek, pasti!
Serial Layangan Putus rasanya jadi pukulan telak bagi para pasangan suami istri akan pentingnya keterbukaan soal keuangan keluarga.
Layangan Putus Ajarkan Suami Istri Pentingnya Terbuka Soal Keuangan
Sepenting itu, ya? Penting banget! Dalam rumah tangga, entah itu suami maupun istri harus sama-sama berani dan berkomitmen untuk mengatur keuangan agar tujuan keuangan keluarga dapat dicapai bersama.
Misalnya seperti biaya pendidikan, tagihan listrik, cicilan rumah, atau liburan yang ingin dituju bukan hanya tanggung jawab salah seorang saja. Untuk mengatur keuangan keluarga, suami dan istri merupakan satu tim.
Memang sulit. Apalagi kalau punya masalah kayak Mas Aris di Layangan Putus. Sebagai suami, alih-alih membeberkan seluruh pendapatan dan mengalokasikan untuk keluarga, ia justru punya rekening lain demi menutupi biaya keluar untuk kekasih gelapnya.
Tak hanya di Layangan Putus, di dunia nyata pun konflik yang sering terjadi dalam rumah tangga adalah soal keuangan. Bahkan menurut data dari Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, 24% pasangan suami istri bercerai akibat masalah keuangan.
Padahal dengan terbuka soal keuangan terhadap pasangan, itu artinya kamu berbagi segala hal terkait kondisi keuangan mulai dari pemasukan hingga setiap detail pengeluaran keluarga. Dengan begitu, setidaknya kamu dapat mengurangi risiko dan ancaman pertengkaran.
Maka perlu diingat, menikah memang bukan cuma soal cinta. Namun lebih dari itu, menikah jadi perjalanan kamu bersama pasangan untuk mencapai tujuan hidup bersama. Kalau sudah punya keyakinan ini, pasangan suami istri akan lebih fokus untuk mewujudkannya.
Manfaat Terbuka Soal Keuangan dengan Pasangan
1. Mencapai Tujuan Keuangan Bersama
Setelah menikah, kamu tentunya punya keinginan atau cita-cita yang ingin dicapai. Misalnya ingin membeli rumah, punya mobil sendiri, persiapan dana pendidikan anak, liburan, atau berinvestasi untuk masa depan.
Dengan terbuka soal keuangan dengan pasangan, kamu bisa merencanakan tujuan keuangan bersama, mengelola dan bekerja sama untuk mencapai target tersebut.
2. Mengetahui arus kas keuangan dalam keluarga
Tentunya setelah memutuskan untuk terbuka, artinya kamu dan pasangan punya hak dan berkewajiban untuk sama-sama mengetahui dan mengatur arus keuangan rumah tangga. Dengan begitu, akan tercapai transparansi dan meminimalkan perselisihan.
Jika ada pengeluaran tambahan di luar alokasi perencanaan keuangan di awal, kamu dan pasangan tidak akan salah paham dan dapat mencari solusi untuk menutupi kekurangan yang ada akibat pengeluaran tersebut.
Nggak seperti Mas Aris di Layangan Putus kan, tahu-tahu keluar duit Rp5 miliar buat beli penthouse. Omo omo!
3. Meningkatkan kepercayaan dan kualitas hubungan
Tak hanya bermanfaat di bidang keuangan, jika pengelolaan keuangan keluarga ini berhasil, rumah tangga kamu dapat lebih harmonis karena kamu dan pasangan lebih percaya satu sama lain dan kualitas hubungan pun meningkat.
Hal ini akan berindikasi pada semangat untuk menyelesaikan perencanaan keuangan dengan baik dan semakin mempercepat terwujudnya impian dan tujuan bersama.
Tip Mengatur Keuangan Keluarga
1. Jangan saling merahasiakan
Keterbukaan adalah koentji, hal mutlak yang tak boleh ditawar. Kisah dalam Layangan Putus bisa kamu jadikan contoh yang tidak untuk ditiru.
Hindari untuk punya rekening rahasia, pengeluaran rahasia, anggaran rahasia, dan rahasia-rahasia lain. Ya mungkin ada alasan kuat untuk berahasia, dan hanya pasangan itu sendirilah yang tahu. Tapi, ingat, hal ini akan meningkatkan risiko masalah di kemudian hari loh.
2. Saling memantau dan mengontrol arus keuangan
Di luar kebutuhan harian, mungkin kamu atau pasangan memiliki keinginan, misalnya tergiur kuliner atau barang impian sedang diskon dan ada cashback. Saat itu terjadi, kamu butuh seseorang untuk mengingatkan agar tidak kebablasan dan berlebihan.
Boleh saja memenuhi keinginan, tapi bukankah kita tetap harus pada alur keuangan yang sudah direncanakan, ya kan? Cukup bahaya jika kamu tidak mengomunikasikan hal ini pada pasangan, dan terus menuruti keinginan kamu saja. Bisa-bisa tabungan untuk keluarga bocor dan sulit untuk di-cover.
3. Buat dana darurat
Rencana penting dalam keuangan rumah tangga salah satunya yaitu membuat alokasi untuk dana darurat. Setelah menikah, kamu mungkin akan menemukan banyak situasi tak terduga yang mengharuskan pengeluaran dadakan.
Jadi, dana darurat di sini sangat berperan untuk menjadi cadangan atau pengeluaran tak terduga di masa depan. Dana darurat juga bisa digunakan apabila cash flow kamu tidak memadai.
Umumnya, jumlah dana darurat dibuat setidaknya untuk 6 kali pengeluaran bulanan di rumah tangga kamu, jika belum ada anak. Kalau sudah anak, maka jumlah ideal juga harus disesuaikan. Nah, simpanlah dana darurat di tempat yang aman. Akan lebih baik jika kamu pisahkan dari rekening utama, agar bisa lebih terkendali. Bisa saja kamu simpan di instrumen investasi yang rendah risiko, misalnya di reksa dana pasar uang. Pastinya bicarakan dulu juga dengan pasanganmu ya.
4. Miliki asuransi sesuai kebutuhan
Dana darurat penting, tapi tak kalah penting lagi untuk pasangan suami istri memiliki asuransi. Untuk awal, kamu bisa penuhi dulu yang paling penting: asuransi kesehatan, dan kemudian asuransi jiwa untuk pencari nafkah.
Terlebih di situasi saat ini di tengah pandemi COVID-19, dana darurat saja tidak cukup untuk menjalani pengobatan ketika virus menghadang keluarga. Belum lagi soal hidup, siapa yang bisa jamin ke depannya? Betul?
Di sinilah pentingnya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.
5. Berinvestasi
Adalah penting untuk memiliki tabungan dan investasi untuk masa depan keuangan keluarga. Setidaknya sisihkan setidaknya 10% dari pendapatan bulanan untuk investasi. Mau lebih? Boleh banget!
Dengan investasi, masa depan keluarga kamu dapat lebih aman tentunya dengan pengelolaan yang baik. Investasi juga akan mempercepat kamu mencapai tujuan keuangan bersama pasangan.
6. Evaluasi kondisi keuangan
Tak hanya perencanaan saja yang penting dilakukan untuk mengatur keuangan dalam rumah tangga. Evaluasi dan cek kondisi keuangan bersama pasangan, apakah sudah sehat atau masih perlu diperbaiki?
Dengan begitu kamu dan pasangan dapat membuat perencanaan keuangan yang lebih baik dan memperbaiki apa yang masih kurang sebelumnya.
Nah, penjelasan di atas soal mengatur keuangan keluarga sudah sangat jelas ya? Perhatikan poin-poin penting di atas, dan mulailah untuk terbuka soal keuangan dengan pasangan kamu. Jangan sampai kisah Mas Aris dan Kinan dari Layangan Putus terjadi di rumah tangga kamu ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Beda Cara Belanja Suami dan Istri dan Gimana Menyiasatinya supaya Nggak Bikin Kacau
Namanya juga suami dan istri—yang terdiri atas dua kepala dan dua kepribadian—jadi wajar saja kalau ada perbedaan cara pikir, berperilaku, dan pola menemukan solusi untuk masalah tertentu. Termasuk juga soal mengelola keuangan keluarga, terlebih lagi cara belanja.
Konon, men from Mars, and women from Venus. Kutubnya beda. Tapi, ya karena berbeda itu justru jadinya tarik-menarik. Bener nggak sih?
Terkadang hal ini juga menimbulkan kesulitan tersendiri, dan hal tersebtu harus diakui kan? Kadang juga cuma buat ngobrolin uang yang milik bersama itu saja susah betul. Nggak ketemu-ketemu juga. Dari yang serius, sampai yang sesimpel cara belanja.
Dari situs Ehow disebutkan, bahwa mindset pria dan perempuan memang pada dasarnya berbeda dalam melihat sesuatu secara objektif. Dari cara menyimak katalog jika ada, cara mencari barang, cara membelinya, hingga cara menyimpannya di rumah, semua memang berbeda.
Nah, soal cara belanja ini juga kadang bikin gemas antara pasangan. Mari kita lihat.
Beda Cara Belanja Suami dan Istri
Cara Belanja Istri
Secara tersirat—meski tak pernah ada hukum tertulis—belanja biasanya menjadi ‘kewajiban’ istri. Bahkan hal ini sudah terjadi ketika pertama kali konsep department store diperkenalkan di awal abad ke-20. WomenCertified mengungkapkan fakta, bahwa perempuan menempati 83% konsumen yang berbelanja di department store.
Fakta lain mengungkapkan, bahwa perempuan (baca: istri) berbelanja tak hanya karena membutuhkan barang, tetapi menjadikannya sebagai acara rekreasi dan refreshing. Terutama kalau mereka diberi kesempatan untuk mencoba berbagai baju dan sepatu (apalagi kalau boleh tanpa harus membelinya).
Perempuan suka mendapatkan masukan dari orang lain saat berbelanja. Karena itu, perempuan suka berbelanja ramai-ramai, bareng keluarga atau teman-temannya. Atau, bisa juga dengan banyak bertanya pada pramuniaga toko.
Soal anggaran—meski kadang memang ada waktu-waktu tertentu suka belanja secara impulsif—tetapi rata-rata perempuan itu patuh terhadap bujet yang sudah ditetapkan. Meski mungkin kadang memang terlalu suka belanja, tapi perempuan suka menggunakan voucher atau mencari barang-barang diskon. Dengan demikian, dengan jumlah uang yang sama, mereka akan mendapatkan barang yang lebih banyak.
Perempuan, atau para istri ini, sangat menikmati waktu-waktunya saat sedang menjadi konsumen atau pelanggan toko. Mereka akan melihat-lihat barang, bahkan yang sebenarnya tak ada dalam catatan belanja. Mereka juga suka membandingkan harga. Karena itu, perempuan butuh waktu yang cukup lama untuk berbelanja.
Cara Belanja Suami
Lebih banyak yang bertolak belakang, tetapi pada hakikatnya, cara belanja pria ini melengkapi cara belanja yang dilakukan oleh perempuan loh.
Misalnya saja, hanya 10% dari pria (baca: suami) yang mau belanja makanan, bahan makanan, dan keperluan dapur. Selebihnya, kalau misalnya diajak ke dalam hypermarket, gitu ya, sebagian besar dari mereka akan langsung menuju ke bagian perkakas.
Setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau, kalau diperbolehkan, mereka akan lebih suka menunggu istri di dekat kasir. Mereka nggak suka jalan-jalan di sepanjang lorong hypermarket, hanya untuk melihat-lihat barang yang sebenarnya tak mereka perlukan.
Para pria cenderung sudah tahu apa yang ingin mereka beli sejak berangkat belanja, sehingga jarang dari mereka memerlukan penjelasan dari pramuniaga toko. Mereka lebih suka berbelanja sendiri dengan efisien. Langsung menuju tempat display barang yang dibutuhkan, ambil yang sesuai apa yang dimau, lalu bayar.
Persamaan Cara Belanja
Meski begitu banyak yang bertolak belakang, tetapi teteup, ada juga yang sama.
Misalnya, meski istri suka melihat-lihat barang dan membanding-bandingkan harga dulu dan suami lebih suka langsung ambil lalu bayar, tapi pria dan perempuan itu sama-sama suka survei dulu sebelum membeli.
Mereka akan melihat-lihat review produk yang diincar di internet. Ini terutama dilakukan untuk barang atau aset yang mahal, seperti elektronik, rumah, atau mobil. Demikian juga ketika hendak membelinya, mereka akan mencobanya dulu. Kalau elektronik, ya mereka sama-sama akan minta pada pramuniaga untuk mendemonstrasikan pemakaiannya. Kalau mobil, ya minta test drive dulu.
Nah, bagaimana denganmu dan pasanganmu? Hal apa yang sangat berbeda di antara kalian kalau soal cara belanja? Share di kolom komen ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Menikah adalah salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup. Menjadi pasangan menikah ada banyak hal yang mesti diperhatikan, dikomunikasikan dan juga saling menghormati. Termasuk di dalamnya tentang masalah keuangan.
Masalah keuangan ini jangan dianggap sepele karena bisa berujung pertengkaran dan yang tak mengenakan adalah perpisahan. Duh, jangan sampai deh ya.
Sebenarnya jika dilihat ada banyak perubahan yang terjadi dengan pasangan menikah sekarang ini dibandingkan zaman dulu. Ini tak lepas dari peran arus informasi yang kini sangat terbuka. Banyak pasangan menikah mendapatkan insight baru dalam hal pengelolaan keuangan.
Contoh kecil nih, dulu kaum perempuan sangat minim akan pengetahuan tentang investasi. Sekarang ini menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, investor perempuan meningkat signifikan sebesar 55,8% untuk pembelian instrumen obligasi ritel seri ORI017, 57,82% untuk ORI018 dan 58,25 sukuk ritel seri SR014.
Apa saja perubahan yang terjadi terhadap keuangan ideal pasangan menikah zaman dulu vs zaman sekarang? Berikut ulasannya!
Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Zaman Dulu
1. Suami sebagai pencari nafkah utama
Sudah menjadi mindset umum bahwa suami adalah pencari nafkah utama di keluarga. Semua beban keuangan ada di pundak suami. Berat? Sudah pasti.
Inilah yang sering kali menjadi pemicu terjadinya ‘jarak’ antara ayah dan anak karena minimnya waktu untuk berinteraksi karena tuntutan hidup seorang ayah mesti memenuhi kebutuhan keluarga. Seorang ayah, bekerja tanpa lelah demi kesejahteraan keluarga.
2. Istri atur uang
Ya, suami menjadi pencari nafkah utama, istri yang mengatur uang. Ini udah pakem pasangan menikah zaman dulu.
Di zaman dulu memang kedua hal inilah yang menjadi financial goals dari pasangan menikah. Tak ada muluk-muluk karena zaman dulu belum secanggih saat ini. Belum ada kafe kekinian, teknologi pun belum semaju sekarang ini.
Sayangnya, sering ditemui ‘lubang’ di keuangan ideal ala pasangan zaman dulu, yaitu tidak terbukanya masalah keuangan. Banyak kasus terjadi ketika seorang istri tidak mengetahui dengan pasti berapa besaran gaji suaminya.
Belum lagi soal sangat minimnya pengetahuan akan investasi. Jika dilihat, pasangan menikah zaman dulu lebih menyukai instrumen investasi berupa emas dan properti. Tak heran kan, kalau orang kaya zaman dulu memiliki itu banyak tanah.
Bagaimana dengan keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Ternyata terjadi banyak pergeseran. Selain karena arus informasi yang terbuka lebar, sekarang ini sudah adanya kesadaran dari pasangan menikah ingin memperbaiki hal-hal yang mereka lihat dari orang tua zaman dulu.
Ya, memperbaiki agar tidak terjadi hal yang sama. Lalu, apa saja nih keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Zaman sekarang
1. Jujur akan keuangan
Sekarang ini sudah jamak terjadi suami-istri bekerja, maka diperlukan keterbukaan akan keuangan masing-masing. Gaji yang diterima dibuka secara rinci pada pasangan.
Dengan mengetahui pendapatan masing-masing, akan dengan mudah merinci pengelolaan keuangan seperti apa dan juga menentukan tujuan keuangan ke depannya bagaimana.
2. Pendapatan utama
Jika kedua pasangan sama-sama bekerja, tentukan mana yang akan dijadikan pendapatan utama. Ini yang nantinya akan menjadi fondasi utama dalam keuangan, sedangkan gaji lainnya akan menopang agar fondasi ini tetap kuat.
3. Memiliki bujet bersama juga punya bujet pribadi
Yang namanya menikah berarti keuangannya harus dikelola bersama. Sebaiknya memiliki bujet bersama untuk keperluan seperti dana pendidikan, dana darurat dan lain-lain. Misalnya, untuk dana pendidikan dari gaji suami sebesar 20%, dari istri 20% juga. Pembagian ini sesuai kesepakatan, setiap keluarga bisa jadi berbeda.
Tapi, selain punya bujet bersama, banyak pasangan menikah zaman sekarang juga punya pemisahan bujet untuk kebutuhan sendiri-sendiri. Bujet ini biasanya digunakan untuk melakukan hobi, misalnya. Seperti membeli tanaman, buku, dan lain sebagainya. Dengan demikian, hobi tersalurkan, bujet keluarga tak terganggu.
4. Pembagian tugas keuangan
Kalau dulu istri yang menangani semua pembayaran ini-itu, sekarang bisa jadi berbeda. Yang penting memang kesepakatan. Mau semua diatur istri, boleh. Diatur suami, bisa. Atau mau dibagi, suami urus keperluan A, istri B.
Yang penting, samakan pandangan dan buat kesepakatannya, seperti gaji suami membayar cicilan, kebutuhan bulanan, gaji istri untuk investasi dan menabung. Atau suami membayar cicilan secara online tanpa menunggu istri yang melakukannya.
Ini juga berlaku akan pembagian keuangan ke masing-masing keluarga jika masih menanggung kebutuhan orang tua atau saudara yang masih sekolah.
5. Financial goals
Setiap pasangan menikah wajib memiliki financial goals atau tujuan keuangan yang ingin dicapai. Tujuan keuangan ini bisa berupa dana pendidikan, dana pensiun, dana darurat. Dengan adanya tujuan keuangan, kamu akan lebih detail dalam memilah keinginan dan kebutuhan.
Kamu akan lebih disiplin lagi dalam mengelola keuangan dan nantinya bisa saja kamu akan mencapai fase bebas finansial.
Kunci: Komunikasi dan punya visi yang sama
Yang namanya menikah, mau cara aturnya apa saja, sebaiknya memiliki visi yang sama, terutama dalam visi keuangan. Pasalnya, keuangan itu sensitif. Ada masalah kecil, efeknya bisa ke mana-mana dan akhirnya jadi sandungan.
Jadi, sebelum menikah, bicarakan dengan pasangan, seperti apa masalah keuangan nanti. Sekarang ini sudah tidak tabu lagi kok membicarakan keuangan. Apabila dalam perjalanan pernikahan ada yang tidak sesuai, komunikasikan dengan pasangan jangan dipendam. Karena yang namanya pernikahan pasti akan ada ups and downs.
Nah, kalau dilihat-lihat, ternyata banyak juga ya pergeseran pengaturan keuangan ideal antara pasangan zaman dulu dengan zaman sekarang. Tentunya ini terjadi dengan harapan agar pasangan menikah zaman sekarang bisa lebih bisa mengelola keuangan lebih baik karena kehidupan sekarang ini lebih kompleks dibanding zaman dulu.
Agar kamu dan pasangan bisa mengelola keuangan dengan baik agar terwujud financial goals, yuk belajar keuangan sendiri di Udemy. QM Financial punya modul khusus untuk pasangan yang sudah menikah yaitu Journey for Married Couples. Di kursus ini kamu akan belajar menyusun rencana pencapaian prioritas tujuan finansial keluargamu.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pengelolaan Keuangan Pasangan Suami Istri dan 5 Fakta Menariknya
Masalah keuangan itu bisa saja terjadi pada siapa pun, termasuk pada pasangan suami istri yang sudah berkeluarga. Faktanya memang, pengelolaan keuangan keluarga itu memang enggak gampang kok, karena melibatkan dua kepala dan menyangkut hajat hidup beberapa orang sekaligus.
Ngomongin soal keuangan keluarga ini menarik, apalagi sekarang di masa pandemi, ketika tantangan ekonomi harus dialami oleh sebagian besar orang. Setelah menelusuri berbagai sumber, QM Financial bisa menemukan beberapa fakta mengenai pengelolaan keuangan keluarga nih, yang cenderung dialami oleh banyak pasangan suami istri, baik secara global maupun di Indonesia. Mau tahu? Yuk, ikuti selengkapnya berikut ini.
Fakta-fakta Menarik Mengenai Pengelolaan Keuangan Pasangan Suami Istri
1. Hanya 20% pasangan yang berdiskusi tentang finansial sebelum menikah
Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa hanya 1 dari 5 pasangan yang sudah berdiskusi soal keuangan sebelum menikah.
Hal ini tentu saja menarik, karena seharusnya soal keuangan sudah dibicarakan bahkan sebelum menikah. Apa saja yang harus didiskusikan? Mulai dari kondisi masing-masing saat ini terkait kondisi keuangannya, persepsi tentang keuangan, peran pengaturan keuangan, hingga tujuan-tujuan keuangan yang penting dari jangka pendek hingga jangka panjang.
Banyak ya? Iya.
2. 27% pasangan melakukan financial infidelity
Apa itu financial infidelity?
Yaitu kondisi ketika pasangan suami istri tidak saling jujur satu sama lain tentang urusan keuangan. Hal ini pernah dibahas dalam satu artikel dalam situs ini juga. Sila cek link yang sudah ditautkan untuk detailnya ya.
Ini adalah fenomena yang menarik ya, karena ini terjadi cukup jamak juga di sini.
3. 4 dari 10 istri yang bekerja memiliki penghasilan lebih besar daripada suami
Fakta ini diungkapkan oleh statistik US Bureau of Labor. Seharusnya sih soal gaji istri yang lebih besar ini tak jadi masalah, jika memang keduanya sudah sepakat dalam hal ini.
Namun, jika tidak, bisa jadi masalah yang cukup pelik juga. Ditambah lagi dengan persepsi gender roles yang dipegang oleh masyarakat pada umumnya, menjadikan hal yang seharusnya tidak akan jadi masalah jika didiskusikan baik-baik jadi masalah besar.
4. 28.2% perceraian suami istri disebabkan oleh faktor ekonomi
Fakta ini diungkapkan Data Dirjen Peradilan Agama Mahkamah Agung, seperti yang dilansir oleh Lokadata, yang menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 2016 – 2018 terdapat 1,1 juta kasus perceraian, yang 28.2%-nya disebabkan oleh masalah ekonomi.
Masalah ekonomi yang menyebabkan karamnya bahtera rumah tangga ini bisa dari berbagai sebab. Namun, yang menarik adalah salah satu alasan timbulnya masalah ekonomi ini adalah penghasilan istri yang lebih besar daripada suami, dan membuat sang suami menjadi merasa inferior.
Nah, ini berhubungan dengan fakta ketiga di atas, ya kan?
Tambahan lagi, hal seperti ini tak hanya terjadi di Indonesia saja. American Sociological Review pernah mempublikasikan penelitian yang mengungkapkan bahwa suami yang tidak bekerja dapat meningkatkan peluang perceraian hingga 30% dibandingkan dengan pasangan berkarier stabil.
5. 70% pasangan suami istri berselisih soal keuangan setiap waktu
Wah, banyak juga ya?
Ditambah lagi nih, 67% di antaranya ternyata perselisihan soal utang. Hal ini diungkapkan dalam hasil survei yang dilakukan oleh Fidelity Investment di tahun 2020.
Berbicara soal keuangan dengan pasangan memang bukan perkara gampang bagi semua orang. Salah satunya karena ada budaya tabu untuk membicarakan keuangan.
Kalau dilihat-lihat lagi, fakta-fakta di atas bisa jadi muncul akibat kurangnya komunikasi antara suami istri. Buat yang sudah memiliki komunikasi yang baik dengan pasangan terutama untuk masalah keuangan, bagus! Tinggal lanjutkan.
Nah, buat yang masih bermasalah dengan komunikasi, hmmm, ini nih yang harus segera dicari jalan keluarnya.
Bagaimana kalau bergabung saja di Financial Dialogue vol. 06—sebuah ruang untuk mendiskusikan segala yang finansial, yang sudah disiapkan khusus oleh tim QM Financial. Kali ini mengangkat tema Relationship & Money: Diskusi Finansial bareng Pasangan: Seru atau Buntu?
Menghadirkan:
- Ligwina Hananto, financial lead trainer QM Financial sebagai Nyonya Rumah, yang akan membahas dari perspektif finansial
- Kalis Mardiasih – Penulis & Gender Equality Campaigner, bersama Agus Magelangan – Redaksi Pelaksana Mojok.co dari perspektif keluarga.
- Serta Dra. Rani A. Dewi, M.A. – Couple Relationship Therapist, Pre-Marital Consultant, Inner Self Improvement Coach dari perspektif psikologi.
Financial Dialogue vol. 06 ini akan diadakan di hari Sabtu, 20 Februari 2021, pukul 13.00 – 15.00 WIB melalui webinar ZOOM.
Yuk, segera !
Ditunggu ya!
Pasangan Suami Istri Sering Saling Merahasiakan 5 Hal Keuangan Ini
Bagaimana jika pasangan suami istri saling mempunyai rahasia? Well, mungkin untuk beberapa hal–demi kebaikan bersama–masih bisa ditoleransi. Namun, kalau rahasia itu menyangkut keuangan, nah … itu bisa jadi runyam.
Pada kenyataannya, hal ini memang bisa terjadi. Alasannya bisa bermacam-macam, dan hanya pasangan suami istri tersebutlah yang tahu. Ya, pasti ada alasan yang cukup kuat hingga membuat masing-masing pihak saling merahasiakan, tetapi harus waspada, karena rahasia keuangan seperti ini berpeluang untuk menciptakan konflik di kemudian hari. Bisa jadi masalah besar.
Rahasia keuangan apa saja yang berpeluang menjadi konflik rumah tangga antara pasangan suami istri itu? Mari kita lihat satu per satu.
5 Hal Keuangan yang Sering Menjadi Rahasia Pasangan Suami Istri
1. Utang
Ini kisah yang benar-benar terjadi. Seorang teman menikah dengan teman masa kecilnya. Setelah pulang dari honeymoon, barulah terungkap bahwa sang istri memiliki utang pinjaman online puluhan juta rupiah. Alasan utangnya sebenarnya cukup miris, untuk membiayai ongkos rumah sakit ayahnya yang terkena stroke.
Si suami tentu saja shock. Sekian lama berpacaran, pasangannya ternyata bisa rapi menyembunyikan rahasia ini. Iya, dia tahu sih, kalau ayah (mantan) pacarnya itu sempat dirawat di rumah sakit, tapi enggak membayangkan kalau ongkosnya dibayar dengan pinjaman online.
Tak hanya bawaan masa lajang, utang yang dirahasiakan juga bisa terjadi ketika pasangan suami istri sudah berada dalam ikatan rumah tangga. Sudah sering dengar celetukan, “Lakinya kan enggak tahu, kalau bininya ngutang panci!”
Aduh, mirisnya. Dan, tak hanya pihak istri yang sering menyembunyikan utang seperti ini, pihak suami pun tak jarang juga melakukannya.
2. Belanja online
Sempat viral di media sosial beberapa waktu yang lalu. Sebuah toko online mem-publish capture-capture bagaimana para suami minta dibuatkan nota palsu ketika berbelanja di online shop tersebut. Kebetulan online shop tersebut berjualan barang-barang hobi yang biasa dilakukan oleh pria aka suami-suami.
Yang harganya Rp15 juta, diminta ditulis Rp2 juta saja. Yang harganya Rp5 juta, minta ditulis Rp500 ribu. Dan seterusnya. Memang sih, para suami ini membelanjakan uangnya sendiri–bukan uang istri, tapi mereka beralasan, supaya enggak dibawelin atau diomelin istri karena belanja segitu banyaknya hanya untuk hobi mereka.
Ya, kalau liat capture-capture yang dipublish ya lucu sih. Bikin ngakak. Tapi di balik itu, ya sedih. Sampai segitunya ya?
3. Tabungan
Punya tabungan rahasia? Bisa saja terjadi. Seorang teman mengaku merahasiakan tabungannya dari suaminya sendiri. Apa pasal? Demi menyelamatkan keuangan keluarga, lantaran si suami ini terkenal boros banget.
Well, untuk alasan itu, mungkin masih bisa diterima akal sehat sih. Tetapi, kalau untuk tujuan, misalnya seperti, “Tabunganku ya tabunganku. Tapi biar suami aja yang biayain kebutuhan hidup. Keenakan dia dong!” … nah, itu salah.
Bagaimanapun, peran pasangan suami istri yang seimbang sangat diperlukan di sini. Jika kelak pasangan tahu, bahwa salah satu pihak merahasiakan tabungannya, hal ini bisa memicu konflik dalam rumah tangga juga lo. Jadi, harus waspada ya.
4. Kartu kredit
Lah, punya kartu kredit dirahasiakan? Iya, memang. Dan, ada. Alasannya, ya supaya enggak dipakai belanja sama pasangannya.
Yah, mungkin memang ada alasan yang kuat, tetapi harus waspada. Karena seperti halnya rahasia-rahasia lain sebelumnya, hal ini juga berpeluang untuk menimbulkan konflik pada pasangan suami istri.
Ada baiknya untuk dibicarakan saja. Jika memang hanya untuk keperluan kantor (karena juga merupakan fasilitas kantor untuk mendukung kerjaan), misalnya, jelaskan pada pasangan. Buat dia mengerti, bahwa kartu kredit tersebut tidak untuk dipakai sendiri.
5. Penghasilan
Masih zaman ya, menyembunyikan jumlah penghasilan kalau sudah resmi jadi pasangan suami istri begini?
Ya, seharusnya enggak sih. Kalau masih masa pacaran sih, ya wajar. Kan, belum tentu jadi pasangan sehidup semati. Tapi, kalau sudah menikah dan berkomitmen membentuk keluarga–ditambah lagi, dengan punya cita-cita dan tujuan hidup jangka panjang–masa masih merahasiakan penghasilan masing-masing?
Kelima rahasia keuangan di atas memang menjadi hak masing-masing pihak. Percaya banget deh, bahwa pasti ada alasan mengapa harus dirahasiakan satu sama lain. Namun kelimanya juga bisa berpeluang untuk menimbulkan konflik di kemudian hari.
Jadi, gimana dong? Ya, duduk berdua, lalu bicara. Ajak ngobrol, yang santai, tanpa emosi yang meledak-ledak. Jika ada kesulitan, segera cari solusi berdua. Ingat, it takes two to tango. Sebuah keluarga enggak akan bisa harmonis bahu membahu untuk mencapai tujuan bersama, kalau masing-masing pihak hanya mementingkan egonya sendiri.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.