Keuangan Bisnis yang Baik Menghasilkan Strategi Usaha yang Matang, Ini 3 Prinsipnya!
Di masa-masa krisis seperti ini, bisa survive dalam berbisnis menjadi perjuangan tersendiri. Selain harus me-maintain pasar yang sekarang sudah ada, seorang pemilik bisnis juga harus sigap dalam pengelolaan keuangan bisnis miliknya. Apalagi ketika ia ingin agar usahanya berkembang, sehingga berencana untuk melakukan ekspansi.
Ya, salah satu tantangan terbesarnya memang soal modal.
Biaya operasional—seperti biaya sewa tempat—menjadi salah satu hal yang paling krusial dalam bisnis, di samping masih banyaknya kesalahan yang dilakukan menambah berat beban keuangan bisnis. Salah satu kesalahan yang masih sering terjadi adalah campur aduknya keuangan bisnis dengan keuangan pribadi, sehingga menyebabkan cash flow menjadi tidak jelas dan mengakibatkan bisnis jadi rentan bangkrut bahkan di tahun pertamanya.
Padahal, strategi bisnis—terutama jika ingin melakukan ekspasi—yang baik selalu berawal dari pengelolaan keuangan yang baik. Ini berlaku baik ketika baru mulai ataupun ketika hendak mengembangkannya.
Berikut 3 hal yang seharusnya diperhatikan oleh pemilik bisnis mana pun, agar bisnisnya terhindar dari jebakan gulung tikar di tahun pertama, dan bisa membuat strategi bisnis yang matang dengan berawal dari pengelolaan keuangan bisnis yang baik.
3 Prinsip Pengelolaan Keuangan Bisnis
1. Pisahkan keuangan bisnis dan keuangan pribadi
Yups, ini adalah prinsip yang pertama dan paling dasar, karenanya harus segera diperbaiki jika memang saat ini pemilik bisnis masih mencampuradukkan keuangan bisnis dengan keuangan pribadinya.
Milikilah setidaknya dua rekening bank yang berbeda; yang satu untuk menyimpan uang bisnis dan yang lain untuk keperluan pribadi. Dengan demikian, cash flow masing-masing memiliki jalurnya sendiri-sendiri, sehingga pengalokasiannya juga menjadi lebih jelas.
Jika kita bisa memisahkan keduanya, saat ada sesuatu yang terjadi pada salah satunya, maka yang lain tidak akan banyak terpengaruh dan tetap terkondisikan dengan baik.
2. Miliki laporan keuangan yang rapi dan detail
Saat memutuskan untuk mengekspansi bisnis, atau berniat untuk menambah modal, maka pemilik bisnis harus mengevaluasi dulu kondisi keuangan bisnisnya. Di sinilah ia akan membutuhkan laporan keuangan bisnis yang detail.
Karenanya, usahakan untuk memiliki catatan keuangan yang rapi dan detail sejak awal. Percayalah, mungkin akan terdengar membosankan ya, mencatat pengeluaran, pemasukan, inventaris, dan sebagainya. Tetapi pada akhirnya, laporan keuangan ini bisa menjadi salah satu senjata untuk pengembangan strategi bisnis yang matang dan komprehensif.
Cari informasi bagaimana cara membuat laporan keuangan yang baik, dan belajar melakukannya dengan saksama.
3. Amankan dana darurat bisnis
Setiap pemilik bisnis tentu ingin usahanya berkembang; menjangkau pasar lebih luas, menambah variasi produk sehingga lebih banyak pilihan bagi konsumennya, dan sudah pasti, dengan usaha yang berkembang, keuntungan pun semakin banyak.
Namun, sebelum sampai ke situ, ada yang perlu diperhatikan dan dilakukan dulu, yaitu memastikan keamanan keuangan bisnis. Selain dengan mengevaluasi laporan keuangan yang sudah ada, dana darurat bisnis juga harus dalam kondisi aman.
Kelola dan maksimalkan seluruh sumber daya yang ada dulu, agar keuangan bisnis menjadi lebih aman, sebelum akhirnya memutuskan untuk ekspansi. Karena aktivitas ekspansi bisnis akan membutuhkan modal yang lebih besar, dan sudah tentu berisiko. Jangan sampai, kita sudah berekspansi, tetapi ternyata modal tergerus sampai habis. Apalagi jika kemudian kita juga melakukan pinjaman modal. Kalau tanpa terkelola dengan baik, bisa jadi tuh, kelangsungan bisnis terancam.
Upgrade Skill Yuk!
Memang, sebagai pemilik bisnis, kita harus selalu optimis dan visioner. Tetapi, itu saja tidak cukup. Pastikan dulu support system kita mendukung, keuangan bisnis aman, baru deh kita bisa menjalankan strategi dan rencana ekspansi yang sudah disusun.
Sebagai pemilik bisnis, kita memang harus siap untuk selalu belajar; upgrade ilmu dan keterampilan dalam pengelolaan bisnis. Satu dua kesalahan masih kita lakukan tentu tak mengapa, asalkan kita juga kemudian bisa sigap untuk memperbaikinya.
Mau survive di masa krisis? Atau malah berniat ekspansi di saat-saat seperti ini? Enggak masalah kok. Kita pasti bisa melakukannya. Yuk, bergabung di FCOS Business Class QM Financial; sebuah kelas yang khusus dirancang bagi para pemilik bisnis. Ada berbagai topik yang ditawarkan, dan bisa dipilih sesuai kebutuhan. Cek jadwalnya, dan segera daftar ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masa Krisis, Ini Pentingnya Menyiapkan Karyawan untuk Menghadapinya
Masa krisis pandemi memaksa banyak pihak untuk mengubah kebiasaan, keputusan, dan berbagai aspek dalam hidup, termasuk dalam bisnis. Apalagi dengan prediksi pasti bahwa Indonesia sudah ikut terjebak di jurang resesi di kuartal III tahun 2020 ini. Membuat pemilik bisnis dan pihak manajemen mana pun jadi harus ekstra kerja keras menyiasati kondisi.
Ya, saat ini, semua perusahaan tampaknya harus berjuang untuk mengambil kebijakan-kebijakan tertentu agar tetap survive melalui masa krisis yang belum pasti kapan akan segera berakhir. Tapi bagaimanapun, sebisa mungkin bisnis tetap berjalan. Banyak orang sudah menggantungkan hidup mereka pada perusahaan, bukan?
Karenanya, ada beberapa hal yang seharusnya sudah mulai dilakukan, demi tetap bertahan. Salah satunya adalah dengan menyiapkan karyawan supaya tetap bisa melalui masa krisis bersama dengan baik.
Apa sih pentingnya menyiapkan karyawan menghadapi masa krisis seperti ini?
Selain karena karyawan adalah aset terbesar perusahaan yang harus dikelola dengan baik dan mendapatkan prioritas perhatian utama, ada beberapa alasan kuat berikut mengapa perusahaan harus segera memberikan dukungan terhadap karyawan di masa krisis. Di antaranya:
- Dengan persiapan yang baik, maka tingkat kecemasan yang mungkin timbul lantaran harus menghadapi masa-masa sulit ke depannya bisa ditekan. Dengan minimnya rasa cemas dan kemudian muncul rasa aman, karyawan pun dapat tetap menjaga produktivitas kerja meskipun harus bekerja di bawah tekanan krisis.
- Dengan adanya persiapan menghadapi masa krisis yang baik, dan karena karyawan secara individu juga sudah siap dan dibekali dengan hal-hal yang diperlukan, maka perusahaan akan dapat mengambil langkah-langkah antisipatif dengan lebih dini dan strategis, sehingga akan dapat mengurangi efek krisis yang bisa memberikan dampak pada perusahaan secara keseluruhan.
- Saat karyawan sudah siap menghadapi krisis, apa pun bentuknya, maka saat itu pula karyawan sudah siap untuk diajak berkomunikasi dan bekerja sama untuk kepentingan bersama. Untuk mengubah strategi bisnis pun jadi tak ada kendala yang terlalu berarti. Karyawan sudah siap dengan konsekuensi, tinggal pihak manajemen saja yang harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tentunya, dengan begini, perubahan akan lebih mulus untuk dijalankan. Betul?
- Dengan karyawan yang sudah siap menghadapi masa krisis, lingkungan kerja yang aman pun akan lebih mudah terwujud.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk menyiapkan karyawan dalam menghadapi masa krisis? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
1. Tingkatkan intensitas dalam berkomunikasi
Komunikasi akan berperan penting dalam manajemen krisis–apa pun bentuk krisis yang dihadapi. Saat krisis datang, stres dan tekanan bisa jadi akan lebih sering muncul. Inilah yang bisa mengganggu lancarnya komunikasi. Karena itu, temukan model komunikasi yang paling baik bagi karyawan di perusahaan.
Akan lebih mudah untuk mengelola bisnis, ketika semua orang dapat terbuka dan memiliki skill komunikasi yang baik, sehingga satu sama lain bisa saling memahami dan akhirnya bisa saling mendukung.
2. Siapkan alur kerja yang fleksibel tetapi kuat
Jika memungkinkan, potong alur kerja yang terlalu panjang. Prosedur-prosedur disederhanakan, SOP dibuat lebih fleksibel, namun harus tetap kuat agar semua tetap bisa berjalan dengan lancar.
Sistem dan alur kerja yang lebih sederhana dan tidak terlalu panjang bisa jadi langkah efisiensi yang paling baik di masa krisis–menghemat energi, tenaga, pikiran, hingga cost.
Memang tak semua jenis pekerjaan bisa disederhanakan. Karena itu, kita sebut “yang fleksibel”, disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan tentunya kemampuan sumber daya manusia yang ada.
3. Bekali karyawan dengan training keuangan yang cukup
Coba yuk, simak dulu video berikut, yang menjelaskan masalah keuangan yang umum dihadapi oleh karyawan.
Di masa krisis ini, yang paling penting dari semuanya, bekali karyawan dengan training keuangan yang cukup. Sudah cukup aware kan, bahwa karyawan yang mengalami masalah keuangan cenderung akan menunjukkan performa kerja yang kurang optimal di kantor?
Apalagi di masa krisis, yang rentan melahirkan masalah keuangan baru bagi karyawan. Tak perlu heran, ketika masalah mereka pun muncul satu per satu ke permukaan. Momok yang paling besar di sini–yang harus segera diwaspadai–adalah utang, yang peluangnya akan membesar seiring kesulitan keuangan yang dialami oleh karyawan.
Lalu, apa saja yang perlu dibekalkan dalam training keuangan karyawan? Di antaranya:
- Pengelolaan gaji yang lebih efektif
- Pembangunan dana darurat
- Pentingnya asuransi
- Strategi investasi di masa sulit
- Pengelolaan aset
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Bisnis Offline Jadi Bisnis Online: 5 Hal untuk Bersiap
Memulai bisnis di masa new normal pasca pandemi mungkin butuh ekstra effort, demi bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan baru masyarakat. Yang tadinya punya peluang bagus menjadi bisnis offline, sekarang perlu banget dipikirkan untuk bisa dikonversi juga menjadi bisnis online.
Ya, hal itu tak lepas dari perubahan kebiasaan belanja selama pandemik, ketika orang-orang sekarang lebih suka berbelanja dari rumah ketimbang harus datang ke gerai ataupun toko konvensional.
Tapi sebenarnya, mengubah bisnis offline menjadi bisnis online ini enggak terlalu rumit kok. Hanya saja, kita harus siap untuk bergaul dengan teknologi yang sekarang sudah canggih. Bagi pemilik bisnis yang termasuk milenial, ini mudah saja sih. Tapi buat generasi sebelumnya–generasi X dan generasi Y awal, yang sekarang masih produktif–mungkin perlu adaptasi yang lumayan juga.
Untuk memudahkan, berikut ada 5 checklist yang bisa disiapkan jika pengin mengonversi bisnis offline menjadi bisnis online.
5 Hal yang Harus Disiapkan untuk Mengubah Bisnis Offline Menjadi Bisnis Online
1. Buat rencana bisnisnya
Yes, rencana bisnis adalah koentji. Termasuk di dalamnya adalah rencana keuangan bisnis. Untuk membuat rencana yang realistis dan komprehensif, maka kita perlu membuat tujuan terlebih dulu. Tujuannya juga harus realistis dan jelas, nggak boleh ngambang bin abstrak.
Sama kayak konsep #TujuanLoApa di pengelolaan keuangan pribadi. Bedanya, pada “tujuan bisnis” ini kita harus meletakkan target-target bisnis online dalam beberapa waktu ke depan.
Misalnya saja, satu bulan ke depan, harus sudah punya akun di setiap media sosial yang ada; dari mulai Facebook Page, Instagram, kalau perlu sampai TikTok. Tiga bulan ke depan, punya lapak di semua marketplace terkenal. Enam bulan ke depan, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce terkenal. Satu tahun ke depan, sudah punya website ecommerce sendiri.
Nah, sesuaikan dengan kemampuan ya, dan pertimbangkan sumber daya yang ada.
2. Siapkan modalnya
Sudah punya rencana dan tujuan bisnis, maka siapkan modalnya juga. Bagaimanapun, “hukum alam” berdagang berlaku, ada usaha ada modal tentu akan ada hasil.
Memang untuk menjalankan bisnis online cenderungnya enggak butuh modal sebesar kalau kita hendak membuat bisnis offline yang butuh tempat fisik. Tetapi, yang namanya modal tetap diperlukan. Bahkan semisal kita menjadi dropshipper atau reseller pun, juga butuh modal kok, meski tipis. Kan butuh kuota buat internetan, butuh beli handphone yang mumpuni, dan seterusnya juga?
Jadi, meski mungkin sambil jalan, modal bisnis tetap harus disiapkan.
3. Manfaatkan media sosial dan marketplace
Sebenarnya di era teknologi maju ini, kita sebagai pebisnis sudah banyak diuntungkan dengan berkembangnya berbagai hal loh. Mau survei pasar, bisa dilakukan online. Mau mencari vendor, juga bisa online. Mau jualan, juga online.
Yang namanya media sosial dan marketplace bisa banget kita manfaatkan sebagai titik tolak untuk memulai bisnis online kecil-kecilan. Seiring waktu kita bisa merambah ke platform lain.
O iya, jangan lupa juga untuk mempertimbangkan kemungkinan bekerja sama dengan platform ojek online ya! Ini perlu banget, terutama jika bisnis kita adalah bisnis kuliner nih.
4. Siapkan berbagai model payment dan ekspedisi
Semakin banyak pelanggan, semakin banyak pula keinginan dan aspirasi yang harus ditampung. Biasanya yang menjadi permasalahan adalah pembayaran dan pengiriman barang.
Pertimbangkan untuk mempunyai berbagai opsi model payment, mulai dari COD, transfer, kartu kredit, dompet digital, melalui gerai minimarket, sampai virtual account dan paylater. Begitu juga dengan pengiriman barang; pertimbangkan untuk menyediakan banyak pilihan, mulai dari kurir reguler, ojek online, sampai COD juga.
Semakin banyak pilihan, semakin leluasa pelanggan memilih, semakin suka mereka akan servis kita. Tentu saja, ini akan membuka peluang bisnis online kita berkembang lebih baik lagi.
5. Integrasikan dengan offline
Bukan berarti kita kemudian harus menutup gerai offline kita, jika memang ada. Kadang gerai offline juga diperlukan, untuk melayani pelanggan yang lebih suka mampir ke toko fisik dan memilih sendiri produk yang mereka inginkan. Apalagi jika mereka pelanggan baru.
Tetapi, ada baiknya kita juga mengintegrasikan teknologi ke gerai offline kita itu. Misalnya, menyediakan berbagai gerbang pembayaran online juga di situ, tinggal scan QR code, lalu terhubung ke dompet digital. Sediakan pula berbagai alternatif lain, seperti pembayaran dengan kartu debit dan kartu kredit, dan lain-lain.
Of course, untuk berbagai fasilitas itu, kita akan perlu biaya dan modal. Masukkan dalam rencana bisnis, dan realisasikan satu per satu.
So, gimana nih? Siap untuk memulai bisnis online di masa new normal? Good luck ya!
Bersiap juga untuk selalu update berita dan berbagai fitur teknologi terbaru, supaya enggak ketinggalan memanfaatkan apa yang ada. Bersiap juga untuk mengelola keuangan bisnis sebaik mungkin, yang terpisah dari keuangan pribadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Memulai Bisnis Kecil di Masa New Normal: 5 Hal yang Harus Disiapkan
Pemerintah telah menetapkan bahwa Indonesia sudah memasuki masa the new normal, demi bisa mengembalikan kegiatan ekonomi seperti semula. Lalu, bagaimana dengan kamu yang sudah memiliki cita-cita untuk memulai bisnis di tahun 2020, tetapi harus terhambat karena pandemi COVID-19? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk mulai membangun bisnis kecil yang sudah kamu idamkan?
Ya, kenapa enggak? Selalu ada waktu terbaik untuk memulai bisnis, termasuk sekarang: pasca pandemi. Hanya saja, memang perlu persiapan yang berbeda. Nah, kita bahas yuk! Kamu boleh menambahkan jika sekiranya ada hal yang terlewatkan di kolom komen nanti.
5 Persiapan untuk Memulai Bisnis Kecil Kamu di Masa New Normal
1. Buat rencana bisnis
Rencana bisnis adalah hal terpenting yang harus kamu buat saat hendak memulai bisnis, kapan pun, terlebih sekarang saat kamu akan membangun bisnis di masa new normal.
Mengapa? Karena kebiasaan orang (yang mungkin termasuk dalam target pasarmu) yang berubah.
Jadi, milikilah rencana dan strategi bisnis yang realistis, yang kemudian bisa kamu breakdown atau pecahkan dalam beberapa tahap.
Misalnya, kamu ingin mulai bisnis online jualan baju ala-ala Korea. Satu bulan ke depan, kamu targetkan untuk sudah punya beberapa saluran penjualan online, mulai dari membuat Instagram, membuat Facebook Page (supaya bisa jualan di marketplace-nya), dan buka lapak di beberapa platform marketplace yang paling ramai.
Dalam 3 bulan ke depan, semua lapak sudah harus aktif transaksi. Enam bulan lagi, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce besar di Indonesia. Satu tahun nanti, kamu sudah punya website ecommerce sendiri. Dan seterusnya.
Dengan rencana yang realistis, kamu akan bisa menentukan langkah-langkah pengembangan bisnis kecil ini dengan sistematis.
2. Survei pasar
Nah, ini juga adalah hal yang sangat penting untuk kamu lakukan. Temukan kebutuhan dan permasalahan orang-orang yang akan menjadi target pasarmu.
Jangan sampai, kamu buka bisnis yang tidak dibutuhkan pasar, karena bisnis pada dasarnya adalah “membantu” orang lain menemukan solusi atas permasalahan yang mereka alami atau rasakan.
Berbekal permasalahan pasar ini, maka berikutnya, kamu akan mudah untuk berinovasi dalam pengembangan produk, pun untuk mengembangkan bisnis kecil yang kamu rintis ini.
3. Go digital
Inilah yang dimaksud dengan perubahan perilaku pasar. Selama pandemi, sudah bisa dilihat, bahwa orang-orang lebih suka berbelanja secara online ketimbang offline dengan mengunjungi toko konvensional.
So, kamu harus bersiap pula dengan hal ini.
Belajar menggunakan berbagai perangkat teknologi yang bisa membantumu memasarkan produk yang kamu jual. Jangan lupa untuk sediakan juga layanan antar, dengan menggunakan fitur apa pun.
Banyak bisnis yang harus terhambat aktivitasnya, lantaran belum siap untuk berpindah ke platform digital loh.
4. Siapkan laporan keuangan
Yes, laporan keuangan, meski bisnismu adalah bisnis kecil, itu sangat penting untuk disiapkan sejak awal, karena inilah yang akan membedakan bahwa kamu sedang berbisnis, dan bukan sekadar berdagang.
Enggak ada yang salah dengan berdagang, karena bisa dibilang setiap bisnis kecil selalu berawal dari berdagang. Tetapi ternyata, tidak semua usaha dagang bisa berkembang menjadi bisnis yang mendatangkan keuntungan dalam jangka panjang.
Dan, biasanya, yang membuat usaha dagang itu failed adalah laporan keuangan.
Dengan laporan keuangan yang rapi sejak awal, banyak hal bisa kamu dapatkan dan gunakan untuk mengembangkan bisnis kecil yang kamu bangun. Misalnya saja, untuk bisa mendapatkan suntikan modal dari investor, kamu harus bisa mengajukan laporan keuangan bisnis yang komprehensif pada mereka.
Untuk lebih detailnya, kamu bisa membaca artikel tentang berdagang versus berbisnis yang sudah ditautkan di atas.
5. Update, update, update!
Perubahan akan sering terjadi, seiring pemulihan ekonomi yang terjadi. So, sebagai pemilik bisnis kecil yang serius menggarap bisnisnya, kamu harus selalu update dengan perkembangan yang ada, supaya kamu pun bisa menyesuaikan model bisnismu sesuai kebutuhan pasar.
Menjadi pemilik bisnis kecil, berarti kamu mesti siap untuk bekerja keras dan terus berinovasi. Sudah terlalu banyak kasus bisnis gagal, hanya karena strategi bisnisnya tidak dikembangkan.
Sayang kan, sudah berusaha sejauh itu, tapi hanya karena kurang disesuaikan dengan kebutuhan pasar, akhirnya ditinggalkan oleh pelanggannya. Pasti kamu juga tidak pengin bisnis yang dirintis akan berakhir seperti ini.
Nah, bagaimana? Sudah semakin besar niatmu untuk memulai bisnis kecil yang kamu idamkan di masa new normal ini?
Semoga bisnis kecil yang kamu bangun ini memberi kontribusi positif untuk negeri ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.