Financial Dialogue 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda
Banyak orang ciut nyali ketika ngomongin soal membeli properti. Padahal punya properti ini bisa jadi simbol kemapanan, belum lagi kalau kamu punya properti sebagai investasi. Bisa menjadi penghasilan pasif loh!
Kalau kamu mengamati, di setiap tahapan hidup, selalu akan ada satu hal yang akan kita jalani, yaitu yang terkait dengan properti. Di usia 20 – 30 tahun, kita merencanakan untuk DP rumah pertama. Di usia 30 – 40 tahun, kita akhirnya memiliki rumah pertama. Di usia 40 – 50 tahun, kita mulai memikirkan punya properti kedua, dan di usia 50 tahun seharusnya kita juga sudah punya rumah di mana kita akan menghabiskan masa pensiun yang mandiri, sejahtera, dan tenang.
See? Lihat kan, bagaimana kita seumur hidup harus berurusan dengan properti? Tak perlu ciut nyali untuk merencanakannya, karena kebutuhan ini memang benar-benar nyata.
Financial Dialogue 03 Tak Hanya Mengajak Kamu untuk Tak Takut Punya Properti Tapi Juga Bijak Merencanakannya
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, selaku Nyonya Rumah Financial Dialogue volume 03 yang menyatakan bahwa properti itu enggak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal kita sendiri saja, tetapi bisa juga untuk disewakan, atau dibisniskan, atau untuk mendapatkan capital gain. Maka dari itu, kembali lagi, semua tergantung pada #TujuanLoApa saat berniat untuk punya properti.
Setelah tujuannya sudah terumuskan, selanjutnya kita bisa merencanakan dan kemudian merealisasikannya.
Ada 4 pembiayaan properti yang bisa kita pilih sebagai opsi, mulai dari cash keras, cash bertahap, pinjaman lunak, dan KPR. Mau pilih yang mana? Tentu saja, tergantung pada kemampuan dan kondisimu. Setiap orang bisa saja memilih opsi yang berbeda, dan itu nggak ada yang salah sepanjang memang mampu dan sesuai. Lokasi juga sangat menentukan loh! Karena itu, sesuaikan lokasi dengan kemampuan finansialmu juga ya.
Panelis 1: Irvan Ariesdhana
Panelis pertama, Irvan Ariesdhana yang merupakan Real Estate Tech Advisor, juga setuju bahwa lokasi menjadi hal terpenting yang harus dipertimbangkan. Daerah-daerah di sekitar Jabodetabek masih menempati urutan pertama demand properti sepanjang tahun ini.
Kalau menyoal ketakutan masyarakat membeli properti, sebenarnya di setiap generasi kita menghadapi problem yang sama. Namun, dengan perencanaan keuangan yang realistis, tak ada yang tak mungkin bisa diusahakan.
Panelis 2: Adhitya Mulya
Panelis kedua, Adhitya Mulya adalah seorang property enthusiast yang bahkan sudah memiliki channel Youtube sendiri yang khusus membahas pernak-pernik properti. Di diskusi kali ini, Adhitya membahas sisi lain dari KPR. Menurut Adhitya, tak ada cara lain untuk bisa punya properti di usia muda kecuali kerja sampai keringetan.
Ada beberapa poin yang diajukan oleh Adhitya bagi kamu yang hendak merencanakan punya properti.
- Coba pertimbangkan opsi beli rumah jadi versus beli tanah lalu bangun rumah sendiri. Pertimbangkan nilai tanahnya, nilai bangunannya, nilai sarananya, hingga kemudahan aksesnya.
- Buat rencana keuangan untuk membeli properti ini–apa pun opsi yang akhirnya diputuskan–sedini mungkin.
Panelis 3: Pratiwi Hamdhana AM
Panelis ketiga adalah Pratiwi Hamdhana AM, yang akrab disapa dengan Tiwi–yang ternyata di usianya yang masih kepala 2 sudah memiliki 4 properti yang tersebar di Indonesia, dan kesemuanya telah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Pratiwi terlibat dalam pendirian Woywoy Paradise, sebuah resort di tepi pantai yang indah di Sulawesi, juga pemilik Roemah Renjana, sebuah guest house di Yogyakarta, dan sebentar lagi akan dibuka juga Woywoy Resort di Ubud, Bali, serta Roemah Renjana di Makassar dan di Bandung.
Saran Tiwi, kalau mau punya mimpi dalam bisnis properti, selalu mulailah dari yang kamu punya dulu. Tak perlu dipaksakan, yang penting menabung dan punya rencana yang realistis. Seiring berjalannya waktu, opportunity datang, kamu sudah siap.
Begitu banyak pencerahan dan insight seputar kepemilikan properti dalam Financial Dialogue Vol. 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda yang diselenggarakan pada 19 September 2020 kemarin. Persis seperti pendekatan yang selalu dibawa oleh tim QM Financial dalam setiap edukasinya seputar dunia keuangan, yaitu melalui pencapaian dreams and achievement, tidak sekadar menakut-nakuti, lebih banyak fokus pada diskusi finansial yang sehat dan bisa memberdayakan semua orang.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya, 350+ Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 03.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 04, 17 Oktober 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima dan Andalkan
Seperti juga ada pengeluaran bulanan dan pengeluaran tahunan, pun ada penghasilan bulanan dan ada pula penghasilan tahunan.
Apa itu penghasilan tahunan? Ya, sudah seperti terlihat, adalah penghasilan yang kita dapatkan setahun sekali.
Nggak seperti penghasilan bulanan yang kita anggap sebagai penghasilan rutin, penghasilan tahunan ini kadang kita anggap sebagai “uang kaget”. Uang yang–diharapkan sih sebenarnya–tapi kalau dapat kayak surprise banget gitu. Apalagi, biasanya, jumlahnya juga lumayan banget!
Karena dianggap “uang kaget”, maka tak jarang, penghasilan tahunan pun terpakai tanpa rencana. Akibatnya, ya sudah bisa ditebak. Entahlah apa yang kita dapatkan, tapi rasanya uang itu jadi nggak ada bekasnya sama sekali.
Jadi, apa saja macam penghasilan tahunan yang biasanya kita dapatkan? Well, mungkin rerata diakrabi oleh ASN ataupun pekerja tetap sih. Pekerja lepas jarang yang punya penghasilan tahunan. Yah, penghasilan bulanan saja kadang nggak dapat. Eits, kok curcol.
5 Jenis Penghasilan Tahunan yang Bisa Kita Terima
1. Bonus
Bonus ini bisa dinamakan macam-macam sih, mulai dari bonus retensi sampai bonus prestasi. Perhitungannya beda-beda, begitu pun waktu pemberiannya.
Nah, bonus yang diberikan tahunan–atau yang biasa disebut bonus tahunan–bisa dibilang sebagai penghasilan tahunan, karena diberikan pada karyawan terkait keuntungan yang diraih perusahaan dalam satu tahun.
Dengan demikian, bonus tahunan ini besarnya tergantung pada kebijakan perusahaan. Jika perusahaan belum mendapatkan keuntungan yang signifikan, ya bisa saja enggak ada bonus tahunan dibagikan untuk karyawan.
2. THR
Tunjangan Hari Raya–seperti namanya–bisa dikategorikan sebagai penghasilan tahunan, lantaran biasanya juga diberikan setahun sekali menjelang hari raya Idulfitri.
Pemberian THR sudah diatur dalam undang-undang, sehingga jika ada pemberi kerja yang tidak memberi THR kepada pekerja bisa terancam hukuman penjara dan sanksi denda.
Besaran THR ditetapkan oleh pemerintah sebesar satu kali gaji pokok, tidak termasuk tunjangan-tunjangan. Tapi, ada pula perusahaan yang memiliki kebijakan berbeda, mereka memberikan THR sekian kali gaji pokok. Memang akhirnya, kembali pada perusahaan masing-masing.
3. Gaji ke-13
Gaji ke-13 merupakan penghasilan tahunan yang biasa diterima oleh para ASN–atau Aparatur Sipil Negara. Gaji ke-13 diberikan biasanya menjelang pergantian tahun ajaran baru sekolah, untuk membantu meringkankan beban para ASN dalam menyekolahkan anak-anak mereka.
Beda antara gaji ke-13, Tunjangan Hari Raya, dan bonus tahunan pernah ditulis secara tersendiri di web ini. Silakan dibaca-baca (lagi) jika belum sempat membaca ya.
4. Dividen
Buat kamu yang sudah memiliki investasi di saham–terutama saham perusahaan-perusahaan blue chips–biasanya juga akan menerima dividen sebagai bagian dari “pemilik perusahaan” tersebut.
Dengan begini, kamu bisa dibilang menerima penghasilan tahunan dari perusahaan di mana kamu menanam modal, karena dividen juga biasanya diberikan setahun sekali.
Namun, seperti halnya bonus tahunan, dividen ini juga bergantung pada keuntungan yang bisa diraih oleh perusahaan. Jika perusahaan–melalui Rapat Umum Pemegang Saham–memutuskan untuk tidak membagi dividen lantaran keuntungan belum siap untuk dibagikan, maka ya kamu tidak akan mendapatkan dividen di tahun tersebut.
5. Penghasilan pasif misalnya uang sewa
Buat kamu yang memiliki investasi berupa properti, juga bisa mendapatkan penghasilan tahunan berupa uang sewa, jika memang kamu menyewakan propertimu ini secara tahunan.
Besarannya tentu saja tergantung oleh banyak faktor, mulai dari lokasi, spesifikasi rumah, hingga fasilitas yang ada. Tapi yang pasti, ya lumayan banget angkanya.
Namun, penghasilan dari sewa properti biasanya juga harus dipotong untuk beberapa pengeluaran yang juga tak sedikit lo. Salah satunya biaya perawatan. Nah, kalau kamu tertarik untuk berinvestasi properti, sebagai permulaan, coba ketahui dulu beberapa keunggulan dan kelemahan investasi ini, sehingga kamu mendapatkan gambaran mesti gimananya.
Nah, itu dia 5 jenis penghasilan tahunan yang bisa kita dapatkan.
Sampai dengan hari ini, yang mana saja yang sudah kamu dapatkan? Semua? Well done!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Taylor Swift Punya Passive Income dari Royalti Albumnya, Kamu Bisa Juga dari 3 Sumber Ini!
Duh, Taylor Swift lagi-lagi kena drama. Kali ini urusannya cukup pelik, karena ada kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang bisa menjadi passive income seumur hidupnya.
Singkat ceritanya sih, Taylor yang dulu berusia 15 tahun saat memulai kariernya sebagai pencipta lagu, musisi, dan penyanyi, menandatangani kontrak untuk 6 album. Salahnya si kecil Taylor–yang saat itu belum paham betul dengan seluk-beluk kontrak yang rumit–langsung saja tanda tangan, tanpa menyadari adanya klausul bahwa hak cipta semua lagu dalam 6 album akan menjadi hak milik label, begitu kontrak ditandatangani.
Saat Taylor menyadari kekeliruannya, nasi sudah menjadi bubur. Taylor berusaha untuk mendapatkan kembali hak cipta atas semua karyanya, namun menemui jalan buntu. Dan sekarang, pihak label telah menjual 6 master album Taylor pada pihak lain tanpa sepengetahuan Taylor.
Dengan demikian, Taylor terancam kehilangan haknya untuk memperoleh passive income dari kerja kerasnya sendiri selama bertahun-tahun. Well, sebagai seorang yang sangat kreatif, Taylor tentu saja tak akan berhenti berkarya. Namun, ia memang harus berjuang menuntut kembali haknya sebagai pencipta.
Karena kalau tidak, proses dan daya kreatifnya tidak akan berharga lagi. Selain tentunya, ia akan kehilangan passive income yang bisa menjamin hidupnya.
Passive Income, Alternatif Penambah Pendapatan
Hmmm, berbicara tentang passive income, jenis pendapatan ini memang merupakan salah satu yang bisa kita lakukan demi menjamin hidup kita di masa depan. Pendapatan aktif adalah pendapatan yang kita miliki dari hasil bekerja secara aktif–kerja, menghasilkan sesuatu, lalu dibayar atas hasil kerja kita. Sedangkan, pendapatan pasif ini adalah jenis pendapatan yang akan terus menerus mendatangkan pemasukan tanpa kita harus menukarkan waktu, tenaga, dan pikiran seperti halnya kalau kita bekerja secara aktif.
Pendapatan pasif, atau passive income, ini layaknya kita menanam benih, lalu benih tersebut tumbuh dengan sendirinya (tentu saja di bawah pantauan kita), bahkan saat kita tidur sekalipun. Hingga suatu saat, kita bisa memetik hasilnya untuk dinikmati.
Taylor Swift punya puluhan lagu dan musik yang sudah diciptakannya sebagai passive income, lantaran ia akan menerima royalti ketika lagu dan musik tersebut diperbanyak dan dipublikasikan untuk kita dengarkan. Taylor menerima kira-kira sebesar Rp4 T hanya untuk royalti albumnya hanya di Spotify saja. Sekarang, bayangkan jika hak cipta 6 album Taylor berpindah tangan. Berapa banyak passive income yang hilang darinya? Kalkulator saja mungkin nggak akan muat angkanya.
Itu adalah cerita Taylor Swift, si seksi cantik penyanyi muda dunia. Bagaimana dengan kita? Apakah kita harus menjadi seperti Taylor Swift untuk bisa punya passive income? Nggak juga kok. Kita juga bisa punya passive income dari 3 sumber pendapatan berikut ini.
3 Sumber Passive Income yang Bisa Kita Dapatkan Sehingga Bisa Sekaya Taylor Swift
1. Royalti dan Hak Pembelian
Ya, mungkin kita enggak bisa mencipta lagu, main musik, ataupun nyanyi seperti Taylor Swift. Tapi kita bisa berkarya dalam bentuk yang lain.
Salah satunya adalah buku. Banyak kan, penulis buku terkenal yang sukses yang bisa kita lihat sekarang? Sebut saja Dee, Tere Liye, … terus kalau yang luar negeri ya JK Rowling. Setiap kali buku mereka diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, dan dibeli oleh pembacanya, mereka akan mendapatkan royalti dalam persentase yang sesuai dengan kesepakatan.
Taruh saja royaltinya 10%, harga bukunya Rp100.000, berarti dari satu buku mereka akan menerima Rp10.000. Kalau bukunya terjual 50.000 kopi, maka mereka akan menerima Rp500 juta (dikurangi pajak, tentunya). Jika buku dicetak ulang–artinya mereka tak perlu menulis lagi–mereka akan menerima minimal jumlah yang sama.
Menggiurkan, bukan? Tapi, jangan salah. Ada banyak usaha dan kerja keras menyertai penulisan sebuah buku lo. Satu judul buku nggak serta merta juga bisa terjual 50.000 kopi dalam waktu singkat. Itu beneran angka fantastis. Apalagi kalau kita belum punya nama. Banyak banget PR yang harus dikerjakan.
Selain buku, kita yang punya keterampilan membuat aplikasi juga bisa menjualnya kita melalui Google Play. Bentuknya bisa aplikasi yang bisa memudahkan, ataupun games. Semakin banyak yang mendownload aplikasi kita, pemasukan pun akan semakin lancar mengalir.
2. Investasi
Cara lain untuk mendapatkan passive income adalah dengan berinvestasi. Semua produk investasi bisa memberikan passive income yang lumayan lo.
Salah satunya P2P Lending. Program investasi ini memungkinkan kita untuk “menitipkan” sejumlah dana untuk kemudian dipinjamkan pada pihak lain yang membutuhkan. Tentu saja, titipan tersebut akan berbuah berupa bunga. Dalam tahap waktu tertentu, dana kita akan kembali berkali lipat.
Produk investasi lain yang juga bisa menjadi sumber passive income adalah saham dan reksa dana.
3. Menyewakan properti
Selain royalti dan investasi, kita juga bisa mendapatkan passive income dari sewa-menyewa properti, seperti kos-kosan atau kontrakan rumah.
Dengan menyewakan properti, setiap bulan kita akan mendapatkan pemasukan tambahan. Satu modal yang harus kita pikirkan untuk investasi sewa-menyewa properti ini adalah perawatannya saja. Lainnya, kita tinggal menunggu saja setoran setiap bulan, atau setiap periode tertentu sesuai kesepakatan.
Nah, apakah kamu sudah memiliki salah satu atau bahkan semua sumber pendapatan berupa passive income di atas, dan apakah sudah dikelola dengan baik?
Kalau belum, kebetulan nih, QM Financial punya jadwal kelas finansial online baru “Membangun Aset Aktif untuk Pendapatan Pasif”. Di kelas ini, kamu bisa mempelajari apa saja alternatif produk investasi untuk memberikan penghasilan pasif, dan juga tools apa saja untuk menghitung penghasilan pasif dari aset aktif. Cek di sini untuk tahu detail dan juga pendaftarannya ya. Yuk, belajar bareng mengelola aset hingga bisa mendatangkan passive income seperti Taylor Swift.
Follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.