Mengatur Keuangan Keluarga Saat Suami Tak Berpenghasilan
Baru-baru ini ada thread viral tentang keputusan seorang istri mengikhlaskan suaminya resign dari kantor tempatnya bekerja, karena alasan kesehatan. Setelah menelusur, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa ditarik sebagai pelajaran ketika akhirnya suami tak berpenghasilan dan mengandalkan penghasilan istri saja.
Memang ya, hidup di Indonesia itu cukup challenging. Beberapa norma yang berlaku masyarakat kadang lantas membuat pihak-pihak tertentu menjadi tampak “tidak normal” jika tidak diikuti. Termasuk soal penghasilan untuk keluarga. Umumnya, suami memang dianggap seseorang yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga; memberi nafkah istri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, kadang, fakta di lapangan berkata lain. Karena berbagai sebab, suami tak dapat melakukan tugas, dan harus melimpahkan tanggung jawab sebagai penafkah kepada istri. Salahkah suami jika melakukan hal tersebut? Enggak selalu, karena banyak alasannya. Kesehatan adalah salah satu alasan terbesarnya. Tapi ya begitulah, saat gaji istri lebih besar saja kadang jadi masalah. Apalagi kalau suami tak berpenghasilan. Di Indonesia, ini adalah masalah yang besar.
Mengatur keuangan dari penghasilan satu pintu tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau kedua pasangan tadinya sama-sama bekerja. Penurunan pemasukan keluarga pasti akan memengaruhi kondisi ekonomi. Sedikit atau banyak, itu relatif.
Terlepas dari soal stigma sosial yang harus dihadapi, persoalan keuangan ini juga akan menjadi tantangan besar bagi pasangan dengan suami tak berpenghasilan. Pasalnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada gap antara penghasilan perempuan dan pria di Indonesia. Masih banyak perempuan bekerja yang digaji lebih rendah daripada pria untuk level jabatan yang sama. Tak hanya soal feminis, tapi data yang menyatakannya. Jadi, walaupun istri mengambil alih peran penafkah keluarga, tetapi bisa jadi penghasilan ya tetap saja tidak akan sebesar penghasilan suami yang bekerja.
Artinya, masalah keuangan ini adalah masalah yang serius. Apalagi kita masih dalam situasi tak berkepastian seperti sekarang. Kebutuhan makin banyak, sekaligus semakin sulit didapatkan.
Lalu, bagaimana ya cara mengatur keuangan bagi keluarga dengan suami tak berpenghasilan?
Atur Keuangan untuk Keluarga dengan Suami Tak Berpenghasilan
Pastikan pertimbangan dan persiapannya matang
Kalau menelusur dari thread viral yang disebutkan di awal tadi, ada penjelasan bahwa sebelum suami tak berpenghasilan, keluarga tersebut sudah punya tabungan 10x gaji dan sempat membeli asuransi yang memadai. Seiring waktu, malahan tabungan ini tidak perlu digunakan sama sekali, dan kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari penghasilan istri sepenuhnya.
So, apa moral of the story? Yes, persiapan yang matang.
Memutuskan resign tak boleh dilandasi emosi, karena bisa membuat kita bias dalam mengambil keputusan hingga akhirnya tak melakukan persiapan. Padahal, hidup ke depan setelah resign harus dipikirkan dengan baik, apalagi jika sudah ada tanggungan.
Atur kembali rencana dan anggaran
Mengelola keuangan rumah tangga dari penghasilan 2 pintu menjadi satu pintu bukan perkara gampang. Karena itu, persiapan adalah koentji dan kemudian lakukan financial check up untuk membuat evaluasi dan mengetahui secara pasti kondisi keuangan keluarga saat suami tak berpenghasilan lagi.
Atur kembali rencana keuangan yang mungkin tadinya sudah ada. Kamu bisa meninjau kembali tujuan-tujuan keuangan, dan menyusun ulang berdasarkan hasil financial check up yang sudah dilakukan. Buat anggaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Cicilan utang dan kebutuhan primer menjadi prioritas utama. Yang lain, kamu bisa sesuaikan dengan kemampuan. Bahkan investasi bisa dikurangi dulu, selama keuangan belum stabil lagi. Ke depannya, fokuslah pada menjaga cash flow agar tetap positif.
Amankan Dana Darurat dan Asuransi
Punya asuransi kesehatan adalah hal yang tak bisa ditawar. Asuransi kesehatan akan dapat memberikan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan. Apalagi biaya kesehatan terus meningkat. Meskipun iurannya naik, tapi BPJS Kesehatan tetap bisa jadi pilihan pertama. Selanjutnya, tergantung kebutuhan.
Jika istri kemudian menjadi penafkah utama karena suami tak berpenghasilan, maka pastikan istri memiliki asuransi jiwa. Setelah itu, pastikan dana darurat dalam kondisi yang memadai juga.
Tinjau kembali cicilan utang
Memang dalam praktiknya, cicilan utang harus menjadi prioritas apa pun kondisinya. Tapi saat suami tak berpenghasilan, maka bisa jadi cicilan akan menambah beban. So, coba cari cara untuk meringankannya.
Barangkali ada beberapa cicilan yang bisa dilunasi dulu sebelum akhirnya suami resign. Terutama untuk cicilan konsumtif yang berbunga besar. Pastikan untuk tidak menambah utang besar dan konsumtif saat nanti keuangan belum stabil.
Jika memang perlu, kamu bisa mengajukan restrukturisasi utang yang cicilannya terlalu besar dan membebani. Mungkin ada diskon bunga, atau tenor bisa diperpanjang. Apa pun kondisinya, sebaiknya dijelaskan pada pihak pemberi pinjaman. Prinsipnya, mereka akan lebih memilih melunakkan pinjaman daripada risiko gagal bayar meningkat. Termasuk KPR.
Tambah penghasilan
Jika memang perlu dan memungkinkan, cobalah untuk mencari alternatif lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Baik untuk suami maupun hal yang bisa dilakukan berdua.
Memang, kualitas hidup tak hanya tergantung pada penghasilan yang didapatkan, tetapi pada cara kelola uang yang ada. Tapi bagaimanapun, keluarga dengan keuangan yang sehat pastilah akan lebih mudah menjalani kehidupan. Karena itu, kita tetap realistis dan berusaha agar ‘dapur tetap mengepul’, apa pun caranya asal halal.
Dana Pensiun
Suami tak berpenghasilan bukan berarti pensiun, jika sekarang masih mengandalkan penghasilan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. So, tetap ada PR besar untuk bisa membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan passive income. Pasalnya, bagaimanapun juga, nantinya jika istri yang akan menjadi tulang punggung keluarga, akan ada waktu juga baginya untuk pensiun.
So, meski berat, persiapkan sejak sekarang.
Itu dia cara mengatur keuangan keluarga jika suami tak berpenghasilan, dan hanya mengandalkan dari penghasilan satu pintu, yaitu dari istri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ramai Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Kekerasan Finansial, Keduanya Perkara yang Serius!
Lagi ramai soal kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT kayaknya ya?
Yang paling heboh sih ya soal seorang selebriti yang melaporkan suaminya ke polisi karena melakukan KDRT lantaran isu orang ketiga. Padahal baru saja punya anak bayi. Sungguh prihatin mendengar ceritanya, jika memang itu benar. Apalagi semakin ke sini, ditambah juga dengan adanya dugaan terjadi juga masalah finansial dalam rumah tangga selebriti tersebut.
Konon, si suami menghabiskan uang hasil kerja keras istri untuk berbagai kemewahan. Sempat juga dibagikan visual ketika suami beli kapal, dan katanya sang istrilah yang akan membayar cicilannya.
Tahukah kamu, bahwa kekerasan finansial yang terjadi antara suami dengan istri juga merupakan satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga lo. Coba yuk, kita bahas dalam artikel kali ini.
Kekerasan Finansial Termasuk Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga
Selama ini, kita mengetahui bahwa kalau ada kasus kekerasan dalam rumah tangga terjadi, itu adalah kekerasan fisik, verbal, ataupun mental. Kalau kekerasan dalam rumah tangga secara fisik biasanya terjadi pemukulan atau hal yang menyakiti fisik lainnya. Kekerasan verbal terjadi ketika keluar kata-kata yang merendahkan, menghina, dan sejenisnya. Sementara kekerasan mental biasanya terjadi ketika terjadi intimidasi, ditutup akses sosialnya, atau sejenisnya.
Nah, ternyata tak hanya itu. Salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang juga harus diwaspadai lainnya adalah kekerasan finansial.
Apa Itu Kekerasan Finansial?
Kekerasan finansial adalah salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban, dengan cara mengontrol penuh dan mengintimidasi korban dalam hal finansial.
Dijelaskan dalam salah satu artikel Verywell Mind, bahwa 99% kasus kekerasan dalam rumah tangga melibatkan juga kekerasan finansial. Sementara secara keseluruhan, bentuk kekerasan finansial ini bisa beragam.
Sering kali, kekerasan finansial terjadi ketika salah satu pasangan tidak memiliki sumber penghasilan sendiri, yang akhirnya membuatnya harus tunduk dan patuh pada yang lain—yang memiliki penghasilan dan menanggung hidupnya. Nah, yang memiliki penghasilan ini jadi merasa superior, dan kemudian berlaku semena-mena terhadap pasangannya.
Sayangnya, kadang kekerasan dalam rumah tangga seperti ini tidak banyak muncul di permukaan. Apalagi kalau korbannya enggak speak up, diam saja, karena adanya intimidasi, doktrin, ataupun ancaman dari pelakunya, meskipun cirinya mudah dikenali.
Tapi sering juga terjadi, ketika salah satu pasangan tidak berpenghasilan, tetapi ia memanfaatkan pasangannya untuk bekerja keras untuk keperluannya, di luar batas atau kemampuan pasangannya tersebut.
Apa pun bentuknya, kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat dibenarkan. Karena itu, edukasi dan share awareness sangat dibutuhkan, agar masyarakat tahu seperti apa bentuk kekerasan itu, sehingga bisa membantu ke depannya jika ada korban. Selanjutnya, tentu saja, upaya pencegahan harus dilakukan.
Ciri Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga
Ada beberapa ciri yang sangat ‘obvious’ kalau terjadi kekerasan dalam rumah tangga dalam hal finansial. Di antaranya:
1. Adanya upaya eksploitasi
Yang terjadi di sini misalnya pemanfaatan aset untuk kepentingan salah satu orang, tanpa persetujuan pasangannya. Seperti mengambil uang atau kartu kredit tanpa izin, meminjam uang atas nama korban, termasuk ambil cicilan atas nama pasangan tanpa persetujuan.
2. Mengontrol sumber daya uang
Misalnya seperti membatasi pasangan untuk membuat rencana dan mengambil keputusan keuangan yang dalam lingkup rumah tangga, bahkan untuk dirinya sendiri. Biasanya pelaku kekerasan finansial akan membuat anggaran atau menentukan bujet tanpa berdiskusi. Bahkan, pelaku tak segan-segan meminta laporan pertanggungjawaban lengkap pada korban atas pengeluaran uang yang dilakukan.
Bisa juga si pelaku mendominasi pemakaian sumber daya uang; menggunakannya untuk kebutuhannya sendiri, atau kalau si korban menggunakan uang, maka si pelaku akan menginterogasinya.
3. Mengisolasi korban
Salah satu contohnya adalah ketika salah satu pasangan memaksa agar pasangannya berhenti bekerja dengan berbagai alasan. Bahkan, ada kejadian ketika si pelaku membuat korbannya diberhentikan dari pekerjaan dengan segala macam cara.
Sesudah itu, pelaku pun memaksa korban untuk hanya berada di rumah dengan berbagai tugas, dan tidak memperbolehkannya memiliki penghasilan sendiri tanpa persetujuan.
Bisa juga terjadi, ketika pelaku tidak memperbolehkan korban untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, dan hanya diminta untuk mencari uang terus.
4. Memanipulasi
Ciri kekerasan finansial lainnya yang sering terjadi adalah membatasi finansial si korban. Pelaku memang memberikan uang atas nama nafkah, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan kebutuhan hidup. Jika uang habis dengan cepat, korban akan dianggap tidak becus mengelola keuangan.
Atau bisa juga dalam bentuk lain. Misalnya, si pelaku meminta uang si korban. Dan, kalau korban tidak mau memberi, si pelaku lantas playing victim—membuat korban merasa bersalah, menuduh korban tidak mencintainya, dan sebagainya.
Apa pun alasannya, itu semua manipulasi belaka—hanya merupakan upaya si pelaku agar keinginannya dituruti oleh korban.
5. Adanya ancaman
Intinya, di setiap hal, akan ada pemaksaan, manipulasi, dan ancaman terhadap korban. Dalam hal finansial, biasanya yang akan dijadikan ancaman adalah pemutusan pemberian nafkah. Dengan demikian, si korban akan menuruti apa kata si pelaku.
Dampak bagi Korban Kekerasan Finansial
Korban kekerasan finansial—seperti halnya korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya—sudah pasti akan merasakan dampak yang fatal.
Apalagi sebenarnya ciri kekerasan dalam rumah tangga itu sebenarnya cukup mudah dikenali. Namun, adanya normalisasi terhadap apa yang dilakukan oleh pelaku sering membuat masyarakat menjadi takut untuk turut campur apalagi membantu korban. Korban pun menjadi denial, dan menganggap apa yang dialami merupakan hal yang wajar menimpa dirinya.
Secara mental, fisik, dan spiritual, jelas tidak akan baik.
Dalam jangka pendek, bisa jadi akan terjadi luka fisik dan mental. Sementara dalam jangka panjang, ancaman depresi akan menghantui. Untuk bisa meninggalkan pelaku, biasanya juga akan sulit dilakukan oleh korban. Terutama jika kekerasannya dalam bentuk menutup akses finansial; membuatnya berhenti bekerja sehingga tidak produktif lagi. Akan sulit bagi seseorang untuk bisa menghasilkan uang lagi jika sebelumnya dipaksa berhenti bekerja.
Apakah Ada Cara untuk Mencegah Kekerasan Finansial?
Ada. Salah satunya adalah membuat perjanjian pranikah. Bicarakan term & condition seperti apa yang diinginkan setelah nanti menikah. Termasuk—yang sangat penting untuk didiskusikan—adalah masalah finansial.
Jika memang tidak berniat untuk membuat perjanjian pranikah, setidaknya sudah ada kesepakatan di awal, mengenai bagaimana hidup yang ingin dijalani nanti setelah menikah. Bicarakan setidaknya mengenai peran masing-masing nantinya setelah menikah. Ungkapkan juga mengenai kondisi sekarang yang sedang dijalani; apakah sedang punya utang yang besar, ada tanggungan ini itu, berapa pengeluaran bulanan, bahkan sampai gaji kalau memang sudah benar-benar menuju serius.
Terbuka dengan pasangan secara finansial, dan satu sama lain harus berkomitmen. Dua hal ini harus dipertahankan hingga setelah menikah dan bertahun-tahun sesudahnya.
Menikah memang merupakan kompromi antara dua orang. It takes two to tango, siapa pun tidak bisa sendirian untuk membangun keluarga idaman.
Semoga ke depannya tidak ada lagi kasus serupa yang dialami oleh selebriti kesayangan Indonesia ini ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Cara Tips Mengatur Keuangan Rumah Tangga Kecil yang Sederhana
Pernah mendengar celotehan “modal cinta saja tidak cukup untuk membangun rumah tangga?” Yap, faktanya membangun rumah tangga memang tidak bisa hanya mengandalkan cinta saja dalam menjalankannya. Terutama kamu butuh cara tips mengatur keuangan rumah tangga yang tepat, tapi simpel.
Yes, dan di sebuah rumah tangga, yang terutama dibutuhkan adalah kesiapan fisik, mental, hingga finansial yang stabil. Maksud dari finansial stabil ini bukan dengan nominal yang saklek ya, tapi setidaknya cukup untuk menghidupi rumah tangga.
Kamu nggak perlu punya harta banyak sampai harus punya gaji minimal dua digit. Pendapatan berapa pun asalkan dikelola dengan baik kemungkinan besar sih cukup buat menjalankan kehidupan rumah tangga secara sederhana; bisa beli kebutuhan sehari-hari untuk dua orang, buat ongkos kerja, buat tabungan, dan buat bayar kuota per bulannya.
Berapa pun harta yang dimiliki, mau besar mau cukup akan percuma kalau kamu tidak bisa mengelolanya dengan baik. Pengeluaran perlu dikontrol supaya uang nggak cepat habis. Tanggung jawab dan kebutuhan nantinya akan bertambah, maka penting sekali untuk kamu ketahui bagaimana cara mengatur keuangan rumah tangga yang baik.
Jangan sampai kamu kerja keras tapi hasilnya nggak kelihatan, bahkan sudah habis di tengah bulan. Meskipun punya uang sedikit kalau paham cara tips mengatur keuangan yang benar, kamu bisa hidup dalam kecukupan untuk waktu yang lebih lama.
5 Cara Tips Mengatur Keuangan Rumah Tangga
Mengatur keuangan ada seninya juga lho, begini cara tips mengatur keuangan rumah tangga.
1. Merancang Anggaran Setiap Bulan
Ibarat peta, anggaran akan mengatur dan memberikan petunjuk dalam cara tips mengatur keuangan rumah tangga. Kamu bisa memantau setiap transaksi. Lalu, catat pemasukan dan pengeluaran rumah tangga selama sebulan dengan detail. Catat mulai dari keperluan rutin, listrik, sampai pengeluaran yang sifatnya yang tidak menentu.
Catatan tersebut nantinya akan memudahkan kamu melihat seperti apa gambaran keuangan dalam rumah tangga kamu. Selain itu kamu juga bisa melakukan review dan evaluasi keuangan, sehingga kamu bisa tahu masalah apa saja yang akan dihadapi dan bagaimana mengatasinya.
2. Gunakan Rumus 40/30/20/10
Rumus 40/30/20/10 adalah salah satu cara tips mengatur keuangan rumah tangga bulanan dengan membagi-bagi penghasilan dengan persentase tersebut. Kamu bisa menggunakan 40% untuk memenuhi kebutuhan seperti belanja bulanan, biaya pendidikan anak, dan lain sebagainya.
Lalu, 30% bisa dipakai untuk membayar cicilan jika kamu punya utang. 20% bisa digunakan untuk tabungan, dana darurat, dan investasi. Pastikan dana ini selalu ada ya di setiap bulannya. Sementara 10% untuk biaya lifestyle, dana untuk memuaskan keinginan, misalnya memberikan self reward untuk memuaskan keinginan atau hasil jerih payah kamu bekerja selama satu bulan penuh atau untuk keluarga. Pastikan kamu bahagia dengan menyiapkan anggaran, yang bisa kamu habiskan untuk bersenang-senang. Kalau habis gimana? Ya, menunggu lagi sampai gajian lagi.
3. Punya Skala Prioritas
Banyak yang kesulitan membedakan antara kebutuhan dan keinginan dalam cara tips mengatur keuangan rumah tangga. Supaya tidak boros, kamu harus punya skala prioritas untuk mengetahui mana yang penting dan mana yang bisa ditunda. Misalnya persiapan dana persalinan anak tentu saja lebih penting dari mengganti motor baru.
Sering kali orang yang terjebak dalam menentukan barang mana yang memang benar-benar dibutuhkan. So, sebaiknya fokus pada fungsi daripada sekadar gaya, karena dalam rumah tangga, kebutuhan pribadi bisa jadi bukan selalu yang utama lagi, melainkan kebutuhan keluargalah yang harus diprioritaskan.
4. Buat Tujuan Finansial
Membuat tujuan finansial akan menentukan ke mana arah uang berikutnya. Kamu bisa membuat tujuan keuangan jangka panjang dengan menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Misalnya kamu ingin menabung untuk biaya pendidikan anak, membangun bisnis, dana pensiun, atau yang lainnya.
Tujuan finansial sebenarnya tidak harus sesuatu yang besar dan jangka panjang dalam cara tips mengatur keuangan ini. Berencana membeli laptop, smartphone baru, atau traveling ke suatu tempat juga bisa dijadikan tujuan. Asalkan kamu bisa semakin termotivasi dalam mengatur keuangan.
5. Mengelola Pinjaman dengan Cermat
Saat ini mendapatkan tawaran pinjaman memang sangatlah mudah, baik secara online maupun offline. Kemudahan mengajukan pinjaman ini jangan sampai membuat kamu terlena. Pastikan kamu membatasi diri dalam melakukan pinjaman, jangan sampai kalap karena ingin memiliki banyak hal tapi malah terjerat utang tak berkesudahan.
Hindari menggunakan kartu kredit tanpa perhitungan yang matang dalam cara tips mengatur keuangan yang baik. Bayarlah dengan lunas, atau sesuai kemampuan. Membayar cicilan kartu kredit dengan nominal minimum hanya akan membuat kamu terkena kewajiban bunga yang besar. Pada akhirnya, malah membuat kamu membayar utang tiap bulannya tapi tagihannya tidak berkurang. Perhatikan juga biaya administrasi jika kamu menggunakan paylater, apakah efektif? Jangan sampai tidak sebanding dengan keuntungan yang kamu dapat. Lebih baik bayar tunai atau menggunakan dompet digital biasa.
Contoh Mengatur Keuangan Rumah Tangga Kecil
Nah, supaya lebih jelas gambarannya, berikut ada contoh cara tips mengatur keuangan rumah tangga kecil yang bisa kamu cermati.
Seorang pasangan suami istri baru menikah beberapa bulan, belum mempunyai anak dan masih menyewa tempat tinggal hidup sederhana di daerah Jabodetabek. Suami memiliki gaji bersih dari perusahaan swasta dengan UMR sebesar Rp6 juta rupiah dan istri tidak bekerja. Berikut ini simulasi mengatur keuangannya anti boros.
Kas Masuk | Bulanan | Tahunan |
Gaji bersih suami | 6.000.000 | 72.000.000 |
Tunjangan hari raya | 0 | 6.000.000 |
Total Arus Kas Masuk | 6.000.000 | 78.000.000 |
Arus Kas Keluar | ||
Pengeluaran Tetap | ||
Nafkah Istri | 1.800.000 | 21.600.000 |
Sewa kost | 1.000.000 | 12.000.000 |
Asuransi | 200.000 | 2.400.000 |
Tabungan/Investasi | 500.000 | 6.000.000 |
Total Pengeluaran Tetap | 3.500.000 | 42.000.000 |
Pengeluaran Variabel | ||
Belanja bahan makanan | 1.000.000 | 12.000.000 |
Token listrik | 300.000 | 3.600.000 |
Pulsa dan kuota | 200.000 | 2.400.000 |
Hiburan | 200.000 | 2.400.000 |
Transportasi | 300.000 | 3.600.000 |
Total Pengeluaran Variabel | 2.000.000 | 24.000.000 |
Total pengeluaran | 5.500.000 | 66.000.000 |
Total sisa arus kas bersih | 500.000 | 12.000.000 |
Gimana? Cukup ada gambaran kan? Pastinya, kamu bisa mengganti angka dan jenis kebutuhannya sesuai dengan kondisi serta kemampuanmu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online dan training keuangan QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Atur Keuangan untuk Pasangan Long Distance Marriage
Adakah di antara kamu yang kini sedang menjalani long distance marriage?
Long distance marriage adalah kondisi hubungan pasangan suami istri yang setelah menikah harus tinggal secara terpisah, bisa lain kota atau bahkan lain negara. Biasanya hal ini disebabkan oleh tuntutan pekerjaan, dinas, dan berbagai kondisi lainnya.
Kondisi ini umumnya tidak dijalani hanya dalam waktu sebentar. Bahkan ada yang harus menjalani hubungan long distance marriage ini sampai bertahun-tahun. Jika sebelum menikah, hal ini sudah disiapkan dan sudah sepakat, tentu tidak akan ada masalah berarti. Namun, ternyata banyak juga yang tidak siap.
Salah satu masalah terbesar dalam kondisi long distance marriage ini adalah soal keuangan. Kebayang kan, ketika sebuah keluarga harus berjibaku mengurus “dua rumah tangga”. Satu rumah tangga saja kadang terasa begitu berat.
Ditambah lagi, ada data dari Journal of Sex & Marital Therapy yang mengungkapkan fakta, bahwa tinggal berjauhan menjadi salah satu alasan perceraian yang paling umum. Banyak responden mengaku, bahwa hal ini membuat pengelolaan keuangan rumah tangga menjadi kurang transparan, hingga sering kali terjadi masalah.
Meski demikian, kadang seperti blessings in disguise, pasangan long distance marriage ini—karena keadaan—malah jadi terbiasa untuk hidup prihatin, hemat, dan serba perhitungan. Umumnya mereka terbiasa menabung, karena berharap bisa lebih sering berkumpul.
So, bisa kita simpulkan, bahwa komunikasi memang menjadi hal terpenting, terutama jika menyangkut keuangan dalam rumah tangga. Ini tak hanya terjadi pada pasangan long distance marriage, tetapi yang tinggal serumah pun tak luput dari hal yang sama.
Atur Keuangan Pasangan Long Distance Marriage
Buat gambaran detail
Gambaran detail mengenai apa? Mengenai kondisi satu sama lain.
Misalnya, masing-masing tinggal di mana? Di lingkungan seperti apa? Bagaimana kebiasaan di sana? Bagaimana harga-harga barang kebutuhan pokoknya? Punya sendiri atau sewa? Bagaimana akses transportasinya? Bagaimana kebutuhan makannya? Apakah mau masak sendiri setiap hari, atau bagaimana?
Selain seputar lingkungan tempat tinggal, juga jangan lupa untuk survei transportasi antarkota, yaitu dari kota pasanganmu ke kota tempat tinggalmu. Untuk bolak-balik, butuh biaya berapa? Cek juga jadwal kerja, apakah memungkinkan untuk bertemu dalam periode tertentu? Jika tidak, apa yang bisa dilakukan agar tetap terasa dekat? Mungkin ongkos komunikasi yang ditambah; memperbanyak video call atau pakai aplikasi meeting?
Buat rencana detail untuk masing-masing pihak, dan harus diketahui oleh pihak yang lainnya. Perhitungkan dengan lebih saksama jika beda negara ya. Pastinya akan berbeda sekali.
Buat kesepakatan
Setelah masing-masing ada gambaran, buatlah kesepakatan. Tentang apa? Ya, semuanya, terutama soal pos pengeluaran dan anggaran belanja rumah tangga. Misalnya, pertimbangkan apakah perlu membuat rekening bersama di samping memiliki rekening pribadi? Rekening bersama nantinya bisa dipakai untuk pengeluaran bersama, misalnya untuk setiap kali bertemu, atau jika ada keperluan bersama lainnya.
Lalu sepakat berbagi peran. Karena ada dua rumah tangga, kemungkinan masing-masing akan punya pengeluaran kebutuhan sendiri-sendiri. Sepakatilah bagaimana pengaturannya. Misalnya soal uang sewa tempat tinggal. Bagaimana dengan kebutuhan anak-anak? Apakah akan membuat rekening khusus lagi?
Jaga agar komunikasi tetap lancar
Kuncinya memang pada kompromi dan kesepakatan. Jadi, buat waktu untuk mengobrol. Memang enggak mudah, karena yang hidup seatap pun kadang juga menemui kesulitan untuk bisa ngobrolin keuangan dengan pasangan, apalagi ini terpisah. Kalau dua-duanya enggak berkomitmen, ya memang akan lebih sulit.
So, ongkos komunikasi memang akan lebih banyak. Jadi, diatur ya, supaya tetap terkendali tetapi tetap lancar. Pilih cara berkomunikasi yang paling nyaman. Kalau memungkinkan, jadwalkan kapan mau video call supaya masing-masing enggak mengganggu jadwal kerja, misalnya. Kan, kalau beda negara, kemungkinan juga akan beda zonasi waktu.
Kepercayaan
Kalau mau sukses dalam hal ini, ya kepercayaan pada pasangan harus dibangun dengan baik. Apalagi soal keuangan ya—belum termasuk hal-hal lainnya lo.
Menyadari bahwa long distance marriage adalah bukan hal yang mudah adalah penting, saling terbuka adalah koentji. Ketidakpastian akan terus dihadapi, jadi kebutuhan akan dana darurat menjadi sangat penting. Apalagi di masa-masa awal, bakalan terasa berat.
Rajin menabung dan investasi
Tetap miliki cita-cita dan mimpi bersama, lalu jadikan sebagai tujuan keuangan. Boleh atas nama anak, boleh atas nama suatu saat nanti kamu dan pasangan akan melewati juga fase long distance marriage ini. Kalian akan pensiun bersama, sejahtera dan mandiri.
Untuk mewujudkan semua impian itu, berinvestasilah. Duduk bareng, dan pilihlah instrumen yang sesuai. Sepakati, mau seberapa banyak berinvestasi, dan ke mana.
Punya cita-cita dan mimpi bareng ini jadi semacam janji, dan bisa memperkuat ikatan suami istri. Jadi, boleh saja hidup terpisah. Tapi mimpi punya bersama. Tsah.
Harus menjalani long distance marriage, tetapi memiliki keuangan yang sehat. Mungkin ini bisa jadi silver lining untuk kondisi yang berat itu. Kalau dengan jalan ini lantas bisa mencapai tujuan keuangan lebih cepat dan lebih baik, kenapa tidak? Betul?
Nah, itu dia beberapa tip mengatur keuangan rumah tangga untuk pasangan long distance marriage. Mungkin saja kondisi setiap pasangan berbeda, tetapi semoga tip tersebut bisa sedikit memberi inspirasi untuk tetap bertahan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Atur Keuangan Setelah Lebaran Biar Nggak Auto Bokek Berkepanjangan
Hai halo! Setelah Lebaran, ada cerita apa aja nih? Semoga semuanya seru ya, termasuk dari sisi finansialmu.
Yes, semoga setelah Lebaran, kamu enggak auto bokek. Kalaupun iya, ya wajar sih. Pasalnya, pengeluaran memang pasti luar biasa ya. Pasti memengaruhi kondisi keuangan rumah tangga secara keseluruhan. Namanya juga Lebaran, sekaligus liburan. Yang enggak mudik Lebaran, pasti juga ada saja yang ekstra di saat-saat seperti ini.
So, sekarang saatnya kita menata ulang keuangan keluarga lagi. Pasalnya, hidup di depan sudah menunggu. Mau enggak mau, kita punya kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Jangan sampai kesulitan datang. Segera moveon dari liburan, dan lakukan beberapa cara mengatur keuangan berikut.
Atur Keuangan Setelah Lebaran
1. Financial check up
Yang pertama harus kamu lakukan untuk mengelola keuangan lagi setelah Lebaran adalah melakukan financial check up.
Yuk, buat rekap pengeluaran selama libur Lebaran kemarin. Pasti banyak pengeluaran tak terduga. Buat rinciannya sedetail mungkin, sehingga nantinya akan lebih mudah kamu evaluasi. Setelah itu, cek juga sisa uang yang masih ada saat ini. THR apa kabar? Apakah masih ada sisa?
Jadi, habis berapa? 20 juta seperti cerita yang lagi viral itu?
Semoga sih, kamu tidak perlu mengganggu dana darurat ya di masa liburan kemarin. Tetapi, jika misalnya dana darurat ikut terpakai, maka sekaligus buatlah rencana untuk memulihkannya kembali setelah Lebaran ini. Pasalnya, dana darurat ini adalah pos paling penting dan tidak boleh sampai kosong, karena merupakan safety net untuk keuangan pribadimu sewaktu-waktu.
2. Lunasi utang
Financial check up yang kamu lakukan seperti di atas termasuk juga mengecek apakah ada utang baru selama liburan Lebaran kemarin. Jika memang ada, setelah Lebaran ini, ada baiknya untuk segera kamu bayar. Jika bisa dilunasi akan lebih bagus.
Ingat kan, bahwa untuk berutang, kamu harus yakin mampu membayarnya? Jadi, supaya enggak jadi beban tambahan buat hidup yang sudah berat, sebaiknya segera lunasi utang libur Lebaran. Apalagi utang kartu kredit untuk kebutuhan konsumtif. Jangan sampai nih manfaat barangnya sudah habis, kamu masih saja berurusan dengan cicilannya.
3. Buat anggaran sesuai kemampuan
Sudah cek pengeluaran, syukur-syukur masih ada sisa THR setelah Lebaran. Juga sudah melunasi utang. Jadi, sekarang tinggal membuat anggaran dan mengatur gaji yang masih ada untuk beberapa waktu ke depan, setidaknya sampai akhir bulan lagi.
Yang sudah biasa membuat anggaran bulanan, pastinya sudah gampang. Yang belum, yuk, segera dibiasakan membuat anggaran agar kamu punya kendali atas pengeluaranmu. Apalagi kalau setelah Lebaran, tabungan juga berkurang. Wah, harus bener-bener diatur lagi, dan membuat anggaran adalah awal pengelolaan keuangan yang benar.
4. Hemat
Yuk, waktunya berhemat lagi! Apalagi kalau ternyata pengeluaran sudah begitu banyak. Jadi, harus kencangkan ikat pinggang lagi setelah Lebaran.
Beberapa trik menghemat yang bisa kamu lakukan:
- Buat prioritas, geser yang kebutuhan yang bisa ditunda atau dikurangi.
- Manfaatkan promo atau diskon member untuk belanja berbagai kebutuhan esensial
- Cari produk pengganti, dengan harga yang lebih murah tetapi kualitasnya sama. Misalnya produk-produk lokal
- Kurangi jajan di luar. Sebisa mungkin memasak sendiri dan makan di rumah saja.
- Jangan belanja dalam kondisi perut kosong
- Buat catatan belanja, dan hanya belanja barang yang ada dalam daftar
Apa lagi ya? Kamu punya trik menghemat pengeluaran yang lain? Silakan ditulis di kolom komen ya, untuk melengkapi trik di atas.
5. Mulai menabung dan investasi lagi
Kalau memang ada dana tabungan atau investasi yang terpakai, setelah Lebaran ini, yuk, kita kembalikan! Perhitungkan seberapa besar kamu bisa menyisihkan uang yang ada sesuai kemampuan.
Of course, ini bukan keharusan ya, karena kembali lagi pada kemampuan masing-masing. Kalau dana yang ada memang masih dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok, ya tak mengapa belum ditabung lagi. Namun, kamu harus membuat komitmen terhadap dirimu sendiri, kapan hendak mengembalikannya. Dan, kamu harus disiplin dengan komitmenmu sendiri.
Kalau masih ada sisa dana, yuk, segera ditransfer ke rekening tabungan atau investasi yang kamu punya. Ingat loh, setelah Lebaran, kamu harus sudah menyiapkan kurban! Jangan sampai tahun ini enggak kurban, hanya karena dananya sudah habis untuk libur Lebaran.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kelola Uang Belanja Pas-Pasan Keluarga Muda, Ini 5 Kiat Sederhananya
Salah satu hal paling tricky dalam rumah tangga adalah ketika kita harus mengatur uang belanja bulanan.
Ya, gimana ya? Namanya kebutuhan keluarga, itu sudah pasti banyak banget, tapi sayangnya, dana enggak sebanyak itu. Jadi, mau enggak mau, harus dicukupkan. Apalagi kalau masih keluarga muda. Karena itu, penting bagi setiap pasangan suami istri untuk pintar mengelola keuangan keluarga.
Tantangan Para Ibu dalam Keluarga Muda
Kondisi yang paling umum terjadi adalah belum lama menikah, mungkin sudah punya anak tapi masih bayi. Pencari nafkah bisa jadi dari dua pintu, yaitu nafkah dari suami dan nafkah istri. Tapi, bisa juga kondisinya memiliki penghasilan hanya dari satu pintu lantaran si ibu resign demi mengurus bayi di rumah.
Soal karier, bisa jadi masih dirintis. Belum benar-benar berada di posisi yang mapan, meski sudah berpenghasilan tetap. Cukup, tapi ya harus benar-benar dicukupkan. Dan, kebutuhan bayi itu memang luar biasa. Bahkan ketika anak sudah mulai besar, kebutuhan itu tetap tak berkurang—hanya berganti jenisnya. Uang belanja tetap akan harus diatur dengan baik, kalau enggak mau boncos terus-terusan.
Kondisi seperti ini dialami sebagian besar keluarga muda, dengan ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga. Ini belum ngomongin soal kebutuhan lain. Kredit motor, KPR, keamanan kompleks, sampai kirim uang ke orang tua di kampung. Bisa nabung Rp100 ribu – Rp200 ribu setiap bulan saja sudah bagus banget.
Clueless, betul?
Tapi tenang. Ibarat beli panci, pasti sama tutupnya. Jadi, akan selalu ada solusi untuk setiap masalah yang ada. Asal tahu prinsip mengelola uang belanja, maka kesulitan pasti bisa dicari solusinya.
Mengelola Uang Belanja yang Pas-Pasan
1. Berkomunikasi
Kadang yang terjadi adalah uang belanja pas-pasan, tapi segan ngobrol sama suami. Takutnya, dianggap nggak becus mengelola keuangan keluarga dan menghemat uang belanja. Tapi, hal ini bisa bikin kamu jadi stres loh.
Rumah tangga terdiri atas 2 orang; suami dan istri. Ibu-ibu enggak sendirian loh. Memang betul, ibu adalah menteri keuangan di rumah. Tapi, suami ibarat presiden. Dan yakinlah, bahwa Ibu Sri Mulyani sering meeting dan rapat koordinasi dengan presiden kalau mesti bahas keuangan negara. Begitu juga dengan para ibu rumah tangga. Perlu banget ada rapat khusus keuangan dengan suami.
Buka catatan keuangan keluarga, saling mencermati agar bisa menemukan akar masalah dan kemudian mencari solusi bersama. Tanpa komunikasi yang lancar, rasanya mustahil ya, keuangan keluarga juga bisa tertata dengan baik.
2. Budgeting
Kebutuhan banyak, tapi uang belanja pas-pasan. Karena itu, budgeting penting, agar bisa menentukan prioritas dan akhirnya semua kebutuhan terpenuhi.
Ada banyak cara budgeting uang jajan dan uang belanja yang bisa dilakukan. Misalnya dengan aplikasi pengelolaan keuangan yang sekarang banyak ditemukan di PlayStore maupun AppStore. Selain itu, bisa juga dengan cara old school ala orang tua kita: pakai amplop-amplop.
Buatlah budgeting bersama suami. Tapi, semisal tidak memungkinkan, seenggaknya harus dikomunikasikan dengan pasangan, agar mereka juga tahu bagaimana peta keuangan kita.
Perhatikan masing-masing proporsinya. Misalnya mau pakai rumus 4-3-2-1 ala QM Financial, yang berarti 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk investasi, dan 10% untuk jajan atau lifestyle. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisi dan kemampuanmu.
3. Catat setiap pengeluaran
Tuliskan setiap pengeluaran, sebisa mungkin hingga detail, agar kamu tahu ke mana saja uangmu pergi. Jangan sampai kehilangan jejak, tahu-tahu dompet menipis tanpa tahu dipakai buat apa saja.
Catatan pengeluaran juga akan penting ketika kamu hendak membuat budgeting. Pasalnya, dari catatan keuangan, kamu tahu uang belanja sebelah mana yang bisa dipangkas lagi, atau lebih dihemat.
4. Buat tujuan jangka panjang
Uang belanja pas-pasan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini, juga kebutuhan di masa depan nanti. Karena itu, penting untuk membuat pemetaan tujuan keuangan, terutama jangka panjang.
Jangan sampai terlena hanya memikirkan kebutuhan hari ini, apalagi yang kurang penting, dan melupakan rencana masa depan. Bisa-bisa masa depanmu akan berpeluang banyak kesulitan keuangan. Seperti nggak siap pensiun, nggak siap dana pendidikan anak, dan sebagainya.
5. Tambah penghasilan
Uang belanja pas-pasan? Tapi bukan berarti kita tak bisa menambah penghasilan kan? Yuk, mulai dipikirkan sejak sekarang.
Jika mau berusaha, pasti ada caranya. Mungkin saja memang sibuk, tapi cobalah untuk berusaha agar uang belanja bisa ditambah.
Nah, itu dia beberapa langkah untuk mengatur uang belanja yang pas-pasan di keluarga muda.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
It’s My Dream, Not Her! – Sebuah Pelajaran Berharga tentang Rahasia Keuangan Suami Istri
Drama pernikahan Mas Aris dan Kinan di serial Layangan Putus jadi topik yang panas sampai saat ini. Mengangkat isu perselingkuhan dalam pernikahan, serial ini banyak menyimpan pesan dan makna tersendiri, termasuk dari kacamata keuangan.
“Lydia Danira itu siapa, Mas? Namanya ada di mana-mana lho di sini. Kamu sampai transfer berkali-kali ke dia, pakai rekening yang aku sendiri gak tahu lho kamu punya, Mas!”
Kira-kira begitu dialog Mbak Kinan waktu tahu suaminya beli penthouse seharga Rp5 miliar, dan transfer uangnya ke rekening wanita lain. Nah loh, gimana kalau misalnya kamu berdiri di sepatu Kinan? Nyesek, pasti!
Serial Layangan Putus rasanya jadi pukulan telak bagi para pasangan suami istri akan pentingnya keterbukaan soal keuangan keluarga.
Layangan Putus Ajarkan Suami Istri Pentingnya Terbuka Soal Keuangan
Sepenting itu, ya? Penting banget! Dalam rumah tangga, entah itu suami maupun istri harus sama-sama berani dan berkomitmen untuk mengatur keuangan agar tujuan keuangan keluarga dapat dicapai bersama.
Misalnya seperti biaya pendidikan, tagihan listrik, cicilan rumah, atau liburan yang ingin dituju bukan hanya tanggung jawab salah seorang saja. Untuk mengatur keuangan keluarga, suami dan istri merupakan satu tim.
Memang sulit. Apalagi kalau punya masalah kayak Mas Aris di Layangan Putus. Sebagai suami, alih-alih membeberkan seluruh pendapatan dan mengalokasikan untuk keluarga, ia justru punya rekening lain demi menutupi biaya keluar untuk kekasih gelapnya.
Tak hanya di Layangan Putus, di dunia nyata pun konflik yang sering terjadi dalam rumah tangga adalah soal keuangan. Bahkan menurut data dari Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, 24% pasangan suami istri bercerai akibat masalah keuangan.
Padahal dengan terbuka soal keuangan terhadap pasangan, itu artinya kamu berbagi segala hal terkait kondisi keuangan mulai dari pemasukan hingga setiap detail pengeluaran keluarga. Dengan begitu, setidaknya kamu dapat mengurangi risiko dan ancaman pertengkaran.
Maka perlu diingat, menikah memang bukan cuma soal cinta. Namun lebih dari itu, menikah jadi perjalanan kamu bersama pasangan untuk mencapai tujuan hidup bersama. Kalau sudah punya keyakinan ini, pasangan suami istri akan lebih fokus untuk mewujudkannya.
Manfaat Terbuka Soal Keuangan dengan Pasangan
1. Mencapai Tujuan Keuangan Bersama
Setelah menikah, kamu tentunya punya keinginan atau cita-cita yang ingin dicapai. Misalnya ingin membeli rumah, punya mobil sendiri, persiapan dana pendidikan anak, liburan, atau berinvestasi untuk masa depan.
Dengan terbuka soal keuangan dengan pasangan, kamu bisa merencanakan tujuan keuangan bersama, mengelola dan bekerja sama untuk mencapai target tersebut.
2. Mengetahui arus kas keuangan dalam keluarga
Tentunya setelah memutuskan untuk terbuka, artinya kamu dan pasangan punya hak dan berkewajiban untuk sama-sama mengetahui dan mengatur arus keuangan rumah tangga. Dengan begitu, akan tercapai transparansi dan meminimalkan perselisihan.
Jika ada pengeluaran tambahan di luar alokasi perencanaan keuangan di awal, kamu dan pasangan tidak akan salah paham dan dapat mencari solusi untuk menutupi kekurangan yang ada akibat pengeluaran tersebut.
Nggak seperti Mas Aris di Layangan Putus kan, tahu-tahu keluar duit Rp5 miliar buat beli penthouse. Omo omo!
3. Meningkatkan kepercayaan dan kualitas hubungan
Tak hanya bermanfaat di bidang keuangan, jika pengelolaan keuangan keluarga ini berhasil, rumah tangga kamu dapat lebih harmonis karena kamu dan pasangan lebih percaya satu sama lain dan kualitas hubungan pun meningkat.
Hal ini akan berindikasi pada semangat untuk menyelesaikan perencanaan keuangan dengan baik dan semakin mempercepat terwujudnya impian dan tujuan bersama.
Tip Mengatur Keuangan Keluarga
1. Jangan saling merahasiakan
Keterbukaan adalah koentji, hal mutlak yang tak boleh ditawar. Kisah dalam Layangan Putus bisa kamu jadikan contoh yang tidak untuk ditiru.
Hindari untuk punya rekening rahasia, pengeluaran rahasia, anggaran rahasia, dan rahasia-rahasia lain. Ya mungkin ada alasan kuat untuk berahasia, dan hanya pasangan itu sendirilah yang tahu. Tapi, ingat, hal ini akan meningkatkan risiko masalah di kemudian hari loh.
2. Saling memantau dan mengontrol arus keuangan
Di luar kebutuhan harian, mungkin kamu atau pasangan memiliki keinginan, misalnya tergiur kuliner atau barang impian sedang diskon dan ada cashback. Saat itu terjadi, kamu butuh seseorang untuk mengingatkan agar tidak kebablasan dan berlebihan.
Boleh saja memenuhi keinginan, tapi bukankah kita tetap harus pada alur keuangan yang sudah direncanakan, ya kan? Cukup bahaya jika kamu tidak mengomunikasikan hal ini pada pasangan, dan terus menuruti keinginan kamu saja. Bisa-bisa tabungan untuk keluarga bocor dan sulit untuk di-cover.
3. Buat dana darurat
Rencana penting dalam keuangan rumah tangga salah satunya yaitu membuat alokasi untuk dana darurat. Setelah menikah, kamu mungkin akan menemukan banyak situasi tak terduga yang mengharuskan pengeluaran dadakan.
Jadi, dana darurat di sini sangat berperan untuk menjadi cadangan atau pengeluaran tak terduga di masa depan. Dana darurat juga bisa digunakan apabila cash flow kamu tidak memadai.
Umumnya, jumlah dana darurat dibuat setidaknya untuk 6 kali pengeluaran bulanan di rumah tangga kamu, jika belum ada anak. Kalau sudah anak, maka jumlah ideal juga harus disesuaikan. Nah, simpanlah dana darurat di tempat yang aman. Akan lebih baik jika kamu pisahkan dari rekening utama, agar bisa lebih terkendali. Bisa saja kamu simpan di instrumen investasi yang rendah risiko, misalnya di reksa dana pasar uang. Pastinya bicarakan dulu juga dengan pasanganmu ya.
4. Miliki asuransi sesuai kebutuhan
Dana darurat penting, tapi tak kalah penting lagi untuk pasangan suami istri memiliki asuransi. Untuk awal, kamu bisa penuhi dulu yang paling penting: asuransi kesehatan, dan kemudian asuransi jiwa untuk pencari nafkah.
Terlebih di situasi saat ini di tengah pandemi COVID-19, dana darurat saja tidak cukup untuk menjalani pengobatan ketika virus menghadang keluarga. Belum lagi soal hidup, siapa yang bisa jamin ke depannya? Betul?
Di sinilah pentingnya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.
5. Berinvestasi
Adalah penting untuk memiliki tabungan dan investasi untuk masa depan keuangan keluarga. Setidaknya sisihkan setidaknya 10% dari pendapatan bulanan untuk investasi. Mau lebih? Boleh banget!
Dengan investasi, masa depan keluarga kamu dapat lebih aman tentunya dengan pengelolaan yang baik. Investasi juga akan mempercepat kamu mencapai tujuan keuangan bersama pasangan.
6. Evaluasi kondisi keuangan
Tak hanya perencanaan saja yang penting dilakukan untuk mengatur keuangan dalam rumah tangga. Evaluasi dan cek kondisi keuangan bersama pasangan, apakah sudah sehat atau masih perlu diperbaiki?
Dengan begitu kamu dan pasangan dapat membuat perencanaan keuangan yang lebih baik dan memperbaiki apa yang masih kurang sebelumnya.
Nah, penjelasan di atas soal mengatur keuangan keluarga sudah sangat jelas ya? Perhatikan poin-poin penting di atas, dan mulailah untuk terbuka soal keuangan dengan pasangan kamu. Jangan sampai kisah Mas Aris dan Kinan dari Layangan Putus terjadi di rumah tangga kamu ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Anggaran Belanja Rumah Tangga: Apa Pentingnya dan 4 Langkah Mudah Menyusunnya
Mungkin kamu masih beranggapan, bahwa anggaran belanja rumah tangga itu tak perlu dibuat. Toh, selama ini enggak pakai bikin anggaran, keuangan juga masih aman. Okelah kalau di tanggal tua akhirnya cuma bisa makan mi instan rebus, tapi masih bisa pakai telur kok. Masih enak, dan secara keseluruhan enggak ada masalah yang berarti.
Tapi, sadarkah kamu, bahwa kalau kamu mau membuat anggaran belanja rumah tangga, maka kamu dapat melihat peta kondisi keuanganmu dengan lebih baik, bahkan mungkin di tanggal tua pun, kamu masih bisa loh jajan boba atau pesan makanan online, meski yang sederhana? Bahkan mungkin, kamu enggak akan merasakan ada tanggal tua lagi, karena semua tanggal adalah tanggal muda.
Pentingnya Membuat Anggaran Belanja Rumah Tangga
Apa yang bisa kita harapkan, jika kita sendiri tak mengetahui kondisi keuangan kita? Mau beli sesuatu, kepikiran, duh, bakalan cukup enggak ya, uangnya? Saat butuh sesuatu, juga khawatir, bakalan kehabisan uang. Atau malahan, karena enggak ada anggaran, kita pun jadi over belanja. Lalu yang ada, tanggal tua pun merana.
Padahal hanya dengan satu solusi—membuat anggaran belanja—kamu sebenarnya bisa mengendalikan keuangan rumah tangga dengan lebih baik. Karena alasan-alasan berikut ini.
- Kita jadi tahu secara pasti, berapa banyak uang yang kita miliki. Dengan demikian, kita bisa mengalokasikan sesuai pos kebutuhan kita sendiri juga. Dengan adanya alokasi anggaran, saat kita butuh sesuatu atau membeli sesuatu pun jadi terukur dan bijak.
- Kita juga jadi tahu dengan pasti, berapa pengeluaran kita setiap bulan atau periodenya. Dengan demikian, sekiranya ada pos yang menghabiskan dana terlalu banyak, selanjutnya kita jadi bisa mencari solusi untuk mengatasinya agar tak terulang lagi.
- Kita tahu ke mana saja uang kita pergi, dan kemudian merasa aman karena uang tak sia-sia dimanfaatkan demi kebutuhan kita.
- Kita bisa membuat rencana keuangan lebih detail, dengan susunan prioritas yang pas dengan kebutuhan.
- Kita bisa mewujudkan tujuan keuangan, bahkan bisa jadi lebih cepat, karena rencana keuangan sudah detail dan komprehensif.
- Kita bisa melakukan evaluasi dan kemudian melakukan modifikasi seperlunya, agar target dan tujuan keuangan bisa lebih pasti.
- Menghindarkan diri kita sendiri dari utang yang enggak perlu, karena kita bisa membagi uang yang sudah ada secara proporsional dalam pos-pos pengeluaran yang ada.
Nah, banyak kan, hal yang bisa kamu dapatkan hanya dengan membuat anggaran belanja rumah tangga? Memang mungkin saat ini kamu belum mengalami kesulitan keuangan yang berarti. Namun, kalau hal ini dibiarkan saja, potensi muncul masalah keuangan akan berpeluang semakin besar. Lalu, siapa nanti yang kelabakan?
Yuk, buat anggaran belanja rumah tanggamu, dari langkah sederhana berikut ini.
Langkah Simpel Membuat Anggaran Belanja Rumah Tangga
1. Catat penghasilan
Keluarga kamu termasuk dalam keluarga dengan penghasilan satu sumber, atau beberapa sumber? Jika ada satu sumber, maka tulis sesuai kondisi sebenarnya. Kalau penghasilan didapatkan dari beberapa sumber, tulis juga semuanya ya secara detail.
Bisa jadi selain dari gaji, kamu juga mendapatkan penghasilan dari bisnis sampingan, atau sewa properti, bunga deposito, hingga dividen saham. Semuanya harus dicatat, jangan sampai ada yang ketinggalan ya.
2. Buat daftar semua pengeluaran
Buatlah data pengeluaran yang biasanya terjadi, mulai dari kebutuhan diri sendiri, keluarga, rumah, dan sebagainya. Jangan lupa jika ada tambahan pengurus rumah tangga ya. Juga termasuk cicilan utang, investasi, biaya investasi sosial, hingga jika ada keinginan untuk menjalani gaya hidup tertentu, seperti liburan, untuk ongkos menekuni hobi, dan sebagainya.
Kategorikan masing-masing dalam pos tersendiri. Biasanya sih QM Financial membagi dalam 5 pos besar, yaitu pos kebutuhan rutin, cicilan utang, investasi dan tabungan, sosial, serta lifestyle. Masing-masing punya proporsi sendiri, yang bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tak ada yang salah dalam pembagian pos ini, yang penting, bisa kamu jalani dengan baik dan lancar. Jika kamu merasa kesulitan dengan pembagiannya, kamu bisa sesuaikan lagi gimana enaknya.
Di sinilah catatan keuangan menjadi berperan penting.
3. Asuransi dan dana darurat is a must!
Jangan lupa untuk sisihkan uang membangun dana darurat. Ini sangat penting terutama di saat-saat kondisi krisis dan kritis, dana darurat akan sangat membantu. Kamu bisa tetap menjamin pemenuhan kebutuhan keluarga dengan adanya dana darurat ini.
Juga, jangan lupa miliki asuransi ya. Terutama asuransi kesehatan dan jiwa, jika kamu adalah tulang punggung keluarga.
Masukkan dua hal ini ke dalam anggaran belanja juga, karena kamu akan perlu menyisihkannya setiap bulan.
4. Saldo positif atau negatif?
Nah, sesudah pengeluaran teranggarkan dengan baik, dan ternyata masih ada penghasilan, maka itu artinya arus kas kamu positif, yang artinya sangat sehat.
Waspadalah jika setelah proses pembuatan anggaran belanja ini ternyata menghasilkan saldo negatif. Harus ada yang diulik lagi tuh di bagian pengeluaran, agar bisa lebih hemat. Di sini, kita harus sadar, bahwa bisa jadi masalahnya bukan pada gaji atau penghasilan yang terlalu kecil, tetapi bisa jadi memang gaya hidup yang kita jalani tak sesuai kemampuan.
Arus kas negatif ini rada memalukan untuk diakui, makanya banyak yang denial. Tapi, justru di situlah masalahnya. Kalau kita menerimanya dengan lapang dada, kita malahan jadi bisa berpikir bijak dan objektif untuk mencari solusinya.
So, jika memang saldo kamu negatif, hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima kenyataan bahwa kamu sedang mengalami masalah keuangan. Jangan tunggu lebih besar, segera cari solusi sekarang.
Yuk, belajar membuat anggaran belanja, tanpa terpatok jadwal di Udemy. Kamu bisa belajar sendiri, sesuaikan dengan kesibukanmu. QM Financial punya satu modul yang cocok untukmu yaitu Berkenalan dengan Financial Planning.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
10 Masalah Keuangan untuk Kamu Bahas Bersama Pasangan!
Data perceraian di Pengadilan Agama pada tahun 2020 (sumber: katadata.co.id) menunjukkan bahwa lebih dari 20% alasan perceraian adalah karena masalah ekonomi alias ujungnya duit. Bagaimana sih sebaiknya mendiskusikan masalah keuangan dengan pasangan?
Berikut ini adalah 10 masalah keuangan yang bisa kamu bahas bersama pasangan–demi hubungan yang lebih awet dan langgeng.
10 Masalah Keuangan Rumah Tangga
1. Nilai-nilai keluarga
Gak bisa dipungkiri lagi. Menikah itu gak sama si dia aja kan. Kita juga otomatis jadi satu keluarga dengan keluarganya. Ayo ngobrol soal apa aja hal-hal yang dianggap penting sebagai nilai keluarga.
Misalnya menjunjung tinggi kemandirian atau semua harus hidup bersama satu kompleks seumur hidup. Ini dua nilai yang sangat berbeda dan akan butuh kompromi besar untuk menyatukan pemikiran antar pasangan.
2. UU Perkawinan 1974
Menikah karena cinta, menikah secara agama. Ternyata ada satu lagi, menikah itu memasuki ikatan dengan kekuatan hukum karena ada Undang-Undang Perkawinan tahun 1974.
Sebelum menikah seharusnya kita tahu kalau ada UU ini, di antaranya mengatur masalah keuangan juga. Misalnya seperti harta dan utang yang dihasilkan setelah menikah adalah milik bersama.
Jika tidak ingin mengikuti UU tersebut maka pasangan yang ingin menikah perlu membuat perjanjian pisah harta. Hartamu dan hartaku, ternyata harta kita. Lebih dari itu, utangmu dan utangku, ternyata utang bersama juga!
3. Konsep nafkah
Sebagian orang percaya, suami adalah pemberi nafkah utama keluarga. Sebagian orang lagi percaya, tidak perlu membebani laki-laki, atur saja secara bersama. Sebaiknya topik masalah keuangan yang satu ini juga dibahas bersama.
Ekspektasi berlebihan–padahal tidak percaya pada konsep yang sama–berpotensi menyebabkan pertengkaran hebat di kemudian hari. Jika sudah sama-sama paham dan sepakat pada konsep nafkah yang sama, maka lebih mudah untuk saling mengerti peran dalam keuangan rumah tangga.
4. Tanggungan keluarga besar
“Kalau sudah menikah nanti, dan saya ingin memberikan uang kepada orang tua saya, kira-kira suami bakal marah gak ya?”
Kalimat seperti ini sering sekali kita jumpai. Setiap keluarga memiliki kondisi dan masalah keuangan yang berbeda-beda. Ada yang saling ketergantungan, ada juga yang tidak.
Saat dua orang bersatu dalam pernikaha, mereka tidak datang dari keluarga yang sama. Karena itu, urusan bantuan kepada orang tua ini perlu segera dibahas. Membantu keluarga itu tidak pernah salah. Tapi menyembunyikan uang, diam-diam tidak cerita, yang begini yang bisa bikin jadi bibit bertengkar.
5. Status utang
Tidak semua orang siap menikah bersama utang. Sebetulnya jika seseorang sudah memiliki utang sebelum menikah, maka status utang itu adalah miliknya sendiri–pasangannya tidak turut bertanggung jawab.
Akan tetapi, kenyataannya saat sudah menikah, ada saja orang yang merasa ‘terjebak’ karena harus ikut membayarkan utang pasangannya, bahkan utang orang tua pasangannya. Jika masalah keuangan ini sudah dibicarakan sebelumnya, dan mencapai kata sepakat, tentu tidak masalah. Tapi siapa sih yang senang jika tiba-tiba harus membayarkan utang yang sebelumnya bukan tanggung jawab dia?
Biasakan membereskan utang dan tidak mengharapkan orang lain akan membayarkan utang yang jadi tanggung jawab kita sendiri.
6. Mau tinggal di mana?
Ada banyak alternatif tempat tinggal untuk pasangan yang baru menikah. Mulai dari pondok mertua indah, rumah kos, kontrakan, hingga membeli rumah sendiri. Tempat tinggal ini sangat berhubungan dengan pola hidup kita di kemudian hari.
Pengaturan cash flow pasangan yang masih tinggal di rumah orang tua tentu akan berbeda dengan pasangan yang sudah harus mencicil rumah sendiri.
7. Soal anak
Soal anak ini perlu dibahas sebelum menikah. Mulai dari pandangan soal child-free lifestyle, hingga pandangan soal jika menikah dan tidak dapat memiliki anak.
Selain soal tukar pendapat soal pandangan ini, tentu saja berikutnya adalah soal jika memiliki anak, kira-kira ingin sanggup menyekolahkan sampai jenjang pendidikan seperti apa. Diskusi ringan soal cita-cita menyekolahkan anak dapat sangat membuka wawasan soal apa dan bagaimana kita menyiapkan dana Pendidikan bersama di kemudian hari.
8. Kebiasaan keuangan
Apakah kamu pernah mendengar tentang Good Money Habit? Ini soal kebiasaan keuangan yang menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.
Misalnya seorang suami yang selalu rajin menabung 10% dari gajinya. Atau istri yang senang mencatat pengeluaran supaya tahu ke mana bocor keuangan terjadi. Diskusi kebiasaan keuangan yang baik akan saling menguatkan antar pasangan. Jadi bisa mengurangi friksi yang menambah jurang antara pasangan.
Dengan saling kenal kebiasaan keuangan yang baik, pasangan merasa mereka adalah satu tim yang sedang berjuang bersama.
9. Kebiasaan belanja
“Kalau sudah menikah nanti, aku tuh tetap bebas belanja skin care gak ya? Atau harus izin suami dulu?”
Yuk, diskusikan dengan pasangan soal kebiasaan belanja kamu dan si dia. Ada suami yang dari dulu memang gamer–gak mungkin mau pakai gawai yang abal-abal. Padahal si istri sedang stres masalah keuangan lantaran memikirkan dana pendidikan anak. Kebayang kan pertengkaran macam apa yang bakal terjadi?
10. Tentang agama
Apa hubungannya agama dengan masalah keuangan? Bukankah soal agama ini urusan privat masing-masing?
Ternyata ada aspek keuangan yang beririsan dengan agama. Maka saat mempraktikkan keuangan, perlu juga memeriksa apa pandangan pasangan soal agama ini. Misalnya mulai dari urusan waris, pengeluaran sosial, juga tentang jenis produk keuangan–semuanya akan bersinggungan dengan aturan agama dan pandangan pasangan terhadap aturan agama tersebut.
Hukum waris untuk seorang muslim dan muslimah, aturan perpuluhan di gereja masing-masing, dan lain sebagainya. Bisa juga soal pemilihan produk sesuai Syariah–yang sebetulnya tidak terbatas pada pemeluk agama Islam.
Tentu saja masih banyak lagi masalah keuangan dan hal lain yang perlu dibicarakan bersama antar pasangan, baik sebelum menikah maupun sesudah menikah. Tapi dari 10 hal di atas, mana yang kira-kira akan kamu mulai bahas terlebih dahulu?
Sebetulnya tidak ada soal benar atau salah dalam diskusi di atas.
Yang perlu diperhatikan adalah soal membuka diri untuk saling mendengarkan, bertemu di tengah, mencapai kesepakatan bersama. Akhirnya, menikah itu adalah soal kompromi antara dua orang yang datang dari dua latar belakang yang berbeda.
Mari saling menjaga cinta dan kepercayaan dengan pasangan. Ternyata bisa mulai dengan ngobrol dulu ya. Selamat mencoba!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Perencanaan Keuangan Keluarga: 5 Hal yang Harus Disiapkan Lebih Dulu
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi keharmonisan sebuah rumah tangga. Salah satunya soal perencanaan keuangan keluarga.