Kredit Pemilikan Rumah dan 5 Fakta Plus Minus yang Mesti Diketahui
Kredit Pemilikan Rumah, atau KPR, bisa menjadi salah satu cara yang paling cocok agar kita bisa mencapai tujuan finansial untuk mendapatkan rumah pertama.
Pasalnya, kalau mau beli dengan hard cash yang dikumpulkan dengan cara menabung, well, inflasi harga jadi nggak sebanding dengan kemampuan kita menabung. So, KPR bisa menjadi salah satu solusi untuk meringankan beban finansial tetapi juga tetap bisa mewujudkan impian kita.
Tentu saja, dengan catatan, kita harus punya rencana yang realistis dan komprehensif, lantaran cicilan KPR juga tak sedikit setiap bulannya. Lalu, keinget deh, sambatan seorang artis soal cicilan KPR-nya mencapai Rp250 juta sebulan dan tak bisa dibayar di awal pandemi lalu. *usep kringet*
Nah, barangkali kamu yang sedang membaca artikel ini sekarang sedang mempertimbangkan untuk mengambil kredit pemilikan rumah? Ada beberapa hal yang perlu kamu tahu seputar KPR ini sebelum akhirnya memutuskan untuk berutang. Apa saja? Yuk, kita lihat satu per satu.
Fakta Kredit Pemilikan Rumah
1. Rumah bisa langsung atas nama sendiri
Kredit Pemilikan Rumah memungkinkanmu untuk langsung memiliki rumah atas nama sendiri.
Nggak lama setelah akad kredit disetujui bank dan semua proses pengajuan kredit sudah dilalui, maka sertifikat rumah juga langsung diproses atas nama kita sendiri. Meski demikian, sertifikat ini biasanya masih harus disimpan di bank yang bersangkutan lantaran menjadi agunan pinjaman sampai kredit kita lunas.
Legalitasnya juga tak perlu diragukan, karena biasanya melibatkan banyak orang dan ada hukum juga yang melindungi. Pihak bank juga biasanya melakukan surveinya sendiri, sehingga mereka pun memastikan bahwa semua proses akan dijalani dengan lancar.
2. DP dulu, cicilan kemudian
Ya, kita hanya perlu menyediakan dana penuh untuk down payment dulu, sebagai syarat pengajuan kredit pemilikan rumah ke bank. Besarannya bervariasi, tetapi menurut peraturan pemerintah setidaknya 15% dari harga rumah.
Setelah DP sudah lunas, maka berikutnya tinggal merealisasikan skema pembayaran cicilan yang sudah kita buat sebelumnya. Adanya cicilan–alih-alih membayar dengan cash keras–juga bisa memperingan beban keuangan kita sehari-hari. Istilahnya, uangnya bisa dibagi-bagi deh dengan kebutuhan lain yang tak kalah pentingnya.
Cicilan kredit pemilikan rumah ini memang bisa berlangsung sampai hitungan puluhan tahun. Tetapi, karena nominalnya relatif tetap, maka nilainya secara riil mengalami penurunan lantaran inflasi, atau juga penghasilan kita yang naik secara berkala. Awal mencicil mungkin terasa berat, tetapi lama kelamaan, kamu pasti bisa menyesuaikannya dengan baik.
Nah, soal besarnya DP, rata-rata orang biasa memanfaatkan momen pameran properti untuk bisa mendapatkan keringanan down payment ini. So, kenapa enggak kamu manfaatkan juga?
Lah. Kan lagi pandemi, harus mengurangi bepergian keluar? Pameran properti di zaman sekarang juga diadakan secara virtual loh! Coba cari informasinya ya.
3. Bisa menambah skor kredit
Ketika kita bisa membayar cicilan kredit pemilikan rumah dengan baik dan lancar, hal ini pun memengaruhi “rapor” kredit kita di hadapan bank.
Mungkin kamu sudah tahu, bahwa perbankan Indonesia punya satu sistem yang berisi informasi debitur-debitur “nakal” yang bermasalah dengan kredit yang mereka ambil. Setiap kali ada kasus atau masalah kredit, maka sistem ini akan diupdate. Jika kita lancar selama jangka waktu KPR, maka nama kita tidak akan muncul dalam sistem informasi ini.
Hal ini membuat bank tak segan untuk segera menyetujui segala pinjaman yang mungkin kita perlukan untuk kebutuhan lain, misalnya hendak mengambil pinjaman untuk tambahan modal usaha. Selama persyaratan dokumen sudah lengkap, maka besar kemungkinan pengajuan akan cepat dan mudah.
4. Harga riil rumah lebih tinggi
Ini mungkin sedikit dari kelemahan kredit pemilikan rumah, tapi patut juga untuk kamu ketahui sejak awal.
Karena adanya biaya administrasi, biaya-biaya tambahan lain–misalnya seperti biaya legalitas, serta adanya bunga, maka harga riil rumah jatuhnya bisa lebih mahal ketimbang kalau kita membelinya dengan hard cash.
Tetapi, sebagian besar orang bisa mengakali hal ini dengan menyewakan rumah yang masih dalam masa KPR (karena mereka juga tak harus segera menempatinya, karena satu dan lain sebab), dan kemudian mempergunakan uang hasil sewa untuk membayar cicilan. So, bisa jadi nih, pada akhirnya kamu bisa memiliki rumah secara “gratis”.
5. Prosedur cukup lama
Hal ini juga wajar terjadi, karena ada beberapa persyaratan yang harus dilengkapi. Selain kita harus melengkapi dokumen-dokumen yang disyaratkan, pihak bank juga butuh waktu untuk melakukan survei ke lokasi rumah yang hendak dibeli.
Belum lagi ada juga peluang untuk ditolak. Alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari rumah yang tak memenuhi syarat, atau dokumen kita yang kurang lengkap, atau ya itu tadi, barangkali kita punya “rapor” kredit yang kurang bagus, seperti yang sudah dijelaskan di poin 3.
Nah, sudah cukup paham kan sekarang mengenai kredit pemilikan rumah ini? Mau tahu lebih banyak? Yuk, ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Juga ada kelas yang diperuntukkan bagi kamu yang pengin ambil kredit pemilikan rumah secara khusus loh! Segera cek jadwal dan daftar ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Financial Dialogue 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda
Banyak orang ciut nyali ketika ngomongin soal membeli properti. Padahal punya properti ini bisa jadi simbol kemapanan, belum lagi kalau kamu punya properti sebagai investasi. Bisa menjadi penghasilan pasif loh!
Kalau kamu mengamati, di setiap tahapan hidup, selalu akan ada satu hal yang akan kita jalani, yaitu yang terkait dengan properti. Di usia 20 – 30 tahun, kita merencanakan untuk DP rumah pertama. Di usia 30 – 40 tahun, kita akhirnya memiliki rumah pertama. Di usia 40 – 50 tahun, kita mulai memikirkan punya properti kedua, dan di usia 50 tahun seharusnya kita juga sudah punya rumah di mana kita akan menghabiskan masa pensiun yang mandiri, sejahtera, dan tenang.
See? Lihat kan, bagaimana kita seumur hidup harus berurusan dengan properti? Tak perlu ciut nyali untuk merencanakannya, karena kebutuhan ini memang benar-benar nyata.
Financial Dialogue 03 Tak Hanya Mengajak Kamu untuk Tak Takut Punya Properti Tapi Juga Bijak Merencanakannya
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, selaku Nyonya Rumah Financial Dialogue volume 03 yang menyatakan bahwa properti itu enggak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal kita sendiri saja, tetapi bisa juga untuk disewakan, atau dibisniskan, atau untuk mendapatkan capital gain. Maka dari itu, kembali lagi, semua tergantung pada #TujuanLoApa saat berniat untuk punya properti.
Setelah tujuannya sudah terumuskan, selanjutnya kita bisa merencanakan dan kemudian merealisasikannya.
Ada 4 pembiayaan properti yang bisa kita pilih sebagai opsi, mulai dari cash keras, cash bertahap, pinjaman lunak, dan KPR. Mau pilih yang mana? Tentu saja, tergantung pada kemampuan dan kondisimu. Setiap orang bisa saja memilih opsi yang berbeda, dan itu nggak ada yang salah sepanjang memang mampu dan sesuai. Lokasi juga sangat menentukan loh! Karena itu, sesuaikan lokasi dengan kemampuan finansialmu juga ya.
Panelis 1: Irvan Ariesdhana
Panelis pertama, Irvan Ariesdhana yang merupakan Real Estate Tech Advisor, juga setuju bahwa lokasi menjadi hal terpenting yang harus dipertimbangkan. Daerah-daerah di sekitar Jabodetabek masih menempati urutan pertama demand properti sepanjang tahun ini.
Kalau menyoal ketakutan masyarakat membeli properti, sebenarnya di setiap generasi kita menghadapi problem yang sama. Namun, dengan perencanaan keuangan yang realistis, tak ada yang tak mungkin bisa diusahakan.
Panelis 2: Adhitya Mulya
Panelis kedua, Adhitya Mulya adalah seorang property enthusiast yang bahkan sudah memiliki channel Youtube sendiri yang khusus membahas pernak-pernik properti. Di diskusi kali ini, Adhitya membahas sisi lain dari KPR. Menurut Adhitya, tak ada cara lain untuk bisa punya properti di usia muda kecuali kerja sampai keringetan.
Ada beberapa poin yang diajukan oleh Adhitya bagi kamu yang hendak merencanakan punya properti.
- Coba pertimbangkan opsi beli rumah jadi versus beli tanah lalu bangun rumah sendiri. Pertimbangkan nilai tanahnya, nilai bangunannya, nilai sarananya, hingga kemudahan aksesnya.
- Buat rencana keuangan untuk membeli properti ini–apa pun opsi yang akhirnya diputuskan–sedini mungkin.
Panelis 3: Pratiwi Hamdhana AM
Panelis ketiga adalah Pratiwi Hamdhana AM, yang akrab disapa dengan Tiwi–yang ternyata di usianya yang masih kepala 2 sudah memiliki 4 properti yang tersebar di Indonesia, dan kesemuanya telah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Pratiwi terlibat dalam pendirian Woywoy Paradise, sebuah resort di tepi pantai yang indah di Sulawesi, juga pemilik Roemah Renjana, sebuah guest house di Yogyakarta, dan sebentar lagi akan dibuka juga Woywoy Resort di Ubud, Bali, serta Roemah Renjana di Makassar dan di Bandung.
Saran Tiwi, kalau mau punya mimpi dalam bisnis properti, selalu mulailah dari yang kamu punya dulu. Tak perlu dipaksakan, yang penting menabung dan punya rencana yang realistis. Seiring berjalannya waktu, opportunity datang, kamu sudah siap.
Begitu banyak pencerahan dan insight seputar kepemilikan properti dalam Financial Dialogue Vol. 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda yang diselenggarakan pada 19 September 2020 kemarin. Persis seperti pendekatan yang selalu dibawa oleh tim QM Financial dalam setiap edukasinya seputar dunia keuangan, yaitu melalui pencapaian dreams and achievement, tidak sekadar menakut-nakuti, lebih banyak fokus pada diskusi finansial yang sehat dan bisa memberdayakan semua orang.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya, 350+ Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 03.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 04, 17 Oktober 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
3 Tujuan Keuangan Terbesar yang Harus Segera Dimiliki oleh First Jobbers
Sebagai karyawan di entry level, barangkali para first jobber saat ini belum memiliki gaji yang sebesar mereka yang sudah lama menjalani karier. Namun, bisa dibilang di sinilah saat-saat krusial untuk segera mendapatkan keterampilan mengelola keuangan pribadi, dan segera merumuskan tujuan keuangan.
Karenanya, financial training pada level ini sangat diperlukan.
Entry level akan membentuk budaya dan etos kerja seseorang yang baru saja bekerja–yang disebut dengan first jobber ini–hingga ke masa yang akan datang.
Lalu, harus mulai dari mana? Dorong para first jobbers untuk membangun financial habit yang baik, dan membuat tujuan keuangan.
3 Tujuan Keuangan yang Seharusnya Dimiliki oleh Para First Jobber
1. Dana Darurat
Yes, inilah tujuan keuangan pertama yang seharusnya menjadi prioritas first jobbers.
Dana darurat adalah jaring pengaman saat sedang dalam kondisi darurat. Misalnya, seperti ketika kita mulai masuk ke masa pandemi. Tanpa dana darurat yang kuat, rasanya cukup susah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sementara gaji dikurangi karena WFH, proyek-proyek berhenti, bonus juga tertunda.
Tak ada yang pernah mengira kalau tahun 2020 akan seperti ini, bukan? Ini tak terencana, dan akibatnya bisa menimbulkan risiko kerugian finansial untuk hidup kita.
Di saat-saat seperti inilah dana darurat akan berperan. Tidak ada yang bisa menjamin hidup juga akan baik-baik saja ke depannya. So, persiapkan jika hari hujan dengan sedia payung yang cukup–berupa dana darurat.
2.Dana pensiun
Yes, walaupun karyawan baru mulai bekerja, saat ini mereka pun seharusnya sudah memiliki rencana untuk membangun dana pensiun. Inilah tujuan keuangan kedua yang harus diprioritaskan.
Karena, pensiun itu sudah pasti akan datang, akan membawa dampak finansial (karena kita sudah tak bisa bekerja lagi saat itu), dan butuh persiapan yang sangat panjang.
Dana pensiun akan menjadi bekal biaya hidup menjalani masa pensiun yang mandiri dan sejahtera. Ya, masa mau menggantungkan hidup pada anak cucu? Enggak dong ya, mereka sudah punya hidup mereka masing-masing. Kita harus tetap survive sebagai pensiunan mandiri.
Nah, mulailah membuat rencana untuk menyiapkan pensiun sejak dini, karena waktu adalah teman terbaik untuk rencana jangka panjang seperti ini.
3.Rumah pertama
Apalah artinya sudah punya penghasilan sendiri, jika kamu nggak juga punya aset properti atas nama sendiri. Tsah. Karena rumah adalah simbol kemandirian.
Ya, rumah pertama di sini berarti properti. Tentu saja, bentuknya enggak harus berupa rumah petak. Kamu juga bisa mempertimbangkan untuk membeli apartemen. Setiap orang punya kebutuhan masing-masing, yang harus diakomodasi sebaik-baiknya, bukan?
Dana untuk properti pertama ini juga butuh nominal yang besar.
Kebanyakan angkatan pekerja zaman sekarang (millenials dan generasi Z) merasa ciut nyali kalau menyangkut pembelian properti. Mengapa? Karena dengan harga yang melangit setiap tahunnya, dengan gaji yang “hanya” naik sesuai inflasi, cita-cita punya rumah itu seperti terlalu tinggi untuk dijangkau.
Tanpa perencanaan yang komprehensif, memang akan mustahil. Tapi, dengan keterampilan mengelola keuangan yang cukup, dengan gaji berapa pun, tujuan keuangan paling besar juga bisa dicapai.
Caranya gimana? Nah, ya butuh financial training.
Nah, selain 3 tujuan keuangan terbesar di atas, tentu karyawan harus punya planning untuk menikmati hasil jerih payahnya. Mengapa harus ada perencanaan? Karena kebutuhan karyawan ke depannya akan semakin banyak dan berkembang seiring waktu mereka bekerja. Tanpa perencanaan, rasanya sulit banget bisa memenuhi segala kebutuhan mendesak, yang semuanya butuh uang itu.
Mau liburan ke Korea atau ke Eropa? Mau gadget tercanggih? Pengin berangkatkan umrah orang tua, jika sudah memungkinkan? Semua itu adalah pemanfaatan gaji yang memang sudah seharusnya. Memangnya bisa, merencanakan liburan ke Eropa sekaligus pengin punya rumah sendiri? Bisa dong, asalkan ada perencanaan keuangan pribadi yang komprehensif.
Lalu yang terakhir, jangan lupa lengkapi dengan proteksi, yaitu berupa asuransi.
Bisa? Bisa!
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Fakta tentang Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang Perlu Diketahui
Beberapa hari terakhir, media ramai oleh pemberitaan tentang Tapera, atau Tabungan Perumahan Rakyat, sebuah program yang baru saja diteken oleh Presiden RI.
Dan, seperti bisa ditebak, pro dan kontra pun mengalir. Sebagian yang kontra berpendapat, hal ini jadi semakin memberatkan rakyat, lantaran sudah ada potongan untuk BPJS Kesehatan pun BPJS Ketenagakerjaan. Nggak perlu lagi disebutkan bahwa ada kenaikan iruan BPJS Kesehatan, betul?
Nah, bagaimana dengan kamu? Menurut kamu, bagaimana program Tabungan Perumahan Rakyat ini? Apakah bisa membantu, ataukah butuh direview lagi?
Kalau kamu belum banyak tahu mengenai program ini, ada baiknya kamu simak dulu beberapa faktanya berikut ini.
5 Fakta Tabungan Perumahan Rakyat
1. Latar belakang program
Apa sih sebenarnya program Tabungan Perumahan Rakyat ini? Adalah iuran yang dimanfaatkan untuk dana rumah pertama para pekerja di Indonesia, baik pekerja tetap ataupun mandiri. Tujuannya sih jelas, untuk membantu para pekerja mewujudkan salah satu tujuan keuangan mahapenting, yaitu punya rumah pertama. Tapera ini menjadi solusi untuk masalah defisit perumahan (backlog) yang dialami oleh negara kita.
Dengan adanya Tapera ini, diharapkan sih, semua pekerja di Indonesia punya rumah sendiri, sehingga lebih mapan kehidupannya.
2. Pengambil manfaat
Peserta Tapera adalah seluruh pekerja di Indonesia, baik WNI maupun warga negara asing pemegang visa kerja di Indonesia setidaknya selama 6 bulan.
Cuma memang ada yang bersifat wajib, ada pula yang bersifat sukarela. Yang wajib adalah para pekerja tetap dan pekerja mandiri yang berpenghasilan setara UMR, sedangkan yang bersifat sukarela adalah pekerja mandiri yang berpenghasilan di bawah upah minimum.
Bagaimana dengan yang lebih dari UMR, atau seperti yang disebutkan oleh Deputi Komisioner Bidang Pengerahan Dana Tapera Eko Ariantoro, yang bergaji lebih dari Rp8 juta? Nah, pekerja golongan ini ternyata menjadi tanggung jawab SMF (Secondary Mortgage Facility) dan swasta.
Jadi, memang Tapera ini ditargetkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, karena suku bunga pinjamannya juga kecil. Untuk yang berpenghasilan di atas UMR, diharapkan untuk bisa dana rumah mandiri.
Prosedurnya, untuk para pekerja tetap atau mandiri yang berada di bawah suatu perusahaan, akan didaftarkan oleh perusahaan tempatnya bekerja ke BP Tapera. Sedangkan, untuk pekerja mandiri yang bekerja secara lepas, bisa mendaftarkan diri sendiri langsung ke BP Tapera. Yah, kurang lebih sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan deh jadinya.
3. Besarnya iuran
Dalam peraturannya sudah disebutkan, bahwa untuk iuran Tabungan Perumahan Rakyat ini, akan dibagi 2.5% oleh pekerja (yang bekerja dalam sebuah perusahaan) dan 0.5%-nya disubsidi oleh perusahaan. Sedangkan, untuk pekerja mandiri besarnya iuran adalah 3%.
Keduanya diperhitungkan dari besar rata-rata penghasilan
Nah, di sinilah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya pro dan kontra, karena dikhawatirkan jadi menambah beban para pengusaha.
Nah, kamu, para pemilik bisnis, apa pendapatmu nih, tentang ini? Boleh yuk, diskusi di komen ya.
4. Pemupukan
Dana Tapera yang sudah dikumpulkan dari masyarakat akan diinvestasikan, antara lain ke instrumen investasi konvensional–seperti deposito, surat utang, dan surat berharga lainnya–dan instrumen investasi Syariah–seperti deposito Syariah dan sukuk.
Pada akhir kepesertaan nanti, dana yang sudah berkembang bisa diambil dan kemudian kita manfaatkan deh.
5. Program sejenis di luar negeri
Ternyata, program Tabungan Perumahan Rakyat seperti ini juga sudah ada di negara lain.
Misalnya, di Tiongkok. Pemanfaatnya juga adalah pekerja dan pemberi kerja. Pekerja informal tidak termasuk. Besaran iurannya masing-masing 5% dan 20%.
Di Mexico juga ada, namanya Infonavit dan Fovissste untuk pekerja formal, dengan porsi pekerja dan pemberi kerja masing-masing 5%. Juga ada program Fonhapo, tabungan perumahan untuk pekerja sektor informal.
Di Malaysia, tabungan perumahan rakyat ini disebut EPF, dengan iuran pekerja 11%, dan pemberi kerja 12 – 13%. Manfaatnya lebih banyak, karena meliputi tabungan pensiun juga selain tabungan perumahan.
Singapura juga punya program serupa dan lebih lengkap lagi. Tak hanya untuk perumahan, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk pensiun, dana pendidikan, sekaligus kesehatan. Porsi iuran pekerja sebesar 20%, sedangkan pemberi kerja 17%.
Nah, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu merasa terbantu dengan adanya program tabungan perumahan rakyat yang bakalan dimulai Januari 2021 ini? Ataukah, kamu ada pemikiran lain, apalagi setelah melihat beberapa faktanya di atas.
Yuk, diskusi di kolom komen!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini
Berapa usiamu saat ini? Belum lagi 30 tahun? Banyak orang yang merasa menyesal, mengapa tidak melakukan hal-hal tertentu sebelum usia 30 tahun, termasuk hal keuangan.
Termasuk saya. Saya adalah salah satu dari mereka yang menyesal, mengapa enggak membuat dana pensiun saya sejak pertama kali saya memasuki dunia kerja dulu, sebelum usia 30 tahun. Ya, sebagian sih karena literasi keuangan di zaman saya jadi first jobber memang belum seperti sekarang sih. Misal mau investasi, ya mesti datang ke bank, lalu minta informasi ke petugas langsung. Dan, saya paling males, karena kemudian pasti ditawari yang lain-lain yang malah bikin saya distracted.
Duh, ketahuan deh kalau angkatan lawas.
Nah, supaya kamu enggak mengalami penyesalan yang sama, maka sebaiknya kamu tahu dan mulai membuat tujuan finansialmu sendiri sebelum usia 30 tahun.
Karena penyesalan itu selalu datang belakangan. Kalau di depan namanya down payment, soalnya.
5 Tujuan Finansial yang Harus Kamu Mulai Buat Sebelum Usia 30 Tahun
1. Punyai proteksi
Sebelum usia 30 tahun hingga nanti kamu memasuki usia pensiun, bisa dibilang kamu berada di masa yang sangat produktif. Jika *knocks on wood* kamu tertimpa musibah, lalu bagaimana nasib orang-orang yang hidupnya tergantung padamu?
Musibah bisa terjadi setiap waktu, dan bisa membuatmu serta orang-orang yang kamu cintai menderita kerugian secara ekonomi. Di sinilah, arti pentingnya proteksi dan asuransi untuk kamu punyai.
So, begitu kamu memasuki usia kerja, segeralah lindungi dirimu dan orang-orang di sekitarmu dengan asuransi. Jenis asuransi ada bermacam-macam. Ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan, hingga asuransi umum. Kamu enggak perlu kok melengkapi semuanya sekaligus. Prioritaskan dulu asuransi yang kamu anggap paling penting. Boleh saja kok, jika kamu lengkapi secara bertahap, asalkan terencana dengan baik.
2. Dana darurat
Dana darurat juga penting untuk kamu buat sebelum usia 30 tahun. Dana darurat ini juga salah satu tujuan finansial pertama yang wajib kamu punya begitu kamu mulai kerja.
Kenapa? Because bad things happen!
Setelah mempunyai proteksi, dana darurat juga akan bisa “mengamankan” keuangan, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau di luar rencana.
Saat kamu sakit, butuh uang mendadak, mau membantu saudara atau keluarga, sampai misalnya kamu harus mengganti laptop rusak padahal dipakai untuk kerja sehari-hari, dana darurat will come handy.
3. Dana pensiun
Dana pensiun adalah tujuan finansial berikutnya yang harus mulai kamu buat sebelum usia 30 tahun.
Yah, baru mulai kerja, kok sudah harus mikirin pensiun?
Justru karena baru mulai itulah, kamu harus segera memikirkannya. Karena dengan jangka waktu yang lebih panjang, maka semakin mudah untukmu menabung (atau berinvestasi). Kamu bisa mulai berinvestasi dengan hanya Rp100.000 saja lo! Kalau kamu baru mulai menabung untuk pensiun di usia 40-an, bisa jadi kamu harus menabung berkali-kali lipatnya.
Kan sudah punya fasilitas Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan oleh kantor?
Well, tahu enggak sih, berapa kebutuhan dana untuk bisa menghabiskan pensiun sejahtera? Bisa sampai miliaran rupiah. Sedangkan, berapa persenkah dari gaji yang bisa kita terima dari BPJS Ketenagakerjaan saat kita mulai pensiun nanti? Hanya 30 – 40% saja.
Cukup? Sepertinya enggak.
4. Dana rumah pertama
Sebelum usia 30 tahun, seharusnya sih kamu sudah mandiri. Sudah punya penghasilan sendiri, dan pastinya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Jika kamu masih tinggal dengan orang tua, maka seharusnya kamu tetap bisa mandiri, bukannya tetap bergantung pada mereka. Setujukah sampai di sini?
Rumah milik sendiri bagi masyarakat kita adalah simbol kemandirian. So, seharusnya sih memiliki rumah pertama menjadi salah satu tujuan finansialmu juga untuk mulai dibuat sebelum usia 30 tahun.
Isunya, generasi milenial enggak punya nyali untuk membeli rumah. Mengapa? Karena memang butuh modal yang banyak sekali! Begitu lihat nominalnya, pasti deh shock.
Ya, begitulah. Memang ini adalah hal yang enggak bisa dimungkiri. Rumah memang mahal, dan semakin mahal dari tahun ke tahun. Apakah kita mau membeli rumah yang “Senin harga naik” ini, kalau enggak beli sekarang?
Bisa kok, kita punya rumah di usia muda. Kamu hanya perlu tahu caranya.
5. Bijak berutang
Nggak boleh utang? Boleh kok, boleh! Karena ada kalanya kita memang harus berutang, terutama untuk membeli barang berharga tinggi tapi penting. Rumah, misalnya. Tapi harus bijak!
Sebelum berutang, pertimbangkan dulu baik-baik; tujuan berutang untuk apa? Apakah barang yang akan kita beli itu akan menjadi aset? Ataukah hanya sekadar barang-barang yang bersifat konsumtif?
Dengan cara apa kita berutang? Apakah utang multiguna, utang kartu kredit, atau mungkin utang tanpa agunan? KPR? Atau yang lain? Apa risiko masing-masing? Seperti apa cara pembayarannya?
Ada baiknya, kamu membatasi utang-utang yang bersifat konsumtif sebelum usia 30 tahun, apalagi jika diambil dengan utang yang berbunga “menjerat”.
Pelajari karakter, syarat, dan ketentuan setiap jenis utang yang membuatmu tertarik. Dan, kalau memang bisa dihindari, hindarilah. Mungkin ada cara lain untuk memenuhi keinginan kebutuhanmu tanpa berutang.
Bagaimana? Tujuan finansial mana yang sudah kamu lakukan, dan yang belum kamu mulai sebelum usia 30 tahun?
Semangat ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Masalah Keuangan yang Teratasi dalam Satu Voucher Diskon 16%
Di QM Financial, kami terbiasa mendengar (dan membaca) curhat orang-orang seputar masalah keuangan mereka. Latar belakangnya juga begitu beragam, mulai dari para karyawan, profesional, hingga para bos dan manajer; dari para lajang, ibu rumah tangga, hingga yang mulai memikirkan dana pensiun; dari yang pengin liburan hingga yang pengin punya rumah sendiri.
Masalah keuangan kita memang kompleks ya, bahkan bisa dibilang enggak ada yang sama betul. Inilah justru yang membuat QM Financial selalu semangat membantu; mulai dari mengedukasi melalui konten-konten di website hingga media sosial, dan pastinya, melalui kelas-kelas finansial online yang kami selenggarakan di setiap bulannya.
Nyadar enggak sih, bahwa setiap bulan kami selalu punya jadwal kelas finansial online yang berbeda? Itu adalah sebagai usaha kami agar dapat menyentuh semua orang yang membutuhkan pengetahuan literasi finansial untuk mengatasi masalah keuangan mereka masing-masing.
Nah, di bulan Oktober depan, setidaknya ada 5 masalah keuangan yang akan kita coba bahas dalam kelas finansial online. Apakah salah satunya adalah permasalahanmu? Kalau iya, kayaknya sekarang nih waktunya untuk segera mendaftarkan diri deh. Kenapa? Karena ada yang spesial banget di akhir bulan September ini! Makanya, simak sampai akhir artikel ya!
5 Masalah keuangan yang akan kita ulik di bulan Oktober
1. Masalah keuangan klasik: cash flow, bingung tujuan finansial, dan ngeblank soal investasi
Diawali dengan masalah keuangan klasik, yang bisa saja dialami oleh siapa pun. Lucunya, kadang enggak cukup bermasalah sekali, tapi berkali-kali sampai bener-bener baru sadar kalau butuh belajar literasi keuangan.
Semua masalah keuangan selalu berawal dari cash flow kok. Jadi, untuk mengatasi masalah keuangan apa pun, ya berawal dulu dari membereskan cash flow. Saat cash flow lancar dan sehat, kepingin apa pun ayo aja.
Masalah keuangan klasik kedua adalah bingung tujuan finansial. Karena mau ngapain aja, selalu berawal dari #TujuanLoApa. Kalau tujuan enggak jelas, kita juga nggak bisa pergi ke mana-mana kan? Begitu juga dengan keuangan.
Sudah punya tujuan, maka kita bisa merencanakan jalan atau caranya mencapai tujuan. Sudah punya tujuan finansial, selanjutnya kita bisa melakukan apa? Salah satunya menabung dan investasi. Tapi, sebelum benar-benar nyemplung ke kolam investasi, ada baiknya mengenal kolamnya dulu.
2. Mau investasi saham, mulai dari mana?
Sudah yakin dengan tujuan finansial, terus kepikiran, nabung aja enggak cukup. Misalnya buat DP rumah, dana pendidikan, bahkan sesepele dana liburan.
Investasi saham bisa jadi salah satu alternatif bagi kita untuk mencapai tujuan finansial. Tapi, investasi saham itu menakutkan! Karena saham identik dengan rugi.
Well, mindset itu biasanya muncul kalau kita belum belajar soal seluk beluk saham. Coba deh, mulai kenalan dulu, baru belajar analisis fundamental dan analisis teknikalnya. Kalau belajar dari ahlinya, pasti akan lebih baik. Apalagi kalau ditambah dengan simulasi saham, bisa main-main dulu sebelum beneran nyebur ke kolam investasi.
3. Mewujudkan mimpi
Setiap orang punya cita-cita yang pastilah maunya diwujudkan. Sudah biasa tuh, maunya banyak, tapi duitnya enggak. Namanya juga manusia. Kalau dibilang pemasukan enggak pernah cukup untuk mewujudkan cita-cita, ya pasti enggak akan pernah cukup.
Makanya, harus ada perencanaan. Apa cita-cita terbesarmu? Punya rumah pertama? Anak-anak bisa sekolah setinggi-tingginya–tanpa berharap dapat beasiswa? Bisa pensiun sejahtera?
Aduh, bener-bener banyak! Terus, mana yang harus diprioritaskan? Ini juga menjadi masalah keuangan yang bisa terjadi pada siapa saja. Punya cita-cita itu harus, bagaimana mewujudkannya, nah, itu bisa direncanakan bareng QM Financial.
4. Keuangan para lajang
Hal apa yang biasanya menjadi masalah para lajang–selain mencari pasangan? Yes, masalah keuangan, pastinya. Jadi lajang itu memang enak, bebas, apalagi kalau sudah mandiri–artinya sudah bisa mencukup kebutuhan sendiri.
Tapi, apakah benar-benar cukup? Gaji, apa kabar? Kalau masih ngalamin yang namanya tanggal tua dan tanggal muda, berarti masih ada yang harus diperbaiki dari pengelolaan gajimu. Apalagi soal utang. Belum ada tanggungan, kok utang konsumtif sudah banyak? Masih sendiri, kok nggak bisa nabung?
Nah, masalah keuangan para lajang ini memang kadang dianggap remeh. Ah, masih sendiri ini. Padahal justru dari sinilah awal perencanaan keuangan yang sehat untukmu. Seharusnya di saat masih lajanglah kamu mulai investasi dan punyai proteksi. Jangan nunggu nanti-nanti.
5. Keuangan keluarga
Lajang punya masalah keuangan sendiri, yang sudah berpasangan–apalagi sudah punya anak–punya masalah keuangan yang kompleks juga. Soal pembagian peran dalam urusan keuangan saja biasanya sudah rumit. Apalagi kalau keduanya enggak pernah ngobrol soal keuangan sebelumnya.
Well, kalau biasanya susah untuk mulai ajak ngobrol pasangan seputar masalah keuangan, QM Financial menyediakan tempat khusus di bulan Oktober ini di salah satu seri kelas finansial online-nya. Ajak saja pasangan untuk ikutan kelasnya, terus bisa dilanjut deh ngobrol berdua. Enggak bingung mulai lagi kan?
Siapa nih yang masih punya salah satu atau bahkan beberapa masalah keuangan di atas? Bulan Oktober nanti bisa jadi adalah waktunya kamu membereskan semuanya.
Mumpung ada diskon 16% nih untuk Kelas Financial Clinic Onlise Series dari QM Financial, dalam rangka ulang tahun QM Financial yang ke-16! Duh, kapan lagi kan, bisa membereskan masalah keuangan dengan ikut kelas finansial online dan dapat diskon? Cukup gunakan kode voucher: QM16TH dan nikmati diskonnya! Kode voucher berlaku dari 26-30 September 2019, ya!
Segera cek jadwal kelas finansial online di bulan Oktober di web ini, dan pilih sesuai kebutuhanmu!