Contoh Kebijakan Perusahaan yang Dapat Meningkatkan Loyalitas Karyawan
Pada prinsipnya, perusahaan dan karyawan itu adalah dua pihak yang saling membutuhkan. Karena itu, seyogyanyalah dari dua belah pihak bisa saling memberikan benefit, sehingga memberikan hubungan yang timbal balik. Karyawan memberikan loyalitas, sementara ada beberapa contoh kebijakan perusahaan yang juga mendukung kinerja karyawan.
Tapi, apa itu loyalitas karyawan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), loyalitas berarti kepatuhan; kesetiaan. So, loyalitas karyawan dapat diartikan sebagai kesediaan karyawan untuk melaksanakan tugas perusahaan dengan penuh tanggung jawab, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan maksimal.
Memiliki karyawan dengan loyalitas tinggi terhadap perusahaan adalah impian banyak pimpinan. Pasalnya, memperkerjakan karyawan dengan loyalitas tinggi akan sangat menguntungkan bagi perusahaan. Namun, terkadang beberapa contoh kebijakan perusahaan tidak sesuai dengan ekspektasi karyawan. Sehingga loyalitas karyawan terhadap perusahaan pun menjadi menipis.
Kalau sudah begini, pantas saja bisnis perusahaan tidak bertumbuh, bahkan lebih fatal: bisa kolaps.
Lantas, bagaimana cara menumbuhkan atau meningkatkan loyalitas karyawan? Apa contoh kebijakan perusahaan yang tepat?
Contoh Kebijakan Perusahaan untuk Meningkatkan Loyalitas Karyawan
Terdapat berbagai alasan yang membuat karyawan kurang loyal terhadap perusahaan. Beberapa alasan tersebut misalnya, kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan, beban kerja yang banyak sehingga karyawan merasa dieksploitasi, gaji yang tidak sesuai dengan kinerja, serta lingkungan kerja yang kurang memadai.
Berikut beberapa contoh kebijakan perusahaan untuk meningkatkan loyalitas karyawan:
1. Berikan berbagai tunjangan
Perusahaan yang ingin karyawannya memiliki loyalitas tinggi perlu memperhatikan poin ini. Mendapatkan tunjangan merupakan hak karyawan yang menjadi salah satu motif dan benefit agar karyawan loyal terhadap perusahaan.
Salah satu contoh kebijakan perusahaan yang bisa diberikan misalnya adalah dengan memberikan tunjangan kesehatan dengan plafon tertentu di luar asuransi. Dengan demikian, karyawan akan merasa terjamin kesehatannya dan tidak ragu lagi untuk bekerja dengan maksimal.
Selain itu juga ada berbagai jenis tunjangan lain, seperti tunjangan makan, transportasi, kehadiran, komunikasi, keluarga, hingga yang berupa car ownership program.
2. Membuat Lingkungan Kerja yang Nyaman
Perusahaan perlu membuat lingkungan kerja yang nyaman agar karyawan betah. Konon, suasana kerja yang kondusif dipercaya dapat meningkatkan produktivitas karyawan, lho. Selain, melengkapi fasilitas kantor dengan AC, komputer yang canggih, dan internet yang kencang, perusahaan juga perlu membangun hubungan baik antar karyawan.
Selain membangun lingkungan dan suasana kerja yang nyaman, perusahaan juga dapat membuat kebijakan terkait fleksibilitas work from anywhere. Work from anywhere ini merupakan kebijakan perusahaan yang memperbolehkan karyawan bekerja secara fleksibel dalam rangka mendorong produktivitas karyawan untuk bekerja secara otonom dari mana saja, dengan tetap terhubung dan selaras dengan budaya dan goals perusahaan.
Dengan contoh kebijakan perusahaan ini, karyawan dapat bebas memilih ruang ternyamannya untuk bekerja dengan harapan efisiensi dan produktivitas meningkat. Menarik bukan?
3. Mengadakan Outing Rutin
Outing kantor merupakan sebuah perjalanan yang umumnya dilakukan selama satu sampai tiga hari untuk kesenangan karyawan. Perusahaan dapat membuat agenda outing rutin sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan.
Outing kantor memiliki sejumlah manfaat, seperti sebagai wadah team building untuk karyawan, sebagai sarana karyawan untuk refreshing agar fisik, pikiran, dan emosi tetap sehat, serta sebagai bukti bahwa perusahaan peduli dengan karyawan mereka.
Nah, apakah perusahaanmu sering mengadakan outing kantor?
4. Memberikan Ruang bagi Karyawan untuk Tumbuh
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memberikan ruang bagi karyawan untuk tumbuh dan berkembang dalam kariernya.
Tumbuh di sini bukan hanya berarti kenaikan pangkat, ya. Perusahaan dapat memaksimalkan potensi karyawannya. Pimpinan dapat mengeksplorasi hal baru dari karyawan dengan mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab. So, adalah penting bagi seorang pemimpin untuk mengenali potensi karyawannya. Hal ini untuk menghindari delegasi pekerjaan di luar bidang yang diminati karyawan tersebut.
5. Kejelasan Jenjang Karier
Perusahaan yang memberikan kejelasan jenjang karier ini memiliki nilai plus di mata karyawan. Siapa sih yang tidak ingin mendapatkan seperti apa nanti jika ia bekerja lama dan berkontribusi penuh terhadap perusahaan?
Setiap karyawan pasti membutuhkan jenjang karier dan gambaran masa depan di perusahaan tempat ia bekerja. Itulah yang membuat perusahaan juga perlu memperhatikan jenjang karier para karyawannya.
6. Program Dana Pensiun
Salah satu contoh kebijakan perusahaan yang juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan adalah pengadaan program dana pensiun.
Dengan adanya program ini, maka karyawan akan merasakan bahwa masa depan mereka—saat nanti sudah masuk purnabakti—dijamin kesejahteraannya oleh perusahaan. Ada beberapa pilihan opsi program dana pensiun yang bisa dilakukan oleh perusahaan. Misalnya seperti pembuatan program dana pensiun mandiri seperti DPPK, atau mungkin bisa memanfaatkan DPLK yang juga sudah banyak ditawarkan oleh lembaga keuangan jika memang dirasa tidak mampu mengelola sendiri. Namun, yang paling minimal adalah memastikan bahwa setiap karyawan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, dan memastikan iurannya lancar.
7. Reward
Adanya reward bagi karyawan yang telah menjalankan tugas dengan baik juga bisa menjadi salah satu contoh kebijakan perusahaan yang dapat meningkatkan loyalitas karyawan. Pasalnya, reward dan bonus ini bisa dijadikan tools memotivasi karyawan untuk memberikan kontribusi terbaik saat bekerja.
Reward ini misalnya dalam bentuk tahunan, THR, insentif, dan sebagainya. Contoh kebijakan perusahaan lainnya bisa dalam bentuk memberikan jatah cuti berbayar, bantuan atau subsidi biaya pendidikan untuk putra-putri karyawan, dan lain sebagainya. Termasuk memberikan fasilitas peminjaman dana dengan bunga yang lunak.
Nah, itu dia beberapa contoh kebijakan perusahaan yang bisa diterapkan oleh perusahaan agar loyalitas karyawan meningkat. Dengan meningkatnya loyalitas karyawan, maka bisnis perusahaan juga akan terpengaruh yang pada akhirnya kesejahteraan karyawan juga akan baik.
Yuk, undang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng! Kamu bisa ajak trainers QM Financial untuk berdiskusi tentang bagaimana memberikan reward terbaik untuk karyawan, pun membantu belajar membangun program dana pensiun, misalnya. Langsung saja menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Cara Perusahaan Mengatasi Karyawan Toxic Agar Tak Menghambat Kinerja Tim
Adanya karyawan toxic dalam sebuah perusahaan bisa sangat merugikan bagi tim. Aura negatif yang disebarkan bisa memengaruhi kinerja anggota tim yang lain, sehingga performa yang seharusnya baik-baik saja bisa memburuk.
Pastinya hal ini tidak diinginkan oleh perusahaan, pun oleh karyawan lain yang tergabung dalam tim. Apalagi jika proses kerja anggota yang lain tergantung oleh output yang dihasilkan oleh si karyawan toxic ini.
Misalnya, si karyawan toxic adalah tipe karyawan yang suka menunda pekerjaan hingga last minute (atau bahkan hingga melewati tenggat). Sedangkan ada bagian lain yang baru bisa bekerja setelah dia menyerahkan hasil kerja pada tim. Pastinya hal ini akan sangat menghambat bukan?
Jika terjadi ketimpangan seperti ini dalam tim dan organisasi, maka perusahaan memang harus cepat tanggap. Karena idealnya, semua proses yang terjadi dalam organisasi seharusnya berjalan seiring sejalan, sesuai SOP yang sudah dilakukan. Kalau karyawan toxic tidak segera di-treatment, bisa jadi perusahaan akan rugi semakin banyak, mulai dari rugi energi, rugi waktu, kinerja tak efisien, hingga rugi secara finansial.
Lalu, apa yang bisa perusahaan lakukan untuk men-treatment si karyawan toxic ini agar tak lebih jauh “mengganggu” jalannya proses kinerja organisasi secara keseluruhan?
1. Cari tahu penyebab utamanya
Selalu ada penyebab dari segala masalah yang muncul. Apa pun deh. Dan, treatment terbaik adalah memberikan solusi sedari akar masalahnya.
Selain karena karakter, karyawan toxic bisa saja mempunyai alasan, mengapa mereka melakukan beberapa hal yang bisa merugikan organisasi dan perusahaan. Pihak perusahaan–melalui divisi HR–akan lebih baik melakukan penggalian informasi sedalam mungkin terkait hal ini.
Salah satu alasan mengapa seorang karyawan menjadi toxic adalah akumulasi kekecewaan karyawan yang bersangkutan akan satu hal, mungkin terhadap atasannya, terhadap rekan kerja, bahkan terhadap perusahaan secara keseluruhan. Karena ketidakpuasannya tersebut, maka ia pun melampiaskannya ke cara-cara negatif–mulai dari menghindar dari pekerjaan bahkan hingga menyabotase.
Kalau perusahaan bisa menemukan akar permasalahan yang akhirnya menimbulkan “racun”, maka kemudian bisa disusun langkah treatment yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan jenis masalahnya.
2. Terapkan micro managing
Untuk beberapa tipe karyawan toxic, perusahaan dapat menerapkan micro managing. Misalnya, bagi karyawan yang kurang produktif memanfaatkan jam kerjanya, lakukan monitor ketat secara harian terhadap to do listnya.
Contoh saja. Di awal hari, minta si karyawan untuk menyetorkan to do list dalam sehari pada atasan untuk briefing, kalau perlu lengkap dengan jamnya. Lalu di akhir hari, mungkin sebelum pulang, atasan bisa melakukan evaluasi secara langsung mengenai hasil kerjanya hari itu juga.
Sesuaikan micro managing seperti apa yang paling pas dengan perilaku si karyawan toxic. Tujuannya sudah pasti, agar ia bisa memberikan hasil kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Secara periodik pula, evaluasi terus hasil kerjanya, misalnya mingguan, bulanan, atau dua bulanan.
3. Mutasi atau pindahkan ruangannya
Bisa jadi, karyawan toxic karena ia merasa tak cocok dengan job desc atau jenis pekerjaan yang dilakukannya selama ini. Ia enggak enjoy dalam bekerja, sehingga membuatnya malas dan susah berkembang.
Lakukan assesment terhadap karyawan ini, untuk mencari tahu minat dan passion-nya. Jika memang dalam perusahaan ada divisi atau bagian yang lebih sesuai untuk karakter, minat, dan passion-nya, perusahaan bisa memutasinya ke bagian tersebut agar ia dapat bekerja dengan lebih baik.
Atau, jika si karyawan adalah jenis karyawan tukang gosip, maka mungkin dengan memindahkan area kerja ke suatu bagian lain yang dapat “mengisolasinya” bisa sedikit membantu mengurangi kebiasaan buruknya ini. Pastikan pula agar ia bisa selalu sibuk dengan tugasnya, agar “tak sempat” bergosip.
4. Terapkan lagi pendisiplinan
Sosialisasikan lagi mengenai peraturan perusahaan kepada seluruh karyawan. Tekankan penjelasan pada topik kewajiban dan hak masing-masing perusahaan dan karyawan. Garis bawahi pula bahwa ada reward dan punishment, jika memang ada.
Lebih jauh lagi, pihak perusahaan–melalui divisi HR–bisa mengajak diskusi si karyawan toxic secara private, untuk membicarakan alternatif-alternatif yang bisa dipilih untuk menghindari masalah berkembang lebih besar lagi.
5. Training
Coaching dan konseling harus berjalan seiring sejalan. Tak hanya diberikan secara individual, berikan training karyawan secara menyeluruh untuk perbaikan organisasi.
Ada beberapa jenis training karyawan yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang ada. Pihak perusahaan memang harus jeli memetakan kebutuhan karyawan untuk pengembangan diri ini.
Salah satunya adalah training keuangan bagi karyawan yang bermasalah dengan pengelolaan keuangan pribadi. Jangan salah, masalah keuangan pribadi bisa banget menjadi penyebab seseorang menjadi toxic di tempat kerja lo. Misalnya saja, si tukang ngutang dan juga mereka yang dengan sengaja melakukan fraud.
Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
5 Langkah Mengendalikan Turnover Karyawan untuk Kestabilan Bisnis Perusahaan
Karyawan merupakan aset perusahaan yang harus dijaga, dikembangkan, dan dirawat. Pasti semua setuju ya, dengan hal ini? Sudah berusaha merawatnya–misalnya dengan memberikan gaji dan tunjangan yang baik–tapi kenapa masih tetap terjadi turnover karyawan yang tinggi?
Well, penyebabnya bisa bermacam-macam. Beberapa penyebab turnover karyawan, seperti yang dipaparkan dalam sebuah artikel di situs HRDive, di antaranya:
- Lack of belonging: kurangnya rasa memiliki dari karyawan terhadap perusahaan.
- Lack of confidence in company leadership: kurang percayanya karyawan terhadap manajemen dan kemampuan memimpin atasan mereka di kantor.
- Bad first impressions: kesan pertama kurang menggoda–eh ini sih iklan parfum ya?
Selain ketiga sebab di atas, bisa jadi turnover karyawan terjadi karena adanya perubahan perilaku angkatan kerja millenial yang punya mindset berbeda dengan angkatan kerja-angkatan kerja sebelumnya.
Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan terkait turnover karyawan ini? Tak mungkin kan, akan dibiarkan tetap tinggi? Mesti segera merumuskan langkah-langkah untuk menurunkannya segera, karena turnover karyawan yang tinggi bisa memengaruhi kestabilan bisnis perusahaan.
Berikut beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk memperbaiki tingkat turnover karyawan agar kestabilan bisnis perusahaan terjaga
1. Rekrut yang sesuai kebutuhan
Pertama-tama, perlu dipahami, bahwa tak hanya karyawan dengan kualitas terbaik saja yang harus direkrut oleh perusahaan, tetapi mereka yang punya kemampuan sesuai yang dibutuhkan. Karena terbaik belum tentu punya skill yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Jikalau antara karyawan dan perusahaan saling membutuhkan, maka sudah pasti, akan ada ikatan emosional dan profesional yang terjalin kuat antara keduanya.
Nah, proses ini akan dimulai sejak perusahaan merekrut atau hiring karyawan sedari awal, meliputi:
- Bagaimana menentukan employer branding, tentang gaji dan benefit yang bisa ditawarkan pada calon karyawan, kejelasan jenjang karier, budaya kerja yang suportif, dan sebagainya.
- Memetakan kebutuhan perusahaan. Ada survei yang menyebutkan, bahwa perusahaan yang memperkerjakan karyawan berlatar belakang, pendidikan dan karakter yang beragam terbukti bisa meningkatkan kinerja secara keseluruhan sebesar 35% ketimbang perusahaan dengan karyawan homogen.
- Persiapan rekrutmen, yang disesuaikan dengan kebutuhan; seperti perlukan tes tertulis, psikotes, dan seterusnya?
- Evaluasi dan shortlisting, memilih kandidat-kandidat yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Dengarkan kebutuhan mereka
Setelah merekrut dan hiring karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, selanjutnya perusahaan harus membuka telinga untuk mendengarkan kebutuhan karyawan sehingga mereka bisa memberikan kinerja yang baik.
Dengan mendengarkan aspirasi karyawan, perusahaan akan lebih mudah menjalin komunikasi dan keterikatan, sehingga bisa membangun loyalitas karyawan dan tingkat turnover karyawan bisa dikurangi.
3. Berikan fasilitas yang dibutuhkan
Karyawan akan bisa bekerja dengan lancar, kreatif, dan produktif jika mereka didukung oleh fasilitas yang memadai.
Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan, dan saya mesti membawa laptop sendiri setiap kali ke kantor. Sebagai desainer produk inhouse, saya justru enggak mendapatkan jatah PC, karena dianggap desain bisa dengan sketsa tangan. Kalau laptop rusak, ya saya harus memperbaiki sendiri, atau minta tolong sama tenaga IT lepasan yang biasa dipanggil kantor kalau ada apa-apa. Oke sih kalau bisa diperbaiki sekalian, sayangnya kadang ya selesainya lama banget, sedangkan saya keburu butuh untuk bekerja.
Ya, saat itu, saya mencoba bertahan beberapa lama sih, tapi ya sambil mencari peluang lain. Begitu ada kesempatan lebih baik, saya pun resign.
Alat-alat kerja ini kadang memang disepelekan, apalagi jika sejak awal memang ada persyaratan rekrutmen yang mewajibkan calon karyawan punya alat kerja sendiri. Tentunya ini tergantung kebijakan perusahaan, tetapi karyawan yang difasilitasi dengan baik biasanya akan timbul rasa memiliki terhadap perusahaan di mana ia bekerja.
So, alat-alat kerja yang lengkap ini penting untuk dilengkapi, jika ingin menekan tingkat turnover karyawan. Demikian pula dengan ruang kerja dan lingkungan yang sehat serta nyaman juga harus menjadi prioritas.
4. Beri apresiasi
Bonus dan bentuk-bentuk reward lainnya bisa menjadi salah satu cara juga untuk menekan turnover karyawan. Karyawan yang merasa dihargai kerja kerasnya–tanpa perlu diminta–akan loyal dan selalu berusaha memberikan hasil terbaik untuk perusahaan.
Bentuk bonus dan reward ini bisa bermacam-macam. Yang sudah umum diberikan misalnya seperti bonus tahunan, THR, atau bagi hasil. Pastinya semua sudah dibicarakan dan disepakati di awal antara perusahaan dengan karyawan.
Reward bisa juga dalam bentuk car ownership program. Atau yang sangat lazim, liburan karyawan bareng.
5. Beri kesempatan untuk mengembangkan diri
Selain bonus, reward, fasilitas dan berbagai benefit, tingkat turnover karyawan juga bisa ditekan dengan memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengembangkan diri menambah skill dan wawasan mereka, dengan memberikan pelatihan misalnya.
Ada banyak pelatihan karyawan yang bisa diberikan. Mulai dari training untuk orientasi perusahaan, training kepemimpinan dan manajerial, hingga training keuangan.
Nah, khusus untuk training keuangan, ini penting banget ya. Karena, sudah tahu pasti kan, bahwa karyawan yang bebas masalah keuangan pribadi adalah karyawan yang happy dan produktif dalam bekerja.
Khusus untuk training keuangan, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Demikian beberapa hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk memperbaiki tingkat turnover karyawan, sehingga stabilitas bisnis perusahaan terjaga dengan baik.
Semoga bermanfaat ya.