Reksa Dana ETF dan Reksa Dana Indeks: Apa Sih Itu?
Investasi merupakan satu cara yang efektif untuk mempersiapkan masa depan yang terjamin. Dan, perkembangan saat ini memungkinkan tersedianya berbagai macam investasi yang bisa kita pilih, mulai dari investasi di bidang properti, saham, emas, hingga reksa dana. Apakah kamu tahu, bahwa ada reksa dana ETF dan reksa dana indeks?
Yes, reksa dana memang ada berbagai jenis. Reksa dana cukup populer di tengah masyarakat adalah reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan, reksa dana saham dan reksa dana campuran. Akan tetapi, sebenarnya masih ada beberapa jenis reksa dana lainnya.
Pernahkah kamu mendengar tentang reksa dana indeks dan reksa dana ETF (Exchange Traded Fund)?
Memahami Reksa Dana Indeks dan Reksa Dana ETF
Reksa Dana Indeks
Tenang saja, jika kamu masih asing dengan reksa dana indeks dan reksa dana ETF itu merupakan hal yang wajar. Reksa dana indeks dan reksa dana ETF memang less familiar.
Reksa dana indeks merupakan reksa dana yang dikelola dengan tujuan mendapatkan hasil imbal investasi yang sesuai dengan indeks acuan, baik itu indeks saham atau obligasi.
Misalnya indeks acuan yang dipakai adalah LQ-45 dan Kompas 100, maka hasil yang diperoleh dari investasi akan mirip dengan indeks acuan tersebut.
Kelebihan Reksa Dana Indeks
Reksa dana indeks memiliki beberapa kelebihan, yaitu pengelolaannya yang beracuan sehingga terlihat kurang agresif jika dibandingkan dengan reksa dana konvensional. Hal tersebut akan memudahkan manajer investasi karena sudah tersedia acuan tertentu untuk menaruh dana kelolaan dari investor. Adanya indeks acuan juga membuat biaya pengelolaan yang dilakukan oleh manajer investasi menjadi lebih murah daripada reksa dana lainnya.
Reksa Dana ETF
Reksa dana ETF merupakan reksa dana yang berbentuk kontrak investasi kolektif di mana unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. Hal yang unik dari reksa dana ETF adalah produk reksa dana ini diperdagangkan di bursa efek. Jadi, reksa dana ETF memiliki mekanisme sama seperti saham dalam hal transaksi beli ataupun jual, sedangkan mekanisme pengelolaannya sama seperti reksa dana.
Reksa dana ETF dan reksa dana indeks sama-sama memiliki tujuan untuk memaksimalkan return. Lalu, apa saja keuntungan reksa dana ETF?
Fleksibel dan Mudah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mekanisme transaksi reksa dana ETF sama seperti saham jadi kamu tidak akan repot melakukan transaksi. Kamu dapat menjual dan membeli reksa dana ETF kapanpun selama masih dalam jam perdagangan bursa efek.
Biaya dan Risiko Rendah
Biaya transaksi reksa dana ETF relatif lebih rendah dibandingkan reksa dana yang lain. Biaya transaksi reksa dana ini di pasar sekunder sesuai dengan komisi yang ditetapkan oleh masing-masing broker. Selain biaya rendah, risiko yang dimiliki oleh reksa dana ETF juga tergolong rendah karena cukup likuid.
Cakupan ETF Luas
ETF memiliki cakupan yang cukup luas karena jika kamu memiliki 1 unit ETF maka itu berarti kamu memiliki beberapa saham unggulan sekaligus. Jenis reksa dana EFT yang ditawarkan pun cukup beragam. Jadi kamu tidak perlu khawatir akan terbatasnya jenis reksa dana ETF. Hanya saja, kamu perlu investasi waktu agar dapat memilih produk reksa dana ETF yang paling sesuai.
Transparan
Reksa dana ETF bisa dibilang memiliki kedudukan yang sejajar dengan saham. Meskipun keduanya merupakan dua produk investasi yang berbeda, keduanya memiliki persamaan yang akan menguntungkan investor yaitu memiliki transparansi. Jika kinerja reksa dana konvensional dapat dipantau sebulan sekali, maka investasi reksa dana ETF—seperti halnya saham—dapat dipantau setiap hari di bursa efek.
Seru ya, mengenali berbagai macam produk investasi seperti ini? Sekarang kamu sudah berkenalan lagi dengan 2 produk investasi alternatif. Lalu, ada produk apa lagi ya?
Yuk, belajar berbagai produk investasi, sehingga kamu bisa menentukan sesuai dengan tujuan dan kemampuanmu! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Kesalahan Memilih Reksa Dana yang Berujung Tujuan Finansial Tak Tercapai
Sudahkah kamu menyisihkan penghasilanmu bulan ini di pos investasi? Instrumen investasi apa sih yang kamu pilih? Apakah kamu memilih reksa dana, saham, atau yang lain?
Kalau kamu belum investasi pasti ada rasa ingin investasi juga ya, mungkin karena melihat ajakan teman-teman kamu. Lihat mereka pada share grafik-grafik IHSG, sambil nulis, “Wahhh, ijo!” Atau, “Yahhh, merah :(“
Memang, seru banget kayaknya. Tapi mau mencoba juga, kok masih ragu ya?
Kenapa ragu? Entahlah, mungkin masih belum kebayang risikonya seperti apa untuk bisa investasi? Atau, enggak tahu cara memilih instrumen yang pas dengan kebutuhanmu.
Hal-hal seperti ini memang bikin maju mundur buat investasi, terutama bagi para pemula. Yes, kamu enggak sendirian kok.
Seharusnya sih kamu nggak perlu ragu untuk investasi karena investasi akan memberikan kamu banyak manfaat ke depannya. Salah satu investasi yang cocok bagi kamu yang masih pemula adalah reksa dana. Ada banyak produk reksa dana dan kamu bisa pilih berdasarkan karakter kamu, tujuan investasi kamu, dan tentunya, kondisi keuangan kamu.
Tapi, memilih reksa dana itu susah-susah gampang, terutama bagi pemula. Selain produknya banyak, dan bisa jadi kita nggak punya waktu untuk melihatnya satu per satu, tetapi juga karena jenis dan produk reksa dana yang kamu pilih akan berdampak pada tujuan keuangan kamu di masa mendatang.
Kalau kamu salah dalam memilih reksa dana, sudah dipastikan tujuan kamu berinvestasi tidak akan tercapai. Oleh sebab itu jangan sampai melakukan beberapa kesalahan dalam memilih reksa dana.
Eits tapi kamu nggak perlu khawatir, kamu bisa simak kesalahan-kesalahan memilih reksa dana berikut ini supaya kamu dapat menghindarinya.
Kesalahan Memilih Reksa Dana yang Berujung pada Gagalnya Tujuan Finansial
1. Tidak Punya Tujuan
Kamu harus memiliki tujuan jika ingin melakukan investasi. Investasi tanpa tujuan dapat diibaratkan kamu naik bus tapi nggak tahu harus berhenti di mana. Tahap awal investasi reksa dana adalah menentukan tujuan.
Cobalah berpikir apa yang kamu inginkan dari investasi kamu di reksa dana ini? Tentunya, untuk mencapai mimpi-mimpi yang menjadi tujuan finansialmu, bukan? Apa tujuan finansialmu? Jawaban kamu terhadap pertanyaan di atas, bisa menjadi titik awalmu untuk menentukan tujuan investasi kamu.
Reksa dana memiliki beberapa jenis dan karakter masing-masing. Jadi untuk dalam memilih reksa dana harus disesuaikan dengan tujuan investasi.
2. Ikut-ikutan
Kesalahan kedua dalam memilih reksa dana adalah hanya karena ikut-ikutan. Banyak teman yang bikin status mengenai reksa dana atau saham, lalu karena nggak mau ketinggalan tren, kita pun jadi pengin juga. Ketinggalan tren jadi nggak terlihat keren.
Sayangnya, kalau alasan utama kamu investasi hanya untuk ikut-ikutan, tujuan investasimu pun jadi bias. Nggak jelas.
Hal yang perlu kamu tanamkan ke diri kamu sendiri kalau ingin berinvestasi yaitu dana yang kamu gunakan untuk investasi adalah uang kamu sendiri, bukan uang teman kamu. Bukan juga uang influencer.
Bisa jadi, itu uang adalah uang penghasilan yang kamu dapatkan dengan susah payah. Iya?
Jadi kalau investasi kamu nggak berhasil maka kamu juga yang harus menanggung risikonya. Bukan teman kamu, bukan juga influencer.
Jangan salahkan orang lain karena hal tersebut ya.
3. Asal Memilih Manajer Investasi
Meskipun reksa dana ada instrumen saham, tetapi investasi saham dan reksa dana adalah dua hal yang berbeda.
Ketika kamu berinvestasi saham maka kamu sendirilah yang mengelola aset kamu melalui perusahaan sekuritas. Kalau kamu berinvestasi reksa dana, kamu akan terhubung dengan manager investasi atau pihak ketiga yang mengelola aset kamu.
Performa manajer investasi perlu kamu ketahui terlebih dahulu sebelum memilihnya untuk mengelola aset kamu. Pastikan track record-nya baik, dan juga tentu saja, berizin sesuai dengan peraturan OJK.
4. Tidak Paham Profil Risiko Kamu
Sebagai investor pemula kamu harus paham apa itu profil risiko dan mengapa penting untuk mengetahuinya. Jangan sampai kejadian, ketika grafik hijau langsung saja hajar tapi waktu grafik merah langsung panik.
Memahami profil risiko merupakan bagian dari kegiatan yang melibatkan sisi pisikis. Meski saat kamu memilih reksa dana sebagai instrumen investasi yang sesuai untukmu dan menyerahkan dana untuk dikelola manajer investasi, tapi mengenali profil risiko sendiri juga penting.
Biasanya investor pemula akan memilih jalur aman yaitu dengan memilih instrumen investasi yang memiliki low risk. Seiring berjalannya waktu kamu juga bisa menjadi investor yang andal dan semakin mengenali profil risiko kamu.
5. Malas Melakukan Review
Ketika sudah melakukan investasi reksa dana terkadang kamu akan merasa bahwa reksa dana yang kamu pilih sudah tepat lalu tidak pernah atau jarang mereview kinerjanya. Ini juga menjadi kesalahan yang sering terjadi lo.
Akibatnya apa, kalau sampai melakukan kesalahan ini? Jika terjadi hal-hal yang memengaruhi nilai reksa dana, kamu enggak aware. Akibatnya, bisa jadi dalam praktiknya, tujuan finansialmu jadi meleset.
Ada banyak cara untuk mereview kinerja reksa dana yaitu:
- Melihat perbandingan return terhadap risiko yang kamu ambil
- Bagaimana grafiknya setelah sekian lama berada dalam portofoliomu? Semakin naik, ataukah semakin mendatar?
6. Menganggap Investasi di Reksa Dana adalah Investasi paling Aman
Reksa dana memang cocok bagi pemula, namun bukan berarti investasi di reksa dana tidak ada risiko. Berikut ini risiko berinvestasi pada reksa dana
- Keuntungan yang didapat tidak pasti karena tetap tergantung pada kondisi pasar modal dan fluktuasinya
- Pemerintah tidak memberikan jaminan atas dana yang telah diinvestasikan
- Ada kemungkinan wanprestasi dari manajer investasi
7. Langsung Meminta Untung dengan Cepat
Salah satu risiko reksa dana adalah keuntungan yang tidak pasti, jadi jangan sampai kamu ngarep buat dapat untung dengan cepat. Hindari harapan instan, karena seperti kata pepatah, masak mi instan saja juga perlu proses.
Kesalahan memilih reksa dana yang satu ini sering dilakukan banyak orang. Karena itu, harus dipahami, bahwa investasi butuh proses. Bertahap dan berjenjang. Sabar adalah koentji.
Nah, itulah 7 kesalahan memilih reksa dana yang bisa berujung tak tercapainya tujuan finansial.
Untuk membantumu memilih reksa dana secara tepat, yuk bergabung dengan kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Cek jadwalnya, dan segera amankan kursimu ya.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
4 Jenis Investasi Syariah yang Perlu Diketahui
Semakin banyak pilihan investasi yang ada di depan kita. Nggak hanya jenis produk, tetapi juga ada jenis investasi Syariah. Bagaimana, apakah kamu sekarang sedang mendalami investasi Syariah karena tertarik untuk berinvestasi pada produk ini?
Yes, kamu sudah di track yang bener, kalau sekarang kamu sedang dalam usaha untuk mempelajarinya lebih dalam dan akhirnya sedang membaca artikel ini, karena kan kalau mau beli barang apa pun, kita juga harus mengenalinya agar dapat memanfaatkannya dengan baik. Setuju kan ya?
Berikut adalah beberapa jenis investasi Syariah yang perlu untuk kamu ketahui sebagai investor pemula.
4 Jenis Investasi Syariah
1. Saham Syariah
Saham Syariah adalah surat berharga dengan konsep penyertaan modalnya memakai sistem hak bagi hasil usaha, dan produk dari perusahaannya harus yang sejalan dengan prinsip Syariah. Seperti misalnya, produknya merupakan barang yang tidak dinyatakan haram oleh MUI.
Jika kamu ingin berinvestasi pada saham Syariah, kamu bisa cek daftar emitennya di Jakarta Islamic Index. Jika dalam saham konvensional ada LQ-45 yang berisi daftar saham 45 emiten dengan likuiditas paling tinggi di BEI, saham Syariah ada JII70.
Tingkat imbal dan risiko yang ada pada saham Syariah kurang lebih sama dengan saham konvensional, karena prinsipnya juga sama, yaitu high risk high return.
2. Sukuk Ritel
Sukuk Ritel termasuk dalam jenis obligasi pemerintah. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah menawarkan SR013 pada masyarakat Indonesia. Apakah kamu sempat juga berinvestasi di SR seri 013 ini?
Sukuk Ritel menggunakan akad wakalah dan ijarah. Dengan ikut berpartisipasi berinvestasi Sukuk Ritel, kita tak hanya sudah berinvestasi secara Syariah saja, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam pembangunan negara loh. Imbal yang bisa didapatkan dari Sukuk Ritel ini biasanya selalu diberikan lebih tinggi ketimbang imbal hasil deposito.
3. Reksa Dana Syariah
Sama seperti produk Syariah lainnya, reksa dana Syariah dikelola sesuai dengan prinsip yang sesuai dengan syariat Islam.
Namun, berbeda dengan saham, di reksa dana ada peran manajer investasi yang akan menjadi “perantara” kita untuk berinvestasi. Produk yang dikelola ya produk yang sesuai dengan prinsip Syariah. Jika ada komposisi deposito, ya depositonya yang Syariah. Kalau reksa dana saham, ya, saham yang dibeli adalah saham perusahaan yang pengelolaannya sesuai prinsip Syariah juga.
Untuk berinvestasi di reksa dana Syariah sekarang mudah banget. Tinggal download aplikasi yang sekarang sudah banyak banget. Paling yang butuh waktu agak lebih banyak adalah ketika kamu memilih manajer investasinya.
4. Deposito Syariah
Sedikit banyak, prinsipnya, deposito ini kurang lebih sama dengan tabungan berjangka. Kita menyimpan sejumlah dana, yang kemudian dikelola oleh bank hingga jatuh tempo, dan akan memperoleh imbal yang sesuai dengan kesepakatan. Bedanya, di tabungan berjangka, kita bisa menyetor dana di tengah jalan, sedangkan di deposito tidak. Kamu harus menunggu sampai jatuh tempo, untuk bisa menambah nominal “tabungan”-nya.
Deposito Syariah menggunakan akad mudharabah dengan sistem nisbah atau bagi hasil investasi pada produk yang halal, yang disepakati di awal kita membuka rekening. Untuk bisa berinvestasi di deposito Syariah, kamu tinggal datang ke bank Syariah terdekat ya.
Nah, sudah ada 4 jenis investasi Syariah nih yang sudah kamu pelajari meski baru sekilas. Setidaknya, seharusnya sih sekarang sudah ada gambaran sedikit cara kerja masing-masing jenisnya.
Lalu, bagaimana mengenali mana investasi Syariah yang cocok?
Mau belajar investasi Syariah sekaligus juga kenalan dengan keuangan Syariah pada umumnya? Ikut kelas finansial online yuk!
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kinerja investasi Syariah sebelum kamu mulai berinvestasi. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Banyak instrumen investasi yang bisa kita pilih yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan finansial kita. Termasuk reksa dana dan saham. Tapi, pertanyaannya selalu sama, reksa dana vs saham, mana yang lebih untung?
Ya, itu pertanyaan sejuta umat memang.
Nah, kali ini kita bahas ya, reksa dana vs saham ini. Tetapi, sebelumnya, kamu harus paham dulu (atau diingat kembali), bahwa tidak pernah ada instrumen investasi yang 100% aman dan bisa memberikan untung besar dalam waktu cepat. Prinsip ini memang harus selalu diingat, agar kemudian kamu bisa bijak memanfaatkannya sesuai kebutuhan.
Plus Minus Reksa Dana
Membandingkan reksa dana vs saham, mari kita kupas mengenai reksa dananya lebih dulu.
Berinvestasi di reksa dana, berarti danamu akan dikelola oleh manajer investasi. Dengan pengalaman mereka, manajer investasi sudah memiliki langkah-langkah antisipatif dalam mengelola dana investasi para investor. Dengan reputasi perusahaan yang sudah dibangun, mereka tentu akan berusaha mempertahankannya juga.
Karenanya, pemilihan manajer investasi menjadi salah satu faktor penting. Pastikan memercayakan dana investasi kita pada mereka yang memang sudah memiliki reputasi baik, pengalaman dengan dana kelola yang sudah besar, dan minim komplain.
Namun, di sisi lain, investor juga harus siap dengan berbagai biaya administrasi yang akan dikenakan. Lagi-lagi hal ini akan ditentukan saat kita memilih manajer investasi. Pilihlah manajer investasi yang mengenakan biaya paling minim untuk transaksi dan operasional. Ada kok yang memberlakukan Rp0 untuk biaya administrasi pembelian.
Plus Minus Saham
Dengan berinvestasi di saham, maka kamu pun harus siap mengelola dana investasimu sendiri. Kamu harus tahu, kapan saham harus dilepas, dibeli, atau di-hold. Kamu sendiri juga yang harus menganalisis laporan keuangan perusahaan yang sahamnya kamu incar.
Kita memang membeli saham melalui perusahaan sekuritas. Tetapi peran mereka ya sekadar perantara transaksi, sekadar broker atau makelar. Mereka tidak punya wewenang untuk mengelola dana investasimu; memutuskan sahammu untuk dijual atau di-hold, atau perlukah menambah pembelian, dan sebagainya.
Karena semua pengelolaan ada di tanganmu sendiri, maka kalau mendapatkan cuan ya semua menjadi milikmu sendiri. Tetapi, begitu juga kalau kamu mengalami kerugian. Karenanya, sangat disarankan untuk belajar lebih banyak dulu sebelum kamu mulai berinvestasi di saham.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Reksa dana vs saham, mana yang lebih mendatangkan cuan? Jawabannya kembali pada tujuan, jangka waktu, dan kemampuanmu.
Tujuan dan Jangka Waktu
Tujuan berinvestasi di reksa dana vs saham adalah hal yang paling menentukan di sini. Reksa dana–tergantung jenisnya–dapat melayani tujuan finansial jangka pendek hingga jangka panjang.
Untuk jangka pendek dan sebagai media penyimpan dana darurat, Reksa Dana Pasar Uang akan jadi instrumen yang paling sesuai. Untuk jangka pendek hingga menengah, Reksa Dana Pendapatan Tetap akan menguntungkan. Untuk jangka menengah hingga panjang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham-lah yang paling tepat untuk dimanfaatkan.
Dan, ingat, risiko akan selalu ada di setiap instrumen investasi, sehingga kamu juga harus aware akan hal ini sejak awal.
Saham merupakan instrumen investasi yang paling sesuai untuk tujuan finansial jangka panjang. Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, jika kamu berinvestasi untuk jangka waktu yang pendek, maka bisa jadi imbal yang kamu dapatkan belum maksimal. Tujuan finansial jangka panjang ini misalnya untuk dana pensiun, yang akan kamu butuhkan 30 tahun lagi.
Jangka waktu yang panjang akan mengantisipasi fluktuasi harga saham yang bisa terjadi, asalkan kamu memang memilih saham perusahaan dengan fundamental yang paling baik. Harga saham akan meningkat seiring waktu, sama halnya dengan harga komoditi pada umumnya.
Kemampuan
Membandingkan reksa dana vs saham, kemampuan finansial juga harus menjadi bahan pertimbangan.
Untuk berinvestasi di reksa dana, kamu hanya butuh dana minimal Rp100.000 untuk memulainya. Bahkan ada loh, yang bisa dimulai dari RP10.000. Selanjutnya kamu bisa konsisten menyisihkan penghasilan setelah kamu menerima gaji, sesuai proporsi yang kamu tentukan sendiri.
Sedangkan, jika kamu berinvestasi di instrumen saham, kamu perlu menyediakan dana yang sesuai dengan harga saham yang tersedia. Setiap kali kita hendak membeli saham, jumlah minimal yang bisa kita beli adalah 1 lot (100 lembar) saham. Dengan demikian, misalnya harga saham yang kamu incar adalah Rp1.000, maka kamu harus menyediakan dana sebesar Rp100.000 untuk pembeliannya. Jika harga sahamnya Rp30.000, maka dana yang dibutuhkan adalah Rp3.000.000.
Saham blue chip biasanya memang cukup mahal, rata-rata di atas Rp1.000 per lembarnya. Tetapi, dengan fundamental perusahaan yang baik, ke depannya kamu bisa mengharapkan imbal yang juga lebih baik.
Nah, sekiranya sudah cukup jelas deh, perbandingan reksa dana vs saham sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Fund Fact Sheet Reksa Dana: Begini Cara Membaca dan Memahaminya
Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang banyak disarankan untuk dimanfaatkan oleh investor pemula. Nah, jika kamu sudah menjadi investor reksa dana, maka penting buat kamu untuk memahami kinerjanya dan paham bagaimana memantau perkembangannya. Hal ini bisa kamu lihat dari fund fact sheet reksa dana yang kamu miliki.
Sayangnya, masih banyak investor pemula yang belum tahu apa dan bagaimana pemanfaatan fund fact sheet reksa dana ini sampai sekarang. Padahal ini penting. Banget. Karena dengan paham fund fact sheet reksa dana ini, kamu bisa menganalisis manajer investasi yang paling pas kebutuhanmu dan juga bisa kamu manfaatkan juga ketika kamu melakukan review terhadap investasi reksa dana yang sudah kamu lakukan.
Apa Itu Fund Fact Sheet Reksa Dana?
Bisa dibilang, fund fact sheet reksa dana merupakan laporan keuangan produk reksa dana di mana kamu investasikan danamu. Fund fact sheet ini dikeluarkan oleh manajer investasi, yang meliputi ringkasan kinerja dan operasional reksa dana yang mereka kelola secara keseluruhan. Biasanya sih terdiri atas satu halaman saja, tapi sangat full informasi.
Laporan ini pada prinsipnya sama saja sih antara manajer investasi satu dengan yang lainnya. Yang membedakan cuma desain layoutnya saja. Jadi, enggak akan masalah, sekali belajar kamu akan paham bagaimana cara membacanya, untuk semua fund fact sheet reksa dana yang ada.
Kamu dapat melihat fund fact sheet ini di aplikasi ataupun situs manajer investasi mana pun yang mengelola investasi reksa dana. Kamu bisa bebas memeriksanya, karena memang salah satu syarat untuk bisa beroperasi adalah manajer investasi menyediakan informasi yang setransparan mungkin mengenai dana kelolaan mereka.
Jadi, kalau ada yang mengaku manajer investasi, tetapi laporan keuangannya enggak ada, wah … itu sangat patut dicurigai deh.
Apa Saja yang Ada dalam Laporan Keuangan Reksa Dana Ini?
Ada beberapa data yang bisa kamu temukan dalam laporan keuangan reksa dana, di antaranya:
- Prospektus reksa dana, yaitu dokumen yang berisi informasi penawaran instrumen investasi–dalam hal ini reksa dana. Dalam prospektus ini ada dasar hukum investasi reksa dana, profil pengelola, kebijakan investasi, risiko yang harus dipahami, cara jual dan beli, biaya-biaya, dan informasi penting lainnya. OJK sangat menyarankan pada investor pemula untuk membaca dan memahami prospektus ini sebelum mulai berinvestasi, agar benar-benar paham atas segala risiko yang bisa terjadi dalam prosesnya nanti.
- Laporan keuangan dan laporan tahunan, yang diaudit oleh kantor akuntan publik terkait dana kelolaannya.
- Fund fact sheet, yang akan kita bahas dalam artikel kali ini. Fund fact sheet bisa dikatakan layaknya buku manual terkait investasi reksa dana yang kamu lakukan. Dengan memahaminya, kamu akan dapat menganalisis, apakah reksa dana yang kamu pilih tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuanganmu.
Apa Saja yang Harus Dipahami dalam Fund Fact Sheet Reksa Dana?
Sekali lagi, fund fact sheet reksa dana bisa berbeda satu manajer investasi satu dengan yang lainnya, tetapi bagian-bagian penting berikut ini akan selalu ada.
- Nilai Aktiva Bersih (NAB), yang menunjukkan nilai total aset bersih kamu setiap harinya. Jika angka dalam nilai aktiva bersih ini ada peningkatan dalam periode tertentu, maka kamu berarti mendapatkan imbal yang besarannya dari selisih NAB hari ini dikurangi NAB semula.
- Unit Penyertaan, yang menunjukkan tingkat pembelian dan penjualan produk reksa dana yang dilakukan oleh manajer investasi.
- Kinerja reksa dana, yang dilihat dari data historis pengelolaan dana investasi dari para investornya dalam periode tertentu, yaitu 1, 3, 6, 12 bulan hingga 3 dan 5 tahun, bahkan sejak peluncuran. Di bawah grafik kinerja reksa dana, ada informasi pembanding atau tolok ukur sebagai benchmark atau indikator kinerja produk reksa dana terkait; apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari produk sejenisnya.
- Komposisi portofolio, yang merupakan informasi proporsi penempatan dana kelolaan yang diinvestasikan oleh si manajer investasi dalam instrumen tertentu. Misalnya, manajer investasi reksa dana pasar uang ada yang menempatkan dana investasinya dalam produk deposito sebesar 71% dan obligasi jatuh tempo kurang dari 1 tahun sebesar 29%. Dari sini kita bisa mengukur tingkat risikonya, dan bisa disesuaikan dengan profil risiko kita sendiri.
- Daftar 10 kepemilikan efek terbesar dalam portofolio manajer investasi, di mana terdapat informasi 10 produk investasi dengan proporsi terbesar yang teralokasi dari dana kelolaan manajer investasi yang bersangkutan.
Nah, itulah sedikit seluk-beluk fund fact sheet reksa dana yang perlu dipahami oleh investor pemula. Dengan membaca fund fact sheet ini, kamu bisa memutuskan manajer investasi mana yang bisa kamu manfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan tujuan keuanganmu.
Cukup sederhana dan mudah memahaminya kan? Iyalah, lebih mudah daripada memahami mantan. #ehgimana
Jangan tunda lagi investasinya ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi Dana Pendidikan Anak Baiknya Disimpan di Instrumen Apa Ya?
Pendidikan anak yang baik menjadi tanggung jawab untuk setiap orang tua. Karena itu, hendaknya dana pendidikan disiapkan sejak dini. Karena kebutuhannya akan sangat besar, pun akan menjadi pengeluaran tetap selama bertahun-tahun. Menabung saja enggak cukup, karena ada inflasi yang mengiringi, so harus dibantu dengan investasi dana pendidikan yang tepat.
Tetapi, memilih instrumen investasi dana pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan ini juga masalah tersendiri. Agak tricky memang, karena tak semua jenis instrumen investasi cocok dipakai untuk menampung dana pendidikan anak ini.
Jadi, sebelum mulai memilih instrumen investasi dana pendidikan anak, apa dulu yang harus dipertimbangkan? Yuk, simak artikel berikut sampai selesai ya.
3 Hal untuk Diperhatikan Sebelum Mulai Investasi Dana Pendidikan
1. Tentukan kapan dana akan digunakan
Panjangnya horizon waktu kita investasi akan menentukan, instrumen mana yang paling baik untuk dipilih.
Misalnya saja, ingin mempersiapkan dana pendidikan sebagai biaya masuk TK dan SD, 2 tahun lagi. Atau, ingin menyiapkan dana pendidikan untuk sekolah strata satunya, maka dana ini harus siap 10 tahun lagi.
Enggak masalah juga kok, kalau mau menyiapkan one thing at a time, atau mau langsung siapkan semua. Misalnya, mau menyiapkan dana pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan sekaligus, itu juga akan sangat baik.
Sesuaikan dengan kemampuan dan karakter masing-masing saja.
2. Tentukan berapa kebutuhannya
Setelah tahu horizon waktunya, yang berikutnya adalah menghitung kebutuhan.
Ingat, bahwa Rp100 juta saat ini akan berbeda dengan Rp100 juta 10 tahun lagi, karena ada inflasi. Jadi sila diperhitungkan dengan tingkat inflasi Indonesia yang sekitar 10 – 12%.
Misalnya saja, untuk biaya masuk perguruan tinggi sekarang Rp100 juta, maka 10 tahun lagi, dengan tingkat inflasi 10%, maka bisa dihitung kebutuhannya berapa. Rp100 juta dikali 1,1 sampai 10 kali.
Pusing? Ikut kelas online-nya QM Financial saja yang membahas khusus mengenai dana pendidikan anak. Akan ada worksheet yang bisa langsung dimasukkan angkanya, enggak perlu pusing-pusing menghitung manual.
Setelah ketemu angka kebutuhannya, nah, itu dia jumlah dana pendidikan anak yang harus disiapkan.
3. Iringi dengan asuransi jiwa
Adalah penting bagi orang tua untuk juga memiliki asuransi jiwa. Akan percuma juga, jika rencana dana pendidikan anak sudah kita siapkan, tetapi akhirnya kita tidak dapat meneruskannya karena satu dan lain hal.
Nah, setelah tahu berapa lama waktu dan dana yang dibutuhkan, selanjutnya kita bisa memilih investasi dana pendidikan yang pas. Ada beberapa instrumen yang bisa menjadi opsi, sesuai dengan horizon waktu dan tingkat risiko masing-masing.
Kita lihat ya.
5 Instrumen Investasi Dana Pendidikan yang Bisa Jadi Pilihan
1. Deposito
Deposito sebagai instrumen dengan tingkat risiko paling rendah ini cocok untuk investasi dana pendidikan yang akan dipergunakan 2 atau 3 tahun lagi. Namun, karena tingkat imbal hasilnya juga kecil, maka harus diperhatikan modal pertama yang harus disetorkan; harus sesuai dengan kebutuhan dana pendidikan yang sudah dihitung tadi.
Selain deposito, ada juga tabungan berjangka. Keduanya sifatnya hampir sama; jangka pendek, imbal tidak terlalu besar, tetapi sangat aman. Cocok untuk investasi dana pendidikan jangka pendek.
2. Emas
Emas atau logam mulia termasuk investasi dana pendidikan jangka menengah hingga panjang. Kalau sekarang beli emas, untuk dipergunakan 2 – 3 tahun lagi, mungkin perkembangannya juga belum signifikan. Mungkin ya hanya sebatas sebagai pelawan inflasi.
Tetapi, kalau mau dipakai 5 tahun lagi, harga emas (semoga) sudah bertumbuh sesuai harapan. Kenapa begitu? Karena seperti yang kita tahu, harga emas juga sangat fluktuatif tergantung pada kondisi pasar.
3. Reksa dana
Ada 4 jenis reksa dana yang bisa dipilih sebagai opsi investasi dana pendidikan anak. Mulai dari reksa dana pasar uang, reksa dana pendidikan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.
Nah, masing-masing juga punya karakteristik sendiri-sendiri yang perlu kita ketahui untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Boleh dibaca masing-masing artikel yang sudah ditautkan, untuk tahu mana reksa dana yang paling tepat untuk investasi dana pendidikan yang hendak disiapkan.
4. Saham
Saham dinilai paling tepat digunakan untuk investasi dana pendidikan jangka panjang, misalnya saja untuk menyiapkan biaya masuk perguruan tinggi yang kadang butuh sampai ratusan juta rupiah.
Dengan horizon waktu yang lebih dari 10 tahun, saham (diharapkan) akan mampu mengcover kebutuhan dana yang besar. Saham apa yang bisa dibeli? Nah, ini butuh sedikit pengetahuan untuk melakukan analisis teknikal dan fundamental.
5. Properti
Properti juga bisa jadi salah satu alternatif opsi investasi dana pendidikan jangka panjang.
Hanya saja, perlu diingat, investasi properti butuh modal yang cukup besar juga. Jadi, perhitungkan juga hal ini jika ingin menggunakan instrumen ini sebagai “alat” untuk mencapai tujuan.
Nah, begitulah gambaran umum mengenai bagaimana cara memilih investasi dana pendidikan anak.
Paling afdal sih ikutan kelas-kelas finansial online QM Financial saja. Selain bisa belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi, kita juga bisa mengikuti beberapa kelas tematik, seperti kelas dana pendidikan anak. Coba cek jadwal ya, siapa tahu, ada kelas khusus dana pendidikan anak di bulan ini.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi di Reksa Dana Pasar Uang: 5 Hal untuk Diketahui
Dengan semakin meleknya masyarakat akan pentingnya investasi, maka beberapa instrumen investasi pun mulai dikenal dan populer di tengah kita. Salah satunya adalah Reksa Dana Pasar Uang.
Kalau sudah membaca artikel yang lalu, yang mengulas tentang 4 jenis reksa dana, pasti sudah tahu secara sekilas, apa itu Reksa Dana Pasar Uang. Atau mungkin malah sudah punya portofolionya?
Bagus! Tinggal sesuaikan saja dengan tujuan finansial kita, ya kan?
Well, artikel ini ditujukan untuk kamu yang masih galau memilih investasi. Atau, kamu yang punya profil risiko yang sangat konvensional, yang selama ini hanya nyaman nabung emas atau deposito.
Karena, kabar baik! Reksa Dana Pasar Uang bisa menjadi instrumen investasi yang sangat aman, sama dengan deposito, tapi kamu bisa mengharapkan untuk mendapatkan imbal yang lebih besar.
Tertarik?
Yuk, simak artikel ini sampai selesai, untuk berkenalan lebih jauh dengan Reksa Dana Pasar Uang ya.
Apa Itu Reksa Dana Pasar Uang?
Dari namanya sendiri sebenarnya sih sudah jelas, apa itu Reksa Dana Pasar Uang.
Reksa dana sendiri adalah sebuah usaha untuk mengumpulkan modal dari para investor untuk kemudian dana yang terkumpul tersebut diinvestasikan ke berbagai instrumen oleh manajer investasi. Nah, alokasi instrumennya sih tergantung permintaan, makanya ada 4 jenis reksa dana yang masing-masing berdasarkan porsi alokasi instrumen investasinya.
Karena dikelola oleh seorang manajer investasi–dan kita enggak perlu mikirin terlalu ribet dan pusing–makanya reksa dana ini merupakan salah satu instrumen investasi yang cocok untuk pemula.
Ibaratnya, kalau manajer investasi dirasa kurang maksimal kinerjanya, ya kita bisa dengan mudah memecatnya dan kemudian meng-hire manajer investasi lain yang baru.
Iya, semudah itu.
Nah, Reksa Dana Pasar Uang ini memungkinkan kita untuk berinvestasi secara 100% ke instrumen-instrumen pasar uang. Mulai dari sertifikat deposito, surat utang yang punya jatuh tempo kurang dari 1 tahun, hingga instrumen-instrumen lain yang kurang populer juga.
Karena manajer investasi punya modal besar–hasil pengumpulan dari investor–maka ia pun mendapat imbal yang juga lebih besar. Imbal inilah yang kemudian dibagikan lagi pada investor.
Keuntungan Reksa Dana Pasar Uang
Bisa Mulai dari Nominal Kecil
Untuk berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, kamu bisa mulai dengan Rp100.000 saja. Ini pastinya lebih ringan, ketimbang saham bluechip misalnya ya–yang kadang perlu modal sekitar Rp500.000 di awal untuk beli 1 lot saham doang.
Bahkan ini juga lebih ringan ketimbang nominal setoran tabungan deposito kan?
Jadi pasti cocok deh untuk kamu sebagai permulaan.
Imbal Lebih Besar
Suku bunga tabungan biasa, kalau kita cuma punya dana tersimpan kurang dari Rp1 juta, itu adalah 0%. Alias enggak dapat bunga. Yang ada, tabungan berkurang karena biaya administrasi.
Kalau di deposito, suku bunganya juga baru saja diturunkan lagi oleh Bank Indonesia, ke 5% per tahun.
Reksa Dana Pasar Uang memberikan imbal bisa sampai 7% setahunnya sekarang, bahkan lebih.
Semakin Mudah
Mau investasi apa saja sekarang semakin mudah, akibat dari perkembangan financial technology atau fintech yang luar biasa. Mau investasi, sekarang enggak harus ke bank atau datang ke kantor manajer investasi. Cukup pakai smartphone saja. Registrasi, enggak sampai sehari selesai dan kita bisa langsung mulai investasi.
Jika kita hendak menjual reksa dana dan mencairkan uang, prosesnya juga mudah. Paling butuh 1 hari saja, dana sudah akan ditransfer ke rekening tabungan kita. Bisa dilakukan kapan pun, tanpa tambahan biaya. Berbeda dengan deposito yang ada penalti jika mau dicairkan sebelum jatuh tempo.
Nah, ya segampang itulah investasi di Reksa Dana Pasar Uang.
Risiko Reksa Dana Pasar Uang
Ada imbal, ada risiko. Hukum ini berlaku di setiap investasi. Jadi, meski dibilang paling aman, tetap ada risiko yang menyertai investasi di Reksa Dana Pasar Uang. Apa saja?
Bisa terjadi wanprestasi
Enggak hanya ditempatkan di deposito, dana investasi Reksa Dana Pasar Uang juga bisa dialokasikan ke obligasi atau surat utang, yang notabene punya risiko gagal bayar.
Karena itu risiko Reksa Dana Pasar Uang tetap ada, namun tetap yang paling ringan di antara reksa dana lainnya.
Imbal berfluktuasi
Fluktuasi imbal yang kita dapatkan tergantung pada kondisi pasar. Berbeda dengan deposito yang punya bunga tetap, jika tak diturunkan oleh Bank Indonesia.
Tidak dijamin LPS
Reksa dana bukanlah produk perbankan, sehingga ia tidak akan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan, atau LPS. Namun, pada umumnya manajer investasi diawasi dengan ketat oleh OJK.
Tujuan Finansial
Karena dananya dialokasikan pada instrumen pasar uang yang rata-rata berjangka pendek, atau punya jatuh tempo kurang dari 1 tahun, maka Reksa Dana Pasar Uang cocok dipakai sebagai instrumen untuk investasi jangka pendek juga. Yaitu, berbagai tujuan finansial kurang dari 1 tahun.
Di Mana Bisa Investasi Reksa Dana Pasar Uang
Zaman sekarang investasi semakin mudah, kita enggak perlu datang ke bank atau ke kantor manajemen investasi, seperti yang sudah disebutkan di atas.
Mau investasi di Reksa Dana Pasar Uang? Tinggal registrasi saja melalui aplikasi fintech di smartphone, setelah kamu download dan instal aplikasinya.
Kamu akan hanya dimintai data diri, foto terkait identitas, dan buku tabungan (jika diperlukan). Beberapa fintech ada juga yang meminta kamu untuk ikutan kuis dan menjawab pertanyaan agar profil risikomu bisa diketahui.
Sudah itu saja. Mudah kan?
Kamu bisa belajar lebih banyak mengenai reksa dana–terutama Reksa Dana Pasar Uang–di kelas finansial online QM Financial. Mulai dari mengenali berbagai produknya, menghitung kebutuhannya, hingga bagaimana cara melakukan review atas investasi yang sudah kamu lakukan.
Mau? Cek jadwalnya, dan segera daftarkan dirimu ya!
6 Instrumen Investasi yang Harus Diketahui oleh Investor Pemula Sebelum Mulai Menanam Dana
Tanggal 23 Oktober 2019 yang lalu, KSEI–atau Kustodian Sentral Efek Indonesia–merilis data, bahwa saat ini total ada 2,8 juta investor di Indonesia, dan 43%-nya adalah generasi milenial dengan instrumen investasi yang beragam. BEI juga memberikan catatan, bahwa pertumbuhan jumlah investor sampai dengan Agustus 2019 tercatat sebesar 36% setiap bulannya.
Luar biasa ya? Tentunya ini adalah hal menggembirakan untuk kita semua. Semakin banyak orang yang sadar pentingnya berinvestasi dalam salah satu usaha mengelola keuangannya demi tercapai tujuan finansial masing-masing.
However, buat kamu yang baru mulai investasi, masih ada banyak waktu untukmu mulai. Dan, ada baiknya juga untuk kenalan dulu dengan masing-masing instrumen investasi sebelum akhirnya kamu memilih hendak berinvestasi di mana dan seberapa.
Berikut adalah beberapa instrumen investasi yang cocok dilakukan oleh pemula, yang harus kamu kenali lebih dekat sebelum mulai menanam dana.
6 Instrumen Investasi untuk Pemula
1.Logam mulia
Logam mulia–atau emas–merupakan salah satu instrumen investasi yang paling konvensional, kalau boleh dibilang. Coba tengok orang tua kita, biasanya sih rata-rata kalau mau investasi ya enggak jauh-jauh amat dari emas. Bentuknya pun perhiasan, bukan emas utuh.
Sebagai investor pemula, kamu juga bisa memilih logam mulia untuk mulai berinvestasi. Namun, ingat. Harga emas juga fluktuatif lo. Jadi, bisa saja pas butuh dana segar dan kamu menjualnya, harganya pas juga lagi turun. Jadi, risiko rugi tetap ada.
Selain itu, juga ada risiko dari segi keamanan, apalagi jika hanya disimpan di rumah. Kamu juga harus memperhitungkan hal ini jika ingin mengandalkan emas sebagai instrumen investasi untuk mencapai tujuan finansialmu.
2. Deposito
Deposito lebih kurang bisa dikatakan sebagai tabungan berjangka. Dalam jangka waktu tertentu, kita menyimpan uang yang enggak boleh diambil atau diutak-atik. Sebagai imbal, kita akan mendapatkan bunga yang besarannya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, dan dipotong pajak.
Deposito juga merupakan instrumen investasi yang paling aman. Karena merupakan produk bank, jadi dijamin oleh LPS hingga batas jumlah tertentu.
3. Reksa Dana
Reksa dana bisa dibilang instrumen investasi kolektif yang dilakukan oleh pihak tertentu–yang disebut dengan Manajer Investasi–dari banyak investor, yang kemudian “dibelanjakan” pada produk-produk investasi sesuai permintaan.
Karena kolektif, maka risiko dan imbal juga dibagi antara investor yang ikut mempercayakan dananya untuk dikelola oleh si Manajer Investasi ini.
Reksa dana ini juga cocok jika mau dicoba oleh investor pemula, karena enggak perlu pusing-pusing mempelajari pasar, memilih produk, hingga memutuskan kapan beli dan kapan jual. Semua diurusin sama Manajer Investasi. Yang perlu kita lakukan adalah memantau kinerja si Manajer Investasi saja.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat utang, yang dibuat sebagai tanda peminjaman dana dari satu pihak (perseorangan, perusahaan/instansi, ataupun pemerintah) kepada pihak lain, dalam jangka waktu tertentu. Biasanya sih antara 3 – 10 tahun.
Obligasi juga merupakan salah satu instrumen investasi yang terhitung rendah risikonya, apalagi jika surat utang ini dikeluarkan oleh pemerintah. Meski demikian, risiko tetap ada ya. Salah satunya jika pihak peminjam gagal bayar.
5. Saham
Saham bisa dikatakan sebagai bukti hak kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan. Saat kita membeli saham, maka saat itulah kita sedang membeli hak atas kepemilikan terhadap perusahaan.
Investasi saham termasuk investasi yang berisiko cukup tinggi. Karena itu, kalau kamu mau langsung mulai dengan investasi saham, kamu harus belajar banyak hal terlebih dahulu. Ada kelas-kelas online saham dari QM Financial yang bisa kamu ikuti, hasil kerja sama dengan TICMI–The Indonesian Capital Market Institute. Di kelas tersebut, kamu akan belajar A – Z tentang saham, mulai dari kenalan dulu, belajar analisis, hingga ada simulasi juga. Coba cek jadwalnya ya!
6. Properti
Instrumen investasi keenam yang bisa dicoba juga oleh investor pemula adalah investasi properti. Di antara semua produk investasi, sepertinya properti inilah yang butuh modal paling tinggi. Ya iyalah, kamu kan butuh modal kalau mau beli rumah atau apartemen atau ruko, atau bentuk properti yang lain kan?
Meski demikian, properti juga merupakan salah satu instrumen investasi favorit banyak orang sih, karena kenaikan harga properti setiap tahunnya sangat menjanjikan keuntungan yang lumayan banget.
Untuk risiko, selain butuh biaya perawatan yang enggak sedikit juga, investasi properti terhitung kurang likuid. Ya kan, kita butuh waktu beberapa lama untuk menjualnya. Kalau butuh dana cepat, ya agak susah deh jadinya.
Nah, gimana? Setelah membahas mengenai beberapa instrumen investasi untuk pemula di atas secara sekilas, apakah kamu sekarang sudah mulai bisa memutuskan hendak berinvestasi di mana??
Dalam beberapa artikel ke depan, kita akan membahas masing-masing instrumen investasi ini secara lebih mendalam. Stay tuned ya!
Sebagai Karyawan, Kamu Harus Mulai Investasi Sekarang! Ini 5 Produk Investasi yang Cocok!
Kadang kala, status sebagai karyawan bikin kita keenakan. Setiap bulan sudah dapat gaji teratur, pun tunjangan-tunjangan lancar mengalir. Hidup sudah terjamin, bahkan sampai masa pensiun. Nah, ini yang bahaya, karena akhirnya kita enggak pernah tahu, pentingnya mulai investasi sejak masih muda.
Padahal banyak tujuan finansial yang belum tercapai kan? Memangnya cukup kalau hanya mengandalkan gaji dan tabungan saja? Ingat, kita ada yang namanya inflasi, yang senyata-nyatanya, membuat apa yang tadinya tampak terjangkau jadi enggak terjangkau.
Dana menikah, dana melahirkan, dana pendidikan anak, dana pensiun, adalah beberapa tujuan finansial yang wajib kamu pikirkan, bahkan sejak kamu mulai bekerja. Semua itu enggak akan tercapai, tanpa kamu mulai investasi sejak sekarang.
Tapi kok … serem ya? Kesan yang timbul selama ini tentang investasi memang menyeramkan sih, karena identik dengan “rugi” dan “duit ilang”.
Itu karena kamu belum banyak tahu saja. Makanya, ayo belajar dan mulai investasi dari jumlah yang kecil dulu.
Lalu, investasi apa ya yang cocok untuk karyawan? Kan, gaji juga enggak seberapa nih. Sudah habis buat bayar tagihan, memenuhi kebutuhan hidup, dan hedon.
Tenang, kamu selalu bisa mulai investasi dari nominal yang kecil, dari mulai Rp100.000 saja. Tuh, kan itu seharga kopi susu dan boba selama seminggu aja? Nggak seberapa kan?
Mari kita lihat beberapa produk yang cocok untuk para karyawan yang baru mulai investasi
1. Deposito
Nah, jika kamu memang baru mulai investasi banget, maka deposito adalah produk yang paling tepat untuk menjadi yang pertama. Dijamin oleh LPS (di bawah Rp2 miliar), dan merupakan produk perbankan. Jadi tingkat keamanannya sangat tinggi. Ya risiko tetap ada, yaitu ketika bunga terus mengecil. Tapi selama ini jarang banget terjadi.
Deposito punya jangka waktu penyimpanan tertentu yang enggak boleh dilanggar. Kalau kamu mengambil tabunganmu sebelum jatuh tempo, maka akan ada denda yang harus dibayar, yang dinamakan penalti.
Suku bunganya lumayan sih, antara 4% hingga 8%. Naik turunnya masih wajar. Tetapi itu belum dipotong pajak ya.
2. Obligasi
Obligasi adalah salah satu produk investasi berupa surat utang. Penerbit obligasi atau surat utang ini bisa saja perseorangan, perusahaan, maupun negara.
Buat kamu yang baru mulai investasi, obligasi negara menjadi pilihan tepat. Soal keamanannya, sudah pasti aman, karena negara sendiri yang menjamin. Masa sih enggak percaya sama pemerintah sendiri?
Keuntungan lainnya yang bisa kamu dapatkan jika kamu turut berinvestasi pada negara melalui obligasi ini adalah kamu bisa mendapatkan kupon atau bunga secara tetap yang lebih besar dari bunga deposito.
Untuk bisa membeli surat utang negara ini sekarang juga semakin dipermudah. Kamu bisa beli secara online di beberapa pihak yang ditunjuk sebagai mitra distribusi.
3. Reksa dana
Reksa dana merupakan produk investasi yang cocok buat kamu yang enggak pengin ribet melakukan analisis ini itu, selayaknya saham. Reksa dana ini cocok banget buat kamu yang baru mulai investasi, lantaran dana investasimu akan dikelola oleh mereka yang sudah profesional.
Untuk membeli reksa dana, kamu juga enggak perlu menyediakan modal terlalu banyak. Bisa mulai dari Rp100.000, dan bahkan kamu bisa membayarnya dengan GoPay di manajer investasi tertentu.
Tuh kan, ketimbang hanya kamu pakai buat foya-foya dengan PayLater tanpa tujuan yang jelas, mending kamu alihkan dana untuk mulai investasi di reksa dana.
4. Saham
Kalau kamu pengin mengelola dana investasimu sendiri–tanpa melalui manajer investasi seperti pada reksa dana–kamu bisa langsung nyebur ke saham. Tapi, ya sebaiknya belajar dulu ya, biar beli sahamnya enggak ngitung kancing atau pakai bakar-bakar sesajen.
Dengan keterampilan analisis fundamental dan analisis teknikal yang mumpuni, kamu akan bisa membaca saham perusahaan mana yang akan mendatangkan keuntungan untukmu.
Buat kamu yang baru mulai investasi, lebih baik memilih saham bluechip dulu saja. Saham bluechip adalah saham perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan, dan punya sistem yang sudah mantap.
Seiring waktu, kamu bisa belajar lagi hingga bisa mengenali perusahaan mana yang cukup agresif mengembangkan diri, sehingga layak kamu tambah modalnya.
5. Properti
Enggak hanya cocok untuk kalangan karyawan, investasi properti memang banyak diminati. Dari ibu rumah tangga sampai pengusaha besar.
Semua itu lantaran harga properti yang cenderung naik setiap tahun. Memang kalau mau mulai investasi properti ini, kamu akan butuh modal besar sih. Tapi, siapa tahu kan, kamu masih tinggal di rumah orang tua, masih single, belum butuh tempat tinggal sendiri tapi sudah bisa mencicil KPR. Enggak ada salahnya, properti yang kamu beli lantas kamu sewakan pada orang lain untuk memberimu penghasilan.
Good idea, huh?
Nah, itu dia 5 produk yang bisa dipilih jika kamu mau mulai investasi sekarang. Mumpung masih muda, masih jadi karyawan–pendapatan bisa diharapkan untuk tetap dan pastinya akan bertambah seiring waktu. Iya kan? Amin!
Yuk, tambah lagi pengetahuanmu akan pengelolaan keuangan! Biar karyawan, punya gaji tetap, sudah dijamin masa pensiunnya, kamu harus tetap bisa mengelola uang dengan baik dong! Ikuti kelas finansial online QM Financial dan pilih kelas yang kamu butuhkan sesuai tujuan finansialmu.
Jangan lupa juga follow akun Instagram QM Financial, supaya enggak ketinggalan berbagai update dan tip keuangan terbaru.
Taylor Swift Punya Passive Income dari Royalti Albumnya, Kamu Bisa Juga dari 3 Sumber Ini!
Duh, Taylor Swift lagi-lagi kena drama. Kali ini urusannya cukup pelik, karena ada kaitannya dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang bisa menjadi passive income seumur hidupnya.
Singkat ceritanya sih, Taylor yang dulu berusia 15 tahun saat memulai kariernya sebagai pencipta lagu, musisi, dan penyanyi, menandatangani kontrak untuk 6 album. Salahnya si kecil Taylor–yang saat itu belum paham betul dengan seluk-beluk kontrak yang rumit–langsung saja tanda tangan, tanpa menyadari adanya klausul bahwa hak cipta semua lagu dalam 6 album akan menjadi hak milik label, begitu kontrak ditandatangani.
Saat Taylor menyadari kekeliruannya, nasi sudah menjadi bubur. Taylor berusaha untuk mendapatkan kembali hak cipta atas semua karyanya, namun menemui jalan buntu. Dan sekarang, pihak label telah menjual 6 master album Taylor pada pihak lain tanpa sepengetahuan Taylor.
Dengan demikian, Taylor terancam kehilangan haknya untuk memperoleh passive income dari kerja kerasnya sendiri selama bertahun-tahun. Well, sebagai seorang yang sangat kreatif, Taylor tentu saja tak akan berhenti berkarya. Namun, ia memang harus berjuang menuntut kembali haknya sebagai pencipta.
Karena kalau tidak, proses dan daya kreatifnya tidak akan berharga lagi. Selain tentunya, ia akan kehilangan passive income yang bisa menjamin hidupnya.
Passive Income, Alternatif Penambah Pendapatan
Hmmm, berbicara tentang passive income, jenis pendapatan ini memang merupakan salah satu yang bisa kita lakukan demi menjamin hidup kita di masa depan. Pendapatan aktif adalah pendapatan yang kita miliki dari hasil bekerja secara aktif–kerja, menghasilkan sesuatu, lalu dibayar atas hasil kerja kita. Sedangkan, pendapatan pasif ini adalah jenis pendapatan yang akan terus menerus mendatangkan pemasukan tanpa kita harus menukarkan waktu, tenaga, dan pikiran seperti halnya kalau kita bekerja secara aktif.
Pendapatan pasif, atau passive income, ini layaknya kita menanam benih, lalu benih tersebut tumbuh dengan sendirinya (tentu saja di bawah pantauan kita), bahkan saat kita tidur sekalipun. Hingga suatu saat, kita bisa memetik hasilnya untuk dinikmati.
Taylor Swift punya puluhan lagu dan musik yang sudah diciptakannya sebagai passive income, lantaran ia akan menerima royalti ketika lagu dan musik tersebut diperbanyak dan dipublikasikan untuk kita dengarkan. Taylor menerima kira-kira sebesar Rp4 T hanya untuk royalti albumnya hanya di Spotify saja. Sekarang, bayangkan jika hak cipta 6 album Taylor berpindah tangan. Berapa banyak passive income yang hilang darinya? Kalkulator saja mungkin nggak akan muat angkanya.
Itu adalah cerita Taylor Swift, si seksi cantik penyanyi muda dunia. Bagaimana dengan kita? Apakah kita harus menjadi seperti Taylor Swift untuk bisa punya passive income? Nggak juga kok. Kita juga bisa punya passive income dari 3 sumber pendapatan berikut ini.
3 Sumber Passive Income yang Bisa Kita Dapatkan Sehingga Bisa Sekaya Taylor Swift
1. Royalti dan Hak Pembelian
Ya, mungkin kita enggak bisa mencipta lagu, main musik, ataupun nyanyi seperti Taylor Swift. Tapi kita bisa berkarya dalam bentuk yang lain.
Salah satunya adalah buku. Banyak kan, penulis buku terkenal yang sukses yang bisa kita lihat sekarang? Sebut saja Dee, Tere Liye, … terus kalau yang luar negeri ya JK Rowling. Setiap kali buku mereka diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, dan dibeli oleh pembacanya, mereka akan mendapatkan royalti dalam persentase yang sesuai dengan kesepakatan.
Taruh saja royaltinya 10%, harga bukunya Rp100.000, berarti dari satu buku mereka akan menerima Rp10.000. Kalau bukunya terjual 50.000 kopi, maka mereka akan menerima Rp500 juta (dikurangi pajak, tentunya). Jika buku dicetak ulang–artinya mereka tak perlu menulis lagi–mereka akan menerima minimal jumlah yang sama.
Menggiurkan, bukan? Tapi, jangan salah. Ada banyak usaha dan kerja keras menyertai penulisan sebuah buku lo. Satu judul buku nggak serta merta juga bisa terjual 50.000 kopi dalam waktu singkat. Itu beneran angka fantastis. Apalagi kalau kita belum punya nama. Banyak banget PR yang harus dikerjakan.
Selain buku, kita yang punya keterampilan membuat aplikasi juga bisa menjualnya kita melalui Google Play. Bentuknya bisa aplikasi yang bisa memudahkan, ataupun games. Semakin banyak yang mendownload aplikasi kita, pemasukan pun akan semakin lancar mengalir.
2. Investasi
Cara lain untuk mendapatkan passive income adalah dengan berinvestasi. Semua produk investasi bisa memberikan passive income yang lumayan lo.
Salah satunya P2P Lending. Program investasi ini memungkinkan kita untuk “menitipkan” sejumlah dana untuk kemudian dipinjamkan pada pihak lain yang membutuhkan. Tentu saja, titipan tersebut akan berbuah berupa bunga. Dalam tahap waktu tertentu, dana kita akan kembali berkali lipat.
Produk investasi lain yang juga bisa menjadi sumber passive income adalah saham dan reksa dana.
3. Menyewakan properti
Selain royalti dan investasi, kita juga bisa mendapatkan passive income dari sewa-menyewa properti, seperti kos-kosan atau kontrakan rumah.
Dengan menyewakan properti, setiap bulan kita akan mendapatkan pemasukan tambahan. Satu modal yang harus kita pikirkan untuk investasi sewa-menyewa properti ini adalah perawatannya saja. Lainnya, kita tinggal menunggu saja setoran setiap bulan, atau setiap periode tertentu sesuai kesepakatan.
Nah, apakah kamu sudah memiliki salah satu atau bahkan semua sumber pendapatan berupa passive income di atas, dan apakah sudah dikelola dengan baik?
Kalau belum, kebetulan nih, QM Financial punya jadwal kelas finansial online baru “Membangun Aset Aktif untuk Pendapatan Pasif”. Di kelas ini, kamu bisa mempelajari apa saja alternatif produk investasi untuk memberikan penghasilan pasif, dan juga tools apa saja untuk menghitung penghasilan pasif dari aset aktif. Cek di sini untuk tahu detail dan juga pendaftarannya ya. Yuk, belajar bareng mengelola aset hingga bisa mendatangkan passive income seperti Taylor Swift.
Follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.