Contoh Rencana Investasi Pribadi untuk Tujuan Finansial Dana Pendidikan Anak
Merencanakan masa depan finansial, terutama untuk dana pendidikan anak, membutuhkan strategi yang matang dan sesuai dengan kebutuhan. Contoh rencana investasi pribadi bisa menjadi panduan untuk mencapai tujuan ini dengan efektif.
Dengan berbagai pilihan instrumen investasi, seperti reksa dana, obligasi, dan deposito, langkah awal untuk mempersiapkan dana pendidikan bisa dilakukan dengan lebih terencana.
Penting untuk memahami bahwa setiap rencana investasi harus disesuaikan dengan profil risiko dan jangka waktu yang diinginkan. Dengan memilih instrumen yang tepat dan mengalokasikan dana secara bijaksana, tujuan finansial dapat tercapai tanpa perlu menghadapi risiko yang terlalu tinggi.
Table of Contents
Langkah-Langkah Membuat Rencana Investasi Pribadi
Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat rencana investasi guna mencapai tujuan dana pendidikan anak.
1. Menentukan Tujuan Finansial dengan Jelas
Tentukan jumlah dana yang dibutuhkan untuk pendidikan anak. Misalnya, biaya kuliah di universitas yang diinginkan. Tentukan juga jangka waktu untuk mencapai tujuan ini, seperti 15 tahun ke depan.
2. Menghitung Dana yang Perlu Diinvestasikan
Hitung jumlah dana yang perlu diinvestasikan secara rutin berdasarkan target dana pendidikan dan jangka waktu yang telah ditentukan. Gunakan rumus Future Value (FV) untuk menghitung berapa besar investasi bulanan yang diperlukan untuk mencapai target dana dengan asumsi tingkat pengembalian tertentu.
3. Menilai Profil Risiko
Tentukan profil risiko yang sesuai dengan kondisi keuangan dan toleransi terhadap risiko. Profil risiko akan memengaruhi pemilihan jenis instrumen investasi. Untuk tujuan pendidikan yang biasanya berjangka menengah hingga panjang, investasi dengan risiko moderat seperti reksa dana campuran dan obligasi bisa dipertimbangkan.
4. Memilih Instrumen Investasi yang Tepat
Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risiko. Misalnya, kombinasi reksa dana campuran, obligasi pemerintah, dan deposito. Diversifikasi ini bertujuan untuk mengurangi risiko sekaligus memaksimalkan potensi pertumbuhan dana.
5. Membuat Alokasi Dana yang Diversifikasi
Tetapkan alokasi dana untuk setiap instrumen investasi. Misalnya, 40% untuk reksa dana campuran, 30% untuk obligasi, dan 30% untuk deposito. Alokasi ini bisa disesuaikan sesuai dengan perubahan kondisi keuangan atau pasar.
6. Menyisihkan Dana Secara Berkala
Lakukan investasi secara konsisten, misalnya setiap bulan, untuk memastikan pertumbuhan dana yang stabil. Otomatiskan setoran ke dalam instrumen investasi yang telah dipilih untuk menjaga disiplin finansial.
7. Menyiapkan Dana Darurat
Sebelum mulai berinvestasi, pastikan sudah memiliki dana darurat yang setara dengan 3-6 bulan biaya hidup. Dana darurat ini penting untuk melindungi keuangan dari kejadian tak terduga dan tidak memengaruhi rencana investasi.
8. Memantau dan Mengevaluasi Investasi Secara Berkala
Lakukan evaluasi terhadap kinerja investasi secara berkala, misalnya setiap 6 bulan atau setahun sekali. Jika ada instrumen yang tidak memberikan hasil sesuai harapan, pertimbangkan untuk melakukan rebalancing portofolio.
9. Menyesuaikan Rencana Investasi Sesuai Perubahan Kondisi
Sesuaikan rencana investasi jika ada perubahan dalam kondisi finansial, tujuan, atau profil risiko. Misalnya, ketika mendekati waktu kuliah, bisa mengalihkan sebagian dana dari instrumen berisiko tinggi ke instrumen yang lebih aman seperti deposito atau obligasi.
10. Menghindari Pengeluaran Dana Investasi Kecuali untuk Tujuan yang Ditetapkan
Jaga agar dana yang diinvestasikan tetap berada dalam portofolio hingga mencapai tujuan. Hindari penggunaan dana investasi untuk kebutuhan lain agar rencana keuangan tetap berjalan sesuai target.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, tujuan dana pendidikan anak dapat tercapai secara lebih terencana dan terukur.
Contoh Rencana Investasi Pribadi untuk Dana Pendidikan Anak
Berikut adalah contoh rencana investasi pribadi untuk tujuan dana pendidikan anak sebesar Rp200 juta yang harus tercapai dalam 15 tahun ke depan. Rencana ini menggunakan berbagai instrumen investasi dengan tingkat risiko moderat.
Target: Rp200 juta dalam 15 tahun
Strategi Investasi:
1. Reksa Dana Campuran (40% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 40% dari dana investasi bulanan dialokasikan ke reksa dana campuran. Instrumen ini cocok untuk investor dengan profil risiko moderat karena menggabungkan saham dan obligasi.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 8-10%.
- Keuntungan: Diversifikasi antara saham dan obligasi memberikan potensi pertumbuhan yang lebih baik daripada hanya obligasi saja, sambil tetap mengurangi risiko dibandingkan investasi saham murni.
2. Obligasi Pemerintah (30% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 30% dari dana investasi bulanan ditempatkan di obligasi pemerintah, seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) atau Sukuk Ritel.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 6-7%.
- Keuntungan: Risiko yang relatif rendah dengan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito. Obligasi pemerintah juga aman dan memberikan pendapatan tetap.
3. Deposito Berjangka (20% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 20% dari dana investasi bulanan dimasukkan ke dalam deposito berjangka di bank.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 4-5%.
- Keuntungan: Risiko sangat rendah dengan imbal hasil yang stabil. Cocok untuk menjaga likuiditas dana dan memberikan kepastian pengembalian.
4. Reksa Dana Pasar Uang (10% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 10% dari dana investasi bulanan ditempatkan di reksa dana pasar uang.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 4-5%.
- Keuntungan: Risiko sangat rendah dengan likuiditas tinggi. Cocok untuk dana darurat atau kebutuhan jangka pendek.
Contoh Perhitungan Investasi Bulanan
Untuk mencapai target Rp200 juta dalam 15 tahun dengan asumsi imbal hasil rata-rata 7% per tahun dari keseluruhan portofolio:
Total Investasi Bulanan yang Dibutuhkan:
Dengan menggunakan rumus FV (Future Value), total investasi bulanan yang dibutuhkan kira-kira sekitar Rp600.000 – Rp700.000 per bulan, tergantung pada fluktuasi pasar dan kinerja masing-masing instrumen investasi.
Pro tips
- Evaluasi secara Berkala: Setiap 6 bulan atau setahun sekali, evaluasi portofolio untuk memastikan kinerja investasi sesuai dengan target yang ditetapkan.
- Penyesuaian: Jika ada perubahan signifikan dalam kondisi pasar atau keuangan, pertimbangkan untuk menyesuaikan alokasi investasi.
- Pertimbangkan Inflasi: Imbal hasil dan target dana pendidikan harus mempertimbangkan inflasi yang bisa mempengaruhi biaya pendidikan di masa depan.
Dengan strategi diversifikasi ini, tujuan dana pendidikan anak sebesar Rp200 juta dalam 15 tahun diharapkan dapat tercapai dengan risiko yang moderat dan pengelolaan yang lebih aman.
Of course, yang di atas adalah contoh rencana investasi pribadi, yang dilakukan sebagai studi kasus saja. Kamu bisa mengganti angka, instrumen, dan detail lainnya sesuai kondisi dan kemampuan kamu. Diharapkan juga kamu selalu ingat, bahwa asumsi selalu salah.
Bagaimana, tertarik untuk mempelajari cara membuat rencana keuangan seperti ini lebih lanjut? Tak hanya berhenti di contoh rencana investasi pribadi untuk dana pendidikan, tetapi juga untuk dana pensiun, dana rumah pertama, dan lain sebagainya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Ini Dia Contoh Investasi Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
Berinvestasi adalah salah satu cara untuk mengembangkan aset untuk mewujudkan cita-cita, mimpi, dan tujuan keuangan, karena di zaman sekarang, menabung saja tidak akan cukup. Lalu, contoh investasi seperti apa yang bisa kita manfaatkan.
Eits, sebelum melihat beberapa contoh investasi, kamu perlu tahu bahwa kita enggak bisa sembarangan investasi. Kita mesti melakukannya dengan penuh pertimbangan dan perhitungan. Mengapa? Karena bersama dengan investasi, datang pula sederetan risiko yang tak bisa lepas—yang perlu kita kelola dengan baik. Pasalnya kalau tidak, risiko tersebut bisa membuat kita mengalami kerugian, alih-alih imbal yang diharapkan.
Pada prinsipnya, kita mengeluarkan uang untuk membeli instrumen investasi adalah untuk tujuan mengembangkan aset, bukan untuk konsumsi atau kebutuhan sehari-hari. Investasi dilakukan agar kita nantinya mendapatkan keuntungan yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan keuangan.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kita berinvestasi. Apa saja?
Sebelum Investasi, Perhatikan 3 Hal Ini!
Ada 3 hal besar yang sangat berpengaruh pada proses investasi yang kita lakukan.
Tujuan
Berinvestasi tanpa tujuan, sama saja kita pengin pergi ke suatu tempat tapi enggak tahu tempatnya di mana. Alhasil, kendaraan yang dipilih kurang tepat, waktunya juga tidak efisien.
Tujuan adalah hal paling penting pertama yang harus ditentukan dulu, agar kita kemudian bisa menghitung kebutuhan dananya. Misalnya, pengin ibadah ke tanah suci, butuh berapa banyak? Nah, dari perhitungan kebutuhan dan kemudian ditarik ke sekarang, kamu akan mendapatkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.
Waktu
Waktu investasi yang pendek sudah pasti akan memberikan imbal hasil yang berbeda dengan waktu investasi yang panjang. So, panjang pendeknya waktu investasi bisa memengaruhi hasil investasi pada akhirnya.
Nah, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa pembagian waktu investasi akan berguna banget untuk memastikan tercapainya tujuan keuangan. Tanpa dibagi dalam waktu, seakan kita itu kebanyakan mau. Padahal, sumber daya terbatas. Kan, enggak boleh halu! Makanya, harus atur waktu.
Bagilah waktu investasi sesuai target tujuan keuangan, ada jangka pendek, menengah, dan panjang. Jangka pendek adalah berbagai hal yang harus dipenuhi kurang dari 1 tahun. Jangka menengah ini bisa dibagi 2, yaitu jangka 1 – 5 tahun dan 5 – 10 tahun. Jangka panjang lebih dari 10 tahun. Dengan begini, nantinya akan lebih mudah bagi kamu untuk menyusun rencana keuangan secara realistis, tanpa melupakan kebutuhan hari ini.
Imbal hasil dan risiko
Berbeda jangka waktunya, maka akan berbeda juga imbal hasil yang bisa didapatkan. Semakin pendek jangka waktunya, semakin kecil tingkat imbal hasil yang bisa didapatkan, pun semakin rendah tingkat risikonya. Begitu juga sebaliknya.
So, untuk tujuan dengan target waktu pendek, kamu perlu mencari instrumen dengan tingkat risiko rendah. Pasalnya, instrumen dengan risiko tinggi akan berpeluang semakin ekstrem risikonya dengan adanya fluktuasi di pasar modal. Hanya saja, ini berarti imbalnya juga enggak tinggi. Begitu juga sebaliknya, untuk target waktu menengah dan panjang.
Nah, mari kita lihat contoh investasi untuk masing-masing target waktu; pendek, menengah, dan panjang.
Contoh Investasi Jangka Pendek
Untuk tujuan keuangan yang kurang dari 1 tahun, maka kamu akan butuh instrumen investasi yang rendah risiko, meskipun imbal hasilnya juga tidak tinggi. Namun, hal ini bisa diatasi dengan perhitungan modal yang disesuaikan. Tujuan investasi jangka pendek ini misalnya membangun dana darurat, menabung untuk liburan, atau membeli gadget, dan sebagainya.
Contoh investasi yang dapat kamu manfaatkan antara lain seperti di bawah ini.
Deposito
Deposito adalah salah satu contoh investasi yang cocok untuk tujuan jangka pendek. Enggak hanya bisa tenor 10 tahun, deposito juga bisa tenor pendek, misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Jadi, kamu bisa atur sesuai tujuan keuanganmu. Memang imbalnya relatif paling kecil di antara instrumen lain, tetapi tetap lebih tinggi daripada rekening tabungan biasa.
Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang adalah contoh investasi dengan tingkat risiko paling minim di antara jenis reksa dana yang lain. Berinvestasi di reksa dana modalnya juga bisa mulai dari Rp100.000, dengan tingkat pengembalian masih di atas deposito.
Contoh Investasi Jangka Menengah
Tujuan keuangan jangka menengah adalah berbagai kebutuhan yang akan harus dipenuhi mulai dari 1 tahun hingga 10 tahun ke depan. Biar enggak terlalu pusing, kamu masih bisa membaginya lagi menjadi 2 kategori jangka waktu, yakni 1 tahun hingga 5 tahun, dan sampai 10 tahun.
Misalnya saja seperti dana menikah, dana melahirkan, DP rumah pertama, beli mobil, dan sebagainya.
Contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan antara lain seperti yang diinformasikan di bawah ini.
Surat Berharga Negara
Surat Berharga Negara adalah contoh investasi yang cukup bagus imbal hasilnya, dan sejauh ini relatif rendah risiko karena penjaminnya adalah pemerintah. Selama sejarah, pemerintah Indonesia belum pernah mengalami gagal bayar.
Jenis Surat Berharga Negara ada beberapa macam, mulai dari ORI, SBR, Sukuk Ritel, dan Sukuk Tabungan. Setiap tahun pemerintah menjadwalkan beberapa surat utang ini terbit. So, kalau kamu pengin memanfaatkannya, pantengin saja akun resmi Kemenkeu di media sosial.
Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa dana pendapatan tetap juga bisa menjadi pilihan contoh investasi untuk mencapai tujuan jangka menengah. Tingkat imbal hasilnya lebih tinggi daripada reksa dana pasar uang, tetapi juga memiliki risiko yang juga lebih tinggi.
Produk reksa dana pendapatan tetap adalah surat utang atau obligasi. Dengan adanya peran manajer investasi yang mumpuni, risiko bisa dikelola dengan baik.
Contoh Investasi Jangka Panjang
Untuk berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu 10 tahun atau lebih, kamu bisa memilih instrumen investasi yang imbal hasilnya lebih tinggi. Tingkat risiko yang tinggi juga akan menyertai, sehingga kamu perlu mengelolanya dengan baik. Salah satu strategi yang bisa kamu lakukan untuk meminimalkan potensi risiko ini adalah dengan strategi Dollar Cost Averaging dan juga strategi diversifikasi portofolio.
Contoh investasi yang berjangka panjang misalnya untuk membangun dana pendidikan anak hingga universitas, atau dana pensiun.
Contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan misalnya seperti berikut ini.
Saham
Instrumen saham bisa berpotensi memberikanmu imbal hasil hingga ratusan persen. Belum lagi, ada keuntungan berupa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tertentu pada para pemegang sahamnya secara teratur.
Namun, saham sangat peka terhadap pergerakan pasar, sehingga tingkat risikonya cukup tinggi. Belum lagi, jika kita sembarangan dalam memilih saham, risikonya bisa semakin ekstrem. Untuk meminimalkan potensi risiko ini—selain melakukan dollar cost averaging atau diversifikasi—kamu sebaiknya mempelajari dulu cara menganalisis saham yang baik, sehingga kamu bisa mengenali saham mana yang potensial memberimu keuntungan yang optimal.
Jangan sekadar ikut-ikutan, apalagi FOMO.
Emas
Emas, meskipun sering disebut sebagai contoh investasi paling aman, tetapi tetap harus disimpan dalam jangka panjang jika kamu ingin keuntungan yang signifikan. Pasalnya, harga emas juga tidak sestabil yang dibayangkan. Bahkan kadang, fluktuatif banget.
Selain itu, adanya faktor harga buyback—yang akan selalu lebih rendah daripada harga beli—membuat emas tidak cocok jika menjadi instrumen jangka pendek.
Jika kamu berminat berinvestasi dengan emas, simpanlah setidaknya 5 – 10 tahun ke depan, untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Hati-hati juga jika hendak menyimpannya di rumah, apalagi jika dalam jumlah besar.
Reksa Dana Saham atau Reksa Dana Campuran
Ada juga jenis reksa dana yang juga menjanjikan untuk contoh investasi jangka panjang, yaitu reksa dana saham dan reksa dana campuran.
Produk kedua reksa dana ini juga berbasis instrumen pasar modal, yakni saham, yang juga diformulakan dengan instrumen lainnya.
Itu dia sejumlah contoh investasi yang bisa kamu manfaatkan untuk masing-masing target waktu tujuan keuanganmu. Semoga cukup jelas ya, sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menghindari Upaya Pembobolan Rekening Bank, Lakukan 6 + 3 Cara Efektif Ini
Upaya pembobolan rekening bank itu memang semakin banyak saja modusnya. Mulai dari skimming ATM, phising email, hingga memanfaatkan verifikasi OTP dan CVV. Dan yang terbaru, modus pura-pura membantu nasabah bank bermasalah yang berkeluh kesah di media sosial.
Pernah suatu kali bermasalah dengan transfer bank. Berhubung alasan ini dan itu, maka dirasa cukup praktis untuk menghubungi dengan sebuah cuitan di Twitter saja. Lagi pula, admin banknya terlihat cukup aktif menjawab dan gercep membantu nasabah yang berkeluh kesah di media sosial.
Dan, begitu sebuah cuitan di lontarkan, saat itu juga ada banyak brudulan reply dan quote tweet dari akun scammer yang meminta untuk menghubungi mereka melalui WhatsApp untuk dibantu langsung.
Untungnya sih sudah hafal betul dengan modus operandi para (calon) pelaku pembobolan rekening bank ini. Tapi, kebayang kalau calon korbannya masih belum terlalu melek literasi keuangan. Apalagi terpepet oleh masalah, pasti pikiran tidak terlalu panjang. Betul? Penginnya ya segera dibantu, dan masalah cepat beres. Tapi ternyata, yang dihubungi adalah scammer. Ketika akhirnya kebobolan beneran, duh, rasanya seperti jatuh tertimpa tangga enggak sih?
So, pembobolan rekening bank ini memang masalah yang sangat serius. Kita memang bisa melaporkan tindakan orang-orang yang tak bertanggung jawab tersebut pada pihak yang berwenang. Jika kita beruntung, kita bisa mendapatkan keadilan. Tetapi, proses ini pastilah panjang. Jadi, kamu pasti setuju, bahwa seharusnya mencegah hal ini jangan sampai terjadi akan lebih penting dan efektif.
Jadi, semua memang tergantung pada diri kita sendiri. Karena itu, adalah penting untuk membekali diri dengan wawasan yang luas. Apalagi sekarang kita dipermudah dengan hadirnya aplikasi di smartphone, yang membuat transaksi perbankan menjadi sangat praktis. Namun, ternyata, kepraktisan ini juga ada trade off-nya, yaitu semakin mudah juga diincar oleh hacker dan para scammer sehingga terjadilah pembobolan rekening bank dengan berbagai modus.
Tip Mencegah Pembobolan Rekening Bank oleh Oknum Tak Bertanggung Jawab
OJK sendiri pernah memberikan beberapa tip untuk mencegah upaya pembobolan rekening bank, terutama yang melalui aplikasi smartphone ini. Apa saja?
- Aktifkan fitur notifikasi, baik SMS ataupun email, sehingga ketika ada transaksi, kita juga akan lebih cepat tahu.
- Secara berkala, cek riwayat rekening. Cermati kalau ada transaksi-transaksi yang tak pernah kamu lakukan.
- Aktifkan fitur verifikasi selain PIN atau password, misalnya face ID atau fingerprint.
- Jaga data diri pribadi, seperti nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung, PIN, OTP, dan sebagainya, pada siapa pun, termasuk jika ada yang mengaku-ngaku petugas bank.
- Pakai kuota sendiri, kalau mau akses aplikasi bank di smartphone. Jangan pakai Wifi, apalagi Wifi umum.
- Hafalkan nomor call center bank kamu. Ada banyak kasus ketika nasabah nyasar ke nomor oknum scammer, lantaran ada nomor telepon ditempel di mesin ATM dan ATM-nya (dibuat) bermasalah.
Nah, apakah kamu sudah melakukan semua hal di atas demi menghindari pembobolan rekening bank? Jika sudah, lakukan 3 hal penting berikut ini juga demi lebih mengamankan rekeningmu.
1. Pisahkan rekening
Sebaiknya, miliki beberapa rekening untuk keperluan yang berbeda. Setidaknya, pisahkan rekening untuk belanja kebutuhan sehari-hari, dan rekening untuk dana darurat. Dengan demikian, kamu tidak perlu menumpuk dana di satu rekening yang bisa memperbesar kerugian kalau misalnya risiko pembobolan rekening bank ini terjadi.
Jika perlu, kamu juga bisa memisahkan dan mengombinasikannya dengan e-wallet juga lo. Misalnya, untuk keperluan lifestyle, di luar kebutuhan rutin. Contohnya, kamu bisa mengatur, kebutuhan rutin dengan rekening ATM atau debit card, dana darurat di rekening tanpa kartu, lalu lifestyle di e-wallet.
2. Manfaatkan produk investasi risiko rendah
Jangan menyimpan cash terlalu banyak di tabungan yang gampang diakses, agar terhindar dari upaya pembobolan rekening bank. Simpan antara 2 – 3 kali pengeluaran rutin saja sudah cukup. Sisanya kamu bisa memanfaatkan berbagai produk investasi risiko rendah sebaga tempat untuk menyimpan dana yang tingkat pemakaiannya tidak terlalu tinggi. Misalnya untuk dana darurat, atau sekadar tabungan jangka pendek.
Produk seperti Reksa Dana Pasar Uang bisa jadi pilihan. Tingkat risiko rendah, dan untuk mencairkannya juga tak butuh waktu terlalu lama. Jika akan dipakai sekitar 3 tahun lagi, kamu bisa menyimpannya di instrumen surat berharga negara, seperti ORI. Atau, kalau pengin simpan di obligasi tetapi waktunya fleksibel, kamu bisa alokasikan di Reksa Dana Pendapatan Tetap. Tentu juga harus dengan memahami dulu risikonya.
Kamu juga bisa memanfaatkan deposito tenor pendek, dengan sistem ARO dan bunga yang didepositokan lagi. Dengan demikian, tabungan aman, berkembang, tidak mudah diakses tetapi juga relatif tetap likuid.
3. Pakai kartu kredit
Boleh juga loh, kalau kamu mau pakai kartu kredit. Asalkan kamu mempergunakannya sebagai alat bayar—alih-alih alat untuk berutang (apalagi berutang karena nggak punya uang)—kartu kredit itu lebih aman digunakan ketimbang debit card. Pasalnya, tingkat keamanannya juga biasanya lebih tinggi standarnya di bank, sehingga bisa meminimalkan peluang terjadinya pembobolan rekening bank.
Bayar sebelum jatuh tempo, sehingga kamu bisa menghindari bunga dan denda yang tak perlu. Dengan demikian, dana terkendali, lebih aman bertransaksi, plus dapat poin reward. Lumayan juga kan?
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah pembobolan rekening bank oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Kalau sudah kejadian dibobol, ya memang kita bisa mengurusnya, tetapi uang biasanya ya akan kecil kemungkinan untuk bisa kembali. Yang paling efektif adalah mencegah hal ini supaya jangan sampai terjadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Dana Darurat atau Asuransi: Mana yang Lebih Penting dan Harus Didahulukan?
Kamu pasti tahu pentingnya punya jaring penyelamat keuangan: dana darurat dan asuransi. Tapi, lebih baik punya asuransi dulu atau dana darurat dulu ya?
Yes, mungkin kamu ada yang masih dibuat bingung dengan kedua pilihan tersebut. Dua-duanya sih penting untuk mengantisipasi krisis finansial yang bisa datang kapan dan kepada siapa saja. Maka setiap orang harus memiliki persiapan terkait hal ini.
Sebelum kamu memprioritaskan salah satu, ada baiknya QM Financial ingatkan lagi, tentang apa yang dimaksud dengan dana darurat dan asuransi, apa manfaat memiliki keduanya, dan apa yang membedakan keduanya.
Apa itu Dana Darurat?
Ketika membuat rancangan keuangan, dana darurat menjadi fondasi penting berupa tabungan untuk menyelamatkan kamu saat terjadi keadaan tidak terduga. Bisa jadi keadaan tersebut membutuhkan biaya yang besar.
Dana darurat atau emergency fund memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai dana cadangan, atau cash reserve. Contoh misalnya ketika terjadi hilangnya sumber pendapatan secara mendadak. Kedua, untuk keperluan pengeluaran tak terduga, atau unexpected expenses, seperti kalau jatuh sakit, terjadi kebakaran, kecelakaan, renovasi rumah, dan sebagainya.
Dana darurat baiknya disimpan di tempat yang aman, mudah diakses, dan mudah pencairannya. Kamu dapat menyimpan dana darurat di tabungan, deposito, atau reksa dana pasar uang.
Apa Itu Asuransi?
Asuransi merupakan pemindahan risiko keuangan yang terjadi pada seseorang kepada pihak asuransi.
Misalnya pada asuransi kesehatan. Ketika kamu sakit dan membutuhkan pengobatan, maka di situ terjadi risiko finansial. Kamu harus izin kerja, dan juga menanggung ongkos rumah sakit. Di sinilah terjadi pengambilalihan risiko finansial oleh perusahaan asuransi.
Agar kamu bisa mendapatkan manfaat asuransi, maka ada premi yang wajib dibayar secara berkala. Bisa per bulan ataupun per tahun.
Berbeda dengan dana darurat, asuransi memiliki jenis sesuai manfaatnya, yaitu asuransi jiwa, kesehatan, kendaraan, properti, dan masih banyak jenis asuransi lainnya. Apabila terjadi risiko terhadap aset—termasuk di sini adalah diri kita sendiri, maka biaya finansial tersebut akan ditutup oleh asuransi.
Untuk itu, perlu bagi kita untuk membaca dan mempelajari polis yang ingin dibeli secara teliti.
Nah, berarti dua-duanya penting dong?
Lalu, kalau misalnya ternyata keuangan belum memungkinkan, dan harus memilih, yang mana dulu nih yang harus dimiliki?
Dana Darurat vs Asuransi
Ada dua perbedaan signifikan antara dana darurat dan asuransi, yaitu soal likuiditas dan biaya pertanggungan yang didapat.
1. Likuiditas
Dana darurat bisa disimpan dalam bentuk tabungan ataupun aset yang lain. Ciri utama dari dana darurat adalah dananya bisa kapan saja ditarik (likuid) sesuai dengan kebutuhan mendesak kita.
Sedangkan, asuransi punya premi yang dibayarkan ke pihak perusahaan, dan manfaatnya bisa didapatkan saat terjadi risiko. Dengan demikian, sifatnya tidak likuid. Pun manfaat asuransi bisa diberikan sesuai dengan jenis perlindungan yang di-cover. Asuransi kesehatan yang harus dipakai untuk tujuan kesehatan, bukan untuk renovasi rumah. Demikian pula sebaliknya.
Karenanya, kalau dari segi manfaat, dana darurat bisa dipakai untuk tujuan yang lebih umum, tidak hanya satu risiko yang spesifik saja bila dibandingkan dengan asuransi.
2. Biaya pertanggungan yang didapat
Walaupun dana darurat menang secara likuiditas, tetapi biaya pertanggungan yang didapat bisa jadi lebih banyak asuransi.
Misalnya kamu, single happy berusia 25 tahun, sekarang membeli premi sebuah asuransi kesehatan dengan harga Rp28.500 per bulan. Bila pada umur 50 tahun, kamu mengalami risiko serangan jantung, stroke, atau penyakit lain yang ter-cover, maka bisa jadi kamu akan mendapatkan biaya pertanggungan sampai Rp100 juta. Uang pertanggungan ini bisa kamu dapatkan hanya dengan membayar premi selama 25 tahun, yang totalnya bahkan tidak sampai Rp20 juta.
Dengan dana darurat yang disimpan di tabungan biasa, rasanya hampir mustahil kita bisa mendapatkan dana Rp100 juta dengan nabung Rp28.500 setiap bulannya, ya kan? Harus lebih banyak yang ditabung.
Lalu, Mana yang Lebih Penting?
Well, kalau ditanya mana yang lebih penting sih, dana darurat dan asuransi sama-sama penting untuk dimiliki.
Tetapi, namanya juga kondisi, bisa saja akhirnya kamu terpaksa harus memilih. So, ini akan tergantung pada kesanggupan dana yang kamu miliki saat ini.
Dengan melihat dari beberapa risiko yang dapat terjadi, jika kamu hanya memiliki asuransi tanpa dana darurat, maka bisa jadi akan cukup berat. Terdapat beberapa alasan mengapa kamu tetap harus menyiapkan dana darurat, di samping asuransi.
Bisa jadi, tak semua jenis pelayanan kesehatan bisa ditanggung oleh asuransi. BPJS Kesehatan bisa jadi merupakan salah satu asuransi kesehatan dengan coverage perlindungan terlengkap, itu pun tetap saja ada satu dua titik kelemahannya. Kondisi seperti ini, mau tidak mau, akan memaksamu menggunakan dana lain selain asuransi tersebut.
Risiko lainnya, biasanya asuransi juga punya plafon klaim. Jika jatahnya habis di tengah jalan, sedangkan kamu masih butuh, maka tak bisa lain kamu harus merogoh kocek sendiri. Atau perusahaan asuransi yang dipilih ternyata tidak memiliki hubungan kerja sama dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
Jika situasinya seperti ini, kita bisa lihat bahwa dana darurat haruslah lebih dulu diprioritaskan. Namun, kamu tak perlu menunggu sampai jumlahnya ideal. Tentukan dulu target pertama. Ketika jumlah sudah mencapai target pertama, kamu bisa cover dengan asuransi. Lalu, lanjutkan dengan target berikutnya. Bertahap, hingga semua terpenuhi secara ideal.
Belajar atur keuangan dengan modul Udemy yuk! Ada lo, yang bahas khusus soal membangun dana darurat untuk singles: Journey for Singles.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Investasi Reksa Dana Terbuka dan Tertutup: Ini 6 Perbedaannya
Salah satu instrumen investasi yang lagi digemari berbagai kalangan adalah reksa dana. Investasi reksa dana ini terbilang cukup mudah, karena dengan dana yang kecil kamu sudah bisa memulai investasi di instrumen ini.
Pengertian reksa dana berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah wadah yang digunakan dalam mengumpulkan dana masyarakat pemodal. Setelahnya, dana yang dikumpulkan akan diinvestasikan ke portfolio efek oleh seorang manajer investasi.
Berbagai manfaat yang bisa didapatkan dari investasi reksa dana seperti adanya manajemen profesional yang akan mengelola dana kamu, pengelolaannya pun transparan, likuiditas tinggi, biaya rendah dan kamu pun bisa melakukan diversifikasi.
Bagi kamu yang tertarik dengan investasi reksa dana perlu banget untuk mengetahui reksa dana terbuka dan tertutup beserta perbedaannya.
Reksa Dana Terbuka (Open End-Fund)
Jenis reksa dana yang pertama adalah reksa dana terbuka atau open end-fund.
Pengertian reksa dana terbuka adalah semua investor pemula yang baru memulai membeli unit bisa dilakukan kapan saja dan tidak terikat pada periode waktu tertentu. Untuk unit reksa dana yang telah dibeli bisa dijual kembali ke perusahaan Manajer Investasi yang menerbitkannya kapan pun di jam dan hari bursa dibuka.
Adapun reksa dana terbuka dijual dalam jumlah unit yang tidak terbatas pada investor. Itulah mengapa reksa dana terbuka diperdagangkan di penghujung hari, saat perdagangan terhenti itulah harga penutupan yang akan dihitung.
Produk investasi reksa dana terbuka sangat beragam antara lain :
Reksa Dana Tertutup (Close End-Fund)
Reksa dana tertutup merupakan reksa dana yang sifatnya tertutup bagi investor baru yang hendak berinvestasi di luar masa periode penawarannya. Jika kamu mau membeli unit reksa dana tertutup mesti melakukan pembelian selama periode penawarannya saja. Apabila target dana yang akan diraih sudah terpenuhi atau periode penawarannya berakhir maka tidak ada yang bisa membeli unitnya lagi.
Reksa dana tertutup penjualannya dilakukan dengan cara menjual ke investor lain di bursa efek dan tidak bisa dijual kembali ke perusahaan Manajer Investasi yang telah menerbitkannya.
Karena diperdagangkan di antara investor atau biasa disebut pasar sekunder, maka harga jualnya bisa naik ataupun turun sesuai permintaan dan penawaran di pasar. Jadi, harga reksa dana tertutup bisa saja lebih mahal atau murah daripada Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit.
Adapun jenis reksa dana tertutup yaitu :
- Reksa dana ETF
- Reksa dana terproteksi
Inilah 6 Perbedaan Investasi Reksa Dana Terbuka dan Tertutup yang Perlu Diketahui
1. Sifat Penawaran
Untuk reksa dana terbuka memiliki sifat penawaran yang bisa ditawarkan pada investor secara terus menerus. Ini memang sesuai dengan prinsip dasar dari investasi reksa dana terbuka.
Sedangkan reksa dana tetrutup memiliki sifat penawaran yang tertutup, di mana hanya melalui right issue saja dan hanya diperdagangkan dalam periode tertentu.
Kedua jenis investasi reksa dana ini memiliki izin operasional dari Bapepam di mana minimal modal yang mesti disetor saat pendirian adalah sebesar 1% modal dasar.
2. Proses Penjualan Saham
Di investasi reksa dana terbuka, saham yang diterbitkan akan dijual di harga yang sesuai Nilai Aktiva Bersih (NAB). Untuk NAB pertama kali akan ditetapkan sebesar Rp 1.000 per sahamnya, dan selanjutnya akan dihitung setiap hari di akhir hari tersebut. Bagi pemegang unit saham terbuka bisa menjual kembali sahamnya apabila diinginkan.
Sedangkan reksa dana tertutup, investor tidak bisa menjual sahamnya pada Manajer Investasi. Apabila kamu sebagai pemilik saham mau menjual saham tersebut, maka mesti dilakukan melalui bursa efek.
3. Aliran Dana
Aliran dana di reksa dana terbuka sifatnya terus menerus. Perhitungan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk reksa dana tertutup berlaku sebaliknya, di mana aliran dana tidak ada dan perhitungan NAB dilakukan seminggu sekali.
4. Proses Pembelian Kembali
Untuk proses pembelian kembali, investor di reksa dana terbuka bisa menjual kembali pada perusahaan Manajer Investasi yang menerbitkannya. Sedangkan di reksa dana tertutup, proses pembelian kembali akan dilakukan investor melalui bonus.
5. Keuntungan
Di reksa dana terbuka memiliki keuntungan berupa capital gain distribution, dividen income, dan net change NAV.
Capital gain distribution adalah capital gain yang didapatkan dari transaksi efek dibayarkan pada investor reksa dana. Net Change NAV adalah perubahan bersih NAV yang terjadi di hari tersebut. Sedangkan dividen income adalah dividen per saham yang diberikan pada investor.
Untuk reksa dana tertutup, cuan yang diperoleh investor sama seperti investasi reksa dana terbuka.
6. Pengaruh transaksi
Reksa dana tertutup bisa memengaruhi harga saham, ini disebabkan pembelian didasarkan pada supply dan demand. Sedangkan untuk reksa dana terbuka, walaupun transaksinya dalam jumlah yang banyak tetap tidak akan memengaruhi harga saham. Karena harga saham yang diperdagangkan disesuaikan NAV/NAB.
Bagi kamu yang ingin memulai masuk dunia investasi, reksa dana adalah pilihan yang tepat untuk memulainya. Ada banyak aplikasi reksa dana yang bisa kamu gunakan untuk memulai investasi. Coba yuk, kita ikuti dulu video berikut ini sebagai bekal awal kamu belajar investasi reksa dana.
Nah, jika kamu ingin mempelajari investasi reksa dana lebih lanjut, kamu bisa mengikuti kelas reksa dana di QM Financial. Cek jadwalnya yuk.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Kesalahan Investasi yang Sering Terjadi Hingga Tujuan Keuangan Pun Sulit Tercapai
Kita sudah tahu, bahwa investasi merupakan kendaraan yang akan mengantar kita untuk mencapai tujuan finansial. Ya, kurang lebih seperti mobil yang kita miliki, atau si babang ojek online yang kalau dipanggil selalu bertanya balik, sudah sesuai aplikasi ya? Namun, ibarat salah memilih kendaraan–mau pergi Jakarta-Bali, malah manggilnya babang ojek alih-alih pesan tiket pesawat–maka kesalahan investasi membuat kita sulit untuk bisa mencapai tujuan keuangan.
Memang, investasi akan sulit dilakukan jika tanpa bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup. Karena itu, tak bosan-bosannya QM Financial mengajak kamu untuk belajar dulu sebelum mulai benar-benar berinvestasi. Kamu bisa belajar dari artikel-artikel yang ada di situs ini, atau bisa juga dari YouTube.
Salah satunya dengan menonton video berikut ini nih.
Yes, berinvestasi memang enggak bisa dipisahkan dari analisis terlebih dahulu. Salah mengambil keputusan bisa memicu terjadinya kesalahan investasi sehingga hasilnya kurang optimal. Akibatnya, tujuan keuangan tidak tercapai. Lebih nyesek lagi, kalau dananya juga entah ke mana, nggak ketahuan rimbanya. Duh!
Berikut ini beberapa kesalahan investasi yang sering dilakukan sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan keuangan kita.
1. Hanya ikut-ikutan
Akhir-akhir ini, saat artikel ini ditulis (apalagi sesaat sebelum pandemi corona terjadi beberapa bulan yang lalu), memang semakin banyak orang yang sharing mengenai betapa investasi dapat “menyelamatkan” hidup mereka. Akhirnya banyak yang tergiur untuk ikut menceburkan diri ke kolam investasi, tetapi sayangnya mereka tidak berbekal pelampung dan ilmu berenang yang cukup.
Si itu bisa pensiun dini dengan sejahtera dengan hasil investasinya, maka banyak orang mengikuti cara si itu berinvestasi. Sayangnya, mereka abai, bahwa sebenarnya personal finance is very personal. Apa yang dilakukan orang lain bisa saja tidak sesuai ketika kita terapkan pada kondisi kita sendiri.
Akibatnya, kita melakukan kesalahan investasi yang cukup fatal. Kita kelelep di kolam investasi, karena sudah memilih instrumen yang kurang tepat hanya karena orang lain punya instrumen yang sama.
2. Lupa atau meleset ketika memperhitungkan jangka waktu
Waktu adalah teman terbaik ketika kita mau berinvestasi demi tujuan finansial tertentu. Kealpaan kita memperhitungkan jangka waktu investasi akan menjadi kesalahan investasi yang cukup fatal.
Kesalahan memperhitungkan jangka waktu ini bisa dalam bentuk salah proyeksi, atau malah menyepelekan sehingga menunda-nunda investasi. Keduanya akan membuat tujuan finansial sulit untuk dicapai.
Selalulah mulai sejak dini, meskipun juga tak pernah ada kata terlambat. Ini lebih baik daripada tidak berinvestasi untuk tujuan keuangan ke depannya.
3. Tidak didiversifikasikan
Ketika kamu sebagai investor menempatkan seluruh dana investasi pada satu instrumen saja, itu menjadi kesalahan investasi yang juga akan berakibat fatal. Beberapa akibat yang bisa terjadi: risiko yang terlalu besar ataupun target dana tidak tercapai.
Misalnya saja, untuk dana pensiun yang butuh sekian miliar, kamu hanya berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, dengan risiko relatif rendah tetapi imbal yang juga terbatas. Memang mungkin dari segi risiko kerugian nominal bisa ditekan, karena risiko seperti gagal bayar atau fluktuasi harga tidak terlalu signifikan di instrumen reksa dana ini. Tetapi rendah risiko juga berarti memberikan imbal yang terbatas. Bisa jadi, ketika waktunya tiba bagi kamu untuk memperoleh hasil investasi yang sudah sekian lama, jumlahnya tidak mencukup untuk menutup biaya hidup di masa pensiun.
Lain halnya, jika kamu mendiversifikasikan portofolio, baik ke instrumen risiko minim dan juga instrumen agresif, peluang untuk sukses mencapai tujuan keuangan akan lebih besar.
Diversifikasi, selain perlu dilakukan untuk manajemen risiko, juga penting untuk memperbesar peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, dengan horizon yang sesuai target.
4. Malas melakukan review berkala
Kesalahan investasi selanjutnya yang sering terjadi adalah alpa untuk melakukan review secara berkala. Merasa sudah aman, dan bisa konsisten, lantas kita lupa melakukan review rencana keuangan yang sudah dibuat.
Padahal, misalnya saja seperti saat ini, ketika pasar modal sedang naik turun, instrumen investasi–terutama yang agresif–pasti juga mengikuti naik turunnya harga pasar. Tak hanya itu. Instrumen yang dianggap minim risiko seperti deposito pun bisa berubah, jika pemerintah, dalam hal ini melalui Bank Indonesia, memutuskan untuk menyesuaikan suku bunganya.
Review rencana keuangan–terkhusus yang terkait dengan investasi–sangat penting untuk dilakukan, agar kita bisa memastikan, bahwa investasi sudah on track. Jika ada sesuatu yang harus disesuaikan, kita juga jadi lebih awal aware sehingga dapat mengambil kebijakan penyesuaian juga.
5. Tidak berinvestasi
Nah, ini kesalahan investasi terbesar sih, yang seharusnya ada di poin pertama malahan ya. Merasa menabung saja cukup, enggak perlu investasi.
Well, ingat ya, bahwa inflasi itu bukan kaleng-kaleng. Inflasi itu nyata. Setiap tahun akan ada inflasi, yang peningkatannya lebih tinggi ketimbang bunga tabungan biasa. Lama-lama jumlah uang di tabungan sudah pasti tergerus, kalau tidak kamu “lindungi” dengan memanfaatkan instrumen investasi yang imbalnya lebih tinggi daripada inflasi.
Bukan berarti kamu enggak boleh punya tabungan sih. Tetapi untuk mencapai tujuan keuangan, tabungan kurang bisa optimal melayani.
Nah, masihkah kamu melakukan beberapa kesalahan investasi di atas? Ataukah, ada hal lain yang membuat tujuan keuanganmu menjadi tidak tercapai? Cerita sama QM Financial yuk, boleh ditulis di kolom komen ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Dapat BLT 600 Ribu sebagai Subsidi Gaji Karyawan Swasta, Begini Cara Terbijak Pemanfaatannya
Di akhir Agustus lalu, pemerintah telah mencairkan BLT 600 ribu sebagai subsidi gaji para karyawan swasta yang berpenghasilan di bawah Rp5 juta per bulannya.
Bantuan pemerintah ini diberikan sesuai janji sebagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional lantaran dampak pandemi COVID-19. Jumlahnya memang tak seberapa, dan diberikan untuk 4 bulan ke depan dengan 2 kali pembayaran. Dengan demikian, karyawan swasta akan memperoleh total Rp2.4 juta masing-masing.
Bersyukur dong ya, karena sudah mendapat bantuan? Lumayan untuk menyambung napas, setidaknya jadi tambahan. Gimana cara pemanfaatannya yang paling bijak? Ini dia tip dari QM Financial.
Memanfaatkan BLT 600 Ribu dengan Bijak
1. Bukan untuk gaya hidup
BLT 600 ribu ini memang tak banyak, tetapi bisa dipergunakan untuk apa pun, sepanjang untuk kebutuhan kita. Mau dipakai untuk liburan, atau untuk jajan-jajan es kopi susu literan, atau mungkin untuk checkout barang-barang lucu di marketplace yang sudah masuk ke wishlist?
Ya boleh saja. Kan, begitu dana tersebut masuk ke rekening kita, maka mau dipakai apa pun ya terserah kita. Betul? Tetapi, jika hanya dipakai untuk keperluan gaya hidup yang bersifat tersier begitu, maka manfaatnya tidak akan dapat kita rasakan secara optimal.
Sayang banget kan? Padahal di masa pandemi ini, kita bisa saja akan menghadapi berbagai situasi darurat. Enggak ada yang bisa memastikan kapan masa sulit ini akan berakhir. Apalagi sebagai karyawan, kita selalu berpotensi untuk kehilangan mata pencaharian atau mengalami penurunan penghasilan. BLT 600 ribu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebutuhan hidup yang bersifat pokok.
2. Tambahkan ke pos dana darurat
Yang pertama harus diamankan adalah pos dana darurat. Apakah dana daruratmu saat ini sudah cukup setidaknya untuk 3 – 6 bulan ke depan? Jika belum, maka BLT 600 ribu ini bisa ditambahkan ke pos dana darurat. Lumayan juga nanti akhirnya bisa bertambah Rp2.4 juta kan?
Memang besaran dana darurat idealnya adalah 4 bulan pengeluaran rutin (bagi lajang), dan 6 bulan untuk pasangan yang sudah menikah. Ditambah dengan masing-masing 3 bulan untuk tambahan per satu anak. Namun, ingat ya, bahwa di masa krisis dan resesi seperti ini, semakin besar cadangan dana maka akan semakin bagus, demi menghadapi ketidakpastian dalam beberapa waktu ke depan.
So, segera simpan di rekening dana darurat, dan jangan diutak-atik kecuali untuk keperluan darurat.
3. Untuk membayar utang
Jika saat ini kamu sedang struggling untuk membayar cicilan utang, maka BLT 600 ribu ini juga bisa dimanfaatkan.
Punya utang di masa-masa sulit seperti ini memang menjadi tambahan beban, ya kan? Mungkin penghasilanmu menurun, sehingga rasanya beban cicilan menjadi lebih besar. BLT ini bisa jadi tambahan agar kamu bisa membayar cicilan tepat waktu.
Kalau memang bisa dilunasi dengan uang insentif dari pemerintah ini, ya nggak usahlah ditunda lagi. Segera saja lunasi.
4. Investasikan
Buat yang belum punya kebiasaan untuk berinvestasi, nah, mumpung dapat bantuan uang tunai, coba yuk sekarang investasi!
Ya, instrumen investasi ada banyak sih. Tapi dengan total bantuan sebesar Rp2.4 juta, rasanya kan enggak mungkin dipakai untuk investasi properti. Untuk investasi emas, rasanya juga kurang. Maka alternatifnya adalah reksa dana, yang bisa dimulai dari dana Rp100.000 saja. Kamu bisa mencoba untuk menginvestasikannya di Reksa Dana Pasar Uang. Instrumen ini cocok buat kamu yang pemula, karena risikonya relatif paling rendah, dan imbalnya lebih besar ketimbang deposito. Meskipun, kalau kamu berniat untuk berinvestasi ke deposito ya enggak salah juga.
Yes, BLT 600 ribu mungkin memang tak seberapa. Tetapi, kalau kita bisa mengelolanya dengan baik, maka manfaatnya juga akan bisa optimal kita rasakan. Jangan sampai mubazir ya. Tetap belanja di warung-warung dekat rumah, agar ekonomi kita tetap bergerak.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Banyak instrumen investasi yang bisa kita pilih yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan finansial kita. Termasuk reksa dana dan saham. Tapi, pertanyaannya selalu sama, reksa dana vs saham, mana yang lebih untung?
Ya, itu pertanyaan sejuta umat memang.
Nah, kali ini kita bahas ya, reksa dana vs saham ini. Tetapi, sebelumnya, kamu harus paham dulu (atau diingat kembali), bahwa tidak pernah ada instrumen investasi yang 100% aman dan bisa memberikan untung besar dalam waktu cepat. Prinsip ini memang harus selalu diingat, agar kemudian kamu bisa bijak memanfaatkannya sesuai kebutuhan.
Plus Minus Reksa Dana
Membandingkan reksa dana vs saham, mari kita kupas mengenai reksa dananya lebih dulu.
Berinvestasi di reksa dana, berarti danamu akan dikelola oleh manajer investasi. Dengan pengalaman mereka, manajer investasi sudah memiliki langkah-langkah antisipatif dalam mengelola dana investasi para investor. Dengan reputasi perusahaan yang sudah dibangun, mereka tentu akan berusaha mempertahankannya juga.
Karenanya, pemilihan manajer investasi menjadi salah satu faktor penting. Pastikan memercayakan dana investasi kita pada mereka yang memang sudah memiliki reputasi baik, pengalaman dengan dana kelola yang sudah besar, dan minim komplain.
Namun, di sisi lain, investor juga harus siap dengan berbagai biaya administrasi yang akan dikenakan. Lagi-lagi hal ini akan ditentukan saat kita memilih manajer investasi. Pilihlah manajer investasi yang mengenakan biaya paling minim untuk transaksi dan operasional. Ada kok yang memberlakukan Rp0 untuk biaya administrasi pembelian.
Plus Minus Saham
Dengan berinvestasi di saham, maka kamu pun harus siap mengelola dana investasimu sendiri. Kamu harus tahu, kapan saham harus dilepas, dibeli, atau di-hold. Kamu sendiri juga yang harus menganalisis laporan keuangan perusahaan yang sahamnya kamu incar.
Kita memang membeli saham melalui perusahaan sekuritas. Tetapi peran mereka ya sekadar perantara transaksi, sekadar broker atau makelar. Mereka tidak punya wewenang untuk mengelola dana investasimu; memutuskan sahammu untuk dijual atau di-hold, atau perlukah menambah pembelian, dan sebagainya.
Karena semua pengelolaan ada di tanganmu sendiri, maka kalau mendapatkan cuan ya semua menjadi milikmu sendiri. Tetapi, begitu juga kalau kamu mengalami kerugian. Karenanya, sangat disarankan untuk belajar lebih banyak dulu sebelum kamu mulai berinvestasi di saham.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Reksa dana vs saham, mana yang lebih mendatangkan cuan? Jawabannya kembali pada tujuan, jangka waktu, dan kemampuanmu.
Tujuan dan Jangka Waktu
Tujuan berinvestasi di reksa dana vs saham adalah hal yang paling menentukan di sini. Reksa dana–tergantung jenisnya–dapat melayani tujuan finansial jangka pendek hingga jangka panjang.
Untuk jangka pendek dan sebagai media penyimpan dana darurat, Reksa Dana Pasar Uang akan jadi instrumen yang paling sesuai. Untuk jangka pendek hingga menengah, Reksa Dana Pendapatan Tetap akan menguntungkan. Untuk jangka menengah hingga panjang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham-lah yang paling tepat untuk dimanfaatkan.
Dan, ingat, risiko akan selalu ada di setiap instrumen investasi, sehingga kamu juga harus aware akan hal ini sejak awal.
Saham merupakan instrumen investasi yang paling sesuai untuk tujuan finansial jangka panjang. Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, jika kamu berinvestasi untuk jangka waktu yang pendek, maka bisa jadi imbal yang kamu dapatkan belum maksimal. Tujuan finansial jangka panjang ini misalnya untuk dana pensiun, yang akan kamu butuhkan 30 tahun lagi.
Jangka waktu yang panjang akan mengantisipasi fluktuasi harga saham yang bisa terjadi, asalkan kamu memang memilih saham perusahaan dengan fundamental yang paling baik. Harga saham akan meningkat seiring waktu, sama halnya dengan harga komoditi pada umumnya.
Kemampuan
Membandingkan reksa dana vs saham, kemampuan finansial juga harus menjadi bahan pertimbangan.
Untuk berinvestasi di reksa dana, kamu hanya butuh dana minimal Rp100.000 untuk memulainya. Bahkan ada loh, yang bisa dimulai dari RP10.000. Selanjutnya kamu bisa konsisten menyisihkan penghasilan setelah kamu menerima gaji, sesuai proporsi yang kamu tentukan sendiri.
Sedangkan, jika kamu berinvestasi di instrumen saham, kamu perlu menyediakan dana yang sesuai dengan harga saham yang tersedia. Setiap kali kita hendak membeli saham, jumlah minimal yang bisa kita beli adalah 1 lot (100 lembar) saham. Dengan demikian, misalnya harga saham yang kamu incar adalah Rp1.000, maka kamu harus menyediakan dana sebesar Rp100.000 untuk pembeliannya. Jika harga sahamnya Rp30.000, maka dana yang dibutuhkan adalah Rp3.000.000.
Saham blue chip biasanya memang cukup mahal, rata-rata di atas Rp1.000 per lembarnya. Tetapi, dengan fundamental perusahaan yang baik, ke depannya kamu bisa mengharapkan imbal yang juga lebih baik.
Nah, sekiranya sudah cukup jelas deh, perbandingan reksa dana vs saham sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bagaimana Cara Mengenali Produk Investasi yang Cocok untuk Kebutuhan Kita?
Salah satu hal yang harus dipahami sebelum kita mulai investasi adalah mengenali produk investasi, mana yang paling pas dengan keuangan kita. Karena kesesuaian antara produk dan tujuan keuangan, akan menjadi salah satu faktor penentu sukses tidaknya kita berinvestasi.
Ibaratnya, mau pergi ke suatu tempat, kita akan harus menentukan dengan kendaraan apa kita akan menuju ke tempat tersebut. Kalau kita mau ke Bali dari Jakarta, ya pastinya kita nggak bisa naik sepeda. Bisa berbulan-bulan sampainya. Ya, enggak apa sih, kalau memang niatnya touring dengan sepeda Jawa – Bali. Tapi, kalau untuk urusan bisnis atau berlibur, hmmm … sepertinya akan lebih baik kalau naik pesawat, biar cepat. Atau setidaknya naik kereta, lalu disambung kapal, misalnya.
Begitu juga ketika kita berinvestasi. Kesalahan dalam memilih “kendaraan” akan berakibat kurang maksimalnya hasil dari investasi sehingga tujuan keuangan pun jadi tidak tercapai.
Jadi, apa saja yang harus diperhatikan untuk bisa mengenali produk investasi yang cocok untuk kebutuhan keuangan kita? Mari disimak sampai artikel ini selesai.
Cara Mengenali Produk Investasi yang Sesuai dengan Kebutuhan Kita
Cek Profil Risiko
Setiap orang memiliki kecenderungan, kenyamanan, kebiasaan, dan preferensi masing-masing dalam mengelola keuangan pribadinya. Enggak ada yang salah dengan hal tersebut, selama sudah kita sesuaikan dengan target dan tujuan keuangan kita.
Profil risiko seseorang menunjukkan tingkat toleransinya terhadap risiko yang mungkin dibawa oleh produk investasi itu sendiri. Ada 3 tipe profil risiko, yaitu:
- Konservatif, yaitu mereka yang tingkat toleransinya terhadap risiko masih rendah.
- Moderat, yaitu mereka yang sudah dapat menghandle risiko yang sifatnya sedang dengan lebih baik.
- Agresif, yaitu mereka yang sudah terbiasa menghadapi risiko tinggi, karena mereka memang mengharapkan imbal yang besar juga.
Ketika kamu masih berkarakter konservatif tetapi sudah memaksakan diri untuk berinvestasi di instrumen yang berisiko tinggi, maka kamu tidak akan merasa nyaman, bahkan bisa jadi stres tersendiri. Ketika kamu bertipe agresif dan terlalu banyak berinvestasi di instrumen risiko rendah, kamu akan melihat bahwa investasimu terlalu lambat pertumbuhannya, dan kamu jadi tak nyaman juga karenanya.
Cek Tujuan Keuangan dan Horizon Waktu
Setiap produk investasi memiliki manfaatnya masing-masing, sesuai dengan karakternya sendiri-sendiri juga. So, ada baiknya kamu menyesuaikan hal ini dengan tujuan keuangan dan horizon waktu yang kamu miliki.
Misalnya, kamu pengin berinvestasi untuk membangun dana pensiun. Kamu merencanakan untuk pensiun di usia 65 tahun, sedangkan saat ini usia kamu 25 tahun. Berarti ada waktu 40 tahun untuk menyiapkan dana pensiun–yang sudah kamu hitung dan ketemu angka sekian miliar itu–sejak sekarang. Dengan analisis dan perhitungan yang sudah kamu lakukan–karena kamu sudah ikutan kelas Dana Pensiun di QM Financial–maka kamu memutuskan produk investasi yang paling sesuai untuk tujuan keuangan ini adalah saham.
Begitulah contoh menyesuaikan antara produk investasi dengan tujuan keuangan dan juga horizon waktu.
Contoh lain lagi. Kamu butuh untuk menyiapkan dana liburan ke Jepang tahun depan (pakai contoh yang mudah ya, abaikan fakta bahwa sekarang kita masih pandemi corona). Kira-kira kamu butuh Rp20 juta. Dengan waktu satu tahun, dan nominal Rp20 juta, kamu bisa menabung dan investasi di Reksa Dana Pasar Uang.
Nah, tujuan keuangan ini merupakan “judul” dari investasimu, dan jangka waktu akan jadi acuan pertumbuhan investasimu. Jadi, selalulah berpegang pada keduanya ketika kamu memilih produk investasi mana yang sesuai untuk keuanganmu.
Cek Kemampuan Finansial
Yang terakhir ini juga penting. Jangan sampai saking semangatnya investasi, sampai pakai uang yang seharusnya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Ada malahan yang mau pakai dana darurat, demi investasi.
Ada gitu, emangnya? Ada.
Ya, bagus dong semangat investasinya! Berarti sudah sadar betul akan pentingnya investasi. Tapi, kemampuan finansial diri sendiri juga harus dipertimbangkan. Idealnya, porsi investasi adalah 10% dari penghasilan rutin bulanan. Nggak boleh lebih? Boleh dong! Tapi sesuaikan dengan kondisimu. Jangan sampai kita beli saham, tapi malah jadi nggak punya uang buat beli susu anak.
Nah, apakah masih bingung sampai di sini?
Yuk, belajar mengelola keuangan dan investasi, langsung dari para trainer QM Financial! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Fund Fact Sheet Reksa Dana: Begini Cara Membaca dan Memahaminya
Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang banyak disarankan untuk dimanfaatkan oleh investor pemula. Nah, jika kamu sudah menjadi investor reksa dana, maka penting buat kamu untuk memahami kinerjanya dan paham bagaimana memantau perkembangannya. Hal ini bisa kamu lihat dari fund fact sheet reksa dana yang kamu miliki.
Sayangnya, masih banyak investor pemula yang belum tahu apa dan bagaimana pemanfaatan fund fact sheet reksa dana ini sampai sekarang. Padahal ini penting. Banget. Karena dengan paham fund fact sheet reksa dana ini, kamu bisa menganalisis manajer investasi yang paling pas kebutuhanmu dan juga bisa kamu manfaatkan juga ketika kamu melakukan review terhadap investasi reksa dana yang sudah kamu lakukan.
Apa Itu Fund Fact Sheet Reksa Dana?
Bisa dibilang, fund fact sheet reksa dana merupakan laporan keuangan produk reksa dana di mana kamu investasikan danamu. Fund fact sheet ini dikeluarkan oleh manajer investasi, yang meliputi ringkasan kinerja dan operasional reksa dana yang mereka kelola secara keseluruhan. Biasanya sih terdiri atas satu halaman saja, tapi sangat full informasi.
Laporan ini pada prinsipnya sama saja sih antara manajer investasi satu dengan yang lainnya. Yang membedakan cuma desain layoutnya saja. Jadi, enggak akan masalah, sekali belajar kamu akan paham bagaimana cara membacanya, untuk semua fund fact sheet reksa dana yang ada.
Kamu dapat melihat fund fact sheet ini di aplikasi ataupun situs manajer investasi mana pun yang mengelola investasi reksa dana. Kamu bisa bebas memeriksanya, karena memang salah satu syarat untuk bisa beroperasi adalah manajer investasi menyediakan informasi yang setransparan mungkin mengenai dana kelolaan mereka.
Jadi, kalau ada yang mengaku manajer investasi, tetapi laporan keuangannya enggak ada, wah … itu sangat patut dicurigai deh.
Apa Saja yang Ada dalam Laporan Keuangan Reksa Dana Ini?
Ada beberapa data yang bisa kamu temukan dalam laporan keuangan reksa dana, di antaranya:
- Prospektus reksa dana, yaitu dokumen yang berisi informasi penawaran instrumen investasi–dalam hal ini reksa dana. Dalam prospektus ini ada dasar hukum investasi reksa dana, profil pengelola, kebijakan investasi, risiko yang harus dipahami, cara jual dan beli, biaya-biaya, dan informasi penting lainnya. OJK sangat menyarankan pada investor pemula untuk membaca dan memahami prospektus ini sebelum mulai berinvestasi, agar benar-benar paham atas segala risiko yang bisa terjadi dalam prosesnya nanti.
- Laporan keuangan dan laporan tahunan, yang diaudit oleh kantor akuntan publik terkait dana kelolaannya.
- Fund fact sheet, yang akan kita bahas dalam artikel kali ini. Fund fact sheet bisa dikatakan layaknya buku manual terkait investasi reksa dana yang kamu lakukan. Dengan memahaminya, kamu akan dapat menganalisis, apakah reksa dana yang kamu pilih tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuanganmu.
Apa Saja yang Harus Dipahami dalam Fund Fact Sheet Reksa Dana?
Sekali lagi, fund fact sheet reksa dana bisa berbeda satu manajer investasi satu dengan yang lainnya, tetapi bagian-bagian penting berikut ini akan selalu ada.
- Nilai Aktiva Bersih (NAB), yang menunjukkan nilai total aset bersih kamu setiap harinya. Jika angka dalam nilai aktiva bersih ini ada peningkatan dalam periode tertentu, maka kamu berarti mendapatkan imbal yang besarannya dari selisih NAB hari ini dikurangi NAB semula.
- Unit Penyertaan, yang menunjukkan tingkat pembelian dan penjualan produk reksa dana yang dilakukan oleh manajer investasi.
- Kinerja reksa dana, yang dilihat dari data historis pengelolaan dana investasi dari para investornya dalam periode tertentu, yaitu 1, 3, 6, 12 bulan hingga 3 dan 5 tahun, bahkan sejak peluncuran. Di bawah grafik kinerja reksa dana, ada informasi pembanding atau tolok ukur sebagai benchmark atau indikator kinerja produk reksa dana terkait; apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari produk sejenisnya.
- Komposisi portofolio, yang merupakan informasi proporsi penempatan dana kelolaan yang diinvestasikan oleh si manajer investasi dalam instrumen tertentu. Misalnya, manajer investasi reksa dana pasar uang ada yang menempatkan dana investasinya dalam produk deposito sebesar 71% dan obligasi jatuh tempo kurang dari 1 tahun sebesar 29%. Dari sini kita bisa mengukur tingkat risikonya, dan bisa disesuaikan dengan profil risiko kita sendiri.
- Daftar 10 kepemilikan efek terbesar dalam portofolio manajer investasi, di mana terdapat informasi 10 produk investasi dengan proporsi terbesar yang teralokasi dari dana kelolaan manajer investasi yang bersangkutan.
Nah, itulah sedikit seluk-beluk fund fact sheet reksa dana yang perlu dipahami oleh investor pemula. Dengan membaca fund fact sheet ini, kamu bisa memutuskan manajer investasi mana yang bisa kamu manfaatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan tujuan keuanganmu.
Cukup sederhana dan mudah memahaminya kan? Iyalah, lebih mudah daripada memahami mantan. #ehgimana
Jangan tunda lagi investasinya ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.