10 Tip Menggunakan Pesangon PHK untuk Memulai Usaha Baru
Menghadapi PHK memang tidak mudah. Kehilangan pekerjaan bisa bikin bingung, apalagi kalau belum ada penghasilan lain. Tapi kalau punya pesangon PHK, ini bisa jadi peluang baru.
Daripada habis begitu saja, uang ini bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Salah satunya adalah memulai usaha sendiri.
Table of Contents
Pesangon PHK untuk Modal Usaha

Memulai bisnis setelah PHK memang terasa menantang. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan, mulai dari ide usaha sampai cara mengelola modal. Tapi dengan perencanaan yang tepat, peluang sukses tetap terbuka.
Yang penting, uang pesangon PHK dikelola dengan bijak agar tidak cepat habis. Kalau dimanfaatkan dengan strategi yang tepat, usaha baru bisa jadi jalan keluar yang menjanjikan.
Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengelola uang pesangon PHK yang ingin dimanfaatkan jadi modal usaha.
1. Hitung Total Pesangon PHK dengan Cermat
Sebelum mulai usaha, pastikan sudah tahu persis berapa jumlah pesangon PHK yang diterima. Cek juga apakah ada tambahan lain seperti tunjangan, uang penghargaan masa kerja, atau kompensasi lainnya.
Jangan buru-buru membelanjakan uang tanpa rencana yang jelas. Pisahkan dulu mana yang untuk kebutuhan sehari-hari dan mana yang bisa dipakai sebagai modal usaha. Buat catatan sederhana agar tahu berapa lama dana ini bisa bertahan. Jangan sampai habis sebelum usaha mulai menghasilkan.
Baca juga: Menghadapi PHK dengan Bijak: Langkah Awal Mengelola Keuangan
2. Tentukan Jenis Usaha yang Realistis
Jangan asal pilih bisnis hanya karena sedang tren. Pilih yang sesuai dengan modal, keterampilan, dan minat agar lebih mudah dijalankan.
Jika belum punya pengalaman bisnis, mulai dengan sesuatu yang sederhana dan mudah dikelola. Misalnya, usaha kuliner rumahan, reseller, atau jasa yang tidak butuh banyak modal. Perhitungkan juga kebutuhan pasar dan peluang keuntungan. Usaha yang realistis lebih mudah bertahan dan berkembang.
3. Pisahkan Dana Pribadi dan Modal Usaha
Kesalahan umum pemula adalah mencampur uang bisnis dengan keuangan pribadi. Ini bisa bikin bingung dan sulit melihat apakah bisnis benar-benar untung atau rugi.
Buat rekening khusus untuk usaha dengan pesangon PHK ini, meskipun hanya rekening biasa tanpa biaya admin. Setiap pemasukan dan pengeluaran usaha harus dicatat dengan jelas. Dengan begitu, bisa lebih mudah mengatur strategi keuangan bisnis. Jika usaha berkembang, keuangan akan lebih terkontrol sejak awal.
4. Mulai Kecil, Kembangkan Secara Bertahap
Jangan tergoda langsung menghabiskan banyak modal untuk bisnis besar. Mulai dari skala kecil dulu untuk menguji pasar.
Misalnya, jika ingin jualan makanan, coba produksi dalam jumlah terbatas dan jual ke lingkungan sekitar. Jika responsnya bagus, baru tambah skala produksi sedikit demi sedikit. Dengan cara ini, risiko kerugian bisa ditekan dan bisa lebih fleksibel beradaptasi. Jangan sampai modal habis sebelum bisnis benar-benar berjalan.

5. Prioritaskan Kebutuhan Utama Usaha
Jangan asal belanja peralatan atau stok dalam jumlah besar. Fokus pada kebutuhan paling mendesak agar bisnis bisa mulai jalan.
Misalnya, jika ingin usaha kue, cukup beli oven dan bahan baku seperlunya dulu, tidak perlu langsung sewa tempat atau beli alat mahal. Pengeluaran yang tidak terlalu penting bisa ditunda sampai usaha mulai stabil. Dengan cara ini, modal bisa lebih tahan lama dan tidak cepat habis.
6. Cari Model Bisnis dengan Perputaran Cepat
Pilih usaha yang bisa langsung menghasilkan pemasukan. Bisnis dengan perputaran cepat lebih aman, apalagi jika modal terbatas.
Contohnya, jualan makanan harian, jasa cuci motor, atau bisnis online dengan sistem pre-order. Dengan perputaran cepat, modal bisa segera kembali dan bisa langsung diputar lagi. Jangan memilih bisnis yang butuh waktu lama untuk balik modal jika kondisi keuangan masih terbatas.
7. Manfaatkan Teknologi dan Media Sosial
Promosi online bisa menghemat biaya pemasaran. Gunakan media sosial untuk memperkenalkan bisnis ke lebih banyak orang. Buat konten menarik seperti foto produk, testimoni pelanggan, atau video singkat agar lebih menarik.
Jangan ragu memanfaatkan marketplace dan grup jual beli untuk menjangkau pelanggan lebih luas. Pemasaran yang efektif bisa membantu bisnis cepat dikenal tanpa harus keluar biaya besar.
8. Siapkan Dana Darurat dari Sebagian Pesangon
Jangan habiskan seluruh uang pesangon PHK untuk modal usaha. Sisihkan sebagian untuk biaya hidup selama beberapa bulan ke depan. Ingat, bisnis baru butuh waktu untuk mulai menghasilkan keuntungan.
Jika tidak punya dana cadangan, bisa jadi malah stres dan usaha tidak fokus. Simpan dana darurat minimal untuk tiga hingga enam bulan agar lebih tenang menjalankan bisnis.
9. Belajar dan Riset Sebelum Eksekusi
Jangan buru-buru langsung eksekusi tanpa memahami bisnis yang dipilih. Cari tahu dulu tentang target pasar, strategi pemasaran, dan persaingan di bidang tersebut. Bisa belajar dari buku, kursus online, atau pengalaman orang lain yang sudah sukses.
Jika memungkinkan, coba magang atau bekerja dulu di bidang yang sama untuk memahami seluk-beluknya. Dengan persiapan yang matang, risiko kegagalan bisa lebih kecil.

10. Evaluasi dan Adaptasi Secara Berkala
Jangan hanya menjalankan bisnis tanpa mengevaluasi hasilnya. Lihat mana strategi yang berhasil dan mana yang kurang efektif. Jika produk kurang laku, coba perbaiki kualitas atau ubah strategi pemasaran.
Jika harga kurang kompetitif, cari cara agar tetap untung tanpa menaikkan harga terlalu tinggi. Bisnis yang fleksibel dan cepat beradaptasi lebih mudah bertahan dalam persaingan. Jangan takut mencoba hal baru jika diperlukan.
Baca juga: Karyawan Swasta: Pengertian, Keuntungan, dan Tip Menjadi yang Terbaik
Mengelola pesangon PHK dengan bijak bisa membuka peluang baru. Daripada cepat habis tanpa arah, lebih baik digunakan untuk sesuatu yang bisa berkembang.
Memulai usaha memang butuh keberanian, tapi dengan perencanaan yang matang, peluang sukses tetap ada. Yang penting, jalani dengan sabar dan terus belajar. Dengan langkah yang tepat, pesangon bisa jadi awal perjalanan baru yang lebih menjanjikan.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Strategi Mengelola Pesangon PHK agar Tidak Cepat Habis
Mendapatkan pesangon PHK bisa jadi momen yang campur aduk. Di satu sisi, ada rasa lega karena punya uang cadangan. Tapi di sisi lain, ada kekhawatiran soal masa depan.
Kalau tidak dikelola dengan baik, uang pesangon PHK ini bisa cepat habis tanpa disadari. Apalagi kalau gaya hidup masih sama seperti saat masih bekerja. Makanya, penting untuk mengatur pesangon dengan strategi yang tepat agar cukup untuk kebutuhan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Table of Contents
Mengelola Pesangon PHK

Jangan sampai pesangon PHK hanya numpang lewat di rekening. Harus ada rencana yang jelas supaya uangnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
So, kamu bisa memulai dari beberapa langkah sederhana seperti mulai dari menyusun anggaran, membatasi pengeluaran, sampai mencari cara untuk menambah pemasukan. Dengan langkah yang tepat, pesangon bisa jadi penyelamat keuangan selama masa transisi, bukan sekadar uang pegangan sementara.
Berikut langkah-langkah mengelola pesangon PHK agar tak cepat habis, dan bisa bermanfaat optimal.
1. Buat Prioritas Pengeluaran
Jangan langsung tergoda belanja. Ingat loh, uang pesangon PHK bukan uang kaget, bukan menang lotere ya. Hitung total pesangon, lalu pisahkan untuk kebutuhan utama seperti makan, sewa, listrik, dan cicilan. Pastikan yang wajib terpenuhi dulu sebelum memikirkan pengeluaran lain.
Setelah kebutuhan utama, sisihkan sebagian ke rekening khusus yang enggak mudah diakses agar tetap aman. Dana ini berguna untuk biaya hidup selama mencari pekerjaan baru atau menghadapi situasi tak terduga, seperti biaya kesehatan atau kebutuhan mendesak lainnya. Idealnya, alokasikan dana yang cukup untuk bertahan setidaknya tiga hingga enam bulan ke depan.
Baca juga: Bangkit Setelah Menjadi Korban PHK, Ini yang Harus Kamu Lakukan
2. Gunakan Secara Bertahap
Atur penggunaannya seperti gaji bulanan, misalnya dengan membagi total pesangon untuk beberapa bulan ke depan. Buat anggaran sederhana agar pengeluaran tetap terkontrol dan dana bisa bertahan lebih lama.
Jika perlu, pisahkan uang di rekening berbeda atau gunakan fitur tabungan berjangka biar enggak mudah tergoda menggunakannya untuk hal yang kurang penting. Dengan cara ini, keuangan tetap stabil selama masa transisi sebelum mendapatkan pekerjaan baru.
3. Kurangi Pengeluaran Tidak Mendesak
Saat menerima pesangon PHK, godaan untuk belanja besar bisa muncul, tapi sebaiknya tahan diri. Hindari membeli barang yang enggak benar-benar dibutuhkan, makan di tempat mahal, atau liburan mewah.
Fokus pada pengeluaran penting agar pesangon bisa bertahan lebih lama. Jika ada sesuatu yang diinginkan, tunda dulu dan pertimbangkan kembali apakah benar-benar perlu.
4. Lunasi atau Restrukturisasi Utang
Jika masih memiliki utang, cek dulu mana yang berbunga tinggi, seperti kartu kredit atau pinjaman online. Lalu, prioritaskan untuk dilunasi lebih dulu, biar nggak jadi beban keuangan.
Kalau pesangonnya nggak cukup untuk melunasi semuanya, cari opsi restrukturisasi. Kamu bisa coba negosiasi cicilan lebih ringan atau perpanjangan tenor agar pembayaran lebih terjangkau. Jangan sampai pesangon habis untuk kebutuhan lain sementara utang terus menumpuk.

5. Cari Penghasilan Tambahan
Jangan hanya mengandalkan pesangon PHK, sekarang juga kamu harus cari cara agar tetap ada pemasukan. Manfaatkan keahlian yang dimiliki, misalnya dengan mencari pekerjaan freelance, membuka jasa kecil-kecilan, atau menjual produk online.
Jika punya keterampilan menulis, desain, atau editing, coba cari proyek di platform freelance. Kalau suka memasak atau punya hobi tertentu, bisa dijadikan bisnis kecil dari rumah.
Selain menambah penghasilan, ini juga bisa jadi peluang karier baru. Yang penting, pilih pekerjaan yang fleksibel dan enggak butuh modal besar.
6. Pertimbangkan Asuransi Kesehatan
Jika sebelumnya asuransi kesehatan ditanggung oleh perusahaan, segera cari alternatif perlindungan setelah terkena PHK. Biaya medis bisa menjadi beban besar kalau enggak ada jaminan kesehatan.
Pertimbangkan untuk membeli asuransi mandiri dengan premi yang sesuai kemampuan atau manfaatkan BPJS Kesehatan sebagai opsi yang lebih terjangkau. Jangan sampai dana pesangon habis hanya karena harus membayar biaya pengobatan yang mendadak. Pilih asuransi dengan cakupan manfaat yang memadai agar tetap terlindungi tanpa membebani keuangan.
7. Evaluasi dan Sesuaikan Rencana Keuangan
Mengelola pesangon PHK bukan hanya soal membuat anggaran di awal, tapi juga memastikan penggunaannya tetap sesuai rencana. Pantau pengeluaran secara berkala, catat setiap transaksi, dan evaluasi apakah dana masih cukup untuk jangka waktu yang ditargetkan.
Kalau ada pengeluaran tak terduga atau pemasukan tambahan, sesuaikan anggaran agar tetap seimbang. Jika pesangon mulai menipis lebih cepat dari perkiraan, cari cara untuk menghemat atau menambah penghasilan. Fleksibilitas dalam mengatur keuangan akan membantu menghadapi situasi tak terduga tanpa menguras dana lebih cepat dari yang seharusnya.

8. Investasikan Sebagian Dana
Last but not least—dan kalau memang memungkinkan—agar pesangon enggak habis begitu saja, alokasikan sebagian ke investasi yang aman dan mudah dicairkan.
Pilihan seperti deposito atau reksa dana pasar uang bisa menjadi opsi karena risikonya rendah dan dana tetap bisa diakses saat dibutuhkan. Hindari investasi yang terlalu berisiko atau yang mengunci dana dalam jangka panjang, terutama jika belum ada penghasilan tetap.
Mulai dengan nominal kecil, dan pahami instrumennya. Pastikan investasi sesuai dengan kebutuhan keuangan jangka pendek maupun menengah.
Baca juga: 2 Cara Menentukan Besarnya Bonus Karyawan yang Diterima dari Perusahaan
Mengelola pesangon PHK dengan bijak bisa membantu bertahan lebih lama di masa transisi. Jangan terburu-buru menghabiskannya tanpa rencana.
Setiap keputusan keuangan sekarang akan berpengaruh ke kondisi finansial ke depan. Dengan strategi yang tepat, pesangon bisa jadi penyelamat, bukan sekadar uang yang cepat habis. Yang penting, gunakan dengan cermat dan tetap disiplin agar keuangan tetap aman sampai ada sumber penghasilan baru.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Pesangon PHK: Hak Karyawan yang Wajib Dipahami
Pesangon PHK adalah hak yang harus dipahami setiap karyawan, terutama saat menghadapi pemutusan hubungan kerja. Pesangon ini bukan sekadar uang kompensasi, tapi bentuk penghargaan atas kerja keras dan kontribusi karyawan selama ini.
Sayangnya, banyak yang masih bingung dengan aturan dan cara perhitungan pesangon. Padahal, memahami hak ini penting agar tak harus dirugikan ketika situasi PHK terjadi. Dengan tahu aturan yang berlaku, karyawan bisa memastikan haknya terpenuhi sesuai ketentuan.
Table of Contents
Apa Arti Pesangon PHK?

Pesangon adalah uang yang diberikan perusahaan kepada karyawan saat terjadi Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK. Tujuannya? Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi karyawan dan membantu mereka selama masa transisi mencari pekerjaan baru.
Di Indonesia, aturan mengenai pesangon diatur dalam beberapa undang-undang. Pertama, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 156 menyebutkan bahwa pengusaha wajib memberikan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak kepada karyawan yang di-PHK.
Kemudian, ada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang dikenal sebagai UU Cipta Kerja. Undang-undang ini membawa perubahan pada aturan ketenagakerjaan, termasuk ketentuan mengenai pesangon. Misalnya, besaran pesangon kini dihitung berdasarkan masa kerja karyawan. Semakin lama masa kerja, semakin besar pesangon yang diterima.
Intinya, memahami apa itu pesangon dan dasar hukumnya penting bagi setiap karyawan. Dengan begitu, kita tahu hak-hak kita saat menghadapi PHK dan bisa memastikan perusahaan memenuhi kewajibannya sesuai aturan yang berlaku.
Baca juga: Menerima Uang Pesangon PHK, Segera Lakukan 5 Hal Berikut
Aturan tentang Pesangon PHK

Alasan di balik PHK akan sangat memengaruhi jumlah kompensasi yang diterima oleh karyawan. Jika PHK dilakukan karena alasan efisiensi, misalnya, perusahaan biasanya menghadapi kondisi keuangan yang sulit atau perlu menyesuaikan struktur organisasi. Dalam situasi ini, karyawan berhak menerima kompensasi berupa 0,5 kali uang pesangon (UP), 1 kali uang penghargaan masa kerja (UPMK), dan uang penggantian hak (UPH) sesuai ketentuan.
Namun, lain halnya jika PHK terjadi karena pelanggaran berat yang dilakukan oleh karyawan. Misalnya, jika seorang karyawan telah melakukan kesalahan serius dan menerima surat peringatan hingga tiga kali, kompensasi yang diberikan bisa berbeda. Dalam kondisi seperti ini, hak-hak tertentu mungkin tidak diberikan secara penuh, tergantung pada peraturan yang berlaku dan alasan spesifik di balik pelanggaran tersebut. Alasan yang berbeda ini menjadi faktor penting dalam menentukan besarnya pesangon PHK yang diterima.
Saat terjadi PHK, karyawan berhak menerima beberapa komponen kompensasi. Masing-masing memiliki peran dan perhitungan tersendiri. Apa saja?
1. Uang Pesangon (UP)
UP adalah pesangon PHK yang diberikan berdasarkan masa kerja karyawan. Semakin lama masa kerja, semakin besar jumlah UP yang diterima. Ketentuan umumnya adalah sebagai berikut:
- Kurang dari 1 tahun: 1 bulan upah
- 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun: 2 bulan upah
- 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun: 3 bulan upah
- 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun: 4 bulan upah
- 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun: 5 bulan upah
- 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun: 6 bulan upah
- 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun: 7 bulan upah
- 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun: 8 bulan upah
- 8 tahun atau lebih: 9 bulan upah
2. Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK)
UPMK diberikan sebagai bentuk apresiasi atas loyalitas karyawan yang telah bekerja dalam jangka waktu tertentu. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
- 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun: 2 bulan upah
- 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun: 3 bulan upah
- 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun: 4 bulan upah
- 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun: 5 bulan upah
- 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun: 6 bulan upah
- 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun: 7 bulan upah
- 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun: 8 bulan upah
- 24 tahun atau lebih: 10 bulan upah
3. Uang Penggantian Hak (UPH)
UPH mencakup kompensasi atas hak-hak karyawan yang belum terpenuhi, seperti:
- Cuti tahunan yang belum diambil
- Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ke tempat di mana karyawan diterima bekerja
So, saat ada yang di-PHK, uang pesangon bisa berbeda. Bahkan dalam satu divisi sekalipun. Hal ini terjadi karena banyak faktor penentu besaran pesangon yang diterima.
Tips Memastikan Hak Pesangon Terpenuhi

Saat menghadapi PHK, penting untuk memastikan hak pesangon PHK benar-benar diterima sesuai aturan. Sebagai karyawan, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu lakukan untuk memastikan hal ini.
1. Pahami Isi Kontrak Kerja
Sebelum menandatangani kontrak, pastikan untuk membaca dan memahami semua isinya, terutama bagian yang membahas PHK dan kompensasi.
Kontrak kerja adalah dokumen penting yang mengatur hak dan kewajiban karyawan dan perusahaan. Jika ada poin yang kurang jelas, tanyakan kepada HR atau minta penjelasan lebih lanjut. Dengan memahami kontrak kerja, kamu bisa mengetahui apa yang menjadi hakmu sebagai karyawan saat terjadi PHK.
2. Gunakan Bantuan Serikat Pekerja
Jika memang ada dan kamu tergabung di dalamnya, serikat pekerja bisa menjadi pendukung utama. Organisasi ini biasanya memiliki pemahaman yang baik tentang hukum ketenagakerjaan, termasuk hak pesangon PHK. Mereka dapat membantu memperjuangkan hak karyawan, baik melalui mediasi dengan perusahaan maupun pendampingan hukum jika terjadi perselisihan.
3. Mediasi dengan Perusahaan
Jika merasa pesangon PHK yang diberikan enggak sesuai atau ada ketidaksesuaian dalam perhitungan, ajukan mediasi. Sampaikan keberatan secara sopan dan tunjukkan dasar hukum atau kontrak yang mendukung klaim tersebut. Banyak perusahaan sebenarnya bersedia menyelesaikan masalah melalui dialog untuk menghindari konflik berkepanjangan.
Baca juga: Kenapa Gaji Kecil sementara Orang Lain Bisa Bergaji Besar?
Pesangon PHK adalah hak karyawan yang harus dipenuhi oleh perusahaan saat terjadi pemutusan hubungan kerja. Selain memberikan pesangon, perusahaan juga sebaiknya memberikan bekal tambahan yang bermanfaat bagi karyawan yang akan menghadapi masa transisi.
Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan adalah kelas pengelolaan keuangan. Dengan bekal ini, karyawan dapat belajar cara mengatur pesangon secara bijak untuk kebutuhan sehari-hari, membayar utang, atau bahkan memulai usaha kecil. Langkah ini enggak hanya membantu karyawan memanfaatkan pesangon secara maksimal, tetapi juga menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kesejahteraan karyawannya di masa mendatang.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Menghadapi PHK dengan Bijak: Langkah Awal Mengelola Keuangan
Menghadapi PHK memang enggak mudah. Situasi ini bisa bikin bingung, panik, atau bahkan stres. Tapi yang penting, jangan buru-buru menyerah. Ada banyak cara untuk tetap tenang dan mulai menata ulang keuangan. Langkah pertama adalah fokus ke hal-hal yang bisa dikontrol dulu.
Keuangan jadi kunci utama di masa transisi ini. Tanpa perencanaan yang matang, uang bisa cepat habis tanpa disadari. Karena itu, penting banget buat langsung atur ulang anggaran, prioritaskan kebutuhan, dan cari peluang baru. Dengan pendekatan yang tepat, kondisi sulit ini bisa dihadapi dengan lebih siap.
Table of Contents
Siap-Siap Keuangan Menghadapi PHK

Menghadapi PHK butuh strategi yang jelas agar situasi ini bisa dilewati dengan baik. Fokus utama adalah mengelola keuangan secara bijak sambil mempersiapkan langkah selanjutnya. Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan.
1. Cek Kondisi
Mulai dengan cek kondisi keuangan yang ada. Coba hitung dulu total tabungan, aset, dan utang yang harus dilunasi. Pastikan tahu persis berapa dana darurat yang bisa diandalkan untuk bertahan beberapa bulan ke depan.
Kalau belum ada dana darurat, tenang, enggak apa-apa—kita cuma perlu tahu titik awalnya biar bisa rencana ke depan lebih jelas. Semacam ngitung dulu modal yang kita punya untuk hadapi situasi ini. Anggap saja kayak bikin peta sebelum mulai perjalanan baru.
Baca juga: Saat Terancam PHK, Lakukan 5 Hal Ini untuk Mengantisipasi Kondisi Terburuk
2. Atur Ulang Anggaran
Langkah selanjutnya, coba atur ulang anggaran. Fokus dulu ke kebutuhan yang benar-benar penting, seperti makan, bayar listrik, air, dan tempat tinggal. Pengeluaran yang sifatnya tambahan, kayak langganan streaming atau nongkrong di kafe, bisa ditunda dulu sementara.
Intinya, bikin anggaran yang simpel dan realistis—utamakan yang bikin hidup tetap jalan, enggak usah mikirin yang terlalu fancy dulu. Kalau ada pengeluaran rutin yang bisa di-cut atau dihemat, langsung eksekusi saja.
3. Pakai Dana Daruratnya
Kalau sudah ada dana darurat, pastikan pemakaiannya benar-benar buat kebutuhan penting saja. Jangan sampai kebawa emosi, dan terus pakai dana ini buat beli barang yang sebenarnya enggak mendesak. Apalagi yang sifatnya emosional, tapi akhirnya bikin nyesel.
Ingat, dana darurat itu jaring penyelamat untuk menghadapi PHK kayak gini. Jadi, pakai secukupnya biar bisa buat bertahan sampai kondisi stabil lagi. Pikir dua kali sebelum keluarkan uang dari sini. Tetap dicatat ya, supaya kamu tahu uangnya dipakai ke mana saja.
4. Negosiasi Cicilan
Kalau punya cicilan, jangan panik. Langsung aja komunikasikan ke pihak bank atau lembaga keuangan yang bersangkutan. Jelaskan situasinya dengan jujur, dan tanyakan apakah ada opsi kayak restrukturisasi cicilan atau penundaan pembayaran.
Biasanya mereka punya skema khusus buat bantu nasabah yang lagi kesulitan. Misalnya seperti mengurangi bunga atau memperpanjang tenor. Ya, daripada diem-diem saja terus bingung sendiri, lebih baik ngobrol langsung memang. Siapa tahu dapat solusi yang bikin lega.
Intinya, transparan itu penting banget dalam situasi kayak gini.

5. Cari Sumber Pemasukan Lain
Enggak ada salahnya untuk segera mencari sumber pemasukan lain untuk menghadapi PHK ini. Lihat lagi keterampilan yang dimiliki—mungkin bisa dimanfaatkan buat kerja sementara atau mulai usaha kecil-kecilan.
Misalnya, kalau jago masak, coba jual makanan online. Kalau bisa desain, tawarkan jasa lewat platform freelance. Ada banyak peluang bisa kamu cari di platform online sekarang, tinggal pilih yang sesuai kemampuan.
Bahkan kalau pengin jadi pedagang tapi belum yakin mau jual apa, kamu juga bisa mulai dari hal kecil kayak jadi reseller atau dropshipper. Intinya, coba eksplorasi ide-ide baru biar tetap ada pemasukan sambil menunggu peluang yang lebih besar.
6. Cek Pengeluaran Sehari-hari
Coba deh mulai cek lagi pengeluaran sehari-hari. Ada nggak hal-hal yang sebenernya enggak terlalu penting tapi masih jalan terus.
Kalau ada, coba di-cut dulu buat sementara. Nggak usah langsung ekstrem, cukup fokus ke hal-hal yang paling gampang dihemat dulu. Misalnya, ganti nongkrong di luar sama masak di rumah, atau pakai Wi-Fi publik daripada beli paket data besar-besaran.
Intinya, bikin gaya hidup lebih simpel dan fokus ke kebutuhan utama. Pengeluaran kecil kalau dikumpulkan selisihnya, juga lumayan banget lo dampaknya.
7. Manfaatkan Pesangon dan Program Bantuan Lainnya
Kalau dapet pesangon, manfaatkan dengan bijak. Anggap itu sebagai napas tambahan buat bertahan di masa transisi sambil cari kerjaan baru.
Alokasikan ke kebutuhan paling penting dulu, kayak bayar tagihan, makan, dan biaya hidup sehari-hari. Jangan lupa sisihkan sebagian untuk nambah dana darurat, biar ada backup kalau situasinya butuh lebih waktu.
Hindari langsung dihabiskan buat hal-hal yang enggak urgent. Aturannya sederhana: prioritaskan kebutuhan, simpan sebagian, dan pakai dengan kepala dingin.
Begitu juga kalau ada program bantuan pemerintah. Coba dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah support selama masa menghadapi PHK ini. Kalau ada pelatihan, ikut saja, siapa tahu bisa dapat skill baru yang menambah peluang kerja.
Baca juga: Siap PHK Karyawan, 3 Bekal yang Akan Bermanfaat untuk Mereka Selain Pesangon
8. Upgrade Skill
Masa-masa menghadapi PHK ini bisa jadi saatnya upgrade skill! Banyak banget pelatihan atau kursus online yang bisa diikuti, bahkan ada yang gratis. Fokus ke bidang yang nyambung sama pengalaman kerja kamu, atau yang punya prospek bagus di masa depan.
Misalnya, kalau pernah kerja di bidang admin, coba pelajarin software manajemen atau skill data entry. Kalau suka desain, mungkin bisa belajar tools baru atau teknik yang lagi tren. Platform kayak YouTube, Coursera, atau LinkedIn Learning bisa jadi tempat bagus buat mulai.
Selain bikin CV lebih keren, skill baru ini juga bisa untuk menambah kepercayaan diri buat bersaing di pasar kerja. Jadi, sambil nunggu peluang, manfaatkan waktu buat investasi di diri sendiri.

9. Tetap Optimis, Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Di tengah situasi yang enggak pasti dan menghadapi PHK, tetap optimis itu penting banget. Cari aktivitas yang bisa bantu jaga emosi tetap stabil. Olahraga ringan, jalan pagi, atau meditasi bisa kamu lakukan.
Kalau butuh cerita, mengobrollah dengan keluarga atau teman dekat. Siapa tahu bisa bikin hati lebih lega. Enggak usah malu buat minta dukungan moral, karena kadang cuma butuh didengerin saja. Iya enggak sih?
Kalau kamu suka hobi tertentu, kayak masak, baca, atau nonton film, luangkan waktu untuk melakukannya. Lumayan bisa pikiran lebih rileks.
Ingat, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan urusan keuangan. Kalau kepala tenang, keputusan juga bisa lebih jernih.
Menghadapi PHK memang bukan hal yang mudah, tapi dengan langkah yang tepat, situasi ini bisa dihadapi dengan lebih tenang.
Tetap fokus pada kebutuhan utama, kelola keuangan dengan bijak, dan jangan ragu untuk mencari peluang baru. Ingat, setiap perubahan selalu membawa kesempatan untuk tumbuh dan bangkit kembali.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Jaminan Hari Tua sebagai Dana Darurat bagi Karyawan yang Kehilangan Pekerjaan
Jaminan Hari Tua sering dianggap sebagai tabungan untuk masa pensiun. Padahal, dana ini juga bisa menjadi solusi saat kondisi mendesak loh. Contohnya kalau harus kehilangan pekerjaan karena PHK.
Dalam situasi sulit, saldo Jaminan Hari Tua dapat dicairkan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari atau biaya penting lainnya. Ya, tentu saja harus dalam syarat dan ketentuan tertentu ya.
Table of Contents
Jaminan Hari Tua sebagai Dana Darurat PHK

Ketika menghadapi PHK, memiliki akses ke dana darurat sangat penting. Jaminan Hari Tua memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memanfaatkan hasil jerih payahnya. Dengan pengelolaan yang tepat, dana ini bisa menjadi penolong sementara sambil mencari peluang kerja baru.
Jaminan Hari Tua, alias JHT, dapat dimanfaatkan sebagai dana darurat bagi karyawan yang kehilangan pekerjaan dengan cara mencairkan saldo JHT setelah pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Nah, untuk itu, yang pertama ya kamu harus paham dulu cara pencairan dananya. Dikutip dari Lapak Asik, berikut caranya.
1. Memahami Syarat Pencairan JHT Pasca-PHK
Pencairan saldo Jaminan Hari Tua dapat dilakukan jika sudah tidak bekerja, baik karena PHK maupun mengundurkan diri. Saat ini, saldo JHT bisa dicairkan sepenuhnya tanpa menunggu usia 56 tahun, asalkan memenuhi syarat yang berlaku, yakni masa kepesertaan sudah mencapai 10 tahun.
Pencairan bisa dilakukan dengan dua opsi, yaitu maksimal 10% dari saldo untuk persiapan pensiun atau maksimal 30% untuk kebutuhan perumahan. Pengambilan sebagian ini hanya dapat dilakukan satu kali selama masa kepesertaan.
2. Persiapan Dokumen Pencairan
Setelah paham ketentuannya, siapkan dokumen-dokumennya, meliputi:
- Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan
- Kartu tanda penduduk atau bukti identitas lainnya
- Bukti pemutusan hubungan kerja, semacam surat keterangan berhenti bekerja. Biasanya ini sudah disiapkan oleh pihak pemberi kerja.
- NPWP (bagi peserta dengan saldo lebih dari 50 juta atau peserta yang telah mengajukan klaim sebagian)
- Buku tabungan (untuk transfer dana)
Untuk selengkapnya dan lebih valid, coba kunjungi Lapak Asik BPJS Ketenagakerjaan ya, siapa tahu ada update informasi yang lebih baru.
3. Proses Pengajuan Klaim
Pengajuan klaim dapat dilakukan melalui dua cara:
- Secara Online: Kunjungi portal Lapak Asik BPJS Ketenagakerjaan dan ikuti petunjuk untuk mengunggah dokumen yang diperlukan.
- Secara Langsung: Datangi kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat dengan membawa dokumen lengkap dan ambil nomor antrean.
4. Waktu Pencairan
Setelah pengajuan, petugas akan melakukan verifikasi dokumen. Jika disetujui, dana Jaminan Hari Tua akan ditransfer ke rekening bank yang dicantumkan dalam waktu 3–7 hari kerja. Pastikan semua dokumen yang diserahkan sesuai dan valid untuk memperlancar proses pencairan.
Baca juga: Bangkit Setelah Menjadi Korban PHK, Ini yang Harus Kamu Lakukan
Mengelola Pencairan Dana JHT supaya Bisa Bermanfaat Beneran

Lalu, kalau Tunjangan Hari Tua sudah cair, bagaimana ya cara mengelolanya dengan tepat, agar manfaatnya bisa dirasakan benar-benar? Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan.
1. Tentukan Prioritas
Tetapkan prioritas pengeluaran dengan mengutamakan kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, utilitas, dan kesehatan dulu. Pastikan dana digunakan untuk kebutuhan hidup yang utama. Hindari pengeluaran konsumtif atau belanja barang enggak penting dan mendesak yang dapat menguras dana tanpa manfaat langsung.
2. Bikin Anggaran
Ayo, bikin anggaran lagi. Kali ini, hitung berdasarkan total dana JHT yang diterima untuk memastikan penggunaannya terkontrol.
Alokasikan dana ke pos-pos utama, seperti 40% untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk makanan, transportasi, dan tagihan. Sisihkan 30% untuk melunasi utang atau cicilan jika ada, guna mengurangi beban finansial. Simpan 20% sebagai dana cadangan darurat untuk menghadapi pengeluaran tak terduga atau kebutuhan mendesak di masa depan. 10% jika memang masih ada, baru bisa dipakai untuk keperluan lainnya.
Kamu bisa ubah persentasenya sesuai kebutuhan dan kemampuan. Yang penting, pastikan semua bermanfaat dan memang untuk menyambung napas selama enggak ada pekerjaan.
3. Turunkan Gaya Hidup
Yah, kalau sebelumnya gaya hidupnya kelas atas, rasanya pasti akan cukup sulit untuk menurunkannya. Tapi, mau enggak mau hal ini harus dilakukan.
Kurangi gaya hidup berlebihan, sesuaikan dengan kemampuan finansial setelah kehilangan pekerjaan. Ayo realistis, bahwa kamu harus kembali ke fase perjuangan lagi.
Fokus pada pengeluaran yang benar-benar penting, dan tunda kebutuhan sekunder seperti hiburan, belanja barang mewah, atau perjalanan yang enggak mendesak. Hindari kebiasaan konsumtif yang bisa membebani anggaran, dan cari alternatif hemat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa mengorbankan kenyamanan dasar.
4. Pisahkan Dana Darurat
Semoga, kamu sudah punya dana darurat yang memadai. Pisahkan dana ini di rekening khusus yang mudah diakses, sehingga siap digunakan kapan saja jika diperlukan. Pembagian ini membantu memastikan dana tetap tersedia untuk situasi darurat, seperti biaya kesehatan atau kebutuhan mendadak lainnya.
Hindari menyimpan seluruh dana dalam satu rekening utama, karena hal ini dapat meningkatkan risiko menyabotasenya sendiri. Pilih rekening tanpa biaya administrasi tinggi atau yang memberikan akses cepat untuk menjaga efisiensi pengelolaan keuangan.

5. Tingkatkan Skill
Alokasikan sebagian dana untuk pengembangan diri, seperti mengikuti pelatihan kerja, kursus keterampilan, atau pendidikan tambahan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Investasi ini meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan baru atau membangun karier yang lebih baik.
Kalau memungkinkan, gunakan dana Jaminan Hari Tua yang sudah dicairkan untuk memulai usaha kecil sebagai sumber penghasilan sementara atau permanen. Intinya, prioritaskan opsi yang memberikan nilai tambah secara finansial maupun profesional.
So, Jaminan Hari Tua bukan cuma untuk masa pensiun, tapi juga bisa jadi penyelamat saat kehilangan pekerjaan. Dengan memahami aturan pencairannya dan mengelola dana dengan bijak, manfaat JHT bisa digunakan secara maksimal.
Namun, sebenarnya ada program pemerintah yang bisa lebih relevan untuk keperluan kehilangan pekerjaan ini, yaitu Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Either way, gunakan kesempatan ini untuk memenuhi kebutuhan darurat sambil merencanakan langkah berikutnya dengan lebih tenang.
Baca juga: Jaminan Kehilangan Pekerjaan: Pengertian, Manfaat, dan Seluk Beluknya
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Jaminan Kehilangan Pekerjaan: Pengertian, Manfaat, dan Seluk Beluknya
Dengan masih maraknya badai Pemutusan Hubungan Kerja saat ini, setiap karyawan perlu update informasi lengkap mengenai Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Program ini dikelola oleh pemerintah bersama BPJS Ketenagakerjaan loh.
Bagaimana? Apakah kamu sudah tahu kalau ada program ini? Atau, malah baru dengar sekarang?
Jaminan Kehilangan Pekerjaan ini adalah salah satu program penting dalam sistem perlindungan sosial di Indonesia. Program ini dibuat untuk membantu karyawan atau pekerja yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup sementara mencari peluang baru.
Di tengah ketidakpastian dunia kerja, perlindungan seperti ini pastinya bisa bantu banget demi menjaga napas para korban PHK. Apalagi ada beberapa manfaat lain yang tak kalah besarnya. Karena enggak cuma berupa bantuan finansial, ada juga dukungan lain yang disediakan untuk membantu para korban PHK ini untuk bisa segera kembali bekerja.
Table of Contents
Pengertian dan Tujuan Jaminan Kehilangan Pekerjaan

Jaminan Kehilangan Pekerjaan merupakan program jaminan sosial yang dibuat untuk memberikan perlindungan bagi karyawan, pekerja, atau buruh, yang mengalami pemutusan hubungan kerja, alias PHK.
Tujuannya adalah untuk membantu para korban PHK agar bisa bertahan dan tetap hidup layak. Harapannya, dengan adanya JKP, mereka tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup sambil mencari pekerjaan baru.
Program ini hanya berlaku bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan yang memenuhi syarat tertentu. Salah satu syaratnya adalah memiliki masa kepesertaan aktif dengan iuran minimal 12 bulan dalam kurun waktu 24 bulan terakhir. Selain itu, pembayaran iuran harus dilakukan secara berturut-turut selama 6 bulan sebelum terjadinya pemutusan hubungan kerja.
Baca juga: Bangkit Setelah Menjadi Korban PHK, Ini yang Harus Kamu Lakukan
Manfaat Jaminan Kehilangan Pekerjaan
Mengutip penjelasan dari laman resmi Jaminan Kehilangan Pekerjaan, ada beberapa manfaat yang diberikan oleh program JKP ini. Mari kita lihat satu per satu.
1. Uang Tunai
Penerima manfaat Jaminan Kehilangan Pekerjaan akan menerima uang tunai setiap bulan selama maksimal 6 bulan sejak terjadinya PHK. Besaran uang tunai yang diterima adalah 45% dari upah sebelumnya untuk 3 bulan pertama dan 25% untuk 3 bulan selanjutnya. Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah upah terakhir yang dilaporkan dengan batas maksimal Rp5 juta.
2. Konseling
Konseling juga menjadi salah satu manfaat yang bisa diterima oleh peserta, sehingga nantinya bisa merencanakan karier dengan lebih baik. Konseling ini akan memberikan informasi dunia kerja, dengan lebih dulu peserta akan menjalani asesmen diri seputar potensi dan minat masing-masing.
Nantinya, peserta JKP akan mendapatkan informasi lengkap tentang kondisi ketenagakerjaan, kemampuan dasar, bakat, dan kepribadian. Peserta juga mendapat informasi persyaratan kerja, rekomendasi pelatihan, dan peluang kerja yang tersedia.
3. Informasi Pasar Kerja
Manfaat informasi pasar kerja ini nantinya akan mempertemukan pencari kerja dengan pemberi kerja. Istilahnya, di sini ada upaya untuk mencocokkan kompetensi peserta dengan kebutuhan perusahaan secara efektif.
Peserta juga bisa mendapatkan data terkait kebutuhan dan ketersediaan tenaga kerja, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Dengan begitu, peserta bisa mendapatkan peluang kerja yang lebih luas.
Manfaatnya lainnya juga masih banyak. Profil peserta akan terdaftar di database Kementerian Ketenagakerjaan, sehingga pemberi kerja dapat menawarkan peluang kerja. Peserta juga bisa mengikuti seleksi online dengan informasi yang selalu diperbarui.
Dengan adanya informasi ini, pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat dapat ditemukan dengan mudah. Selain itu, peserta bisa melamar di perusahaan yang sudah terverifikasi, sehingga lebih aman dan tepercaya. No tipu-tipu deh.
4. Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja bertujuan meningkatkan keterampilan dan produktivitas peserta Jaminan Kehilangan Pekerjaan melalui reskilling dan upskilling. Program ini dibuat agar peserta lebih siap menghadapi kebutuhan pasar kerja dan dapat kembali bekerja dengan segera
Peserta yang mengikuti pelatihan akan dibekali keterampilan sesuai minat dan bakat, disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Pelatihan ini juga membantu membangun sikap dan etos kerja yang mendukung produktivitas.
Manfaat pelatihan diberikan kepada peserta yang telah mendapatkan rekomendasi dari petugas kerja saat sesi konseling. Proses ini memastikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta dan pasar kerja.
Keuntungannya mencakup penguasaan keahlian baru untuk bersaing di pasar kerja atau memulai usaha. Peserta juga berkesempatan mendapatkan sertifikat pelatihan dan sertifikat kompetensi dari BNSP setelah lulus uji. Sertifikat ini menjadi nilai tambah untuk meningkatkan peluang kerja.
Syarat dan Ketentuan untuk Mendapatkan Manfaat JKP

Untuk mendapatkan semua manfaat di atas, ada beberapa syarat dan ketentuan yang perlu dipenuhi. Apa saja?
1. Kepesertaan Aktif
Pekerja harus terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan dan memiliki masa iur minimal 12 bulan dalam 24 bulan terakhir, serta membayar iuran selama 6 bulan berturut-turut sebelum terjadi PHK.
2. Jenis PHK yang Diterima
Manfaat Jaminan Kehilangan Pekerjaan diberikan kepada pekerja yang mengalami PHK bukan karena mengundurkan diri, pensiun, cacat total tetap, meninggal dunia, atau berakhirnya masa kontrak bagi pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
3. Pelaporan PHK
Pekerja atau perusahaan harus melaporkan kejadian PHK melalui portal SIAPkerja yang dikelola oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Pelaporan ini harus disertai bukti PHK dan dilakukan paling lambat 3 bulan sejak terjadinya PHK.
Nah, jika kamu sekarang dalam kondisi menjadi korban PHK dan ingin memanfaatkan program Jaminan Kehilangan Pekerjaan ini, kamu bisa mulai memproses klaimnya. Siapkan syarat-syaratnya dan ikuti ketentuannya ya. Semua informasi bisa kamu dapatkan lengkap melalui situs resminya.
Baca juga: Siap PHK Karyawan, 3 Bekal yang Akan Bermanfaat untuk Mereka Selain Pesangon
Hal Lain yang Bisa Dilakukan selain Ikut Jaminan Kehilangan Pekerjaan

Selain ikut program JKP di atas, kamu juga perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah kondisi berkurangnya penghasilan. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
1. Evaluasi dan Sesuaikan Anggaran
- Tinjau ulang semua pengeluaran bulanan.
- Prioritaskan kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, dan utilitas.
- Pangkas pengeluaran yang tidak mendesak atau bersifat hiburan.
2. Manfaatkan Tabungan atau Dana Darurat
- Gunakan tabungan atau dana darurat untuk memenuhi kebutuhan sementara.
- Hindari penggunaan tabungan secara berlebihan agar tetap tersedia dalam situasi mendesak.
3. Negosiasi Kewajiban Finansial
- Hubungi pihak bank atau pemberi pinjaman untuk meminta restrukturisasi kredit, seperti penundaan pembayaran cicilan atau pengurangan bunga.
- Negosiasikan tagihan lain, seperti sewa rumah, jika memungkinkan.
4. Cari Sumber Penghasilan Tambahan
- Manfaatkan keterampilan atau hobi untuk mencari penghasilan, seperti menjadi freelancer atau menjual produk secara online.
- Pertimbangkan pekerjaan sementara sambil menunggu peluang kerja yang sesuai.
5. Periksa Bantuan Sosial atau Program Pemerintah Lain
- Cari informasi tentang bantuan dari pemerintah selain JKP, seperti subsidi atau program jaring pengaman sosial lainnya.
- Pastikan memenuhi syarat untuk mendaftar program tersebut.
6. Kelola Aset dengan Bijak
- Hindari menjual aset penting kecuali sangat mendesak.
- Jika memiliki aset yang tidak produktif, pertimbangkan untuk menjualnya demi mendapatkan dana tambahan.
7. Tingkatkan Literasi Keuangan
- Pelajari cara mengelola uang dengan lebih efektif.
- Ikuti pelatihan atau baca materi terkait pengelolaan keuangan agar lebih siap menghadapi masa sulit.
8. Persiapkan Diri untuk Peluang Kerja Baru
- Perbarui CV dan portofolio.
- Manfaatkan platform pencarian kerja dan jaringan profesional untuk mencari peluang.
- Pertimbangkan pelatihan keterampilan baru untuk meningkatkan daya saing.
Langkah-langkah ini membantu korban PHK tetap bertahan secara finansial sambil mempersiapkan diri untuk kembali ke dunia kerja.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor, termasuk mengelola diri sendiri jika ada ancaman PHK? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Bangkit Setelah Menjadi Korban PHK, Ini yang Harus Kamu Lakukan
Pemutusan Hubungan Kerja, atau PHK, bagai mimpi buruk di siang hari belakangan ini. Bak teror, yang bisa mengancam siapa saja. Korban PHK sudah berjatuhan, dan mirisnya, sampai saat artikel ini ditulis, masih saja ada berita PHK yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan di berbagai media.
Jika kamu adalah salah satu korban PHK, wajar jika kamu sedih, kecewa, bingung, putus asa, dan sebagainya. Namun, ada baiknya, jangan berlarut-larut. Segera lakukan beberapa langkah pemulihan sesegera mungkin. Pasalnya, hidup terus berjalan, kebutuhan terus ada, dan ingat, mungkin juga ada orang-orang yang saat ini bergantung padamu.
Korban PHK, Yuk, Segera Bangkit dengan Langkah Berikut!

1. Tenang
Berhadapan dengan vonis PHK, siapa saja pasti akan merasa sedih, jengkel, khawatir, dan sebagainya—yang campur aduk tak keruan. Meski demikian, hal terpenting yang perlu kamu lakukan adalah justru menghadapinya dengan pikiran tenang dan hati lapang.
Patah hati dan kecewa wajar saja dirasakan. Namun, jangan sampai hal tersebut berlangsung berlarut-larut—yang malah kemudian menyedot energi baik yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk segera bangkit.
Ketenangan akan dapat membantumu berpikir dan bertindak secara lebih rasional, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat untuk kondisimu.
Untuk membantu menenangkan diri, perbanyak berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
2. Atur keuangan
Selanjutnya, setelah kamu dapat menenangkan diri, yang perlu untuk dilakukan adalah mulai mengatur keuangan kembali. Cek, apakah kebutuhan hidup masih bisa terpenuhi dengan baik, apakah mungkin masih bisa menabung, dan coba pertahankan cash flow positifmu.
Biasanya, korban PHK juga akan diberikan pesangon sesuai dengan peraturan, seperti yang diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan juga biasanya ada dalam perjanjian kerja. Besarannya bisa jadi cukup besar. Beberapa waktu yang lalu, ada yang spill uang pesangon karyawan yang di-PHK bisa mencapai Rp4 miliar.
Meski demikian, seberapa besarnya pesangon yang kamu terima, dana kamu ini akan berisiko cepat habis kalau tak segera dikelola dengan baik. Berasa durian runtuh soalnya. Padahal, ya itu “gaji terakhir” lo! Jangan sampai gelap mata dan belanja berlebihan karena merasa punya uang banyak.
So, buat rencana keuangan yang detail dan komprehensif, dalam beberapa waktu ke depan dengan asumsi tidak ada penghasilan—dan hanya bergantung dari uang pesangon tersebut.

3. Berburu peluang
Segera mungkin juga, sebagai korban PHK, kamu mulai untuk berburu peluang lain untuk kembali mendapatkan penghasilan. Iya, memang. Mencari pekerjaan zaman sekarang itu sulit, dan lebih sulit lagi jika kondisinya sedang terjadi badai PHK di mana-mana seperti ini. Tapi, kalau enggak segera mulai mencari peluang, ya kapan kamu akan mendapatkannya?
So, ayo semangat! Jika menurut aturan, pemberitahuan mengenai PHK biasanya diberikan tidak dengan mendadak. Karena itu, seharusnya ada waktu untukmu bersiap.
Pada kesempatan tersebut, pergunakanlah kesempatan untuk meningkatkan skill kamu sesuai dengan bidang yang kamu geluti. Bekali diri dengan berbagai keahlian dan keterampilan yang menunjang pengalaman bekerjamu. Kemudian, mulailah memasarkan diri dengan menonjolkan keahlian dan potensi yang kamu miliki.
Sebelum mulai bergerak, ada baiknya terlebih dulu menciptakan visi dan harapan ke depannya. Artinya, mencari pekerjaan baru ini sebenarnya juga bisa menjadi peluang bagi kamu yang sebenarnya pengin mendirikan usaha sendiri, atau mungkin pengin switching karier.
Apa pun yang menjadi pilihanmu setelah menjadi korban PHK ini, jangan pernah lupakan 3 hal penting ini:
Research
Gali informasi, ketahui tujuan karier, dan cari pekerjaan yang sesuai dengan tujuan tersebut. Sebagai pencari kerja, kamu perlu tahu banget keahlian apa saja yang sedang dicari sekarang, dan sesuaikanlah dengan minatmu. Dengan begitu, kamu akan punya bargaining power yang tinggi.
Relevancy
Pada umumnya perusahaan mana pun akan mencari karyawan yang sevisi, satu value, dan satu tujuan. Jadi, upayakan untuk bisa mengaliansi hal ini sehingga kamu menjadi karyawan most wanted bagi perusahaan yang membutuhkan.
Resiliency
Bangkit dari keterpurukan, dan segera moveon, cari peluang baru. Fokuslaah pada tujuan karier dan cari lowongan pekerjaan dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk mendapatkan peluang terbaik. Tanamkan mindset positif dan tingkatkan motivasi pribadimu. Jangan mudah menyerah sebelum kamu bisa mencapai tujuanmu.

4. Bangun kembali rasa percaya dirimu
Menjadi korban PHK memang bukan hal yang mudah untuk diatasi atau dijalani. Sering terjadi, vonis PHK yang diterima berakibat down-nya semangat hidup, muncul perasaan tidak berharga, dan tidak dibutuhkan, yang kemudian memunculkan rasa minder lantaran rasa percaya diri juga pupus.
Memang berat ya. Namun, ketahuilah, saat ini kamu bukanlah satu-satunya yang menjadi korban PHK. So lakukan beberapa hal berikut agar rasa percaya dirimu kembali bangkit.
Evaluasi
Lakukan evaluasi terhadap beberapa hal yang menjadi penyebab kamu menjadi korban PHK. Dari sisi perusahaan misalnya, apakah selama ini perusahaan memang sudah melakukan yang terbaik? Pasalnya, pilihan untuk mem-PHK karyawan itu sebenarnya selalu menjadi pilihan terakhir. Selain itu, lakukan juga evaluasi terhadap dirimu sendiri. Apakah kontribusimu sudah cukup besar pada perusahaann di periode pekerjaanmu yang lalu?
Dengan melakukan analisis terhadap diri sendiri dan juga perusahaan seperti ini, kamu bisa dengan objektif menilai sesuatu tanpa menyalahkan siapa pun atau apa pun. Kamu juga bisa mengurangi ketakutan yang berlebihan, dan mengurangi pikiran-pikiran negatif.
Fokus pada kekuatan
Selanjutnya, segera move on, fokus pada kekuatan dan potensi yang ada. Status PHK tak perlu menjadikan kamu minder, justru bisa menjadi pelajaran agar lebih baik ke depannya.
Salah satu pelajaran yang bisa kamu dapatkan adalah mengenai pentingnya manajemen risiko. Asuransi dan dana darurat itu penting. Tak menggantungkan diri pada single income stream juga penting. So, manfaatkanlah kesempatan ini untuk bisa memperbaiki kesalahan yang sudah pernah dilakukan, dan lebih baik lagi ke depannya.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jaminan Hari Tua Baru Bisa Dicairkan di Usia 56 Tahun, Ini Artinya dan yang Harus Dilakukan oleh Pekerja
Pemerintah baru saja mengumumkan aturan terbaru Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan. Dunia persilatan pun heboh. Memangnya, apa yang diubah?
Ya, barangkali kamu belum tahu tentang hal ini?
Sebagai informasi, perubahan Jaminan Hari Tua yang dilakukan oleh pemerintah meliputi proses pencairan manfaat kartu Jaminan Hari Tua yang baru bisa dilakukan ketika karyawan berusia 56 tahun atau meninggal dunia atau cacat karena kecelakaan. Perubahan ini diatur dalam Peraturan Menteri Karyawan No 2 Tahun 2022.
Nah, yang dipermasalahkan adalah, bagaimana jika sebelum usia 56 tahun, kita sudah enggak bekerja lagi? Misalnya, kena Pemutusan Hubungan Kerja alias PHK?
Dalam skema yang baru ini, karyawan yang kena PHK akan tetap mendapatkan manfaat dari program Jaminan Hari Tua apabila mereka melakukan iuran mencapai 10 tahun. Selain itu, karyawan yang di-PHK akan mendapatkan manfaat sebesar 30 % dari Jaminan Hari Tua untuk kepemilikan rumah atau 10 % sebagai keperluan lain dalam bentuk uang tunai dan sisanya dapat diambil ketika mereka sudah berusia 56 tahun. Ditambah lagi, bakalan ada JKP loh, alias Jaminan Kehilangan Pekerjaan.
Jadi, apa yang jadi sumber keresahan? Mari kita telusur, mulai dari pengertiannya.

Apa Itu Jaminan Hari Tua ?
Jaminan Hari Tua, atau yang sering disingkat dengan JHT, adalah manfaat dari uang tunai yang dilakukan pembayaran sekaligus ketika peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.
Pengertian tersebut didasarkan pada PP No.46 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program Hari Tua. JHT akan memberikan kepastian mengenai penerimaan penghasilan yang dibayarkan ketika karyawan mencapai usia hingga 56 tahun, atau telah memenuhi syarat tertentu.
Masyarakat yang bisa menjadi nasabah dari program Jaminan Hari Tua adalah penerima upah selain penyelenggara negara dan masyarakat yang bukan menjadi penerima upah.
Masyarakat yang menjadi penerima upah selain penyelenggara negara ini meliputi semua karyawan yang bekerja di perusahaan atau perseorangan dan orang asing yang bekerja di Indonesia selama lebih dari 6 bulan. Selain itu, masyarakat yang menjadi bagian dari bukan penerima upah meliputi pemberi kerja, pekerja yang bekerja di luar hubungan kerja atau mandiri, dan gabungan dari keduanya.
Manfaat yang didapatkan ketika memiliki Jaminan Hari Tua adalah menggantikan penghasilan karyawan yang terputus karena meninggal dunia, cacat yang dilakukan dengan menggunakan sistem dana pensiun di hari tua. Selain itu, ketika karyawan sudah mencapai umur pensiun maka akan dipastikan menerima penghasilan yang sudah dibayarkan.
Jadi singkatnya dan dengan kata lain, JHT ini adalah jaminan hidup ketika kita tidak dapat produktif lagi.

Efek Perubahan Aturan Jaminan Hari Tua pada Karyawan
Efek yang timbul dari perubahan aturan Jaminan Hari Tua yang diubah adalah ketika karyawan belum berusia 56 tahun atau meninggal / cacat tetap tidak bisa menerima manfaat.
Nah, jadi di sini jelas ya, sumber keresahannya di mana. Dengan adanya perubahan ini, banyak orang yang merasa dirugikan secara ekonomi. Karena ketika mereka sudah tidak bisa bekerja akibat PHK tapi belum berusia 56 tahun, JHT tidak akan dapat dicairkan.
Padahal, Jaminan Hari Tua sudah dianggap sebagai “tabungan” yang diandalkan untuk bisa diambil saat aliran penghasilan terputus karena satu dan lain sebab.
Keresahan ini sebenarnya cukup bisa dimaklumi. Terutama di masa pandemi yang mengakibatkan pendapatan banyak orang menjadi tidak menentu.
Namun, di sisi lain, ada efek yang positif dari perubahan aturan Jaminan Hari Tua ini, yaitu meskipun dalam keadaan mendesak seperti terkena PHK, manfaat dapat diambil sebagian saja, dan ini akan membuat tabungan pensiun menjadi tetap ada. Nggak langsung habis ludes.
Hal tersebut dapat menjadi cara yang efektif untuk mempersiapkan dana pensiun untuk mencapai target untuk pensiun sejahtera.

Yang Perlu Dilakukan oleh Karyawan
Lalu, terkait rencana perubahan ini, apa yang bisa dilakukan oleh karyawan? Oleh kamu, yang berstatus karyawan? Tetap tenang, itu dulu, dan lakukan beberapa hal berikut ini.
1. Buat rencana keuangan yang baik
Hal tersebut dapat dilakukan dengan memiliki keterampilan mengatur cash flow. Ketika kamu memiliki keterampilan ini, gaji yang diterima berapa pun dapat diatur dengan mudah sehingga kamu memiliki simpanan hingga penerimaan gaji berikutnya.
Selain itu, keterampilan cash flow dapat menjadi metode untuk melunasi utang secara efisien. Kemudian, kamu juga harus mulai mengerti mengenai asuransi dalam kehidupanmu sebagai karyawan atau menjadi tulang punggung keluarga. Kamu juga dapat melakukan investasi untuk keperluan masa depan.
Mengenal produk investasi sangat penting untuk dipelajari sehingga kamu bisa mengenal risiko yang timbul dari hasil berinvestasi.
Kesemua hal di atas merupakan elemen rencana keuangan yang harus kamu buat secara komprehensif, sehingga satu elemen akan mendukung kinerja elemen yang lain. Dengan demikian, kamu pun tak perlu mengkhawatirkan pencairan JHT untuk berbagai keperluanmu.
2. Bangun dana darurat ideal
Kebanyakan keresahan yang terjadi adalah akibat dari kecemasan kalau kehilangan pekerjaan sebelum berusia 56 tahun. Kalau memang ini masalahnya, maka solusinya adalah ada pada dana darurat.
Buat target untuk memulai menabung dari nominal kecil, dan kembangkan sesuai kebutuhan. Buat rekening khusus untuk tabungan dana darurat yang terpisah. Hal tersebut bertujuan agar biaya dana darurat tidak tercampur dengan biaya kebutuhan sehari-hari.
Berapa jumlah dana darurat yang ideal?
- Lajang: 4 x pengeluaran bulanan
- Menikah: 6 x pengeluaran bulanan
- Menikah, 1 anak: 9 x pengeluaran bulanan
- Menikah, 2 anak atau lebih/Wirausaha/Freelance: 12 x pengeluaran bulanan
Terus, gimana kalau enggak bisa sampai jumlah ideal? Ya, tak masalah. Kamu bisa membuat target jumlahnya sendiri lebih dulu. Kalau sudah tercapai target pertama, kamu bisa lanjutkan ke target jumlah berikutnya sembari memenuhi kebutuhan yang lain.
3. Bangun dana pensiun secara mandiri
Mempersiapkan Jaminan Hari Tua saja, faktanya, tidak akan cukup untuk mencapai kondisi seseorang yang ingin menikmati masa pensiun sejahtera.
Menurut sebuah penelitian, setidaknya karyawan harus bisa mempersiapkan sebesar 70 % dari gaji yang terakhir diterima sebelum mulai pensiun setiap bulannya. Itu kalau yang bersangkutan ingin menjalani gaya hidup yang perbedaannya tidak terlalu drastis dengan yang sudah dijalani sebelumnya.
Dengan demikian, jika hanya mengandalkan manfaat Jaminan Hari Tua saja tidak cukup untuk mencapai target ketika masa tua. Pasalnya, jika dihitung-hitung, dengan JHT setiap bulannya nanti, kita “hanya” akan menerima kurang lebih 30% dari gaji terakhir.
Karena itu, kita harus sudah mulai membangun dana pensiun secara mandiri dari sekarang, kalau memang pengin hidup sejahtera di masa pensiun.
Jadi, sampai di sini jelas kan ya? Mengapa sebaiknya kita tak perlu resah dengan perubahan aturan ini. Ada beberapa hal yang bisa kita siapkan sedari sekarang, untuk kemudian bisa siap dengan kondisi darurat—misalnya saat terkena PHK—ataupun ketika masuk usia pensiun.
Percayalah, pemerintah mengubah aturan Jaminan Hari Tua bukan untuk merugikan, tetapi untuk menjamin agar para masyarakat nantinya bisa pensiun sejahtera, dan akhirnya memutus mata rantai sandwich generation.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Kesalahan Keuangan yang Justru Kita Lakukan Karena Terlalu Panik
Seluruh dunia dilanda kepanikan gara-gara virus corona. Dari mulai para pekerja yang gajinya dipotong, dirumahkan hingga terkena PHK, sampai para pemilik bisnis yang menjerit. Kita semua memang harus bersiap untuk kondisi yang terburuk sekarang. Tapi, kerasa enggak, justru karena terlalu panik, banyak dari kita yang malah melakukan beberapa kesalahan keuangan, yang akhirnya mengakibatkan munculnya masalah baru?
Ya, begitulah. Sudahlah susah, jadi lebih susah jadinya. Padahal masalah keuangan ini biasanya yang paling besar menjadi penyebab stres dan depresinya manusia.
Apa saja kesalahan keuangan yang justru kita lakukan di tengah kepanikan ini? Coba lihat yuk, jangan-jangan kamu juga melakukannya di tengah krisis akibat penyakit COVID-19 ini.
5 Kesalahan Keuangan yang Sering Dilakukan Karena Panik

1. Belanja berlebihan
Pernah membaca di suatu artikel berbahasa Inggris, bahwa manusia itu pada dasarnya akan sangat reaktif terhadap ‘kelangkaan’–atau scarcity, dalam bahasa Inggris.
Ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk respons otak reptil manusia yang merupakan penerima pertama dari segala jenis rangsangan/stimulus. Bisa dibilang, hal ini merupakan respons dalam upayanya untuk mempertahankan diri. Untuk survive.
Nah, di saat-saat krisis, respons pertama yang selalu muncul adalah pertanyaan, “Kondisi ini mengancam hidup saya. Bagaimana saya bisa bertahan?” Secara otomatis, otak kemudian akan memberikan respons, “Penuhi kebutuhanmu dulu segera, baru mikir mesti gimana.” Lalu, keluarlah reaksi berupa panic buying. Kesalahan keuangan yang pertama.
Belanja berlebihan, nyetok kebutuhan sebanyak mungkin agar bisa bertahan hidup selama mungkin. Belanja berlebihan ini akhirnya menjadi sebab dari kelangkaan, yang akhirnya semakin memicu kita untuk panik dan belanja lagi dengan berlebihan.
#rauwis-uwis, ya?
2. Jual saham begitu nilainya anjlok
Kesalahan keuangan kedua ini dipicu oleh kepanikan karena grafik harga saham yang terjun bebas di pasar modal. Karena panik, lupa pada tujuan keuangan yang sudah disusun sendiri.
Ya, memang sih. Ini juga merupakan respons refleks. Siapa yang enggak ambyar hatinya melihat kerugian investasi yang sudah dilakukan begitu lama dan konsisten? Tak cuma bayangan kehilangan masa pensiun sejahtera, tapi berasa sia-sia semua usaha keras kita. Betul?
Begitu ambyarnya, kita jadi lupa untuk mengecek, masa pensiun–jika investasinya dipakai untuk dana pensiun, misalnya–masih berapa lama lagi sih? 10 tahun lagi? Well, kalau masih 10 tahun lagi, sejarah mengatakan bahwa pasar modal akan selalu kembali naik seiring ekonomi yang juga membaik, eventually.
Jadi, mari kembali ke tujuan keuangan dan tujuan investasimu. Dan, kamu pun akan bisa memutuskan, mau diapain itu investasi yang sedang anjlok. Jangan buru-buru dijual, tapi coba evaluasi lagi.

3. Nggak segera membuat budgeting baru
Padahal sudah jelas, kondisi berubah. Pemasukan berubah, demikian pula dengan pengeluaran. Prioritas dalam hidup pun berubah, harus disesuaikan dengan kondisi.
Jika kamu tak segera menyesuaikan pengeluaranmu dengan pemasukan ‘yang baru’, maka kesalahan keuangan ini bisa berakibat fatal di akhir bulan.
Hayok, cek lagi alokasi arus kas kamu sekarang. Mungkin kamu sudah enggak butuh anggaran buat kongko di kafe lagi, ngabuburit di mal lagi, atau membership gym. Uang yang dialihlokasikan bisa dipakai untuk memperkuat dana darurat.
Jangan dianggap uang nganggur atau uang sisa yang bisa kamu belanjain barang-barang aneh dari marketplace.
4. Pakai dana darurat tanpa perhitungan
Masa krisis berarti ini masa saat kita “dibolehin” memakai dana darurat. Dana ‘nganggur’ sebanyak 3 – 12 bulan kali pengeluaran itu ternyata banyak juga ya? Biar merasa aman dan nggak insecure lagi di masa pandemi, mendingan cairkan saja semua.
Jadi, berasa kayak dapat uang kaget enggak sih? Ngerasa kaya di tengah kepanikan itu bisa jadi senjata makan tuan. Kalau enggak percaya, lihat di poin pertama deh.
Dana darurat bukan uang kaget. Bukan uang nganggur. Dana darurat adalah dana yang dipakai di masa darurat, dan pemakaiannya harus diperhitungkan dengan teliti dan cermat. Kita enggak pernah bisa memprediksi kapan krisis ini akan benar-benar berakhir. Bisa tiga bulan lagi, bisa saja tahun depan.
Perpanjang napasmu. Hemat di awal, kalau sisa, kembalikan lagi ke tempat penyimpanan.

5. Menunggak cicilan utang
Yang punya cicilan utang, apa kabar? Apakah hari-hari belakangan terasa berat untuk mencicil? Kalau iya, kamu bisa mengajukan keringanan kredit sesuai aturan pemerintah.
Masa krisis seperti ini bukan waktunya untuk menambah masalah hidup dengan cicilan utang yang tertunggak. Ingat akan bunga dan dendanya, ini bisa menjadi kesalahan keuangan yang tidak perlu.
Seharusnya, cicilan utang ini akan aman jika kamu memang punya alokasi 30% dari penghasilanmu. Jadi, cek lagi. Apakah benar-benar berada dalam batas aman? Ataukah, kamu harus menyesuaikannya lagi lantaran penghasilanmu juga berubah sekarang (see point 2)? Yuk, cek lagi, jangan sampai cicilan utang tertunggak ini menjadi kesalahan keuangan berikutnya.
Krisis memang membuat kita jadi waswas. Tapi hal ini justru seharusnya membuat kita jadi lebih waspada dan hati-hati dalam bertindak, khususnya terkait keuangan.
Jangan sampai ada masalah baru akibat kesalahan keuangan yang kita lakukan gara-gara panik. Rasanya, nggak worth it banget deh.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Keuangan Perempuan di Masa Krisis Pandemi COVID-19
Selamat Hari Kartini! Lagi-lagi, tahun ini kita harus memperingati satu tanggal penting dalam suasana yang berbeda lagi, karena adanya pandemi COVID-19. Tahukah kamu, bahwa ternyata ada penelitian yang menyatakan, bahwa pandemi kali ini mempunya dampak yang berbeda pada dua jenis gender, utamanya pada keuangan perempuan dan laki-laki?
Adalah Michelle Tertilt, seorang ahli ekonomi Jerman, yang bersama koleganya melakukan penelitian terhadap dampak pandemi COVID-19 yang terjadi di Amerika Serikat. Seperti yang dilansir melalui situs BBC, ada beberapa hal penting yang patut digarisbawahi, terkait pengaruh pandemi terhadap keuangan perempuan selama terjadi wabah penyakit ini, yaitu:
- Terjadi kenaikan jumlah pengangguran akibat lockdown; sebanyak 1.4 juta orang di AS kehilangan pekerjaan saat ini. Persentase pertambahan pengangguran berjenis kelamin perempuan sebesar 0.9%, sedangkan laki-laki sebesar 0.7%.
- Setelah ada kebijakan work from home, hanya 22% dari pekerja perempuan yang bisa membawa pekerjaan mereka ke rumah, sedangkan ada 28% pekerja pria dapat menyelesaikan tugas dari rumah.
- Lebih banyak perempuan yang bekerja di sektor yang terkena imbas langsung oleh pandemi COVID-19, mulai dari usaha traveling dan pariwisata, restoran, hotel, hingga industri ritel (seperti bekerja di hypermarket atau mal).
- Kesenjangan upah ternyata benar-benar terjadi, seperti di AS, perempuan bergaji 85% lebih rendah ketimbang pekerja pria. Di Australia, pekerja perempuan hanya digaji 86% dari besaran gaji pekerja pria untuk tugas dan wewenang yang setara, sedangkan di India hanya 75%-nya.
- Lebih banyak perempuan yang menjadi orang tua tunggal. Di Amerika Serikat, dari 20 juta orang tua tunggal ternyata 3/4-nya adalah perempuan, dan mereka adalah orang-orang yang sangat terimbas oleh adanya pandemi COVID-19 ini.
Well, hang in there, ladies! Memang masa-masanya sedang sangat sulit sekarang ini ya. Dan sebagai perempuan, kita harus tetap mandiri dalam situasi apa pun.
Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk mengatur keuangan perempuan di saat-saat seperti ini?
5 Hal untuk Mengatur Keuangan Perempuan Agar Tetap Berdaya dan Mandiri Selama Masa Pandemi COVID-19

1. Cek penghasilan
Skema keuangan perempuan berubah. Penghasilan kita berubah, karena itu mari kita cek lagi, seberapa besarkah penurunan penghasilan kita selama beberapa bulan terakhir ini?
Ke depannya–mungkin hingga akhir tahun 2020–jangan terlalu berharap bahwa kondisi akan dengan segera pulih seperti sedia kala. Hanya butuh waktu sesingkat ini untuk meruntuhkan perekonomian, tetapi butuh waktu cukup lama untuk bisa pulih kembali. Tapi ini bukannya lantas enggak mungkin ya? Pasti suatu hari nanti, semua akan membaik.
But you have to prepare–bersiap kalau harus melewati masa-masa sulit sedikit lebih lama. So, yuk, cek penghasilanmu, cek juga dana daruratmu. Lakukan financial check up secara menyeluruh.
2. Utamakan cicilan
Saat ini yang paling penting dalam pengaturan keuangan perempuan dalam masa pandemi seperti ini adalah menyelamatkan cicilan utang. Ini adalah salah satu pos keuangan perempuan yang enggak boleh diutak-atik, termasuk saat pandemi seperti sekarang.
Harus tetap dibayar.
Jadi, alokasikan penghasilan pada pos ini. Sebisa mungkin jangan diubah. Ajukan keringanan kredit jika memungkinkan, sesuaikan dengan kebijakan si pemberi kredit. Mungkin kamu bisa meminta tenor yang lebih panjang, atau penghapusan bunga. Diskusikan dengan si pemberi pinjaman ya.

3. Lebih fleksibel pada anggaran
Di saat-saat sulit seperti ini, kamu boleh mengubah alokasi pengeluaranmu.
Misalnya saja, di situasi normal, kamu mewajibkan diri untuk bisa menyisihkan dana investasi sebesar 10% dari penghasilan. Nah, di situasi darurat seperti ini, kamu boleh menyesuaikannya. Kurangi jika perlu, atau hold dulu jika memang dibutuhkan.
Begitu juga dengan pos yang lain, misalnya lifestyle. Kamu enggak butuh untuk hangout di coffee shop atau ke mal dulu kan? Dananya bisa kamu alokasikan ke dana darurat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Begitu juga dengan uang transportasi, bisa kamu alihkan ke kuota internet, karena kamu akan butuh lebih banyak sekarang.
Begitu juga untuk menjalani bulan puasa yang sebentar lagi tiba. Coba cek artikel mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadan secara finansial ini ya.
4. Belanja cerdas
Sebagai perempuan–baik yang masih single ataupun yang sudah menikah–biasanya memang punya job desc untuk belanja kebutuhan rumah dan/atau rumah tangga.
Yuk, makin cerdas belanja di masa pandemi COVID-19 ini! Belanjalah sesuai kebutuhan, no impulsive/panic buying, no stock piling, bijak menyusun menu makan dan juga camilan, bijak menentukan mana yang bisa ditunda dan mana yang harus diprioritaskan.

5. Cari peluang baru
Dan akhirnya, yes, kita harus tetap mandiri. Mungkin di antara kamu ada yang sekarang sudah dirumahkan atau bahkan kena PHK. Oke, ini memang bukan masa-masa yang mudah pastinya, tetapi jangan berlama-lama bersedih menekuri nasib tanpa berbuat apa-apa.
Yuk, coba cari cara untuk mencari peluang baru. Kamu bisa memanfaatkan hobimu untuk membuat pemasukan baru, atau kamu bisa mencoba bisnis. Bisnis apa? Jualan dong! Kamu bisa masak? Kamu bisa jualan hasil masakanmu ke tetangga kanan-kiri. Atau, kamu coba cari peluang untuk menjadi reseller bahan-bahan makanan beku.
Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan perempuan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.