Saat Gaji Terlambat Dibayarkan, 5 Hal untuk Dilakukan
Adakah yang pernah mengalami gaji terlambat dibayarkan? Gimana ya, rasanya? Hmmm, gaji yang ditunggu, mau dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ternyata nggak nongol juga di rekening. Hadeh. Apa kabar topup reksa dana nih? Boro-boro, mau ngopi aja berarti mesti ganti kopi sachet dulu.
Yah, begitulah. Dunia kerja dan segala permasalahan dan isunya. Terkait juga sih dengan perputaran roda bisnis, kalau tersendat, ya bisa jadi semua-mua jadi kena efek. Paling nggak enak, kalau hak-hak karyawan mulai terhambat.
Well, bisa dibilang, saat gaji terlambat dibayarkan ini merupakan salah satu “isyarat” paling jelas bahwa perusahaan sedang berada di kondisi yang sangat sulit. Karena ketika perusahaan terlambat membayarkan gaji, itu berarti sebenarnya mereka sedang menghadapi ancaman sanksi dari negara, selain mungkin bisnis mereka sendiri juga sedang terancam.
Sanksi dari negara? Iya, ada lo aturannya mengenai keterlambatan pembayaran gaji. Mari kita kutip sedikit.
Seperti yang sudah disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan pada Pasal 55 ayat (1), bahwa pengusaha yang terlambat membayar dan/atau tidak membayar upah dikenai denda, dengan ketentuan:
- Keterlambatan pemberian upah mulai dari hari ke-4 – hari ke-8, pengusaha dikenakan denda sebesar 5% per hari.
- Keterlambatan pemberian upah sampai dengan sesudah hari ke-8, pengusaha akan terkena denda keterlambatan 5% (seperti poin 1 di atas) dan ditambah 1% per hari keterlambatan, dengan ketentuan 1 bulan tidak boleh melebihi 50% dari besaran upah yang seharusnya dibayarkan.
- Saat gaji terlambat dibayarkan sampai lebih dari 1 bulan, maka pengusaha dikenakan denda keterlambatan 5% + 1% (seperti ketentuan poin 1 dan 2 di atas) dan ditambah bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada bank pemerintah.
- Pengenaan denda sebagaimana dimaksud di atas tidak menghilangkan kewajiban pengusaha untuk tetap membayar upah, seperti yang dijelaskan pada Pasal 55 ayat 2 PP Pengupahan.
Nah lo. Banyak ternyata sanksinya ya? Karena itu, sepertinya kan enggak mungkin ada perusahaan yang sengaja menghambat pemberian gaji, bukan? So, kalau kamu ngalamin gaji terlambat dibayarkan, maka ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan segera, demi bisa memperpanjang hidup sampai ada pemasukan lagi.
Jika Gaji Terlambat Dibayarkan, Apa yang Harus Kamu Lakukan?
1. Tanyakan penyebabnya
Biasanya sih–menurut pengalaman yang sudah-sudah–saat perusahaan sedang dalam kesulitan, pihak manajer tidak akan serta merta mengumumkan kondisi tersebut pada anak buah secara langsung dan terbuka. Mereka hanya akan membicarakannya dengan pihak-pihak tertentu yang punya andil dalam situasi darurat tersebut.
Tapi, kalau sampai gaji terlambat dibayarkan, ada baiknya karyawan langsung bertanya (bisa melalui HR) mengenai penyebabnya, dengan kalimat yang baik tentu saja. Setelah mengetahui penyebab, kita sebagai karyawan juga berhak tahu, sampai kapankah situasi ini akan “dipertahankan”. Kita berhak tahu dan mendapatkan kepastian, harus sampai kapan kita menunggu.
Nah, kalau perlu, ajak rekan-rekan kerja yang lain untuk ikut berdiskusi dengan pihak manajemen terkait hal ini. Yang penting, jangan emosional, kepala harus tetap dingin, dan berdiskusilah untuk menemukan solusi bersama.
2. Cek dana darurat
Langkah kedua yang harus segera dilakukan saat gaji terlambat dibayarkan adalah mengecek kondisi dana darurat kita. Semoga sih, sudah ada dana darurat seenggaknya 4 kali pengeluaran bulanan ya. Ini minimal banget nih. Buat yang sudah berkeluarga, pastinya akan lebih aman kalau memenuhi 9 kali pengeluaran bulanan.
3. Lakukan financial checkup
Lalu, setelah mengecek kondisi dana darurat, segera lakukan financial checkup. Berapa tabungan yang ada sekarang, berapa pengeluaran bulanan (sekalian dicek, apa saja yang bisa dipangkas dan dihemat), dan kemudian cek posisi utang dan cicilan.
Meski keringat dingin akan mengucur selama melakukan financial checkup, tapi ini penting banget untuk dilakukan ya. Biar kita tahu pasti posisi kita berada di mana.
4. Bersiap untuk kemungkinan terburuk
Nah, setelah melakukan financial checkup, maka segeralah bersiap untuk kemungkinan terburuk. Apa itu? Duh, mesti banget disebutkan ya? Amit-amitlah ya, semoga enggak perlu terjadi, tapi kita harus tetap siap.
Yang pasti, tetap tenang jangan panik. Bisa saja memang ini sudah waktunya kita berhenti, mundur sejenak, lalu melihat peluang lain yang lebih baik.
5. Pertimbangkan apakah perlu menempuh jalur hukum
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI), sebagai karyawan kita bisa menyelesaikan perkara ini melalui beberapa cara. Yaitu cara bipartit (antara karyawan dan perusahaan), tripartit (dengan menghadirkan mediator antara karyawan dan perusahaan), ataupun dengan cara pengadilan hubungan industrial.
Well, memang prosedurnya akan panjang. So, pertimbangkan dengan saksama, apakah memang ini jalur yang akan ditempuh demi mendapatkan hak kita sebagai karyawan, ataukah move on saja dan mencari alternatif penghasilan yang lain.
Yuk. gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, terutama untuk membantumu melewati saat-saat tersulit dalam hidup. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.
Karyawan Net TV Diminta Mengundurkan Diri untuk Efisiensi – 5 Pertimbangan Jika Hadapi Masalah yang Sama
Rumor sudah beredar sejak lama, bahwa Net TV hendak memutuskan hubungan kerja–atau mem-PHK–karyawannya, lantaran salah satu saluran televisi tersebut sekarang sedang mengalami kendala keuangan yang parah. Namun, rumor ini dibantah oleh pihak manajemen Net TV. Katanya sih, yang lebih tepat adalah Net TV menawarkan pengunduran diri pada karyawan, demi efisiensi.
So, netizen pun sontak bereaksi–ya seperti biasanyalah ya. Satu pihak ada yang mendoakan Net TV untuk bertahan, lain pihak ada yang memberi dukungan pada karyawan Net TV untuk tetap bertahan dan nggak mengundurkan diri. Yang terakhir ini baik demi keberlangsungan siaran-siaran Net TV maupun agar Net TV jangan melalaikan kewajiban mereka sebagai pemberi kerja yang seharusnya memberikan pesangon bagi karyawan yang diberhentikan.
Sementara, pihak Net TV sendiri menjelaskan, sudah banyak karyawan yang menerima penawaran untuk mengundurkan diri dengan benefit ini. Bahkan sudah banyak pula yang membuat surat pengunduran diri dan diterima oleh HRD.
Memang tak ada yang menginginkan hal ini terjadi ya? Karyawan enggak, apalagi perusahaan. Mereka juga enggak mau nutup bisnisnya begitu saja, pastinya. Ingat akan kasus Giant menutup beberapa gerai supermarketnya 2 bulan lalu kan? Pastinya keputusan ini nggak mudah. Hendak langsung memutuskan hubungan kerja juga ada aturannya, salah satunya harus memberikan pesangon pada karyawan yang jumlahnya berkali-kali lipat dari gaji bulanan mereka. Tentunya, ini bisa dibilang mimpi buruk buat perusahaan yang sedang kesulitan keuangan, bukan?
Bagaimana denganmu, jika kamu harus menghadapi situasi yang sama dengan karyawan Net TV–ditawari pengunduran diri dengan benefit karena perusahaan sedang kesulitan keuangan dan harus melakukan efisiensi? Apakah kamu akan menolaknya, ataukah menerimanya?
5 Pertimbangan menerima atau menolak penawaran pengunduran diri massal seperti halnya Net TV
1. Sudah siapkah?
Mari kita lihat kondisi kita sendiri dulu. Siapkah kita untuk kehilangan pekerjaan? Well, jawaban semua orang sih pasti akan seragam dan bisa diduga sih, enggak akan siap. Apalagi kalau sebelumnya kita sudah merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Pasti bikin patah hati banget sih.
Tapi itu soal hati sih. Mari kita lihat secara real–pertanyaannya masih sama: apakah kita sudah siap kehilangan pekerjaan? Punya dana darurat berapa? Bagaimana kita nanti akan hidup selama beberapa lama tanpa gaji yang teratur? Apakah ada peluang untuk berbisnis? Apa punya hobi yang bisa dikaryakan? Adakah orang yang bisa menampung? Dan seterusnya.
Jawaban-jawaban kita untuk beberapa pertanyaan di atas akan sangat menentukan keputusan akhir kita, apakah kita akan menerima ataukah menolak penawaran pengunduran diri massal jika sampai harus mengalami kasus seperti Net TV di atas.
2. Jangan emosi dan terbawa suasana
Orang boleh menyarankan kita untuk bertahan atau segera resign–dengan alasan yang menurut mereka paling benar. Tapi ingat, kita lo yang menjalani hidup, kita yang nanti akan harus mencari solusi dan berusaha melewati masalah ini. Yes, kita sendiri. Bukan orang lain–apalagi yang cuma asal komen tanpa pernah ngerasain hal yang sama.
Jadi, untuk karyawan Net TV, jangan terbawa trending topic “We Love Net TV” ya, itu hidup kalian lo! Cobalah untuk tetap tenang, jangan terbawa emosi sesaat apalagi cuma karena baper. Berpikirlah realistis, karena ini soal hidup. Mesti dipikir dengan kepala.
Jika terasa hati mulai baper dan emosi, kembalilah pada pertanyaan-pertanyaan di atas tadi. Dan berusaha untuk mencari jawaban yang paling masuk akal dan paling bisa diterima oleh diri kita sendiri. Nggak usah dengerin orang lain.
3. Pertimbangkan benefit
Apa sih benefit yang diberikan oleh pihak perusahaan? Kalau di Net TV, benefitnya adalah dana yang jumlahnya–konon–lebih besar daripada gaji bulan-bulan sebelumnya. Pertimbangkan antara benefit dan kelayakannya untuk kita terima.
Seharusnya benefit yang ditawarkan memang disesuaikan dengan masa kerja dan kinerja kita selama masih bekerja di perusahaan tersebut. Jika memang dirasa kurang seimbang, kita tetap bisa mengajukan negosiasi–meski perusahaan sedang dalam kesulitan. Kita tetap berhak mendapatkan solusi yang baik kok, setidaknya yang win-win solution.
4. Review karier sejauh ini
Apakah kita sekarang masih dalam masa fresh graduate? Ataukah, kita sudah termasuk karyawan senior? Hal ini juga akan memengaruhi keputusan akhir kita.
Saat kita masih fresh graduate, seenggaknya hingga 2 tahun masa kerja setelah kuliah, ke depannya jalan karier kita masih panjang. Masih terbuka banyak kesempatan untuk mengejar dream job kita. Jika tidak di perusahaan yang sekarang, pasti di perusahaan lain. Mau pindah kerja, enggak jadi masalah. Banyak perusahaan yang akan mau menerima kita dari sisi usia. Tinggal skill, attitude, dan luck saja yang menentukan kemudian.
Kondisi ini akan berbeda kalau kita sudah termasuk senior. Batasan usia biasanya sudah jadi kendala. Skill kita yang sudah menengah atas, kadang juga membuat kita jadi over-qualified. Tak banyak perusahaan yang membuka kesempatan bergabung.
5. Mana yang lebih sehat?
Saya pernah bekerja di perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan hingga menuju bangkrut. Satu hal yang khas banget selalu terjadi: gaji terlambat dibayarkan.
Ada satu masa ketika saya mencoba bertahan. Pikir saya, “Enak banget kalau saya mengundurkan diri. Utangnya masih banyak.” Posisi saat itu gaji saya belum dibayar 3 bulan, plus masih ada piutang fee untuk beberapa proyek menulis yang seharusnya sudah sejak awal kerja saya terima.
Tapi, pikir punya pikir, hal itu enggak sehat juga. Kalau saya bertahan, belum tentu juga kondisi perusahaan membaik. Ditambah lagi keengganan move on ini akan membuat saya stuck, malah jadi enggak bisa fokus untuk mencari sumber penghasilan lain. Memangnya berapa lama lagi saya bisa bertahan? Kan sudah enggak digaji 3 bulan.
Nah, sampai di sini, kita memang perlu tahu, mana pilihan yang paling sehat untuk hidup kita. Bertahan di perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan seperti halnya Net TV, ataukah lebih baik move on dan segera mencari alternatif penghasilan yang lain, sebelum dana darurat terkuras untuk membiayai hidup yang stuck di tempat.
Karena itu, persiapan atas segala hal yang buruk itu adalah koentji. Keuangan, terutama.
So, mari kita lihat, kondisi kita hari ini. Kita sudah bekerja Senin sampai Jumat (ditambah lembur Sabtu dan Minggu), jam kerja yang panjang, dengan tingkat stres yang lumayan … apakah sudah punya persiapan jika ada hal buruk yang terjadi?
Yuk. gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, terutama untuk membantumu melewati saat-saat tersulit dalam hidup. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.