Efek Keuangan Pribadi yang Bisa Terjadi di Era Pemerintahan Indonesia yang Baru
Pemerintah Indonesia memasuki era baru dengan sejumlah rencana kebijakan yang dapat memengaruhi kondisi ekonomi. Perubahan ini mencakup berbagai sektor, dari pajak hingga subsidi, yang akan berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
Setiap kebijakan baru dalam sebuah negara memang berpotensi membawa peluang dan tantangan bagi kondisi keseharian kita sebagai warga negara. Termasuk keuangan pribadi. Hal ini sebenarnya enggak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di negara mana pun. Termasuk juga di Amerika Serikat, yang baru saja selesai melakukan pemilu. Warga negaranya juga sedang harap-harap cemas menghadapi perubahan yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
So, penting untuk memahami bagaimana perubahan ini bisa memengaruhi pengeluaran, pendapatan, dan cara mengelola uang di masa depan. Meskipun yah, kita hanya rakyat jelata, bukan yang duduk di pembuat ataupun penetap kebijakan.
Table of Contents
Beberapa Janji Kebijakan Ekonomi Pemerintah Indonesia yang Baru dan Pengaruhnya terhadap Keuangan Pribadi
Jangan kecil hati karena kita rakyat jelata. Justru kita adalah rakyat, ekonomi negara itu bisa kena efek kalau kita kenapa-napa. Jadi, mari kita coba lihat, apa saja kebijakan pemerintah Indonesia yang baru terkait ekonomi dan pengaruhnya terhadap kondisi keuangan pribadi kita. Sekali-kali belajar dengan menyinggung ekonomi makro yuk.
1. Pertumbuhan Ekonomi 8%
Dikutip dari situs Kemenkeu, pemerintah Indonesia yang baru menetapkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%. Untuk mencapainya, sudah pasti diperlukan sinergi antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan investasi besar senilai Rp1.900-2.000 triliun, lebih tinggi dibanding target Rp1.650 triliun pada 2024.
Buat rakyat jelata, ini bisa berarti beberapa hal:
Harga Barang dan Jasa
Jika fokus pada swasembada pangan dan energi berhasil, harga kebutuhan pokok seperti beras atau bahan bakar bisa lebih stabil, bahkan turun. Tapi jika ada hambatan, seperti gagal panen atau kenaikan harga bahan baku, biaya hidup bisa naik.
Peluang Kerja Baru
Dengan target investasi hingga Rp2.000 triliun, banyak proyek besar seperti pembangunan pabrik, jalan, atau teknologi baru yang membutuhkan tenaga kerja. Ini bisa membuka lebih banyak lapangan kerja, baik di kota maupun desa.
Peluang Usaha Kecil
Ketika investasi besar masuk, usaha kecil seperti katering, transportasi lokal, atau pemasok bahan mentah juga ikut diuntungkan. Peluang usaha ini bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan.
Utang dan Pajak
Kalau pemerintah fokus menarik investasi besar, ada kemungkinan subsidi dikurangi atau pajak dinaikkan, seperti rencana PPN 12% di 2025. Ini bisa membuat biaya hidup naik sedikit, terutama untuk barang dan jasa yang sering digunakan.
Suku Bunga dan Pinjaman
Untuk mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi, suku bunga mungkin akan dijaga tetap rendah agar pinjaman lebih terjangkau. Ini menguntungkan untuk cicilan rumah, mobil, atau modal usaha.
Lalu, apa pengaruhnya untuk keuangan pribadi kita? Bisa jadi:
- Dengan kemungkinan harga naik atau turun, perlu menyesuaikan anggaran untuk memastikan kebutuhan pokok tetap terpenuhi.
- Sektor pangan dan energi mungkin jadi investasi menarik. Belajar tentang reksa dana, saham, atau usaha kecil bisa jadi langkah awal.
- Siapkan dana darurat, untuk berjaga-jaga jika ada kenaikan harga atau pengeluaran mendadak.
- Cari pekerjaan atau usaha yang sesuai dengan kebutuhan proyek-proyek besar di sekitar.
Dengan rencana ini, hasilnya bisa positif atau menantang tergantung eksekusinya, sehingga perlu fleksibilitas dalam mengelola keuangan.
Baca juga: Orang Indonesia Masih Suka Makan Tabungan: Apa Maksudnya dan Bagaimana Cara Mengatasinya
2. Pajak Properti Dihapus
Rencana pemerintah Indonesia untuk menghapus pajak properti, seperti PPN (11%) dan BPHTB (5%), bertujuan supaya masyarakat dapat membeli rumah dengan lebih mudah. Bahkan, ada wacana penghapusan uang muka (DP) untuk rumah. Ini artinya:
Harga Rumah Jadi Lebih Terjangkau
Tanpa pajak properti, harga rumah bisa turun hingga 16%. Misalnya, rumah yang sebelumnya Rp500 juta akan lebih murah sekitar Rp80 juta. Ini membuat rumah lebih terjangkau bagi masyarakat yang sebelumnya kesulitan.
Lebih Mudah Punya Rumah
Jika DP juga dihapus, masyarakat bisa membeli rumah tanpa harus menyiapkan uang besar di awal. Hal ini membantu terutama bagi keluarga muda atau pekerja dengan penghasilan pas-pasan.
Peningkatan Akses Properti
Kebijakan ini bisa membuka peluang lebih besar bagi masyarakat kecil untuk memiliki tempat tinggal sendiri, bukan hanya menyewa.
Lebih Banyak Pilihan Tempat Tinggal
Beli rumah jadi lebih realistis karena biaya awal yang biasanya berat, karena ada pajak dan DP, jadi enggak lagi menjadi kendala. Hal ini memungkinkan masyarakat umum bisa memiliki rumah.
Kemudahan Kredit Rumah
Dengan DP dihapus, masyarakat bisa langsung mencicil rumah. Namun, penting untuk menghitung cicilan bulanan agar engga membebani anggaran juga.
Kesempatan Investasi Properti
Rumah enggak hanya untuk tempat tinggal tetapi juga bisa menjadi aset investasi. Harga properti cenderung naik seiring waktu, sehingga ini adalah kesempatan untuk menambah kekayaan dalam jangka panjang.
Risiko Utang
Tanpa DP, banyak orang bisa jadi akan tergoda membeli rumah di luar kemampuan. Ini bisa menimbulkan beban utang besar jika penghasilan tidak cukup untuk membayar cicilan.
Jadi gimana nih, ada keuntungan dan juga ada kerugiannya. Ya, enggak apa. Ayo kita atur saja dengan cara ini:
- Pilih rumah sesuai kemampuan, jangan tergoda membeli rumah mewah hanya karena pajak dan DP dihapus.
- Siapkan dana cadangan untuk cicilan agar tetap aman jika penghasilan terganggu.
- Pertimbangkan rumah sebagai investasi jangka panjang, terutama di lokasi yang berkembang.
Jika kebijakan pemerintah Indonesia ini benar diterapkan, dampaknya sangat positif bagi masyarakat berpenghasilan rendah, asalkan pengelolaan cicilan dilakukan dengan bijak.
Baca juga: Orang Indonesia Sulit Nabung, Cuma Bisa 3% dari Gaji, Kok Bisa?
Perubahan yang dilakukan pemerintah Indonesia bisa jadi membawa dampak nyata pada kehidupan sehari-hari. Mari kita dukung saja, dan siap untuk segala kemungkinan. Yah, bagaimanapun, kita hidup bareng di negeri ini kan? Sebagai rakyat, ya sudah jadi kewajiban kita untuk mendukung apa pun program pemerintah, dan mengkritisinya jika memang tidak memihak pada rakyat.
So, boleh saja protes dan kritis. Tetapi, kita juga perlu menyesuaikan strategi keuangan pribadi kita seperlunya, agar kemudian kita bisa beradaptasi terus dengan perubahan yang akan selalu ada.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jokowi: Rakyat Harus Lebih Banyak Belanja – Begini Cara Belanja Hemat tanpa Kalang Kabut
Beberapa waktu yang lalu, Presiden Jokowi mendesak agar masyarakat mau belanja lebih banyak demi mendorong pertumbuhan ekonomi. Tak berarti Presiden mengajak kamu untuk boros sih. Pernyataan beliau didasari oleh data bahwa ada sebanyak Rp690 triliun tabungan bank mengendap di tahun 2022. Ini artinya masyarakat kita terlalu banyak menabung, dan lupa belanja.
Loh, bukannya bagus ya kalau kita rajin menabung, dan mengurangi belanja? Bukannya itu kan yang terus disarankan oleh perencana-perencana keuangan?
Well, enggak gitu juga sih, tapi. Faktanya, negara ini tuh butuh peredaran uang yang lancar agar ekonomi terus bergerak. Menabung memang bagus, tetapi uang tidak akan bergerak kalau hanya ‘ngendon’ di tabungan. Berbeda dengan misalnya kamu investasikan. Nah, investasi ini adalah uang yang bergerak. Menabung artinya kamu hanya menaruh uang di rekening, uangnya dianggurin saja.
Masih belum paham?
Yuk, kita lihat penjelasannya.
Belanja Membuat Pertumbuhan Ekonomi Menjadi Lebih Baik
Masih diungkapkan oleh Presiden Jokowi, pada 2022, konsumsi masyarakat atau rumah tangga adalah sebesar 4,93 persen. Pemerintah berharap, agar konsumsi masyarakat tahun ini bisa meningkat sebesar 5,4 persen hingga 2024.
Jika hal ini terjadi, otomatis pertumbuhan ekonomi juga akan terakselerasi. Karena itu, yang berkaitan dengan konsumsi masyarakat sebaiknya ya didorong.
Saat tabungan banyak di bank, maka itu artinya kita sedang banyak menahan diri; nggak belanja; nggak kulineran; nggak healing-healing. Nah, hal ini jika berlarut-larut bisa membuat perekonomian terhenti lo!
Belanja menciptakan permintaan di pasar
Belanja masyarakat memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional karena dapat menciptakan permintaan di pasar.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa, ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi mereka untuk memenuhi permintaan yang ada. Dengan meningkatkan produksi, maka akan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat.
Belanja meningkatkan pendapatan banyak pihak
Dalam skala yang lebih besar, belanja masyarakat juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional melalui mekanisme multiplier effect.
Ketika masyarakat membelanjakan uang mereka, maka uang tersebut akan beredar di dalam perekonomian dan meningkatkan pendapatan perusahaan, pekerja, dan pemerintah. Pendapatan yang meningkat ini akan mendorong konsumsi lebih lanjut dan menghasilkan lebih banyak pendapatan di dalam perekonomian. Ini akan menciptakan efek domino yang pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas ekonomi nasional.
Belanja memperbaiki neraca perdagangan
Selain itu, belanja masyarakat juga dapat memperbaiki neraca perdagangan suatu negara. Jika masyarakat membelanjakan uang mereka untuk membeli barang dan jasa buatan dalam negeri, maka ini akan meningkatkan permintaan untuk barang dan jasa lokal, dan pada akhirnya mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.
Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan ekspor dalam negeri, yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
So, sampai di sini paham ya, bahwa untuk memaksimalkan potensi spending money masyarakat sebagai faktor penentu pertumbuhan ekonomi nasional, penting bagi pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang menguntungkan dan stabilitas dalam perekonomian, dan memberikan insentif bagi masyarakat untuk spending lebih banyak.
Belanja Tanpa Kalang Kabut
Tapi ya gimana ya, Pak? Mau belanja itu sekarang juga waswas, karena kondisi perekonomian ke depan itu kok ya masih gelap. Bahkan kemarin juga ada prediksi resesi kan?
Mungkin kamu adalah salah satu yang berpikir demikian.
Ya, pemikiranmu itu betul. Meski sangat dianjurkan agar pertumbuhan ekonomi negara kita membaik, tetapi ya tetap harus dilakukan dengan bijak. Seneng-seneng aja sih, tapi kalau cash flow terus kacau dan duitnya terus habis, gimana?
Ada beberapa strategi yang dapat membantu kita belanja banyak tanpa menguras dompet dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Gimana caranya?
Buatlah daftar belanjaan dan anggaran yang realistis
Sebelum membeli barang atau jasa, buatlah daftar belanjaan dan tetapkan anggaran yang realistis sesuai dengan perencanaan keuangan yang sudah kita buat, penghasilan dan kebutuhan kita. Dengan cara ini, kita dapat menghindari pemborosan dan memastikan bahwa apa yang kita beli sesuai dengan anggaran.
Pilih barang yang berkualitas
Memilih barang atau jasa berkualitas memang memerlukan biaya lebih tinggi, tetapi hal ini justru bisa membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Barang berkualitas cenderung lebih tahan lama dan memerlukan biaya perbaikan atau penggantian yang lebih sedikit, sehingga dapat membantu kita menghemat uang dalam jangka panjang.
Manfaatkan promo dan diskon
Cari tahu tentang promo dan diskon dari toko atau penyedia jasa yang kita pilih.
Dengan memanfaatkan promo dan diskon yang tersedia, kita dapat menghemat uang dan pada saat yang sama masih bisa membeli barang atau jasa yang kita butuhkan.
Gunakan kartu kredit dengan bijak
Jika kita menggunakan kartu kredit untuk belanja, pastikan untuk membayar tagihan secara penuh setiap bulan untuk menghindari biaya bunga yang tinggi.
Selain itu, cari tahu tentang program cashback atau rewards dari kartu kredit kita yang dapat membantu kita menghemat uang atau mendapatkan keuntungan tambahan.
Prioritaskan produk lokal
Ketika membeli barang atau jasa, prioritaskan produk dalam negeri untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal dan memperkuat pasar dalam negeri. Ini dapat membantu membangun industri dalam negeri yang lebih kuat dan pada saat yang sama membantu kita memenuhi kebutuhan kita.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat belanja banyak tanpa membuat dompet kita jebol dan pada saat yang sama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Gimana? Sudah siap mau belanja sekarang?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
UMR Naik di Tahun 2023, Ini Cara Mempertahankan Biaya (Gaya) Hidup
Kementerian Ketenagakerjaan mengeluarkan aturan resmi kenaikan upah minimum UMK dan UMR naik tidak boleh lebih dari 10% di tahun 2023. Pastinya sih dengan mempertimbangkan kondisi setiap daerah ya, yang biasanya terdiri atas variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indeks-indeks lainnya.
Jadi … Hore, gaji naik!(?) Lalu, apakah sekarang kamu merasa punya gaji ideal, sehingga bisa kamu guanakan semaunya?
Sebentar, ternyata selain gaji naik, ada juga beberapa dampak lain yang bisa terjadi kalau UMR naik di tahun 2023. Apa saja? Mari kita lihat.
Dampak jika UMR Naik
1. Daya beli meningkat
UMR naik, artinya daya beli masyarakat secara umum juga akan meningkat, yang kemudian juga berpengaruh pada dunia usaha itu sendiri. Konsumsi domestik meningkat, karena para pekerja lebih mampu untuk membeli barang-barang kebutuhan mereka. Lebih jauh lagi, gaya hidup bisa jadi juga meningkat.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pastinya ini adalah hal yang bagus. Namun, dari sisi keuangan pribadi, jika tidak dikelola dengan baik, naiknya gaji bisa menjebak sehingga gaya hidup juga meningkat.
2. Bisa memenuhi kebutuhan yang lebih layak
Dengan daya beli yang meningkat, maka beberapa kebutuhan—yang mungkin tadinya bisa dipenuhi sekadarnya—sekarang bisa dipenuhi dengan lebih layak. Dengan demikian, kesejahteraan pun bisa lebih baik.
3. Pengeluaran meningkat
Dampak dari daya beli yang lebih tinggi adalah harga kebutuhan yang juga akan menyesuaikan. Artinya, pada akhirnya pengeluaran juga akan lebih banyak. Karena ya itu tadi, berkaitan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan yang lebih baik plus harga kebutuhan yang juga akan naik menyesuaikan.
4. Omzet bisnis kecil naik
Kalau UMR naik dan daya beli masyarakat umum meningkat, maka omzet bisnis kecil juga akan naik seiring perkembangannya.
Tentu saja hal ini adalah dampak yang bagus, karena bisnis kecil—utamanya UMKM—merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia.
5. Bisa terjadi pemutusan hubungan kerja
Saat UMR naik, maka pelaku bisnis kecil UMKM juga harus menaikkan upah karyawan atau pekerjanya agar bisa tetap bertahan. Tentu ini bukan hal yang sulit jika omzet bisnis juga baik.
Nah, masalahnya adalah ketika ternyata perkembangan bisnis ke depannya kurang baik. Sudahlah bisnis perusahaan lesu, pengeluaran juga besar. UMR naik, tetapi pihak pemberi kerja tidak mampu menyesuaikan upah untuk karyawan atau pekerjanya, maka opsi PHK mungkin harus dilakukan.
So, UMR naik memang kemudian bisa berdampak positif ataupun negatif. Tinggal bagaimana kita mengelola “hasil UMR naik” ini, agar meskipun daya beli kita meningkat tetapi pengeluaran tetap bisa dikendalikan.
Mempertahankan Biaya (Gaya) Hidup karena UMR Naik
So, lagi-lagi reminder nih. Bahwa gaji boleh saja naik, biaya hidup mungkin juga akan naik—tapi, lifestyle alias gaya hidup harus dipertahankan sebisa mungkin. Alias gaya hidup tak perlu ikut naik juga.
Jangan sampai terjebak sendiri. Karena merasa gajinya lebih banyak (padahal ya maksimal 10% saja), yang tadinya nongkrong di kafe cukup sebulan sekali tiba-tiba merasa perlu untuk ngafe seminggu sekali. Yang tadinya kalau belanja lebih suka di toko sembako dan kelontong di kampung sebelah, tiba-tiba lebih nyaman untuk belanja di hypermart. Yang tadinya cukup langganan paket streaming smartphone, tahu-tahu upgrade paket ke yang paling komplet.
Ouch! Tahu-tahu, enggak bisa menabung lagi. Tahu-tahu, lupa investasi. Malah jadi punya utang konsumtif. Gaji lebih besar, utangnya bengkak. Wadidaw!
1. Financial check up
Oke, penghasilan bertambah—meski kecil—tapi bisa mengubah kondisi keuangan. Jadi, mari mulai dari melakukan financial check up.
Periksa:
- Berapa pemasukan atau penghasilan total yang kamu miliki sekarang, termasuk yang di luar gaji?
- Berapa kebutuhan hidup pokok standar yang sudah kamu jalani? Bandingkan dengan yang sekarang, apakah masih sama atau berbeda? Kalau berbeda, apanya yang beda?
- Ada pembengkakan biaya di pos apa? Bagaimana sifatnya, urgent atau tidak? Kebutuhan atau keinginan? Bagaimana jika bulan depan tidak dipenuhi, apakah kamu tetap bisa hidup dengan nyaman?
- Masih bisa investasi minimal 10%? Jika tidak, mampu investasi berapa?
- Apakah utang bisa segera dilunasi demi beban yang lebih ringan? Jika ya, cari cara untuk segera lunasi saja.
2. Tentukan penggunaan selisihnya
So, kalau setelah financial check up kamu menemukan bahwa seluruh pos pengeluaran aman—dalam arti, sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan—maka kamu bisa tentukan penggunaan selisih dari nominal UMR naik yang kamu dapatkan.
Misalnya saja, gaji awal kamu Rp5.000.000. Ternyata oleh kantor tempat kamu bekerja, gaji disesuaikan dengan ketentuan UMR naik dari pemerintah maksimal 10%. Maka, sekarang kamu akan menerima gaji sebesar Rp5.500.000.
Nah, selisihnya yang sebanyak Rp500.000 sebaiknya hendak digunakan untuk apa?
Tentu saja, enggak masalah jika kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semula tidak dapat dipenuhi dengan baik. Namun, ada baiknya juga kamu alokasikan untuk menambah aset. Misalnya, menambah investasi, atau bisa juga menambah dana daruratmu.
Intinya, selisih yang lebih besar itu harus benar-benar dipastikan digunakan untuk hal-hal yang penting, yang akan bermanfaat hingga jangka waktu yang lebih panjang. Lebih bijak kan?
3. Tetap seimbangkan cash flow
Jaga cash flow agar selalu positif. Ini adalah prinsip dari pengelolaan keuangan yang baik. Gaya hidup naik? Boleh saja, tapi cash flow tetap positif.
Mungkin kamu berpikir, bahwa dengan UMR naik yang berarti gaji juga naik, maka cash flow pasti positif. Jangan salah, kan kamu sudah baca penjelasan di atas. Bahwa ketika gaji naik, ada kecenderungan lifestyle juga naik. Akibatnya, bisa saja sekarang malah negatif.
So, bisa saja kamu mencapai hal ini dengan menambah penghasilan lagi. Mulai side hustling mungkin? Atau punya bisnis kecil-kecilan?
Nah, bagaimana? Apakah kamu sudah menghitung, berapa peluangmu untuk bisa naik gaji tahun depan mengikuti ketentuan UMR naik?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jangan Takut Resesi 2023, Ini Bukti Kita Selalu Survive!
Resesi 2023 diramalkan datang! TBL! TBL! TBL!
Tenang, tenang. Memang ya, yang namanya berita buruk itu gampang banget buat viral. Langsung deh diributkan di mana-mana. Termasuk soal resesi 2023 yang bakal mengglobal dan sudah mulai terlihat tanda-tandanya menyerang sejumlah negara maju.
Resesi ekonomi adalah terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi selama 2 kuartal berturut-turut dalam sebuah negara. Hal ini lantas berdampak pada aktivitas ekonomi keseluruhan, meliputi aktivitas industri dan perdagangan dalam negara tersebut. Resesi bisa dikatakan tak akan bisa dihindari karena merupakan bagian dalam sebuah siklus, dan hal ini sangat lumrah terjadi di negara mana pun.
Sejarah mengatakan, kita sudah berkali-kali mengalami resesi, tak hanya resesi 2023 yang “baru” diramalkan datang. Tapi, herannya, kenapa semua orang tampak panik betul menghadapi pemberitaan ini? Bahkan, kalau kamu membaca artikel ini, itu artinya kamu sudah pernah survive di salah satu resesi lo!
Sebagai bukti kita selalu survive, coba kita lihat beberapa sejarah mundurnya perekonomian yang pernah terjadi di dunia sebelum resesi 2023 diprediksikan datang.
Resesi Ekonomi yang Pernah Terjadi dan Terbesar
Krisis 1772
Tahun 1772, dunia pernah dilanda Krisis Kredit, atau The Credit Crisis, yang bermula di London. Saat itu, Kerajaan Inggris mengumpulkan aset dengan mengambil kepemilikan wilayah kolonialnya, yang kemudian disambut dengan antusiasme yang berlebihan dari bank-bank di Inggris. Hal ini lantas memicu mereka melakukan ekspansi kredit besar-besaran.
Kepanikan terjadi ketika ada pihak yang mendadak kabur ke luar negeri untuk menghindari pembayaran utang yang jumlahnya sangat besar. Para kreditur mulai menarik uang tunai secara masif dari bank. Hal ini juga menyebar ke Skotlandia, Belanda, dan seluruh koloni Inggris Amerika. Krisis ini menjadi pemicu terjadinya Revolusi Amerika.
Depresi Besar 1930-an
The Great Depression, yang terjadi antara 1929 hingga 1939, dikatakan sebagai bencana ekonomi terburuk abad 20, yang diawali dengan kehancuran Wall Street. Di puncak krisis tahun 1933, Amerika Serikat memecahkan rekor untuk tingkat pengangguran yang melonjak hampir 25%.
Krisis Minyak 1973
Dipicu oleh gerakan protes terhadap Amerika Serikat yang dianggap berpihak secara politik terhadap Israel, negara-negara anggota OPEC dari wilayah Arab menghentikan ekspor minyak ke AS dan negara sekutunya. Hal ini lantas memicu terjadinya lonjakan harga sumber energi, inflasi tinggi, dan stagnasi ekonomi.
Sepertinya, kasus ini mirip ya, dengan kasus yang sekarang terjadi ketika banyak negara di Benua Eropa dan Amerika tak bisa mendapatkan pasokan minyak dan gas dari Rusia.
Krisis Asia 1997
Diawali dari Thailand, dan menyebar dengan cepat ke negara lain di Asia, yang disebabkan oleh berlebihannya aliran modal spekulatif dari negara maju ke Asia Timur. Utang membengkak, dan pemerintah Thailand mengubah nilai tukar mata uangnya terhadap US Dollar.
Investor asing pun bereaksi cukup keras, sehingga menarik sebagian besar dana investasinya. IMF harus bekerja tanpa henti bertahun-tahun untuk memulihkan kondisi ini.
Mungkin sebagian dari kamu sempat mengalami dan menjadi saksi terjadinya resesi ini.
Krisis 2007-2008
Dipicu oleh pecahnya housing bubble di Amerika Serikat sehingga membuat bangkrut Lehman Brothers—salah satu bank investasi terbesar di dunia—yang kemudian berimbas runtuhnya juga lembaga keuangan dan bisnis terutama yang berkaitan langsung dengan properti.
Meski demikian, secara mengejutkan, ekonomi Indonesia justru bertumbuh 6% saat resesi ekonomi 2008 ini terjadi.
Tetap Tenang jika Resesi 2023 Benar Terjadi
Semua orang pastinya pengin hidup itu baik-baik saja. Tetapi faktanya, ekonomi tetap akan naik turun sesuai siklusnya.
Baru saja kemarin kita semua bisa survive dari resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan kita mengalami kelumpuhan selama 1 tahun penuh, dan 2 tahun berikutnya juga belum pulih benar. Tapi, setidaknya, kita bisa melewatinya hingga saat ini kan?
Ke depannya, memang masih banyak tantangan ekonomi yang akan datang secara beruntun. Perang Rusia dan Ukraina yang disinyalir menjadi salah satu pemicu krisis yang terjadi sekarang, ditambah lagi dengan ancaman perubahan iklim, menjadi beberapa hal yang diprediksi menyebabkan peluang terjadinya resesi 2023.
Namun ingat, bahwa ekonomi dan kondisi keuangan dunia memang menjadi penggerak utama, tetapi hal itu bisa terjadi jika semua orang ikut ambil bagian menjadi pendorongnya. Jika resesi diramalkan terjadi, maka bisa jadi memang benar-benar akan terjadi kalau kita “mengizinkannya”. Jika kita semua bekerja sama untuk mengarahkan ekonomi ke arah yang lebih baik, bisa jadi resesi 2023 hanya tinggal wacana.
Jadi, ayo, bareng-bareng kita berusaha supaya resesi 2023 tak perlu terjadi. Setidaknya, kita minimalkan efeknya pada keuangan kita masing-masing. Beberapa hal berikut sudah sering disarankan untuk dilakukan, ada baiknya kita ingat kembali:
- Jaga cash flow agar tetap lancar dan positif, bisa dengan penghematan dan menambah penghasilan sampingan.
- Kurangi utang baru, fokus pada utang yang sedang berjalan. Lebih baik tunda dulu utang konsumtif.
- Amankan dana darurat dan asuransi sebagai jaring pengaman keuangan
- Tetap belanja, karena belanja rumah tangga adalah tulang punggung perekonomian negara. Kalau berhenti belanja, justru kita akan benar-benar masuk ke jurang resesi 2023. Belilah kebutuhan di warung-warung tetangga atau pasar tradisional. Mari saling menghidupkan.
- Tetap berinvestasi sesuai rencana dan kemampuan. Analisis dengan bijak instrumen yang dipergunakan, dan review secara berkala.
2023 gelap? Bisa jadi, tapi mari kita anggap lagi mati listrik. Nyalakan lilin dulu, taruh gadget masing-masing, dan yuk, saling berinteraksi dan membantu. Kita tunggu sampai listrik menyala lagi, dan dunia pun jadi terang kembali.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resesi Ekonomi Global Mengancam di 2023: Apa yang Harus Kita Lakukan?
Upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi yang dilakukan sejak tahun 2021 ternyata harus menemui perkembangan yang cukup suram sampai dengan hari ini. Resesi ekonomi global akhirnya diprediksi datang di tahun 2023.
Bak efek domino, satu hal memicu hal lain dan kemudian memberikan dampak pada masalah yang lain lagi, dunia akhirnya berada di ambang krisis. Apalagi saat artikel ini ditulis, The Fed telah kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga 0.75%, menjadi 3.00% – 3.25%. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 2008.
Efek Domino Resesi Ekonomi Global: Perang, Krisis Pangan, Krisis Energi, dan Inflasi
Inflasi yang naik tak terkendali disebut menjadi penyebab mengapa bank sentral AS menaikkan suku bunga ini.
Sementara, sejumlah bank sentral negara lain di dunia juga sudah menaikkan bunga acuannya. Di antaranya:
- Bank sentral Kanada menaikkan suku bunga acuan dari 0.5% menjadi 1%, akibat inflasi negara tersebut melonjak ke 5.7%, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, gas, dan bahan makanan efek perang Ukraina dan Rusia.
- Bank sentral Sri Lanka juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 14.5%, demi menjaga rupee yang amblas 35% satu bulan terakhir. Efeknya pasokan bahan makanan menipis di negara tersebut, sementara warganya juga harus melalui hari-hari tanpa listrik hingga berhari-hari.
- Bank sentral Korea Selatan meningkatkan suku bunga acuannya dari 1.25% menjadi 1.5%, untuk mengatasi laju inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga komoditas yang masih merupakan buntut dampak perang Rusia dan Ukraina.
Bank Dunia akhirnya juga menurunkan prediksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia, dari 6.1% menjadi “hanya” 3.2%, akibat adanya penurunan daya beli rumah tangga dan kebijakan moneter AS yang lebih ketat. Ditambah lagi masalah ekonomi yang juga melanda Tiongkok akibat pembatasan pandemi yang berkepanjangan dan krisis properti yang seakan tak berujung. Eropa pun masih dan diprediksi akan terus terkena imbas langsung dari perang Ukraina dan Rusia.
Karena itu, Bank Dunia memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya akan maksimal 2.9% saja di tahun 2023 nanti.
Efek Resesi Ekonomi 2023 yang Bisa Terjadi pada Indonesia
Kalau secara global, kita akan diprediksi masuk ke resesi ekonomi, lantas efek apa yang akan kita alami atau rasakan di Indonesia?
Perlu kamu tahu, bahwa kalau dunia mengalami resesi ekonomi itu belum pasti juga sampai ke Indonesia. Mungkin ada efek, tetapi bisa saja tidak terlalu dalam. Saat diserang pandemi tahun 2020, kita juga mengalami resesi ekonomi, tetapi malah termasuk salah satu negara yang bisa bangkit lebih dulu.
So, prediksi resesi ekonomi ini baik banget jika pengin kamu ikuti beritanya, tetapi hal seperti ini ada di luar kendali kita. Akan lebih baik, jika kita fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan sebagai individu untuk menghadapi prediksi ini, yaitu beradaptasi dengan kondisi.
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk siap menghadapi kemungkinan buruk, apa pun itu.
Bersiap Menghadapi Kemungkinan Buruk
1. Atur cash flow
Cash flow adalah kunci segala situasi. Apa pun kondisinya, jika kita bisa menjaga agar cash flow tetap positif, maka sebenarnya, katakanlah, 80% masalah sudah teratasi.
So, mau ada resesi ekonomi atau tidak, cash flow harus tetap positif. Dan, kamu pasti sudah hafal betul step by step menjaga cash flow tetap positif:
- Lakukan financial checkup, cari di mana celah yang bisa diperbaiki
- Jaga pengeluaran agar tetap hemat, tetapi tidak pelit.
- Tetap belanja tapi lakukan dengan bijak, karena belanja rumah tangga dan pribadi merupakan tulang punggung perekonomian kita.
- Tambah penghasilan, mulai dari fokus supaya naik gaji, atau lakukan side hustle ataupun berbisnis sampingan.
Jadi, ingat ya, prinsipnya. Apa pun kondisinya, jaga cash flow tetap positif, apa pun caranya. Kalau negatif, hentikan dulu investasi, belanja yang tak perlu, restrukturisasi cicilan, dan lakukan berbagai upaya untuk mengembalikan dulu cash flow ke positif. Baru kemudian kamu bisa menentukan anggaran lagi.
2. Tetap menabung dan berinvestasi
Yes, tetap menabung dan berinvestasi, dengan catatan cash flow sudah positif.
Fokus tujuan menabung dan investasi sudah bukan lagi yang serbacuan atau yang bisa instan bikin kaya, tetapi yang bisa melayani kebutuhan kamu dan sesuai dengan kondisi terkini. Ingat, bahwa kemampuan finansialmu mungkin juga akan menurun jika terjadi krisis. So, ada baiknya disesuaikan.
Belanja jangan halu, investasi jangan asal.
3. Pastikan punya dana darurat
Dana darurat lagi-lagi akan jadi pos yang sangat penting ke depannya. So, ayo dicek, bagaimana kondisinya saat ini. Mungkin mumpung masih ada waktu, ada baiknya kamu bersiap. Bisa saja kamu turunkan prioritas keinginan lain, agar dana yang kamu punya bisa dialihkan ke dana darurat dulu sekarang.
So, nanti kalau benar-benar resesi ekonomi datang sesuai prediksi, dana daruratmu sudah lumayan memadai.
4. Tunda pembelian besar yang belum mendesak
Misalnya kalau kamu pengin ganti kendaraan, atau berencana untuk merenovasi rumah yang bersifat dekorasi, ataupun berbagai keinginan lain yang butuh dana yang besar, tundalah dulu jika memang tidak terlalu mendesak.
Pasalnya, dalam kondisi yang serba tidak pasti ini, kita harus menyesuaikan prioritas lagi. Lebih baik fokus dulu pada berbagai kebutuhan esensial. Mengapa? Ya, seperti yang sudah dijabarkan di poin pertama di atas: untuk menjaga cash flow tetap positif dan stabil.
5. Berhati-hati mengambil cicilan
Utang akan menjadi beban yang cukup berat kalau kita harus menghadapi krisis keuangan. So, akan lebih baik jika kamu mulai berhati-hati jika ingin mengambil cicilan di saat sekarang. Mulai dari kartu kredit, paylater, dan berbagai kemudahan pinjaman itu harus mulai diwaspadai.
Ingat prinsipnya kan: jaga cash flow positif, dan lebih baik fokus ke kebutuhan esensial lebih dulu.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kita lakukan agar tetap survive melewati krisis atau resesi ekonomi yang diprediksikan datang. Yok bisa yok!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Prediksi Bank Dunia: Resesi Ekonomi Kembali Datang, Bagaimana Indonesia?
Baru-baru ini, Bank Dunia kembali memperingatkan tentang munculnya potensi terjadi resesi ekonomi, setelah sebelumnya Wall Street dan bank sentral negara-negara di dunia juga menyuarakan hal yang sama.
CEO JP Morgan misalnya, menyebutkan bahwa ada potensi badai ekonomi. Elon Musk, orang terkaya di dunia dan bos Tesla, juga sempat mengungkapkan firasat buruk, yang kemudian diikuti dengan layoff sebagian karyawan di perusahaannya.
Resesi Ekonomi Diramalkan Kembali Datang: Apa Penyebabnya?
Apa yang menyebabkan peringatan potensi resesi ekonomi ini disuarakan?
Beberapa faktor pemicunya antara lain perang Ukraina yang tak kunjung menemukan solusi dan lockdown di Tiongkok yang kembali diberlakukan. Banyak hal akhir-akhir ini memang tampak mengganggu rantai pasokan bahan pokok, yang kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi secara global. Dikhawatirkan, stagflasi akan terjadi, yaitu kondisi ketika pertumbuhan ekonomi stagnan dengan tingkat inflasi yang tinggi.
Jika merunut kembali ke sejarah ekonomi dunia, hal ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Akhir 1970-an, dunia juga mengalami stagflasi, akibat melonjaknya harga minyak dunia dan anjloknya pertumbuhan ekonomi, yang kemudian disebut dengan resesi double-dip.
Sementara, banyak investor akhirnya cemas akan kenaikan suku bunga agresif dari bank sentral AS, The Fed, sektor bisnis sendiri juga harus menghadapi ancaman ongkos produksi dan upah karyawan yang meningkat. Jika bisnis yang bersangkutan memiliki utang, maka itu akan menjadi beban tambahan. Bisa-bisa laba perusahaan pun berpotensi merugi dalam waktu dekat.
Bagaimana dengan Indonesia?
Meski dunia dikatakan kembali terancam oleh potensi resesi ekonomi, Bank Dunia justru memprediksikan bahwa Indonesia mungkin akan terlepas dari ancaman ini, lantaran pertumbuhan ekonominya diproyeksikan mencapai 5.1% tahun depan. Bahkan, lebih bagus lagi di tahun 2024, yakni 5.3%.
Kok bisa begitu ya?
Harga komoditas dunia yang melonjak justru berefek positif bagi negara seperti Indonesia, yang merupakan negara pengekspor berbagai kebutuhan pokok. So, harga tinggi akan memberikan keuntungan bagi Indonesia. Pendapatan negara meningkat dari kegiatan ekspor komoditas ini.
Jadi, kita enggak perlu khawatir dong, kalau gitu ya? Ya, enggak gitu juga mainnya sih. Ingat, bahwa kita juga merupakan negara konsumen—kita juga membutuhkan berbagai kebutuhan yang harus didatangkan dari negara lain.
So, meski Indonesia dikatakan tidak terpengaruh efek resesi ekonomi dunia yang diproyeksikan akan terjadi, tetapi kita tidak pernah tahu pasti, akan seperti apa ke depannya.
Jadi, ada baiknya, kita juga bersiap.
Bersiap Menghadapi Resesi Ekonomi
Yang pertama harus dilakukan adalah tidak panik. Jika resesi ekonomi benar-benar datang lagi seperti ketika kita harus menghadapi pandemi corona (yang sampai sekarang pun belum tuntas teratasi), tetap tenang adalah kunci.
Mumpung masih berupa prediksi dan proyeksi, mari kita bersiap sejak sekarang. Apa saja yang perlu disiapkan untuk menghadapi resesi ekonomi?
1. Prioritaskan utang
Sangat penting bagi kamu untuk memastikan utang bisa tetap lancar terbayar meski sedang menghadapi resesi ekonomi. Terutama, utang-utang berbiaya tinggi seperti kartu kredit.
Karena itu, tetap jaga agar rasio utang tetap berada di bawah 30% dari penghasilan rutin. Dengan demikian, kamu akan dapat menjamin—terutama selama masih memiliki penghasilan—pembayaran utang akan tetap bisa lancar, dan kamu terhindar dari beban tambahan seperti denda keterlambatan.
Jangan menambah utang dulu, saat kita sedang berada dalam kesulitan keuangan ya. Ini penting, karena beban tambahan dari utang akan sangat memberatkan. Bereskan dulu apa yang ada, baru kemudian kamu bisa mempertimbangkan yang lainnya.
2. Jaga dana darurat
Tak bosan-bosannya QM Financial mengingatkanmu untuk selalu menjaga dana darurat agar tetap ideal. Jika belum ideal, yuk, semangat terus untuk menambah sampai mencapai nominal yang ideal.
Dana darurat akan sangat berguna jika nanti kita benar-benar harus menghadapi resesi ekonomi. Amit-amit kehilangan pekerjaan, dana darurat akan dapat membantumu memperpanjang napas sampai kamu bisa mendapatkan penghasilan kembali. Karena itu, nominal ideal dana darurat berpatokan pada pengeluaran rutin setiap bulan, dan sampai berapa bulan kamu berharap bisa bertahan dengan berbagai tanggungan yang ada.
Jadi, sudah berapa kali pengeluaran rutin bulanan jumlah dana daruratmu saat ini?
3. Hidup sesuai kemampuan
Adalah penting untuk bisa menjaga biaya hidup yang sesuai dengan kemampuan. Ingat pembagian pos cash flow 1-2-3-4; 10% lifestyle, 20% investasi, 30% cicilan utang, dan 40% kebutuhan rutin. Namun, angka ini juga bukan angka yang paten. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisimu sendiri, asalkan sesuai dengan kemampuan.
Waspada ya, saat kita terbiasa hidup secara berlebihan, jika resesi ekonomi datang, akan lebih sulit bagi kita untuk menurunkan standar. Jadi, kalau memang belum telanjur, atur lagi mulai sekarang.
4. Investasi pada diri sendiri
Resesi ekonomi memang berpotensi mendatangkan kesulitan, terutama keuangan. So, salah satu investasi terbaik untuk menghadapinya adalah dengan meng-upgrade dirimu sendiri selagi ada kesempatan dan waktu.
Selama terjadi resesi, tingkat pengangguran akan tinggi. However, ini bisa diatasi jika kamu punya kompetensi yang cukup untuk bisa bertahan bekerja di kantor. Jikalau memang “terpaksa” harus mundur, maka kamu juga punya modal untuk mencari penghasilan secara mandiri. Bisa berbisnis atau bekerja secara freelance untuk berbagai jasa. Skill dan kompetensi bisa dibilang merupakan penyangga finansial, sesuatu yang bisa menjadi modal dan kemudian bisa di-generate menjadi income.
Jadi, jangan hanya berpuas dengan kemampuan yang sekarang. Coba, cari peluang untuk mengembangkannya lebih jauh.
5. Diversifikasi
“Don’t put your eggs in one basket.”
Begitu kan, katanya? Pepatah ini biasanya kita dengar dalam tip investasi; bahwa kita tak seharusnya hanya bertumpu pada satu instrumen saja. Ada baiknya kita sebar dana investasi kita ke beberapa instrumen dengan tingkat risiko dan imbal yang bervariasi—tentu saja, harus disesuaikan juga dengan tujuan dan kemampuan.
Namun, tak hanya dalam investasi saja loh, pepatah ini bisa diterapkan. Pepatah ini juga bisa berlaku untuk sumber penghasilan. Banyak orang terbukti survive saat terjadi resesi ekonomi karena memiliki beberapa stream income, misalnya selain bekerja kantoran, juga punya bisnis, surat berharga, atau juga mengerjakan proyek-proyek freelance. So, hal ini juga bisa kamu siapkan sedari sekarang untuk bersiap menghadapi resesi ekonomi yang diproyeksikan datang.
Demikian ulasan dan penjelasan singkat mengenai berita prediksi akan datangnya resesi oleh Bank Dunia. Meksipun negara kita diproyeksikan lepas dari ancaman, tapi enggak ada salahnya kita tetap bersiap.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resesi Ekonomi 2020 Datang, Apa yang Harus Kita Siapkan dan Lakukan?
Menkeu Indonesia, Ibu Sri Mulyani, sudah menyatakan bahwa Indonesia sudah berada di ambang resesi ekonomi.
Akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi negara kita memang melambat antara minus 2.9% hingga minus 1% pada kuartal III 2020. Sedangkan dalam keseluruhan tahun, kita sudah mengalami perlambatan pertumbuhan hingga minus 1,7% sampai minus 0,6%. World Bank, atau Bank Dunia, juga sudah memproyeksikan kondisi ini bahkan beberapa bulan yang lalu, dengan prediksi minus 2% hingga 1.6%. Ekonomi Indonesia diprediksi baru pulih di tahun 2021.
Lalu, apa pengaruhnya pada kita?
Yang pasti tetap tenang. Indonesia bukan satu-satunya negara yang telah mendeklarasikan diri menghadapi resesi. Sebelumnya ada Australia, Singapura, sampai Amerika Serikat telah lebih dulu mengumumkan diri mengalami resesi ekonomi.
Tidak panik, diperlukan. Sebenarnya masalah resesi ekonomi adalah masalah negara. Seharusnya kalau fondasi keuangan kita sudah mantap, kita tak perlu terlalu khawatir akan terkena dampak.
Tetapi kita harus tetap siap akan beberapa hal buruk yang bisa terjadi, atau malah sudah terjadi. Salah satu tanda terjadinya resesi ekonomi yang terbesar adalah adanya gelombang PHK yang besar yang kemudian mengakibatkan tingkat pengangguran meningkat, yang sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2020 lantaran pandemi COVID-19.
Ke depannya, tidak menutup kemungkinan akan adanya gelombang PHK yang lain, dan karenanya setiap orang (terutama yang berstatus karyawan) mau tidak mau harus bersiap.
Beberapa Hal untuk Menyiapkan Diri Menghadapi Resesi Ekonomi
1. Mengelola pengeluaran dengan lebih bijak
Banyak orang salah kaprah dengan memutuskan untuk setop belanja di kala resesi ekonomi terjadi. Well, nggak gitu cara mainnya.
Kita justru harus tetap belanja, agar ekonomi tetap berjalan. Bukan berarti harus berhenti membelanjakan uang, tetapi lebih bijak dalam mengeluarkan uang. Belanjalah seperlunya, sesuai dengan kebutuhan. Yang enggak penting, bisa ditunda dulu. Kalau bisa diganti dengan barang substitusi yang lebih murah, ya kenapa enggak, asalkan manfaatnya sama.
Belanjalah ke toko-toko kecil, warung di kanan-kiri lingkungan kita. Justru dari usaha-usaha kecil inilah, nanti ekonomi akan bertolak untuk bangkit lagi. Jadi, mari kita support keberadaan warung kecil dan pasar tradisional.
Mulai saja dari situ.
2. Hemat tagihan dan cek posisi utang
Hal lain yang bisa kamu lakukan adalah memangkas tagihan-tagihan. Misalnya tagihan air dan listrik. Sekalian kan, berhemat energi. Mulailah dari mematikan lampu yang nggak dipakai, juga jangan lupa untuk selalu mematikan keran setelah digunakan. Hal-hal seperti ini kamu pasti sudah hafal deh.
Begitu juga dengan langganan atau subscribing streaming dobel, misalnya. Sudah ada aplikasi streaming di handphone, TV kabel bisalah dikurangi channelnya. Langganan untuk wifi-nya saja. Pastikan hanya yang benar-benar kamu pakai saja yang dipertahankan, sehingga pengeluaranmu menjadi lebih efisien.
3. Amankan dana darurat
Ini sudah aturan basic banget when it comes to financial crisis, kapan pun dan apa pun bentuknya. So, jangan lagi anggap remeh keberadaan dana darurat.
Bahkan faktanya, so far yang bisa survive menghadapi masa-masa pandemi tanpa kesulitan yang berarti adalah mereka yang masih bisa mempertahankan pekerjaan dan mereka yang punya dana darurat yang kuat.
Sama halnya resesi ekonomi yang akan datang. Jika kamu belum memiliki dana darurat, tak pernah terlambat untuk mulai dari sekarang. Tak harus segera memenuhi nominal ideal, tetapi setidaknya mulai sisihkan uang di rekening khusus dana darurat.
4. Investasi? Lihat kemampuan!
Yang pasti, imbal pada umumnya instrumen investasi belum akan kembali seperti di akhir tahun 2019 yang cerah dengan segera. Memang pahit, tetapi inilah kenyataannya, dan kamu harus selalu siap dengan segala risiko ini.
Lalu bagaimana dengan investasi yang sudah kita lakukan? Yang sudah berinvestasi di saham, misalnya. Masih minus saja sejak awal tahun.
Nah, semua kembali lagi ke #TujuanLoApa. Kalau tujuan investasimu masih panjang–katakanlah 5 – 10 tahun lagi–kamu tak perlu khawatir berlebihan. Kalau amunisi masih, kamu bisa lanjut investasi. Ini justru kesempatan untuk bisa mendapatkan saham-saham berkualitas dengan harga diskon. Kapan lagi bisa beli saham semurah ini?
Tetapi, jika amunisi lebih dibutuhkan untuk menyambung hidup sehari-hari, kamu bisa hold. Mau mencairkan investasimu? Nggak masalah juga, sejauh memang itu sesuai dengan kebutuhanmu.
Pertimbangkan dengan saksama, jangan terburu-buru.
5. Paling penting: investasi pada diri sendiri
Jangan biarkan kondisi ini jadi penghalang untukmu terus maju mewujudkan mimpi-mimpi dan rencanamu.
Bekali diri dengan jaring pengaman yang cukup. Tak hanya dari sisi keuangan, tetapi juga dari sisi kualitas pribadi yagng juga harus terus diupgrade.
Tambah ilmu, tambah wawasan, kalau perlu seger update CV kamu, sesuaikan dengan kondisi yang ada.
Kamu harus dapat menjadikan dirimu sendiri sebagai aset paling tak ternilai, baik untuk kantor di mana kamu bekerja saat ini juga bagi diri kamu sendiri.
Pertahankan network, pastikan kamu tetap menjalin hubungan baik dengan siapa pun, karena network akan sangat berguna di saat-saat seperti ini.
Nah, salah satu hal yang bisa kamu lakukan untuk siap menghadapi resesi ekonomi adalah upgrade ilmu mengelola keuanganmu. Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.