7 Jenis Aset Lancar untuk Dicek Selama Masa Pandemi
Banyak ahli memprediksi bahwa krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 ini akan berlangsung setidaknya sampai Desember 2020. Apa kabar kamu yang harus bertahan hidup sampai Desember dengan penghasilan yang minim? Apakah kamu sudah mengecek aset lancar yang kamu miliki?
Apa sih aset lancar itu? Mengapa penting, hingga harus menjadi hal pertama yang harus kamu ketahui kondisinya dengan pasti, terkhusus di masa-masa sulit seperti ini?
Aset lancar–atau yang disebut dengan current asset–adalah jenis aset atau harta yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya dalam 1 tahun (Wikipedia). Dengan kata lain, aset lancar merupakan dana yang siap dicairkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Berhubung kita harus memperpanjang napas sampai beberapa bulan ke depan, maka penting untuk melakukan pengecekan terhadap aset lancar yang kamu miliki sebagai langkah awal.
Yuk, Cek Aset Lancarmu Berikut Ini!
1. Fresh cash
Uang yang sekarang ada di dompetmu, di bawah kasur, di dalam celengan babi, di bawah tumpukan pakaian di lemari, adalah aset lancar yang paling lancar.
Cobalah untuk membuat catatan, sampai sekarang berapa besarnya secara total? Aset ini adalah yang pertama kali bisa digunakan untuk membeli segala kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Tabungan
Tabungan yang ada di bank biasanya disebut dengan aset setara kas. Termasuk juga dana-dana yang tersebar di berbagai dompet digital yang kamu miliki.
Yah, kan sekarang zamannya e-wallet dan e-money kan? Makanya, mesti juga dicek kondisinya untuk saat ini.
Bagaimana dengan tabungan berjangka dan deposito?
Well, sebenarnya tabungan berjangka juga cukup mudah dicairkan ya, hanya saja kamu harus siap dengan penalti yang menyertainya jika harus dicairkan sebelum waktunya.
Sedangkan, deposito ada yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan satu tahun. Jadi, bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar kamu juga, setidaknya dananya akan bisa kamu manfaatkan dalam waktu 1 tahun ke depan.
3. Cek, wesel, dan lainnya yang belum diuangkan
Apakah kamu punya cek, wesel, ataupun dokumen yang bisa diuangkan dalam waktu dekat? Masukkan juga ke dalam catatan keuanganmu ya.
Misalnya saja, kamu mendapatkan hibah dalam bentuk cek, tapi karena satu dua alasan belum dicairkan sampai sekarang. Ini juga termasuk dana yang siap pakai, hanya saja masih tersimpan di lembaga penyimpanan dana.
4. Logam mulia
Jika kamu memiliki simpanan logam mulia atau emas–terutama yang berbentuk batangan dan bersertifikat–ini juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar.
Logam mulia termasuk mudah dijual–atau digadaikan–dan dijadikan fresh cash, yang bisa kita pakai untuk menutup kebutuhan hidup.
5. Investasi jangka pendek
Berbagai investasi jangka pendek dengan tenor waktu kurang dari satu tahun juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar. Misalnya seperti reksa dana pasar uang, yang nilai investasinya tidak terpengaruh oleh suku bunga.
Surat utang yang memiliki jatuh tempo beberapa bulan ke depan hingga kurang dari satu tahun juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar yang kamu miliki. Begitu juga jika ada bunga yang dapat kamu terima hingga beberapa bulan mendatang, juga bisa menjadi salah satu sumber aset lancar.
6. Gaji yang masih akan diterima
Buat kamu yang sampai saat ini masih menerima gaji, penghasilanmu ini dalam beberapa bulan ke depan juga termasuk dalam current asset ini.
Termasuk juga di dalamnya jika kamu akan menerima Tunjangan Hari Raya, ataupun bonus-bonus yang memang sudah dijadwalkan ada.
7. Penghasilan tambahan lain
Jika kamu mempunyai sumber penghasilan lainnya selain gaji, dan akan kamu terima dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, maka ini juga termasuk aset lancar.
Misalnya saja, kamu punya indekos, dan akan segera menerima setoran uang sewa kamar bulan depan (abaikan kemungkinan penunggakan anak kos yang nakal), maka ini juga termasuk dalam aset lancar yang kamu miliki.
Nah, sudah jelas ya apa yang dimaksud dengan aset lancar? Pada prinsipnya adalah semua dana (atau calon dana) yang kamu miliki saat ini hingga setidaknya dalam waktu satu tahun ke depan, yang dengan mudah kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu.
Siap untuk melakukan pengecekan aset lancar sekarang? Semoga kamu bisa bertahan sampai masa pandemi ini berakhir ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Cara Efektif Melunasi Utang
Yang namanya manusia itu memang seharusnya punya banyak mau dan mimpi. Tapi sayangnya, kekuatan kita terbatas. Termasuk urusan keuangan. Karena keterbatasan itulah, kadang kita perlu untuk mengambil utang. Tapi, sayangnya, banyak orang yang berutang tanpa punya rencana untuk melunasi utang hingga tuntas.
Inilah yang kemudian menjadi masalah besar. Padahal jelas, berani berutang, ya harus berani bayar–mengembalikan pinjaman uangnya. Namanya juga pinjam, ya harus dikembalikan. Lepas dari apa pun tujuan kita berutang.
Kadang, baru kerasa kalau utang bertumpuk, hingga membuahkan bunga berbunga. Makin lama, makin menjerat, seakan kita enggak pernah terlepas seumur hidup.
Well, turut berduka cita deh. Tapi, sebenarnya, dengan (sedikit) usaha yang serius, siapa pun bisa kok melunasi utang hingga akhirnya terbebas sama sekali. Hidup tanpa utang itu ringan banget rasanya, gaes!
7 Langkah Melunasi Utang Secara Efektif
1. Susun daftar utang dan tentukan prioritas pembayaran
Lakukan financial check up, prioritaskan pada membuat daftar utang yang sekarang harus ditanggung. Tulis semuanya ya, agar kita tahu posisinya seperti apa sebenar-benarnya. Tulis juga berapa bunga yang harus dibayarkan, sekaligus tanggal jatuh temponya.
Dari daftar ini, kita lantas bisa menentukan prioritas untuk melunasi utang. Kamu bisa mulai membereskan mulai dari utang dengan bunga yang paling besar, atau bisa juga mulai dari membereskan utang dari nominal yang paling kecil.
Atau, mungkin kamu punya pertimbangan lain? Enggak masalah, tentukan prioritasmu dan jadikan ini sebagai deadline.
2. Cek tabungan
Kamu punya dana darurat dalam bentuk apa? Tabungan? Reksa dana pasar uang? Atau aset lainnya?
Apakah kamu punya saldo di beberapa e-wallet? Atau mungkin, kamu sudah booking tiket untuk liburan ke luar negeri untuk bulan depan, atau 3 bulan lagi?
Kumpulkan semua uang yang masih kamu punya. Mungkin enggak kalau semua dicairkan dulu, untuk melunasi utang? Tabungan dan reksa dana pastinya enggak masalah untuk dicairkan. Uang di e-wallet juga boleh dipakai dulu.
Untuk booking tiket, kamu bisa lo membatalkannya dan meminta refund. Meski kamu akan rugi beberapa rupiah, tapi uangnya juga bisa kamu pakai untuk melunasi utang. Liburan bisa di-reschedule kan?
3. Jual aset
Selain tabungan dan “tabungan” seperti di atas, coba cek juga, kamu punya aset apa?
Punya kamar kosong di rumah? Coba deh disewakan. Ada mobil dan kebanyakan nganggur? Coba juga disewakan.
Atau, kamu punya beberapa perhiasan emas? Bisa digadai, atau dijual, untuk bisa mendapatkan fresh cash. Bahkan kamu, para penimbun buku, kamu juga bisa jual koleksi bukumu yang enggak dibaca lagi, demi mendapatkan uang tambahan.
Pertimbangkan peluang ini terhadap segala sesuatu yang kita punya saat ini. Enggak apa nggak punya barang-barang dulu, yang penting utang lunas. Barang bisa didapatkan lagi, nanti setelah keuanganmu sehat.
4. Cari penghasilan tambahan
Selain pekerjaan utamamu sekarang, apakah kamu punya keahlian lain atau mungkin punya minat ataupun hobi yang mungkin bisa di-“karya”-kan?
Misalnya saja, jadi guru les privat anak-anak sekolah, atau guru les musik jika kamu punya hobi memainkan alat musik tertentu. Kamu juga bisa menjual craft-craft hasil karyamu sendiri melalui marketplace atau media sosial.
Pokoknya, cari sesuatu yang bisa kamu kerjakan dan menghasilkan uang tambahan demi melunasi utang lebih cepat.
5. Negosiasi dengan pihak peminjam
Jika utangmu adalah utang kartu kredit, kamu bisa lo mengajukan permohonan kepada pihak bank penerbit kartu kreditmu untuk menghentikan perhitungan pertambahan bunga. Tentunya, kamu harus punya argumen yang tepat ya.
Kamu juga bisa, misalnya, memindahkan kredit ke pihak lain yang menawarkan bunga lebih rendah.
Intinya, bernegosiasilah dengan pihak peminjam untuk melunasi utang. Pastikan kamu mempersiapkan argumen yang kuat.
6. Sesuaikan gaya hidup, ubah mindset
Ini terutama harus kamu lakukan jika utangmu adalah utang konsumtif–utang untuk mendapatkan barang-barang yang tak akan memberimu nilai tambah, barang-barang yang akan mengalami penurunan nilai nominal. Seperti misalnya, gadget atau laptop, jam tangan bermerek, dan sebagainya.
Sesuaikan gaya hidupmu, agar tak melebihi batas wajar. Ingat, pengeluaranmu untuk lifestyle “hanya” 20% dari penghasilan. Jangan sampai lebih, apalagi pakai utang.
Ubah mindset, bahwa mendapatkan pinjaman uang tidak sama dengan mendapatkan pemasukan. Pinjaman uang harus dikembalikan, entah kamu sanggup melunasi utang atau enggak.
7. Hindari gali lubang tutup lubang
Apa pun iming-imingnya, jangan langsung tergoda untuk berutang–apalagi jika utangnya konsumtif. Juga jangan sampai terpikirkan untuk menggali lubang demi menutup lubang yang lain.
Percayalah, sekali menggali lubang untuk menutup lubang, lubang yang kita buat justru semakin besar.
Nah, semoga dengan 7 langkah melunasi utang di atas bisa membantumu untuk terbebas dari jeratan utang ya.
Semangat, kamu pasti bisa!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Alasan Mengapa Ibu Bekerja Perlu Punya Me Time di Antara Waktu Sibuknya
Para ibu di zaman sekarang juga dituntut agar berperan dalam pencapaian tujuan keuangan keluarga. Makanya semakin banyak ibu, selain menjadi ibu rumah tangga, juga menjadi seorang ibu bekerja. Semakin sibuk bekerja, pastilah akan semakin sulit untuk sekadar punya waktu untuk memikirkan diri sendiri. Me time itu seperti sebuah kemewahan, atau oase di padang gurun. Langka.
Hari-hari sudah dipenuhi dengan kesibukan mengejar target kantor, dan juga tugas-tugas rumah tangga. Belum lagi kalau si ibu bekerja sudah terlanjur terjebak menjadi sandwich generation.
Pantas saja, menurut penelitian, tingkat stres seorang ibu bekerja itu lebih tinggi 40% daripada orang kebanyakan. Pukpuk buat semua ibu bekerja.
Hal ini akan semakin parah jika sang ibu bekerja kurang punya kemampuan mengatur keuangan pribadi. Akibatnya, karena merasa penghasilan selalu tak cukup, si ibu semakin keras bekerja untuk penghasilan tambahan, yang kemudian makin berefek buruk bagi kesehatannya. Jadi semacam lingkaran setan yang tak berkesudahan.
Kondisi stres ini akhirnya akan memengaruhi performa kerja di kantor, pun kondisi ibu bekerja saat di rumah. Bisa jadi produktivitas kerja menurun, dan uring-uringan sepanjang hari.
Padahal sebenarnya, untuk mengatasi kondisi stres ibu bekerja ini cukup sederhana. Yaitu luangkan waktu sedikit setiap hari untuk sekadar me time. Menyediakan waktu untuk memikirkan diri sendiri.
Berikut beberapa alasan mengapa ibu bekerja perlu punya me time
1. Me time bikin happy
Yang jelas, punya me time–yang kemudian diisi dengan melakukan kegiatan yang disukai–akan membuat kita feel content. Happy-o-meter kita akan full, terpenuhi. Kegiatan sekecil apa pun yang dilakukan, asal membuat kita senang, akan memengaruhi happy-o-meter ini.
Perasaan bahagia itu sepertinya sepele, seperti kata pepatah, “Bahagia itu sederhana”. Tapi bisa menjadi barang mewah kalau kita tak pernah menciptakannya.
Jadi, jika tak ada waktu, maka buatlah waktu untuk bahagia.
2. Kesempatan untuk merawat diri sendiri
Seorang ibu bekerja sudah menggunakan banyak waktunya untuk mengurusi banyak orang; anak, suami, orang tua, sampai atasan di kantor.
Saat me time-lah, seorang ibu bekerja bisa mengurus diri sendiri. Karena itu, di antara waktu mengurus orang lain, buatlah waktu untuk mengurus diri sendiri. Cintailah dirimu sendiri dengan merawatnya, Bu.
3. Meningkatkan produktivitas kerja
Saat seorang ibu bekerja sudah merasa content dan merasa dicintai (yang diawali dengan dicintai oleh diri sendiri), maka ia pun akan bisa menjaga produktivitasnya bekerja di kantor.
4. Memberi motivasi untuk lebih cepat menyelesaikan pekerjaan
Me time juga bisa menjadi semacam “reward” yang diberikan pada diri sendiri, saat kita berhasil mencapai suatu target. Entah itu target kerjaan kantor ataupun pekerjaan rumah tangga.
Jika sudah ada rencana mau me time di sela-sela waktu sibuk, pasti hal ini akan memotivasi kita untuk segera menyelesaikan pekerjaan dengan baik, dengan lebih cepat, agar waktu me time-nya bisa segera didapatkan.
5. Kesempatan untuk mengembangkan diri
Kalau punya hobi, maka ibu bekerja bisa menekuni hobi ini sebagai me time. Dengan demikian, ia bisa mengembangkan dirinya untuk hal-hal yang memang menjadi passion-nya.
Saat seseorang diberi kesempatan untuk melakukan hal yang disukai, maka ia biasanya akan terpacu untuk mencari tahu lebih banyak, dan belajar lagi agar lebih baik.
Mengetahui diri sendiri berkembang, juga bisa memicu perasaan “content” pada ibu bekerja, sehingga memotivasinya untuk melakukan segala hal lebih baik, termasuk saat bekerja di kantor.
Beberapa cara melakukan me time bagi ibu bekerja
Me time itu tak perlu harus heboh sendiri, apalagi pakai mengeluarkan banyak uang kok. Hal-hal kecil yang bahkan tak perlu mengeluarkan uang juga bisa dijadikan acara me time.
1. Meditasi
Meditasi terbukti dapat mengembalikan fokus kita dalam hidup, dan mengurangi stres. Kita bisa melakukan yoga, misalnya. Atau meditasi dengan mudra.
Banyak tutorial di Youtube yang bisa menunjukkan bagaimana kita mulai meditasi, kalau memang belum pernah mencoba.
2. Mempelajari hal baru
Mempelajari hal baru di saat me time juga bisa jadi selingan yang menyenangkan. Misalnya saja, belajar bahasa Korea. Atas nama belajar bahasa baru ini, kita jadi bisa memperbanyak nonton film atau drama Korea deh. Hiburan dapat, pun bisa belajar bahasa.
Sesuatu yang baru–yang berbeda dari rutinitas–akan membuat kita jadi bersemangat, dan ketika sudah waktunya kembali pada rutinitas, perasaan kita sudah happy lagi.
3. Menekuni hobi
Sepertinya sih semua orang punya hobi, atau kegiatan yang disukai. Coba ingat-ingat lagi, mungkin dulu punya hobi yang sekarang sudah tak bisa dilakukan lagi karena sibuk.
Kenapa nggak mencoba untuk menekuninya lagi?
4. Organizing
Membereskan meja kerja di kantor, ataupun di rumah (bagi ibu yang bekerja dari rumah), bisa juga menjadi me time yang bagus lo.
Mungkin banyak yang belum sadar, bahwa produktivitas kerja kita tergantung pada kerapian meja kerja. Jadi, coba atur kembali meja kerja, agar lebih rapi. Buang barang-barang yang sudah tak terpakai, susun file-file dalam file holder yang rapi, kalau perlu tempelkan label-label agar mudah dicari. Kelompokkan barang-barang sesuai fungsi, lalu susun di rak jika ada. Termasuk juga membersihkan laci.
Coba rasakan, ketika meja kerja sudah kembali bersih dan rapi. Pasti merasa happy.
5. Merumuskan kembali tujuan keuangan
Saat selesai merumuskan kembali tujuan keuangan ini rasanya seperti saat kita selesai merapikan meja kerja. Masa depan jadi lebih jelas. Begitu pun dengan tujuan ibu bekerja, jadi lebih jelas dan me-refresh kembali tujuannya bekerja untuk apa. Motivasi baru akan timbul, sehingga akan memacu bekerja lebih baik lagi.
Awalilah me time ini dengan melakukan financial checkup. Buka-buka lagi buku tabungan, coba hitung lagi berapa utang KPR yang masih tersisa. Dana pensiun sudah berapa? Bagaimana dengan dana pendidikan anak? Kurang berapa?
Kalau ada yang sudah mulai dekat tercapai salah satu tujuannya, pasti ada rasa termotivasi menyelusup. Kembangkan rasa ini menjadi rasa excited untuk kembali berusaha lebih baik.
Yuk, usulkan pada pihak perusahaan tempat Anda bekerja untuk memberikan training keuangan bagi karyawan. Dengan bertambahnya keterampilan mengelola keuangan, tingkat stres ibu bekerja pun juga bisa ditekan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Karyawan Punya Bisnis Sampingan, Rumuskan Kebijakan Perusahaan Berpedoman pada 5 Hal Ini!
Dalam artikel yang ditayangkan beberapa waktu yang lalu, sudah dibahas alasan-alasan baik mengapa perusahaan sebaiknya memberikan izin pada karyawan untuk mempunyai pekerjaan ataupun bisnis sampingan.
Memang topik ini masih saja menjadi perdebatan hingga saat ini antara pihak perusahaan dan karyawan sendiri. Bagi karyawan, mempunyai pekerjaan ataupun bisnis sampingan adalah salah satu cara untuk menambah penghasilan demi mencapai tujuan keuangan lebih cepat tanpa meminta kenaikan gaji.
Sementara, dari pihak perusahaan, mungkin sudah mempertimbangkan berbagai alasan baik mengapa karyawan diizinkan untuk melakukan pekerjaan ataupun bisnis sampingan, namun kadang masih ada hal-hal lain yang dikhawatirkan.
Untuk hal ini, perusahaan sebenarnya bisa mengambil jalan tengah; memberikan izin pada karyawan untuk melakukan pekerjaan ataupun bisnis sampingan, namun perlu juga untuk punya beberapa aturan dan kebijakan perusahaan secara tertulis, agar karyawan pun jadi tahu dan paham batasan-batasannya.
Beberapa hal berikut ini mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan kebijakan perusahaan terkait pekerjaan atau bisnis sampingan yang ingin dilakukan oleh karyawan.
5 Hal yang Bisa Dipertimbangkan untuk Merumuskan Kebijakan Perusahaan Terkait Pekerjaan atau Bisnis Sampingan Karyawan
1. Izin dari atasan langsung
Yang paling utama harus diperhatikan adalah orang-orang yang pekerjaannya berhubungan langsung dengan si karyawan. Dalam hal ini adalah atasan langsung, partner setim, dan mungkin jika ada, bawahan langsung.
Memang tak perlu meminta izin pada semua orang untuk bisa melakukan pekerjaan ataupun bisnis sampingan, tapi setidaknya si karyawan harus mendapatkan izin dari atasannya langsung, yang tahu persis job description yang dilakukannya sehari-hari.
Atasan langsung dapat menganalisis, apakah akan ada peluang pekerjaan utama bisa terganggu, dan selanjutnya bisa mendiskusikannya dengan pihak HR ataupun manajemen.
2. Conflict of interest
Kebijakan perusahaan yang dibuat juga harus mempertimbangkan peluang terjadinya conflict of interest jika karyawan melakukan pekerjaan ataupun bisnis sampingan.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengamati dan menganalisis bidang yang digeluti. Misalnya saja, perusahaan bergerak di bidang bisnis online fashion. Maka karyawan sebaiknya tidak diperbolehkan untuk menggeluti niche bisnis yang sama. Kalau sama-sama bergelut di bisnis online fashion–apalagi kalau karyawan menjual produk-produk kompetitor yang didapatnya dari channel yang berbeda–tentunya tak akan baik bagi branding perusahaan.
Bahkan, ada nih kejadian. Dengan alasan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, seorang karyawan menjadi reseller produk perusahaan home decor tempatnya bekerja. Awalnya, kerja sama ini berjalan baik. Namun, pada akhirnya, karyawan tersebut lebih mementingkan order usaha pribadinya ketimbang order yang datang ke perusahaan.
Hal ini sebaiknya juga harus lebih diperhatikan dan dipertimbangkan oleh pihak perusahaan.
3. Tidak boleh mengganggu kinerja
Bagaimanapun, pekerjaan utama tetap harus menjadi prioritas. Namanya juga pekerjaan tambahan, jadi pekerjaan tersebut seharusnya dilakukan jika target pekerjaan utama sudah selesai dikerjakan secara tuntas.
Hal ini pastinya tergantung pada karyawan itu sendiri, bagaimana ia mengelola waktu, tenaga, dan pikirannya. Karyawan harus bisa menentukan prioritas sehingga tetap bisa mencapai target yang sudah ditetapkan sembari menjalankan pekerjaan ataupun bisnis sampingan.
Dari pihak perusahaan sendiri bisa melakukan monitoring mengenai hal ini. Jika semangat kerja karyawan tampak menurun, maka harus segera dicari tahu apa penyebabnya. Dengan demikian, bisa segera pula dicari solusinya untuk kebaikan bersama.
4. Diharapkan untuk menjaga kesehatan
Melakukan dua atau lebih pekerjaan secara bersamaan pasti bukan hal yang mudah. Pikiran, tenaga, dan waktu akan terbagi. Kalau stres karena kurang mampu mengelola diri, maka bisa saja jadi jatuh sakit.
Pastinya hal ini tak diharapkan oleh pihak perusahaan. Mungkin memang perusahaan sudah memberikan berbagai benefit kesehatan, tetapi tentunya bukan untuk tujuan seperti ini.
Karena itu, perusahaan boleh mengingatkan karyawan yang ingin melakukan pekerjaan atau bisnis sampingan untuk senantiasa menjaga kesehatan mereka. Ada baiknya jika pihak HR perusahaan mendiskusikan hal ini secara khusus dengan karyawan agar sama-sama sepaham.
5. Tetap jaga kerahasiaan perusahaan
Selain peluang terjadinya conflict of interest, hal lain yang biasanya menjadi kekhawatiran terbesar perusahaan adalah bocornya resep perusahaan pada pihak lain yang mungkin berhubungan secara personal dengan karyawan.
Memang bisa dimaklumi sih, mengapa kekhawatiran seperti ini muncul, dan peluangnya memang ada. Karena itu, ada baiknya dibuat kebijakan perusahaan berupa aturan tertulis terkait rahasia-rahasia perusahaan ini dan ditandatangani di atas meterai oleh karyawan.
Selain 5 hal di atas, ada baiknya juga bagi perusahaan untuk memberikan training keuangan bagi karyawan. Dengan meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan yang baik, dan karyawan jago mengelola gaji, mereka pun jadi merasa tak perlu mempunyai penghasilan tambahan bukan?
Hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan. Pihak perusahaan dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansialnya.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Karyawan Melakukan Pekerjaan Sampingan? Boleh Saja Tapi Perhatikan Dulu 9 Aturan Berikut
Siapa yang nggak senang jika bisa mendapat penghasilan tambahan dari pekerjaan sampingan? Bagi seorang karyawan, ini berarti tambahan pundi-pundi uang, kalau bisa rutin setiap bulan pasti bisa membantu banget, iya kan? Mau dialokasikan untuk operasional sehari-hari, ataukah ditambahkan pada investasi, itu pastinya tergantung tujuan keuangan kita.
Yes, peluang mendapatkan uang lebih lewat pekerjaan sampingan memang menggiurkan. Tapi hal itu tidak akan mudah dijalani jika kita melakukannya tanpa perhitungan. So, sebelum memutuskan untuk mengambil pekerjaan sampingan–atau side job–akan lebih baik jika simak dulu aturan mainnya.
Agar pekerjaan sampingan lancar dan pekerjaan utama tetap berjalan baik, ada beberapa aturan yang harus dipahami
1. Pahami aturan kantor
Setiap perusahaan memiliki peraturannya masing-masing. Kita harus paham benar mengenainya. Biasanya saat baru masuk kerja, setiap karyawan akan diberi tahu mengenai aturan-aturan kantor.
Jika ternyata nggak ada yang memberi tahu, maka kita, sebagai karyawan, berhak bertanya. Misalnya, jam berapa masuk, istirahat dan pulang? Bagaimana dengan aturan lembur? Bolehkah karyawan mengambil cuti dan berapa hari jatahnya? Dan seterusnya.
Nah, tanyakan juga bolehkah karyawan di kantor melakukan side job atau punya usaha sampingan. Jika jawabannya tidak boleh, maka tanyakan alasannya. Dari jawaban tersebut, kita bisa melihat dan membaca situasi, apakah ada peluang atau nggak untuk menjalankan side job ini.
2. Pilih bidang yang berbeda
Perusahaan mana pun rasanya tidak akan bisa menoleransi karyawan yang melakukan side job atau punya usaha sampingan di bidang yang sejenis. Misalnya, seorang jurnalis. Tidak etis jika ia juga menulis untuk media lain, kecuali jika masih satu grup.
Contoh lain, si karyawan bekerja di sebuah ecommerce retail untuk produk fashion. Tapi ia sendiri juga buka online shop yang juga menjual produk-produk yang sama. Kalau begini, bisa saja terjadi konflik kepentingan. Peluang untuk melakukan kecurangan akan lebih besar.
3. Jangan ganggu alur kerja utama
Prioritaskan pekerjaan utama. Lakukan pekerjaan sampingan kita di waktu luang, misalnya sebelum dan setelah bekerja atau saat istirahat.
Perhatikan juga energi dan stamina kita. Jangan sampai karena terlalu fokus pada pekerjaan sampingan, kita jadi malah kehabisan tenaga untuk melakukan tugas-tugas kantor. Tapi, selama pekerjaan utama berjalan lancar, tentu nggak akan ada masalah.
Tapi jika terlihat hasilnya kurang maksimal, atau selalu meleset dari target, pekerjaan sampingan kita pasti jadi sorotan. Nggak tertutup kemungkinan atasan atau tim kerja akan melayangkan teguran.
4. Jangan ganggu rekan kerja
Apa pun pekerjaan sampingan yang dilakukan, pastikan kita tidak sampai mengganggu orang lain di kantor. Misalnya, menaruh barang-barang jualan di meja teman, atau menelepon klien dengan suara keras sehingga mengganggu konsentrasi kerja yang lain.
Selain itu, nggak ada salahnya juga kita sesekali memberi kesenangan pada teman-teman sekantor dari keuntungan pekerjaan sampingan kita, seperti membawa jajanan kecil atau camilan-camilan lain. Dengan demikian, mereka akan mendukung kita punya side job kan?
5. Gunakan barang pribadi
Melakukan pekerjaan sampingan mestinya juga harus punya modal. Betul? Meski di kantor tersedia telepon yang bebas kita gunakan, namun jangan sekali-sekali digunakan untuk keperluan side job pribadi kita.
Segala bentuk transaksi atau komunikasi untuk pekerjaan sampingan, sebaiknya kita gunakan milik pribadi. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tak mengenakkan yang bisa saja terjadi. Misalnya, suatu saat tagihan telepon kantor membengkak, kita bisa lo disalahkan walau mungkin kita hanya sesekali saja memakainya.
Daripada jadi masalah, lebih baik pakai properti pribadi saja. Ini berlaku bukan hanya untuk urusan telepon, tapi juga laptop, mesin faks, jasa office boy, mesin fotokopi, dan lain-lain.
6. Minta izin atasan
Dapat order untuk pekerjaan sampingan, sedangkan pekerjaan utama sudah selesai? Minta izinlah ke atasan.
Percayalah, pimpinan yang baik akan memberikan peluang agar bawahannya berkembang. Tapi lebih baik lagi kalau waktu kerja yang digunakan untuk melakukan side job diganti dengan pulang lebih lambat atau datang lebih awal kemudian.
7. Cari yang mendukung pekerjaan utama
Sangat disarankan untuk melakukan pekerjaan sampingan yang bsia mendukung tugas utama kita di kantor.
Misalnya, banyak teman yang sulit mencari sarapan. Kenapa nggak kita menyediakannya untuk mereka? Bisnis katering sarapan untuk teman sekantor. Wuih, kayaknya menjanjikan banget tuh.
Atau pada suka susah beli pulsa? Bisa juga tuh jadi peluang bisnis sampingan di kantor.
Side job yang seperti ini tak cuma memberi keuntungan finansial bagi kita, tapi juga membantu teman yang lain bukan? Pasti kita jadi dapat banyak dukungan deh.
8. Manfaatkan waktu secara efektif
Untuk menawarkan produk baru, manfaatkan media sosial seperti Instagram, Facebook, Line dan lain sebagainya. Sekarang sudah nggak zamannya lagi mesti wira wiri ke sana kemari mempromosikan barang dagangan bukan?
Tinggal ambil smartphone, lalu ketik-ketik sebentar saja kan? Asal ya itu tadi, jangan sampai mengganggu waktu kerja utama.
9. Pisahkan rekening gaji dan rekening pekerjaan sampingan
Nah, ini yang masih sering diabaikan oleh mereka yang melakukan pekerjaan sampingan, selain punya juga pekerjaan utama sebagai karyawan kantoran. Semua penghasilan jadi satu dalam satu rekening.
Coba lakukan pemisahan rekening untuk menerima gaji dan rekening untuk usaha atau pekerjaan sampingan. Selain mempermudah laporan keuangan yang harus kita buat untuk memantau perkembangan usaha kita, rekening yang terpisah juga mempermudah operasional harian serta memperjelas tujuan keuangan kita.
Misalnya saja, rekening untuk gaji dari pekerjaan utama–selain untuk menerima gaji–juga untuk operasional. Jadi kalau butuh untuk keperluan sehari-hari, kita ambil dari rekening ini. Sedangkan, rekening untuk pekerjaan sampingan–selain untuk menerima penghasilan tambahan yang mungkin tidak tetap–bisa kita manfaatkan misalnya untuk menambah investasi.
Yakin deh, dengan pemisahan rekening, kita akan makin mudah mengelola keuangan kita.
Nah, semakin mantap untuk menambah penghasilan dengan usaha atau pekerjaan sampingan? Semoga sukses ya!
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.