Mengelola Keuangan Keluarga Tanpa Mengorbankan Kualitas Pendidikan Anak
Dalam perjalanan membesarkan anak, sering kali kita dihadapkan pada tantangan keuangan keluarga yang tak terelakkan. Mulai dari biaya sehari-hari hingga investasi jangka panjang untuk pendidikan anak, setiap keputusan finansial memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan keluarga.
Di sinilah orang tua perlu menjadi smart. Smart dalam menentukan strategi pemilihan sekolah yang terbaik untuk anak, sekaligus smart untuk mengatur strategi keuangan keluarga agar siap secara finansial.
Bagaimanapun, sebagai orang tua pasti pengin anak bisa mendapatkan pendidikan terbaik. Namun, kadang realita kehidupan itu bikin nyali menjadi ciut. Pertanyaan yang kerap muncul adalah cukup enggak ya uangnya untuk bisa bikin anak dapat pendidikan terbaik?
Nah, ini yang akan kita bahas kali ini; tentang bagaimana caranya kualitas pendidikan anak tetap terjaga sambil menjaga keseimbangan anggaran keuangan keluarga.
Table of Contents
Pentingnya Pendidikan Berkualitas bagi Anak
Pendidikan berkualitas memegang peranan penting dalam perkembangan anak. Banyak orang tua menganggap, bahwa pendidikan yang berkualitas dapat menjamin masa depan anak yang lebih baik.
Ya, meskipun bukan menjadi faktor penentu kesuksesan satu-satunya bagi anak sih, karena masih banyak hal lain yang juga berperan, yang sama-sama pentingnya. Namun, yakin deh, yang baca artikel ini setuju dengan anggapan tersebut. Karena, kalau enggak setuju, pasti enggak akan baca artikel ini. Betul?
Sejumlah penelitian juga telah menunjukkan korelasi positif antara pendidikan berkualitas dan kesuksesan jangka panjang dalam karier serta kesejahteraan seseorang. Misalnya, ada sebuah jurnal dari jurnal.untirta.ac.id, yang menyatakan bahwa semakin tinggi tamatan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja (the working capacity) atau produktivitas orang tersebut dalam bekerja.
Selain itu, ada beberapa penelitian juga yang menyatakan bahwa pendidikan yang baik juga membantu anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian. Keduanya merupakan aspek penting yang nantinya dapat mendukung anak-anak tersebut dalam menghadapi tantangan masa depan.
So, investasi dalam pendidikan, terutama di tahun-tahun awal kehidupan anak, adalah langkah krusial yang berdampak jauh melebihi ruang kelas, hingga jauh ke masa depan.
Mengidentifikasi Biaya Pendidikan
Jadi, apa yang bisa dilakukan oleh para smart parents ini untuk mempersiapkan sekolah anak sekaligus menyiapkan keuangan keluarga untuk dana pendidikan secara smart?
Yang pertama harus dipahami adalah bahwa memahami apa saja komponen dalam biaya pendidikan anak adalah langkah awal yang krusial bagi setiap orang tua dalam perencanaan keuangan keluarga. Komponen biaya pendidikan anak meliputi berbagai aspek, yang terbagi menjadi biaya langsung dan tidak langsung. Berikut adalah rinciannya.
1. Biaya Langsung
Bisa berbeda satu sama lain, tetapi umumnya adalah:
- SPP, yaitu Iuran bulanan atau tahunan untuk biaya operasional sekolah.
- Uang pangkal, yaitu biaya awal yang biasanya dibayarkan saat pendaftaran atau masuk sekolah baru.
- Biaya seragam dan perlengkapan sekolah, termasuk seragam, sepatu, tas, dan peralatan lainnya.
- Buku pelajaran dan bahan ajar, termasuk di dalamnya adalah biaya untuk buku teks, buku kerja, dan materi ajar lainnya.
- Biaya ekstrakurikuler, untuk kegiatan di luar kurikulum resmi sekolah, seperti olahraga, musik, atau klub.
2. Biaya Tidak Langsung
Di dalamnya termasuk:
- Transportasi, yaitu biaya perjalanan anak ke dan dari sekolah.
- Jajan untuk makan siang atau snack di sekolah.
- Les-les tambahan, jika diperlukan.
- Kegiatan lapangan, seperti studi tur
- Teknologi, misalnya seperti biaya untuk akses internet, perangkat elektronik, atau langganan platform pembelajaran online.
- Ujian dan sertifikasi, misalnya biaya untuk ujian nasional, ujian masuk universitas, atau sertifikasi khusus, jika ada.
Setiap keluarga mungkin mengalami variasi dalam komponen-komponen ini tergantung pada kebijakan sekolah, kebutuhan individu anak, dan pilihan ekstrakurikuler yang diikuti. Maka, penting untuk mempertimbangkan semua aspek ini dalam membuat anggaran pendidikan anak.
Di tingkat pendidikan dasar, biayanya mungkin terlihat lebih terjangkau. Namun, seiring beranjaknya anak ke jenjang yang lebih tinggi, seperti SMP, SMA, dan perguruan tinggi, biayanya cenderung meningkat secara signifikan.
Variasi biaya ini juga sangat tergantung pada jenis sekolah yang dipilih, apakah negeri atau swasta, dan tingkat fasilitas pendidikan yang disediakan. Sekolah swasta atau internasional umumnya memiliki biaya yang lebih tinggi karena menawarkan fasilitas dan program pendidikan tambahan.
Nah, makanya sebagai orang tua, penting nih untuk sadar bahwa biaya pendidikan merupakan investasi jangka panjang dan memerlukan perencanaan keuangan keluarga yang matang. Orang tua tentu ingin memastikan bahwa anak-anak bisa menikmati pendidikan berkualitas tanpa mengorbankan stabilitas keuangan keluarga.
Prinsip Dasar Pengelolaan Keuangan Keluarga
Nah, terus gimana nih cara mengatur keuangan keluarga demi tercapainya pendidikan berkualitas untuk anak? Dalam konteks mengelola keuangan keluarga dengan tujuan membangun biaya pendidikan anak, beberapa prinsip dasar yang penting adalah sebagai berikut.
1. Pembuatan Anggaran Khusus
Membuat anggaran terpisah untuk pendidikan adalah hal pertama yang penting untuk dilakukan. Di dalamnya mencakup mengalokasikan sejumlah dana dari pendapatan bulanan secara khusus untuk biaya pendidikan anak, termasuk tabungan, SPP, buku, dan kegiatan ekstrakurikuler.
2. Penghematan dan Prioritas Pengeluaran
Berhemat di pos lain, dengan mengidentifikasi dan mengurangi pengeluaran yang tidak esensial untuk meningkatkan alokasi dana pendidikan. Prioritaskan pengeluaran keluarga sehingga kebutuhan pendidikan anak tetap terpenuhi.
3. Pembentukan Dana Pendidikan
Selanjutnya, orang tua membangun dana pendidikan yang khusus, terpisah dari dana darurat atau tabungan lainnya. Ini bisa dalam bentuk tabungan pendidikan, deposito, atau instrumen investasi lain yang aman dan memberikan imbal hasil yang baik.
4. Keterbukaan Finansial dalam Keluarga
Jika anak sudah cukup usianya, melibatkan anak dalam perencanaan keuangan pendidikan mereka juga akan baik dampaknya. Dengan begitu, mereka memahami nilai uang dan pentingnya pendidikan.
5. Review dan Penyesuaian Anggaran
Secara rutin orang tua juga wajib meninjau dan menyesuaikan anggaran pendidikan, mengingat biaya pendidikan terus meningkat setiap tahunnya.
Menerapkan prinsip-prinsip ini akan membantu keluarga dalam membangun dana pendidikan yang cukup untuk anak-anak, sekaligus mengajarkan pentingnya perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga yang baik.
Strategi Mengalokasikan Dana untuk Pendidikan
1. Pemilihan Instrumen
Alokasi dana untuk pendidikan anak memerlukan strategi yang cermat, dengan pemilihan instrumen yang tepat.
Tabungan bisa menjadi pilihan yang aman untuk jangka pendek, memberikan akses mudah ke dana saat dibutuhkan. Sementara itu, investasi, seperti reksa dana atau obligasi, mungkin menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi untuk jangka panjang.
Jadi, orang tua bisa menyesuaikannya dengan rencana yang sudah dibuat.
2. Penentuan Persentase
Saat mengalokasikan pendapatan untuk pendidikan, penting untuk menyeimbangkan antara kebutuhan pendidikan dengan kebutuhan keuangan keluarga lainnya. Pasalnya, kebutuhan keluarga pastinya bukan hanya sekolah anak, kan?
Jadi, tentukan persentase tetap dari pendapatan yang dialokasikan untuk dana pendidikan, sambil memastikan kebutuhan dasar keluarga seperti pangan, papan, dan kesehatan tetap terpenuhi.
3. Memanfaatkan Bantuan Finansial dan Beasiswa
Bantuan keuangan dan beasiswa dapat menjadi sumber pendanaan pendidikan alternatif yang bisa dipertimbangkan. Terutama di jenjang perguruan tinggi.
Ada berbagai jenis beasiswa dan bantuan keuangan yang tersedia, mulai dari yang berbasis prestasi akademik, bakat khusus, hingga yang berbasis kebutuhan finansial. Jadi, coba riset tentang program yang tersedia, termasuk persyaratan dan deadline aplikasi. Lalu, persiapkan dokumen yang dibutuhkan secara lengkap.
4. Manfaatkan Teknologi
Teknologi memainkan peran penting dalam menyediakan alternatif pendidikan berkualitas dengan biaya yang lebih terjangkau.
Sumber belajar online, seperti kursus online, aplikasi pendidikan, dan sumber daya digital lainnya, memberikan akses mudah ke materi pendidikan berkualitas tinggi. Biayanya sering kali justru lebih rendah dibandingkan dengan pendidikan tradisional.
Beberapa platform seperti Coursera dan sejenisnya menawarkan berbagai materi pembelajaran mulai dari tingkat dasar hingga lanjutan. Selain bisa memperdalam pengetahuan, hal ini juga menambah skill si anak yang nantinya akan berguna saat mereka harus berkompetisi di dunia kerja.
5. Menanamkan Nilai Hemat dan Edukasi Keuangan pada Anak
Mendidik anak tentang keuangan adalah bagian penting dari smart parenting.
So, mulai ajarkan tentang pentingnya menabung, cara mengelola uang, dan mengerti nilai dari uang yang diperoleh. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya belajar menghargai uang, tetapi juga mengembangkan kebiasaan keuangan yang baik yang akan bermanfaat sepanjang hidup mereka.
Yuk, belajar mengelola keuangan keluarga dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Berpikir Jangka Panjang saat Investasi di Pasar Saham: Pentingnya Sabar dan Disiplin
Dalam dunia keuangan, pasar saham sering kali dipandang sebagai arena permainan cepat, tempat keuntungan bisa berubah dalam hitungan menit.
Namun, bagi mereka yang benar-benar memahami intisari investasi, pasar saham lebih mirip maraton daripada sprint. Bukan tentang cepat-cepatan mencari keuntungan dalam jangka pendek, melainkan memahami dan memanfaatkan potensi pertumbuhan jangka panjang sebuah perusahaan atau industri.
Di sinilah pentingnya memiliki visi jangka panjang, disertai dengan kesabaran dan disiplin, menjadi kunci utama dalam meraih kesuksesan investasi. Di balik cepatnya berita harian dan fluktuasi harga saham yang sering kali menyesatkan, terdapat prinsip dasar yang, jika diikuti dengan konsisten, dapat membimbing investor menuju keberhasilan finansial yang berkelanjutan.
Mengapa Harus Sabar dan Disiplin saat Ingin Berinvestasi Jangka Panjang di Pasar Saham?
Ketika berbicara tentang investasi jangka panjang, dua kualitas utama yang sering ditekankan adalah kesabaran dan disiplin. Keduanya memiliki peran yang kritis dalam menentukan keberhasilan strategi investasi jangka panjang. Berikut beberapa alasan mengapa kesabaran dan disiplin sangat penting.
Pasar Saham Inheren Volatil
Pasar saham memiliki sifat yang volatil, yang berarti nilai investasi dapat naik dan turun dalam periode waktu yang singkat.
Kesabaran diperlukan untuk menahan godaan menjual investasi ketika harga turun atau ketika ada berita negatif, dengan harapan bahwa dalam jangka panjang, investasi tersebut akan pulih dan tumbuh.
Efek Bunga Majemuk
Salah satu keajaiban investasi adalah efek bunga majemuk, ketika kamu dimungkinkan untuk mendapatkan pengembalian tidak hanya dari modal awal investasi, tetapi juga dari pengembalian sebelumnya.
Namun, untuk memaksimalkan manfaat ini, kamu harus memegang investasi ini untuk jangka waktu yang lama, yang tentu saja memerlukan kesabaran.
Menghindari Kesalahan Keputusan Emosional
Keputusan impulsif berdasarkan emosi sering kali menyebabkan kesalahan dalam investasi. Dengan memiliki disiplin, kamu sebagai investor dapat menghindari keputusan cepat berdasarkan ketakutan atau keserakahan dan tetap berpegang pada rencana keuangan yang sudah kamu buat sebelumnya.
Menghindari “Timing Pasar”
Banyak investor mencoba “timing pasar”, yang berarti mereka mencoba memprediksi kapan harga akan naik atau turun. Namun, ini adalah tugas yang sangat sulit bahkan untuk ahli paling terampil sekalipun.
Disiplin membantumu untuk tetap berpegang pada strategi investasi yang sudah kamu tetapkan dan sesuaikan dengan tujuan keuangan serta kemampuan, tanpa harus pusing mencoba menebak-nebak pergerakan pasar.
Konsistensi
Memiliki disiplin berarti secara konsisten berkontribusi ke portofoliomu. Selain itu, kamu juga dapat melakukan diversifikasi dengan benar, dan meninjau ulang tujuan keuangan dengan cermat secara berkala.
Pendekatan konsisten ini sering kali memberikan hasil yang lebih baik dalam jangka panjang daripada strategi yang lebih reaktif.
Fokus pada Fundamental
Ketika investor memiliki kesabaran dan disiplin, mereka dapat lebih fokus pada fundamental suatu perusahaan atau investasi daripada perubahan harga jangka pendek. Mereka akan mempertimbangkan kualitas manajemen, prospek pertumbuhan, dan faktor lain yang dapat memengaruhi kinerja jangka panjang suatu investasi.
Dalam esensi, kesabaran dan disiplin membantu menjaga investor tetap pada jalur untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka, menghindari keputusan cepat yang mungkin merugikan, dan memaksimalkan potensi keuntungan mereka di pasar.
Cara agar Tetap Disiplin dan Sabar dalam Proses Investasi Jangka Panjang di Pasar Saham
Menjaga kesabaran dan disiplin dalam investasi jangka panjang bisa menjadi tantangan, terutama ketika dihadapkan dengan volatilitas pasar dan godaan untuk mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat. Namun, dengan strategi dan teknik tertentu, kamu pasti dapat mempertahankan kedua kualitas ini sepanjang perjalanan investasimu.
Coba ikuti beberapa hal berikut.
#TujuanLoApa
Selalulah mulai dari sini. Apakah itu untuk pensiun, pendidikan anak, atau tujuan keuangan lainnya?
Dengan tujuan yang jelas, kamu akan selalu punya alasan konkret untuk tetap berpegang pada aktivitas investasimu.
Buat Rencana Keuangan
Sebelum memulai investasi di pasar saham, buatlah rencana keuangan yang konkret, realistis, dan mengacu pada tujuan keuangan yang sudah ditentukan di atas.
Bisa jadi di dalamnya ada rencana-rencana soal bagaimana kamu berinvestasi agar bisa mencapai tujuan keuangan, berapa lama kamu berencana memegang investasi, dan kondisi apa yang mungkin memicumu untuk menjual atau mengubah portofolio. Misalnya, tujuan akan segera diwujudkan setahun lagi. Nah, pertimbangkan, mungkin kamu sudah harus memindahkannya ke instrumen yang lebih aman daripada pasar saham.
Edukasi Diri Sendiri
Semakin kamu memahami pasar saham dan bagaimana investasi jangka panjang bekerja, kamu akan semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. So, tetap belajar tentang sejarah pasar, volatilitas, dan pentingnya kesabaran dalam investasi ya.
Diversifikasi Portofolio
Sebarkan investasi Anda di berbagai jenis aset. Tak semuanya harus dihabiskan di pasar saham lantaran potensi keuntungan yang tinggi.
Dengan diversifikasi, kamu mengurangi risiko kerugian besar dari satu investasi tertentu, yang pada gilirannya dapat membantumu tetap tenang saat pasar turun.
Jauhkan Emosi dari Keputusan
Cobalah untuk memisahkan emosi dari keputusan investasimu. Ingatlah bahwa pasar saham itu fluktuatif dan fokuslah pada tujuan jangka panjang yang sudah kamu tentukan sendiri, bukan reaksi sesaat.
Review Berkala
Tetapkan waktu tertentu, misalnya setiap kuartal atau setahun sekali, untuk meninjau portofoliomu. Hal ini membantumu memastikan bahwa rencanamu tetap berada di jalur yang benar.
Pikirkan Dalam Perspektif Jangka Panjang
Ketika kamu melihat berita atau informasi pasar, tanyakan pada dirimu sendiri, “Apakah ini akan penting dalam 5, 10, atau 20 tahun mendatang?” Dengan selalu memikirkan jangka panjang, kamu akan lebih mampu mengabaikan gangguan jangka pendek.
Percayai Prosesnya
Ingat bahwa kesabaran dan disiplin dalam investasi adalah tentang memercayai prosesnya. Sejarah telah menunjukkan bahwa pasar cenderung tumbuh seiring waktu, jadi percayailah pada strategi yang sudah kamu tentukan sendiri, dan berikan waktu bagi investasimu untuk berkembang.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dan terus mengingatkan dirimu sendiri tentang pentingnya kesabaran dan disiplin, kamu akan lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam perjalanan investasi dan mencapai tujuan jangka panjangmu.
Dalam perjalanan investasi di pasar saham, keputusan yang diambil berdasarkan pandangan jangka panjang lebih berpeluang untuk membuahkan hasil yang menguntungkan.
Kesabaran dan disiplin, bukan reaksi cepat terhadap setiap gelombang volatilitas, adalah kunci keberhasilan sejati. Di tengah berbagai distraksi dan godaan untuk mengambil keputusan impulsif, penting untuk selalu mengingat bahwa pasar saham adalah lahan yang subur bagi mereka yang sabar, berkomitmen, dan memiliki visi jangka panjang.
Dengan memegang teguh prinsip-prinsip ini, kamu enggak hanya memaksimalkan peluang keberhasilan investasimu, tetapi juga pada akhirnya membawamu mencapai tujuan finansial yang kamu inginkan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pentingnya Siapkan Dana Pendidikan Anak Sekarang Juga
Setiap orang pastinya pengin yang terbaik bagi anaknya. Harapannya pasti tak jauh dari semoga bisa jadi orang sukses, berhasil mewujudkan impian di masa depan, jadi orang yang berguna buat dirinya sendiri, agama, negara, dan masyarakat. Iya kan? Karena itu, penyiapan dana pendidikan anak hingga meraih jenjang setinggi-tingginya menjadi hal penting.
Padahal, besarnya dana pendidikan anak ini enggak main-main. Apalagi di zaman sekarang, wah, makin melambung! Pastinya orang tua mengandalkan pendapatannya untuk bisa menabung demi pendidikan anak, ya kan? Sayangnya, kadang terasa bahwa kenaikan biaya pendidikan tak terkejar oleh pertumbuhan pendapatan.
Lalu bagaimana?
Di sinilah pentingnya perencanaan dana pendidikan anak.
Pentingnya Perencanaan Dana Pendidikan Anak
Memangnya dana pendidikan anak ini penting banget ya, untuk direncanakan dari sekarang? Nah, ini nih, yang akan kita bahas.
Seperti yang dilansir dari situs Detik Finance, bahwa survei HSBC yang dilakukan pada tahun 2015 menunjukkan, bahwa 9 dari 10 orang tua sadar betul akan arti pentingnya pendidikan anak. Namun, sebanyak 66%-nya mengakui, bahwa mereka telah terlambat dalam memulai perencanaan pendidikan anak-anak mereka.
Sebagian mengakui bahwa mereka memilih menunda membuat rencana pendidikan, karena merasa anaknya masih terlalu kecil. Baru juga bisa berjalan, masa sudah harus memikirkan kuliah? Kan, masih banyak hal lain yang lebih urgent? Begitu pikir mereka.
Nah, di sinilah kesalahan pertama terjadi.
Enggak terasa, waktu cepat berlalu. Anak-anak dari mulai berjalan, masuk playgroup, masuk TK, SD, SMP, dan SMA tiba-tiba sudah terlewati semua. Tahu-tahu saja, mereka sudah harus masuk kuliah.
Persiapan yang pendek akan membuat orang tua harus menyisihkan dana yang lebih besar. Padahal ya, kebutuhan lain juga semakin membengkak seiring waktu, karena berbagai sebab. Kalau akhirnya orang tua terlalu berat bebannya, hingga enggak berhasil membangun dana pendidikan anak yang sesuai, maka anaklah yang akan mendapatkan konsekuensinya. Impiannya bisa jadi harus tertunda, atau bahkan harus dilupakan.
Mengsedih!
Jadi, kudu disiapin sekarang ini ya?
Ya, jika kamu sudah memiliki penghasilan tetap, siapkan dana pendidikan anak sejak dini, agar nantinya bebanmu akan lebih ringan, dan peluang untuk bisa memenuhi kebutuhannya jadi lebih besar.
Lalu, apa yang harus dilakukan?
Ketahui Kebutuhan Pendidikan Anak
Hal pertama yang harus dilakukan untuk membangun dana pendidikan anak yang memadai adalah menghitung kebutuhannya. Untuk itu, kamu perlu tahu komponen apa saja yang akan memengaruhi besaran dana pendidikan anak yang perlu disiapkan.
Biaya pendidikan anak terdiri atas beberapa komponen:
- Biaya awal, yang dibayarkan satu kali saja, misalnya seperti uang formulir atau uang pendaftaran, uang tes seleksi, uang pangkal, dan sebagainya, sesuai kebijakan sekolah.
- Biaya tahunan, yang dibayarkan setiap tahun, seperti uang kegiatan, uang seragam dan buku, biaya daftar ulang, uang praktikum, dan sebagainya.
- Biaya bulanan, yang dibayarkan setiap bulan, seperti SPP, uang ekstrakurikuler, dan sebagainya.
Nah, untuk menentukan biaya-biaya di atas, pastinya orang tua harus menentukan dulu sekolahnya. Lalu dari mana bisa mendapatkan informasi terkait biaya di sekolah tertentu?
Tenang, ada nih Database Biaya Pendidikan Anak by QM Financial, yang menampilkan berbagai komponen biaya pendidikan mulai dari TK sampai kuliah! Dengan menggunakan data riil, maka kamu pun bisa menghitung secara realistis juga kebutuhan dananya.
Untuk bisa mengaksesnya, kamu hanya perlu ikut mengisi ini, yang nantinya juga akan semakin memperkaya database Biaya Pendidikan Anak by QM Financial sehingga akan lebih banyak data biaya sekolah terkumpul yang bisa kita manfaatkan bersama-sama.
Setelah kamu mengisi survei tersebut, maka akan ada email berisi link untuk dapat mengakses Database Biaya Pendidikan Anak by QM Financial. Gratis! Data ini bisa kamu gunakan untuk membuat rencana dana pendidikan untuk mengantarkan anak-anak meraih jenjang pendidikan setinggi-tingginya hingga mewujudkan mimpinya.
Setelah Menghitung Kebutuhan, Apa yang Harus Dilakukan?
Nah, setelah kebutuhan dananya sudah dapat diketahui secara realistis, berikutnya kamu harus menentukan instrumen yang ingin kamu manfaatkan.
Ada banyak instrumen yang bisa dipilih, mulai dari reksa dana, obligasi, saham, dan sebagainya, yang pastinya harus disesuaikan dengan profil risiko, kebutuhan, serta kemampuanmu.
Tenang, yang ini juga ada kok bantuannya kalau kamu masih bingung, yaitu dengan bergabung ke kelas Dana Pendidikan Anak, yang merupakan salah satu pilihan Elective Class FCOS. Cek jadwalnya, dan segera daftar supaya enggak kehabisan tempat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa sih yang Menyebabkan Tingginya Biaya Sekolah? Bisa Jadi 5 Ini Alasannya!
Tahun ajaran baru segera tiba. Dana pendidikan anak, apa kabar, Bun? Semoga sudah disiapkan dengan baik. Enggak harus sekaligus langsung aman, toh pendidikan anak kan juga jangka waktunya panjang. Asal dipersiapkan dengan baik, kita enggak akan shock-shock amat melihat kenaikan biaya sekolah ini setiap tahun.
Yah, begitulah kenyataannya. Mau angka inflasi besar atau kecil, kenaikan biaya sekolah rerata mencapai 10 – 20% setiap tahunnya. Mau pandemi atau enggak, anak-anak belajar dari rumah atau sudah tatap muka di sekolah, biaya sekolah ya tetap harus dibayar penuh. Ini berlaku terutama di sekolah-sekolah swasta.
Meskipun kita menyekolahkan anak di sekolah negeri, juga tetap ada beberapa hal yang harus disiapkan juga kan? Bukan berarti biaya sekolah jadi Rp0.
Meskipun di UU Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan, bahwa anak berusia 7 hingga 15 tahun berhak mendapatkan pindidikan dasar dengan biaya yang ditanggung pemerintah, tapi ya kenyataan berkata lain. Masih saja ada berbagai ongkos lain yang menjadi beban orang tua.
Di tingkat yang lebih tinggi, lebih dahsyat lagi kenaikannya. Untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri, sekarang juga butuh biaya jutaan.
Tentu saja, ini berdampak pada keluarga-keluarga kelas menengah ke bawah, yang rasanya semakin sulit saja menjangkau kebutuhan pendidikan yang berkualitas.
Apa sih sebenarnya yang menyebabkan biaya sekolah tinggi, dan terus meningkat setiap tahunnya? Berikut beberapa penyebabnya, yang ditelusuri dari berbagai sumber.
Penyebab Biaya Sekolah yang Begitu Tinggi
1. Supply vs demand
Ya, ini sebenarnya “hukum” common di dunia ekonomi, ketika permintaan semakin banyak sementara supply produk sedikit, maka otomatis akan memengaruhi harga produk tersebut. Ini juga berlaku di dunia pendidikan.
Semakin banyak dari kita yang sadar, bahwa kita menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kita. Terutama soal pendidikan. Penginnya ya bisa sekolah di sekolah dengan kualitas terbaik, sementara yang benar-benar bisa menyediakan kualitas seperti yang diminta masih terbatas.
Akibatnya, sekolah-sekolah berfasilitas lengkap pun jadi rebutan, dan ini membuat biaya sekolah menjadi meningkat.
2. Investasi pada guru
Guru, sebagai tenaga pendidik dan orang yang “dibebani” untuk mendidik anak-anak kita sudah pasti harus memiliki kompetensi yang baik.
Bagi sekolah negeri, guru-guru bisa difasilitasi oleh negara. Sedangkan, untuk sekolah-sekolah swasta, beban untuk investasi kompetensi guru mau tidak mau harus ditanggung oleh orang tua bersama-sama.
Investasi pada guru ini tidak mungkin hanya sedikit. Belum lagi juga ada beban akreditasi sekolah yang akan menentukan kualitas sekolah itu sendiri. Biayanya setiap tahun juga pasti meningkat, seiring dengan inflasi yang terjadi.
3. Semakin tingginya pula biaya operasional sekolah
Kita juga tak bisa menutup mata akan semakin meningkatnya hal-hal lain yang dibutuhkan untuk men-support kualitas pendidikan itu sendiri.
Pemeliharaan gedung, pemeliharaan alat-alat peraga pendidikan, belum lagi utilitas-utilitas yang diperlukan juga butuh biaya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Bagi sekolah-sekolah swadana, hal ini pasti juga akan jadi beban siapa lagi kalau bukan beban orang tua siswa yang bersekolah di sekolah tersebut? Akibatnya, sudah pasti biaya sekolah akan disesuaikan dong ya?
4. Bertambahnya tuntutan diadakannya berbagai fasilitas
Sekolah-sekolah zaman sekarang dituntut untuk punya beragam fasilitas dan aktivitas yang diharapkan mampu menstimulasi tumbuh kembang anak-anak. Semakin lengkap fasilitas, semakin banyak aktivitas yang ditawarkan, sudah pasti akan memengaruhi biaya sekolah anak-anak juga.
Dan, orang tua mana sih yang bisa menolak kalau sudah anak-anak yang tertarik pengin sekolah di sekolah tertentu karena ada berbagai fasilitas dan aktivitas yang disukainya ada di sekolah tersebut?
Ada salah satu orang tua yang sempat curhat, anaknya keukeuh memilih SMP tertentu, hanya karena kelasnya moving class.
Aktivitas yang lain memang standar, tetapi metode belajarnya moving class. Meski sudah cukup aware bahwa mungkin dalam beberapa bulan ke depan, pasti belum bisa sekolah offline secara penuh sehingga bisa “menikmati” metode moving class-nya, tapi ya kalau anaknya sudah suka banget, mau gimana lagi? Dan, sudah bisa ditebak, meski aktivitas dan fasilitas sama memadainya dengan sekolah lain, tetapi karena metodenya moving class jadilah memengaruhi biaya sekolah juga.
5. Peer pressure
Peer pressure merupakan tekanan sosial yang biasanya datang dari lingkaran teman-teman. Banyak yang bilang, ini adalah problematika remaja. Tetapi, sesungguhnya, meski kita sudah menjadi orang tua, kita juga kadang tak lolos dari masalah peer pressure ini.
Adanya peer pressure ini juga menjadi salah satu sebab yang memengaruhi orang tua untuk berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah terbaik.
Dan … kembali lagi ke poin satu di atas deh; ketika demand melebihi supply, jadilah harga naik.
Selain 5 sebab di atas, pasti juga ada banyak hal lain yang juga menjadi penyebab biaya sekolah yang tinggi, dan terus merangkak naik dari tahun ke tahun—yang kalau mau dibahas, mungkin bisa nggak habis-habis.
So, daripada “menyalahkan” berbagai hal—apalagi yang di luar kendali kita—di luar yang menyebabkan biaya sekolah terus meninggi, akan lebih baik jika kita menyiapkan diri terkait dana pendidikan.
As a start, kamu bisa mulai dengan ikut kelas Dana Pendidikan dari QM Financial dulu. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Metode Unschooling: Cara Mendidik Anak Paling Aman di Masa New Normal?
Masa new normal yang mulai sudah diberlakukan, dan muncullah berbagai pro dan kontra. Salah satunya tentang sekolah anak. Apakah orang tua rela membiarkan anak-anaknya datang ke sekolah sementara kondisi belum aman? Ternyata tidak. Dan, ternyata hal ini lantas menjadi peluang bagi metode unschooling untuk muncul di permukaan, menjadi salah satu alternatif metode pendidikan anak yang bisa dipilih oleh orang tua.
Ada yang menggolongkan metode unschooling ini sebagai salah satu bagian dari homeschooling, meski beberapa praktisinya enggak menyetujuinya. Menurut mereka, dari pengertiannya saja sudah berbeda, apalagi konsepnya.
Homeschooling memiliki struktur, dan orang tua bertindak layaknya guru di sekolah konvensional, meskipun ada juga yang menggunakan jasa lembaga pendidikan maupun tutor yang dipanggil ke rumah. Sebagian besar masih menggunakan literatur dan text books sebagai media belajar, meski kemudian dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari si anak.
Unschooling lebih tidak terstruktur. Anak dibiarkan menentukan sendiri, ia mau belajar apa, dan orang tua hanya memberikan fasilitas agar pembelajaran anak menjadi lancar. Enggak harus melalui text book, anak bisa belajar dari mana saja, sesuai dengan minatnya.
Metode unschooling juga dianggap bisa menjadi salah satu solusi terhadap tingginya biaya sekolah konvensional dewasa ini. Jika homeschool masih ada uang pangkal, uang pendaftaran, dan sebagainya, metode unschooling–yang mengandalkan kemauan anak untuk belajar mandiri–jadi terbayangkan bakalan lebih hemat. Hmmm, benarkah lebih hemat?
Karena metodenya yang sangat berbeda dengan metode sekolah konvensional, maka ada beberapa hal yang harus disiapkan jika kita hendak mengadopsi metode unschooling ini untuk anak-anak kita.
5 Persiapan untuk Menerapkan Metode Unschooling
1. Mindset
Metode unschooling ini pertama kalinya diperkenalkan oleh John Holt, yang percaya bahwa insting belajar pada manusia itu sama alaminya dengan ketika kita bernapas untuk pertama kalinya.
Bayi juga belajar berjalan, tanpa harus ada yang mengajari. Yang orang tua lakukan, hanya mendorong si bayi agar bisa terus latihan berjalan setiap hari. Begitu juga dengan berbicara, satu dan banyak cara dilakukan oleh si bayi untuk mengenal cara berkomunikasi, dan orang tua bisa membantu latihannya.
Begitulah soal pendidikan anak. Jikapun anak harus belajar matematika, kimia, fisika, bahkan politik sekalipun, itu karena secara alami, mereka menunjukkan minatnya.
Jadi, hal pertama kali yang harus disiapkan adalah mindset, bahwa anak akan belajar apa pun seiring timeline yang mereka miliki sendiri.
2. Mental
Ketika mindset seperti di atas sudah dipenuhi, maka sikap mental pun harus disesuaikan.
John Holt sendiri menyoroti mengenai betapa orang tua (sebagai orang yang merasa paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak) sering mengintervensi proses belajar secara alami anak-anak ini.
Ketika anak belum waktunya membaca, orang tua memaksa agar anak bisa segera membaca. Ketika anak belum siap untuk mengenal angka, orang tua mengajari matematika. Ketika anak tidak suka menulis (padahal menulis dengan mengetik itu jauh lebih cepat), orang tua sudah mengajarinya cara memegang pensil yang benar.
Nah, mental untuk “mengajari” dengan menjadikan apa yang wajar menurut norma sosial sebagai tolok ukur inilah yang harus diubah. Orang lain bilang, usia anak dua tahun seharusnya sudah bisa membaca. Anak usia lima tahun seharusnya sudah bisa menghitung pertambahan dan pengurangan, dan seterusnya.
Lagi-lagi, jika orang tua hendak menerapkan metode unschooling, maka ia harus “merelakan” anak menentukan linimasa dan minatnya sendiri hendak belajar apa.
Dan, ternyata mengubah sikap mental ini berat juga loh!
3. Sosial
Hal lain yang harus disiapkan jika mau menerapkan metode unschooling adalah soal lingkungan sekitar dan masyarakatnya.
Jangankan unschooling, yang bisa dibilang prinsipnya agak radikal alias kurang wajar untuk masyarakat kita, homeschooling yang jelas-jelas memiliki kurikulum dan diakui oleh pemerintah pun masih belum bisa diterima dengan baik.
Jadi, bersiaplah untuk menghadapi segala jenis pertanyaan, kekepoan, kenyinyiran, bahkan sampai judgement, terhadap metode unschooling yang kita lakukan.
Berat? Iya, tapi pasti bisa.
4. Materi dan media belajar
Karena bisa dibilang akan benar-benar organik, bahkan tanpa struktur dan pola, maka orang tua harus siap betul dengan segala materi dan media belajar untuk penerapan metode unschooling ini.
Anak akan belajar dari mana saja, dengan cara apa saja, kepada siapa pun yang ditemuinya. Persiapkan diri untuk “kejutan-kejutan” yang enggak pernah diduga, dan harus siap berpikir cepat untuk mencari solusi agar anak bisa terfasilitasi dengan baik.
Challenging banget memang, termasuk untuk orang tua.
Bacalah buku-buku yang membahas tentang unschooling, atau mencari informasi lain melalui satu dan banyak cara. Persiapkan diri untuk ikut belajar berproses bersama anak-anak.
5. Finansial
Dan, yang terakhir dan tak kalah penting, harus siap pula secara sisi finansial.
Meski tidak harus membayar biaya pendidikan layaknya di sekolah konvensioal, orang tua harus tetap siap dari sisi finansial, karena proses belajar metode unschooling tetap saja butuh media dan materi untuk dipelajari.
Beberapa alternatif untuk mendapatkan materi pembelajaran yang cukup murah adalah dengan:
- Memanfaatkan perpustakaan umum di daerah kita
- Belanja buku atau materi belajar di toko barang bekas. Pastikan barangnya masih bagus ya.
- Belajar dari video-video di Youtube atau penyedia jasa video lain. Bisa juga belajar dengan memanfaatkan website milik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang sekarang sudah semakin interaktif. Di sini, berarti orang tua harus siap dengan kuota internet.
- Belajar di museum, kebun binatang, dan tempat-tempat lainnya yang sejenis, yang berarti mesti disiapkan pula ongkos dan tiket masuknya.
- Dan sebagainya.
Beberapa hal terkait persiapan finansial yang bisa dilakukan oleh orang tua:
- Anggarkan kebutuhan pembelajaran anak secara rutin. Misalnya bulanan atau mingguan, sekalian ajak anak untuk menyusun agenda pembelajarannya dalam periode tersebut. Biasanya sih anak akan excited kalau tahu, dia akan belajar apa saja dalam beberapa hari ke depan.
- Catat semua pengeluaran yang terjadi selama pembelajaran dengan metode unschooling, dalam catatan yang terpisah dengan catatan pengeluaran sehari-hari.
- Tetap rencanakan dana pendidikan anak hingga jauh ke depan. Bagaimana ia akan mencapai tingkat keahlian tertentu, demi bekalnya di kemudian hari.
Nah, bagaimana? Tertarik untuk menerapkan metode unschooling ini? Kalau iya, yuk, segera rencanakan! Meski metodenya tidak terstrukur tetapi persiapan yang komprehensif akan membantu agar prosesnya terlaksanakan dengan lancar.
Kita bisa mulai dengan memperkirakan anggaran dan kebutuhannya. Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, cek jadwalnya dan pilih sesuai dengan yang dibutuhkan.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Review Dana Pendidikan Anak di Tengah Pandemi COVID-19
Curhatan para orang tua semakin sering terdengar akhir-akhir ini. Sudah susah payah membangun dana pendidikan anak dalam instrumen investasi berimbal tinggi (yang pastinya juga berisiko tinggi) tapi harus menghadapi kenyataan pahit, lantaran hasil investasinya kurang menggembirakan.
Enggak heran sih, karena pasar saham kan terkena imbas pandemi COVID-19 sehingga nilai-nilai saham pun anjlok drastis. Duh, pengin nangys.
Terus, gimana dong? Enggak mungkin kan, kita menunda pendidikan anak ‘hanya’ karena investasinya belum mencapai target? Masa iya, anak ditunda masuk sekolah ke tahun depan, atau malah 5 tahun lagi? Enggak mungkin banget kan ya?
So, inilah saatnya kita melakukan review terhadap dana pendidikan anak; apakah masih mungkin diteruskan, atau harus diambil langkah solutif agar target tetap tercapai? Yuk, kita bahas.
5 Langkah Review Dana Pendidikan Anak
1. Ricek kebutuhan
Langkah pertama adalah review kembali kebutuhan kita. Sebenarnya, apa sih yang kita butuhkan untuk memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak kita?
Sebenarnya, siapa sih yang membutuhkan pendidikan? Anak-anak kita, tentunya. Namun, untuk usia sedini mereka, mereka pastinya masih kesulitan untuk menentukan kebutuhannya sendiri. Karena itu, orang tua, sebagai pihak terdekat, membantu mereka untuk mengenali kebutuhan tersebut. Jadi, bertolaklah dari kebutuhan anak-anak, bukan kebutuhan orang tua ya.
Dari sini, kita lantas bisa mengidentifikasi, mana yang dibutuhkan oleh anak, sehingga pendidikan akan lebih efektif untuk mereka. Ini bukan soal apa yang menjadi keinginan orang tua. Orang tua bertugas untuk membantu anak mengenali diri sendiri, mendampingi, dan memfasilitasi.
Dari titik inilah, kita lantas bisa memutuskan, pendidikan seperti apa yang dibutuhkan oleh anak, sesuai minat dan karakter mereka.
2. Cek posisi sekarang
Selanjutnya, yuk, lakukan cek kondisi keuangan kita.
Dana pendidikan anak yang sudah kita buat tersebar di instrumen apa saja? Kalau terkena imbas dari anjloknya pasar modal dan kondisi ekonomi, seberapa besarkah kerugiannya? Lalu, hitung berapa kekurangan yang harus ditutup untuk mencapai target dana pendidikan anak, dengan kondisi yang sekarang? Masih punya waktu berapa lama untuk menutup kekurangan ini?
Lakukan check up dana pendidikan anak secara menyeluruh, termasuk memperhitungkan dengan kondisi penghasilan kita yang sekarang.
Iya, kemungkinan bikin hati keder ya, kekurangannya. Tapi, percaya deh, tahu secara pasti akan lebih membuat hati tenang, karena kita lantas bisa berpikir mencari solusinya, ketimbang enggak tahu sama sekali kondisinya. Betul?
Kalau misalnya, posisi investasi dana pendidikan anak sekarang sangat tidak menguntungkan, coba cek dana darurat dan aset lancar yang lain. Pertimbangkan dengan saksama, jika misalnya cut loss investasi saham–katakanlah selama ini berinvestasi di saham–dan kemudian ditambah dengan dana darurat dan aset lancar lainnya, apakah bisa dipergunakan untuk menutup kekurangannya?
Cek juga alternatif-alternatif solusi yang lain.
3. Ubah target
Dengan mengetahui kebutuhan dan juga posisi investasi untuk dana pendidikan anak secara pasti, kita lantas bisa kembali mereview target.
Jika memang memungkinkan dan juga mengingat akan kemampuan, barangkali kita bisa mengubah target sekolah untuk anak-anak.
Misalnya, yang tadinya pengin banget menyekolahkan anak di sekolah berstandar internasional, mungkin bisa dipertimbangkan ulang. Apa sih yang dicari di sekolah berstandar internasional itu? Mungkin enggak fasilitas yang sama bisa diperoleh di sekolah lain yang lebih terjangkau biayanya?
Atau, mungkin kita bisa mencari alternatif sekolah dengan biaya terjangkau, dan kemudian mencari tambahan? Misalnya, sekolah A diincar, karena ada ekstrakurikuler bahasa Mandarin yang terkenal bagusnya. Mungkinkah kita mencarikan kursus bahasa Mandarin khusus anak-anak di luar, agar bisa “mengurangi” biaya sekolahnya? Dengan mencari kursus di luar, kita juga bisa memiliki fleksibilitas lo, kalau misalnya si kecil ternyata enggak terlalu berminat terhadap kursusnya. Kita bisa saja berhenti dan mencari alternatif lain lagi.
Ingat, anak-anak kadang masih suka berubah-ubah minat. Akan lebih baik, jika ia tidak dipaksa mengikuti pendidikan–baik formal maupun informal–jika memang ia kurang berminat.
Balik lagi kan, ke poin pertama? Kebutuhan si kecil apa? Bedakan kebutuhannya dengan keinginan kita sebagai orang tua.
4. Sesuaikan instrumen dan diversifikasi
Jika investasimu masih punya jangka waktu yang cukup, misalnya 5 tahun lagi, dana pendidikan anak ini baru dibutuhkan, maka no worries, kamu masih tetap bisa melanjutkannya. Tetap optimislah bahwa kondisi akan membaik sesegera mungkin.
Sementara itu lakukan review lagi. Pertimbangkan, apakah instrumennya memang sudah sesuai? Perlukah dipindahkan ke instrumen lain yang enggak terlalu volatile alias lebih aman? Perlu didiversifikasi ke instrumen lainkah? Atau sektor lain?
5. Fokus pada esensi pendidikan anak
Langkah terakhir ini semacam penegasan kembali dari poin ketiga di atas. Jangan memutuskan hanya karena gengsi atau sekadar status sosial. Kita dan anak-anaklah yang akan menjalani kehidupan ke depannya kan? Orang lain bahkan tak akan ikut mendonasikan dana untuk pendidikan anak kita loh!
Kebutuhan kita berbeda, prioritas hidup pun berbeda, dan setiap orang memiliki linimasa yang berbeda. Satu sama lain enggak bisa dibandingkan karena masing-masing punya perjuangan sendiri-sendiri.
So, akan lebih baik kalau kita belajar mengelola keuangan kita sendiri dan keluarga deh. Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi, agar tujuan keuanganmu bisa tercapai, termasuk dalam menyiapkan dana pendidikan anak. Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Pertimbangan Penting Menyiapkan Biaya Pendidikan Anak yang Justru Sering Dilupakan
Sudah tahu berapa uang masuk dan uang bulanan yang harus disetorkan ke sekolah-sekolah di tahun 2020 mendatang? Mulai dari preschool, TK, SD, SMP, SMA, hingga yang tahun depan mulai kuliah? Merasa takut? Merasa was-was, jangan-jangan sebetulnya enggak siap biaya pendidikan anak yang angkanya fantastis itu?
Fear not!
Karena sebenarnya, kita punya buanyak sekali pilihan! Kita punya privilege untuk memilih sekolah yang terbaik, yang paling sesuai untuk anak-anak kita. Dan pilihan itu banyak.
Semua kembali ke diri kita sendiri, sebagai orang tua. Karena sejatinya, mahalnya sesuatu kadang ditentukan oleh lengkap tidaknya fasilitas atau fitur yang ditawarkan. Seperti hotel, semakin lengkap fasilitasnya maka semakin mahal. Tinggal kita sebagai tamu yang menentukan kan, kebutuhan kita selama liburan seperti apa?
Sekolah juga menawarkan fasilitas, kurikulum, suasana, dan metode yang berbeda. Tentu ada plus minusnya sendiri-sendiri. Yang terlengkap, belum tentu sesuai dengan kebutuhan.
Lalu, siapa yang menentukan kebutuhan? Seharusnya sih anak-anak, karena merekalah yang akan menjalani sekolah nantinya. Tetapi, bisa jadi, anak masih belum mengerti akan kebutuhannya sendiri. Nah, tugas orang tualah untuk mengambil alih, untuk menyesuaikan fasilitas sekolah dengan kebutuhan anak.
Salah seorang teman memilih menyekolahkan anaknya di sebuah sekolah yang tidak menawarkan ekstrakurikuler yang terlalu lengkap. Menurutnya, anaknya butuh pembimbingan secara fokus. Sehingga untuk minat dan bakat ia merasa lebih cocok untuk mencari pembimbingan dari lembaga-lembaga nonformal yang diampu oleh orang yang lebih profesional, ketimbang “hanya” dibimbing oleh guru-guru di sekolah dalam ekstrakurikuler. Waktunya pun bisa dipilih di hari Sabtu, saat sekolah libur. Jadi hari-harinya lebih leluasa, dan fokus pastinya.
Seorang teman yang lain lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah berbasis alam, karena ia sendiri bertempat tinggal di area padat penduduk dan sibuk, dengan dominasi warga yang individualistis. Ia merasa, sekolah alam cocok untuk anaknya, agar si kecil terdidik lebih peka terhadap lingkungan.
See? Masing-masing punya kebutuhan yang berbeda. Kebutuhan inilah yang mestinya difasilitasi. Baru kemudian menyiapkan biaya pendidikan anak sesuai kebutuhan.
Ada baiknya, orang tua–terutama para orang tua zaman sekarang yang cerdas–mulai menanggalkan pertimbangan-pertimbangan kuno untuk memilih sekolah dan lebih memperhatikan hal-hal yang lebih esensial ketimbang sekadar label dan gengsi.
Apa saja?
3 Pertimbangan untuk Menyiapkan Biaya Pendidikan Anak
1. Tentukan kebutuhan
Ini dia yang pertama. Jika si kecil belum bisa mengerti kebutuhannya sendiri, maka tugas orang tualah untuk membantunya.
Mengapa?
Karena seharusnya sih, orang tualah yang tahu betul karakter anak masing-masing. Bagaimana cara si kecil belajar, bagaimana caranya menghadapi situasi-situasi tertentu, dan seterusnya. Setiap karakter anak mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Inilah yang seharusnya menjadi pegangan orang tua untuk mencarikan sekolah yang tepat.
Misalnya nih. Saya sendiri merasa tidak perlu menyekolahkan anak di sekolah alam, karena pada dasarnya lingkungan sekitar saya masih memungkinkan anak-anak saya bereksplorasi dengan bebas. Sekali waktu, saya ajak melipir ke rumah saudara yang masih banyak sawah di sekitarnya. Saya biarkan anak-anak main ke sungai (asal dipesan untuk selalu berhati-hati), berkeliaran di kebon pisang, dan seterusnya.
Nah, kalau sudah ketemu kebutuhan, maka proyeksikan kebutuhan ini jauh ke depan, hingga membentuk value yang kita harapkan tertanam pada diri si anak.
2. Tanamkan value pada anak sejak sebelum mulai sekolah
Peer pressure is real indeed. Kadang ini enggak bisa dihindari, dan justru terjadi berawal dari sekolah.
So, tugas orang tua memang berat. Selain harus bisa membantu anak mengenali kebutuhannya sendiri dan memproyeksikannya menjadi bekal masa depannya kelak, orang tua juga harus dapat menanamkan value yang baik sejak sebelum anak mulai bersekolah. Dan, kemudian mencari sekolah yang sesuai dengan value yang ditanamkan ini, serta menyiapkan biaya pendidikan anak yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pernah ada cerita viral di media sosial, mengenai seorang anak TK yang mengadu pada ibunya, bahwa ia nggak diperbolehkan masuk ke geng temannya lantaran ia belum pernah mengunjungi Disneyland.
Speechless sih baca ceritanya. Tapi hal ini nyata terjadi. Dan, untuk menghadapinya, anak perlu bimbingan dari orang tua–yang juga sudah mempunyai value yang sama.
Selalu ingat, bahwa monkeys see monkeys do. Bagaimana anak berperilaku, akan bercermin pada orang tuanya. So, tetapkan value seperti apa yang akan ditanamkan pada anak sejak dini.
3. Sesuaikan dengan kemampuan
Saya sendiri tidak begitu terpengaruh dengan berbagai share biaya pendidikan anak di media sosial. Selain karena saya tinggal di daerah–biaya pendidikan sekolah di sini (meski tetap relatif) tidak setinggi Jakarta, saya juga yakin akan dapat memilihkan sekolah yang sesuai dengan kemampuan kami.
Pilihan jenis sekolah kan banyak sekali, dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Kalau seumpama enggak mampu menyekolahkannya di sekolah berfasilitas lengkap, ya berarti harus siap dengan rencana cadangan.
Memberikan yang terbaik, pastinya menjadi cita-cita orang tua untuk anaknya. Tapi harus juga melihat kemampuan kita sendiri.
So, pada dasarnya, dalam hal pertimbangan untuk menyiapkan biaya pendidikan anak memang kembali pada diri orang tua sendiri. Menyiapkan biaya pendidikan anak ini bisa dibilang adalah seni untuk mengenali kebutuhan dan penyesuaian dengan kemampuan.
Pengin belajar lebih banyak mengenai bagaimana menyiapkan biaya pendidikan anak? QM Financial punya kelas finansial online-nya lo! Sila dicek jadwalnya ya, dan segera daftar!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.