Karyawan Net TV Diminta Mengundurkan Diri untuk Efisiensi – 5 Pertimbangan Jika Hadapi Masalah yang Sama
Rumor sudah beredar sejak lama, bahwa Net TV hendak memutuskan hubungan kerja–atau mem-PHK–karyawannya, lantaran salah satu saluran televisi tersebut sekarang sedang mengalami kendala keuangan yang parah. Namun, rumor ini dibantah oleh pihak manajemen Net TV. Katanya sih, yang lebih tepat adalah Net TV menawarkan pengunduran diri pada karyawan, demi efisiensi.
So, netizen pun sontak bereaksi–ya seperti biasanyalah ya. Satu pihak ada yang mendoakan Net TV untuk bertahan, lain pihak ada yang memberi dukungan pada karyawan Net TV untuk tetap bertahan dan nggak mengundurkan diri. Yang terakhir ini baik demi keberlangsungan siaran-siaran Net TV maupun agar Net TV jangan melalaikan kewajiban mereka sebagai pemberi kerja yang seharusnya memberikan pesangon bagi karyawan yang diberhentikan.
Sementara, pihak Net TV sendiri menjelaskan, sudah banyak karyawan yang menerima penawaran untuk mengundurkan diri dengan benefit ini. Bahkan sudah banyak pula yang membuat surat pengunduran diri dan diterima oleh HRD.
Memang tak ada yang menginginkan hal ini terjadi ya? Karyawan enggak, apalagi perusahaan. Mereka juga enggak mau nutup bisnisnya begitu saja, pastinya. Ingat akan kasus Giant menutup beberapa gerai supermarketnya 2 bulan lalu kan? Pastinya keputusan ini nggak mudah. Hendak langsung memutuskan hubungan kerja juga ada aturannya, salah satunya harus memberikan pesangon pada karyawan yang jumlahnya berkali-kali lipat dari gaji bulanan mereka. Tentunya, ini bisa dibilang mimpi buruk buat perusahaan yang sedang kesulitan keuangan, bukan?
Bagaimana denganmu, jika kamu harus menghadapi situasi yang sama dengan karyawan Net TV–ditawari pengunduran diri dengan benefit karena perusahaan sedang kesulitan keuangan dan harus melakukan efisiensi? Apakah kamu akan menolaknya, ataukah menerimanya?
5 Pertimbangan menerima atau menolak penawaran pengunduran diri massal seperti halnya Net TV
1. Sudah siapkah?
Mari kita lihat kondisi kita sendiri dulu. Siapkah kita untuk kehilangan pekerjaan? Well, jawaban semua orang sih pasti akan seragam dan bisa diduga sih, enggak akan siap. Apalagi kalau sebelumnya kita sudah merasa nyaman bekerja di perusahaan tersebut. Pasti bikin patah hati banget sih.
Tapi itu soal hati sih. Mari kita lihat secara real–pertanyaannya masih sama: apakah kita sudah siap kehilangan pekerjaan? Punya dana darurat berapa? Bagaimana kita nanti akan hidup selama beberapa lama tanpa gaji yang teratur? Apakah ada peluang untuk berbisnis? Apa punya hobi yang bisa dikaryakan? Adakah orang yang bisa menampung? Dan seterusnya.
Jawaban-jawaban kita untuk beberapa pertanyaan di atas akan sangat menentukan keputusan akhir kita, apakah kita akan menerima ataukah menolak penawaran pengunduran diri massal jika sampai harus mengalami kasus seperti Net TV di atas.
2. Jangan emosi dan terbawa suasana
Orang boleh menyarankan kita untuk bertahan atau segera resign–dengan alasan yang menurut mereka paling benar. Tapi ingat, kita lo yang menjalani hidup, kita yang nanti akan harus mencari solusi dan berusaha melewati masalah ini. Yes, kita sendiri. Bukan orang lain–apalagi yang cuma asal komen tanpa pernah ngerasain hal yang sama.
Jadi, untuk karyawan Net TV, jangan terbawa trending topic “We Love Net TV” ya, itu hidup kalian lo! Cobalah untuk tetap tenang, jangan terbawa emosi sesaat apalagi cuma karena baper. Berpikirlah realistis, karena ini soal hidup. Mesti dipikir dengan kepala.
Jika terasa hati mulai baper dan emosi, kembalilah pada pertanyaan-pertanyaan di atas tadi. Dan berusaha untuk mencari jawaban yang paling masuk akal dan paling bisa diterima oleh diri kita sendiri. Nggak usah dengerin orang lain.
3. Pertimbangkan benefit
Apa sih benefit yang diberikan oleh pihak perusahaan? Kalau di Net TV, benefitnya adalah dana yang jumlahnya–konon–lebih besar daripada gaji bulan-bulan sebelumnya. Pertimbangkan antara benefit dan kelayakannya untuk kita terima.
Seharusnya benefit yang ditawarkan memang disesuaikan dengan masa kerja dan kinerja kita selama masih bekerja di perusahaan tersebut. Jika memang dirasa kurang seimbang, kita tetap bisa mengajukan negosiasi–meski perusahaan sedang dalam kesulitan. Kita tetap berhak mendapatkan solusi yang baik kok, setidaknya yang win-win solution.
4. Review karier sejauh ini
Apakah kita sekarang masih dalam masa fresh graduate? Ataukah, kita sudah termasuk karyawan senior? Hal ini juga akan memengaruhi keputusan akhir kita.
Saat kita masih fresh graduate, seenggaknya hingga 2 tahun masa kerja setelah kuliah, ke depannya jalan karier kita masih panjang. Masih terbuka banyak kesempatan untuk mengejar dream job kita. Jika tidak di perusahaan yang sekarang, pasti di perusahaan lain. Mau pindah kerja, enggak jadi masalah. Banyak perusahaan yang akan mau menerima kita dari sisi usia. Tinggal skill, attitude, dan luck saja yang menentukan kemudian.
Kondisi ini akan berbeda kalau kita sudah termasuk senior. Batasan usia biasanya sudah jadi kendala. Skill kita yang sudah menengah atas, kadang juga membuat kita jadi over-qualified. Tak banyak perusahaan yang membuka kesempatan bergabung.
5. Mana yang lebih sehat?
Saya pernah bekerja di perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan hingga menuju bangkrut. Satu hal yang khas banget selalu terjadi: gaji terlambat dibayarkan.
Ada satu masa ketika saya mencoba bertahan. Pikir saya, “Enak banget kalau saya mengundurkan diri. Utangnya masih banyak.” Posisi saat itu gaji saya belum dibayar 3 bulan, plus masih ada piutang fee untuk beberapa proyek menulis yang seharusnya sudah sejak awal kerja saya terima.
Tapi, pikir punya pikir, hal itu enggak sehat juga. Kalau saya bertahan, belum tentu juga kondisi perusahaan membaik. Ditambah lagi keengganan move on ini akan membuat saya stuck, malah jadi enggak bisa fokus untuk mencari sumber penghasilan lain. Memangnya berapa lama lagi saya bisa bertahan? Kan sudah enggak digaji 3 bulan.
Nah, sampai di sini, kita memang perlu tahu, mana pilihan yang paling sehat untuk hidup kita. Bertahan di perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan seperti halnya Net TV, ataukah lebih baik move on dan segera mencari alternatif penghasilan yang lain, sebelum dana darurat terkuras untuk membiayai hidup yang stuck di tempat.
Karena itu, persiapan atas segala hal yang buruk itu adalah koentji. Keuangan, terutama.
So, mari kita lihat, kondisi kita hari ini. Kita sudah bekerja Senin sampai Jumat (ditambah lembur Sabtu dan Minggu), jam kerja yang panjang, dengan tingkat stres yang lumayan … apakah sudah punya persiapan jika ada hal buruk yang terjadi?
Yuk. gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial, terutama untuk membantumu melewati saat-saat tersulit dalam hidup. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.
Ini 5 Alasan Resign Karyawan yang Tak Dapat Ditawar Lagi
Hari gini, mencari kerja itu bisa dibilang sulit bukan main. Maka ketika pekerjaan sudah di tangan, sebisa mungkin harus kita pertahankan. Jangan biarkan masalah-masalah sepele menghambat jenjang karier yang sudah direncanakan, dan menetap di suatu tempat. Setiap kali muncul keinginan yang bisa menjadi alasan resign, maka kita perlu mempertimbangkannya masak-masak agar tak menyesal kemudian.
Kecuali, jika kita menemukan 5 masalah berikut ini, yang bisa menjadi alasan resign yang tak dapat ditawar lagi. Karena resign menjadi pilihan yang paling masuk akal.
5 Alasan resign dari tempat kerja yang tak dapat ditawar lagi
1. Dilecehkan
Apa pun bentuknya, pelecehan adalah tindakan yang tidak bisa ditoleransi sama sekali. Tindakan pelecehan membuat orang yang dilecehkan merasa tidak berarti.
Kalau kita harus menghadapi pelecehan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah melawan. Namun, jika kita tidak mampu untuk melawannya, menjauh adalah jalan yang terbaik. Ini adalah alasan resign yang tidak akan bisa ditawar sampai kapan pun.
Karier bisa dibangun di mana saja. Tapi membiarkan diri kita dilecehkan, sama saja dengan membiarkan orang lain melakukan pembunuhan karakter.
2. Jenjang karier mentok
Lingkungan kerja menyenangkan, atasan juga bisa diajak bekerja sama dengan baik. Rekan kerja? They’re a bunch of fun!
Tapi, setelah bertahun-tahun bekerja di perusahaan tersebut, jabatan tak juga naik. Gaji naik sih, tapi karena perhitungan inflasi. Juga sepertinya tak ada kesempatan lain untuk bisa unjuk gigi.
Bukan karena kita yang kurang kompeten, tetapi hierarki perusahaan yang sempit jadi menyulitkan para karyawan untuk naik jabatan atau mendapatkan promosi, termasuk kita.
Well, kalau ambisi kita cukup untuk menaiki jenjang karier yang panjang, juga untuk sukses dan berkembang, maka hal ini bisa menjadi alasan resign yang cukup kuat. Mulailah pikirkan untuk mencari peluang lain, sebelum usia tidak lagi produktif untuk berganti pekerjaan.
3. Stres berlebih
Dalam jangka panjang, pekerjaan menyebabkan stres berat hingga memengaruhi kesehatan fisik dan mental. Hubungan kita dengan keluarga dan teman juga jadi berantakan.
Kalau sudah begini, kita memang harus segera melakukan sesuatu agar stres tak semakin parah. Salah satu cara untuk mengurangi stres adalah dengan menjauhkan diri dari sumber stres. Kalau sudah berbagai cara sudah ditempuh untuk mengurangi stres dan kita tidak mampu lagi untuk menghadapi tekanan pekerjaan, maka ini bisa menjadi alasan resign yang tak bisa ditawar lagi.
Berhenti bekerja adalah cara untuk menyelamatkan diri yang paling masuk akal.
4. Tidak menyukai pekerjaan
Tidak peduli seberapa banyak kita digaji, atau seberapa tingginya jabatan di kantor, pertanyaan terbesar yang harus dijawab adalah apakah kita merasa bahagia saat mengerjakan semua tugas dan job description yang harus dikerjakan setiap hari itu?
Pekerjaan akan menguras seluruh waktu. Dalam sehari, kita barangkali bisa bekerja 8 – 12 jam, bahkan lebih. Itu berarti lebih dari separuh waktu kita dihabiskan untuk mengurusi pekerjaan di kantor. Bayangkan dalam waktu sebegitu lama harus menghadapi pekerjaan yang tidak kita sukai.
Rasanya hidup jadi terasa sia-sia, buang waktu percuma, karena kita tidak pernah menikmati waktu bekerja. Solusinya? Well, mungkin kita masih bisa membicarakan hal ini dengan pihak HR perusahaan. Bila mungkin, kita masih bisa meminta untuk dimutasi ke bagian lain, yang lebih cocok. Pihak HR sendiri biasanya juga mengerti, bahwa kecocokan antara tugas dan karakter karyawan itu memang penting, sehingga besar kemungkinan mereka akan mempertimbangkan permintaan kita untuk pindah divisi atau pindah bagian, jika memang sesuai.
Namun, jika memang sudah benar-benar tak bisa dihindari lagi, hal ini bisa menjadi alasan resign yang tak dapat ditawar lagi. Lebih baik, cari peluang lain di luar sana yang pasti masih terbuka lebar.
5. Kurang tertantang
Ini adalah salah satu alasan resign yang bagus; kita kurang tertantang dengan pekerjaan yang ada saat ini.
Dengan terus berada di sana, kita bisa merasa bahwa hidup kita berhenti tumbuh. Kita hanya menjalani pekerjaan sebagai rutinitas tanpa gereget yang berarti. Adrenalin tidak terpacu, semangat pun datar-datar saja setiap harinya.
Barangkali kita menginginkan tanggung jawab yang lebih besar dan mencari kesempatan yang tidak akan didapatkan dalam perusahaan sekarang. If so, ini bisa menjadi alasan resign yang tak dapat ditawar lagi.
Nah, bagaimana? Adakah yang sedang merasakan kegalauan lantaran punya beberapa alasan resign tapi masih ragu? Well, lebih baik memang pertimbangkan lagi masak-masak, jangan biarkan emosi sesaat yang menjadi pengambil keputusan.
Namun, jika ada salah satu dari alasan resign di atas, maka sepertinya ini sudah waktunya mencari peluang baru, yang lebih baik.
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.