Mau Jadi Perencana Keuangan untuk Diri Sendiri? 7 Hal Ini Harus Dipelajari Dulu!
Seorang perencana keuangan dibutuhkan ketika kita merasa kesulitan mengatasi permasalahan keuangan yang terjadi, atau ketika kita merasa kewalahan mengelola keuangan pribadi kita. Mereka akan membantu menawarkan berbagai macam solusi, agar kemudian kita bisa sukses meraih tujuan-tujuan finansial kita.
Pernahkah kamu mempertimbangkan untuk menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri?
Hmmm, sounds interesting ya? Iyaps, karena dengan menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri (dan keluarga), kita bisa membuat berbagai keputusan keuangan sendiri. Semua bisa dipertimbangkan menurut kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Kita juga bisa bertanggung jawab atas keputusan-keputusan itu terhadap diri sendiri. Rasanya, bebas banget mau menentukan, pengelolaan seperti apa yang kita inginkan dan bisa mengoptimalkannya sesuai kemampuan dan kebutuhan kita.
Yes banget kan? Nah, mari kita lihat beberapa hal yang perlu kamu pelajari jika kamu ingin menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri.
7 Hal untuk Menjadi Perencana Keuangan Bagi Diri Sendiri
1. Membuat catatan atau laporan keuangan
Nah, kamu pasti sudah tahu, apa pentingnya membuat laporan arus kas keuangan pribadi ini kan?
Yes, catatan atau laporan keuangan yang detail dan rapi dapat membantumu untuk mencermati jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam keuangan, bisa mencari solusinya, dan dengan catatan pengeluaran, kamu juga bisa mengendalikan belanja sehingga kamu bisa lebih banyak menabung demi tujuan finansialmu.
2. Membuat anggaran
Anggaran belanja ini sepenting catatan pengeluaran. Buku catatan keuanganmu belumlah lengkap tanpa adanya anggaran belanja.
Untuk bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri–dan kemudian membuat rencana keuangan yang komprehensif–kamu harus bisa membuat anggaran untuk berbagai macam keperluan.
Ingat, kebutuhan akan selalu lebih banyak daripada sumber daya yang kita miliki. Tanpa anggaran, kita bisa salah prioritas, sehingga bisa jadi kita malah terlalu banyak membelanjakan uang ke hal-hal yang kurang penting.
3. Merumuskan tujuan keuangan
Tak semua orang tahu apa yang mereka inginkan. Banyak loh, yang hanya sekadar menjalani hidup, tanpa ada intensi untuk meningkatkan kualitasnya, karena menjadikan penghasilan yang pas-pasan sebagai alasan.
Padahal, dengan pengelolaan keuangan yang baik, gaji atau penghasilan seberapa besar pun tak akan menjadi masalah. Ini bisa diatasi jika kamu mau menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri.
Salah satunya, kita harus memiliki tujuan keuangan yang disusun berdasarkan prioritas. Ini butuh keterampilan khusus, karena yah, sekali lagi, keinginan dan kebutuhan akan selalu lebih banyak daripada sumber daya. Jadi, kita mesti pintar-pintar mengatur sumber daya itu agar semua kebutuhan bisa terpenuhi.
4. Memilih instrumen investasi yang tepat
Untuk merealisasikan tujuan keuangan yang sudah kamu susun, kamu perlu bantuan beberapa instrumen investasi yang tepat. Hal ini harus kamu pelajari betul jika ingin menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Jangan mikir yang ribet dulu. Belajar investasi itu layaknya sekolah. Kamu enggak bisa tahu-tahu duduk di bangku SMA, tapi harus menjalani pendidikan di playgroup dulu, kemudian TK, SD, SMP, dan kemudian baru SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Yes, bertahap.
Jadi, belajar investasi itu seharusnya bisa dilakukan oleh semua orang, apalagi buat mereka yang sudah punya niat kuat untuk menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri dan keluarga. Pasti akan terasa lebih mudah ketika kamu belajar one step at a time. Yang penting, kenalan dulu!
5. Bijak kelola utang
Utang bisa jadi penghambat besar untukmu, jika kamu tidak bisa mengelola keuangan dengan baik. Padahal, di sisi lain, utang juga dibutuhkan agar kita bisa meraih hal-hal di luar jangkauan yang dapat meningkatkan kualitas hidup kita di depan.
Karenanya, kalau mau menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri, bisa bijak mengelola utang adalah satu skill yang mutlak untuk dimiliki.
6. Mengenal berbagai jenis proteksi
Tanpa proteksi, rencana keuangan bisa hanya tinggal rencana. Tujuan keuangan bisa gagal dicapai. Karenanya, proteksi ini mutlak dimiliki, seperti yang sudah dijelaskan dalam Blueprint of Your Money.
Ada 2 jenis proteksi yang wajib kamu miliki sebagai jaring pengaman rencana keuanganmu: asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Bagaimana cara memilih asuransi yang paling cocok, dan bagaimana perhitungannya? Kamu bisa mempelajarinya dengan mudah kok.
7. Memotivasi diri sendiri
Menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri pastinya bukan proses yang mudah, tetapi juga enggak sesulit yang dibayangkan. Setidaknya, kamu enggak perlu sertifikat-sertifikat tertentu untuk menjadi seorang perencana keuangan untuk diri sendiri, karena kamu “hanya” perlu bertanggung jawab pada dirimu sendiri, terhadap keputusan-keputusanmu sendiri.
Tentunya, kamu mau yang terbaik dong untuk dirimu sendiri?
Karena itu, kamu perlu belajar untuk memotivasi diri sendiri untuk terus belajar mengelola keuangan. Tanpa motivasi, rasanya mustahil untuk bisa konsisten, ya kan? Padahal konsistensi sangat diperlukan, terutama untuk mewujudkan rencana jangka panjang.
Nah, tertarik untuk menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri dan juga untuk keluarga?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Memulai Bisnis Kecil di Masa New Normal: 5 Hal yang Harus Disiapkan
Pemerintah telah menetapkan bahwa Indonesia sudah memasuki masa the new normal, demi bisa mengembalikan kegiatan ekonomi seperti semula. Lalu, bagaimana dengan kamu yang sudah memiliki cita-cita untuk memulai bisnis di tahun 2020, tetapi harus terhambat karena pandemi COVID-19? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk mulai membangun bisnis kecil yang sudah kamu idamkan?
Ya, kenapa enggak? Selalu ada waktu terbaik untuk memulai bisnis, termasuk sekarang: pasca pandemi. Hanya saja, memang perlu persiapan yang berbeda. Nah, kita bahas yuk! Kamu boleh menambahkan jika sekiranya ada hal yang terlewatkan di kolom komen nanti.
5 Persiapan untuk Memulai Bisnis Kecil Kamu di Masa New Normal
1. Buat rencana bisnis
Rencana bisnis adalah hal terpenting yang harus kamu buat saat hendak memulai bisnis, kapan pun, terlebih sekarang saat kamu akan membangun bisnis di masa new normal.
Mengapa? Karena kebiasaan orang (yang mungkin termasuk dalam target pasarmu) yang berubah.
Jadi, milikilah rencana dan strategi bisnis yang realistis, yang kemudian bisa kamu breakdown atau pecahkan dalam beberapa tahap.
Misalnya, kamu ingin mulai bisnis online jualan baju ala-ala Korea. Satu bulan ke depan, kamu targetkan untuk sudah punya beberapa saluran penjualan online, mulai dari membuat Instagram, membuat Facebook Page (supaya bisa jualan di marketplace-nya), dan buka lapak di beberapa platform marketplace yang paling ramai.
Dalam 3 bulan ke depan, semua lapak sudah harus aktif transaksi. Enam bulan lagi, sudah bisa bekerja sama dengan beberapa ecommerce besar di Indonesia. Satu tahun nanti, kamu sudah punya website ecommerce sendiri. Dan seterusnya.
Dengan rencana yang realistis, kamu akan bisa menentukan langkah-langkah pengembangan bisnis kecil ini dengan sistematis.
2. Survei pasar
Nah, ini juga adalah hal yang sangat penting untuk kamu lakukan. Temukan kebutuhan dan permasalahan orang-orang yang akan menjadi target pasarmu.
Jangan sampai, kamu buka bisnis yang tidak dibutuhkan pasar, karena bisnis pada dasarnya adalah “membantu” orang lain menemukan solusi atas permasalahan yang mereka alami atau rasakan.
Berbekal permasalahan pasar ini, maka berikutnya, kamu akan mudah untuk berinovasi dalam pengembangan produk, pun untuk mengembangkan bisnis kecil yang kamu rintis ini.
3. Go digital
Inilah yang dimaksud dengan perubahan perilaku pasar. Selama pandemi, sudah bisa dilihat, bahwa orang-orang lebih suka berbelanja secara online ketimbang offline dengan mengunjungi toko konvensional.
So, kamu harus bersiap pula dengan hal ini.
Belajar menggunakan berbagai perangkat teknologi yang bisa membantumu memasarkan produk yang kamu jual. Jangan lupa untuk sediakan juga layanan antar, dengan menggunakan fitur apa pun.
Banyak bisnis yang harus terhambat aktivitasnya, lantaran belum siap untuk berpindah ke platform digital loh.
4. Siapkan laporan keuangan
Yes, laporan keuangan, meski bisnismu adalah bisnis kecil, itu sangat penting untuk disiapkan sejak awal, karena inilah yang akan membedakan bahwa kamu sedang berbisnis, dan bukan sekadar berdagang.
Enggak ada yang salah dengan berdagang, karena bisa dibilang setiap bisnis kecil selalu berawal dari berdagang. Tetapi ternyata, tidak semua usaha dagang bisa berkembang menjadi bisnis yang mendatangkan keuntungan dalam jangka panjang.
Dan, biasanya, yang membuat usaha dagang itu failed adalah laporan keuangan.
Dengan laporan keuangan yang rapi sejak awal, banyak hal bisa kamu dapatkan dan gunakan untuk mengembangkan bisnis kecil yang kamu bangun. Misalnya saja, untuk bisa mendapatkan suntikan modal dari investor, kamu harus bisa mengajukan laporan keuangan bisnis yang komprehensif pada mereka.
Untuk lebih detailnya, kamu bisa membaca artikel tentang berdagang versus berbisnis yang sudah ditautkan di atas.
5. Update, update, update!
Perubahan akan sering terjadi, seiring pemulihan ekonomi yang terjadi. So, sebagai pemilik bisnis kecil yang serius menggarap bisnisnya, kamu harus selalu update dengan perkembangan yang ada, supaya kamu pun bisa menyesuaikan model bisnismu sesuai kebutuhan pasar.
Menjadi pemilik bisnis kecil, berarti kamu mesti siap untuk bekerja keras dan terus berinovasi. Sudah terlalu banyak kasus bisnis gagal, hanya karena strategi bisnisnya tidak dikembangkan.
Sayang kan, sudah berusaha sejauh itu, tapi hanya karena kurang disesuaikan dengan kebutuhan pasar, akhirnya ditinggalkan oleh pelanggannya. Pasti kamu juga tidak pengin bisnis yang dirintis akan berakhir seperti ini.
Nah, bagaimana? Sudah semakin besar niatmu untuk memulai bisnis kecil yang kamu idamkan di masa new normal ini?
Semoga bisnis kecil yang kamu bangun ini memberi kontribusi positif untuk negeri ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Bisnis Kecil Harus Survive di Masa Pandemi: Begini Cara Menghemat Pengeluaran
Separuh tahun 2020 sudah terlampaui. Cukup berat ya? Iya, semua gara-gara si virus corona yang datang nggak kira-kira. Selain bikin sakit, juga bikin terjepit karena ekonomi pun langsung melemah. Banyak bisnis yang terdampak, dari yang raksasa sampai ke bisnis kecil.
Buat para pemilik bisnis kecil, bertahan ya. Memang kita enggak tahu, sampai kapan masa pandemi ini bisa berakhir, tapi bertahan adalah satu-satunya langkah terbaik untuk saat ini.
Salah satu cara bertahan yang jitu adalah dengan menghemat pengeluaran. Sama saja dengan karyawan kantoran, pemilik bisnis kecil harus bisa cari akal untuk mengefektifkan penggunaan uang dan modal, supaya napas lebih panjang.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemilik bisnis kecil untuk hal ini. Mari kita lihat.
7 Langkah Penghematan yang Bisa Dilakukan oleh Pemilik Bisnis Kecil
1. Rapikan laporan keuangan
Yes, pertama, lakukan hal ini dulu: merapikan pembukuan. Karena dari sinilah, kita bisa melakukan review; bagian mana yang masih bisa diefektifkan lagi dan bagian mana yang sudah pas–sudah oke penggunaan uangnya.
Lagi pula, dengan membuat catatan keuangan yang rapi, di suatu masa nanti–jika memang diperlukan–laporan ini bisa kita gunakan untuk mengajukan kredit usaha kecil ke lembaga keuangan, seperti bank.
Jadi, yuk, yang belum punya laporan keuangan, segera dibuat. Yang masih belum rapi, yuk, rapikan. Laporan keuangan inilah yang membedakan, apakah kamu berdagang atau berbisnis.
2. Kurangi uang sewa
Ongkos sewa untuk kantor fisik itu lumayan menyerap dana loh. Jadi, coba pertimbangkan lagi deh, demi bisa mengefektifkan pengeluaran.
Bisa enggak kantornya dipindah ke rumah? Jika memang karyawan belum banyak, operasional juga belum masif, rumah bisa jadi alternatif kantor yang lebih baik. Tinggal diatur saja, supaya tetap bisa nyaman untuk semuanya.
Alternatif lain, menyewa coworking space. Enggak perlu terlalu mewah, yang penting bisa menampung meeting dan kerjaan sejumlah karyawan saja. Ini tentu enggak semahal jika harus menyewa rukan, bukan?
Alternatif lainnya lagi: punyai virtual office. Nah, ini lebih oke lagi, karena memanfaatkan teknologi.
So, pertimbangkan berbagai kemungkinan. Zaman sekarang, untuk berbisnis enggak harus punya kantor fisik kok.
3. Gunakan peralatan bekas
Jika memang butuh peralatan, atau mungkin furnitur, baru, cobalah untuk membeli bekas tetapi yang masih bagus kualitasnya.
Perusahaan-perusahaan besar banyak banget yang sering melakukan pembaruan terhadap alat-alat produksi atau furniturnya, meski masih bisa dioperasikan secara baik. Begitu juga dengan peralatan elektronik, misalnya printer, scanner, dan sebagainya. Kadang tak hanya dijual oleh perusahaan besar, tetapi ditawarkan juga oleh perorangan karena berbagai sebab.
So, pantau saja jika di daerah domisili kita ada tempat lelang barang bekas, atau mungkin bisa mencarinya juga via internet. Pastikan barang bekas yang hendak dibeli benar-benar masih bagus kondisinya ya.
4. Outsource
Tak hanya harus berkantor tetap, zaman sekarang juga sudah lazim bagi bisnis–termasuk bisnis kecil–untuk meminimalkan jumlah staf atau karyawan tetapnya. Banyak yang lebih suka merekrut freelancer, part timer, atau membuka lowongan magang.
Selain menjadikan pemilik bisnis kecil lebih leluasa untuk meminta kualitas kerja yang baik, hal ini juga bisa menekan biaya operasional.
Freelancer, misalnya. Dibayar jika pekerjaan mereka sudah benar-benar selesai dengan kualitas yang dikehendaki. Ketika tenaganya “tidak dibutuhkan”, maka pemilik bisnis–sebagai klien–boleh saja tidak membayarnya, bukan?
Begitu juga dengan magang. Memang kadang ada perusahaan yang menawarkan uang makan dan/atau uang transportasi, tetapi tentu jumlahnya tidak sebesar gaji karyawan tetap.
Kita bisa merekrut karyawan tetap untuk posisi-posisi yang sangat strategis. Untuk manajer operasional, misalnya. Atau akuntan.
5. Manfaatkan teknologi
Go paperless! Ini yang paling pertama harus dilakukan. Kurangi pemakaian kertas sampai seminimal mungkin. Pengeluaran untuk kertas-kertas ini termasuk salah satu biaya operasional yang cukup tinggi loh, untuk bisnis kecil.
Jadi, jika memang perlu, tawarkan untuk memberikan nota atau invoice secara paperless pada pelanggan. Misalnya melalui email, atau WhatsApp.
Begitu juga dengan pembayaran, cobalah untuk memiliki berbagai akun e-wallet agar memudahkan transaksi sehari-hari.
6. Kelola kredit dengan baik
Ini penting, dan sangat krusial untuk mengurangi pengeluaran, terutama soal denda dan bunga.
Saat kita enggak mengelola kredit bisnis kecil dengan baik, maka bisa terjadi penunggakan, yang pasti akan berujung denda. Begitu juga dengan bunga, yang sebenarnya sih sudah kita perhitungkan ketika kita mengajukan kredit pada awalnya.
Dengan pengelolaan kredit yang baik, denda bisa dihindari, dan mengurangi pula peluang munculnya bunga berbunga. Hal ini akan berpengaruh banyak pada pengeluaran bisnis kecil.
7. Perhitungkan biaya marketing dengan saksama
Biaya marketing kadang menempati alokasi proporsi yang cukup besar. Ya, karena ini komponen yang sangat penting jika kita pengin bisnis kecil kita berkembang. Betul?
Karena itu, pertimbangkan setiap keputusan yang berhubungan dengan promosi atau marketing. Memiliki prinsip “dengan biaya kecil untuk efek yang besar” itu bagus, asalkan bijak dalam mengambil keputusan.
Nah, semoga dengan beberapa langkah di atas, setiap bisnis kecil bisa survive di masa pandemi dan new normal ini ya. Jangan lupa untuk saling support, karena ya siapa lagi yang bisa saling mendukung kalau bukan kita-kita sendiri kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Prioritas Pengeluaran Rutin yang Harus Tetap Dilakukan Selama Pandemi COVID-19
Selama masa pandemi COVID-19, sebagian dari kita harus menerima penghasilan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini pastinya memaksa kita untuk putar otak, agar setiap kebutuhan tetap terpenuhi dengan baik. Selain dipakai untuk belanja kebutuhan hidup, uang tersebut juga harus cukup dipakai untuk memenuhi setiap pengeluaran rutin per bulannya.
Ya, sebagai manusia kita memang selalu “dipepet” oleh kondisi sih. Mau enggak mau, harus selalu siap untuk setiap situasi yang mendadak datang. Siapa sih yang mau merencanakan untuk mengalami kesulitan keuangan? Nggak ada, pastinya. Semua orang juga pengin kondisi baik-baik saja, semua lancar-lancar saja.
Tapi yah, kita memang lagi diuji, jadi mari kita segera cari solusi saja, ketimbang kelamaan menekuri nasib.
Jadi begitulah, ada beberapa pengeluaran rutin yang enggak boleh dilupakan, meski sekarang lagi krisis. Sebisa mungkin kelima hal ini tetap harus dijadikan prioritas keuangan, supaya hidup menjadi lebih nyaman dan mudah.
5 Pengeluaran Rutin yang Harus Jadi Prioritas
1. Tagihan rutin rumah tangga
Seperti apa, misalnya? Listrik. Beberapa hari belakangan, banyak orang yang mengeluh tagihan listrik mereka tiba-tiba melonjak naik. Terlepas dari kehebohan ini, tetap saja, listrik ya harus dibayar.
Ya masa kita mau pakai obor buat penerangan?
Boleh saja kalau mau mengajukan komplain atau protes, kalau membawa hasil kan ya lumayan. Naiknya enggak kira-kira, katanya. Tapi, kan teteup … harus dibayar!
Coba deh, sekarang–selain mengajukan komplain–dari kita sendiri juga berusaha untuk menghemat listrik. Semoga bisa mengurangi tagihannya bulan depan.
Yang kedua, air. Buat kamu yang memakai layanan PDAM, karena enggak mungkin juga kamu #dirumahaja tanpa air. Kalau yang di rumah pakai sumur, ya berarti bebas dari pengeluaran rutin satu ini. Selamat!
Yang ketiga, internet, baik untuk Wifi ataupun kuota smartphone. Ini juga jadi pengeluaran rutin yang harus diprioritaskan. Apalagi semua-semua sekarang dikerjakan dari rumah, mulai dari kerja, sekolah, sampai kongko juga online kan?
2. Cicilan pinjaman online
Kalau kamu ada pinjaman online, maka ini juga harus menjadi prioritas utama pengeluaran rutin setiap bulannya, enggak peduli sekarang lagi masa pandemi atau bukan.
Mengapa harus diprioritaskan? Untuk menghindari bunga berbunga yang bisa menggulung-gulung keuanganmu bak tsunami yang datang tanpa peringatan.
Jangan sampai, pengurangan pemasukan saat pandemi masih diperburuk lagi dengan gulungan ombak bunga utang pinjol ini ya.
3. Cicilan kartu kredit
Syahdan, di awal pandemi kita terserang panic buying. Karena belom ada gaji, maka kita pun belanja dengan menggunakan kartu kredit. Ouch! Kalau ini terjadi sama kamu, that means utang satu ini harus pula menjadi prioritas pengeluaran rutin setiap bulannya.
Kalau memang kamu ada uang lebih, mendingan lunasi saja langsung. Jika enggak, ya prioritaskan dalam daftar pengeluaran rutin kamu.
Jangan sampai kita kena segala macam biaya yang enggak perlu, mulai dari denda telat pembayaran, denda pembayaran di bawah minimum, biaya over limit, masih plus bunganya. Ini benar-benar pengeluaran yang harus dihilangkan dari catatan keuangan selama masa pandemi ini.
4. Cicilan leasing
Kamu ada kendaraan yang baru saja dibeli melalui utang leasing? Kalau iya, tempatkan juga pembayaran cicilannya sebagai prioritas pengeluaran rutin bulananmu.
Kabar baiknya, kamu bisa meminta relaksasi kredit leasing selama masa pandemi virus corona ini. Yes, kamu yang harus mengajukan permohonan keringanan kredit ini ya, karena keringanan ini enggak datang begitu saja.
So, coba hubungi kantor leasing tempat kamu mengambil kredit dan tanyakan prosedur untuk mengajukan permohonan keringanan kredit. Keringanannya juga bukan berarti kamu bebas tidak membayar cicilan, tetapi berupa keringanan bunga, perpanjangan waktu, hingga pengurangan jumlah cicilan pokok. Semua tergantung pada kebijakan masing-masing leasing.
Semoga bisa sedikit membantu keuanganmu yang lagi krisis sekarang.
5. Cicilan bank
Misalnya seperti KTA atau cicilan KPR, atau jenis cicilan pinjaman lain yang kamu lakukan melalui bank, harus jadi prioritas dalam daftar pengeluaran rutin setiap bulannya.
Di sini juga ada kabar baik nih. Seperti juga pada leasing, pemerintah juga memberikan stimulus berupa keringanan kredit bank selama masa pandemi virus corona. Tentu saja, ada kriteria dan syarat yang harus kamu penuhi terlebih dahulu. Hubungi bank tempat kamu mengambil kredit ya, dan tanyakan prosedurnya.
Nah, itu dia 5 pengeluaran rutin yang harus menjadi prioritas selama masa pandemi berlangsung.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Alasan Mengapa Gaji Besar Saja Tetap Tak Membuat Karyawan Mau Bertahan di Perusahaan yang Sama
Kadang ya heran, kenapa banyak sekali yang sulit untuk bertahan di satu perusahaan. Apalagi akhir-akhir ini. Sering banget dengar curhat HR yang bilang, angkatan kerja sekarang makin susah loyal, padahal juga sudah ditawari gaji besar. Tetap saja turnover karyawan begitu tinggi.
Apa pasal?
Rekor saya sendiri paling lama bekerja di sebuah perusahaan adalah 9 tahun. Gaji sih standar, tetapi memang lingkungan kerjanya enjoyable bagi saya. Setelah 9 tahun bekerja, saya mendapat kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat. Dengan gaji yang sedikit lebih kecil dan fasilitas serta tunjangan yang lebih sedikit, saya pun mantap memutuskan resign dari perusahaan lama dan bergabung ke perusahaan baru.
Di perusahaan yang baru itu, saya menemukan soul saya. Saya mengerjakan hobi saya setiap hari, dan dibayar. Sampai sekarang.
Ada yang punya cerita seperti saya di atas? Boleh lo kalau mau sharing di kolom komen!
Melihat kasus diri sendiri—meski perbedaan besaran gajinya tidak begitu besar—tetapi saya memang lebih memilih untuk bekerja di perusahaan baru yang menjanjikan saya kenyamanan lebih. Yang saya bayangkan adalah hari-hari saya pasti akan menyenangkan, karena saya akan diberi gaji untuk mengerjakan hal yang saya suka.
Dari situ, saya kira ya wajar sih kalau banyak yang kurang bisa bertahan untuk bekerja di satu perusahaan dalam jangka waktu yang lama, meski sudah diberi gaji besar. Barangkali salah satu—atau semua—alasan berikut juga yang memengaruhinya.
5 Alasan orang tak hanya butuh gaji besar untuk mau bertahan bekerja di satu perusahaan dalam jangka waktu yang lama.
1. Setiap orang butuh kenyamanan
Kenyamanan dan kepuasan kerja kadang adalah menjadi salah satu syarat utama saat seseorang mampu bertahan. Bagi sebagian orang, kenyamanan dan kepuasan kerja tidak bisa diukur dengan materi, yang berarti gaji besar.
Setiap orang butuh kenyamanan, dan hal ini kadang sulit didapatkan. Apalagi kalau berurusan dengan rekan kerja ataupun lingkungan yang toxic. Betul nggak?
2. Keamanan juga menjadi syarat pertama
Selain kenyamanan, keamanan juga merupakan hal yang kadang sulit ditemukan di dunia kerja. Keamanan di sini bisa berarti keamanan fisik, dan juga finansial sih. Gaji besar memang merupakan salah satu “jaminan” keamanan, terutama dari segi finansial. Tapi ternyata, enggak cuma itu yang diminta oleh sebagian besar karyawan.
Gaji besar, tapi harus bekerja setiap malam di lokasi yang keamanannya kurang. Setiap hari harus waswas akan keamanan diri sendiri. Pastinya yang seperti itu enggak akan membuat kita jadi enjoy bekerja.
Atau, gaji besar, tapi perusahaan tampak semakin bermasalah. Bahkan sewaktu-waktu bisa saja memutuskan untuk melakukan efisiensi karyawan. Wah, meski gaji besar, kita tetap saja akan berpeluang untuk masuk ke daftar efisieni—siapa yang bisa memaksa untuk bertahan. Bener nggak sih?
3. Butuh keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
Sempat melihat curhat seseorang di Twitter. Kurang lebih bunyinya begini.
“Dapat panggilan lowongan kerja. Pas wawancara ditanya, bisa enggak handphone on 24 jam? Sewaktu-waktu juga harus dipanggil ke kantor, bahkan di hari libur dan hari Minggu. Nggak dihitung lembur sih, tapi boleh minta hari libur pengganti. Gue tolak, karena waktu gue buat keluarga kayaknya enggak bisa diukur dengan uang.”
Ada yang mengalami hal yang sama?
Setiap orang butuh keseimbangan hidup, yang bisa diraih dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan membatasi kehidupan profesional, dan membuat waktu untuk diri sendiri serta keluarga. Keseimbangan seperti ini penting banget untuk mengelola stres.
Well, memang sih ada yang seakan enggak punya kehidupan pribadi—para workaholics, misalnya—tapi meski demikian, work life balance ini penting, untuk kesehatan mental diri sendiri.
4. Passion over materi
Akhir-akhir ini semakin banyak orang yang sadar, bahwa kita butuh passion lebih untuk bisa betah bekerja, enggak cuma soal gaji besar. Hanya saja passion dan gaji besar enggak selalu datang dalam satu paket.
Kalau sudah begitu gimana dong? Ya, tergantung pertimbangan masing-masing individu saat memutuskannya. Kadang ya yang terjadi adalah terima pekerjaan—meski tak sesuai passion—tapi bergaji besar. Demi apa? Demi hidup. Toh passion bisa dilakukan as a side hustle, kan?
Tapi, ada juga yang memutuskan untuk lebih mengejar passion, demi kebahagiaan diri sendiri. Salah? Enggak dong. Kalau bahagia melakukannya, seseorang juga akan nyaman untuk hidup—meski nggak mendapatkan gaji besar.
5. Tidak ada kesempatan untuk berkembang
Berkembang merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang punya semangat hidup. Berkembang dalam arti luas, menyangkut fisik, rohani, mental, pun keterampilan.
Kadang kali, meskipun gaji besar, tetapi bisa jadi sulit menemukan peluang untuk berkembang. Ide-ide yang dilontarkan selalu mentah, pendapat kurang didengar, tak ada jenjang karier yang bisa diproyeksi, pun tak pernah mendapatkan training ini-itu yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi.
Rasanya, kita hanya diminta untuk memberikan kontribusi saja, tanpa diperhatikan kebutuhannya. Malas juga sih, kalau kerjanya kayak gini. Iya nggak?
Bagaimana denganmu? Kalau kamu dihadapkan pada 2 pilihan: gaji besar atau 5 hal di atas, manakah yang kamu pilih?
Well, the bottom line is, berapa pun gaji yang diterima yang terpenting adalah bagaimana kita mengelolanya dengan baik sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan demi mencapai tujuan keuangan kita. Gaji berapa pun sebenarnya selalu cukup kok, asal kita terampil mengaturnya.
So, ayo, belajar finansial lagi hari ini! Cek jadwal kelas finansial online QM Financial, dan segera daftar yang sesuai dengan kebutuhanmu.
Pentingnya Training Pengelolaan Keuangan Pribadi Bagi Karyawan Perusahaan
Pengelolaan keuangan pribadi memang menjadi masalah dan tantangan tersendiri bagi setiap orang ya. Apalagi untuk seorang karyawan. Sudah biasa kalau ada karyawan yang rempong banget atur keuangan keluarga, mulai dari pengelolaan gaji, pengelolaan utang, investasi, dan seterusnya.
Tahu nggak sih? Ada lo penelitian yang dilakukan oleh Virginia Tech Study menunjukkan, bahwa di Amerika Serikat, salah satu penyebab meningkatnya ketidakhadiran karyawan dan produktivitas kerja yang menurun adalah karena mereka terlilit permasalahan keuangan. Hal ini akhirnya bisa merugikan perusahaan hingga USD 450 per harinya.
Data statistik lainnya juga menyebutkan, bahwa satu dari 5 karyawan mengalami stres lantaran masalah pengelolaan keuangan pribadi. Hal ini menyebabkan rata-rata sebanyak 80% dari karyawan stres ini bekerja tanpa fokus di kantor. Iya, fisik mereka ada di kantor, tapi pikiran mereka melayang ke mana-mana, terutama ke masalah keuangan mereka.
Kondisi ini bisa merugikan perusahaan lo. Karena itu, akan baik bagi semua pihak jika perusahaan bisa ikut memberikan edukasi pengelolaan keuangan pribadi pada karyawannya.
Selain alasan penurunan produktivitas di atas, ada pula 3 alasan besar lain mengapa perusahaan sebaiknya memberikan training keuangan pada karyawannya. Yuk, kita lihat satu per satu.
3 Alasan besar mengapa perusahaan sebaiknya memberikan training pengelolaan keuangan pribadi pada karyawan
1. Mengurangi peluang kecurangan dan utang
Budaya menerima suap, gratifikasi, dan korupsi memang semakin mengakar kuat di kehidupan kita sehari-hari. Tak hanya di sektor politik, tapi di dalam bisnis hal ini pun kerap terjadi.
Sudah tak perlu disebutkan lagi kan, apa saja kerugian yang bisa diderita oleh perusahaan terkait kecurangan-kecurangan seperti ini? Semua orang juga pasti sudah tahu, apa akibat terburuk jika praktik suap, gratifikasi, dan korupsi membudaya di sebuah perusahaan.
Salah satu penyebab mengapa karyawan sampai terlibat budaya buruk seperti ini adalah jika mereka tak pernah merasa cukup dengan gaji, dan/atau kurang dalam pengelolaan keuangan pribadi mereka dengan baik.
Belum lagi soal utang. Jika seorang karyawan terlilit utang kartu kredit, misalnya, hingga tak mampu bayar, bisa saja kantor akan kedatangan beberapa “tamu tak diundang”, para debt collector, yang mencari si karyawan yang berutang tersebut. Pastinya, dampaknya akan tak baik ya. Selain ikut terteror, yang terburuk adalah jika perusahaan ikut mendapatkan reputasi negatif karena utang karyawan ini.
2. Meningkatkan komitmen bisnis
Saat seorang karyawan terampil dalam pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga, maka ia pun akan lebih paham mengenai seluk-beluk bisnis. Ia akan lebih mengerti, apa yang harus dilakukan agar perusahaan bisa mendapatkan pemasukan dan keuntungan yang baik, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatur pengeluaran secara lebih efisien.
Dengan pengetahuan akan pengelolaan keuangan pribadi yang lebih baik, karyawan akan bisa diajak berkomitmen bersama perusahaan untuk mengembangkan bisnis. Yang pastinya, jika bisnis berkembang dan semakin menguntungkan, maka benefit-nya akan kembali lagi pada karyawan, bukan?
3. Meningkatkan loyalitas
Saat karyawan terampil mengelola keuangannya, semakin produktif dalam bekerja, mereka pun akan mau diajak berkomitmen bersama memajukan bisnis, sehingga bisnis pun stabil dan mengalami kemajuan. Sudah pasti, hal ini akan berdampak pada keuntungan yang lebih baik.
Perusahaan dengan pengelolaan yang benar pasti akan memberikan pula apresiasi pada karyawan atas pencapaiannya tersebut. Bisa berupa tunjangan kesejahteraan meningkat, atau mungkin pula dalam bentuk bonus. Ada pula perusahaan yang mengagendakan liburan bareng karyawan beserta keluarganya ke luar kota, bahkan ke luar negeri!
Dengan adanya peningkatan kesejahteraan, pastinya loyalitas karyawan pun akan meningkat. Mereka akan semakin semangat bekerja untuk mencapai tujuan baik bersama.
Melihat beberapa alasan di atas, sekarang kita bisa melihat kan, betapa pentingnya memberikan training keuangan pada karyawan perusahaan.
Mungkin manfaatnya memang tak secara langsung bisa dirasakan, tapi jika training keuangan ini tidak dilakukan, dampaknya bisa sangat kurang baik bagi bisnis yang dijalankan. Memang, karyawan adalah aset perusahaan, karena itu menjadi hal yang harus dikelola dengan baik. Tak hanya memberikan kesempatan untuk meningkatkan skill terkait deskripsi pekerjaan masing-masing, tetapi juga memberikan training keuangan pada mereka.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan kamu? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
– Carolina Ratri –