5 Alasan Mengapa Gaji Besar Saja Tetap Tak Membuat Karyawan Mau Bertahan di Perusahaan yang Sama
Kadang ya heran, kenapa banyak sekali yang sulit untuk bertahan di satu perusahaan. Apalagi akhir-akhir ini. Sering banget dengar curhat HR yang bilang, angkatan kerja sekarang makin susah loyal, padahal juga sudah ditawari gaji besar. Tetap saja turnover karyawan begitu tinggi.
Apa pasal?
Rekor saya sendiri paling lama bekerja di sebuah perusahaan adalah 9 tahun. Gaji sih standar, tetapi memang lingkungan kerjanya enjoyable bagi saya. Setelah 9 tahun bekerja, saya mendapat kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat. Dengan gaji yang sedikit lebih kecil dan fasilitas serta tunjangan yang lebih sedikit, saya pun mantap memutuskan resign dari perusahaan lama dan bergabung ke perusahaan baru.
Di perusahaan yang baru itu, saya menemukan soul saya. Saya mengerjakan hobi saya setiap hari, dan dibayar. Sampai sekarang.
Ada yang punya cerita seperti saya di atas? Boleh lo kalau mau sharing di kolom komen!
Melihat kasus diri sendiri—meski perbedaan besaran gajinya tidak begitu besar—tetapi saya memang lebih memilih untuk bekerja di perusahaan baru yang menjanjikan saya kenyamanan lebih. Yang saya bayangkan adalah hari-hari saya pasti akan menyenangkan, karena saya akan diberi gaji untuk mengerjakan hal yang saya suka.
Dari situ, saya kira ya wajar sih kalau banyak yang kurang bisa bertahan untuk bekerja di satu perusahaan dalam jangka waktu yang lama, meski sudah diberi gaji besar. Barangkali salah satu—atau semua—alasan berikut juga yang memengaruhinya.
5 Alasan orang tak hanya butuh gaji besar untuk mau bertahan bekerja di satu perusahaan dalam jangka waktu yang lama.
1. Setiap orang butuh kenyamanan
Kenyamanan dan kepuasan kerja kadang adalah menjadi salah satu syarat utama saat seseorang mampu bertahan. Bagi sebagian orang, kenyamanan dan kepuasan kerja tidak bisa diukur dengan materi, yang berarti gaji besar.
Setiap orang butuh kenyamanan, dan hal ini kadang sulit didapatkan. Apalagi kalau berurusan dengan rekan kerja ataupun lingkungan yang toxic. Betul nggak?
2. Keamanan juga menjadi syarat pertama
Selain kenyamanan, keamanan juga merupakan hal yang kadang sulit ditemukan di dunia kerja. Keamanan di sini bisa berarti keamanan fisik, dan juga finansial sih. Gaji besar memang merupakan salah satu “jaminan” keamanan, terutama dari segi finansial. Tapi ternyata, enggak cuma itu yang diminta oleh sebagian besar karyawan.
Gaji besar, tapi harus bekerja setiap malam di lokasi yang keamanannya kurang. Setiap hari harus waswas akan keamanan diri sendiri. Pastinya yang seperti itu enggak akan membuat kita jadi enjoy bekerja.
Atau, gaji besar, tapi perusahaan tampak semakin bermasalah. Bahkan sewaktu-waktu bisa saja memutuskan untuk melakukan efisiensi karyawan. Wah, meski gaji besar, kita tetap saja akan berpeluang untuk masuk ke daftar efisieni—siapa yang bisa memaksa untuk bertahan. Bener nggak sih?
3. Butuh keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi
Sempat melihat curhat seseorang di Twitter. Kurang lebih bunyinya begini.
“Dapat panggilan lowongan kerja. Pas wawancara ditanya, bisa enggak handphone on 24 jam? Sewaktu-waktu juga harus dipanggil ke kantor, bahkan di hari libur dan hari Minggu. Nggak dihitung lembur sih, tapi boleh minta hari libur pengganti. Gue tolak, karena waktu gue buat keluarga kayaknya enggak bisa diukur dengan uang.”
Ada yang mengalami hal yang sama?
Setiap orang butuh keseimbangan hidup, yang bisa diraih dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan membatasi kehidupan profesional, dan membuat waktu untuk diri sendiri serta keluarga. Keseimbangan seperti ini penting banget untuk mengelola stres.
Well, memang sih ada yang seakan enggak punya kehidupan pribadi—para workaholics, misalnya—tapi meski demikian, work life balance ini penting, untuk kesehatan mental diri sendiri.
4. Passion over materi
Akhir-akhir ini semakin banyak orang yang sadar, bahwa kita butuh passion lebih untuk bisa betah bekerja, enggak cuma soal gaji besar. Hanya saja passion dan gaji besar enggak selalu datang dalam satu paket.
Kalau sudah begitu gimana dong? Ya, tergantung pertimbangan masing-masing individu saat memutuskannya. Kadang ya yang terjadi adalah terima pekerjaan—meski tak sesuai passion—tapi bergaji besar. Demi apa? Demi hidup. Toh passion bisa dilakukan as a side hustle, kan?
Tapi, ada juga yang memutuskan untuk lebih mengejar passion, demi kebahagiaan diri sendiri. Salah? Enggak dong. Kalau bahagia melakukannya, seseorang juga akan nyaman untuk hidup—meski nggak mendapatkan gaji besar.
5. Tidak ada kesempatan untuk berkembang
Berkembang merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang punya semangat hidup. Berkembang dalam arti luas, menyangkut fisik, rohani, mental, pun keterampilan.
Kadang kali, meskipun gaji besar, tetapi bisa jadi sulit menemukan peluang untuk berkembang. Ide-ide yang dilontarkan selalu mentah, pendapat kurang didengar, tak ada jenjang karier yang bisa diproyeksi, pun tak pernah mendapatkan training ini-itu yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi.
Rasanya, kita hanya diminta untuk memberikan kontribusi saja, tanpa diperhatikan kebutuhannya. Malas juga sih, kalau kerjanya kayak gini. Iya nggak?
Bagaimana denganmu? Kalau kamu dihadapkan pada 2 pilihan: gaji besar atau 5 hal di atas, manakah yang kamu pilih?
Well, the bottom line is, berapa pun gaji yang diterima yang terpenting adalah bagaimana kita mengelolanya dengan baik sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan demi mencapai tujuan keuangan kita. Gaji berapa pun sebenarnya selalu cukup kok, asal kita terampil mengaturnya.
So, ayo, belajar finansial lagi hari ini! Cek jadwal kelas finansial online QM Financial, dan segera daftar yang sesuai dengan kebutuhanmu.
Pentingnya Training Pengelolaan Keuangan Pribadi Bagi Karyawan Perusahaan
Pengelolaan keuangan pribadi memang menjadi masalah dan tantangan tersendiri bagi setiap orang ya. Apalagi untuk seorang karyawan. Sudah biasa kalau ada karyawan yang rempong banget atur keuangan keluarga, mulai dari pengelolaan gaji, pengelolaan utang, investasi, dan seterusnya.
Tahu nggak sih? Ada lo penelitian yang dilakukan oleh Virginia Tech Study menunjukkan, bahwa di Amerika Serikat, salah satu penyebab meningkatnya ketidakhadiran karyawan dan produktivitas kerja yang menurun adalah karena mereka terlilit permasalahan keuangan. Hal ini akhirnya bisa merugikan perusahaan hingga USD 450 per harinya.
Data statistik lainnya juga menyebutkan, bahwa satu dari 5 karyawan mengalami stres lantaran masalah pengelolaan keuangan pribadi. Hal ini menyebabkan rata-rata sebanyak 80% dari karyawan stres ini bekerja tanpa fokus di kantor. Iya, fisik mereka ada di kantor, tapi pikiran mereka melayang ke mana-mana, terutama ke masalah keuangan mereka.
Kondisi ini bisa merugikan perusahaan lo. Karena itu, akan baik bagi semua pihak jika perusahaan bisa ikut memberikan edukasi pengelolaan keuangan pribadi pada karyawannya.
Selain alasan penurunan produktivitas di atas, ada pula 3 alasan besar lain mengapa perusahaan sebaiknya memberikan training keuangan pada karyawannya. Yuk, kita lihat satu per satu.
3 Alasan besar mengapa perusahaan sebaiknya memberikan training pengelolaan keuangan pribadi pada karyawan
1. Mengurangi peluang kecurangan dan utang
Budaya menerima suap, gratifikasi, dan korupsi memang semakin mengakar kuat di kehidupan kita sehari-hari. Tak hanya di sektor politik, tapi di dalam bisnis hal ini pun kerap terjadi.
Sudah tak perlu disebutkan lagi kan, apa saja kerugian yang bisa diderita oleh perusahaan terkait kecurangan-kecurangan seperti ini? Semua orang juga pasti sudah tahu, apa akibat terburuk jika praktik suap, gratifikasi, dan korupsi membudaya di sebuah perusahaan.
Salah satu penyebab mengapa karyawan sampai terlibat budaya buruk seperti ini adalah jika mereka tak pernah merasa cukup dengan gaji, dan/atau kurang dalam pengelolaan keuangan pribadi mereka dengan baik.
Belum lagi soal utang. Jika seorang karyawan terlilit utang kartu kredit, misalnya, hingga tak mampu bayar, bisa saja kantor akan kedatangan beberapa “tamu tak diundang”, para debt collector, yang mencari si karyawan yang berutang tersebut. Pastinya, dampaknya akan tak baik ya. Selain ikut terteror, yang terburuk adalah jika perusahaan ikut mendapatkan reputasi negatif karena utang karyawan ini.
2. Meningkatkan komitmen bisnis
Saat seorang karyawan terampil dalam pengelolaan keuangan pribadi dan keluarga, maka ia pun akan lebih paham mengenai seluk-beluk bisnis. Ia akan lebih mengerti, apa yang harus dilakukan agar perusahaan bisa mendapatkan pemasukan dan keuntungan yang baik, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatur pengeluaran secara lebih efisien.
Dengan pengetahuan akan pengelolaan keuangan pribadi yang lebih baik, karyawan akan bisa diajak berkomitmen bersama perusahaan untuk mengembangkan bisnis. Yang pastinya, jika bisnis berkembang dan semakin menguntungkan, maka benefit-nya akan kembali lagi pada karyawan, bukan?
3. Meningkatkan loyalitas
Saat karyawan terampil mengelola keuangannya, semakin produktif dalam bekerja, mereka pun akan mau diajak berkomitmen bersama memajukan bisnis, sehingga bisnis pun stabil dan mengalami kemajuan. Sudah pasti, hal ini akan berdampak pada keuntungan yang lebih baik.
Perusahaan dengan pengelolaan yang benar pasti akan memberikan pula apresiasi pada karyawan atas pencapaiannya tersebut. Bisa berupa tunjangan kesejahteraan meningkat, atau mungkin pula dalam bentuk bonus. Ada pula perusahaan yang mengagendakan liburan bareng karyawan beserta keluarganya ke luar kota, bahkan ke luar negeri!
Dengan adanya peningkatan kesejahteraan, pastinya loyalitas karyawan pun akan meningkat. Mereka akan semakin semangat bekerja untuk mencapai tujuan baik bersama.
Melihat beberapa alasan di atas, sekarang kita bisa melihat kan, betapa pentingnya memberikan training keuangan pada karyawan perusahaan.
Mungkin manfaatnya memang tak secara langsung bisa dirasakan, tapi jika training keuangan ini tidak dilakukan, dampaknya bisa sangat kurang baik bagi bisnis yang dijalankan. Memang, karyawan adalah aset perusahaan, karena itu menjadi hal yang harus dikelola dengan baik. Tak hanya memberikan kesempatan untuk meningkatkan skill terkait deskripsi pekerjaan masing-masing, tetapi juga memberikan training keuangan pada mereka.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan kamu? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
– Carolina Ratri –