3 Konsep Rencana Keuangan Agar Resolusi Tahun Baru Lebih Mudah Direalisasikan
Apa resolusi tahun baru 2022 kamu kali ini? Melanjutkan studi atau membangun rumah untuk keluarga? Membeli mobil atau kendaraan impian pun pilihan yang bagus.
Resolusi tahun baru memang jadi hal identik setiap pergantian tahun. Tak hanya mempersiapkan target yang akan dicapai selama satu tahun ke depan, namun kamu perlu merancang strategi yang matang untuk meraihnya.
Meski tak semua resolusi berkaitan dengan finansial, namun hal ini jadi prioritas kebanyakan orang. Kenapa? Karena setiap orang tentunya ingin mencapai kondisi keuangan yang lebih baik dari sebelumnya.
Keuangan merupakan aspek penting yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena itu, dengan perencanaan keuangan yang baik, kamu bisa merealisasikan apa yang sudah kamu targetkan sepanjang tahun.
Menyambut awal tahun baru 2022, apa kamu siap mengubah sistem perencanaan keuangan yang lebih baik? Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki resolusi keuangan agar mimpi kamu bisa terwujud di tahun ini.
Konsep Keuangan 3K (Kebutuhan, Keinginan, Kemampuan) untuk Resolusi Tahun Baru
Jika melihat kondisi keuangan sepanjang tahun kemarin, kamu mungkin mulai menyadari kendala dan penyebab ketidakstabilannya. Bahkan terdapat resolusi yang belum terlaksana akibat kondisi finansial yang kurang baik.
Nah, kini saatnya kamu menerapkan sistem perencanaan keuangan yang lebih teratur dan bijaksana. Langkah pertama yaitu kamu wajib memahami konsep keinginan, kebutuhan, dan kemampuan dalam keuangan kamu saat ini.
Kebutuhan
Hal dasar yang wajib dipenuhi dan berpengaruh pada keberlangsungan hidup kamu. Kebutuhan bersifat objektif atau mengikat artinya sangat diperlukan dan menjadi prioritas untuk bertahan hidup. Memiliki manfaat dan fungsi yang jelas dan berkelanjutan.
Keinginan
Umumnya merupakan turunan dari kebutuhan yang berlebih atau sesuatu yang kamu anggap masih kurang. Padahal, keinginan sifatnya tidak mengikat dan tidak wajib dipenuhi sesegera mungkin.
Kemampuan
Jika dikaitkan dengan finansial, kemampuan di sini artinya merujuk pada kondisi keuangan seseorang ketika dirinya mampu memenuhi tingkat pendanaan tertentu dalam hidupnya.
Sederhananya, kebutuhan merupakan sesuatu yang wajib kamu miliki untuk menunjang kehidupan misalnya makan dan minum, tempat tinggal, biaya internet, tagihan listrik dan lainnya. Sementara keinginan merupakan sesuatu yang kamu harapkan untuk dimiliki.
Dari definisi di atas kamu sekarang bisa memaknai apa fungsi dan ana yang harus diprioritaskan. Untuk merancang resolusi tahun baru, 3 konsep tersebut juga dapat diterapkan. Mana yang saat ini lebih kamu butuhkan, mana yang harus diprioritaskan?
Namun bukan berarti kamu dilarang memenuhi keinginan kamu. Selama kebutuhan pokok kamu dan keluarga sudah terpenuhi, kamu bebas saja untuk mengabulkan apa yang kamu inginkan. Hal tersebut dapat diputuskan dengan melihat kemampuan finansial kamu saat ini.
Dengan catatan, pastikan kebutuhan tercukupi dengan baik dan tepat waktu. Caranya kamu perlu menghitung pendapatan dan pengeluaran kemudian buat rincian dan membuat check-list agar tidak ada yang terlewatkan.
Strategi Mengelola Keuangan untuk Resolusi Tahun Baru
Setelah kamu membuat checklist dan rincian terkait target termasuk perencanaan keuangan untuk tahun ini, saatnya membuat strategi untuk mewujudkannya.
Bukan hanya rincian anggaran tertulis yang dibutuhkan, namun kemampuan mengelola dan mengatur keuangan dengan bijak dapat membantu kamu memenuhi target resolusi tahun ini.
Mengendalikan pengeluaran dengan membatasi keinginan
Kamu bisa menambah pendapatan yang artinya perlu effort dan energi lebih yang harus dikeluarkan. Jika terlalu sulit, kamu bisa memulai dengan mengurangi pengeluaran dan keinginan kamu.
Ingat, kebutuhan pokok adalah prioritas kamu disamping memenuhi keinginan. Kamu bisa mewujudkan keinginan tersebut secara perlahan dan tidak buru-buru dengan tujuan jangka panjang. Yang terpenting dalam mengatur keuangan untuk resolusi tahun baru adalah optimis namun tetap realistis.
Menggali informasi terkait produk dan layanan keuangan
Carilah produk atau layanan yang dapat menunjang resolusi kamu. Misalnya kamu ingin membeli mobil atau elektronik di tahun ini, kamu bisa menabung dari sekarang dengan menggunakan produk keuangan yang tepat sesuai kebutuhan.
Tahun ini juga jadi tahun yang tepat kalau kamu pengin mulai investasi. Pemulihan ekonomi yang secara bertahap telah terlihat akan memengaruhi juga kondisi di pasar uang dan pasar modal, yang bisa kamu manfaatkan. Lakukan analisis dengan saksama, untuk menentukan instrumen mana yang cocok dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan keuanganmu.
Alokasikan uang di rekening terpisah
Ada baiknya jika kamu memisahkan rekening aktif untuk bertransaksi dengan rekening tabungan. Hal ini untuk mengurangi risiko kerugian dan memastikan resolusi tahun baru kamu tercapai. Dengan begitu tujuan keuangan dapat terlindungi.
Kunci tercapainya resolusi adalah disiplin
Perencanaan keuangan memang penting, namun dalam menerapkannya sepanjang tahun ini diperlukan konsistensi dan sikap disiplin dalam diri. Jangan lagi berpikir untuk menabung dengan menyisakan uang, tetapi menyisihkan uang di depan, tepat setelah kamu menerima penghasilan. Sisihkan secara rutin setiap pendapatan ke setiap pos alokasi keuangan.
Dengan perencanaan keuangan dan strategi yang tepat, resolusi tahun baru kali ini dapat direalisasikan tanpa ada yang terlewat. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, segera buat rencana keuanganmu sekarang!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
10 Masalah Keuangan untuk Kamu Bahas Bersama Pasangan!
Data perceraian di Pengadilan Agama pada tahun 2020 (sumber: katadata.co.id) menunjukkan bahwa lebih dari 20% alasan perceraian adalah karena masalah ekonomi alias ujungnya duit. Bagaimana sih sebaiknya mendiskusikan masalah keuangan dengan pasangan?
Berikut ini adalah 10 masalah keuangan yang bisa kamu bahas bersama pasangan–demi hubungan yang lebih awet dan langgeng.
10 Masalah Keuangan Rumah Tangga
1. Nilai-nilai keluarga
Gak bisa dipungkiri lagi. Menikah itu gak sama si dia aja kan. Kita juga otomatis jadi satu keluarga dengan keluarganya. Ayo ngobrol soal apa aja hal-hal yang dianggap penting sebagai nilai keluarga.
Misalnya menjunjung tinggi kemandirian atau semua harus hidup bersama satu kompleks seumur hidup. Ini dua nilai yang sangat berbeda dan akan butuh kompromi besar untuk menyatukan pemikiran antar pasangan.
2. UU Perkawinan 1974
Menikah karena cinta, menikah secara agama. Ternyata ada satu lagi, menikah itu memasuki ikatan dengan kekuatan hukum karena ada Undang-Undang Perkawinan tahun 1974.
Sebelum menikah seharusnya kita tahu kalau ada UU ini, di antaranya mengatur masalah keuangan juga. Misalnya seperti harta dan utang yang dihasilkan setelah menikah adalah milik bersama.
Jika tidak ingin mengikuti UU tersebut maka pasangan yang ingin menikah perlu membuat perjanjian pisah harta. Hartamu dan hartaku, ternyata harta kita. Lebih dari itu, utangmu dan utangku, ternyata utang bersama juga!
3. Konsep nafkah
Sebagian orang percaya, suami adalah pemberi nafkah utama keluarga. Sebagian orang lagi percaya, tidak perlu membebani laki-laki, atur saja secara bersama. Sebaiknya topik masalah keuangan yang satu ini juga dibahas bersama.
Ekspektasi berlebihan–padahal tidak percaya pada konsep yang sama–berpotensi menyebabkan pertengkaran hebat di kemudian hari. Jika sudah sama-sama paham dan sepakat pada konsep nafkah yang sama, maka lebih mudah untuk saling mengerti peran dalam keuangan rumah tangga.
4. Tanggungan keluarga besar
“Kalau sudah menikah nanti, dan saya ingin memberikan uang kepada orang tua saya, kira-kira suami bakal marah gak ya?”
Kalimat seperti ini sering sekali kita jumpai. Setiap keluarga memiliki kondisi dan masalah keuangan yang berbeda-beda. Ada yang saling ketergantungan, ada juga yang tidak.
Saat dua orang bersatu dalam pernikaha, mereka tidak datang dari keluarga yang sama. Karena itu, urusan bantuan kepada orang tua ini perlu segera dibahas. Membantu keluarga itu tidak pernah salah. Tapi menyembunyikan uang, diam-diam tidak cerita, yang begini yang bisa bikin jadi bibit bertengkar.
5. Status utang
Tidak semua orang siap menikah bersama utang. Sebetulnya jika seseorang sudah memiliki utang sebelum menikah, maka status utang itu adalah miliknya sendiri–pasangannya tidak turut bertanggung jawab.
Akan tetapi, kenyataannya saat sudah menikah, ada saja orang yang merasa ‘terjebak’ karena harus ikut membayarkan utang pasangannya, bahkan utang orang tua pasangannya. Jika masalah keuangan ini sudah dibicarakan sebelumnya, dan mencapai kata sepakat, tentu tidak masalah. Tapi siapa sih yang senang jika tiba-tiba harus membayarkan utang yang sebelumnya bukan tanggung jawab dia?
Biasakan membereskan utang dan tidak mengharapkan orang lain akan membayarkan utang yang jadi tanggung jawab kita sendiri.
6. Mau tinggal di mana?
Ada banyak alternatif tempat tinggal untuk pasangan yang baru menikah. Mulai dari pondok mertua indah, rumah kos, kontrakan, hingga membeli rumah sendiri. Tempat tinggal ini sangat berhubungan dengan pola hidup kita di kemudian hari.
Pengaturan cash flow pasangan yang masih tinggal di rumah orang tua tentu akan berbeda dengan pasangan yang sudah harus mencicil rumah sendiri.
7. Soal anak
Soal anak ini perlu dibahas sebelum menikah. Mulai dari pandangan soal child-free lifestyle, hingga pandangan soal jika menikah dan tidak dapat memiliki anak.
Selain soal tukar pendapat soal pandangan ini, tentu saja berikutnya adalah soal jika memiliki anak, kira-kira ingin sanggup menyekolahkan sampai jenjang pendidikan seperti apa. Diskusi ringan soal cita-cita menyekolahkan anak dapat sangat membuka wawasan soal apa dan bagaimana kita menyiapkan dana Pendidikan bersama di kemudian hari.
8. Kebiasaan keuangan
Apakah kamu pernah mendengar tentang Good Money Habit? Ini soal kebiasaan keuangan yang menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.
Misalnya seorang suami yang selalu rajin menabung 10% dari gajinya. Atau istri yang senang mencatat pengeluaran supaya tahu ke mana bocor keuangan terjadi. Diskusi kebiasaan keuangan yang baik akan saling menguatkan antar pasangan. Jadi bisa mengurangi friksi yang menambah jurang antara pasangan.
Dengan saling kenal kebiasaan keuangan yang baik, pasangan merasa mereka adalah satu tim yang sedang berjuang bersama.
9. Kebiasaan belanja
“Kalau sudah menikah nanti, aku tuh tetap bebas belanja skin care gak ya? Atau harus izin suami dulu?”
Yuk, diskusikan dengan pasangan soal kebiasaan belanja kamu dan si dia. Ada suami yang dari dulu memang gamer–gak mungkin mau pakai gawai yang abal-abal. Padahal si istri sedang stres masalah keuangan lantaran memikirkan dana pendidikan anak. Kebayang kan pertengkaran macam apa yang bakal terjadi?
10. Tentang agama
Apa hubungannya agama dengan masalah keuangan? Bukankah soal agama ini urusan privat masing-masing?
Ternyata ada aspek keuangan yang beririsan dengan agama. Maka saat mempraktikkan keuangan, perlu juga memeriksa apa pandangan pasangan soal agama ini. Misalnya mulai dari urusan waris, pengeluaran sosial, juga tentang jenis produk keuangan–semuanya akan bersinggungan dengan aturan agama dan pandangan pasangan terhadap aturan agama tersebut.
Hukum waris untuk seorang muslim dan muslimah, aturan perpuluhan di gereja masing-masing, dan lain sebagainya. Bisa juga soal pemilihan produk sesuai Syariah–yang sebetulnya tidak terbatas pada pemeluk agama Islam.
Tentu saja masih banyak lagi masalah keuangan dan hal lain yang perlu dibicarakan bersama antar pasangan, baik sebelum menikah maupun sesudah menikah. Tapi dari 10 hal di atas, mana yang kira-kira akan kamu mulai bahas terlebih dahulu?
Sebetulnya tidak ada soal benar atau salah dalam diskusi di atas.
Yang perlu diperhatikan adalah soal membuka diri untuk saling mendengarkan, bertemu di tengah, mencapai kesepakatan bersama. Akhirnya, menikah itu adalah soal kompromi antara dua orang yang datang dari dua latar belakang yang berbeda.
Mari saling menjaga cinta dan kepercayaan dengan pasangan. Ternyata bisa mulai dengan ngobrol dulu ya. Selamat mencoba!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Perencanaan Keuangan Itu Penting, Siapa Saja yang Membutuhkan?
Zaman sekarang, siapa sih yang tidak mendambakan kondisi keuangannya stabil dan ideal? Semua orang kini berusaha untuk mencapai kondisi dengan penghasilan mencukupi, sekaligus dapat berinvestasi untuk hari tua. Kondisi tersebut tentu saja dapat dicapai dengan membuat perencanaan keuangan yang matang.
Memangnya, apa sih perencanaan keuangan itu?
Menurut Financial Planning Standards Board Indonesia, perencanaan keuangan diartikan sebagai sebuah proses mencapai tujuan hidup dengan membuat pengelolaan keuangan yang terencana dan terintegrasi. Tujuan hidup di sini mencakup kebutuhan dana untuk pendidikan, persiapan untuk hari tua, dana untuk membangun rumah, persiapan warisan keluarga, dan pendanaan lain sesuai kebutuhan setiap orang.
Perencanaan keuangan disebut juga sebagai sebuah seni atau prinsip dalam mengelola keuangan pribadi, rumah tangga, maupun bisnis dengan efektif dan efisien. Selain itu, sering kali juga diibaratkan sebagai peta, atau ‘roadmap’, dalam mencapai kondisi finansial yang aman di masa mendatang.
Dalam pengelolaan keuangan, tentunya butuh strategi yang matang agar tujuan utamanya dapat tercapai. Tak heran, saat ini kebutuhan untuk dapat membuat perencanaan keuangan sendiri semakin meningkat.
Proses belajar mengelola dan membuat rencana keuangan ini sudah pasti bukan sekadar SKS, alias sistem kebut semalam. Tapi, harus dilakukan secara terus menerus, bahkan sepanjang hidup.
Kok gitu? Iya, karena ilmu keuangan itu akan bertambah seiring kita juga “naik kelas” dalam hidup. Bahkan, kalau kondisi berubah, keuangan pun harus segera disesuaikan menjadi survival mode.
Karena itu, penting banget buat kita semua, untuk mempelajari lebih lanjut terkait pengelolaan dan perencanaan keuangan ini.
Manfaat Perencanaan Keuangan
Banyak manfaat yang akan kamu rasakan, jika kamu mulai membuat perencanaan keuangan hari ini. Di antaranya:
Bisa mengamankan dana darurat
Ibarat sedia payung sebelum hujan, poin pertama ini penting untuk meminimalkan pengeluaran yang dibutuhkan secara dadakan. Banyak kemungkinan yang dapat terjadi di hari esok, dan tentu saja kita tidak dapat memprediksi masa depan akan seperti apa. Karena itu, dana darurat diperlukan untuk mengatasi kebutuhan tak terduga dan mendesak.
Analisis kesalahan alokasi dana
Hal pertama yang perlu kamu sadari ketika memulai untuk membuat perencanaan keuangan adalah alokasi dana. Ini penting, karena memang di sinilah inti dari perencananaan keuangan, yaitu membagi dana yang ada ke dalam bagian-bagian kebutuhan kita.
Nah, kalau kita sudah membuat rencana keuangan dengan baik, kesalahan alokasi dan penggunaan dana akan dengan mudah diketahui, sehingga kita bisa langsung membuat strategi untuk memperbaikinya.
Cara untuk mewujudkan mimpi
Poin ini menjadi alasan utama mengapa perencanaan keuangan sangat penting untuk dilakukan. Setiap orang yang hidup pastinya punya cita-cita. Kamu juga kan?
Tapi sayangnya sumber daya terbatas. Hal tersebut sangat wajar terjadi kok, dan mungkin juga dialami oleh hampir setiap orang. Tapi, dengan perencanaan keuangan yang komprehensif, semua bisa jadi mungkin untuk diwujudkan lo!
Siapa Saja yang Butuh Membuat Perencanaan Keuangan?
Secara umum, setiap orang seharusnya punya kemampuan untuk mengelola keuangannya masing-masing. Mengapa? Ya, duit-duit sendiri, kalau diatur dengan benar, nantinya juga manfaatnya akan dirasakan sendiri juga kan ya?
Ini dia mereka yang butuh membuat perencanaan keuangan dengan baik
Ibu Rumah Tangga
Sebagai seorang ibu, biasanya dipercaya dan diberi tugas penting untuk mengatur keuangan keluarga. Hal ini mencakup mengatur uang masuk, uang keluar, pembuatan anggaran, dan pengelolaan cicilan, kredit atau semacamnya.
Selain itu, investasi juga perlu dipertimbangkan demi mewujudkan tujuan keuangan keluarga jangka panjang. Karenanya, membuat rencana keuangan yang komprehensif dibutuhkan oleh setiap ibu rumah tangga.
Karyawan
Seorang karyawan juga perlu untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait perencanaan keuangan. Tanpa adanya rencana keuangan yang komprehensif, bisa jadi karyawan akan selalu merasa gajinya kurang. Karyawan juga rentan terlibat masalah keuangan, terutama terkait utang.
Dengan perencanaan keuangan yang tepat, tak hanya bisa mewujudkan cita-cita dan mimpi, karyawan juga bisa menghindarkan diri dari masalah keuangan.
Entrepreneur
Tantangan menjadi seorang pengusaha ada pada pengelolaan keuangannya, yang terdiri atas keuangan bisnis dan keuangan pribadi.
Dua-duanya butuh perencanaan keuangan yang komprehensif.
Dalam bisnis, perjalanan akan naik dan turun. Tanpa rencana keuangan bisnis yang baik, bisa jadi usaha juga tak akan berumur panjang. Sedangkan, keuangan pribadi juga harus direncanakan dengan sebaik-baiknya, agar jerih payah juga terbayar.
Profesional
Profesional di sini maksudnya adalah dokter, pengacara, akuntan, pekerja seni, freelance, dan lainnya. Mereka yang masuk ke kategori ini juga butuh banget perencanaan keuangan, baik jangka panjang maupun pendek demi tujuan yang ingin diwujudkan. Pengelolaan finansial yang baik akan mengurangi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan.
Nah, bagaimana tertarik untuk belajar membuat perencanaan keuangan? Belajar keuangan bareng QM Financial di Udemy saja!
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja. Ada satu modul yang cocok banget buat kamu yang baru mulai belajar membuat rencana keuangan: Berkenalan dengan Financial Planning.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
5 Tip Mengatur Arus Kas Pribadi dengan Ilmu Perilaku
Mengatur arus kas pribadi memang nggak semudah kita membaca postingan media sosial tentang keuangan, ataupun webinar yang diikuti. Karena perihal ini berkaitan erat dengan perilaku kita dalam mengelola keuangan, entah itu menyimpan uang atau melakukan pengeluaran.
Padahal, salah salah satu kunci menuju tahapan bebas finansial adalah bisa mengatur arus kas. So, ini merupakan tantangan bagi kita semua yang ingin mencapai fase tersebut; yang bisa menikmati hidup tanpa memikirkan beban utang, memiliki waktu luang untuk melakukan hal yang disukai dan memiliki penghasilan yang bisa dipakai untuk memenuhi biaya hidup.
Mari simak dulu, video berikut ini sebelum lanjut.
Pengaturan Pengeluaran Uang
Robert T. Kiyosaki pernah mengungkapkan di salah satu bukunya Rich Dad, Poor Dad bahwa salah satu kunci jika kamu ingin meraih bebas finansial adalah mengatur kebiasaan pengeluaran atau spending habit. Jadi, bisa dibilang, spending habit ini merupakan hal esensial yang penting untuk kita kelola sebelum lanjut ke tahapan berikutnya seperti berinvestasi. Jangan dibalik ya urutannya.
Di masyarakat sekarang ini dikenal adanya dua bias yang sering terjadi dan memengaruhi pengeluaran. Apa saja?
Optimism bias
Ini berkaitan dengan kecenderungan manusia dalam melihat masa depan dengan semangat yang terlalu positif. Contohnya, ada anggapan bahwa pekerjaan yang sekarang kita lakukan ini bisa memberikan penghasilan stabil, dan ketika masuk usia pensiun, pengeluaran kita akan menurun hingga tak butuh banyak uang.
Padahal kenyataannya, tidak ada penghasilan yang benar-benar stabil. Pun di usia pensiun nanti, kebutuhan kita bisa jadi tak menurun, hanya berubah saja posnya.
Optimism bias ini wajar terjadi, jadi nggak perlu khawatir. Bahkan untuk sekelas investor senior pun bisa terjebak di bias ini. Yang perlu kamu catat adalah bias ini akan memengaruhi kita, hingga kita akan hanya bisa menabung lebih sedikit untuk pos dana pensiun, tapi justru melakukan investasi terlalu banyak untuk hal yang bersifat spekulatif.
Mental Accounting
Sekarang ini seiring teknologi semakin maju, maka cara untuk menabung pun menjadi bervariasi. Di sinilah mental accounting akan terjadi.
Mental accounting bisa menyebabkan kamu menilai subjektif penghasilan ataupun pos keuangan yang dimiliki.
Maksudnya gimana tu?
Begini, kita sudah menyisihkan sumber pendapatan ke beberapa rekening untuk pos pengeluaran juga tabungan. Rasanya semua sudah baik-baik saja karena menyisihkan gaji, sehingga ketika melakukan impulsive buying, ya nggak apa deh, aman. Padahal, yang kayak gini bisa sangat memengaruhi kondisi keuangan.
Mengutip dari The Decision Lab, cara kita memberikan respons dari uang yang diperoleh akan memengaruhi cara kita belanja. Karena itu, sering terjadi ketika penghasilan naik, maka biaya lifestyle pun naik, sehingga bisa mengacaukan keuangan.
Kedua bias ini sebaiknya kamu waspadai dalam hal mengatur arus kas pribadi. Di sinilah Ilmu Perilaku dalam mengatur arus kas akan berperan.
Pendekatan Ilmu Perilaku
Ada 3 pendekatan yang bisa kita lakukan untuk bisa mengatur arus kas dengan berpedoman pada Ilmu Perilaku ini.
Commitment device
Dari penelitian Universitas Harvard, penggunaan commitment device bisa memberikan pengaruh secara signifikan akan perubahan perilaku.
Commitment device adalah suatu alat untuk membuatmu bisa berkomitmen terhadap perilaku pengaturan keuanganmu. So, temukan commitment device versi kamu agar bisa termotivasi dalam mengatur arus kas yang sehat.
Bentuk commitment device ini bisa beragam. Salah satunya kamu bisa memanfaatkan aplikasi, seperti money manager sebagai bentuk komitmen mencatat semua pengeluaran juga pendapatan bulanan.
Salience
Salience adalah kecenderungan individu untuk lebih waspada akan hal-hal yang terlihat jelas. Nah, perilaku ini juga bisa kita manfaatkan sebagai alat menjaga arus kas agar tetap sehat.
Mudahnya, semakin kita sadar bahwa ada tujuan yang mesti dicapai, maka secara tidak langsung akan membentuk sebuah kebiasaan baru di diri. Ketika kita sudah sering melakukannya, percayalah yang awalnya terasa berat akan menjadi ringan.
Jadi, coba temukan tujuan untuk setiap perilaku dan keputusan keuanganmu. Mau bikin anggaran supaya apa, mau investasi untuk apa, mau mengeluarkan uang manfaatnya apa, dan seterusnya. Dengan begini, kalau memang tak ada tujuannya, kamu bisa mencoretnya dari keputusan keuangan.
Endowment Effect
Ini adalah kecenderungan individu dalam menahan sesuatu yang sudah dimiliki. Endowment effect akan terjadi ketika kita menabung di awal.
Uang tabungan memang seharusnya bukan dari sisa uang bulanan. Dengan menabung di awal waktu, kita akan memiliki kecenderungan untuk menahan keinginan untuk tidak berbelanja dengan uang tersebut.
Endowment effect bisa mengendalikan kita untuk tidak melakukan pembelian yang tak terkontrol dan bisa menjaga arus kas tetap sehat hingga akhir bulan.
5 Tip Mengatur Arus Kas Pribadi
Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatur kas pribadi dengan berdasarkan pada Ilmu Perilaku ini?
Alokasikan pendapatan
Bisa dibilang membuat anggaran bulanan ini hal yang membosankan dan bikin pening. Tapi, jika kamu ingin sukses mengelola arus kas maka lakukan budgeting ini.
QM Financial punya formula pembagian pos pengeluaran seperti ini:
- Kebutuhan hidup: 40%
- Cicilan utang: 30%
- Sosial: 2.5%
- Investasi: 20%
- Lifestyle 10%
Kamu bisa menggunakannya, atau bisa juga menyesuaikannya dengan kondisimu. Yang pasti, apabila kamu punya cicilan, maka prioritaskan untuk membayarnya, ya.
Memisahkan antara kebutuhan dan keinginan
Inilah yang sering kali membuat banyak orang terjebak ke dalam utang dan pengeluaran membengkak.
Coba kamu lihat tagihan utang bulanan, apakah nominalnya bertambah atau berkurang? Jika terus bertambah, maka kamu harus evaluasi lagi apa saja yang sudah dibelanjakan.
Contohnya nih, godaan flash sale di e-commerce ini kuat banget, kamu ingin membeli skincare A karena diskon, padahal di meja rias skincare dengan bahan sama masih sebotol penuh. Inilah yang kerap membuat ‘bocor halus’ dalam pengelolaan keuangan.
Cara terbaik adalah mengendalikan diri, tahan sejenak dan berpikir ulang apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak.
Sisihkan di awal
Membuat anggaran dan menentukan formula akan sangat membantu untuk mengalokasikan pendapatan. So, ketika gaji sudah masuk ke rekening, langsung bagi semua ke pos-pos yang sudah ditentukan.
Karena jika ditahan dan menunggu di akhir, yakin deh semua itu nggak akan bersisa.
Buatlah catatan keuangan
Mencatat pengeluaran itu ngeri-ngeri sedap, memang. Tapi, tak perlu takut karena justru inilah yang akan menyelamatkan arus kas kamu.
Dengan mencatat segala pengeluaran harian juga bulanan, kamu akan memiliki catatan apa saja yang bisa dipangkas untuk pengeluaran bulan depan agar tidak over budget. Kalaupun ada berlebihan dalam pengeluaran, dicek kembali apakah itu penting atau tidak untuk dilakukan di bulan berikutnya.
Tahan diri dari transaksi online
Teknologi sekarang sungguh memanjakan kita. Betul?
Sekali swipe, kita bisa memesan makanan di aplikasi delivery online. Dan teknologi pun menumbuhkan kebiasaan baru di masyarakat. Seperti lebih memilih transaksi lewat internet banking dibandingkan mesti ke bank. Atau lebih senang belanja online daripada ke mal.
Tak ada yang salah dengan munculnya kebiasaan tersebut, tapi mesti diingat, kita harus bisa mengendalikan diri agar tidak terjerumus melakukan banyak transaksi online yang justru bisa membuat pengeluaran membengkak dan terjerat utang.
Cara terbaik adalah alokasikan dana untuk transaksi online, misalnya Rp500 ribu sebulan. Sisihkan uang ini ketika menerima gaji, apabila sudah habis ya tahan diri untuk tidak melakukan transaksi online hingga bulan berikutnya.
Pengalaman dalam mengatur arus kas akan membawa kita ke next level karena ada banyak hal positif yang bisa kita peroleh salah satunya adalah mengerem kebiasaan. Memang sih, ini semua butuh proses yang tidak mudah, tapi yakinlah kalau kita bisa untuk melaluinya.
Mengatur arus kas dan menjaganya agar tetap sehat, kelak akan membawa kita masuk ke fase bebas finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Malas Belajar Keuangan: 3 Alasannya, dan Bagaimana Solusinya?
Sudah tahu kan ya, bahwa literasi keuangan itu penting banget, bahkan menjadi salah satu dari 6 literasi dasar yang harus kita pelajari demi bisa survive menjalani hidup? Sayangnya, orang juga tidak terlahir dan langsung bisa mengelola keuangan dengan baik begitu saja. Kita perlu belajar keuangan step by step, jika pengin bisa menguasainya.
Yah, namanya belajar akan selalu butuh proses. Butuh waktu untuk menyerap informasi dan pengetahuan, pun butuh waktu juga untuk mencernanya. Selain kapasitas penyerapan otak orang yang berbeda-beda, ini juga ada kaitannya dengan minat dan niat.
So, dengan segala alasan, kadang orang jadi skip proses ini. Maunya kalau bisa sih ya, sudah langsung piawai, gitu aja. Contohnya, paling gampang nih, soal investasi saham. Kalau bisa sih, langsung dapat untung besar. Males banget kalau harus lihat laporan keuangan atau grafik pergerakan pasar. Pusing!
Tapi, nggak gitu mainnya!
Mau terampil dalam hal apa pun, proses tetap butuh. Begitu juga dengan keuangan. Mau pinter kelola keuangan—dan terbebas dari berbagai masalahnya—ya harus menjalani proses belajar dulu.
Ini dia beberapa hal yang kadang bikin orang menunda-nunda terus keinginan untuk belajar keuangan.
Alasan Tidak Belajar Keuangan
1. Sibuk
Ya, manusia zaman sekarang, mana ada sih yang enggak sibuk? Rasa-rasanya 24 jam dalam sehari saja enggak cukup. Tuntutan zaman dan juga keinginan untuk memiliki masa depan yang baik menjadi motivasi orang untuk menyibukkan diri bekerja.
Rezeki memang sudah diatur. Tetapi, ketika kita sudah mendapatkannya, alangkah baiknya—sebagai ungkapan rasa syukur—kita kelola dengan baik, sehingga bisa bermanfaat bagi kita dan orang-orang yang di sekitar kita.
Boleh saja kok sibuk bekerja dan melakukan berbagai hal, tapi seharusnya ini enggak jadi alasan bagi kita untuk mau belajar keuangan. Karena, ada banyak cara kok untuk belajar keuangan itu. Bahkan ada yang bisa sambil dengan mengerjakan hal lain.
2. Jadwal nggak sesuai
Salah satu cara belajar keuangan yang dinilai cukup efektif memberikan hasil adalah dengan ikut kelas finansial online, seperti halnya Financial Class Online Series dari QM Financial. Dalam kelas ini, modul sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga akan mudah dipelajari oleh peserta kelas.
Ditambah adanya interaksi dengan trainer berpengalaman, pemahaman tentang bagaimana pengelolaan keuangan akan bisa diserap dengan baik. Biasanya, trainer juga akan memberikan contoh-contoh aplikasi atau cerita-cerita yang relevan, sehingga peserta kelas bisa mendapatkan gambaran riil bagaimana mengelola uang yang baik itu. Untuk beberapa kelas, bahkan dilengkapi juga dengan berbagai worksheet yang bisa diisi langsung oleh peserta.
Namun, untuk bisa mengikuti kelas finansial online seperti ini, kita mesti menyesuaikan diri dengan jadwal yang sudah ditentukan. Sayangnya, sering kali jadwal ini kurang bersahabat karena tak cocok dengan jadwal kita sendiri.
Jadilah menunda-nunda belajar keuangan, karena mencari jadwal yang pas.
3. Membosankan
Memang, belajar keuangan itu terdengar dan terlihat tak seseksi belajar bahasa, misalnya. Atau belajar desain. Sekilas, belajar keuangan ini bukan merupakan “investasi” karena toh nanti keterampilannya tidak bisa dijual lagi. Berbeda dengan belajar desain, yang kemudian kita bisa membuat desain yang bisa dijual kembali dalam bentuk jasa, misalnya.
Tetapi, jangan salah. Masuknya literasi keuangan ke dalam 6 jenis literasi dasar yang wajib dipelajari ini bukan tanpa alasan. Dengan literasi keuangan yang baik, seseorang bisa terhindar dari banyak sekali masalah yang berpotensi muncul dalam hidupnya.
Tapi kan, belajar keuangan membosankan? Betul, untuk sebagian orang. Tapi, karena wajib, kita bisa kok mencari cara belajar keuangan yang lebih fun dan tidak membosankan. Apalagi sekarang didukung dengan teknologi yang sudah berkembang, ada banyak sekali cara untuk bisa belajar keuangan dengan lebih asyik.
Cara Belajar Keuangan sambil Rebahan
Mau belajar keuangan sambil rebahan?
Memangnya bisa? Bisa dong.
Belajar keuangan sekarang enggak serem dan membosankan kok! Malahan fun banget, bisa kamu lakukan sembari rebahan. Apalagi ada yang model gamified microlearning ini. Sudah pernah coba belum? Namanya Levio. Di dalamnya ada berbagai stage belajar yang harus kamu selesaikan. Layaknya main games, kamu pasti akan dengan segera tenggelam dalam pembelajaranmu.
Nggak akan terasa kalau lagi belajar. Yuk, segera daftarkan dirimu segera dan belajar keuangan secara fun!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Menikah adalah salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup. Menjadi pasangan menikah ada banyak hal yang mesti diperhatikan, dikomunikasikan dan juga saling menghormati. Termasuk di dalamnya tentang masalah keuangan.
Masalah keuangan ini jangan dianggap sepele karena bisa berujung pertengkaran dan yang tak mengenakan adalah perpisahan. Duh, jangan sampai deh ya.
Sebenarnya jika dilihat ada banyak perubahan yang terjadi dengan pasangan menikah sekarang ini dibandingkan zaman dulu. Ini tak lepas dari peran arus informasi yang kini sangat terbuka. Banyak pasangan menikah mendapatkan insight baru dalam hal pengelolaan keuangan.
Contoh kecil nih, dulu kaum perempuan sangat minim akan pengetahuan tentang investasi. Sekarang ini menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, investor perempuan meningkat signifikan sebesar 55,8% untuk pembelian instrumen obligasi ritel seri ORI017, 57,82% untuk ORI018 dan 58,25 sukuk ritel seri SR014.
Apa saja perubahan yang terjadi terhadap keuangan ideal pasangan menikah zaman dulu vs zaman sekarang? Berikut ulasannya!
Keuangan Ideal ala Pasangan Menikah Zaman Dulu vs Zaman Sekarang
Zaman Dulu
1. Suami sebagai pencari nafkah utama
Sudah menjadi mindset umum bahwa suami adalah pencari nafkah utama di keluarga. Semua beban keuangan ada di pundak suami. Berat? Sudah pasti.
Inilah yang sering kali menjadi pemicu terjadinya ‘jarak’ antara ayah dan anak karena minimnya waktu untuk berinteraksi karena tuntutan hidup seorang ayah mesti memenuhi kebutuhan keluarga. Seorang ayah, bekerja tanpa lelah demi kesejahteraan keluarga.
2. Istri atur uang
Ya, suami menjadi pencari nafkah utama, istri yang mengatur uang. Ini udah pakem pasangan menikah zaman dulu.
Di zaman dulu memang kedua hal inilah yang menjadi financial goals dari pasangan menikah. Tak ada muluk-muluk karena zaman dulu belum secanggih saat ini. Belum ada kafe kekinian, teknologi pun belum semaju sekarang ini.
Sayangnya, sering ditemui ‘lubang’ di keuangan ideal ala pasangan zaman dulu, yaitu tidak terbukanya masalah keuangan. Banyak kasus terjadi ketika seorang istri tidak mengetahui dengan pasti berapa besaran gaji suaminya.
Belum lagi soal sangat minimnya pengetahuan akan investasi. Jika dilihat, pasangan menikah zaman dulu lebih menyukai instrumen investasi berupa emas dan properti. Tak heran kan, kalau orang kaya zaman dulu memiliki itu banyak tanah.
Bagaimana dengan keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Ternyata terjadi banyak pergeseran. Selain karena arus informasi yang terbuka lebar, sekarang ini sudah adanya kesadaran dari pasangan menikah ingin memperbaiki hal-hal yang mereka lihat dari orang tua zaman dulu.
Ya, memperbaiki agar tidak terjadi hal yang sama. Lalu, apa saja nih keuangan ideal ala pasangan menikah zaman now?
Zaman sekarang
1. Jujur akan keuangan
Sekarang ini sudah jamak terjadi suami-istri bekerja, maka diperlukan keterbukaan akan keuangan masing-masing. Gaji yang diterima dibuka secara rinci pada pasangan.
Dengan mengetahui pendapatan masing-masing, akan dengan mudah merinci pengelolaan keuangan seperti apa dan juga menentukan tujuan keuangan ke depannya bagaimana.
2. Pendapatan utama
Jika kedua pasangan sama-sama bekerja, tentukan mana yang akan dijadikan pendapatan utama. Ini yang nantinya akan menjadi fondasi utama dalam keuangan, sedangkan gaji lainnya akan menopang agar fondasi ini tetap kuat.
3. Memiliki bujet bersama juga punya bujet pribadi
Yang namanya menikah berarti keuangannya harus dikelola bersama. Sebaiknya memiliki bujet bersama untuk keperluan seperti dana pendidikan, dana darurat dan lain-lain. Misalnya, untuk dana pendidikan dari gaji suami sebesar 20%, dari istri 20% juga. Pembagian ini sesuai kesepakatan, setiap keluarga bisa jadi berbeda.
Tapi, selain punya bujet bersama, banyak pasangan menikah zaman sekarang juga punya pemisahan bujet untuk kebutuhan sendiri-sendiri. Bujet ini biasanya digunakan untuk melakukan hobi, misalnya. Seperti membeli tanaman, buku, dan lain sebagainya. Dengan demikian, hobi tersalurkan, bujet keluarga tak terganggu.
4. Pembagian tugas keuangan
Kalau dulu istri yang menangani semua pembayaran ini-itu, sekarang bisa jadi berbeda. Yang penting memang kesepakatan. Mau semua diatur istri, boleh. Diatur suami, bisa. Atau mau dibagi, suami urus keperluan A, istri B.
Yang penting, samakan pandangan dan buat kesepakatannya, seperti gaji suami membayar cicilan, kebutuhan bulanan, gaji istri untuk investasi dan menabung. Atau suami membayar cicilan secara online tanpa menunggu istri yang melakukannya.
Ini juga berlaku akan pembagian keuangan ke masing-masing keluarga jika masih menanggung kebutuhan orang tua atau saudara yang masih sekolah.
5. Financial goals
Setiap pasangan menikah wajib memiliki financial goals atau tujuan keuangan yang ingin dicapai. Tujuan keuangan ini bisa berupa dana pendidikan, dana pensiun, dana darurat. Dengan adanya tujuan keuangan, kamu akan lebih detail dalam memilah keinginan dan kebutuhan.
Kamu akan lebih disiplin lagi dalam mengelola keuangan dan nantinya bisa saja kamu akan mencapai fase bebas finansial.
Kunci: Komunikasi dan punya visi yang sama
Yang namanya menikah, mau cara aturnya apa saja, sebaiknya memiliki visi yang sama, terutama dalam visi keuangan. Pasalnya, keuangan itu sensitif. Ada masalah kecil, efeknya bisa ke mana-mana dan akhirnya jadi sandungan.
Jadi, sebelum menikah, bicarakan dengan pasangan, seperti apa masalah keuangan nanti. Sekarang ini sudah tidak tabu lagi kok membicarakan keuangan. Apabila dalam perjalanan pernikahan ada yang tidak sesuai, komunikasikan dengan pasangan jangan dipendam. Karena yang namanya pernikahan pasti akan ada ups and downs.
Nah, kalau dilihat-lihat, ternyata banyak juga ya pergeseran pengaturan keuangan ideal antara pasangan zaman dulu dengan zaman sekarang. Tentunya ini terjadi dengan harapan agar pasangan menikah zaman sekarang bisa lebih bisa mengelola keuangan lebih baik karena kehidupan sekarang ini lebih kompleks dibanding zaman dulu.
Agar kamu dan pasangan bisa mengelola keuangan dengan baik agar terwujud financial goals, yuk belajar keuangan sendiri di Udemy. QM Financial punya modul khusus untuk pasangan yang sudah menikah yaitu Journey for Married Couples. Di kursus ini kamu akan belajar menyusun rencana pencapaian prioritas tujuan finansial keluargamu.
Enaknya belajar di Udemy, kamu enggak terikat oleh waktu. Kamu bisa mempelajari semua materi kapan pun, karena aksesnya lifetime untuk sekali pembayaran saja.
Asyik kan?
Yuk, belajar bareng di Udemy. Tim QM Financial tunggu di sana ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Cara Belajar Finansial Secara Cepat, Efektif dan Efisien
Buat kamu yang pengin mulai belajar finansial, begini cara belajar cepat yang bisa kamu terapkan. Cek artikel ini sampai selesai ya.
Fast Track Program: Belajar Finansial Cepat buat Kamu yang Nggak Sempat
Salah satu cara belajar finansial di QM Financial yang dapat kamu pilih adalah belajar melalui webinar Zoom dengan metode kelas, dalam FCOS (Financial Clinic Online Series).
Dalam metode ini, kamu akan dimungkinkan untuk belajar langsung bersama trainer, dengan modul-modul yang sudah dipersiapkan sesuai dengan silabus dan kurikulum berjenjang. Yes, belajar berjenjang FCOS ini merupakan salah satu kekuatan dari kelas finansial online dari QM Financial, karena akan memungkinkanmu untuk bisa memahami secara mendalam berbagai materi yang ada secara perlahan tapi pasti.
Harapannya, sudah pasti, dengan pendalaman materi yang cukup, dipelajari secara bertahap, hasil belajarnya pun akan lebih optimal.
Tetapi, bagaimana dengan kamu yang nggak punya waktu untuk belajar step by step secara berjenjang dalam FCOS? Kamu yang terlalu sibuk untuk sekadar meluangkan waktu di malam hari, belajar selama satu jam bersama para trainer QM Financial? Kamu yang sudah urgent banget untuk segera bisa mengelola keuanganmu sendiri, menentukan tujuan keuangan, dan membuat rencana keuangan sendiri secepatnya?
Kabar Gembira! Telah Hadir Fast Track Program untukmu!
Perkenalkan, Fast Track program, sebuah program yang dirancang khusus buat kamu yang tak punya banyak waktu, tetapi butuh belajar finansial secara mendalam.
Apa keunggulan Fast Track Program dibandingkan FCOS biasa, atau juga program dan platform belajar lainnya?
1. Cocok buat kamu yang sibuk tapi pengin belajar finansial secara seru
Kebutuhan manusia itu berbeda, begitu juga kondisinya. Memang betul, untuk belajar, akan lebih baik kalau kita investasikan waktu tanpa batas, agar materi yang dipelajari bisa dicerna dan meresap dengan baik ke otak.
Tentu, ini bukan masalah besar bagi sebagian orang, yang memang punya banyak waktu tersisa dalam kesehariannya. Ketimbang dipakai untuk hal-hal yang unfaedah, pastinya akan lebih bermanfaat kalau dipakai untuk belajar—belajar apa pun itu, termasuk belajar mengelola keuangan. Banyak banget hal yang bisa diperoleh dari belajar keuangan. Kamu pasti juga setuju tentang ini kan?
Namun, kondisi bisa berbeda untuk sebagian yang lain. Kamu, yang termasuk dalam kelompok ini, sudah sadar betul pentingnya belajar mengelola keuangan, mulai dari dasar hingga lanjut ke level advanced—yang kesemuanya bisa dipelajari dalam FCOS QM Financial. Namun, waktu luang bukan merupakan privilege untukmu. Membuat waktu untuk sekadar belajar 1 jam di malam hari terasa berat untukmu, karena satu dan lain sebab.
Nah, buat kamu yang termasuk ke kelompok terakhir ini, Fast Track program adalah jawabannya.
2. Paket komplit
Fast Track program merupakan paket komplit. Komplit apanya? Mari kita lihat.
Dari sisi materi, cakupan Fast Track program ini sama dengan cakupan FCOS reguler yang biasa diadakan di malam hari dalam durasi satu jam.
Apa saja yang dipelajari di Fast Track program ini? Antara lain:
- Konsep dasar perencanaan keuangan
- Cara mengecek kondisi kesehatan keuangan pribadi
- Bagaimana cara menghitung kebutuhan proteksi
- Cara menentukan kebutuhan investasi untuk tujuan finansial utama, mulai dana rumah, dana pendidikan, sampai dana pensiun (dengan 4% rules).
- Bagaimana menyusun skenario jika jumlah dana tersedia kurang dari kebutuhan investasi
- Berkenalan dengan berbagai pilihan produk investasi mulai dari yang dasar hingga yang kekinian tanpa FOMO, mulai dari P2P Lending, Equity Crowdfunding, hingga Cryptocurrency
- Aturan kunci dalam berinvestasi
- Cara menyusun rencana keuangan sederhana
- Bagaimana melakukan review rencana keuangan pribadi
Komplit kan? Mulai dari basic, intermediate, hingga level advanced semua sudah ada dalam satu program.
Selain bisa mengikuti sesi webinar yang akan membahas topik-topik di atas, Fast Track program juga sudah termasuk akses 3 bulan Levio untuk belajar modul basic finansial, serta ada juga opsi untuk mentoring 1 on 1.
Komplit, spesial pakai telur!
3. Cukup luangkan waktu di hari Sabtu
Lalu, berapa lama untuk bisa belajar semua materi itu? Sementara FCOS saja, dengan materi berjenjang yang sama, butuh waktu satu bulan untuk diikuti?
Nah, itu dia bedanya Fast Track program dengan FCOS. Dalam Fast Track program, kamu hanya perlu meluangkan waktu dua kali hari Sabtu, yang masing-masing terdiri atas dua sesi @ 2 jam, untuk belajar kesemua materi itu.
Sekali duduk, materi yang akan kamu dapat setara dengan dua kelas FCOS!
Gimana? Cocok kan, buat kamu yang sibuk tapi urgent banget butuh belajar mengelola keuangan, sampai bisa membuat rencana keuangan sendiri?
Yuk, segera daftarkan dirimu untuk bergabung di Fast Track program! Klik link yang sudah ditautkan, dan ikuti saja petunjuknya ya.
Sampai jumpa di kelas Fast Track!
Jangan lupa, stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pensiun Sejahtera di Usia 50 Tahun? Bisa Dong!
Dengan memastikan hal-hal ini telah dipenuhi dengan baik, maka goals untuk bisa pensiun sejahtera di usia 50 tahun bukan jadi impian semata lagi.
Training Keuangan, Kapan Dibutuhkan Karyawan? Ini 7 Tandanya
Sudah tahu kan, pentingnya memberikan training keuangan pada karyawan? Di samping untuk memperkenalkan habit baru yang baik terhadap pengelolaan keuangan, training keuangan karyawan juga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan.
Lalu, kapan waktu terbaik untuk memberikan training keuangan ini? Simak ulasannya sampai selesai berikut ini yuk!
Tanda dan Kapan Perlu Memberikan Training Keuangan untuk Karyawan
Ketika karyawan baru saja mulai masuk untuk bekerja (entry level)
Adalah penting bagi karyawan yang baru mulai masuk kerja dan menerima gaji pertama untuk segera dapat mengelola keuangan dengan baik. Ini berlaku baik bagi yang memang sudah berpengalaman kerja di perusahaan lain sebelumnya, ataupun yang baru pertama kali kerja alias fresh graduates dan first jobbers.
Kesadaran dan keterampilan mengelola keuangan akan sangat lebih baik jika dimiliki sejak dini. Dengan demikian, karyawan masih punya banyak waktu untuk menyusun berbagai tujuan finansial dan kemudian membuat rencana yang komprehensif.
Ketika produktivitas karyawan mulai menurun
Salah satu penyebab produktivitas karyawan yang menurun adalah ketika mereka mengalami financial insecurities dalam hidup mereka. Financial insecurities ini bisa jadi kecemasan terhadap cash flow yang mereka khawatirkan tidak cukup, memiliki utang yang tak kunjung lunas, hingga kekhawatiran menghadapi masa depan yang tak jelas.
Ada data penelitian yang membuktikan, bahwa 1 dari 4 karyawan di kantor mengalami stres dan penurunan produktivitas karena masalah keuangan.
So, ketika produktivitas karyawan dirasa mulai menurun, bisa jadi ini adalah salah satu indikator bahwa mereka sedang ada masalah yang membuat kurang fokus. Besar kemungkinan masalah tersebut adalah masalah keuangan. Itulah waktu yang tepat untuk mengadakan training keuangan bagi mereka.
Ketika karyawan mulai terlalu sering kasbon atau memiliki terlalu banyak utang
Kadang perusahaan memang menyediakan fasilitas pemberian pinjaman dana pada karyawan dengan bunga lunak, demi membantu kesejahteraan karyawan. Pinjaman ini bisa berupa pinjaman dengan jangka tertentu, ataupun yang berupa kasbon.
Namun, kadang ada saja satu dua karyawan yang kasbon terus menerus, atau malah terlibat dengan pinjaman online ilegal yang dewasa ini marak terjadi.
Kalau sudah begini, bisa dipastikan bahwa karyawan pasti memiliki masalah keuangan yang cukup besar. Ada baiknya, perusahaan membantu dengan memberikan training keuangan agar karyawan lebih terampil mengelola keuangannya sendiri tanpa harus utang lagi.
Saat karyawan mendapatkan kenaikan gaji
Kenaikan gaji memang menjadi hal yang paling ditunggu. Tetapi, tak jarang, kenaikan gaji juga diikuti dengan kenaikan lifestyle—gaya hidup yang kalau tidak dikelola dengan baik bisa menjebak karyawan hingga hidup melebihi kemampuan.
Ini tentu saja membawa kerugian bagi diri karyawan sendiri.
So, ada baiknya, saat perusahaan berencana untuk menaikkan gaji para karyawan, saat itu juga direncanakan untuk memberikan training keuangan agar karyawan dapat mengelola gajinya dengan lebih baik lagi.
Ketika karyawan sudah bekerja cukup lama di perusahaan yang sama
Ketika karyawan sudah cukup lama bekerja di suatu perusahaan—misalnya sudah beberapa tahun—maka saat itulah ia memasuki fase retain.
Training keuangan karyawan akan sangat baik jika diberikan lagi, untuk mengingatkan karyawan agar mereview apa yang sudah dicapai sejauh ini. Selanjutnya, karyawan juga perlu diingatkan lagi untuk terus membangun aset, sehingga pada waktunya nanti dapat dikonversi menjadi aset aktif menjelang pensiun.
Ketika lifestyle karyawan terlihat melebihi kemampuan finansialnya
Memang menjadi hak karyawan mana pun untuk memanfaatkan gajinya untuk keperluan apa pun. Namun, ketika ada tanda-tanda bahwa karyawan hidup dengan lifestyle yang melebihi kemampuannya, maka saat itu pula perusahaan wajib mengingatkannya.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan training keuangan yang sesuai dengan kondisi si karyawan.
Jangan sampai sudah terlanjur terlilit utang, baru diberi training. Bisa jadi, saat itu sudah terlambat.
Ketika karyawan perlu disadarkan tentang pentingnya dana pensiun
Sering terjadi ketika karyawan merasa belum perlu memikirkan dana pensiun, karena mereka merasa masih muda, masih punya banyak sekali waktu untuk berkarya dan menghasilkan uang.
Well, pendapat ini enggak salah, tetapi perlu untuk membuat mereka sadar, bahwa masa pensiun perlu untuk direncanakan sejak dini.
Mereka punya privilege pada jangka waktu yang masih panjang, sehingga beban untuk menabung masih akan ringan. Jangan tunggu sampai berusia 45 tahun dulu, baru kemudian berencana untuk pensiun. Khawatirnya, beban menabung akan lebih berat, dan waktunya terlalu singkat untuk membangun aset.
Nah, itulah tanda karyawan perusahaan perlu mendapatkan training keuangan.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.