Siap Finansial untuk Menghadapi The New Normal dalam 5 Langkah
Pandemi COVID-19 tidak akan segera berlalu, sementara kita sudah harus siap menghadapi the new normal–tatanan baru dalam berkehidupan, dengan fokus untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Suka nggak suka, siap nggak siap, sepertinya memang kita tak bisa berdiam lebih lama lagi di rumah. Kegiatan ekonomi yang terhenti tentu akan membawa dampak yang lebih buruk untuk semua orang yang hidup di Indonesia, bahkan dunia.
So, mari kita bersiap. Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi era the new normal ini, utamanya dalam hal finansial? Yuk, simak terus sampai selesai ya!
5 Hal Finansial yang Harus Disiapkan untuk Menjalani The New Normal
1. Ubah gaya hidup sebelumnya
Tanpa bermaksud menghakimi, mungkin kamu punya gaya hidup yang harus diperbaiki selama pandemi COVID-19 datang; nggak bisa menahan diri untuk belanja-belanji barang-barang konsumtif, gesek kartu kredit sana-sini, enggak bisa nabung untuk dana darurat, FOMO, dan seterusnya.
So, setelah terhantam oleh pandemi dan merasakan “akibat”-nya, sekarang saatnya kamu mengevaluasi diri. Pelajaran finansial seperti apa yang sudah kamu pelajari selama pandemi ini? Adakah dari dirimu yang harus diperbaiki? Adakah gaya hidup yang harus diubah?
Kalau memang kamu merasa ada yang kurang dan ada yang bisa diperbaiki, yuk, perbaiki. Karena financial is personal, maka kamu sendiri yang bisa memutuskan, apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. So, take your time untuk mengatur keuangan kamu, dan semoga ke depannya lebih baik.
2. Catat keuangan
Salah satu hal yang harus kamu siapkan untuk menghadapi the new normal adalah catatan keuangan. Karena kita akan menghadapi banyak hal yang berubah di depan, sehingga kebiasaan kita pun harus disesuaikan dan pola keuangan kita pun bisa jadi berubah juga.
Jadi, ayo, mulai catat keuanganmu lagi dengan rapi dan detail. Berapa penghasilanmu setiap bulan? Ada tambahan apa saja, selain gaji? Adakah perubahan nominal di gaji bulanan? Apa saja pengeluaranmu sekarang? Apa yang berubah; pos pengeluaran mana yang lebih banyak, dan mana yang lebih sedikit?
Catat lagi ya, sehingga beberapa bulan kemudian, kamu bisa melihat pola barunya. Setelah itu, kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru.
3. Review tujuan keuangan
Misalnya saja, untuk beberapa waktu ke depan, kamu mungkin enggak akan liburan dulu ke luar negeri. Meski banyak negara sudah melonggarkan lockdown, tapi penjagaan masih ekstra ketat. Jadi, tabungan dana liburanmu mungkin bisa dialokasikan ke hal lain yang bermanfaat. Untuk memperkuat dana darurat, misalnya.
Atau, biaya menikah. Di era the new normal nanti, resepsi dan upacara pernikahan hanya boleh dihadiri oleh undangan yang sangat terbatas; 40 orang saja. Jadi, kamu bisa mengalokasikan kelebihan dana menikah ke hal lain.
Atau, karena kondisi investasi saham masih sangat volatile, maka kamu perlu rebalancing di instrumen investasi lain demi dana pensiun terselamatkan.
Nah, ini juga butuh waktu buat ngelamun nih, berarti. Take your time ngelamun deh, kalau gitu ya.
4. Lebih bijak berutang
Salah satu pelajaran penting yang bisa kamu petik selama pandemi dalam mengatur keuangan adalah jangan membuat utang yang melebihi kemampuan. Banyak loh, yang terjebak utang di tengah masa pandemi, yang berakibat mereka gali lubang tutup lubang. Padahal pekerjaan juga lagi enggak pasti.
Sedih banget enggak sih?
Makanya, setelah masuk the new normal, ada baiknya kamu lebih bijak untuk berutang. Utang apa pun itu; utang kartu kredit, kredit blender, gawai, terlebih pinjaman online.
Yuk, pikirkan secara matang jika memang kamu butuh berutang. Setidaknya, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu mampu membayarnya.
5. Tetap pantau dana darurat
Nah, jadi yakin kan, kalau dana darurat itu sangat penting? So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dana darurat memang kayak duit nganggur. Serasa gatel aja pengin dipakai; enakan diputer buat usaha apa, atau buat belanja “kebutuhan” ini itu. Tapi, ingat loh, dana darurat itu adalah jaring pengaman ketika kondisimu lagi darurat. Memang sepintas nganggur, tapi justru enggak boleh diganggu.
Jadi, coba cek, berapa kebutuhan dana daruratmu yang paling ideal? Dan, bagaimanakah posisinya sekarang? Apakah sudah sesuai, atau belum? Kalau belum, di masa the new normal nanti, kamu harus menjadikannya sebagai tujuan keuangan utamamu sebelum yang lainnya.
Nah, di samping ke-5 hal finansial di atas, hal lain yang harus disiapkan juga untuk menghadapi the new normal adalah soal kesehatan. Sekarang kesehatan benar-benar mahal harganya. So, jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Ada baiknya, kamu menambah ekstra pos pengeluaran di sini, untuk kebutuhan tambahan vitamin, suplemen, dan alat kesehatan lain, seperti masker, face shield, hand sanitizer, dan seterusnya. Cek juga asuransi kesehatanmu ya, jangan sampai kendur.
So, siap untuk menghadapi the new normal sekarang? Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi saat the new normal datang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Prioritas Pengeluaran Rutin yang Harus Tetap Dilakukan Selama Pandemi COVID-19
Selama masa pandemi COVID-19, sebagian dari kita harus menerima penghasilan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini pastinya memaksa kita untuk putar otak, agar setiap kebutuhan tetap terpenuhi dengan baik. Selain dipakai untuk belanja kebutuhan hidup, uang tersebut juga harus cukup dipakai untuk memenuhi setiap pengeluaran rutin per bulannya.
Ya, sebagai manusia kita memang selalu “dipepet” oleh kondisi sih. Mau enggak mau, harus selalu siap untuk setiap situasi yang mendadak datang. Siapa sih yang mau merencanakan untuk mengalami kesulitan keuangan? Nggak ada, pastinya. Semua orang juga pengin kondisi baik-baik saja, semua lancar-lancar saja.
Tapi yah, kita memang lagi diuji, jadi mari kita segera cari solusi saja, ketimbang kelamaan menekuri nasib.
Jadi begitulah, ada beberapa pengeluaran rutin yang enggak boleh dilupakan, meski sekarang lagi krisis. Sebisa mungkin kelima hal ini tetap harus dijadikan prioritas keuangan, supaya hidup menjadi lebih nyaman dan mudah.
5 Pengeluaran Rutin yang Harus Jadi Prioritas
1. Tagihan rutin rumah tangga
Seperti apa, misalnya? Listrik. Beberapa hari belakangan, banyak orang yang mengeluh tagihan listrik mereka tiba-tiba melonjak naik. Terlepas dari kehebohan ini, tetap saja, listrik ya harus dibayar.
Ya masa kita mau pakai obor buat penerangan?
Boleh saja kalau mau mengajukan komplain atau protes, kalau membawa hasil kan ya lumayan. Naiknya enggak kira-kira, katanya. Tapi, kan teteup … harus dibayar!
Coba deh, sekarang–selain mengajukan komplain–dari kita sendiri juga berusaha untuk menghemat listrik. Semoga bisa mengurangi tagihannya bulan depan.
Yang kedua, air. Buat kamu yang memakai layanan PDAM, karena enggak mungkin juga kamu #dirumahaja tanpa air. Kalau yang di rumah pakai sumur, ya berarti bebas dari pengeluaran rutin satu ini. Selamat!
Yang ketiga, internet, baik untuk Wifi ataupun kuota smartphone. Ini juga jadi pengeluaran rutin yang harus diprioritaskan. Apalagi semua-semua sekarang dikerjakan dari rumah, mulai dari kerja, sekolah, sampai kongko juga online kan?
2. Cicilan pinjaman online
Kalau kamu ada pinjaman online, maka ini juga harus menjadi prioritas utama pengeluaran rutin setiap bulannya, enggak peduli sekarang lagi masa pandemi atau bukan.
Mengapa harus diprioritaskan? Untuk menghindari bunga berbunga yang bisa menggulung-gulung keuanganmu bak tsunami yang datang tanpa peringatan.
Jangan sampai, pengurangan pemasukan saat pandemi masih diperburuk lagi dengan gulungan ombak bunga utang pinjol ini ya.
3. Cicilan kartu kredit
Syahdan, di awal pandemi kita terserang panic buying. Karena belom ada gaji, maka kita pun belanja dengan menggunakan kartu kredit. Ouch! Kalau ini terjadi sama kamu, that means utang satu ini harus pula menjadi prioritas pengeluaran rutin setiap bulannya.
Kalau memang kamu ada uang lebih, mendingan lunasi saja langsung. Jika enggak, ya prioritaskan dalam daftar pengeluaran rutin kamu.
Jangan sampai kita kena segala macam biaya yang enggak perlu, mulai dari denda telat pembayaran, denda pembayaran di bawah minimum, biaya over limit, masih plus bunganya. Ini benar-benar pengeluaran yang harus dihilangkan dari catatan keuangan selama masa pandemi ini.
4. Cicilan leasing
Kamu ada kendaraan yang baru saja dibeli melalui utang leasing? Kalau iya, tempatkan juga pembayaran cicilannya sebagai prioritas pengeluaran rutin bulananmu.
Kabar baiknya, kamu bisa meminta relaksasi kredit leasing selama masa pandemi virus corona ini. Yes, kamu yang harus mengajukan permohonan keringanan kredit ini ya, karena keringanan ini enggak datang begitu saja.
So, coba hubungi kantor leasing tempat kamu mengambil kredit dan tanyakan prosedur untuk mengajukan permohonan keringanan kredit. Keringanannya juga bukan berarti kamu bebas tidak membayar cicilan, tetapi berupa keringanan bunga, perpanjangan waktu, hingga pengurangan jumlah cicilan pokok. Semua tergantung pada kebijakan masing-masing leasing.
Semoga bisa sedikit membantu keuanganmu yang lagi krisis sekarang.
5. Cicilan bank
Misalnya seperti KTA atau cicilan KPR, atau jenis cicilan pinjaman lain yang kamu lakukan melalui bank, harus jadi prioritas dalam daftar pengeluaran rutin setiap bulannya.
Di sini juga ada kabar baik nih. Seperti juga pada leasing, pemerintah juga memberikan stimulus berupa keringanan kredit bank selama masa pandemi virus corona. Tentu saja, ada kriteria dan syarat yang harus kamu penuhi terlebih dahulu. Hubungi bank tempat kamu mengambil kredit ya, dan tanyakan prosedurnya.
Nah, itu dia 5 pengeluaran rutin yang harus menjadi prioritas selama masa pandemi berlangsung.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Menjadi Korban PHK Akibat Pandemi COVID-19, Harus Bagaimana?
Pemerintah mencatat sebanyak 2,8 juta orang pekerja kini sudah menjadi korban PHK lantaran tempat mereka bekerja terdampak oleh pandemi COVID-19.
Bahkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyebutkan angka yang lebih mengejutkan lagi; 15 juta! Kadin memperkirakan, jumlah 2 juta yang dirilis oleh pemerintah adalah jumlah korban PHK dari perusahaan-perusahaan besar, tetapi belum termasuk mereka yang bekerja di usaha mikro, usaha kecil, hingga usaha menengah yang juga telah kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini.
Kalau baca beritanya, jadi speechless enggak sih? Sepertinya memang benar apa yang diprediksi oleh para ahli, bahwa dunia sedang berada di ambang resesi terburuk.
Apa kabarmu? Apakah kamu juga merupakan salah satu korban PHK, dampak dari pandemi virus corona ini? Jika iya, QM Financial turut prihatin yang sedalam-dalamnya ya. Hanya bisa membantu dengan doa dan harapan, semoga kesulitan ini akan segera berlalu.
Tapi sementara itu, kita pastinya enggak bisa cuma menunggu kondisi membaik dengan sendirinya, bukan? Kita harus segera melakukan sesuatu, setidaknya berusaha agar napas kita lebih panjang sampai badai ini benar-benar tuntas teratasi dan kondisi menjadi baik lagi.
Apa yang harus dilakukan jika kamu sekarang menjadi korban PHK akibat pandemi COVID-19?
1. Financial check up
Yang pertama harus dilakukan pastinya adalah memastikan kondisi keuangan kita seriil-riilnya. Karena itu, yuk, lakukan financial check up; periksa kesehatan keuangan kita sendiri agar tahu letak “penyakitnya” di mana, dan bisa diperbaiki segera.
Apa yang perlu diperiksa? Di antaranya:
- Pemasukan. Tentunya dengan “status” sebagai korban PHK, pemasukan akan berkurang. Seberapa banyak berkurangnya? Apakah benar-benar zero income? Ataukah, sebenarnya kamu masih punya pemasukan yang lain? Juga, apakah kamu menerima pesangon? Seberapa banyak, dan kira-kira bisa digunakan sampai kapan? Perhitungkan dengan pengeluaran bulananmu ya.
- Status utang. Bagaimana posisi utangmu saat ini? Masih ada utang apa saja? Masih kurang berapa banyak cicilannya? Masih berapa lama?
- Aset lancar. Apakah kamu punya tabungan? Dana darurat? Punya investasi yang bisa segera dicairkan? Punya simpanan emas? Ada piutang?
- Pengeluaran. Cermati pengeluaran-pengeluaran yang ada, mulai dari kebutuhan pokok, tagihan rutin, dan pengeluaran lainnya yang mungkin ada.
Selain keempat hal di atas, periksa juga hal-hal lain yang berkaitan dengan keuanganmu. Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
2. Amankan utang
Utang adalah salah satu pos pengeluaran terbesar, yang bisa dibilang–meski kondisi sesulit apa pun, ya mesti tetap dibayar. Meskipun kamu berstatus sebagai korban PHK, tetapi utang tetap menjadi kewajiban.
So, kalau kamu menerima uang pesangon, maka utang adalah pos pertama yang harus segera diamankan dengan uang pesangon. Kamu bisa menyisihkan dulu di awal.
Jika memang kamu mengalami kesulitan untuk membayar cicilan, enggak ada salahnya jika kamu meminta keringanan kredit pada pihak pemberi pinjaman.
OJK sendiri sudah mengeluarkan ketetapan mengenai relaksasi kredit sesuai instruksi pemerintah bagi kita yang terdampak COVID-19, mulai dari pekerja informal, pekerja berpenghasilan harian, termasuk juga para korban PHK. Stimulus ini tidak secara otomatis datang sendiri ya, jadi kamu yang harus mengajukan permohonan untuk kemudian baru diproses. Keringanan kredit ini juga bukan berarti bebas enggak bayar sama sekali, tetapi bisa berupa keringanan suku bunga, perpanjangan waktu, keringanan angsuran pokok, dan berbagai kebijakan lain.
Manfaatkanlah jika memang memungkinkan. Sedikit keringanan dalam bentuk apa pun akan membantu.
3. Hemat pengeluaran
Ubah gaya hidup! Ini sudah harus segera dilakukan begitu pemasukanmu berkurang sebagai korban PHK.
Cermati catatan pengeluaranmu yang terbagi dalam 5 pos–pos pengeluaran kebutuhan hidup rutin, cicilan utang (yang sudah dibahas di poin kedua), investasi, sosial, dan lifestyle–apakah ada yang bisa dihemat, dikurangi, disesuaikan, ditunda, atau bahkan dihapus.
Untuk investasi, boleh saja jika sekarang kamu memutuskan untuk setop investasi dulu, karena kamu akan butuh fresh cash untuk bertahan hidup. Nanti setelah kondisi membaik, kamu bisa mulai lagi. Begitu juga pos pengeluaran sosial, jika memang dirimu sendiri lebih membutuhkannya.
Lifestyle? Jelas harus dihemat. Coret dulu jajan-jajan bobanya. Masak sendiri dulu di rumah, dengan bahan-bahan makanan yang terjangkau. Pastikan belanja hanya barang-barang yang penting, kurangi yang tidak urgent, tunda yang bisa ditunda.
4. Pakai dana darurat
Ya, semoga kamu sudah memiliki dana darurat. Meskipun jumlahnya mungkin belum ideal, tapi setidaknya ada, dan bisa kamu gunakan untuk menyambung hidup sampai kamu bisa memiliki pemasukan lagi.
Jangan lupa, berkomitmen untuk menggantinya nanti ketika kondisi membaik ya.
5. Segera cari alternatif pemasukan lain
Boleh saja berstatus korban PHK, tapi sebaiknya, kamu jangan menyerah sampai di situ saja. Yuk, usaha, cari peluang untuk mempunyai pemasukan lagi.
Coba amati, apa yang lingkungan sekitarmu butuhkan? Mungkin tetangga-tetangga butuh pasokan lauk-pauk atau camilan, dan kebetulan kamu jago memasak, kamu bisa menawarkan jasa memasak untuk mereka. Atau, coba cari peluang untuk menjadi agen distributor frozen food atau kebutuhan lainnya, dan juallah melalui WhatsApp groups. Jangan lupa untuk menawarkan layanan antar ya.
Sudah mulai terdengar klise, tapi hanya harapan, “Semoga badai ini segera berlalu!” yang bisa kita miliki. Bertahan ya, teman-teman QM Financial! Kita pasti bisa melakukannya bersama-sama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Jenis Aset Lancar untuk Dicek Selama Masa Pandemi
Banyak ahli memprediksi bahwa krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 ini akan berlangsung setidaknya sampai Desember 2020. Apa kabar kamu yang harus bertahan hidup sampai Desember dengan penghasilan yang minim? Apakah kamu sudah mengecek aset lancar yang kamu miliki?
Apa sih aset lancar itu? Mengapa penting, hingga harus menjadi hal pertama yang harus kamu ketahui kondisinya dengan pasti, terkhusus di masa-masa sulit seperti ini?
Aset lancar–atau yang disebut dengan current asset–adalah jenis aset atau harta yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya dalam 1 tahun (Wikipedia). Dengan kata lain, aset lancar merupakan dana yang siap dicairkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Berhubung kita harus memperpanjang napas sampai beberapa bulan ke depan, maka penting untuk melakukan pengecekan terhadap aset lancar yang kamu miliki sebagai langkah awal.
Yuk, Cek Aset Lancarmu Berikut Ini!
1. Fresh cash
Uang yang sekarang ada di dompetmu, di bawah kasur, di dalam celengan babi, di bawah tumpukan pakaian di lemari, adalah aset lancar yang paling lancar.
Cobalah untuk membuat catatan, sampai sekarang berapa besarnya secara total? Aset ini adalah yang pertama kali bisa digunakan untuk membeli segala kebutuhan hidup sehari-hari.
2. Tabungan
Tabungan yang ada di bank biasanya disebut dengan aset setara kas. Termasuk juga dana-dana yang tersebar di berbagai dompet digital yang kamu miliki.
Yah, kan sekarang zamannya e-wallet dan e-money kan? Makanya, mesti juga dicek kondisinya untuk saat ini.
Bagaimana dengan tabungan berjangka dan deposito?
Well, sebenarnya tabungan berjangka juga cukup mudah dicairkan ya, hanya saja kamu harus siap dengan penalti yang menyertainya jika harus dicairkan sebelum waktunya.
Sedangkan, deposito ada yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan satu tahun. Jadi, bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar kamu juga, setidaknya dananya akan bisa kamu manfaatkan dalam waktu 1 tahun ke depan.
3. Cek, wesel, dan lainnya yang belum diuangkan
Apakah kamu punya cek, wesel, ataupun dokumen yang bisa diuangkan dalam waktu dekat? Masukkan juga ke dalam catatan keuanganmu ya.
Misalnya saja, kamu mendapatkan hibah dalam bentuk cek, tapi karena satu dua alasan belum dicairkan sampai sekarang. Ini juga termasuk dana yang siap pakai, hanya saja masih tersimpan di lembaga penyimpanan dana.
4. Logam mulia
Jika kamu memiliki simpanan logam mulia atau emas–terutama yang berbentuk batangan dan bersertifikat–ini juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar.
Logam mulia termasuk mudah dijual–atau digadaikan–dan dijadikan fresh cash, yang bisa kita pakai untuk menutup kebutuhan hidup.
5. Investasi jangka pendek
Berbagai investasi jangka pendek dengan tenor waktu kurang dari satu tahun juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar. Misalnya seperti reksa dana pasar uang, yang nilai investasinya tidak terpengaruh oleh suku bunga.
Surat utang yang memiliki jatuh tempo beberapa bulan ke depan hingga kurang dari satu tahun juga bisa dimasukkan ke dalam jenis aset lancar yang kamu miliki. Begitu juga jika ada bunga yang dapat kamu terima hingga beberapa bulan mendatang, juga bisa menjadi salah satu sumber aset lancar.
6. Gaji yang masih akan diterima
Buat kamu yang sampai saat ini masih menerima gaji, penghasilanmu ini dalam beberapa bulan ke depan juga termasuk dalam current asset ini.
Termasuk juga di dalamnya jika kamu akan menerima Tunjangan Hari Raya, ataupun bonus-bonus yang memang sudah dijadwalkan ada.
7. Penghasilan tambahan lain
Jika kamu mempunyai sumber penghasilan lainnya selain gaji, dan akan kamu terima dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, maka ini juga termasuk aset lancar.
Misalnya saja, kamu punya indekos, dan akan segera menerima setoran uang sewa kamar bulan depan (abaikan kemungkinan penunggakan anak kos yang nakal), maka ini juga termasuk dalam aset lancar yang kamu miliki.
Nah, sudah jelas ya apa yang dimaksud dengan aset lancar? Pada prinsipnya adalah semua dana (atau calon dana) yang kamu miliki saat ini hingga setidaknya dalam waktu satu tahun ke depan, yang dengan mudah kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhanmu.
Siap untuk melakukan pengecekan aset lancar sekarang? Semoga kamu bisa bertahan sampai masa pandemi ini berakhir ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Hai, Para Pemilik Bisnis, Lakukan 7 Hal Ini untuk Bertahan!
Sungguh saat-saat yang berat bagi kita semua. Baik kita yang bekerja sebagai karyawan, maupun para pemilik bisnis. Semua terimbas, kena dampak tanpa terkecuali.
Selain para pekerja yang dirumahkan, para pemilik bisnis pun juga banyak banget yang terancam keberlangsungan bisnisnya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan demi penyesuaian bisnis, agar setidaknya napas bisnis menjadi lebih panjang. Syukur-syukur bisa bertahan di masa pandemi ini. Apa saja?
7 Hal untuk Bertahan di Masa Pandemi yang Bisa Dilakukan oleh Para Pemilik Bisnis
1. Koordinasi dengan semua karyawan
Kondisi sedang sulit, sehingga kita harus memastikan bahwa karyawan juga memahami mengenai hal ini. So, segera lakukan koordinasi dengan semua orang, dan beri penjelasan mengenai apa yang terjadi.
Pemilik bisnis perlu punya mindset, bahwa karyawan juga merupakan “pemilik” dari bisnis yang dijalankan, sehingga mereka juga berhak tahu apa yang terjadi, dan apa yang akan dilakukan. Berbagilah dengan mereka sesuai porsi, dan libatkan mereka dalam keputusan-keputusan penting.
2. Lakukan penyesuaian operasional
Harus work from home? No problem, jika memang bisnisnya bisa “dibawa” ke rumah.
Lakukan penyesuaian operasional di sana-sini. Seperti memastikan bahwa setiap divisi bisa dijalankan dengan normal secara daring, bagaimana harus memastikan setiap orang lancar dalam menyelesaikan tugas masing-masing, hingga memastikan kuota internet karyawan cukup untuk melaksanakan tugas online.
Pastikan perusahaan memiliki jalur komunikasi khusus yang bisa diakses oleh setiap karyawan, sehingga memudahkan komunikasi dan koordinasi setiap harinya.
Untuk bisnis yang tidak bisa dioperasikan dari rumah, segera lakukan koordinasi dan penyesuaian, agar tetap bisa berjalan semaksimal mungkin dengan tetap mengindahkan prosedur keamanan dan keselamatan karyawan.
3. Cek kondisi keuangan perusahaan
Seperti halnya keuangan pribadi, adalah penting bagi setiap pemilik bisnis untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki dana darurat yang cukup, demi bisa survive di masa-masa bencana seperti ini.
Jumlah ideal dana darurat perusahaan pastinya berbeda satu sama lain, karena sangat bergantung pada jenis bisnis dan juga besaran organisasi yang ada. Lakukan penghitungan secara cermat, mulai dari berapa lama karyawan bisa tetap digaji dan juga lakukan perhitungan produksinya.
4. Konversi online
Pertimbangkan, apakah bisnis yang selama ini dilakukan bisa dikonversi ke ranah online?
Misalnya saja, jika punya bisnis gym atau pusat kebugaran. Mungkinkah mengadakan sesi kelas olahraga bareng via daring? Untuk beberapa bisnis yang berbasis jasa, misalnya seperti spa atau salon, barangkali bisa mempertimbangkan untuk “menjual” voucher atau gift certificate, agar bisa digunakan oleh pelanggan loyal ketika nanti masa pandemi berakhir.
Untuk pemilik bisnis kuliner, cari cara supaya pelanggan bisa memesan makanan melalui aplikasi online dengan layanan antar. Temukan channel-channel online baru untuk membantu promosi.
Carilah ide, agar bisnis tetap berjalan dengan berbagai cara. Meski mungkin income menurun, tetapi setidaknya masih ada uang yang masuk kan?
5. Kembangkan produk baru
Jangan lupa, bahwa selalu ada kesempatan di setiap kesempitan. Terbukti selain membuat beberapa sektor bisnis kolaps, wabah penyakit ini juga memberikan mata pencaharian baru juga bagi kita.
So, pertimbangkan pula, apakah bisa mengembangkan produk baru yang mungkin dibutuhkan oleh pasar sekarang ini. Beberapa jenis produk yang sekarang selalu dicari adalah APD, masker, hand sanitizer, hand soap, peralatan kebersihan, makanan sehat, vitamin, suplemen, dan sebagainya.
Setidaknya selain berusaha mempertahankan bisnis, pengembangan produk baru ini juga bisa menjadi alat untuk mengelola retensi karyawan.
6. Tetap berkomunikasi dengan pelanggan
Tetap kelola servis untuk pelanggan ya. Sapa melalui media sosial–baik media sosial milik bisnis maupun dari akun pemilik bisnis pribadi–secara berkala.
Pastikan komunikasi tetap terjalin dengan baik, agar mereka tak sampai melupakan kita hingga masa pandemi virus corona ini berakhir.
Jika memungkinkan, coba adakan event kecil selama masa karantina diri ini, agar pelanggan juga merasa terhibur. Misalnya, adakan giveaway dengan hadiah voucher yang bisa digunakan untuk membeli produk.
7. Pastikan karyawan tetap merasa aman
Jika bisnis tidak memungkinkan untuk dilakukan dari rumah–juga untuk sektor-sektor yang “harus” tetap beroperasi selama penerapan PSBB–pastikan area kerja di kantor aman dan sehat.
Lakukan prosedur-prosedur pembersihan dan kesehatan yang sesuai dengan standar dan aturannya.
Dengan begini, karyawan pun dapat bekerja dengan rasa aman.
Sekali lagi, sungguh menjadi saat-saat yang berat bagi para pemilik bisnis ya? But hang in there, semoga pandemi ini segera berlalu!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Keuangan Perempuan di Masa Krisis Pandemi COVID-19
Selamat Hari Kartini! Lagi-lagi, tahun ini kita harus memperingati satu tanggal penting dalam suasana yang berbeda lagi, karena adanya pandemi COVID-19. Tahukah kamu, bahwa ternyata ada penelitian yang menyatakan, bahwa pandemi kali ini mempunya dampak yang berbeda pada dua jenis gender, utamanya pada keuangan perempuan dan laki-laki?
Adalah Michelle Tertilt, seorang ahli ekonomi Jerman, yang bersama koleganya melakukan penelitian terhadap dampak pandemi COVID-19 yang terjadi di Amerika Serikat. Seperti yang dilansir melalui situs BBC, ada beberapa hal penting yang patut digarisbawahi, terkait pengaruh pandemi terhadap keuangan perempuan selama terjadi wabah penyakit ini, yaitu:
- Terjadi kenaikan jumlah pengangguran akibat lockdown; sebanyak 1.4 juta orang di AS kehilangan pekerjaan saat ini. Persentase pertambahan pengangguran berjenis kelamin perempuan sebesar 0.9%, sedangkan laki-laki sebesar 0.7%.
- Setelah ada kebijakan work from home, hanya 22% dari pekerja perempuan yang bisa membawa pekerjaan mereka ke rumah, sedangkan ada 28% pekerja pria dapat menyelesaikan tugas dari rumah.
- Lebih banyak perempuan yang bekerja di sektor yang terkena imbas langsung oleh pandemi COVID-19, mulai dari usaha traveling dan pariwisata, restoran, hotel, hingga industri ritel (seperti bekerja di hypermarket atau mal).
- Kesenjangan upah ternyata benar-benar terjadi, seperti di AS, perempuan bergaji 85% lebih rendah ketimbang pekerja pria. Di Australia, pekerja perempuan hanya digaji 86% dari besaran gaji pekerja pria untuk tugas dan wewenang yang setara, sedangkan di India hanya 75%-nya.
- Lebih banyak perempuan yang menjadi orang tua tunggal. Di Amerika Serikat, dari 20 juta orang tua tunggal ternyata 3/4-nya adalah perempuan, dan mereka adalah orang-orang yang sangat terimbas oleh adanya pandemi COVID-19 ini.
Well, hang in there, ladies! Memang masa-masanya sedang sangat sulit sekarang ini ya. Dan sebagai perempuan, kita harus tetap mandiri dalam situasi apa pun.
Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk mengatur keuangan perempuan di saat-saat seperti ini?
5 Hal untuk Mengatur Keuangan Perempuan Agar Tetap Berdaya dan Mandiri Selama Masa Pandemi COVID-19
1. Cek penghasilan
Skema keuangan perempuan berubah. Penghasilan kita berubah, karena itu mari kita cek lagi, seberapa besarkah penurunan penghasilan kita selama beberapa bulan terakhir ini?
Ke depannya–mungkin hingga akhir tahun 2020–jangan terlalu berharap bahwa kondisi akan dengan segera pulih seperti sedia kala. Hanya butuh waktu sesingkat ini untuk meruntuhkan perekonomian, tetapi butuh waktu cukup lama untuk bisa pulih kembali. Tapi ini bukannya lantas enggak mungkin ya? Pasti suatu hari nanti, semua akan membaik.
But you have to prepare–bersiap kalau harus melewati masa-masa sulit sedikit lebih lama. So, yuk, cek penghasilanmu, cek juga dana daruratmu. Lakukan financial check up secara menyeluruh.
2. Utamakan cicilan
Saat ini yang paling penting dalam pengaturan keuangan perempuan dalam masa pandemi seperti ini adalah menyelamatkan cicilan utang. Ini adalah salah satu pos keuangan perempuan yang enggak boleh diutak-atik, termasuk saat pandemi seperti sekarang.
Harus tetap dibayar.
Jadi, alokasikan penghasilan pada pos ini. Sebisa mungkin jangan diubah. Ajukan keringanan kredit jika memungkinkan, sesuaikan dengan kebijakan si pemberi kredit. Mungkin kamu bisa meminta tenor yang lebih panjang, atau penghapusan bunga. Diskusikan dengan si pemberi pinjaman ya.
3. Lebih fleksibel pada anggaran
Di saat-saat sulit seperti ini, kamu boleh mengubah alokasi pengeluaranmu.
Misalnya saja, di situasi normal, kamu mewajibkan diri untuk bisa menyisihkan dana investasi sebesar 10% dari penghasilan. Nah, di situasi darurat seperti ini, kamu boleh menyesuaikannya. Kurangi jika perlu, atau hold dulu jika memang dibutuhkan.
Begitu juga dengan pos yang lain, misalnya lifestyle. Kamu enggak butuh untuk hangout di coffee shop atau ke mal dulu kan? Dananya bisa kamu alokasikan ke dana darurat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Begitu juga dengan uang transportasi, bisa kamu alihkan ke kuota internet, karena kamu akan butuh lebih banyak sekarang.
Begitu juga untuk menjalani bulan puasa yang sebentar lagi tiba. Coba cek artikel mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadan secara finansial ini ya.
4. Belanja cerdas
Sebagai perempuan–baik yang masih single ataupun yang sudah menikah–biasanya memang punya job desc untuk belanja kebutuhan rumah dan/atau rumah tangga.
Yuk, makin cerdas belanja di masa pandemi COVID-19 ini! Belanjalah sesuai kebutuhan, no impulsive/panic buying, no stock piling, bijak menyusun menu makan dan juga camilan, bijak menentukan mana yang bisa ditunda dan mana yang harus diprioritaskan.
5. Cari peluang baru
Dan akhirnya, yes, kita harus tetap mandiri. Mungkin di antara kamu ada yang sekarang sudah dirumahkan atau bahkan kena PHK. Oke, ini memang bukan masa-masa yang mudah pastinya, tetapi jangan berlama-lama bersedih menekuri nasib tanpa berbuat apa-apa.
Yuk, coba cari cara untuk mencari peluang baru. Kamu bisa memanfaatkan hobimu untuk membuat pemasukan baru, atau kamu bisa mencoba bisnis. Bisnis apa? Jualan dong! Kamu bisa masak? Kamu bisa jualan hasil masakanmu ke tetangga kanan-kiri. Atau, kamu coba cari peluang untuk menjadi reseller bahan-bahan makanan beku.
Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan perempuan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Atur Pengeluaran Sosial, Agar Tetap Bisa Membantu Sesama di Masa Pandemi
Di masa pandemi begini, kita sekaligus bisa belajar untuk lebih berempati pada orang lain. Bukankah kita hidup tak sendirian? Dan, pada dasarnya, manusia itu adalah makhluk sosial yang adaptif. Jadi meski diri sendiri juga susah, kadang kita masih saja berusaha membantu sesama kita. Ya, makanya ada yang namanya pengeluaran sosial.
Karena itu juga, dalam usaha kita mengatur ulang alokasi arus kas, pengeluaran sosial merupakan salah satu pos yang justru tidak boleh dihilangkan di masa-masa seperti ini. Yuk, tetap saling membantu satu sama lain, agar bebannya bisa ditanggung bersama-sama.
Kalau kata Mbak Ligwina Hananto di salah satu sesi talkshow-nya sih begini, “Yuk, kita bikin memori yang baik selama masa pandemi ini, supaya ketika nanti kita bisa melewatinya, kita hanya ingat yang seru-seru aja.” Salah satunya adalah dengan tetap membantu sesama.
Tapi kita sendiri aja lagi susah. Gaji enggak full dibayarkan, THR terancam dihapuskan, tunjangan juga dikurangi. Gimana dong bisa membantu sesama, sedangkan diri kita sendiri sedang dalam masa sulit? Tenang, ada beberapa hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mengatur pengeluaran sosial ini, supaya meski dalam masa sulit, kita tetap bisa menebar kebaikan dengan membantu sesama.
5 Cara Mengatur Pengeluaran Sosial Agar Tetap Bisa Membantu Sesama di Masa Sulit
1. Nominal kecil tak masalah
Iya, untuk pengeluaran sosial ini, nominal kecil enggak masalah kok. Kadang kita memang dianugerahi rasa gengsi, “Ih, nyumbang kok cuma sedikit sih. Kurang berguna dong.”
Nope, di masa sulit seperti ini, kamu berdonasi berapa ribu perak saja merupakan berkah buat orang lain yang membutuhkan. So, gajimu tak dibayarkan penuh? Tak masalah. Kamu menyumbang Rp20.000 untuk dibelikan satu nasi bungkus, dan kamu bagi dengan bapak tukang angkut sampah di kompleks rumah kamu juga berarti sudah membantu sesama kok.
Lebih baik mulailah dengan nominal kecil, semampu kamu, daripada gengsi dan kemudian enggak jadi ikut berdonasi.
2. Masukkan dalam anggaran, dan pangkas yang enggak perlu
Jangan lupa untuk memasukkannya dalam anggaran barumu. Kalau mau kamu buat persentase tentu akan lebih baik.
Mungkin sebelumnya kamu pernah diberi saran bahwa pengeluaran sosial sebaiknya dianggarkan 2.5% dari penghasilanmu setiap bulannya, tetapi faktanya, pengeluaran sosial ini bisa mencapai 10% sendiri, apalagi jika kamu memang punya banyak aktivitas.
Nah, saat menyusun ulang anggaran, cek lagi bagian mana yang bisa dihemat dan dipangkas. Uangnya bisa dialihkan untuk kebutuhan hidup maupun pos pengeluaran sosial ini.
Ingat, nominal kecil enggak masalah. Jadi, mungkin kamu enggak perlu menentukan persentasenya, tapi langsung saja tentukan nominalnya.
3. Cari cara termudah
Cari cara termudah untuk membantu sesama, tanpa memberatkan arus kasmu.
Misalnya saja, dengan cara beli makanan untukmu sendiri sekaligus buat orang lain, kayak yang di atas tadi. Atau, kamu juga bisa memesan makanan lewat aplikasi online, melebihkan jumlahnya, dan kamu bagi dengan si driver.
Intinya cari cara termudah, tak membuatmu repot sehingga tak membuatmu enggan untuk membantu.
4. Mulai dari orang terdekat
Kamu juga bisa mulai dari orang-orang terdekat. Seperti saran Mbak Ligwina Hananto nih.
Mungkin ada di antara teman-temanmu yang bisnisnya sedang sepi–atau justru sedang mencoba berbisnis–di tengah masa pandemi ini. Kamu, sebagai teman yang baik, bisa membantunya dengan membeli satu produk yang dijualnya.
Saya sendiri juga sudah mencoba langkah ini. Ada yang menawarkan makanan beku, sayuran organik, lauk pauk, dan sebagainya. Ketimbang saya bingung belanja di luar, mending saya beli dulu dari teman-teman. Mereka juga mau antar kok ke rumah. Baru kekurangannya, saya cari di luar sana.
Dengan begini, kebutuhan terpenuhi, sekaligus membantu teman-teman supaya bisnisnya lancar. Pengeluaran sosial kita jadi sekaligus pos kebutuhan hidup kan?
5. Tak melulu berupa uang
Betul, kita tak harus membantu sesama dalam bentuk uang juga kok. Kamu bisa mulai dengan menawarkan diri untuk membelanjakan kebutuhan di supermarket untuk lansia-lansia yang tinggal di sekitar rumahmu. Atau, kamu juga bisa membagi sedikit bahan-bahan makanan pada tetanggamu, jika mereka ada yang kekurangan.
Di suatu kampung di Jawa Barat, bahkan ada seorang pasien positif COVID-19 yang sedang mengisolasi diri di rumah, dan mendapatkan banyak bantuan berupa sembako dari tetangga-tetangga sebelah rumahnya. Kita juga bisa ambil bagian di sini dengan ikut menyumbangkan sebagian sembako yang kita miliki, agar mereka bisa sukses isolasi dirinya dan akhirnya sembuh.
Memang ada banyak cara untuk bisa membantu sesama. Kalau memang kita punya niat baik, pasti deh ada saja jalannya. Dan enggak usah takut kalau pengeluaran sosial ini membuat kita jadi kekurangan. Percayalah, semakin banyak kita berbagi, hal baik juga akan berbalik pada kita nantinya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mau Pakai Dana Darurat? Lakukan 5 Hal Ini!
Dana darurat memang ada sebagai cadangan dana di saat-saat sulit, seperti di masa pandemi COVID-19 ini. So, kalau sekarang kamu mengalami kesulitan arus kas, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk pakai dana darurat untuk menyambung hidup.
Banyak orang yang kehilangan pekerjaan–yang berarti pengurangan penghasilan–selama kegiatan perekonomian terhenti. Di saat ini, yang harus kita utamakan memang kesehatan, sehingga semaksimal mungkin kita bekerja dari rumah. Tetapi, enggak semua orang punya privilege untuk membawa pulang pekerjaannya. Mereka yang mendapatkan imbalan harian agaknya akan harus mengalami masa sulit.
Sekarang, baru kerasa kan betapa pentingnya memiliki dana darurat? Dana darurat akan bisa memperpanjang napas, setidaknya beberapa bulan ke depan.
So, kamu mau pakai dana darurat untuk bertahan hidup? Boleh saja mulai kamu pertimbangkan. Karena dana darurat adalah dana cadangan, maka enggak boleh sembarangan juga dipakai; harus lebih berhati-hati. Karena, ingat, untuk sementara waktu, penghasilan kamu berhenti loh! Sungguh ketidakpastian yang membuat waswas kan? Makanya, harus diperhitungkan dengan baik.
Berikut beberapa pertimbangan yang harus kamu pikirkan jika kamu mau pakai dana darurat untuk bertahan hidup
1. Berapa kebutuhannya?
Berapa sih kekurangan biaya hidup yang harus kamu tanggung selama masa pandemi virus korona ini? Sudah kamu hitungkah?
Ayo, dihitung secara realistis. Berapa pengeluaranmu untuk kebutuhan hidup? Cobalah untuk membuat catatan pengeluaran lagi, karena pola arus kas sebelumnya sudah enggak relevan lagi. Banyak pos yang berubah kan? Pun banyak kebiasaan keuangan baru yang kita lakukan. Jangan sampai nih, kamu memutuskan untuk pakai dana darurat, tetapi sebenarnya masih ada pos pengeluaran lain yang belum dihemat.
Jadi, coba hitung lagi pengeluaran kamu, dan bandingkan dengan penghasilan yang mungkin masih ada. Dari situ akan terlihat, berapa banyak kebutuhanmu.
2. Cairkan sesuai kebutuhan
Biasanya, kita menaruh dana darurat di beberapa instrumen sekaligus, mulai dari tabungan biasa, tabungan berjangka, Reksa Dana Pasar Uang, logam mulia, dan lain sebagainya. Enggak perlu semua langsung dicairkan dong ya?
Kalau kamu sudah melakukan perhitungan kekurangan biaya hidup seperti di poin 1, mestinya kamu pun sudah bisa membayangkan seberapa banyak kamu harus pakai dana darurat itu. Lalu, cek besaran dana darurat yang ada di instrumennya, mana nih yang jumlah nominalnya mendekati?
Kamu juga perlu memperhitungkan kecepatan pencairannya ya. Untuk Reksa Dana Pasar Uang, mungkin bisa butuh beberapa hari. Begitu juga dengan logam mulia–emas misalnya, kamu akan butuh waktu untuk menjualnya. Kalau tabungan biasa dan tabungan berjangka mungkin enggak perlu waktu terlalu lama.
Namun, untuk tabungan berjangka dan deposito, kamu kan harus menanggung penalti jika dicairkan sebelum jatuh tempo. Nah, ini juga harus kamu perhitungkan ya, ketika hendak pakai dana darurat.
3. Gunakan dengan bijak
Keep in mind ya, bahwa kalau kamu pakai dana darurat, ini berarti kamu sedang menggunakan dana cadangan hidup kamu. Bukan uang kaget, uang yang tiba-tiba jatuh dari langit. Bukan uang yang bisa dihambur-hamburkan begitu saja.
Jadi, pergunakanlah dengan bijak. Kalau perlu buatlah anggaran pemakaian dana darurat ini, supaya tepat sasaran.
4. Catat pemakaiannya
Begitu pakai dana darurat, buatlah juga catatannya. Berapa banyak yang kamu pakai, dan berapa yang sudah dikeluarkan.
Dengan cara ini, kamu akan bisa mengevaluasi kembali nantinya saat kondisi sudah lebih baik. Untuk apa dievaluasi kembali? Nah, ini penjelasannya ada di poin selanjutnya.
5. Buat komitmen untuk mengganti
Ya, untuk menggantinya. Dana darurat ini memang bisa menjadi penolong di masa sulit, tetapi setelah pakai dana darurat ya harus diganti. Ke depannya kan hidup kita juga masih panjang. Siapa yang akan jamin semua akan lurus-lurus saja? Bisa saja masa sulit akan datang lagi kan, meski bentuknya lain.
Jadi, memang, untuk pakai dana darurat, kamu harus bijak dan setelah itu, buatlah komitmen untuk menggantinya ketika kondisinya sudah membaik nanti.
Bagaimana caranya? Kita akan bahas di artikel terpisah, supaya enggak terlalu panjang ya.
Nah, semoga dengan sedikit tip di atas, kamu bisa bijak ketika harus pakai dana darurat untuk bertahan hidup di masa sulit ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Jenis Investasi pada Diri Sendiri yang Bisa Dilakukan Selama Masa Pandemi
Sudah lebih dari satu bulan, kita melakukan karantina diri—mengurung diri sendiri di dalam rumah dan enggak keluar jika tidak ada keperluan mendesak. Alih-alih mengeluh terus lantaran bosan di rumah, QM Financial pengin bertanya, apakah kamu sudah memanfaatkan kesempatan ini untuk investasi pada diri sendiri?
Well, mungkin kamu tak pernah sempat melakukannya sebelumnya kan? Sibuk kerja, sibuk urus sekolah anak, dan segudang kesibukan lain membuatmu lupa bahwa kita juga perlu investasi pada diri sendiri. Yups, karena investasi itu enggak melulu berbentuk saham, reksa dana, properti, logam mulia, dan lain sebagainya. Ada beberapa jenis investasi yang harus kita lakukan demi kemajuan diri sendiri juga.
Kalau mengutip Kakek Warren Buffett sih begini:
The best investment you can make, is an investment in yourself. The more you learn, the more you’ll earn.
Nah, tuh. Si empu perinvestasian saja bilang, bahwa kita jangan sampai lupa investasi pada diri sendiri, karena toh manfaatnya enggak akan berhenti di saat ini saja, tapi sampai jauh ke depan. Bahkan bisa mengubah hidup kita, dan membuat kita mencapai mimpi lebih cepat. Nggak jauh dengan membuat rencana dan tujuan keuangan kan?
Apalagi sekarang, mungkin kamu punya waktu lebih banyak ketimbang sebelumnya? Ketimbang mengeluh gabut atau bosan di rumah saja, mendingan manfaatkan untuk investasi pada diri sendiri.
So, apa saja bentuk investasi pada diri sendiri yang dapat kita lakukan di masa karantina pandemi virus korona seperti sekarang? Banyak. Simak artikel ini sampai selesai ya.
5 Jenis Investasi pada Diri Sendiri yang Bisa Dilakukan Selama Masa Pandemi
1. Baca buku
Buku adalah sumber ilmu. Katanya sih begitu, dan rasanya pepatah ini benar adanya. So, kalau kamu pengin investasi pada diri sendiri, kamu bisa memulainya dari sini.
Kamu bisa memilih antara memperdalam pengetahuan dan keahlian yang selama ini sudah kamu geluti, ataupun bisa menambah lagi keahlian yang lain–yang kemarin-kemarin kamu sudah pengin tapi enggak ada waktu untuk ngulik lantaran kesibukanmu.
Enggak harus beli buku baru. Kamu bisa pinjam juga di perpustakaan digital, seperti iPusnas. Banyak koleksi buku dalam bentuk buku digital yang bisa dipinjam secara gratis di sana. Kalau sudah selesai, kamu bisa kembalikan dan pinjam buku lain lagi.
2. Olahraga dan perbaiki pola hidup
Rasanya sih, investasi pada diri sendiri yang satu ini adalah yang paling ‘mahal’ sekarang ini ya–di masa pandemi ini.
So, ayo, mumpung ada kesempatan dan juga alasan yang sangat kuat–buat yang kemarin-kemarin menunda olahraga–sekarang mulai deh bikin niat, jadwal, dan komitmen untuk rutin. Sebelum mulai work from home, ada dong waktu sebentar buat sekadar jalan pagi keliling kompleks (jangan lupa tetap pakai masker, dan physical distancing ya), atau kalau mau olahraga di rumah juga bisa banget kan? Bisa sontek deh video-video di Youtube. Mau yoga, zumba, aerobik, whatever … ada semua kok!
Sekalian, jaga pola makan. Yang dulu-dulu pokoknya asal kenyang dan makan terburu-buru, coba deh mulai kebiasaan mindful eating dan perbanyak buah serta sayurnya.
Rebahan boleh, tapi atur waktu supaya tetap aktif.
3. Gabung di komunitas online yang berfaedah
Memang sih, banyak grup WhatsApp yang justru menjadi “sumber” hoaks. Yang kayak gini, mending dikurangi sajalah. Akan lebih baik, jika kamu mencari circle baru, komunitas baru dengan orang-orang yang juga punya positive vibes, untuk berbagi semangat, dan mungkin ilmu.
Cari saja komunitas hobi yang sesuai dengan minatmu. Biasanya akan banyak ilmu praktis nih dari komunitas atau grup seperti ini.
Jauh lebih baik ketimbang grup-grup unfaedah itu kan? Selain menjadi investasi pada diri sendiri, ini juga akan lebih baik bagi kesehatan mentalmu lo!
4. Cari peluang penghasilan baru
Mungkin penghasilanmu agak berkurang saat ini ya? Well, kamu enggak sendirian. Banyak banget yang lain yang juga terdampak kok. Yang lebih parah lebih banyak lagi.
Makanya, coba yuk, coba cari peluang untuk bisa menambah penghasilanmu. Kan lumayan, bisa menambah panjang napas sampai benar-benar berlalu semuanya.
Coba amati peluang yang ada. Sekarang yang lagi banyak dicari adalah apa-apa yang bisa dibeli online dan diantar ke rumah pembeli langsung. Mulai dari sembako, sayur-sayuran, buah-buah, obat, bahkan kemarin juga lihat ada jasa servis hape online juga. Kalau butuh servis, si tukang servisnya ke rumah.
Kamu hobi masak? Hobi baking? Bisa banget tuh dicari peluang untuk menjualnya secara online. Bahkan tetangga kanan kiri di rumah pun pasti banyak yang mau membeli dari kamu.
Bisnis online seperti ini, walaupun nanti pandemi berakhir, juga bisa kamu lanjutkan lo!
5. Ikut kelas-kelas online
Berbagai kelas atau kursus sekarang juga dialihkan menjadi kelas online. Begitu juga dengan kelas finansial di QM Financial. Sekarang semakin banyak kelas ditawarkan lo! Beberapa di antaranya malah khusus diadakan untuk membantu kalian mengatur keuangan di masa pandemi. Seperti mengatur cash flow kembali agar sesuai dengan pola hidup yang sekarang, atau bagaimana caranya tetap berinvestasi meski dalam masa sulit.
Kamu bisa mengecek jadwal kelas finansial online di web QM Financial ini, dan pilih sesuai kebutuhanmu ya!
Nah, banyak kan yang bisa kamu lakukan demi investasi pada diri sendiri?
Memang ada banyak hal yang terhambat di saat-saat seperti ini, tetapi banyak hal lain pula yang bisa dilakukan. Salah satunya upgrade diri sendiri. Tetap semangat #dirumahaja ya! Demi kebaikan bersama.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Makin Getol Belanja Impulsif di Masa Pandemi?
Apa itu belanja impulsif? Bahasa kerennya, impulsive buying, yaitu kondisi belanja tanpa rencana, tanpa berpikir.
Loh, ada ya yang kayak gitu? Ada. Bahkan sepertinya setiap orang–setidaknya beberapa kali dalam hidupnya–pernah melakukan belanja impulsif.
Saya sendiri paling sering kejadian kalau ketemu buku-buku sastra lawas di lapak preloved books. Biasanya berawal dari scrolling timeline Instagram, yang followingnya didominasi oleh pelapak-pelapak buku bekas langka. Kalau ada buku yang belum ada di koleksi saya, autobeli. Padahal begitu sampai paketnya, ya ditimbun aja di rak buku. Bacanya kapan-kapan. Habis itu nyesel. Nyesel kenapa enggak beli lebih banyak #eh #janganditiru.
Sering nggak mengalami kayak gitu? Objek impulsifnya saja yang beda, mungkin.
Nah, di masa pandemi, saat kita berkegiatan di rumah saja, ternyata perilaku impulsive buying ini justru menjadi-jadi. Sebagian “atas nama” stock piling–nimbun stok kebutuhan pokok di rumah.
Coba deh amati. Jika hari ini ada pesan viral mengenai produk yang dibilang mampu melawan virus korona, besok pasti produk yang disebut itu sudah menghilang dari pasaran lantaran diborong orang. Sebut saja, masker, hand sanitizer, hand soap, produk pemutih baju, vitamin C, sampai jahe, temulawak, kunyit saja nyaris tak bisa ditemukan di pasar.
Kasarnya, kalau hari ini kita sebar berita viral bahwa suplemen penambah zat besi bisa membuat kita kebal virus, besok pasti suplemen ini juga akan hilang dari peredaran.
Ditambah lagi, siapa nih yang lemari makan atau kulkasnya penuh dengan camilan bermicin, kue-kue kemasan, roti-roti, dan sebagainya? Full stock atas nama biar bisa jadi teman selama work from home.
Jadi, bagaimana mengatasi perilaku belanja impulsif dadakan ini? Kalau enggak segera diatasi, bisa berabe banget untuk tabungan dan dompet. Padahal di depan sana, ada krisis yang kemungkinan menanti lo!
5 Tip Mengatasi Belanja Impulsif di Tengah Pandemi
1. Cari penyebabnya
Yes, cari penyebabnya. Bisa bermacam-macam kan? Kalau menurut beberapa ahli, belanja impulsif kebanyakan disebabkan oleh dorongan psikologis; ada kaitannya dengan mood atau reward.
Belanja impulsif kadang kita lakukan karena kita merasa perlu untuk memberi reward pada diri sendiri. Misalnya, habis lembur proyek gede, sudah rampung, beli pizza ah. Dimakan sendiri. Atau bisa juga karena kita sudah tahu, kalau bakalan menerima uang dengan jumlah yang lumayan. Entah uang bonus, THR, atau yang lain.
Nah, kalau di masa pandemi seperti ini–dengan kondisi kamu “dipaksa” untuk tetap tinggal di rumah–mungkin lantas kamu merasa mood kamu turun. Banyaknya tekanan (pekerjaan, keluarga, plus banyaknya berita negatif termasuk serangan hoaks) membuatmu tak nyaman. Akhirnya, sebagai “obat”, kamu pun merasa perlu untuk membeli beberapa barang yang bisa membuatmu happy. Camilan, salah satu di antaranya.
Apa penyebab nafsu belanjamu naik? Kamu harus mencari dan kemudian memahaminya. Dengan memahami, biasanya sih terus kita sadar kalau nyaris khilaf. Semoga dengan sadar ini, kamu lantas bisa mengontrol keinginan yang timbul tiba-tiba ini.
Ingat, di hari-hari biasa saja kita harus bisa membedakan keinginan versus kebutuhan. Nah, ini sudah masa darurat, sudah bukan lagi keinginan dan kebutuhan, tetapi kebutuhan versus urgensi.
2. Kenali kondisi keuanganmu
Ingat-ingatlah, saat setiap kali nafsu belanja impulsif datang, bahwa sekarang kita perlu harus berhati-hati merencanakan keuangan kita. Mungkin ada yang tunjangannya dipotong karena harus work from home, ada juga yang malah kehilangan mata pencaharian sama sekali.
Perilaku belanja impulsif sangat tidak cocok dilakukan di masa-masa darurat seperti ini, karena penghasilan kita juga sedang menurun. Sedangkan, kita perlu berjaga-jaga siapa tahu kondisi akan semakin sulit di depan.
Ada ketidakpastian yang harus kita hadapi lo.
3. Ingat kembali kondisi masih belum pasti
Nah, ini kelanjutan dari poin kedua di atas. Ada ketidakpastian yang harus kita hadapi di depan. Akankah krisis keuangan datang, seperti halnya tahun 1998 atau 2008? Tentu saja kita tidak berharap begitu kan?
Tetapi siapa yang bisa menjamin? Pandemi COVID-10 ini dihadapi oleh seluruh dunia lo. Hampir semua negara seakan berhenti beraktivitas, bahkan ada yang berhenti sama sekali. Pastinya hal ini akan berdampak ekonomi.
Kita tentu berharap bahwa kondisi akan pulih, bahkan akan menjadi lebih baik. Tapi masih belum pasti, kapan dan bagaimana.
So, ayo, kita berpikir jauh ke depan. Mulai buat rencana dan strategi keuangan baru agar kita enggak terlalu shock jika kondisi tak sesuai dengan harapan. Salah satunya adalah dengan mengendalikan diri.
4. Buat anggaran
Anggaran akan dapat membantu kita untuk mengendalikan diri. So, ayo duduk sejenak dan cermati lagi alokasi arus kasnya.
Apa saja yang tak dibutuhkan saat ini? Apa saja yang dibutuhkan saat ini? Apa yang harus ditingkatkan prioritasnya, dan apa saja yang diturunkan levelnya?
Duduklah sejenak, agar dapat mengamati catatan keuangan dengan cermat. Lalu buatlah anggaran baru berdasarkan temuan-temuanmu.
5. Sadar akan kecenderungan diri sendiri
Belanja impulsif memang merupakan kecenderungan karakter, bisa muncul begitu saja, tapi juga bisa hilang dengan cepat kalau kita lantas segera bisa mengendalikan diri. Jadi, coba pahami saat kecenderungan ini muncul. Kembali lagi ke poin pertama, carilah penyebabnya.
Apalagi kalau berhubungan dengan stock piling; menimbun barang-barang kebutuhan. Cobalah untuk mengingat sesama kita, yang juga sama-sama membutuhkan barang kebutuhan yang sama.
Nah, semoga dengan begini, kita bisa meminimalkan dorongan untuk belanja impulsif ya, terkhusus di masa-masa berat seperti ini. Justru kita harus bisa saling berbagi satu sama lain, bersama menghadapi kesulitan ini bersama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.