Gaji PNS Naik, Jangan Sampai Melakukan Kesalahan Ini Lagi!
Membaca berita hari ini ada wacana bahwa gaji PNS bakal naik! Presiden Jokowi bakal ngasih pengumuman resmi tanggal 16 Agustus 2023 pas lagi ngebahas RUU APBN 2024. Demikian yang disampaikan oleh Ibu Sri Mulyani. Sementara, gaji PNS terakhir kali diutak-atik itu tahun 2019. Waktu itu, gaji prajurit TNI dan polisi juga ikutan disesuaikan.
So, ngomong-ngomong soal gaji PNS, sekarang ini besarannya sudah diatur sesuai dengan yang ada di Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2019. Itu berdasarkan pangkat, golongan, sama ruang kerjanya. Fair play, katanya.
Konon, yang jadi pertimbangan pemerintah sehingga mau mengatur ulang gaji PNS, dengan berpijak dari pengalaman di 2019, tujuannya biar nilai dari gaji itu tetap oke dan para PNS tetap bisa hidup nyaman dan sejahtera.
Nah, pasti sekarang sudah pada semangat deh, dengar kabar gaji PNS naik ini, ya? Tapi, tunggu dulu! Sebelum mulai mimpi berencana beli ini itu, ada baiknya kita ngomongin sesuatu yang sering terjadi.
Ini penting banget, soalnya kadang-kadang pas gaji naik, kita langsung lupa diri dan melakukan beberapa kesalahan yang bisa bikin kantong jadi bolong lagi. Jadi, coba yuk, kita lihat, apa aja sih kesalahan umum yang biasanya terjadi pas gaji PNS baru naik. Jangan-jangan ini juga yang akan kamu lakukan.
Tenang, ini bukan buat bikin mood jadi down, tapi buat bikin kamu semakin bijak mengatur keuangan.
Kesalahan yang Sering Dilakukan saat Gaji PNS Naik
Oke, jadi gaji PNS naik berarti uang yang masuk ke kantong setiap bulan tambah banyak dong! Sekarang pertanyaannya, bakalan kamu pakai buat apa saja nih uangnya? Borong barang, jalan-jalan, nambahin koleksi hobi, atau masukkan tabungan atau investasi?
Nah, ini yang perlu diperhatikan. Kadang-kadang tanpa sadar, seiring dengan gaji yang naik, keinginan belanja juga ikut meroket! Uang sih makin banyak, tapi pengeluaran juga makin nggak ketulungan. Ini makin parah buat yang suka banget belanja, hobi ngabisin duit, atau tipe yang boros. Kesannya, gaji naik tapi duitnya kayak ilang entah ke mana, seakan-akan nggak ada untungnya.
Yuk, kita bahas beberapa blunder yang sering dilakukan para PNS, dan juga karyawan lainnya, pas dapet tambahan duit dari kenaikan gaji. Biar kamu bisa hindari dan lebih pinter mengatur uangmu.
Level up gaya hidup
Ini nih, klasik banget: duit tambah, pengeluaran juga tambah gede. Banyak pegawai yang ketika gajinya naik, langsung kepingin upgrade gaya hidup. Duit lebih banyak masuk, hasrat buat beli barang kesukaan juga melonjak.
Akhirnya nanti kamu juga yang akan mengalami beban keuangan yang berat. Gaji PNS naik, tapi beban juga naik. Awalnya hepi banget gaji naik, lambat laun bakal berubah jadi pusing tujuh keliling karena kejar-kejaran sama biaya-biaya yang dibikin sendiri tanpa perhitungan yang matang. Kesel banget kan!
Lupa bekal pensiun
Usia kita kan nggak akan pernah mundur ya. Usia akan selalu bertambah terus sampai kita udah jadi oma-opa.
Di usia segitu, kita pasti udah enggak segar bugar lagi, produktivitas turun, dan akhirnya tiba waktunya pensiun. Kalau udah pensiun, ya jelas gaji udah enggak masuk lagi dong. Oke, PNS sih ada uang pensiun ya? Tapi apakah yakin cukup? Kalau pakai skema yang baru, uang pensiun nantinya akan diterimakan lumpsum loh! Yakin nggak kita bisa mengelolanya dengan baik? Jangan-jangan, kita malah menghabiskannya untuk sesuatu yang tidak produktif, padahal kita enggak punya sumber dana pensiun yang lain.
Buat yang enggak mikirin menyiapkan dana pensiun yang cukup buat hari tua, bisa-bisa bakalan tetep sibuk kerja dong di usia pensiun cuma buat memenuhi kebutuhan?
Ini yang sering keskip dari pikiran banyak orang pas lagi di masa jayanya kerja. Gaji PNS naik, mereka langsung mikirin belanja sana-sini, foya-foya, tanpa memikirkan masa depan. Sering banget lupa atau nggak peduli buat menyisihkan sedikit dari gaji buat tabungan pensiun.
Mendingan mulai sekarang deh, sisihkan sedikit dari gaji PNS yang diterima buat dana hari tua. Biar nanti bisa santuy, nggak perlu pusing memikirkan uang lagi.
Gaji naik, utang makin banyak
Ada pula fenomena yang sering terjadi pas gaji naik: utang juga ikutan meroket.
Hal ini lazim banget terjadi karena pas gaji naik, seringnya kita jadi merasa punya uang lebih dan hal ini bikin percaya diri secara berlebihan untuk mengambil utang lebih banyak. Misalnya, ngebuat orang berani ambil KPR buat rumah yang lebih gede, beli mobil dengan cicilan yang lebih tinggi, atau pakai kartu kredit dengan limit yang lebih besar. Orang mikirnya, “Gaji udah naik, pasti bisa bayar cicilannya.”
Belum lagi pada FOMO, merasa harus ‘ikut-ikutan’ sama teman atau lingkungan sekitar yang gaya hidupnya sudah naik. Mereka nggak mau dibilang ketinggalan, jadi sering kali tergoda buat beli barang atau ikut gaya hidup yang sebenernya di luar kemampuan, dan ini berujung pada penggunaan utang.
Ya, boleh saja sih ambil kredit terutama untuk menambah aset. Tapi ya tetap harus diperhitungkan dengan saksama. Pastikan kamu utang secara sehat, dan mampu bayar! Ingat, bahwa cicilanmu harus tidak boleh lebih dari 30% dari penghasilan setiap bulan. Jangan sampai karena kamu merasa gaji PNS besar, eh … jadi utang dengan cicilan yang melebihi batas aman tersebut.
Selamat Gaji PNS Naik! Ingat, Tanggung Jawab Mengikuti
Ini yang perlu kita sadari, semakin tebal dompet kita, seringnya beban kerja juga ikutan nambah. Ini bukan cuma kamu doang, tapi hampir semua pekerja gitu. Gaji PNS naik? So, biasanya juga diiringi oleh tanggung jawab yang lebih berat, dan tuntutan untuk menjadi lebih baik.
Siap kan?
Nah, sudah jelas kan ya, tentang apa aja yang sering jadi kesalahan saat gaji PNS naik? Dari nambahin utang, gaya hidup yang makin naik sampai lupa menjaga cash flow, hingga alpa memikirkan bekal di masa depan.
Ini semua perlu diwaspadai loh. Kuncinya adalah: jadi bijak dalam mengatur keuangan. Gaji PNS naik itu bukan berarti buat hura-hura doang, tapi harus diimbangi sama pengelolaan keuangan yang tepat dan bertanggung jawab. Belajarlah buat ngerencanain keuangan, investasi, dan tabungan dengan baik. Jangan lupa juga, sebagai PNS, kamu adalah pelayan masyarakat. Dengan gaji yang naik, harusnya kualitas pelayanan juga ikutan naik.
Yuk, jadi PNS yang gak cuma sukses di kantong, tapi juga sukses dalam memberikan manfaat buat banyak orang. Selamat berkontribusi!
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jadi Karyawan dan Susah Menabung? Mungkin Ini Sebabnya!
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan kebiasaan menabung. Biasanya sih dimulai dengan celengan receh, dengan bentuk lucu-lucu, yang terbuat dari tanah liat ataupun kaleng. Yes, menabung memang menjadi pelajaran pertama kita soal keuangan. Lalu, kenapa sekarang malah jadi susah menabung?
Tanya kenapa?
Sudah memasuki usia produktif dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri dengan gaji yang didapatkan secara tetap, mengapa malah susah menabung? Berapa pun uang yang didapat selalu habis tak bersisa. Gajian lagi masih lama, uang di dompet tinggal selembar, dan saldo di rekening pun sudah minimal. Meskipun kadang sudah mencoba untuk menabung di awal bulan, pada akhirnya diambil juga dan digunakan.
Jika kondisi kamu seperti ini, mari kita lihat beberapa hal yang bisa membuatmu susah menabung. Barangkali salah satunya (atau malah beberapa di antaranya) menjadi biang keroknya.
Mengapa Susah Menabung?
1. Nggak punya tujuan
Saat kita punya niat untuk menabung, maka saat itu pula ada kemungkinan besar kita juga dihadapkan pada kebutuhan yang lain: cicilan, kebutuhan hidup, kebutuhan sosial, dan sebagainya. Rencana menabung pun diturunkan prioritasnya, lantaran kita lebih mementingkan hal lain.
Itulah yang terjadi kalau kita tak memiliki tujuan ketika hendak mulai menabung. Lain halnya kalau kita memiliki “judul” untuk tabungan kita. Secara bawah sadar, kita akan memprioritaskan tabungan, karena bakalan ada manfaatnya. Misalnya, untuk membeli gadget terbaru. Kalau enggak menabung, gadget pun enggak akan terbeli. Dengan demikian, kita pun rela mengurangi pos lain yang kurang penting demi tabungan gadget baru.
Itu baru “judul” tabungan untuk gadget. Coba bayangkan, jika judulnya untuk sesuatu yang sangat penting. Misalnya, untuk DP rumah, atau tabungan untuk menikah. Atau yang lebih ‘grand’ lagi, seperti tabungan agar bisa bebas finansial, dan pensiun dini.
2. Terlalu banyak tanggungan
Sudah menjadi rahasia umum, ketika di masa-masa produktif seperti sekarang ini, kita banyak memiliki tanggungan. Nggak hanya keluarga kecil kita sendiri, banyak dari kita yang juga harus menanggung biaya hidup keluarga besar.
Yes, kita adalah sandwich generation.
Karena itulah, kebutuhan keuangan menjadi lebih besar daripada seharusnya. Jangankan menabung, untuk memenuhi kebutuhan dasar saja, kadang harus berjuang. Selain mendapatkan gaji, tak jarang kita juga harus melakukan side hustling demi mendapatkan tambahan pemasukan.
3. Terlalu banyak utang
Ada banyak alasan ketika seseorang berutang. Paling banyak ya karena kepepet kebutuhan. Entah kebutuhan yang sesungguhnya, atau sekadar memenuhi gaya hidup.
Memang keduanya berbeda. Tetapi, keduanya seharusnya juga tak harus dipenuhi dengan cara berutang, apalagi yang sampai melebihi kemampuan.
Idealnya, rasio cicilan utang yang sehat adalah 30% dari penghasilan rutin setiap bulannya. Rasio ini ada sudah pasti bukan sekadar angka. Dengan membuat batasan maksimal cicilan utang 30%, maka diharapkan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup dan juga menabung.
Kalau akhirnya susah menabung, maka mungkin saja rasio utang ini lebih besar dari batas maksimal ideal.
4. Pos lifestyle terlalu tinggi
Seperti halnya cicilan utang, sebenarnya juga ada batas maksimal ideal untuk pos lifestyle, yaitu 10%.
Pos lifestyle adalah pos pengeluaran khusus untuk biaya aktivitas sosial, hobi, self reward, dan sebagainya. Kita enggak bisa memungkiri, bahwa kita juga butuh biaya-biaya ini, tetapi jangan sampai porsinya justru lebih besar daripada pos tabungan. Masa sih mengaku susah menabung, tapi gaya hidup hedon banget?
Boleh kok, kita nongkrong sesekali bareng teman-teman di kafe, atau mungkin membelikan diri sendiri berbagai barang yang memang kita inginkan. Namun, tentu harus dipikirkan dengan bijak.
5. Nggak punya catatan keuangan
Jika memang ingin menabung, maka kita pun harus membuat rencana keuangan yang benar. Apalagi manusia itu memang banyak maunya. Tanpa rencana keuangan, maka—seperti yang sudah dipaparkan di poin pertama di atas—bisa jadi kita memang tak punya tujuan menabung. Bahkan, kita tak tahu ke mana saja uang kita pergi.
Dengan adanya catatan keuangan—yang di dalamnya ada catatan penghasilan dan pengeluaran—kita jadi tahu, pos mana yang bisa dihemat, dikurangi, dan disesuaikan, sehingga kita pun bisa mulai menabung.
Nah, jadi, dari kelima hal di atas, manakah yang masih menjadi alasanmu susah menabung?
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Hal tentang Alokasi Arus Kas di Masa Karantina Mandiri
Apa kabar kamu yang masih karantina mandiri? Semoga masih survive lahir batin sampai hari ini. Salah satu hal keuangan yang harus kamu sesuaikan selama masa karantina mandiri (yang sudah diperpanjang) ini adalah alokasi arus kas kamu.
Bisa ngebayangin nggak sih, sudahlah badan kurang sehat, eh … keuangan ternyata juga enggak mendukung.
QM Financial sudah beberapa kali membuat artikel dan juga sharing di media sosial mengenai betapa pentingnya mengatur keuangan dan terutama soal alokasi arus kas ini. Salah satu tujuan terbesarnya adalah agar keuangan bisa menjadi pendukungmu untuk keep going and surviving, alih-alih menjadi bakal masalah yang bikin tambah runyam.
Itu harapannya.
So, sekarang rutinitas hidup kita berubah. Yang tadinya berangkat ke kantor untuk bekerja, sekarang harus kerja dari rumah. Yang sekolah, juga harus menjalani pendidikan secara online. Begitu juga beribadah, kita beribadah sendiri-sendiri di rumah.
Yes, semua berubah. Tak pelak, kita pun harus menyusun lagi kebiasaan-kebiasaan kita, termasuk dalam hal keuangan. Apa saja yang berubah dan harus diubah, dalam arti disesuaikan?
5 Hal Alokasi Arus Kas yang Harus Disesuaikan di Masa Karantina Mandiri
1. Cicilan utang
Apa kabar cicilan utangmu? Masih berapa lagi tagihannya?
Alokasi arus kas yang paling penting memang ada di pos cicilan utang. Jadi, kalau kamu mau mengatur ulang, di pos ini kamu bisa memulainya. Kalau kamu kewalahan lantaran bisnis atau pekerjaanmu terimbas oleh pandemi ini, kamu bisa mengajukan keringanan pada pihak pemberi pinjaman.
Pemerintah sendiri menjanjikan kelonggaran pelunasan kredit hingga satu tahun bagi para pekerja informal. Bagaimana dengan kita, orang kantoran, yang bergaji UMR, bukan pekerja informal tapi gaji juga nggak gede-gede amat? Selamat! Kita sudah dianggap mampu untuk mengatur keuangan kita sendiri, tanpa harus dibantu oleh pemerintah. Jadi, coba cari jalan untuk bisa mengulur waktu.
Toh, dengan kondisi seperti ini, pihak pemberi pinjaman kemungkinan besar juga akan memahami. Semua orang terimbas kan? Jadi, tak ada salahnya meminta keringanan jika memang kamu kewalahan.
2. Efisiensi belanja
Salah satu opsi mengubah alokasi arus kas yang bisa kamu lakukan adalah menurunkan standar kualitas hidup untuk sementara waktu. Kalau tadinya apa-apa harus merek super, sekarang bolehlah diturunkan sedikit. Misalnya, beras juga enggak harus grade A, grade B pun masih enak kok dimakan. Harganya lebih bersahabat. Bisa dipakai untuk tambahan lauk yang bergizi.
Selain itu, coba efisien dan efektifkan waktu belanja. Cukup belanja sekali seminggu, tanpa mesti menimbun. Bagi-bagilah dengan sesama yang lain. Mereka juga punya kebutuhan yang sama. Buatlah daftar kebutuhan, and stick to it! Segera pulang setelah selesai belanja.
Seminggu kemudian, kita bisa keluar dan belanja lagi. Cukupkan perbekalan hasil belanja kali ini untuk seminggu.
Bisa kan? Bisa dong.
3. Sosial
Alokasi arus kas untuk pengeluaran sosial juga bisa berubah. Tanpa menghilangkannya sama sekali, kita bisa mengalihkannya ke bentuk solidaritas pada sesama yang membutuhkan. Apalagi jika kamu memang punya lebih.
Seperti tempo hari, ada gerakan untuk membelikan makanan untuk para driver ojol. Nominalnya mungkin kecil, tapi efeknya bagi mereka yang butuh pasti sangat besar.
Kamu juga bisa ikut merawat tetangga kiri kanan, atau saudara, yang sudah lanjut usia. Kalau mau ke supermarket, sekalian deh tanya, mereka butuh apa? Sekalian dibelanjain.
Pengeluaran sosial justru tidak boleh dikurangi di masa sulit seperti ini. Percaya deh, kalau kita punya solidaritas tinggi terhadap sesama, pasti nanti suatu saat kebaikan itu akan kembali juga pada kita.
4. Cek investasi
Apa kabar investasimu? Apakah kamu sedang menekuri nasib lantaran investasi sahammu bergerak ke arah yang kurang menyenangkan?
Tenang. Jangan terburu-buru untuk panik dulu. Ingatlah untuk selalu balik lagi ke #TujuanLoApa, dan rencana semula. Kamu investasi untuk apa? Berapa lama? Lakukan analisis, apakah dengan jangka waktu sekian itu, investasimu masih aman? Jika memang waktunya masih panjang, kamu enggak perlu panik. Sejarahnya, grafik investasi memang selalu berfluktuasi, sehingga nanti akan bounce back juga pada waktunya.
Namun, jika sekarang kamu butuh dananya, maka boleh saja kamu pertimbangkan untuk dicairkan. Perhitungkan untung ruginya dengan saksama ya.
5. Lifestyle
Kalau dalam alokasi arus kas biasanya, kamu bisa “menghabiskan” 20% dari gaji untuk pos lifestyle. Nah, sekarang kamu perlu cermati kembali. Bisakah dihemat lagi? Mungkin mereknya yang harus diganti dari grade A menjadi grade B? Atau bahkan bisa ditunda saja?
Toh, kamu akan lebih banyak melewatkan waktumu di rumah kan? Pos buat nongkrong di kafe mungkin bisa kamu alihkan untuk menambah kuota internet untuk memperlancar kerjaan.
Cek lagi ya, di setiap posnya.
Hidup memang lagi berubah. Alokasi arus kas juga akan berubah, menyesuaikan kondisi. Namun, kita pasti bisa mengatasinya. Intinya: catat ulang semua pengeluaranmu, sehingga kamu akan menemukan polanya lagi.
Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sandwich Generation, Begini 5 Cara Memutus Mata Rantainya
Istilah ‘sandwich generation’ pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy Miller, seorang pekerja sosial, yang menyoroti begitu banyaknya pekerja perempuan usia 30 – 40 tahun yang terimpit harus membiayai hidup anak dan orang tua yang sudah lanjut, di tahun 1981.
Waktu itu, banyak perempuan yang menunda untuk punya anak karena adanya tanggungan keluarga besar itu. Semakin ke sini, akhirnya istilah sandwich generation ini tak hanya berlaku untuk para perempuan saja, tetapi juga laki-laki.
Sandwich generation dipakai untuk menyebut mereka yang–bagaikan isi sandwich–terimpit di tengah, harus menanggung kebutuhan hidupnya sendiri, anak-anaknya, dan orang tua yang sudah memasuki masa pensiun tetapi tanpa penghasilan apa pun.
Hal ini sebenarnya bukan hal baru apalagi di Indonesia. Sudah wajar banget rasanya, kalau anak-anak yang sudah memasuki masa produktif jadi menanggung kebutuhan hidup orang tuanya juga. Hal ini dikarenakan adanya budaya dan semacam kewajiban bagi anak untuk berbakti dan “membalas budi” pada orang tua. Padahal rata-rata ya mereka yang masuk ke usia produktif zaman sekarang ini sudah berkeluarga juga.
Sebenarnya ini enggak masalah, asalkan kita memang mampu secara keuangan. Enggak ada salahnya kok membantu orang tua atau saudara. Kan kita hidup juga untuk saling tolong. Namun, hal ini akan menjadi beban kalau kita sendiri juga belum sehat secara keuangan.
So, adalah PR buat kita–para milenial–untuk bisa memutus mata rantai sandwich generation ini, dan tidak membebankan diri kita pada anak-anak kita kelak. Ingat, di masa depan, anak-anak kita sudah punya keluarga dan kehidupan sendiri lo! Masa tega sih, menambah beban mereka?
Terus, gimana caranya memutus mata rantai sandwich generation ini? Mari kita lihat.
5 Cara Memutus Mata Rantai Sandwich Generation
1. Persiapkan masa pensiun sebaik mungkin
Kata kunci untuk memutus mata rantai sandwich generation adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Harus dipahami bahwa harapan kita hidup akan lebih panjang ketimbang masa produktif kita. Artinya, akan ada masa ketika kita sudah lelah mencari uang. Ada masanya, kita pengin istirahat sambil menikmati hidup, menikmati hasil kerja kita bertahun-tahun sebelumnya.
Namun, mana bisa menikmati hidup kalau kita enggak siap dengan bekalnya. Inilah yang menjadi akar penyebab sandwich generation. So, di sinilah kuncinya. Persiapan.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini pada diri sendiri:
- Pengin melewatkan masa pensiun di mana?
- Masa pensiun seperti apa yang kamu harapkan?
- Di masa pensiun, masih boleh lo kalau mau mengerjakan sesuatu. Ada rencana apa?
- Akan hidup dengan apa di masa pensiun nanti?
2. Punyai rencana investasi sedini mungkin
Banyak dari kita yang males-malesan mikirin masa pensiun. Rasanya masih jauh banget. Padahal kalau kita bisa mempersiapkan sejak dini, itu justru akan meringankan beban kita lo. Kalau investasinya dimulai sejak 40 tahun sebelum pensiun pastinya akan lebih mudah kan, ketimbang mesti “mengejar ketinggalan” saat 5 tahun menjelang masa pensiun? Istilahnya, sudah terlambat.
Tapi meski begitu, terlambat masih lebih baik ketimbang enggak sama sekali, bukan? Jadi, ayo, berapa pun sisa waktumu sekarang, segera deh punyai rencana pensiun yang mantap, supaya hidup kita terjamin dan nggak perlu membuat anak-anak kita menjadi sandwich generation berikutnya.
3. Berbagi peran dengan saudara
Jika kamu memiliki saudara kandung dan sudah berpenghasilan juga, ada baiknya kamu berbagi beban dengannya. Semua anak–jika memang orang tua harus dibantu–sebaiknya ikut memikul beban tanggung jawab yang sama. Tidak hanya satu orang saja yang harus terbebani.
So, coba ajak saudara-saudara untuk berdiskusi bagaimana baiknya.
4. Miliki penghasilan sampingan
Selain merencanakan investasi sedini mungkin, ada baiknya juga–jika kamu sekarang adalah seorang karyawan–untuk mencoba memiliki penghasilan sampingan.
Mulailah dari menekuni apa yang menjadi minatmu. Di masa depan nanti, penghasilan sampingan ini bisa jadi salah satu alternatif memberikan uang saku untuk memenuhi kebutuhan hidup. Enggak hanya uang yang didapat, tetapi juga kepuasan. Di hari tua, kita jadi bisa mandiri dan enggak membuat anak-anak kita menjadi sandwich generation, sepeti halnya kita sekarang.
Oke kan? So, coba cari ide ya, dari sekian hal yang kamu suka lakukan.
5. Miliki gaya hidup yang sewajarnya
Yang biasa terjadi memang, gaya hidup mengikuti penghasilan yang kita miliki. Kalau penghasilan sebatas gaji UMR, ya gaya hidupnya minimalis. Begitu naik gaji, eh … lifestyle ikut naik.
Sekarang bisa saja gaji belasan juta, gaya hidup juga sama. Tapi, ingat, nanti di masa pensiun seenggaknya kita harus punya uang sebesar 70% dari gaji terakhir untuk bisa pensiun dengan gaya hidup yang enggak terlalu berbeda dengan sebelumnya. Nah, kira-kira, bisa enggak kita nanti earn money minimal sebesar 70% gaji sekarang itu, untuk membiayai gaya hidup kita nanti?
Kalau enggak bisa, ada baiknya disesuaikan saja. Hiduplah sewajarnya sejak sekarang, sehingga nanti ketika tiba masa pensiun, kita jadi enggak kaget lagi. So, kita pun enggak “memaksa” anak-anak kita untuk menjadi sandwich generation akibat gaya hidup kita yang enggak masuk akal.
Nah, gimana nih? Siap untuk memutus mata rantai sandwich generation? Semangat ya! Yang penting, selalulah punya rencana. Ajak partner hidupmu untuk merencanakan masa depan berdua.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengatur Gaji UMR 2020 Supaya Cukup Sebulan? Bisa!
Berdasarkan surat edaran Menteri Ketenagakerjaan bernomor B-M/308/HI.01.00/2019, di bulan November 2019 yang lalu, para gubernur di 34 Provinsi di Indonesia secara serentak mengumumkan kenaikan gaji UMR di wilayah masing-masing. Apa kabar gaji UMR Jakarta nih?
Kenaikan gaji UMR ini berdasarkan pada laju inflasi nasional yang mencapai 3,39% dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12%. Dengan demikian, diputuskan ada kenaikan gaji UMR 2020 bagi pekerja di Indonesia sebesar 8,51%.
Kalau menurut hitungan, berarti seharusnya sih di tahun 2020 ini, gaji UMR Jakarta itu sebesar Rp4.267.349.
Apakah ini kabar gembira untukmu?
Bisa jadi, tapi harus kamu ingat. Bahwa kenaikan gaji UMR secara nasional ini diputuskan atas dasar inflasi. Sehingga enggak cuma gaji kamu saja yang naik, barang-barang kebutuhan pokok juga akan naik. Belum lagi uang sekolah, harga rumah, dan lain sebagainya.
Sudah harus mengelap keringat di dahi sekarang? Well, no worries. Gaji besar ataupun kecil sebenarnya enggak masalah, yang penting bagaimana kita bisa mengaturnya dengan bijak. Termasuk jika sekarang kamu menerima gaji UMR Jakarta.
Punya gaji UMR terus merasa paling menderita, sengsara, nelangsa? No, no. Enggak. Bahkan dengan gaji UMR pun, kamu seharusnya masih bisa menabung dan investasi kok.
Bagaimana caranya?
5 Langkah Mengatur Gaji UMR
1. Pisahkan dalam 5 pos pengeluaran
Di QM Financial, kami memisahkan pos-pos pengeluaran dalam 5 jenis, yaitu:
- Cicilan dan utang, hanya boleh maksimal 30% dari penghasilanmu. Jadi–kalau mau pakai UMR Jakarta sebesar Rp4.267.349, maka maksimal kamu hanya mampu mempunyai cicilan sebesar Rp1.280.204,7. Jangan lebih ya, ini adalah besarnya maksimal cicilan semua utang: kartu kredit, cicilan gawai, panci, sampai KPR sekalipun.
- Tabungan dan investasi, sebesar 10 – 30% dari penghasilan bulanan. So, untuk gaji UMR Jakarta, seharusnya sih kamu bisa menyisihkan minimal Rp426.734,9. Bulatkan ke Rp500.000 deh. Bisa kan? Bisa dong. Pilihlah instrumen tabungan dan investasi yang sesuai dengan profil risikomu. Kalau masih pemula, kamu bisa simpan di deposito atau di Reksa Dana Pasar Uang, yang lebih minim risiko.
- Pengeluaran sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya. Besarnya tergantung pada aturan masing-masing. Ada zakat yang 2,5%, ada persepuluhan untuk yang beragama Nasrani.
- Pengeluaran rutin, untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti token listrik, pulsa, makan, transportasi, dan sebagainya. Sebagai karyawan, kamu perlu waspada terhadap pengeluaran transportasi. Coba baca artikel mengenai tip hemat pengeluaran transportasi di web ini ya. Siapa tahu kamu bisa mendapatkan pencerahan. Besarnya pengeluaran rutin ini maksimal banget adalah 40% dari penghasilanmu. Jadi, dengan gaji UMR Jakarta 2020, anggaran seharusnya sih enggak lebih dari Rp1.706.939,6. Yes, kamu harus benar-benar berhemat di pos ini ya. Hiduplah sewajarnya. Pasti bisa kok!
- Pengeluaran lifestyle, tempat segala dosa keuangan bisa ditemukan. Boleh kok kalau kamu pengin nongki-nongki di weekend bareng teman-temanmu. Kan, harus piknik ya, biar enggak stres? Tapi, bujetmu jangan sampai melebihi 20% dari penghasilanmu, yaitu sebesar Rp853.469,8 untuk gaji UMR Jakarta. Ini udah maksimal banget ya!
Jadi, sudah berapa banyak uangmu yang masuk ke pos-pos? Nggak bersisa ya? Enggak apa-apa, sembari jalan kamu bisa berhemat lagi di sana-sini. Sesuaikan saja dengan kondisi.
Semangat ya!
2. Investasi dan menabung di awal
Agar kamu tetap bisa menabung meski kamu hanya punya gaji UMR saja, maka menabunglah di depan. Jangan tunggu sisa uang, karena bakalan susah deh nyisain uang. Apalagi hidup di Jakarta. Bener nggak nih?
Jadi, enggak ada alasan, “Gajiku kecil, buat kebutuhan hidup aja kurang. Mana bisa investasi?” Bisa kok, bisa.
Kamu tahu enggak, beli reksa dana sekarang bisa dengan Rp100.000 saja. Bahkan ada juga kok yang lebih murah lagi. Hanya saja, kamu memang perlu lebih smart dalam memilih ya. Sekali lagi, sesuaikan dengan profil risikomu.
3. Buat dana darurat
Jangan lupa untuk membuat dana darurat. Nah, agar tabunganmu bisa konsisten, kamu memang perlu memberinya judul. Kalau kamu menabung tanpa “judul”, maka motivasimu mungkin akan kurang maksimal.
Jadi, ingat selalu #TujuanLoApa.
Untuk yang pertama, kamu perlu membuat dana darurat dulu dengan tabunganmu. Untuk kamu yang masih lajang, besarnya adalah 4 x pengeluaran bulanan. Nah, kamu bisa membaca trik mengumpulkan dana darurat di artikel ini.
4. Punya rekening tambahan
Untuk mempermudah dalam pengelolaan keuangan pribadi dengan gaji UMR ini, kamu harus punya metode. Ada beberapa cara yang bisa kamu pakai sih, tergantung kamu nyamannya yang mana.
Bisa pakai amplop-amplop, bisa juga kamu membuat rekening tambahan khusus selain rekening tempat kamu biasa menerima gaji. Rekening tambahan ini bisa kamu fungsikan sebagai rekening tabungan, atau malahan sebagai rekening khusus belanja.
Jadi, setiap kali hendak belanja, kamu transfer ke rekening tambahan. Begitu uang di situ sudah habis, maka setop belanja sampai tiba gajian berikutnya.
5. Seminggu sekali aja ke ATM
Nah, ini sih trik langsung dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial. Kalau mau pengin lebih bisa mengendalikan keuanganmu, ke ATMlah seminggu sekali saja. Ambil uang sesuai bujet, lalu hiduplah dengan uang itu sampai tiba waktunya ke ATM lagi minggu depan.
Bisa? Bisalah. Asalkan kamu sudah membuat bujet bulanan juga ya, sebagai patokan.
Nah, ternyata simpel kan, mengatur gaji UMR ini? Apalagi gaji UMR Jakarta, bisa bangetlah diatur.
Selanjutnya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk menambah penghasilan.
Semangat ya, untuk tahun 2020!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
9 Istilah Keuangan Pribadi Paling Sederhana yang Harus Dipahami
Susah juga, kalau mau mengelola keuangan tapi belum paham betul apa saja yang dibahas. Bener nggak? Mau baca tip segala macam, tapi beberapa istilah keuangan pribadi enggak paham artinya. Ya bhay saja deh akhirnya.
Pemahaman memang menjadi hal pertama yang harus dicapai lebih dulu. Kalau kita paham betul dengan apa yang kita baca, dan juga apa yang kita omongkan, biasanya sih ya lebih mudah memahami hal-hal lainnya juga.
Banyak istilah keuangan pribadi yang masih terdengar asing di telinga, tapi sudah mencoba belajar investasi, akhirnya ketemulah beberapa istilah dalam saham yang lebih rumit … ya bakalan susah juga.
So, ayo belajar dari yang paling basic dulu, yaitu memahami beberapa istilah keuangan pribadi yang bakalan paling sering kamu temui–terutama sih, kalau kamu suka baca-baca artikel di situs ini ataupun follow akun Instagram QM Financial.
Kamu bakalan banyak menemukan istilah keuangan pribadi berikut ini.
1. Pengeluaran
Dalam laporan keuangan pribadi, pengeluaran berarti adalah uang-uang yang kita belanjakan untuk berbagai keperluan.
Di QM Financial, kita membagi pengeluaran dalam 5 pos:
- Cicilan/utang, yaitu uang yang digunakan untuk mencicil atau membayar kembali utang yang kita lakukan. Misalnya cicilan KPR, cicilan kartu kredit, dan sebagainya.
- Investasi/tabungan, yaitu sejumlah uang yang kita sisihkan untuk disimpan–biar enggak ikut terbelanjakan demi tujuan tertentu. Kadang tak hanya menabung, kita juga berinvestasi, yaitu menanam uang di suatu tempat agar bisa berkembang atau menguntungkan.
- Pengeluaran rutin, yaitu uang-uang yang kita belanjakan untuk keperluan rutin, seperti listrik, groceries, dan sebagainya.
- Dana sosial, adalah uang-uang yang dikeluarkan demi tujuan sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya.
- Lifestyle, adalah uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan tersier, yang penting nggak penting, yang kadang hanya untuk memenuhi keinginan alih-alih kebutuhan.
2. Pendapatan
Pendapatan atau pemasukan atau penghasilan adalah uang atau materi yang kita dapatkan sebagai hasil usaha atau jerih payah kita.
Kalau karyawan ada gaji, untuk freelancer ada fee. Kalau pebisnis? Gaji juga, dari bisnisnya. Kalau investor, dari capital gain ataupun dari deviden.
3. Kekayaan bersih
Istilah keuangan pribadi yang ketiga ini berarti adalah selisih dari pendapatan keseluruhan plus aset, kemudian dikurangi dengan pengeluaran, termasuk posisi utang.
Nilai kekayaan bersih inilah yang akan menentukan apakah kita punya kondisi keuangan yang sehat atau enggak. Kalau hasilnya positif, maka kita punya arus keuangan yang sehat karena berarti pendapatan dan aset kita lebih besar daripada pengeluaran plus utang. Tapi, kalau negatif, berarti kondisi keuangan kita kurang sehat sehingga harus segera dicari cara untuk memperbaikinya.
4. Financial check up
Financial check up merupakan istilah keuangan pribadi yang berarti hal-hal yang kita lakukan dalam rangka cek kondisi kesehatan keuangan kita.
Dalam financial check up, kita akan mengecek status harta serta utang yang kita miliki, yang kemudian hasil data tersebut kita olah menjadi neraca dan arus kas.
Financial check up ini biasanya dilakukan setahun sekali–meski kalaupun lebih sering itu juga bagus. Kita bisa melakukannya sembari membuat review laporan keuangan akhir tahun, atau pada saat kita hendak membuat laporan SPT sebagai wajib pajak.
5. Neraca
Kamu pasti enggak terlalu asing juga dengan istilah keuangan pribadi yang kelima ini, karena sering disebut kalau kita lagi ngomongin soal keuangan di mana pun.
Neraca di sini bukan berarti timbangan, tetapi catatan perbandingan untung rugi, utang piutang, pemasukan dan pengeluaran, dan sebagainya (sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia). Neraca inilah hasil dari financial checkup yang kita lakukan, yang menampakkan posisi kekayaan bersih kita yang kemudian bisa menunjukkan kondisi kesehatan keuangan kita.
6. Bocor halus
Istilah ‘bocor halus’ mungkin banyak kamu dengar kalau kamu lagi ngobrol sama trainer-trainer QM Financial saja ya? Inilah istilah yang kami gunakan untuk menyebut sejumlah uang yang enggak ketahuan rimbanya, ngilang gitu aja dari dompet atau tabungan kita tanpa tercatat atau termonitor.
Tahu-tahu duit berkurang aja.
“Saudara” dari bocor halus adalah bocor ambyar, yaitu istilah untuk menyebut arus kas keluar yang tak terkendali.
7. Aset
Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aset berarti:
- sesuatu yang mempunyai nilai tukar
- modal; kekayaan
Aset (aktif) ada beberapa macam yang bisa dijadikan sebagai andalan finansial, yaitu surat berharga, properti, dan bisnis. Dengan memiliki aset aktif, kamu akan mempunyai pendapatan pasif. Biasanya orang-orang membangun aset aktif ini demi menjamin masa pensiun mereka, masa ketika mereka tidak produktif lagi menghasilkan uang.
Sudahkah kamu mempunyai aset aktif milikmu sendiri sekarang?
8. Likuiditas
Kalau dalam istilah keuangan pribadi, likuiditas berarti adalah kemampuan kita untuk membayar utang yang sekarang sedang kita miliki tepat pada waktunya.
9. Inflasi
Istilah keuangan pribadi kesembilan ini akan sering kita dengar terutama kalau lagi bahas mengenai berbagai tujuan finansial jangka panjang, seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, juga dana kepemilikan rumah.
Inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.
Lagi-lagi ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ya.
Inflasi merupakan hal yang pasti terjadi di setiap negara di dunia–termasuk Indonesia. So, inflasi memang harus selalu diperhitungkan, terutama jika kamu sedang merencanakan masa depanmu.
Sebenarnya masih banyak istilah keuangan pribadi lain yang seharusnya ikut dijelaskan di sini, tapi akan jadi panjang banget. So, mungkin kita akan sambung lagi di artikel yang lain ya.
Semoga bisa sedikit membantumu saat belajar mengelola keuangan pribadimu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masih Lajang, Ini Dia 5 Resolusi Keuangan yang Pas Buat Kamu
Masih lajang, belum ada tanggungan. Hidup seharusnya lebih ringan, dan masih bisa melakukan banyak hal dan bersiap untuk masa depan lebih baik.
Itu seharusnya.
Tapi kalau dalam review keuangan akhir tahunmu kemarin, ternyata enggak begitu adanya, berarti ada yang salah nih. Terutama pada pengelolaan keuanganmu.
Mumpung masih awal tahun, biasanya ini jadi waktu buat kita untuk menyusun rencana agar tahun ini berjalan lebih baik. Pastinya kamu yang masih lajang juga mau dong, tahun ini keuanganmu lebih sehat.
Nah, makanya, yuk, simak artikel ini sampai selesai ya!
5 Resolusi Keuangan untuk Kamu yang Masih Lajang
1. Jangan terjebak lifestyle
Yes, awas jebakan lifestyle kekinian! Apa aja sih contohnya? Ya, misalnya saja, ngopi cantik dan ganteng di kafe kekinian setiap hari. Atau, jajan boba ketika tumbler sebenarnya sudah berisi minuman sehat dari rumah. Atau, pesan makan siang online setiap hari, padahal kantin juga ada–padahal makanannya sehat, enak, lagi pula murah.
Demi bisa difoto cakep buat diunggah di Instagram, atau biar keliatan keren aja gitu.
Tahun ini, boleh saja kalau mau nongkrong cantik/ganteng sembari ngopi, atau jajan boba. Tapi pastikan tabunganmu bertambah dulu, atau lunasi utang konsumtifmu dulu. Maksimalkan anggaran lifestyle 20% saja dari penghasilanmu, agar anggaran yang lain bisa lebih longgar. Hiduplah sewajarnya.
2. Jangan malas
Malas mencatat pengeluaran dan membuat anggaran adalah hal yang biasa terjadi. Tapi, untuk tahun ini, coba atasi kemalasanmu yuk!
Buatlah catatan rutin pengeluaran dan anggaran, supaya keuanganmu lebih terkendali. Dengan demikian, kamu bisa tahu, apakah anggaran lifestyle-mu lebih besar daripada anggaran rutin? Jangan-jangan utangmu juga sudah melebihi batas 30% dari penghasilan?
Dengan mengetahui kondisi kesehatan keuanganmu sendiri, pastinya kamu akan lebih bisa membuat rencana untuk memperbaikinya. Betul?
3. Jangan gampang utang
Hari gini makin gampang saja berutang. Dari utang dengan jumlah banyak–tanpa harus ada jaminan dan cair dalam beberapa menit–sampai utang kecil-kecil berplafon ratusan ribu berjangka waktu kurang dari satu tahun, bisa dilakukan oleh siapa saja.
Modalnya, hanya smartphone saja dan kuota internet. Siapa yang enggak tergoda? Betul?
Inilah godaan terbaru sebagai manusia-manusia kekinian, yang mau serba cepat, serba praktis, dan serba enak. Ya, ada bagusnya juga sih, tapi kita sebagai manusia harus tetap bijak dalam menggunakan teknologi. Terutama dalam hal keuangan.
Sekali terjerat, bisa jadi masalah untuk seumur hidup lo! Jadi, pertimbangkanlah baik-baik jika ada godaan untuk berutang–seperti apa pun iming-imingnya ya. Terutama buat kamu yang masih lajang.
4. Tambah pengetahuan produk keuangan
Sementara kamu masih lajang, waktumu ke depan akan masih sangat panjang. Ada banyak hal yang bisa kamu raih, dan kamu rencanakan agar hidupmu lebih baik.
So, imbangilah keinginan dan cita-citamu dengan berbagai pengetahuan literasi keuangan. Kamu bisa belajar dari mana saja; dari buku, artikel di media online, media sosial, dari mereka-mereka yang sudah lebih ahli, dan banyak lagi.
Terkhusus, kamu bisa ikut kelas-kelas keuangan–baik yang online dan offline.
Tambah pengetahuan mengenai produk-produk keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bekal untuk merencanakan masa depanmu. Mulai dari mengatur cash flow, menyusun tujuan keuangan, siapkan dana darurat, siapkan dana pensiun, hingga kamu juga bisa mulai memikirkan dana pendidikan anak lo–jika kamu memang punya rencana untuk segera menikah dan punya anak.
Tidak pernah ada kata terlambat dan terlalu cepat untuk belajar sesuatu, termasuk soal pengelolaan keuangan.
5. Susun rencana jauh ke depan
Nah, ini sih menjadi resolusi yang memang harus mulai kamu lakukan, jika belum sempat terlaksana di tahun 2019 yang lalu.
Sebaiknya, kamu sudah punya rencana matang untuk 1 tahun ke depan–kamu pengin apa sih? Pengin meraih apa, dan bagaimana caranya? Lalu susun pula rencana untuk 5 hingga 10 tahun, bahkan lebih dari 10 tahun mendatang. Hidup seperti apa yang kamu ingin jalani nanti?
Kamu boleh bermimpi setinggi mungkin, dan sekarang susun rencana untuk mewujudkan mimpimu itu.
See? Banyak hal yang bisa kamu lakukan tahun ini, meski kamu masih lajang–yang katanya ini waktunya untuk bersenang-senang. Well, seperti kata Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–hura-hura sih boleh, tapi jangan sampai bikin huru-hara gara-gara kamu senang-senang tanpa rencana matang jauh ke depan untuk hidupmu sendiri.
Justru, di saat masih lajang inilah, kamu bisa merencanakan semuanya dengan lebih baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengatasi Stres Kerja Seperti Jefri Nichol, Lakukan 3 Hal Ini Tanpa Narkoba
Beberapa artis kedapatan menggunakan narkoba. Yang paling hangat ada Bang Jefri Nichol, aktor muda berbakat itu. Ia mengaku menggunakan narkoba untuk mengatasi stres kerja. Konon, katanya, narkoba bisa membuatnya rileks karena ia tegang lantaran sedang mempersiapkan film. Ia butuh tidur, jadi mengonsumsi narkoba agar bisa beristirahat.
Kalau dilihat, inti alasannya menggunakan narkoba adalah untuk mengurangi stres saat bekerja.
Stres saat bekerja bisa dialami oleh siapa saja, dari para pekerja lapis terbawah, para karyawan kantoran, manajer, hingga para artis. Dan, pastinya semua orang juga sadar, bahwa setiap pekerjaan punya tingkat stres dan risikonya masing-masing. Meskipun dari luar, pekerjaan itu tampak glamor dan menyenangkan–seperti pekerjaan yang dijalani oleh para selebriti.
Menurut National Institute for Occupational Safety and Health, tingkat stres saat bekerja yang dialami oleh wanita cenderung lebih tinggi 2 kali lipat daripada para pria. Penyebabnya mulai dari beban pikiran lantaran berperan ganda juga sebagai ibu rumah tangga, hingga masalah pelik semisal diskriminasi masalah gender, pun tingginya risiko mengalami sexual harrassment di lingkungan kerja.
So, dengan demikian, tinggal bagaimana kita mengatasi stres kerja itu saja, karena masalah ini umum dialami oleh semua pekerja yang ada di muka bumi. Apakah kemudian mengonsumsi narkoba hanya menjadi satu-satunya jalan untuk mengatasi stres kerja yang terjadi, atau mengajukan resign setiap kali tertekan di kantor, ataukah kita melakukan beberapa hal yang memungkinkan kita melakukan pekerjaan secara fun?
Kalau orang ehem … waras, pastinya akan berusaha memilih opsi yang terakhir. Lalu apa yang bisa kita lakukan agar pekerjaan bisa lebih fun, dan akhirnya kita bisa mengatasi stres kerja?
3 Hal untuk mengatasi stres kerja
1. Jadwalkan liburan rutin
Liburan itu penting! Siapa yang bilang kita nggak butuh liburan? Duh, kalau ada yang bilang begitu, coba dilihat lagi ke belakang, apakah hidupnya baik-baik saja?
Sekali lagi, liburan itu penting! Karena berlibur itu nggak hanya bisa mengatasi stres kerja, tapi bahkan juga mengurangi risiko depresi dan bisa meningkatkan rasa percaya diri kita.
Tahu nggak sih, di Denmark, para pekerjanya mendapatkan waktu cuti 5 – 6 minggu per tahun lo. Pantas saja Denmark menjadi salah satu dari top 10 the most livable country karena harapan hidup yang tinggi.
Dan Buettner, penulis buku Thrive: Finding Happiness the Blue Zones Way bilang, peraturan pertama untuk mengatasi stres kerja adalah jangan pernah buang jatah cuti begitu saja. Bahkan kalau kita sedang nggak punya uang buat berfoya-foya di suatu tempat yang eksotis, kita tetap bisa memilih liburan murah meriah: staycation.
Nah, karena liburan adalah kebutuhan, maka PR terbesarnya adalah … menyiapkan dana liburan! Jengjeng! *lalu stres lagi*
2. Hangout juga penting
Kadang yang terjadi adalah, kita mengefektifkan waktu kerja sedemikian rupa sehingga kita bisa menghindari lembur dan bisa pulang tenggo, pukul 18.00 tepat, misalnya. Tapi ternyata … tydac gitu juga sih.
Ada kalanya kita perlu bersosialisasi juga dengan rekan kerja yang lain. Nggak ada salahnya kok sekali-sekali hangout bareng, karaokean, makan-makan di food court, atau ngopi di warung kopi kekinian. Ini menjadi cara yang efisien juga buat mengatasi stres kerja. Asalkan dananya ada. Nah.
Jadi, boleh dong kita punya anggaran buat ngopi, makan di luar, or nonton bareng? Boleh banget! Mbak Ligwina Hananto saja bilang boleh kok, hanya pastikan masih dalam batas 20% dari anggaran bulanan kita.
3. Hindari macet
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Princeton University, perjalanan ke kantor adalah hal yang paling tidak favorit yang dilakukan oleh kelas pekerja di pagi hari lo! Bahkan kegiatan membersihkan rumah saja masih lebih favorit ketimbang berangkat kerja.
Kenapa? Yes, macet.
Ada tambahan lain yang menarik juga nih. Scandinavian Journal of Economics menemukan, bahwa pekerja yang menghabiskan waktu sekitar 22 menit ke kantor, memiliki pengeluaran 35% lebih banyak tiap bulannya ketimbang yang tidak. Terutama buat mereka yang tinggal di kota besar, dengan segala hiruk-pikuk kemacetan yang harus dilewati setiap harinya. Wah. bisa dibayangkan deh berapa besar ekstra pengeluaran yang harus disiapkan.
So? Well, sebagian karyawan–terutama yang bekerja di Jakarta–sudah lebih memilih untuk menggunakan transportasi publik. Ada transportasi online, TransJakarta, lalu MRT. Semoga LRT juga segera menyusul diresmikan ya. Ini perubahan bagus sih, untuk mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang beredar di jalan. Buat yang jarak dari kantor ke rumah enggak terlalu jauh, bisa bike to work dong. Selain mengurangi kemacetan, mengatasi stres kerja dengan olahraga juga. Pun, hemat energi.
Atau, kenapa nggak janjian berangkat bareng dengan rekan-rekan sekantor yang arahnya sama. Dulu sih ada komunitas Nebenger ya, entah deh sekarang masih ada atau enggak.
Well, yang pasti, masalah stres saat bekerja ini memang merupakan masalah sejuta umat pekerja di mana pun kok. Meski tingkat, penyebab, dan bentuknya bisa berbeda-beda. Kenapa kita enggak berusaha membuat semuanya jadi fun aja dijalani kan? Dan, bukan malah melarikan diri semacam dengan menggunakan narkoba ataupun memilih resign dan jadi kutu loncat.
Dan, tahu nggak sih. Salah satu pemicu stres saat bekerja itu juga adalah kurangnya keterampilan kita mengelola keuangan pribadi lo! Nah, kalau ini sih obatnya gampang. Ikutan kelas-kelas finansial online dari QM Financial aja. Kelasnya online, pakai aplikasi zoom, dan bisa diikuti di mana saja. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA) untuk mendaftar ya.
Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Dipromosikan dan Jadi Bos Baru, 5 Hal Ini Harus Segera Dilakukan
Wah, sepertinya tahun ini jadi tahun kesuksesan nih ya. Mendapatkan promosi, jadi bos baru, dan tentu saja, gaji naik! Uwuwuw! Selamat!
Selain menjadi anugerah, pastinya ada tantangan tersendiri saat kita dipercaya jadi bos baru. Terlebih kalau kita jadi bos muda, yang punya anak buah telah lebih dulu bekerja di perusahaan itu dan masuk dalam jajaran ‘senior’.
Memang agak tricky nih, kalau mau memimpin mereka yang lebih “matang”. Kita mesti punya strategi yang jitu, supaya enggak dianggap anak bawang, cuma bisa merepotkan, dan segudang stigma yang lain.
Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan setelah jadi bos baru. Segera!
1. Konsolidasi dengan anak buah
Nggak ada salahnya, kalau kita yang “mendatangi” anak buah terlebih dahulu saat jadi bos baru. Lupakan strata dan struktur. We’re partners, anyway, right?
Elaborasikan lagi target-target kerja kita dengan tim, sehingga para anggota tim kerja dapat mengonfirmasikan beberapa hal sampai tercapai kesepakatan bersama dalam menentukan langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan bersama.
Kesepakatan-kesepakatan perlu dibuat sejak awal agar terbina budaya saling percaya, dan terjalin komunikasi terbuka dalam tim. Memang, jika ingin mendapatkan trust dari anak buah, maka biarkan mereka mengetahui apa saja ide dan gagasan kita. Jadi, sebaiknya sampaikan pada mereka sejak awal, lalu mintalah feedback agar mereka melengkapi gagasan kita tadi.
Dengan demikian, menjadi satu rencana praktis dan strategis demi kebaikan bersama dalam tim.
2. Menghargai anak buah
Dapatkan respek dari anak buah sebagai bos baru mereka dengan menunjukkan dulu rasa respek kita atas kinerja baik mereka. Berilah kepercayaan atas keterampilan profesional yang sudah mereka miliki dan terapkan.
Meski jadi bos baru, kita harus tetap mendengarkan saran, masukan, dan kritik mereka. Pertimbangkanlah semuanya itu sebagai salah satu usaha untuk mencapai target bersama.
3. Utamakan profesionalitas, ketegasan, taktis, dan ketenangan
Sebagai orang yang lebih muda (dan jadi bos baru), biasanya akan terlihat lebih inovatif, progresif, berambisi, dan berani ambil risiko. Namun, sering kali ini juga terlihat jadi sembrono, kurang bijak, kurang perhitungan, dan tidak hati-hati. Apalagi kalau harus menghadapi situasi yang menekan. Hal ini akan terlihat jelas di mata anak buah, terutama mereka yang lebih senior.
Tetap berpikir jernih dalam menghadapi isu pekerjaan sehari-hari. Tunjukkan bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang tenang. Segera ambil tindakan yang bijak dan taktis saat menangani situasi sulit, sehingga anak buah merasa aman berada dalam kepemimpinan kita.
Rasa aman anak buah ini tak bisa ditumbuhkan begitu saja, memang. Mereka harus bisa merasakan bahwa kita bisa diandalkan untuk memperjuangkan kepentingan tim.
4. Fleksibel menghadapi masalah
Saat sudah jadi bos baru, anak buah yang lebih senior terkadang akan menyampaikan masalah dengan cara-cara tertentu yang mungkin enggak sama dengan yang biasa kita lakukan. Apalagi kalau kita dipromosikan dari kantor cabang lain, misalnya. Atau mungkin divisi lain. Akan ada peluang kita akan mengalami semacam shock, lantaran budaya kerja yang berbeda.
Kalau enggak bijak dalam menanganinya, hal ini bisa jadi konflik tersendiri yang lama-lama bisa mengganggu kinerja tim.
So, jika kita sudah bisa merasakan kalau hal ini akan jadi konflik, akan ada baiknya kalau langsung ditangani dan dicari solusinya sejak dini. Bersikap fleksibel dan hati-hati bisa jadi senjata ampuh. Bagaimanapun, jadi bos baru, kita akan tetap membutuhkan peran mereka, sehingga kita nggak bisa mengabaikan kepentingan mereka begitu saja.
So, pahami dan cari solusi atas permasalahan anak buah secara kasus per kasus, dengan tetap berada dalam koridor peraturan perusahaan. Intinya, lebih ke “mendengarkan”, “memperhatikan”, dan “mengelola”, ketimbang “memaksakan”, “menyuruh”, dan “menginstruksikan”.
5. Jangan terjebak gaji/jabatan naik = lifestyle naik
Nah, ini nih, the most important thing! Jadi bos baru berarti gaji dan tunjangan naik. Ini wajar, karena kita harus mengelola wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar. Tapi bukan berarti lantas lifestyle kita juga naik.
Akan ada kemungkinan, kita akan banyak melakukan networking atau business entertaining mereka yang potensial untuk dijadikan partner. Ini wajar saja sih, kalau kita sudah jadi bos baru. Tapi pastinya kita bisa mengendalikannya. Biaya-biaya expenses yang berkaitan dengan pekerjaan seperti itu, pastinya di-cover oleh kantor. Tapi kita enggak perlu menjadikannya sebagai gaya hidup kan? Mentang-mentang biasa ngopi di kafe untuk menjamu tamu perusahaan, sekarang jadi lebih suka beli kopi di kafe untuk dibawa ke kantor. Atau, jadi langganan tetap kafe dengan mengunjunginya seminggu dua-tiga kali.
Akan lebih baik jika gaji besar kita itu dialokasikan menjadi investasi.
Nah, supaya lebih afdal jadi bos baru, yuk, beri contoh pada anak buah bagaimana mengelola keuangan pribadi dengan baik. Tunjukkan, bahwa dengan kebiasaan pengelolaan keuangan yang baik, kinerja kita bisa meningkat hingga bisa mendapatkan promosi.
Ajak anak buah untuk ikut kelas finansial online yang sesuai dengan kebutuhan dalam Financial Clinic Online Series. Silakan cek jadwalnya ya. Jangan lupa follow juga akun Instagram QM Financial.
Kalau tim kerja kita punya kebiasaan keuangan yang baik, pasti deh performa tim bisa maksimal. Well, akhir kata, selamat bekerja, bos baru! Sukses ya!
5 Cara Cerdas Mengelola Bonus Karyawan
Bonus karyawan barangkali adalah hal lain yang sangat diharapkan dan ditunggu ya, selain gaji. Satu, karena bonus bisa dianggap sebagai apresiasi perusahaan terhadap kinerja kita, sehingga kita pun akan merasa bahagia jika hasil kerjanya diakui. Kedua, tentunya karena bonus–terutama yang berupa uang–pasti akan banyak gunanya bagi kita.
Tapi, eits. Jangan buru-buru pergi ke mal atau langsung pesan tiket pesawat untuk berlibur begitu menerima bonus karyawan ini.
Ada beberapa hal lain yang lebih penting ketimbang sekadar belanja-belanji atau liburan yang bisa kita penuhi dengan memanfaatkan bonus karyawan yang kita terima lo, dan kaitannya dengan masa depan kita yang lebih panjang.
Yuk, kelola bonus karyawan dengan cerdas, dengan memprioritaskan beberapa hal berikut terlebih dahulu sebelum kita belanja atau liburan.
5 Prioritas yang Harus Dipertimbangkan Terlebih Dahulu Saat Menerima Bonus Karyawan
1. Lunasi Tagihan dan Utang
Yang pertama pastilah utang. Coba cek, berapa banyak utang yang kita punya?
Jika kita punya utang kartu kredit dan bisa langsung dibayar lunas dengan bonus karyawan yang kita terima, maka lebih baik langsung saja bayarkan penuh. Siapa sih yang tak mau merdeka dari utang, terutama utang kartu kredit? Fyuh, rasanya seperti terbebas dari penjajahan lo!
Karena itu, utang kartu kredit menjadi prioritas utama kalau kita menerima bonus.
Kalau tak punya utang kartu kredit, adakah utang lain yang bisa dicicil dengan nominal yang lebih besar demi mempersingkat waktu cicilan? Coba cek ya, dan segera alokasikan dana untuk membayarnya dari bonus karyawan yang kita terima.
Kedua, adakah tagihan tahunan yang masih menjadi kewajiban kita tahun ini? Misalnya saja, pajak kendaraan? Pajak Bumi dan Bangunan? Atau pajak-pajak tahunan yang lain?
Kalau iya, segera alokasikan pula dana dari bonus yang kita terima tersebut.
2. Sisihkan untuk Dana Darurat
Prioritas kedua adalah menambah dana darurat. Tahu kan, apa pentingnya dana darurat?
Dana darurat adalah salah satu hal paling dasar yang mesti kita siapkan dalam perencanaan keuangan kita. Besarnya dana darurat dan apa manfaatnya, sudah pernah dijelaskan juga di situs ini. Pastinya, sudah tak perlu lagi diuraikan panjang kali lebar kali tinggi lagi kan?
Untuk memenuhi target dana darurat, kita bisa menutupnya dengan mengalokasikan sebagian bonus karyawan yang kita terima, setelah utang dan tagihan terpenuhi.
Coba deh, selain merdeka dari utang dan juga tagihan, punya dana darurat yang cukup itu bikin hidup jadi terasa sangat nyaman dan aman.
3. Tambah Investasi
Prioritas ketiga yang perlu kita pertimbangkan setelah menerima bonus karyawan adalah menambah pundi-pundi investasi. Bisa dengan menambah jenisnya–yang tentu saja dipertimbangkan bagaimana mengelola investasi ini ke depannya–atau top up investasi yang selama ini sudah dijalankan.
Besarnya berapa? Jika memang ada alokasinya, sisihkan 10 – 30% dari bonus karyawan yang kita terima untuk menambah investasi ini, sembari menganalisis lagi portofolio yang sudah kita punya.
4. Pengeluaran Sosial
Juga, adakah pengeluaran sosial yang harus kita penuhi dan membutuhkan dana yang besar? Kalau ada, yuk, sisihkan sebagian bonus karyawan yang kita terima untuk keperluan sosial ini.
Kita bisa menyalurkannya melalui badan-badan sosial supaya benar-benar sampai pada mereka yang membutuhkan. Dengan menyisihkan dana sosial, penghasilan kita ke depannya juga akan semakin berkah lo!
Jadi, setelah prioritas-prioritas lain yang lebih urgent sudah dipenuhi, jangan lupa untuk bersedekah ya.
5. Manjakan Diri!
Nah, kalau semua hal di atas sudah terpenuhi dengan baik, baru deh, mari kita pikirkan apa yang pengin kita lakukan atau nikmati dengan “sisa” bonus yang kita punya, jika ada.
Mau liburan? Ayo, segera cari tiket dan pesan hotel. Kalau ada voucher promo, jangan lupa juga untuk dimanfaatkan. Lumayan kan, bisa liburan lebih murah. Mau belanja ke mal? Coba cek, kapan ada jadwal sale. Mau beli kamera untuk menyalurkan hobi fotografi? Coba cek juga, toko mana yang menjual kamera kualitas baik dengan harga yang terjangkau.
Atau, mau langsung ke salon dan spa saja untuk perawatan demi meringankan stres akibat pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari? Ide bagus juga tuh.
Dengan menempatkan kewajiban dan prioritas penting seperti poin-poin di atas, kita pasti bisa memanfaatkan dan mengelola bonus karyawan yang kita terima dengan tidak sia-sia. Banyak kebutuhan hidup yang lebih penting dari sekadar hore-hore namun akhirnya jadi huru-hara kan?
Tertarik mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru yang sesuai kebutuhan.