Mau Pakai Dana Darurat? Lakukan 5 Hal Ini!
Dana darurat memang ada sebagai cadangan dana di saat-saat sulit, seperti di masa pandemi COVID-19 ini. So, kalau sekarang kamu mengalami kesulitan arus kas, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk pakai dana darurat untuk menyambung hidup.
Banyak orang yang kehilangan pekerjaan–yang berarti pengurangan penghasilan–selama kegiatan perekonomian terhenti. Di saat ini, yang harus kita utamakan memang kesehatan, sehingga semaksimal mungkin kita bekerja dari rumah. Tetapi, enggak semua orang punya privilege untuk membawa pulang pekerjaannya. Mereka yang mendapatkan imbalan harian agaknya akan harus mengalami masa sulit.
Sekarang, baru kerasa kan betapa pentingnya memiliki dana darurat? Dana darurat akan bisa memperpanjang napas, setidaknya beberapa bulan ke depan.
So, kamu mau pakai dana darurat untuk bertahan hidup? Boleh saja mulai kamu pertimbangkan. Karena dana darurat adalah dana cadangan, maka enggak boleh sembarangan juga dipakai; harus lebih berhati-hati. Karena, ingat, untuk sementara waktu, penghasilan kamu berhenti loh! Sungguh ketidakpastian yang membuat waswas kan? Makanya, harus diperhitungkan dengan baik.
Berikut beberapa pertimbangan yang harus kamu pikirkan jika kamu mau pakai dana darurat untuk bertahan hidup
1. Berapa kebutuhannya?
Berapa sih kekurangan biaya hidup yang harus kamu tanggung selama masa pandemi virus korona ini? Sudah kamu hitungkah?
Ayo, dihitung secara realistis. Berapa pengeluaranmu untuk kebutuhan hidup? Cobalah untuk membuat catatan pengeluaran lagi, karena pola arus kas sebelumnya sudah enggak relevan lagi. Banyak pos yang berubah kan? Pun banyak kebiasaan keuangan baru yang kita lakukan. Jangan sampai nih, kamu memutuskan untuk pakai dana darurat, tetapi sebenarnya masih ada pos pengeluaran lain yang belum dihemat.
Jadi, coba hitung lagi pengeluaran kamu, dan bandingkan dengan penghasilan yang mungkin masih ada. Dari situ akan terlihat, berapa banyak kebutuhanmu.
2. Cairkan sesuai kebutuhan
Biasanya, kita menaruh dana darurat di beberapa instrumen sekaligus, mulai dari tabungan biasa, tabungan berjangka, Reksa Dana Pasar Uang, logam mulia, dan lain sebagainya. Enggak perlu semua langsung dicairkan dong ya?
Kalau kamu sudah melakukan perhitungan kekurangan biaya hidup seperti di poin 1, mestinya kamu pun sudah bisa membayangkan seberapa banyak kamu harus pakai dana darurat itu. Lalu, cek besaran dana darurat yang ada di instrumennya, mana nih yang jumlah nominalnya mendekati?
Kamu juga perlu memperhitungkan kecepatan pencairannya ya. Untuk Reksa Dana Pasar Uang, mungkin bisa butuh beberapa hari. Begitu juga dengan logam mulia–emas misalnya, kamu akan butuh waktu untuk menjualnya. Kalau tabungan biasa dan tabungan berjangka mungkin enggak perlu waktu terlalu lama.
Namun, untuk tabungan berjangka dan deposito, kamu kan harus menanggung penalti jika dicairkan sebelum jatuh tempo. Nah, ini juga harus kamu perhitungkan ya, ketika hendak pakai dana darurat.
3. Gunakan dengan bijak
Keep in mind ya, bahwa kalau kamu pakai dana darurat, ini berarti kamu sedang menggunakan dana cadangan hidup kamu. Bukan uang kaget, uang yang tiba-tiba jatuh dari langit. Bukan uang yang bisa dihambur-hamburkan begitu saja.
Jadi, pergunakanlah dengan bijak. Kalau perlu buatlah anggaran pemakaian dana darurat ini, supaya tepat sasaran.
4. Catat pemakaiannya
Begitu pakai dana darurat, buatlah juga catatannya. Berapa banyak yang kamu pakai, dan berapa yang sudah dikeluarkan.
Dengan cara ini, kamu akan bisa mengevaluasi kembali nantinya saat kondisi sudah lebih baik. Untuk apa dievaluasi kembali? Nah, ini penjelasannya ada di poin selanjutnya.
5. Buat komitmen untuk mengganti
Ya, untuk menggantinya. Dana darurat ini memang bisa menjadi penolong di masa sulit, tetapi setelah pakai dana darurat ya harus diganti. Ke depannya kan hidup kita juga masih panjang. Siapa yang akan jamin semua akan lurus-lurus saja? Bisa saja masa sulit akan datang lagi kan, meski bentuknya lain.
Jadi, memang, untuk pakai dana darurat, kamu harus bijak dan setelah itu, buatlah komitmen untuk menggantinya ketika kondisinya sudah membaik nanti.
Bagaimana caranya? Kita akan bahas di artikel terpisah, supaya enggak terlalu panjang ya.
Nah, semoga dengan sedikit tip di atas, kamu bisa bijak ketika harus pakai dana darurat untuk bertahan hidup di masa sulit ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Hal untuk Memastikan Seluruh Anggota Keluarga Tercover Asuransi Kesehatan
Selamat Hari Kesehatan Nasional! Yes, tanggal 12 November ditetapkan menjadi Hari Kesehatan Nasional, seiring keberhasilan Indonesia memberantas malaria di tahun 1964. Of course, setiap Hari Kesehatan Nasional tiba, pemerintah akan kembali mengingatkan kita untuk selalu hidup sehat. Untuk mendukung upaya pemerintah ini, QM Financial juga mengingatkanmu–dan siapa saja–supaya jangan lupa untuk punyai asuransi kesehatan.
Masih rendah betul kesadaran masyarakat kita akan arti pentingnya asuransi kesehatan. Apa buktinya? Buktinya, banyak yang menunggak iuran BPJS Kesehatan. Banyak orang mendaftar ketika mereka sakit. Setelah sembuh, lupa bayar iuran. Baru nanti saat kembali sakit, diurus lagi. Duh.
BPJS Kesehatan sebenarnya sudah cukup bagus untuk kita semua. Memang ada beberapa prosedur panjang yang harus dilalui. Namun, banyak pula keuntungannya. Misalnya, dari premi saja, BPJS Kesehatan ini terhitung murah. Apalah daya, sekarang harus dinaikkan.
However, sebagian dari kita memang menerima ‘privilege’ otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan lantaran bekerja di suatu perusahaan. Selain BPJS Kesehatan, kita juga mungkin menerima tunjangan kesehatan lainnya juga, berupa penggantian biaya pengobatan dan sebagainya.
Tapi enggak semua perusahaan mau mengcover kita, sekaligus keluarga kita kan? Hingga akhirnya, kita pun jadi menanggung uang kesehatan yang terlalu besar untuk keluarga, meski kesehatan kita sendiri ditanggung kantor. Kalau sudah begini, mau enggak mau, ya kita harus punyai asuransi kesehatan sendiri. Seenggaknya ya yang bisa menolong jika anggota keluarga yang sakit.
Beberapa hal untuk memastikan seluruh anggota keluarga kita juga tercover oleh asuransi kesehatan
1. Lakukan financial checkup
Dengan semua kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, plus masa depan yang harus terjamin, kita punya modal apa saja nih untuk bisa membeli asuransi kesehatan untuk seluruh anggota keluarga?
Hal ini bisa diketahui jika kita melakukan financial checkup. Ketahui penghasilan dan pengeluaranmu secara pasti setiap bulannya. Apakah masih ada ruang untuk membeli premi tambahan asuransi?
2. Ketahui kebutuhan
Dari financial checkup, kita kemudian bisa melakukan analisis kebutuhan anggota keluarga.
Ada beberapa kondisi yang mengharuskan kita untuk punyai asuransi kesehatan, yaitu sakit (apalagi jika harus rawat inap atau menjalani operasi), kecelakaan, atau mengalami sakit kronis dan kritis. Nah, siapa sajakah di antara keluargamu yang mempunyai faktor risiko kesehatan seperti ini?
Untuk kondisi sakit dan kecelakaan, setiap orang bisa saja berisiko–dari mulai bayi hingga dewasa, perempuan ataupun laki-laki. Namun, jika di dalam keluarga kita ada yang memiliki riwayat penyakit kritis, seperti kanker misalnya, maka akan perlu perhatian secara khusus.
3. Kenali produk asuransi
Ada beberapa jenis produk asuransi kesehatan yang biasanya ditawarkan oleh marketing asuransi. Salah satunya, mau asuransi kesehatan cashless atau reimbursement? Ini adalah jenis asuransi kesehatan berdasarkan cara klaimnya.
Asuransi kesehatan cashless memungkinkan kita untuk dirawat tanpa harus membayar fasilitas kesehatannya lebih dulu. Pembayaran akan langsung diurus oleh pihak asuransi.
Asuransi kesehatan dengan sistem reimbursement mengharuskan kita untuk menalangi dulu biaya perawatan dan pengobatan yang ada. Baru kemudian pihak asuransi akan menggantinya. Ini berarti kita harus punya dana darurat dulu dalam jumlah yang cukup besar.
Selain dari cara klaim, kita juga perlu menentukan kelas rawat inap di rumah sakit. Mau VIP, kelas 1, 2, atau 3? Pastinya harga premi akan berbeda untuk masing-masing kelas, karena tindakannya juga berbeda.
Masih banyak hal yang harus digali lebih lanjut, sebelum memutuskan hendak memakai asuransi kesehatan seperti apa untuk seluruh anggota keluarga. Kamu akan terbantu jika bergabung dengan kelas finansial online QM Financial. Follow akun Instagram QM Financial untuk tahu kapan kelas asuransi kesehatan diadakan, supaya enggak ketinggalan info.
4. Beli sesuai kemampuan
Setelah financial checkup dan kemudian mengenali produk-produk asuransi kesehatan, maka selanjutnya belilah premi yang sesuai dengan kemampuan.
Perlu untuk diketahui, bahwa premi asuransi kesehatan umumnya merupakan tagihan tahunan, sehingga kita seharusnya bisa mengalokasikan pemasukan tahunan–misalnya seperti THR atau bonus–untuk membayar preminya.
Bagaimana caranya menghitung kemampuan kita membayar premi? Nah, ini ada di kelas finansial online-nya QM Financial. Makanya, jangan sampai ketinggalan kelas asuransi berikutnya ya!
5. Jangan lupa bayar iuran
Yang terakhir, ya jangan lupa bayar iuran. Jangan sampai, pas sakit ternyata malah zonk! Sakitnya tuh jadi berlipat-lipat lo, kalau ditambah sama kenyataan tagihan rumah sakit yang sampai dua digit.
Apalagi kalau sumber pemasukan satu-satunya dari kita. Bakalan kerasa banget ketika ada yang sakit–entah itu pasangan atau anak-anak. Well, memang sih fasilitas asuransi kesehatan kantor kadang juga termasuk untuk pasangan dan anak (sampai anak kedua, biasanya). Lalu, kalau ada anak ketiga, gimana dong? Masa enggak punya asuransi kesehatan sendiri?
Ditambah lagi, kalau orang tua sudah sepuh? Masa iya, kalau sakit harus berobat sendiri? Kalau kita bisa membantu, pahalanya tentu akan lebih besar sebagai anak, bukan?
Nah, sudah semakin yakin kan, bahwa asuransi itu penting? Enggak cuma untuk diri kita sendiri, tapi juga seluruh anggota keluarga. Pastikan semuanya punya asuransi kesehatan.
5 Fakta di Balik Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan di Bulan September 2019
Minggu kemarin, dikabarkan bahwa pemerintah merencanakan untuk menaikkan iuran BPJS Kesehatan dengan jumlah yang cukup signifikan. Menteri Keuangan mengusulkan, untuk kelas mandiri III iuran naik dari Rp25.500 menjadi Rp42.000, kelas mandiri II naik dari Rp59.000 menjadi Rp110.000, dan kelas mandiri I–yang paling tinggi kenaikannya–dari Rp80.000 menjadi Rp160.000.
Angka kenaikan ini lebih tinggi daripada yang diusulkan oleh Dinas Jaminan Sosial Nasional (DSJN) sebelumnya, yang mengusulkan masing-masing naik menjadi Rp120.000 untuk kelas I, Rp80.000 untuk kelas II, dan Rp42.000 untuk kelas III.
Tak pelak, hal ini menjadi polemik lagi di masyarakat. Angka kenaikan iuran BPJS Kesehatan yang baru ini dirasa akan menambah beban masyarakat, terutama bagi mereka para pekerja kelas bawah.
Sebenarnya, ada apa di balik keputusan pemerintah untuk menaikkan iuran BPJS Kesehatan ini?
1. Defisit meningkat
Sudah pada tahu pastinya, bahwa masalah minusnya keuangan BPJS Kesehatan belum terpecahkan bahkan sejak BPJS Kesehatan resmi hadir di tengah masyarakat.
Menurut data yang dirilis oleh katadata.co.id, di tahun 2014–di awal mulai efektif melayani masyarakat–BPJS Kesehatan telah merugi sekitar Rp3,3 triliun, kemudian naik lagi di tahun 2015 menjadi Rp5,7 triliun. Kenaikan defisitnya semakin besar di tahun 2016, yakni sebesar Rp9,7 triliun. Tahun 2017, defisit BPJS Kesehatan agak terkendali meski tetap bertambah; Rp9,8 triliun, dan angka defisit ini turun di tahun 2018 menjadi Rp9,1 triliun, hingga akhirnya tahun 2019 ini pembengkakannya luar biasa karena diproyeksikan mencapai Rp32,8 triliun.
Wow! Angkanya sangat fantastis untuk defisit di tahun 2019 ini ya? Ada apa gerangan?
2. Iuran BPJS Kesehatan mandiri banyak yang tertunggak
Ternyata, salah satu penyebab defisitnya BPJS Kesehatan di tahun 2019 ini adalah tingkat kepatuhan membayar masyarakat yang terbilang rendah, terutama para peserta mandiri. Untuk peserta kelompok dari perusahaan cenderung lebih tertib, karena langsung dipotong gaji dan disetorkan secara kolektif.
Menelusuri berita dan ulasan-ulasan yang beredar, jumlah peserta BPJS Kesehatan yang menunggak iuran ini sangat banyak, yaitu sekitar 11 juta peserta. Lebih menarik lagi, konon, peserta yang menunggak ini berstatus nonaktif di data BPJS Kesehatan, namun di lapangan mereka masih bisa mengklaim penggunaan asuransi kesehatan murah milik pemerintah ini. Hmmm …
Situs Republika juga mengungkapkan beberapa alasan mengapa peserta banyak yang menunggak iuran BPJS Kesehatan, di antaranya:
- Banyak yang mempunyai penghasilan tak menentu
- Malas mengantre, baik mengantre administrasi maupun mengantre di fasilitas kesehatan
- ATM sering offline saat peserta akan bayar iuran BPJS Kesehatan
- Lupa membayar iuran BPJS Kesehatan
- Kecewa dengan layanan asuransi pemerintah ini
Nah, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga menunggak membayar iuran BPJS Kesehatan? Lebih penting lagi, apakah kita menunggak karena salah satu, beberapa, atau bahkan semua alasan di atas?
3. Harus dibarengi dengan perbaikan manajemen
Ibu Sri Mulyani sendiri sempat mengeluhkan kurang tegasnya pihak BPJS Kesehatan terutama soal manajemennya. Kurangnya peraturan konsekuensi penunggakan pembayaran iuran BPJS Kesehatan sempat disoroti sebagai salah satu penyebab lain dari defisitnya asuransi kesehatan milik pemerintah ini.
Singkatnya, sudah tahu pada menunggak, kok bukannya pada ditagih, tapi malah merengek ke pemerintah minta ditolong?
Yah, singkat-padat-dan-jelasnya sih gitu. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan, bahwa manajemen dari dalam BPJS Kesehatan sendiri tampaknya belum maksimal, sehingga Ibu Sri Mulyani pun harus segera mengambil keputusan dan tindakan yang dirasa paling efektif untuk memecahkan masalah defisit yang cukup besar di tahun ini, yaitu dengan menaikkan iuran.
Permasalahannya–dengan melihat beberapa alasan mengapa peserta BPJS Kesehatan yang menunggak iuran seperti yang diungkap dalam Republika di atas–apakah solusi menaikkan iuran BPJS Kesehatan ini menjadi solusi yang tepat?
Hmmm ….
4. Perluasan jangkauan rawat inap
Selain karena penunggakan iuran BPJS Kesehatan oleh para peserta, penyebab lain mengapa pemerintah merasa perlu untuk menaikkan iuran ini adalah keinginan pemerintah untuk memperluas jangkauan rawat inap yang bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Perluasan jangkauan ini diharapkan akan mampu menarik minat para peserta untuk tidak menunggak iuran, sekaligus melayani lebih banyak lagi warga masyarakat hingga ke pelosok.
5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi kesehatan
Lalu, bagaimana dengan kita sendiri? Pertanyaan terbesarnya adalah, apakah kita sudah benar-benar menyadari arti pentingnya proteksi diri?
Sepertinya belum. Kesadaran untuk mempunyai proteksi, terutama asuransi kesehatan, ini belum mencapai semua lapisan masyarakat. Banyak yang masih punya mindset, rugi banget membayar iuran asuransi kesehatan. Lha wong kita belum tentu sakit tiap bulan kan? Kalaupun sakit ya, paling-paling flu-flu sedikit karena perubahan cuaca yang bisa diobati dengan secangkir teh jahe hangat atau minum obat flu yang banyak beredar di pasaran dengan harga murah, atau sekadar masuk angin yang sembuh hanya dengan kerokan. Nggak perlu harus ke dokter, mengantre pula dengan prosedur rujukan berjenjang.
Kalau memang ini yang menjadi masalah, maka solusinya adalah memberikan literasi keuangan yang lebih banyak pada masyarakat, terutama mereka yang masih belum bisa dijangkau oleh pemerintah–yang belum mengerti arti pentingnya proteksi.
Pembaca web QM Financial sih pastinya sudah sadar betul akan pentingnya proteksi, makanya banyak pula yang selain punya BPJS Kesehatan juga melengkapi diri dengan asuransi kesehatan swasta, ya? Tapi di luar sana banyak lo, yang masih belum mengerti mengapa kita butuh asuransi.
Yuk, sebarkan pengetahuan literasi keuangan yang sudah kita punya, agar semakin banyak yang sadar bahwa asuransi kesehatan itu penting. Infokan juga, bahwa QM Financial punya kelas untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya asuransi kesehatan ini, yang bisa dilihat di Event QM Financial. Atau, untuk lebih praktisnya demi terupdate dengan kelas-kelas finansial online QM Financial, follow aja Instagram QM Financial.
5 Cara Perusahaan Bantu Karyawan Menjaga Kesehatan Mental
Mentah health, atau kesehatan mental, akhir-akhir ini jadi topik hangat. Terutama sih di media sosial. Banyak yang mulai sadar akan arti pentingnya kita menjaga kesehatan mental, selain menjaga kesehatan secara fisik.
Banyaknya penyakit mental yang ditemui di keseharian sepertinya juga memicu akan awareness ini. Lalu bagaimana dengan kita, para kuli korporasi?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Labour Force Survey (LFS) di Inggris, menemukan fakta bahwa ada 526.000 kasus stres kerja hingga depresi di tahun 2016-2017. Kalau dibikin prosentase, maka ada 1.610 orang di antara 100.000 pekerja mengalami stres di tempat kerja.
Oh wow!
Kalau di Indonesia, bagaimana? Well, WHO pernah merilis data sekitar bulan Mei 2019 yang lalu, bahwa sedang terjadi fenomena “burnout” di kalangan para pekerja di Indonesia dewasa ini. Bahkan lebih spesifik lagi, WHO menjelaskan kondisi ini dengan kalimat, “Telah terjadi stres kerja kronis yang belum berhasil dikelola di Indonesia.”
Seperti dilansir oleh situs beritagar.id, jajak pendapat Gallup 2018 menemukan 23% karyawan selalu merasa kelelahan bekerja, sementara 44%-nya melaporkan merasa “kadang-kadang” merasakan burnout.
Baik kondisi burnout atau kelelahan dan juga stres kerja, tentu akan berdampak tak baik pada kesehatan mental karyawan, pada akhirnya bukan? Karena itu, sebelum akhirnya menjadi “penyakit mental”, maka sudah seharusnya hal ini mulai dicegah sejak muncul kelelahan pada karyawan saat mereka bekerja.
5 Cara perusahaan bantu karyawan menjaga kesehatan mental selama jam kerja
1. Jalin komunikasi yang intens
Kesehatan mental memang dipengaruhi oleh banyak faktor. Tapi biasanya yang menjadi pemicu utama kita “sakit” secara mental adalah karena adanya stres di tempat kerja.
So, kalau mau menjaga kesehatan mental karyawan, tentunya perusahaan bisa mulai dari mencegah atau meminimalkan penyebab stres di tempat kerja. Ada beberapa pemicu sih, di antaranya adalah beban kerja, adanya konflik, hingga kurangnya komunikasi antarkaryawan.
Nah, kita bisa mulai dari masalah komunikasi, karena biasanya kondisi seseorang akan lebih mudah dikenal saat kita secara intens berkomunikasi dengannya. Berikan perhatian ekstra jika ada karyawan pengin curhat atau menceritakan kebutuhannya, biasanya sih ini tugas HR ya? Kalau perlu, buka meja konsultasi di hari-hari tertentu sesuai jadwal, agar siapa pun yang hendak sekadar ngobrol bisa leluasa mencurahkan unek-uneknya pada pihak HR.
2. Memperhatikan beban kerja karyawan
Hal paling besar yang berperan penting dalam memicu stres hingga membahayakan kesehatan mental adalah adanya beban kerja yang berlebih. Dalam hal ini, HR perlu bekerja sama dengan supervisor ataupun manajer masing-masing divisi di perusahaan, agar bisa membagi beban kerja yang sesuai untuk para karyawan.
Selain membagi beban kerja yang sesuai porsi masing-masing, HR bersama dengan supervisor dan manajer perlu juga untuk mengadakan evaluasi secara berkala, apakah sudah waktunya untuk merekrut karyawan baru lagi lantaran target dan beban kerja yang semakin bertambah kian harinya.
Memang ada faktor efisiensi yang harus selalu diperhatikan terkait sumber daya manusia ini. Artinya, jangan sampai ada energi terbuang percuma. Akan tetapi, pihak perusahaan juga harus peka dan tanggap, ketika para karyawan mulai mengalami burnout, apalagi kemudian berlanjut ke stres. Ada kemungkinan, kapasitasnya terlampaui.
Ingat, setiap orang punya batasan. Saat batasan ini dilanggar, maka akan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Kalau sampai karyawan burnout, stres, hingga kemudian depresi, nah, bisa jadi semua pihak jadi rugi, bukan?
3. Pastikan karyawan bebas masalah yang bisa memengaruhi kinerja di kantor
Jangan bawa masalah di rumah ke kantor, begitupun jangan bawa urusan kantor ke rumah.
Katanya sih begitu. Tapi dalam praktiknya, hal ini sulit betul dilakukan. Mau enggak mau, setiap sisi kehidupan akan saling memengaruhi.
Taruh saja si karyawan punya masalah keuangan pribadi yang berat. Terjerat utang, misalnya. Meski bukan untuk keperluan kantor, tapi utang pribadi bisa menjadi beban pikiran yang berat bagi karyawan hingga memengaruhi kinerjanya di kantor.
So, untuk menjaga kesehatan mental para karyawan, pastikan bahwa mereka terbebas dari segala masalah yang bisa memengaruhi kinerja di kantor. Berikan support dan dukungan sesuai kebutuhan mereka.
4. Pastikan kesehatan fisik baik
Tahu enggak, bahwa kondisi kesehatan mental itu juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan fisik kita? Ingat akan pepatah, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat kan? Pepatah ini bukan sekadar kata bijak saja lo, tapi ada benarnya banget.
Saat tubuh kita sehat dan fit, maka pikiran pun akan terang, hati juga senang. Bye, stres!
Jika sekarang kantor belum punya jadwal tetap untuk medical check up bareng, maka ada baiknya mulai direncanakan. Ketahui kondisi kesehatan karyawan secara fisik secara pasti, untuk kemudian bisa mengelola kesehatan mental mereka.
5. Segera minta bantuan jika terlihat gejalanya
Jika terjadi gejala-gejala karyawan mengalami burnout, stres, depresi, hingga terlihat membahayakan kondisi kesehatan mental, segeralah mencari bantuan pada mereka yang ahli dan profesional. Jangan biarkan terlambat dan berlarut-larut.
Dengan kondisi kesehatan mental yang baik, pastinya diharapkan karyawan akan lebih baik pula kinerjanya, lebih kreatif melahirkan ide-ide baru yang berguna untuk mengembangkan bisnis perusahaan, lebih lincah memecahkan masalah yang muncul, dan bisa menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, antara satu dengan yang lainnya.
Suasana dan Etos Kerja Optimal, Ternyata 3 Hal Ini yang Menjadi Rahasia Google
Perusahaan berbasis teknologi terbesar saat ini? Sudah pasti semua orang akan menjawab, Google! Raksasa teknologi ini bisa dibilang “penguasa dunia”. Banyak orang mendapatkan manfaat dari Google, pun banyak pula yang pengin bekerja di Google. Tambahan lagi, konon, suasana dan etos kerja di Google adalah yang terbaik saat ini.
Kita nggak bisa memungkiri. Misalnya saja dari sisi jaminan kesehatan dan kesejahteraan karyawan, Google sangat memperhatikannya. Google menilai, bahwa etos kerja dan performa karyawan berkaitan erat dengan kesejahteraan, kesehatan, dan juga kompetensi karyawan.
Karena itu, Google selalu menganggap karyawan sebagai aset utama perusahaan dan menjadikannya sebagai prioritas.
Mau tahu lebih jauh? Mari kita lihat beberapa hal yang dilakukan oleh Google untuk membangun suasana dan etos kerja optimal bagi karyawannya.
3 Rahasia Terbesar Google Membangun Suasana dan Etos Kerja yang Optimal
1. No micromanaging
Apa sih artinya micromanaging ini?
Menurut kamus, micromanage berarti “control every part, however small, of (an enterprise or activity)“. Sedangkan menurut Wikipedia:
In business management, micromanagement is a management style whereby a manager closely observes and/or controls the work of his/her subordinates or employees. Micromanagement is generally considered to have a negative connotation, mainly due to the fact that it shows a lack of freedom in the workplace.
Micromanaging berarti gaya manajemen dengan kontrol ketat terhadap apa pun yang dilakukan oleh karyawan hingga kemudian tak bisa memberikan kesempatan pada karyawan untuk berinovasi dan berimprovisasi. Micromanaging dipercaya bisa merusak etos kerja dan mematikan kreativitas, lantaran karyawan tidak diberikan wewenang untuk menyelesaikan masalah yang timbul.
Di awal berdirinya, sekitar tahun 2002, Google tak punya struktur organisasi. Tak ada posisi manajer maupun bawahan. Namun seiring waktu Larry Page, sang founder, merasakan betapa repotnya jika ia menjadi satu-satunya pengambil keputusan di perusahaan rintisan tersebut. Lantas ia merekrut beberapa orang untuk menjadi leader, yang bertugas mengoordinasi dan memfasilitasi aspirasi staf Google.
Cerita ini lebih lengkap bisa dibaca di situs Harvard Business Review. Di sana ada cerita perkembangan manajemen Google, dari mulai beberapa orang hingga sekarang memperkerjakan 37.000 orang.
Google percaya, dengan kebebasan berpikir dan berinovasi–tanpa ada praktik micromanaging–sikap saling menghargai antarkaryawan justru akan terbentuk, skill problem solving karyawan meningkat, etos kerja membaik, pun bisa menghasilkan ide-ide brilian yang siap dieksekusi bersama.
2. Be a good communicator
Dalam sebuah tim, komunikasi menjadi salah satu core kerja sama. Tanpa komunikasi yang baik, mustahil kerja sama yang baik juga bisa dicapai. Tanpa kerja sama yang baik, mustahil pula target bisnis perusahaan bisa diwujudkan.
Karyawan, para manajer, stakeholder, dan semua unsur yang terlibat dalam perputaran bisnis memang harus bisa bersinergi dengan baik, jika ingin perusahaan bisa maju dan berkembang.
Semua etos kerja berawal dari komunikasi.
Google menyadari penuh akan hal ini. Tahun 2011, Google merekrut Sebastien Marotte, dari Oracle, untuk meningkatkan sales. Begitu datang Marotte langsung tancap gas untuk memenuhi target sales yang diberikan padanya. Tapi, usahanya gagal. Marotte lantas ambil langkah mundur sejenak. Ia melakukan introspeksi, dan menyimpulkan bahwa ada yang salah dengan caranya berkomunikasi. Ia memperbaiki kesalahannya tersebut, dan di tahun berikutnya target sales Google bisa dicapai, bahkan lebih!
Cerita ini juga ada di artikel di situs Harvard Business Review yang sudah ditautkan di atas. Komunikasi, hal kecil yang kadang disepelekan, namun bisa berdampak besar pada etos kerja.
3. Kesejahteraan dan kompetensi karyawan adalah yang utama
Sudah bukan rahasia pula, bahwa Google sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya sebagai aset utama perusahaan. Salah satunya, Google menyewa tim medis khusus–lengkap dengan dokternya–untuk berkantor di dalam headquarter, demi melayani keluhan-keluhan kesehatan para karyawan.
Selain itu, Google juga menyediakan berbagai fasilitas kebugaran di dalam kantor. Mulai dari gym hingga area permainan, yang bebas digunakan oleh para karyawannya kapan pun mereka merasa jenuh dengan pekerjaan.
Selain dari sisi kesehatan, Google juga rutin mengevaluasi dan meningkatkan kompetensi karyawan.
Sekitar tahun 2011, Google meluncurkan program pengembangan SDM yang dinamai Project Oygen, untuk membantu meningkatkan etos kerja karyawan. Program ini lantas berkembang menjadi sebuah program komprehensif yang mengukur perilaku manajemen utama dan mengolahnya melalui proses komunikasi yang lebih intens dan pelatihan secara menyeluruh.
Di dalam Project Oxygen, ada program yang namanya Start Right–sebuah program workshop selama 2 jam khusus untuk para manajer baru. Juga ada Manager Flagship–yang terdiri atas beberapa paket workshop untuk meningkatkan etos kerja para manajer dalam topik-topik yang lebih spesifik. Sampai dengan saat ini, ada puluhan program pelatihan dipunyai oleh Google yang dilakukan secara rutin oleh tim instruktur khusus.
Kalau mau mengikuti cerita perkembangan bisnis Google, memang tak akan habis dalam sehari. Begitu panjang dan menarik. Banyak sekali hal yang bisa diadopsi dan diterapkan juga untuk mengembangkan perusahaan kita.
Anda tertarik untuk memberikan edukasi literasi keuangan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan etos kerja karyawan di perusahaan Anda seperti halnya Google? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
Kanker Payudara, Momok Bagi Perempuan Sedunia, Bagaimana Menghadapinya?
“Wah Jupe berani banget, botakin rambutnya!” Itu komentar saya pertama kali, saat melihat berita tentang Jupe beberapa waktu lalu. Padahal, profesinya sebagai artis menuntut kesempurnaan penampilan, lho! Dengan berani, ia membabat habis rambutnya untuk men-support para penderita kanker.