5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
Menjadi contoh well literate secara finansial bukan hanya tentang memiliki banyak uang, tetapi lebih kepada bagaimana mengelola, memperbanyak, dan menjaga kestabilan keuangan dengan cerdas. Keahlian ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan pengeluaran sehari-hari hingga perencanaan investasi jangka panjang.
Memahami ciri-ciri dasar dari pengelolaan keuangan yang baik dapat memberikan manfaat enggak hanya untuk stabilitas ekonomi pribadi. Lebih dari itu, juga sebagai inspirasi bagi orang lain dalam membangun kebiasaan finansial yang sehat.
Nah, artikel ini akan menjelajahi lima karakteristik utama yang dimiliki oleh orang-orang yang dapat dijadikan panutan dalam literasi finansial. Siapa tahu bisa menginspirasimu untuk bisa ikut well literate.
Table of Contents
Ciri-Ciri dan Contoh Well Literate secara Finansial
1. Punya Pengelolaan Keuangan yang Baik
Salah satu ciri orang yang well literate secara finansial adalah memiliki pengelolaan keuangan yang baik. Mereka mampu membuat anggaran yang realistis berdasarkan pendapatan dan pengeluaran mereka.
Contoh well literate di sini misalnya mampu membagi penghasilan ke dalam beberapa pos penting sesuai prioritasnya. Mulai dari biaya hidup sehari-hari, cicilan, biaya pendidikan, hiburan, dan lainnya.
Orang-orang yang punya literasi keuangan yang bagus juga secara rutin meninjau dan menyesuaikan anggaran tersebut untuk memastikan tetap relevan dengan situasi keuangan mereka. Tak hanya piawai membuat anggaran, mereka juga punya kendali atas pengeluaran. Mereka senantiasa melacak ke mana uang mereka pergi.
Mereka juga mengalokasikan sebagian dari pendapatan mereka ke dalam tabungan dan investasi secara konsisten, tidak hanya menyisihkan sisa uang setelah pengeluaran. Mereka juga menerapkan strategi seperti ‘pay yourself first’ untuk memastikan tabungan selalu menjadi prioritas.
Baca juga: Literasi Finansial: Pengertian, Aspek, dan 3 Cara untuk Meningkatkannya
2. Siap akan Segala Kondisi
Contoh well literate secara finansial yang lain adalah orang tersebut siap menghadapi segala kondisi. Tandanya mereka umumnya punya dana darurat yang dapat menutupi biaya hidup setidaknya selama 3-6 bulan.
Kalau ada situasi tidak terduga seperti kehilangan pekerjaan, masalah kesehatan, atau perbaikan rumah mendadak, mereka bisa mengatasi kesulitannya tanpa harus mengganggu kestabilan finansial jangka panjang.
Enggak heran kan, kalau mereka yang punya literasi keuangan yang baik ini cenderung enggak stres dengan uang. Mereka umumnya menikmati kehidupan yang lebih stabil.
3. Mampu Mengambil Keputusan Keuangan secara Bijak
Contoh well literate secara finansial yang lain adalah mampu mengambil keputusan keuangan yang bijak. Orang-orang dengan literasi keuangan yang baik akan mengambil keputusan berdasarkan data dan analisis yang solid, bukan hanya berdasarkan perasaan atau tekanan dari luar.
Mereka akan meluangkan waktu untuk riset dan memahami berbagai pilihan yang tersedia sebelum membuat keputusan. Misalnya, dalam memilih asuransi, mereka akan membandingkan polis dari beberapa perusahaan untuk menemukan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan keuangan mereka.
Sama halnya saat investasi, mereka enggak hanya tergiur dengan iming-iming keuntungan tinggi, tetapi juga mempertimbangkan risiko, jangka waktu, dan bagaimana investasi itu akan memengaruhi tujuan finansial jangka panjang mereka.
Intinya, mereka akan cari tahu beragam produk keuangan dulu, baru kemudian memilih yang paling sesuai untuk mereka.
4. Waspada terhadap Penipuan
Orang yang bisa menjadi contoh well literate dalam hal keuangan biasanya sangat waspada terhadap potensi risiko penipuan dalam aktivitas keuangan sehari-hari. Mereka umumnya berhati-hati dengan tawaran atau skema yang tampak terlalu baik untuk menjadi kenyataan atau yang tidak realistis.
Umumnya, mereka enggak mudah percaya begitu saja dengan informasi yang diterima dan selalu melakukan verifikasi terhadap sumber dan keabsahan informasi tersebut. Misalnya saja mereka ditawari produk keuangan yang baru, mereka akan segera melakukan pengecekan latar belakang perusahaan atau orang yang menawarkan produk tersebut.
Mereka juga akan terus menerus mengupdate wawasan. So, segala macam modus penipuan mereka juga tahu, pun cara-cara untuk menghindarinya. Mereka juga mengaktifkan fitur keamanan pada rekening bank dan akun online, seperti notifikasi transaksi, autentikasi dua faktor, dan pengaturan privasi yang ketat. Mereka juga akan melindungi data pribadi dengan baik.
5. Sadar akan Hak dan Kewajiban Finansial
Kesadaran hak dan kewajiban finansial adalah pemahaman yang menyeluruh mengenai apa yang boleh dan harus dilakukan dalam berbagai situasi keuangan. Contoh well literate dalam konteks ini adalah orang-orang yang secara teliti membaca serta memahami berbagai jenis kontrak. Kontrak apa pun deh, mulai dari kontrak kerja, kontrak bisnis, perjanjian pinjaman, dan sebagainya.
Mereka setuju jika memang sudah benar-benar paham, dan mereka paham betul apa yang ditandatangani.
Umumnya mereka juga sadar akan hak mereka sebagai konsumen, seperti hak untuk mengajukan keluhan jika produk atau layanan keuangan enggak memenuhi standar yang disepakati. Mereka juga akan bertanggung jawab atas kewajiban finansial mereka. Misalnya seperti membayar cicilan pinjaman tepat waktu dan mengelola kartu kredit dengan bijak untuk menghindari utang yang berlebihan. Mereka juga taat pajak, karena tahu tujuan pajak itu untuk apa.
Baca juga: 3 Level Literasi Keuangan yang Harus Kamu Tahu
Memahami ciri-ciri orang yang bisa jadi contoh well literate secara finansial bisa bikin kita lebih pintar mengatur keuangan. Semoga semua bisa terinspirasi dari sikap-sikap tersebut untuk mengelola keuangan dengan lebih baik. Karena, hal ini enggak cuma bagus untuk keuangan pribadi, tetapi juga bisa jadi contoh yang baik buat orang lain.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Pelajaran Keuangan dari Inside Out 2: Membangun Kesehatan Finansial yang Lebih Baik
Sudah nonton film Inside Out 2? Dari perspektif keuangan pribadi, Inside Out 2 memberikan wawasan yang penting tentang transisi dari masa kanak-kanak ke fase yang lebih dewasa. Fase ini adalah fase ketika banyak dari kita mulai menghadapi tanggung jawab keuangan yang riil untuk pertama kalinya.
Film ini memang enggak secara eksplisit membahas keuangan. Namun dari film ini kita jadi tahu, bahwa banyak emosi yang terlibat dalam kehidupan kita yang ternyata memiliki implikasi finansial yang signifikan. Bahwa juga, banyak hal terjadi (atau terkatakan) dalam hati, pikiran, otak kita yang berpengaruh pada hal yang kita lakukan atau putuskan—termasuk keuangan.
Misalnya rasa panik. Pasti banyak dari kamu yang pernah—atau bahkan sering—merasa panik karena uang. Pasti juga banyak di antara kamu yang sering merasa happy karena uang, takut karena uang, cemas, malu, sedih, jijik, iri, hingga bosan karena uang.
Jadi, harus diakui, bahwa film Inside Out 2, meski tak secara khusus membahas keuangan, ternyata juga relate dengan masalah yang banyak kita hadapi.
Mari kita coba lihat satu per satu.
Table of Contents
Emosi yang Muncul dalam Inside Out 2 yang Membuat Kita Lebih Bijak dalam Keuangan
Kalau mencermati plot Inside Out 2, kita akan menemukan banyak “mantra” dan emosi yang muncul, bermain-main di hidup Riley. Di salah satu adegan, Riley tampak mengalami panic attack sehingga dia harus keluar sejenak dari arena hockey untuk duduk di kotak penalti untuk bisa meredam emosinya.
Sadar atau tidak, semua emosi yang muncul dalam diri Riley tersebut juga sering muncul di benak kita. Ada yang bagus, ada yang kurang bagus, berlawanan, kontradiktif, bikin bingung, sampai perasaan yang campur aduk.
1. “I am not enough.”
Siapa yang suka bilang begini ke diri sendiri? Dalam konteks keuangan, perasaan tidak cukup ini bisa berakar dari banyak hal. Misalnya, merasa penghasilan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan, padahal gaya hidup yang memang melebihi kemampuan finansial.
Atau banyak juga di antara kita yang merasakan tekanan sosial untuk bisa tampil “sepadan” dengan lingkungan, padahal sebenarnya itu bukan diri kita. Seperti kata Riley juga dalam Inside Out 2, “I need to fit in, but I want to be myself.”
Kalau situasi-situasi ini sering dihadapi, maka tak heran kalimat, “I am not enough.” jadi sering muncul.
Padahal, “cukup” itu sendiri adalah konsep yang relatif dan bisa berbeda-beda definisinya pada setiap orang. Mempelajari untuk merasa “cukup” akan membutuhkan refleksi yang mendalam tentang apa yang benar-benar penting bagi kita. Karena itu, belajar mengelola keuangan yang realistis dan berkelanjutan menjadi penting.
2. “I am a good friend.”
Kalimat ini mungkin akan muncul di benak kita, ketika kita melakukan sesuatu untuk teman. Ketika teman berkesusahan, kita bisa membantunya, baik secara finansial ataupun nonfinansial. Saat teman berulang tahun, kita belikan kado dan kita berikan padanya. Kita juga buat pesta kejutan untuknya.
Hal-hal seperti ini bisa membuat kalimat, “I am good friend.” muncul dan memenuhi hati kita dengan kegembiraan.
Namun, jangan salah. Kalimat itu juga bisa jadi bumerang, ketika ada teman minta pinjam seratus dan ketika ditagih, malah galakan dia daripada kita. So, boundaries tetap harus ada di sini.
Baca juga: Pinjam Dulu Seratus! – Cara Benar Menolak Teman Meminjam Uang
3. “I get scared.”
Kalimat ini pasti sangat sering muncul di benak kita. Kalau dalam konteks keuangan, misalnya pikiran ini muncul di awal kita ingin memulai investasi. Takut rugi, katanya.
Sebenarnya, rasa takut ini enggak buruk loh. Bahkan, seperti kata Anxiety di film Inside Out 2, bahwa Fear ada untuk melindungi Riley dari bahaya. Rasa takut yang muncul di awal mulai investasi membuat kita aware dan mau belajar cara kerja beragam instrumen investasi dengan baik, sehingga keputusan keuangan yang dibuat nantinya juga akan lebih tepat dan bijak.
So, jangan takut untuk merasa takut. Karena takut itu juga perlu, tetapi tetap harus dikelola dengan baik. Jangan sampai, rasa takut menghambat kita untuk bisa maju.
4. “I make mistake.”
Ya, siapa sih yang enggak pernah berbuat kesalahan? Setiap orang pasti pernah kan? Begitu juga dalam hal keuangan. Salah pilih instrumen investasi; cuma ikut-ikutan kata orang, ternyata malah buntung. Salah memutuskan ambil pinjaman uang, padahal cash flow sendiri saja belum sehat.
Namun, kesalahan ada, agar kita belajar. Walaupun sebenarnya, “cost”-nya akan lebih ringan jika kita tidak perlu melakukan kesalahan sendiri. Kita bisa belajar dari kesalahan orang lain. Namun, ya kembali lagi: setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Selanjutnya, seberapa banyak kita bisa belajar dari kesalahan tersebut.
5. “I’m selfish.”
Kalimat “I’m selfish” bisa jadi muncul ketika kita baru saja membuat keputusan yang “seakan-akan” hanya menguntungkan diri kita, walaupun tidak sepenuhnya dan selalu begitu.
Contohnya, ketika kita menolak permintaan pinjaman uang dari teman. Pasti kita akan merasa “selfish”—dan si teman bisa jadi juga menuduh kita begitu. Namun, sebenarnya hal ini sangat perlu dilakukan, mengingat permasalahan utang bisa membuat hubungan pertemanan jadi rumit dan ruwet.
Namun, ada kalanya juga, keinginan untuk menghemat uang atau keengganan untuk berbagi bisa menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan untuk berinvestasi dalam pengalaman atau hubungan yang bernilai melebihi uang. Misalnya, dalam hubungan keluarga. Karena kita tak mau berbagi beban, akhirnya membuat anggota keluarga lain jadi sandwich generation yang berat.
Baca juga: Yang Bergaji 40 Juta Pun Terasa Berat, Ini Contoh Perencanaan Keuangan Sandwich Generation
Dalam memahami pelajaran keuangan dari Inside Out 2, terlihat jelas bahwa emosi memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan finansial.
Film Inside Out 2 mengajarkan pentingnya mengelola emosi untuk memperkuat keputusan keuangan. Menyadari bagaimana perasaan dapat memengaruhi pengeluaran dan tabungan adalah langkah awal menuju kesehatan finansial yang lebih baik.
Dengan mengeksplorasi hubungan antara emosi dan keuangan, orang dapat belajar mengontrol diri, mengatur prioritas, dan pada akhirnya, mencapai stabilitas finansial yang lebih kokoh. Dengan demikian, mengambil pelajaran dari film ini juga dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun dasar keuangan yang kuat untuk masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Financial Mindfulness untuk Meraih Kesejahteraan Finansial di 2024
Pengin ngerasain kesejahteraan finansial di tahun 2024 nanti? Ada satu konsep menarik yang barangkali bisa kamu coba. Financial mindfulness.
Apa itu financial mindfulness? Gampangnya, biar kamu enggak terjebak dalam kebiasaan “nyari duitnya setengah mati, ngabisinnya setengah sadar.”
Nah, ini memang kebiasaan banyak dari kita sih. So, supaya tahun 2024 lebih oke kondisinya dan kita mampu meraih kesejahteraan finansial, coba yuk, belajar financial mindfulness ini.
Table of Contents
Konsep Dasar Mindfulness dalam Keuangan dan Manfaatnya
Mindfulness adalah praktik memfokuskan perhatian kita sepenuhnya pada momen saat ini, dengan sikap terbuka, penerimaan, dan tanpa penilaian. Bukan hanya tentang kesadaran akan pikiran kita, tetapi mindfulness juga tentang cara kita merasakan dan mengalami dunia di sekitar kita.
Prinsip utama dari mindfulness adalah tentang “berada di sini dan sekarang”, yang berarti mengalihkan perhatian kita dari kekhawatiran masa lalu atau ketakutan akan masa depan, dan fokus pada apa yang terjadi pada saat ini. Nah, prinsip ini juga bisa banget diterapkan demi mencapai kesejahteraan finansial.
Mindfulness dapat memainkan peran penting dalam membantu seseorang mencapai tujuan keuangan jangka panjang dan kesejahteraan finansial melalui beberapa cara. Di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan Kesadaran Keuangan
Praktik mindfulness meningkatkan kesadaran kita tentang kebiasaan dan pola pengeluaran kita.
Dengan menjadi lebih sadar terhadap keputusan keuangan kita, kita dapat mengidentifikasi dan mengubah perilaku yang tidak efisien atau merugikan. Contohnya seperti hobi belanja impulsif atau suka “lupa” sama anggaran.
2. Mengurangi Keputusan Keuangan Emosional
Mindfulness dapat membantu kita mengenali dan mengelola emosi yang dapat memengaruhi keputusan keuangan kita, seperti ketakutan, keserakahan, atau kecemasan.
Dengan mengelola emosi ini, kita dapat membuat keputusan yang lebih objektif dan rasional, yang sangat penting dalam pengambilan keputusan keuangan jangka panjang.
3. Fokus pada Tujuan Jangka Panjang
Melalui praktik mindfulness, kita dapat mempertahankan fokus pada tujuan keuangan jangka panjang kita, termasuk untuk mencapai kesejahteraan finansial. Enggak terganggu oleh gratifikasi instan atau tren pasar jangka pendek.
Hal ini akan membantu dalam merencanakan dan mempertahankan strategi keuangan yang konsisten dan berkelanjutan.
4. Lebih Tahan Stres
Mindfulness efektif dalam mengurangi stres dan kecemasan, yang sering kali muncul saat menghadapi ketidakpastian atau kondisi yang tiba-tiba berubah.
Dengan menurunkan tingkat stres, kita dapat menghindari kepanikan, dan tetap berpegang pada rencana keuangan kita meskipun kondisinya lagi challenging banget.
5. Meningkatkan Disiplin dan Kontrol Diri
Praktik mindfulness melatih kita untuk lebih disiplin dan memiliki kontrol diri yang lebih baik.
Hal ini sangat penting agar kita nantinya bisa mengikuti anggaran yang sudah dibuat, bisa membuat rencana keuangan yang baik, bisa menabung secara konsisten, dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Semua hal ini vital dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
6. Pengambilan Keputusan yang Lebih Bijak
Dengan pikiran yang lebih tenang dan terfokus, kita dapat melakukan riset, analisis, dan pertimbangan yang lebih mendalam sebelum membuat keputusan keuangan. Dengan demikian kita bisa membuat keputusan yang bijak.
Secara keseluruhan, mindfulness bukan hanya tentang mengurangi stres atau meningkatkan kesejahteraan finansial dan mental. Namun juga tentang mengembangkan pendekatan yang lebih sadar, terkontrol, dan strategis terhadap pengelolaan keuangan, yang sangat penting untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Teknik Menerapkan Mindfulness di Tahun 2024 untuk Raih Kesejahteraan Finansial
Teknik-teknik mindfulness yang dapat diterapkan dalam mencapai kesejahteraan finansial, terutama di tahun 2024, mencakup beberapa praktik kunci yang membantu meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan finansial.
Apa saja? Coba yuk, kita lihat. Siapa tahu bisa menjadi salah satu resolusimu untuk tahun 2024 nanti.
1. Meditasi Keuangan
Luangkan waktu setiap hari untuk meditasi yang berfokus pada keuangan.
Kamu bisa membuat waktu untuk merenungkan tujuan keuangan kamu, mengakui kekhawatiran atau stres tentang uang, dan secara sadar melepaskan pikiran-pikiran negatif yang terkait dengan keuangan.
2. Jurnal Keuangan Mindfulness
Buat jurnal khusus untuk mencatat pengeluaran, pendapatan, dan pemikiran kamu terkait uang.
Gunakan waktu ini untuk secara sadar mempertimbangkan setiap insight, refleksikan mengapa kamu membuat keputusan tertentu, dan bagaimana hal tersebut memengaruhi dengan tujuan keuangan kamu ke depannya.
3. “Napas” Dulu sebelum Belanja
Sebelum melakukan belanja, ambil beberapa “napas” dulu.
Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah belanja atau pembelian tersebut benar-benar diperlukan dan apakah sesuai dengan tujuan keuangan jangka panjang. Dengan begini, kamu bisa menghindari pembelian impulsif.
4. Mindful Budgeting
Saat menyusun anggaran, lakukan dengan kesadaran penuh.
Pertimbangkan setiap item anggaran dengan cermat, memahami pentingnya setiap pengeluaran, dan bagaimana setiap item berkontribusi pada kesejahteraan finansial dan tujuan kamu ke depannya.
5. Latihan Bersyukur
Setiap hari, luangkan waktu untuk menghargai apa yang kamu miliki, baik secara finansial maupun dalam aspek lain kehidupan ini.
Langkah ini akan membantumu mengembangkan sikap syukur yang mengurangi keinginan untuk pengeluaran tidak perlu dan meningkatkan kepuasan dengan apa yang sudah kamu miliki.
6. Pemetaan Tujuan Keuangan Mindfulness
Buat visualisasi atau peta tujuan finansial kamu, mengintegrasikan praktik mindfulness untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan tersebut selaras dengan nilai-nilai pribadi dan kebutuhan jangka panjang.
7. Refleksi Berkala dan Saat dalam Kesulitan
Di saat menghadapi kesulitan, praktikkan mindfulness untuk menjaga ketenangan. Evaluasi situasi dengan objektif dan tanpa panik, mengambil keputusan berdasarkan analisis, bukan emosi.
Lakukan refleksi berkala tentang status keuangan kamu. Pertimbangkan apa yang sudah oke, apa yang perlu diperbaiki, dan refleksikan bagaimana perasaan kamu tentang kemajuan keuangan.
Menerapkan teknik-teknik ini di tahun 2024 tidak hanya akan membantu dalam membuat keputusan keuangan yang lebih bijaksana, tetapi juga memastikan bahwa keuangan kamu akan selaras dengan kesehatan mental dan kesejahteraan finansial secara keseluruhan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Memahami Psikologi di Balik Proses Perencanaan Keuangan
Proses perencanaan keuangan adalah salah satu langkah kunci dalam mencapai stabilitas keuangan dan keberlanjutan keuangan jangka panjang. Namun, sering kali terlupakan, bahwa di balik perhitungan angka dan strategi investasi, terdapat faktor yang tak kalah penting dalam menentukan kesuksesan perencanaan keuangan: psikologi.
Yeps, psikologi memainkan peran yang sangat signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan seseorang. Hal ini mencakup pemahaman tentang bagaimana emosi, persepsi, dan bias psikologis dapat memengaruhi cara kita mengelola uang, mengambil risiko, dan merencanakan masa depan finansial kita.
So, kali ini kita akan membahas berbagai aspek psikologi di balik proses perencanaan keuangan, memberikan wawasan tentang bagaimana pemahaman yang lebih baik tentang psikologi dapat membantu kita membuat keputusan keuangan yang lebih bijaksana dan sukses.
Faktor-Faktor Psikologis yang Memengaruhi Proses Perencanaan Keuangan
1. Bias keuangan
Bias keuangan adalah kesalahan atau penyimpangan yang bisa terjadi dalam proses perencanaan keuangan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan emosional. Hal ini kemudian bisa mengarah pada pengambilan keputusan yang kurang tepat dalam hal keuangan.
Bias keuangan merupakan salah satu aspek penting dalam memahami psikologi di balik proses perencanaan keuangan. Misalnya saja bias konfirmasi, yang membuat orang cenderung mencari dan mengingat informasi yang mengonfirmasi keyakinan atau pandangan mereka, sementara mengabaikan atau mengesampingkan informasi yang tidak sejalan dengan pandangan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam penilaian risiko dan manfaat investasi.
Masih ada beberapa jenis bias keuangan lain yang bisa terjadi. Seperti bias karena efek overconfidence, loss aversion, bias karena efek Dunning-Kruger—yang membuat orang merasa lebih kompeten daripada yang sebenarnya, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, bias keuangan ini merupakan fenomena alami. Namun, jika tidak disadari dan dikelola, akhirnya ya akan memengaruhi keputusan yang harus dibuat. Nah, ini kalau ternyata sampai salah, akibatnya bisa saja fatal.
2. Toleransi risiko
Toleransi risiko adalah tingkat kenyamanan seseorang terhadap risiko finansial yang mereka ambil dalam investasi atau perencanaan keuangan. Toleransi risiko adalah faktor psikologis yang memengaruhi proses perencanaan keuangan karena dapat memengaruhi jenis investasi yang mereka pilih, alokasi aset, dan sejauh mana mereka bersedia mengambil risiko dalam upaya mencapai tujuan keuangan mereka.
3. Pengambilan keputusan emosional
Pengambilan keputusan emosional adalah proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh emosi, perasaan, atau reaksi impulsif, daripada berdasarkan pertimbangan rasional atau analisis yang objektif.
Contohnya adalah Ketika seseorang merasa senang atau tergoda oleh penawaran atau iklan tertentu, mereka bisa saja impulsif sehingga memutuskan membeli tanpa pertimbangan matang. Ini bisa termasuk membeli barang-barang yang sebenarnya enggak diperlukan, bahkan lebih jauh bisa berutang yang tidak perlu.
Atau juga FOMO, yaitu ketika seseorang melihat orang lain menghasilkan uang dengan cepat dari investasi tertentu, mereka kemudian merasa cemas bahwa mereka sudah melewatkan peluang dan akhirnya membuat keputusan keuangan yang ceroboh.
4. Pengaruh lingkungan sosial
Pengaruh lingkungan sosial adalah faktor psikologis yang kuat yang dapat memengaruhi perilaku keuangan seseorang. Lingkungan sosial mencakup hubungan, keluarga, teman-teman, komunitas, dan budaya di sekitar kita. Pengaruh ini dapat memiliki dampak signifikan pada keputusan keuangan juga.
Strategi untuk Mengatasi Hambatan Psikologis dalam Proses Perencanaan Keuangan
Mengatasi faktor psikologis yang dapat menghambat proses perencanaan keuangan adalah kunci untuk membuat keputusan keuangan yang lebih baik.
Berikut beberapa strategi yang dapat membantu seseorang mengatasi hambatan psikologis dalam proses perencanaan keuangan tersebut.
Ikut Kelas Keuangan
Yang pertama, kamu perlu untuk meningkatkan pemahaman tentang keuangan yang lebih dalam. Semakin kamu memahami konsep-konsep keuangan dan investasi, semakin mungkin kamu membuat keputusan yang rasional.
Ikut berbagai kelas keuangan yang ada di QM Financial deh. Ada banyak kelas dengan topik beragam dan disusun secara berjenjang, mulai dari yang paling basic sampai yang advanced. Kamu bisa memilih yang sesuai dengan kebutuhanmu. Di kelas-kelas tersebut, kamu bisa mendapatkan banyak insight langsung dari para trainer QM yang sudah berpengalaman. Pada akhirnya, kamu bisa membuat berbagai keputusan keuangan berdasarkan pada apa yang menjadi kebutuhan, tak lagi dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis.
Identifikasi Bias Pribadi
Kenali bias keuangan yang mungkin memengaruhi keputusanmu dalam proses perencanaan keuangan. Apakah kamu memiliki bias ke arah konfirmasi? Apakah kamu cenderung overconfident? Dengan mengenali bias-bias ini, kamu dapat lebih waspada terhadap hal-hal yang memunculkan bias tersebut.
Buat Rencana Keuangan
Membuat rencana keuangan yang jelas dan terstruktur adalah cara yang baik untuk mengatasi pengambilan keputusan emosional. Rencana ini harus mencakup tujuan keuangan, alokasi aset, dan strategi investasi yang sesuai dengan profil risikomu.
Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi adalah salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko investasi dan risiko keuangan yang lain. Dengan menyebar investasimu di berbagai aset dan kelas aset, kamu dapat mengurangi dampak potensial dari keputusan buruk di satu aset tertentu.
Buat dan Patuhi Rencana Investasi Jangka Panjang
Jangan terpengaruh oleh fluktuasi pasar harian atau berita keuangan yang berlebihan. Buat rencana investasi jangka panjang yang mempertimbangkan tujuan keuanganmu, dan patuhi rencana tersebut meskipun terjadi volatilitas pasar.
Pertimbangkan Emosi
Sebelum mengambil keputusan keuangan penting, pertimbangkan emosimu. Apakah kamu merasa takut, serakah, atau terlalu percaya diri? Kesadaran akan emosi ini dapat membantumu mengambil keputusan yang lebih baik.
Review Rencana Secara Teratur
Rencana keuangan enggak harus statis. Bahkan rencana keuangan itu wajar banget kalau berubah seiring waktu. Yah, namanya hidup kan? Kita semua pasti melalui banyak fase, yang bisa mengubah banyak hal dalam hidup.
Selama perjalanan hidup ini, tujuan dan situasi finansial kita dapat berubah. So, enggak ada salahnya sama sekali kalau kita juga melakukan berbagai proses perencanaan keuangan, sehingga memunculkan rencana baru yang lebih sesuai dengan kondisi. Jadi, enggak perlu takut untuk mengubah rencana. Ofkors, dengan melakukan review dan berbagai pertimbangan lebih dulu.
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian finansial, memahami psikologi di balik proses perencanaan keuangan adalah kunci untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan keuangan kita.
Melalui kesadaran akan bias keuangan, pengambilan keputusan emosional, dan pengaruh lingkungan sosial, kita dapat belajar untuk mengatasi hambatan psikologis yang dapat menghambat perencanaan keuangan ini. Dengan demikian, kita dapat lebih baik mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan finansial, dan kemudian bisa mengambil langkah-langkah yang lebih bijaksana.
Terlebih lagi, penggunaan strategi ini akan membantu kita dalam mengelola keuangan kita dengan lebih seimbang, menghindari jebakan-jebakan psikologis, dan meraih masa depan finansial yang lebih cerah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Money Scripts: Pola Pikir Tersembunyi yang Memengaruhi Pengelolaan Keuangan
Keuangan, meskipun sering dianggap sebagai alat praktis dalam kehidupan sehari-hari, memiliki makna yang lebih dalam bagi setiap orang. Dalam psikologi keuangan, istilah “money scripts” menggambarkan keyakinan bawah sadar yang kita miliki tentang uang, yang sangat memengaruhi perilaku keuangan kita.
Money scripts muncul dari berbagai sebab, seperti pengalaman masa kecil, pengaruh keluarga, dan budaya.
Nah, ini menarik, karena memang apa yang kita dapatkan di masa lalu akan memengaruhi pengambilan keputusan kita ke depannya. Memahami money scripts kita sendiri dan mengakui pengaruhnya terhadap keputusan keuangan yang kita buat, akan membantu kita mengelola uang dengan lebih bijaksana dan menciptakan kehidupan finansial yang lebih sehat.
Apa Itu Money Scripts?
Money scripts adalah keyakinan atau pandangan bawah sadar tentang uang yang dikembangkan sepanjang hidup seseorang, biasanya berakar pada pengalaman masa kecil dan pengaruh dari keluarga, budaya, dan lingkungan sosial. Money scripts membentuk perilaku, sikap, dan keputusan keuangan individu, sering kali tanpa mereka menyadarinya.
Teori Money Scripts dikembangkan oleh Dr. Brad Klontz, seorang psikolog keuangan, penulis, dan pendidik yang telah banyak melakukan penelitian tentang hubungan antara keyakinan bawah sadar tentang uang dan perilaku keuangan. Dr. Klontz adalah salah satu pakar utama dalam bidang psikologi keuangan, dan melalui karyanya, ia telah membantu banyak orang mengidentifikasi dan mengatasi masalah keuangan yang muncul dari money scripts mereka.
Mengidentifikasi dan memahami money scripts pribadi dapat membantu kita mengenali pola perilaku keuangan yang tidak sehat dan mengubah keyakinan yang tidak produktif, sehingga nantinya bisa mengembangkan strategi keuangan yang lebih efektif dan seimbang.
Intinya—dan gampangannya—dengan memahami money scripts, kita tahu apa saja yang bisa memengaruhi perilaku dan keputusan keuangan kita, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dengan mengenali dan mengatasi money scripts, kita dapat mengembangkan strategi keuangan yang lebih sehat dan mencapai kesejahteraan finansial yang lebih baik.
Jenis-Jenis Money Scripts, Karakteristik, dan Perilakunya
Money Avoidance
Orang dengan karakter oney avoidance yakin bahwa uang adalah sesuatu yang buruk, yang bisa menciptakan masalah. Biasanya mereka yang punya money scripts ini adalah yang menganggap uang sebagai sumber stres atau kekhawatiran, yang sering merasa bersalah atau tidak pantas ketika memiliki uang, hingga mereka yang selalu memiliki stereotip bahwa orang kaya itu selalu berperilaku tidak etis atau tidak bahagia. Ya, intinya mereka antipati terhadap uang.
Karena anti, maka money avoidance ini selalu menghindari topik keuangan. Sudah bisa ditebak kan, bahwa money avoidance tidak akan punya catatan keuangan, enggak pernah punya anggaran, pun catatan pengeluaran. Mereka juga menghindari risiko sama sekali, meskipun ada potensi keuntungan. Mereka juga akan lebih suka menyimpan uang di bawah kasur, ketimbang menyimpan di bank atau berinvestasi.
Untuk bisa mengatasinya, seorang money avoidance memang harus mengubah mindset-nya terlebih dulu. Setidaknya, ia harus punya pemahaman dan keyakinan yang lebih sehat tentang uang. Hal ini dapat mencakup belajar tentang pengelolaan keuangan, berbicara dengan profesional keuangan, dan bekerja untuk mengubah pola pikir negatif tentang uang dan kekayaan.
Money Worship
Money Worship merupakan salah satu jenis money scripts yang mencakup keyakinan bahwa uang adalah solusi untuk semua masalah dan dapat membawa kebahagiaan.
Seorang money worship percaya bahwa kekayaan materi adalah ukuran kesuksesan dan kebahagiaan, karena uang adalah prioritas utama dalam hidup, hingga tak jarang mereka mengasosiasikan status sosial dan harga diri dengan kekayaan. Karena itu, mereka juga cenderung mengukur nilai orang lain berdasarkan kekayaan mereka.
Money worship akan cenderung lebih suka menghabiskan secara berlebihan untuk barang mewah atau status. Mereka juga sering mengambil risiko keuangan yang tidak perlu atau berlebihan demi keuntungan finansial.
Untuk mengatasi money worship, mindset lagi-lagi harus diubah. Setidaknya, yang bersangkutan harus punya pandangan yang lebih seimbang tentang uang dan kebahagiaan. So, mungkin akan perlu untuk melakukan refleksi terhadap nilai-nilai pribadi, sehingga dapat menjalin hubungan yang lebih sehat dengan uang, dan menciptakan keseimbangan antara keuangan dan aspek penting lainnya dalam hidup.
Money Status
Money Status merupakan salah satu jenis money scripts yang mencakup keyakinan bahwa nilai seseorang terkait langsung dengan seberapa kaya mereka, sehingga seseorang mungkin mengejar kekayaan sebagai cara untuk meningkatkan harga diri dan status sosial.
Mungkin ini mirip ya dengan money worship, yaitu suka menganggap kekayaan dan status sosial sebagai tanda keberhasilan dan nilai diri, dan mengukur diri dan orang lain berdasarkan kekayaan materi. Namun selain itu, money status juga suka menunjukkan kekayaan secara terbuka untuk memperoleh pengakuan dan penghargaan. Flexing, itu dia.
Karena suka menunjukkan kekayaannya, maka seorang yang punya money scripts ini juga tak segan berutang untuk mempertahankan gaya hidup yang tampak mewah atau untuk menjaga penampilan. Mereka juga mengejar pekerjaan atau investasi dengan penghasilan tinggi, terlepas dari minat pribadi atau risiko yang terlibat. Sedihnya, mereka juga sering mengabaikan atau meremehkan orang yang dianggap memiliki status sosial atau kekayaan yang lebih rendah.
Lagi-lagi memang soal mindset. Orang dengan pandangan money status harus berusaha agar punya pandangan yang lebih sehat tentang nilai diri dan keberhasilan, jika ingin mengubah kondisinya. Artinya, mungkin perlu untuk lebih menghargai pencapaian non-materi, dan fokus pada hubungan dan kebahagiaan yang tidak bergantung pada kekayaan materi.
Money Vigilance
Orang dengan karakter money vigilance yakin bahwa mereka harus selalu berhati-hati dan waspada dalam mengelola uang. So, mereka memang sadar betul arti pentingnya pengelolaan keuangan yang baik, seperti penganggaran, menabung, dan berinvestasi. Mereka juga cenderung menghindari utang dan risiko keuangan yang tidak perlu.
Di satu sisi, mereka juga sangat menjaga privasi tentang keuangan pribadi dan tidak merasa nyaman membahas masalah uang dengan orang lain. Sesekali mereka juga cenderung merasa cemas atau khawatir tentang keuangan, bahkan meskipun sebenarnya situasi finansial mereka relatif stabil.
Karena karakteristiknya ini, mereka pun menyusun anggaran rumah tangga yang ketat dan mengikuti rencana pengeluaran, menabung secara teratur, dan memprioritaskan dana darurat. Kalau mau berinvestasi, mereka cenderung konservatif, dan selalu membayar utang sesegera mungkin karena mereka tidak suka beban yang ditimbulkan dari utang tersebut.
Kalau dilihat-lihat money scripts yang terakhir ini memang adalah jenis money script yang paling ‘aman’ ya. Meski demikian, kehati-hatian dan kekhawatirannya yang terlalu berlebihan juga bisa saja membuat orang dengan money scripts ini menjadi kurang bisa mengembangkan kekayaannya dengan optimal. Pasalnya, mereka terlalu takut akan risiko. Mereka juga kadang mengesampingkan hiburan yang juga penting untuk kesehatan mentalnya, karena mereka terlalu takut kalau keuangannya bisa terpengaruh.
So, bagi orang-orang dengan money scripts money vigilance, ada baiknya memang untuk memiliki perencanaan keuangan pribadi yang komprehensif, sehingga ada keseimbangan yang tepat antara menabung, berinvestasi, dan menikmati hidup dengan cara yang sehat dan bertanggung jawab.
Kesimpulan
Dalam perjalanan memahami hubungan kita dengan uang, penting untuk mengevaluasi money scripts yang telah memengaruhi keputusan finansial kita sepanjang hidup.
Dengan menyadari dan mengakui keyakinan bawah sadar kita tentang uang, kita dapat mulai menggantikan pola pikir yang tidak sehat dengan pandangan yang lebih seimbang dan realistis. Keterampilan ini akan membantu kita mengelola uang pegangan dengan lebih efektif, mencapai tujuan keuangan kita, dan, yang terpenting, menciptakan kehidupan finansial yang lebih sehat dan sejahtera.
Yuk, lebih baik lagi! Namun ingat, bahwa perubahan tidak terjadi dalam semalam; dengan kesabaran, kegigihan, dan kesadaran yang lebih baik, kita dapat mengubah cara kita berpikir tentang uang dan membangun hubungan yang lebih positif dengan uang kita.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!