5 Langkah Mengurangi Kasbon Karyawan yang Bisa Dilakukan oleh Manajemen Perusahaan
Betapa miris, ketika seharusnya karyawan bisa pulang dengan senyum lebar saat gajian tiba, ternyata harus menghadapi kenyataan bahwa hanya sekian persen saja gaji yang dapat diterimanya lantaran ada potongan kasbon. Karena itu, perlu ada tindakan khusus untuk dapat mengurangi kasbon karyawan ini.
Memang kasbon biasanya diambil lantaran karyawan butuh uang secara mendadak dan mendesak. Perusahaan, pastinya ingin membantu karyawan, dan kasbon memang terbukti cukup membantu untuk beberapa kasus. Tapi, sering juga akhirnya kejadian, karyawan terlalu sering kasbon. Jumlahnya kecil-kecil sebenarnya, tapi kemudian jumlah pinjaman darurat ini malah justru menumpuk enggak jelas. Hingga kemudian, karyawan malah enggak jadi bawa pulang gaji setiap tanggal gajian tiba, lantaran dipotong untuk melunasi kasbon.
Kasbon seharusnya menjadi alternatif bantuan dan fasilitas yang memudahkan karyawan, tetapi akhirnya malah jadi bumerang bagi si karyawan. Lalu, bagaimana? Apa yang harus dilakukan?
Well, selain dari diri karyawan sendiri yang harus mengubah mindset mengenai pinjaman uang dan utang serta pengelolaan keuangannya, dari pihak perusahaan sendiri juga bisa melakukan beberapa langkah berikut untuk mengurangi kasbon.
5 Langkah Mengurangi Kasbon Karyawan
1. Buat aturan yang lebih ketat
Kebanyakan perusahaan memang belum punya aturan ketat mengenai kasbon karyawan ini. Nah, untuk mengurangi kasbon karyawan ini, maka ada baiknya perusahaan membuat peraturan yang lebih ketat mengenai kasbon.
Aturannya kembali lagi ke kondisi perusahaan sih, tapi umumnya:
- Jumlah kasbon total tidak melebihi sekian persen gaji (paling sering 30%)
- Maksimal harus lunas dalam beberapa kali cicilan, diusahakan lebih cepat lebih baik
- Tidak boleh ambil kasbon lagi, kalau kasbon sebelumnya belum beres.
- Hanya boleh kasbon untuk keperluan yang sangat penting dan mendesak saja, pastinya ada review dari perusahaan.
- Dan sebagainya
Sosialisasikan aturan pengambilan kasbon ini pada seluruh karyawan agar mereka benar-benar paham.
2. Berikan benefit berupa asuransi dan program peningkatan kesehatan
Sudahkah karyawan diikutikan dalam program asuransi kesehatan, baik itu BPJS Kesehatan ataupun swasta? Akan lebih baik jika karyawan punya “keamanan” kesehatan berlapis. Karena kadang mengandalkan BPJS Kesehatan saja tidak cukup.
Ada beberapa kasus ketika karyawan–atau anggota keluarganya–sakit mendadak dan darurat sehingga harus segera menuju ke rumah sakit besar atau swasta, tanpa melewati rujukan berjenjang yang berlaku di BPJS Kesehatan. Atau, ada kondisi lain yang kebetulan tak bisa ter-cover oleh asuransi kesehatan pemerintah ini.
Untuk kondisi ini, agar dapat mengurangi kasbon, mempunyai asuransi kesehatan swasta akan sangat membantu. Salah satu alasan karyawan mengambil kasbon adalah ketika ada yang sakit–entah dirinya sendiri ataupun keluarganya.
Mungkin, perusahaan juga perlu mengadakan program peningkatan kesehatan karyawan agar karyawan enggak sampai sakit.
3. Membuat program dana darurat bersama
Salah satu langkah yang bisa dilakukan demi mengurangi kasbon karyawan adalah dengan membuat program dana darurat bersama. Misalnya–teteup ya–dengan melakukan pemotongan gaji setiap bulannya, dan kemudian oleh perusahaan disetorkan dalam instrumen investasi yang pas. Ke Reksa Dana Pasar Uang, misalnya.
Memang sih, jatuhnya sama-sama pemotongan gaji. Tapi membuat dana darurat bersama akan jauh lebih baik ketimbangan sekadar menawarkan kasbon pada karyawan.
Tentang jumlah, prosedur setoran, dan prosedur pengambilan dana darurat ini tentunya bisa dibicarakan dan didiskusikan bersama antara pihak perusahaan dengan karyawan.
4. Dorong karyawan untuk punya tujuan finansial yang jelas
Seseorang yang tak punya tujuan finansial, cita-cita hidup, motivasi, dan rencana yang matang untuk mencapainya memang akan cenderung menggampangkan masalah keuangan.
Karena itu, untuk bisa menyehatkan kondisi keuangan karyawan yang hobi kasbon, perusahaan harus bisa mengubah mindset karyawan dulu mengenai utang. Akan sulit untuk memberikan edukasi lainnya tentang keuangan ketika mindset karyawan masih beranggapan bahwa utang itu adalah hal sepele.
5. Berikan training keuangan yang pas dengan kebutuhan
Cara lain yang biasanya cukup ampuh untuk memberikan awareness lebih mengenai pentingnya pengelolaan keuangan pribadi dan sebagai usaha untuk mengurangi kasbon adalah dengan memberikan training keuangan pada karyawan.
Survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin memberikan bukti dan data nyata, bahwa 66% karyawan perusahaan yang menjadi responden mereka mengaku mengalami masalah utang yang pelik selagi bekerja. Selanjutnya, masih di survei yang sama, juga ada fakta bahwa 4 dari 5 perusahaan melaporkan bahwa masalah keuangan pribadi karyawan berdampak buruk bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Dan, ternyata dengan training keuangan, 2/3 perusahaan mengaku bisa mengatasi masalah keuangan pribadi karyawan dan akhirnya memberikan perkembangan yang baik pada bisnis perusahaan.
Nah, bagaimana dengan perusahaan Anda?
Yuk, bantu karyawan memperbaiki kondisi keuangannya demi mengurangi kasbon dan pinjaman lainnya, agar bisnis Anda bisa semakin lancar melalui training keuangan bagi karyawan.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
6 Jenis Utang yang Biasa Melilit Para Karyawan
Dalam artikel yang sudah agak lama tayang di web ini, pernah disebutkan mengenai survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin. Dalam survei tersebut, terungkap fakta bahwa sebanyak 66% working class people harus menghadapi masalah yang sama: utang. Nah, jenis utang yang melilit saja nih yang beda-beda.
Kadang ya miris sih, bahkan sampai-sampai ada lo yang karena punya utang sana-sini, pada akhirnya si pekerja atau karyawan tersebut gaji yang dibawa pulang sama dengan 0, alias nihil. Alias habis, tak bersisa.
Terus, gimana masa pensiunnya nanti ya? Jangankan pensiun, kebutuhan hidup sekarang saja mungkin nggak tercukupi.
Berikut 6 jenis utang yang biasanya melilit orang-orang kelas pekerja
1. Kartu kredit
Ada lo yang punya kebiasaan belanja bulanan dengan menggunakan kartu kredit. Bahkan kartu kreditnya juga dipakai untuk membayar biaya membership ini itu (salah satunya gym, yang bahkan jarang didatangi), hingga membayar perawatan mobil. Padahal kondisi dana darurat nggak ada.
Alhasil, hanya bisa membayar cicilan dalam jumlah minimal. Akibatnya? Bunga kartu kredit yang 27% per tahun itu pun bergulung-gulung, mengempaskan keuangan ke kondisi bak terkena hantaman tsunami.
2. Utang koperasi
Jenis utang kedua yang biasanya dilakukan oleh para pekerja adalah utang koperasi. Pasti sudah umumlah ya, di perusahaan–terutama yang sudah besar–selalu ada koperasi karyawan. Biasanya koperasi karyawan ini didirikan untuk membantu karyawan juga sih; mereka menyediakan barang-barang kebutuhan dengan harga murah, pun menyediakan fasilitas simpan pinjam.
Tingkat bunga pinjaman koperasi sih bisa saja berbeda, tergantung kebijakan masing-masing. Tapi selalu lebih rendah ketimbang bunga utang pada umumnya, pastinya. Perhitungannya bisa memakai cara perhitungan bunga menurun (yang dipengaruhi oleh besarnya pinjaman pokok yang masih ada pada si peminjam) atau dengan cara perhitungan bunga menurun efektif.
Tujuannya sangat baik, tapi kalau dimanfaatkan tidak dengan bijak, ya akan sama saja. Namanya pinjaman, pasti ada bunga. Meski hitungannya bisa menurun sesuai kondisi pinjaman pokok, tapi tetap saja harus dikembalikan dan ada sejumlah bunga tambahan, bukan? Kalau jumlahnya besar, tentu bunga juga akan mengikuti.
3. Kasbon
Selain ada koperasi karyawan, kadang dari pihak perusahaan sendiri juga menyediakan fasilitas pinjaman lunak pada karyawannya untuk berbagai keperluan, bisa jangka panjang maupun jangka pendek.
Aturan pengambilan pinjaman atau kasbon ini biasanya juga tergantung pada kebijakan masing-masing, tapi umumnya tidak boleh melebihi sepertiga gaji yang diterima oleh karyawan. Bunganya sudah pasti rendah. Tapi seperti halnya koperasi, meskipun rendah, tapi tetap ada dan harus dibayarkan bersama pengembalian pinjaman. Jika pinjamannya berjumlah besar, maka beban bunga dan pengembalian pun akan semakin besar.
4. Kredit barang konsumtif
Jenis utang yang sering dilakukan oleh para pekerja yang berikutnya adalah kredit, yang langsung dilakukan oleh perseorangan.
Misalnya, sering terlihat di perkantoran ada orang-orang yang berkeliling menawarkan kredit panci, kredit blender, atau apa pun, yang kemudian akan ditagih setiap bulan. Seperti panci presto, misalnya. Harganya Rp500.000. Para karyawan tersebut boleh mengambilnya dengan mencicil Rp50.000 per bulan selama 12 bulan.
Nah, berarti bunganya berapa tuh?
5. Pay later
Nah, ini nih jenis utang yang paling kekinian karena bisa dilakukan secara online, dan diadopsi oleh banyak aplikasi online yang laris digunakan oleh kita-kita, termasuk para pekerja.
Dengan fitur kredit online ini, semua orang bisa melakukan apa pun–mulai dari beli barang, memanfaatkan jasa, hingga pesan tiket dan hotel buat liburan–dan membayarnya bulan depan.
Apakah ada bunganya?
Oh, tentu saja. Namanya juga kredit, selalu ada bunga dong. Bunga fitur kredit online ini bervariasi sih pada masing-masing aplikasi. Kalau dilihat di kondisi sekarang, rata-rata berada di kisaran 2,14% – 4,8%, dengan tenor 1 – 12 bulan.
Wah, mau ngopi-ngopi kekinian makin mudah, ya kan? Nggak cuma bisa eksis, tapi bayarnya bisa ditunda lo! Sungguh menggoda. Tapi, kalau kebanyakan pay later sana-sini, duh, bisa tekor juga tuh gaji kan? Bunganya juga lumayan.
6. Utang teman
Sudah utang kartu kredit, tagihannya dibayar pakai utang koperasi atau kasbon. Hari ini, mau ngopi ah. Pakai pay later-nya. Bisa dibayar pake gaji bulan depan kan? Tapi, masih utang panci Rp500.000, yang dicicil Rp50.000 per bulan setahun ke depan. Sudah beberapa bulan nunggak nih. Utang teman ah! Nanti kalau ditagih, kan tinggal pasang muka yang lebih galak ketimbang yang diutangin.
Lengkap sudah nih, jenis utang yang dipunya.
Yuk, atur cash flow kita! Sudah 74 tahun Indonesia merdeka, masa kita belum juga merdeka dari utang sih? Mulai diberesin pelan-pelan yuk!
Dengan biaya terjangkau, dan bisa dilakukan sambil apa saja, ada kelas-kelas finansial online yang bisa dipilih sesuai kebutuhan lo. Mulai dari dasar Blueprint of Your Money, mengatur cash flow, asuransi, hingga investasi.
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.