Gagal Meraih Promosi, Apa yang Harus Dilakukan Kemudian?
Barangkali kamu merasa layak untuk mendapatkan promosi jabatan atas kerja keras selama ini. Ternyata oh ternyata, malah teman kerja lain yang meraih promosi yang selama ini kamu incar. Terpukul? Pastinya. Kecewa? Wajar.
Kekecewaan itu bisa dipahami kok. Bayangkan, selama ini kamulah yang melakukan pekerjaan yang dihindari semua orang di kantor. Semua tugas kamu selesaikan dengan baik, bahkan sampai nggak ada lagi waktu buat sekadar kongko, nongkrong bareng sahabat-sahabat di warung kopi langganan. Weekend saja direlakan untuk bekerja, ketimbang piknik bareng keluarga lo!
Dan ternyata, gagal meraih promosi. Pastinya perasaan yang ada sekarang kayak lagi dicurangi, atau diperlakukan tak adil oleh perusahaan.
Sebenarnya situasi ini lazim saja terjadi di dunia karier. Mari kita lihat apa yang bisa kamu lakukan untuk kemudian bisa bangkit lagi meski pernah gagal meraih promosi seperti yang diharapkan.
3 Hal yang harus segera dilakukan jika gagal meraih promosi
1. Tenangkan diri
Hal pertama yang bisa dilakukan saat menerima kabar bahwa kita gagal meraih promosi yang selama ini diincar adalah menenangkan diri, dan berhenti mengasihani diri sendiri.
Jika merasa sangat kecewa dan emosional, cobalah untuk diam sejenak. Tak perlu banyak berkomentar dulu untuk menghindari perkataan-perkataan yang bisa menjadi bumerang bagi masa depan karier kita.
Meskipun rasanya pengin banget menyatakan bahwa perusahaan tempat kita bekerja itu melakukan kesalahan karena tak mempromosikan kita, tapi pastinya kita juga nggak ingin terlihat bak seorang trouble maker, kan? Bisa-bisa tak hanya gagal meraih promosi, karier kita pun jadi terancam karenanya.
2. Mengevaluasi diri
Setelah perasaan dan pikiran tenang, selanjutnya yang perlu kita lakukan jika gagal meraih promosi adalah mengevaluasi diri sendiri. Kita bisa mulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut untuk kita jawab sendiri:
- Apakah kita sadar bahwa ada orang lain yang juga berpeluang untuk meraih promosi, di samping diri kita sendiri?
- Seberapa pentingkah sih promosi ini bagi kita?
- Mengapa kita sangat menginginkankannya?
- Apa yang membuat kita sangat menginginkan promosi jabatan itu? Gaji naik? Atau gengsi semata? Ataukah ada alasan lain?
- Apakah kita tahu, kriteria apa saja yang diminta oleh perusahaan terkait promosi jabatan karyawan?
- Apakah kita satu-satunya karyawan yang tidak mendapatkan promosi ini?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan memudahkan kita untuk mengatur langkah berikutnya dengan lebih praktis. Kita juga bisa mendiskusikan kekecewaan ini dengan rekan senior yang kita percayai, yang jauh lebih paham mengenai kebijakan dan struktur organisasi perusahaan. Mungkin akan ada pencerahan, mengenai alasan mengapa kita gagal meraih promosi.
Jika merasa sudah siap, kita bisa menemui pihak manajemen ataupun pihak HR, untuk menanyakan, apa saja kekurangan yang harus kita perbaiki supaya bisa meraih promosi jabatan di kesempatan berikutnya. Siapkan hati, karena barangkali saja kita akan harus menerima beberapa kritik dan masukan. Bakalan nggak enak pastinya, tapi harus diterima, agar kita tahu kesalahan kita di mana. Betul nggak?
3. Upgrade diri
Setelah mengevaluasi diri, dan mendapatkan jawaban, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah upgrade diri sendiri. Misalnya, jika sikap kita kurang baik atau kurang bisa dikendalikan, kurang komunikatif, penampilan kurang baik, atau mungkin produktivitas kita yang rendah.
Temukan akar permasalahannya, dan kemudian work on it untuk memperbaikinya.
Jangan lengah, cek juga kondisi keuangan kita, karena hal ini bisa jadi adalah salah satu “pencuri” fokus dan konsentrasi kita bekerja hingga jadi kurang produktif atau bermasalah. So, selain memperbaiki sikap profesional, ada baiknya kita juga melakukan financial checkup.
Apalagi jika saat proses mengevaluasi diri sebelumnya, kita menginginkan untuk meraih promosi karena pengin gaji naik. Keinginan ini timbul karena gaji yang memang kecil, ataukah kita yang merasa gaji tak cukup? Kalau yang jadi alasan adalah yang terakhir, hmmm … mungkin ini saatnya kita ikutan kelas finansial online QM Financial deh.
Nggak cuma diajari untuk mengatur cash flow dan hal-hal mendasar mengenai keuangan pribadi, kita juga akan belajar berinvestasi, hingga bikin PLAN sendiri lo. Tinggal pilih saja sesuai kebutuhan. Yuk, WA aja ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info update-nya ya.
5 Trik Mencegah Kecurangan atau Fraud Terjadi dalam Perusahaan
Ternyata, perusahaan dengan jumlah kurang dari 100 orang mempunyai risiko tinggi untuk terjadi fraud atau kecurangan lo! Hal ini diungkap oleh situs Integrity Indonesia dalam salah sebuah artikelnya. Padahal, kalau dilogika sih, seharusnya semakin sedikit orang pastilah akan lebih mudah mencegah kecurangan terjadi kan, ketimbang jika ada ratusan karyawan terlibat dalam sebuah struktur perusahaan?
Ternyata tidak. Justru yang terjadi adalah, biasanya perusahaan yang besar minim risiko akan hal ini, lantaran mereka sudah punya sistem backup untuk mencegah kecurangan terjadi. Sumber daya manusianya sendiri juga dapat diandalkan untuk menjalankan fungsi kendali dan monitor dengan baik pula.
Berbeda dengan perusahaan kecil, dengan jumlah karyawan tak lebih dari 100 orang. Mereka belum punya sistem manajemen yang kuat, pun kadang belum bisa menggaji orang untuk bertanggung jawab pada pengendalian dan monitoring secara penuh. Dengan kata lain, masih banyak karyawan yang tugasnya merangkap-rangkap ini itu, hingga kurang fokus.
Kecurangan yang terjadi tentu saja merugikan perusahaan, baik kecurangan kecil maupun kecurangan besar. Besarnya kerugian bisa sangat signifikan, di samping pastinya mengecewakan karena berarti pihak perusahaan belum bisa mengelola karyawannya dengan baik.
Masih menurut situs Integrity Indonesia, mayoritas kecurangan atau fraud yang terjadi ini disebabkan selain oleh karakter si karyawan itu sendiri, juga bisa lantaran masalah keuangan yang menjerat si karyawan. Di samping itu, juga adanya ketidakpuasan karyawan selama bekerja.
Hmmm. Cukup menarik ya?
Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan demi mencegah kecurangan atau fraud ini dilakukan oleh karyawan? Ada beberapa hal, mari kita simak.
5 Cara mencegah kecurangan atau fraud karyawan terjadi
1. Audit teratur
Salah satu hal pertama yang bisa dilakukan untuk mencegah kecurangan terjadi dalam perusahaan yang dilakukan oleh karyawan adalah dengan memfungsikan internal audit sebagaimana mestinya.
Mungkin memang sumber daya manusianya kurang memadai, namun hal ini seharusnya menjadi perhatian pihak perusahaan jika memang mau mencegah kecurangan terjadi. Karena begitu pentingnya, maka ada baiknya perusahaan memberikan training khusus untuk menjadi internal auditor bagi beberapa karyawan yang dianggap berkompeten.
Internal auditor ini nantinya tak hanya akan melakukan tindakan pencegahan fraud, tetapi juga harus mampu memberikan solusi terhadap masalah yang sudah terjadi.
2. Disiplin SOP
SOP–atau Standard Operational Procedure–sering hanya dianggap sebagai aturan formalitas yang teoretis, akibatnya kadang banyak tahapan SOP yang akhirnya diabaikan oleh para karyawan. Selain itu, tingginya tuntutan dan ketatnya tenggat kadang juga memaksa para karyawan untuk melompati beberapa prosedur. Hal ini lantas bisa memicu terjadi fraud atau kecurangan, karena ada beberapa step atau langkah prosedur yang dilompati atau tak dihiraukan.
Padahal SOP dibuat agar hasil kerja yang didapatkan sesuai dengan standar kualitas yang juga sudah ditetapkan sebelumnya. SOP juga menjamin semua proses yang terjadi dalam bisnis perusahaan sesuai dengan perencanaan. Jika aturan dan tahapan ini diabaikan, maka di situlah muncul risiko terjadinya fraud atau kecurangan yang tinggi.
Untuk mencegah kecurangan terjadi, setiap karyawan sebaiknya disiplin dan mematuhi SOP yang sudah ditetapkan. Perusahaan mungkin dapat mendorong kedisiplinan karyawan ini dengan menerapkan sistem reward dan punishment. Dengan pantauan yang ketat pada SOP, maka jika ada kecurangan terjadi, maka hal itu bisa terdeteksi sedini mungkin, sehingga bisa segera dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah kecurangan terjadi lebih lanjut.
3. Beri kenyamanan
Salah satu penyebab terjadi fraud dalam perusahaan yang dilakukan oleh karyawan adalah tidak terpenuhinya kenyamanan karyawan untuk bekerja.
Penyebabnya bisa bermacam-macam sih, dan bisa jadi sangat kompleks. Akan lebih baik jika HR memastikan apa penyebab karyawan kurang nyaman dalam bekerja. Cek, misalnya, apakah kompensasi non finansial sudah terpenuhi semua, seperti ruang kerja yang sehat, rencana liburan bareng, atau mungkin perbanyak training-training untuk meningkatkan skill dan kompetensi mereka.
Jika sudah menemukan jawaban, maka selanjutnya pihak perusahaan bisa melakukan beberapa hal untuk memperbaiki situasi tak nyaman tersebut.
4. Perbaiki kultur
Mungkin saja, jika ada karyawan yang melakukan kecurangan, itu disebabkan oleh kekurangpahamannya akan visi dan misi perusahaan. Atau bisa saja ia terpengaruh oleh kultur tertentu dari luar yang dibawanya masuk ke dalam kantor.
Ada baiknya pihak HR mengajak diskusi karyawan yang bersangkutan untuk mencari akar permasalahannya secara pasti, dan kemudian melakukan beberapa treatment untuk mencegah kecurangan terjadi lagi.
5. Berikan training keuangan
Penyebab terbesar hingga bisa terjadi kecurangan yang dilakukan oleh karyawan adalah adanya masalah keuangan yang melilit para karyawan. Bisa macam-macam sih, misalnya saja terlilit utang, gaya hidup yang terlalu tinggi, gaji tak pernah cukup, dan sebagainya.
Well, ya ini memang masuk akal banget sih. Misalnya saja, karyawan terlilit utang yang cukup besar hingga membuatnya kewalahan membayar kembali. Pastinya dia akan mencoba berbagai cara untuk menyelesaikannya, termasuk pasti ada peluang untuk tergoda melakukan kecurangan.
Untuk mencegah kecurangan yang terjadi akibat masalah keuangan pribadi karyawan, perusahaan dapat membantu dengan mengadakan training keuangan, yang disesuaikan dengan kebutuhan karyawan.
Hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, yaitu program pelatihan interaktif untuk karyawan di perusahaan. Anda dapat menyusun program bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial Anda.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Nah, demikian cara-cara mencegah kecurangan atau fraud terjadi di perusahaan Anda. Semoga masalah ini tak terlalu berlarut-larut ya. Perusahaan membutuhkan banyak kerja sama di antara karyawannya yang berkompeten untuk bisa berkembang. Jika ada satu saja yang kurang bisa berakselerasi dengan tim, maka dipastikan akan terjadi ketimpangan dalam operasionalnya.
Wahai Pekerja Remote, Perhatikan 5 Hal Tentang Manajemen Keuangan Ini Supaya Nggak Bobol Dompet Sebelum Invoice Cair Lagi
Setelah mempersiapkan diri untuk kerja remote, mungkin sekarang kita benar-benar berniat untuk mengganti status karyawan kantoran tetap kita menjadi seorang pekerja remote.
Jangan hanya senang karena ini berarti kesempatan untuk santai-santai tapi digaji besar saja. Sebagai pekerja remote, kita akan banyak sekali menghadapi tantangan ke depannya. Beberapa tantangan terbesar bagi seorang pekerja remote adalah soal manajemen diri dan manajemen keuangan pribadi.
Manajemen diri, ini soal mendisiplinkan diri sendiri serta tentang sampai seberapa besarkah tanggung jawab kita terhadap pekerjaan. Tidak berhadapan langsung dengan bos, tidak adanya HR yang mengawasi ketat, plus tanpa tandem dengan rekan-rekan kerja yang lain secara real, bisa membuat para pekerja remote lengah. Akibatnya, ya boro-boro bisa sukses, menyelesaikan tugas aja susah.
Manajemen keuangan, yah, ini sih jelas. Untuk pekerja remote yang menerima gaji tetap, hal ini tak menjadi masalah yang terlalu besar. Trik manajemen keuangannya kurang lebih ya sama dengan karyawan tetap yang lain. Namun, sebagian pekerja remote tidak diupah secara tetap per bulannya melainkan berdasarkan hasil kerja mereka. Alhasil, kadang ya dapat uang banyak, kadang hanya sedikit. Pemasukan jadi nggak teratur, tapi pengeluarannya rutin–ada terus. Bagaimana caranya survive sampai invoice berikutnya cair, meski upah bulan ini minim? Nah, ini PR banget nih.
Memang tak seperti karyawan tetap, upah para pekerja remote kadang berbanding lurus dengan hasil kerja yang diselesaikan. Kerjaan banyak, ya dapat upah banyak. Kerjaan sedikit, ya minim pula dapatnya.
Karena itu, coba lakukan beberapa hal berikut terkait manajemen diri dan manajemen keuangan untuk pekerja remote yang ingin selalu bisa produktif biar pundi-pundinya terisi terus.
5 Hal tentang Manajemen Keuangan untuk Pekerja Remote
1. Perhatikan kontrak kerja
Hal yang rumit–yang muncul belakangan–biasanya berawal dari kontrak kerja. Entah itu kontrak kerja yang memang harus selalu rumit, ataukah kita (para pekerja) ini yang selalu gagal paham?
Banyak dari pekerja–tak hanya pekerja remote–yang kadang skip saja membaca kontrak kerja, padahal ada banyak poin penting di dalamnya yang harus dipahami. Misalnya, berapa upah yang jelas dibawa pulang? Kapan upah diberikan? Ada sanksi apa saja kalau melanggar peraturan? Apa wewenang dan tugas kita? Bagaimana dengan berbagai tunjangan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan? Apa saja fasilitas yang bisa kita terima? Kapan kita boleh cuti? Apakah akan bekerja 24/7? Dan sebagainya.
Ini penting untuk diketahui di awal, agar kita dapat menyusun agenda sehari-hari dan menentukan target harian pribadi.
So, semua harus jelas di awal, jadi bacalah kontrak kerja dengan saksama. Tanyakan segera pada pihak perusahaan jika ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang paham.
2. Buat rekening terpisah
Buat rekening terpisah untuk menerima upah sebagai pekerja remote. Hal ini penting agar kita jadi tahu pemasukan kita setiap bulannya, tanpa tercampur dengan yang lain. Apalagi jika kita adalah pekerja remote untuk beberapa perusahaan sekaligus.
Ingat, pemasukan boleh saja nggak sama setiap bulan, tetapi pengeluaran harus dibuat rutin.
Dengan mempunyai rekening terpisah, kita jadi tahu rata-rata pendapatan kita per bulannya berapa, sehingga bisa membandingkannya dengan pengeluaran rutin kita. Dengan mengetahui rata-rata pendapatan yang sudah dibandingkan dengan pengeluaran, maka kita bisa mengambil “gaji” yang rutin setiap bulan juga, berdasarkan perhitungan rata-rata tersebut.
Dengan demikian, kita pun bisa mengendalikan keuangan kita. Nggak jajan melulu saat upahnya lagi lancar, terus puasa saat paceklik.
3. Jangan kebanyakan kerja di kafe
Enggak tahu kenapa, selalu saja ada yang menganggap bahwa pekerja remote itu kerjanya enak, karena nggak harus di kantor. Bisa di kafe atau di mal, sambil ngopi-ngopi ganteng dan cantik.
Kenyataannya, ngopi di kafe itu butuh setidaknya Rp50.000 setiap siang. Iya, siang aja, karena juga nggak bakalan seharian di kafe untuk kerja. Itu kan harga secangkir kopi aja. Kalaupun bakalan lama di situ, enggak bakalan cukup juga cuma jajan lima puluh ribu. Pasti nambah, kan pengin sambil ngemil juga kan? Kalau perlu, makan siang sekalian di situ deh.
Sekarang, satu siang minimal Rp50.000, lalu kita bekerja 5 hari kerja. Seminggu kerja di kafe sudah minimal Rp250.000. Sebulan? Sekali lagi, itu baru satu siang. Apa kabar pagi dan malemnya? Memang nggak makan sama sekali? Terus transportnya ke kafe? Endebre, endebre.
Tekor, gan!
So, hilangkan kesan ini di kepala dulu deh. Kerja secara remote itu nggak harus di kafe, di mal, di food court. Jangan malah terfokus pada image kerja di kafe, malah melupakan esensi sebenarnya dari kerja remote.
4. Perhatikan tenggat
Untuk pekerja remote di sektor tertentu, kadang mengerjakan tugas dan menyelesaikannya sebelum deadline akan jauh lebih menguntungkan. Mengapa? Karena semakin banyak pekerjaan diselesaikan, semakin banyak pula upahnya.
Namun, bagi yang diupah tidak berdasarkan hasil kerja, tenggat tetap penting. Bisa saja pekerjaan kita ditunggu oleh rekan lain (yang mungkin lokasi kerjanya juga berbeda) untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tanpa output dari kita, mereka nggak bisa kerja. Nah, di sini pentingnya rasa tanggung jawab terhadap tenggat dan tugas.
5. Tetap menabung dan investasi
Yep, ini penting. Sudah punya rekening terpisah, sudah punya “gaji” tetap, lalu jangan lupa untuk sisihkan di awal demi tabungan dan investasi.
Ini juga tergantung kebijakan masing-masing perusahaan sih, jadi silakan dicek juga dalam kontrak kerja. Apakah pekerja remote diikutkan dalam program dana pensiun yang dibuat oleh perusahaan? Jika tidak, maka kita harus membuat sendiri. Bisa ikut program Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan secara mandiri, atau mungkin mau ikut program dana pensiun yang lain. Pertimbangkan dan kemudian putuskan sesuai kenyamanan dan tujuan keuangan kita.
Tambah juga dengan investasi, bisa reksa dana ataupun saham. Ikuti kelas-kelas finansial online di QM Financial agar dapat merencanakan masa depan yang lebih terjamin. Banyak banget pilihan kelasnya, bisa dipilih sesuai kebutuhan.
Memang sekilas, pekerja remote itu kerjanya enak. Nggak diawasin, yang penting beres. Bisa kerja di mana aja, yang penting nyaman. Tapi hal-hal mengenakkan bisa bikin kita kepayang kalau enggak punya manajemen diri yang baik.
Selamat bekerja!
Promosi Karyawan dan 7 Hal yang Menjadi Pertimbangan Perusahaan
Di artikel yang lalu, kita sudah membahas mengenai promosi jabatan dari sisi karyawan. Nah, berlanjut nih kali ini, kita masih akan bahas mengenai promosi karyawan, tapi dari sisi perusahaan–yang umumnya diwakili oleh divisi HR.
Jadi, apa saja yang biasanya menjadi pertimbangan pihak perusahaan untuk memutuskan apakah sekarang saatnya memberikan promosi karyawan? Mari kita lihat satu per satu.
7 Hal yang umumnya menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk memberikan promosi karyawan
1. Loyalitas
Seorang karyawan yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap perusahaan, pastilah ia akan bertahan dalam kontribusinya untuk tugasnya dalam waktu yang lama. Semakin lama ia berkecimpung di bidang yang sama, di perusahaan yang sama, maka logikanya ia akan mencapai level keahlian tertentu.
Promosi karyawan yang diberikan pada karyawan yang loyal akan memberikan kesempatan regenerasi karyawan. Yang loyal dan ahli mendapatkan posisi jabatan lebih tinggi, sedangkan ada tenaga kerja baru yang akan menggantikannya di posisi sebelumnya.
Regenerasi berarti ada penyegaran baru, dan bisa jadi bisa mengubah konsep bisnis perusahaan ke arah yang lebih baik.
2. Motivasi
Inisiatif akan sangat diperlukan dalam team work. Kalau ada salah seorang atau beberapa karyawan yang kurang inisiatif, sudah pasti laju pekerjaan akan terhambat.
Agar selalu punya inisiatif, seorang karyawan harus mampu melakukan self-motivation. Kalau ia tidak bisa memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kinerja, wah … sudah pasti stuck deh. Satu orang karyawan stuck, yang lain akan kena juga imbasnya.
Karena itu self-motivation itu penting, agar karyawan mau berusaha untuk lebih baik lagi.
3. Solutif
Seseorang yang akan diserahi tanggung jawab dan wewenang lebih tinggi sudah pasti akan menghadapi permasalahan yang juga lebih kompleks dan rumit. Jika ia tidak punya kemampuan untuk mencari solusi yang terbaik untuk setiap masalah yang muncul, maka itu berarti ia tidak kompeten diserahi tanggung jawab yang lebih besar.
Tak hanya mampu menyelesaikan masalah, sikap solutif berarti juga harus kreatif, dan terbuka terhadap masukan dari orang lain.
4. Tingkat pendidikan
Ada perusahaan yang mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu untuk bisa memberikan promosi karyawan ke jenjang karier yang lebih tinggi. Ini ada kaitannya dengan tingkat kompetensi karyawan itu sendiri juga. Harapannya–sudah pasti–dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, maka karyawan tersebut diharapkan punya pemikiran yang lebih baik.
Dengan pemikiran yang lebih baik, sudah pasti ia akan mampu diserahi tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi.
5. Komitmen secara profesional
Komitmen secara profesional ada kaitannya loyalitas karyawan, seperti yang sudah disebutkan di poin pertama di atas.
Jika seorang karyawan dianggap kurang menunjukkan komitmen secara profesional–sering bolos kerja, tidak membereskan pekerjaan sesuai target, ataupun melakukan tindakan indisipliner lainnya–pasti tidak akan dianggap layak untuk mendapatkan promosi jabatan.
Sudah bisa dibayangkan, nantinya saat ia mendapatkan tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar, ia juga nggak akan perform, kan? Jadi, wajar rasanya, jika perusahaan berpikir berkali-kali untuk memberikan promosi karyawan padanya.
6. Komunikasi yang baik
Tak hanya dibutuhkan keahlian tertentu untuk bisa mendapatkan promosi karyawan, keterampilan berkomunikasi juga menjadi salah satu hal pertimbangan penting bagi perusahaan.
Dan, nggak bisa dimungkiri ya, kalau soft skill yang berupa keterampilan berkomunikasi yang baik ini tidak dimiliki oleh semua orang. Kadang pun, satu orang bisa berkomunikasi dengan baik dengan si A, tapi tidak demikian halnya ketika ia harus berkolaborasi dengan si B.
Tak hanya mampu berkomunikasi dengan baik dengan sesama rekan kerjanya yang lain, seorang karyawan yang layak mendapatkan promosi adalah mereka yang juga bisa berkomunikasi dengan baik dengan pihak di luar perusahaan–terutama jika si karyawan tersebut nanti akan menangani pelanggan secara langsung, misalnya seperti di bagian marketing. Wah, kemampuan komunikasi menjadi pertimbangan utama deh.
7. Manajemen yang baik
Pastinya, kemampuan manajemen menjadi yang terpenting dari semua pertimbangan perusahaan untuk bisa memberikan promosi karyawan.
Tak hanya mampu mengelola kinerja dalam divisinya sendiri, seorang karyawan yang hendak dipromosikan juga harus punya manajemen diri pribadi yang baik. Karena jika tidak, hal ini akan berimbas pada kinerjanya secara profesional di kantor.
Apa contoh manajemen diri yang baik ini? Misalnya saja, kemampuan si karyawan untuk mengelola keuangan pribadinya. Kesehatan keuangan pribadi karyawan berkaitan erat dengan performa profesionalnya lo!
Itu dia 7 pertimbangan yang biasanya mendasari keputusan perusahaan untuk memberikan promosi karyawan.
Terkait dengan poin nomor 7, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk membantu karyawan Anda meningkatkan kemampuan manajemen pribadinya. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Mutasi Karyawan: 5 Pertimbangan untuk Memutuskannya
Memetakan keahlian dan keterampilan karyawan dengan kebutuhan setiap bagian dari organisasi dalam perusahaan adalah tugas dari Human Resources. Karena itu, mutasi karyawan adalah hal yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi perusahaan, dan dilakukan oleh HR demi bisa mencapai komposisi karyawan terbaik.
Apa Arti Mutasi Karyawan?
Mutasi pada dasarnya merujuk pada arti pemindahan, dalam hal ini adalah pemindahan tenaga kerja dari satu bagian ke bagian yang lain. Tapi, sebenarnya mutasi karyawan tidak hanya sekadar memindah tempat bekerja saja, tetapi juga ada pengalihan tugas, transfer dan job rotation karyawan.
Untuk apa? Ya, seperti yang sudah disebutkan di bagian pembuka artikel ini; untuk mencapai komposisi sumber daya manusia yang seimbang dalam sebuah struktur organisasi perusahaan.
Pastinya sudah pada tahu dong, kalau individu itu punya keunggulan dan kelemahan masing-masing ya? Begitu juga dalam struktur organisasi perusahaan, yang terdiri atas banyak kepala yang mengurus bagian dan tugasnya masing-masing. Saat kompetensi individu dan tugas tidak sinkron, maka bisa dipastikan akan ada ketimpangan pemenuhan tugas dan targetnya. Bukan hanya diri sendiri yang akan merasakan efek ketimpangan ini, tapi bisa seluruh bagian dari perusahaan kena.
Salah satu seorang staf HR yang pernah diinterview mengaku, ini memang merupakan salah satu tugas dan wewenang divisi HR yang terberat; lama prosesnya, penuh trial and error, dan berisiko besar.
Ya, memang benar sih, karena namanya manusia. Enggak bisa dipastikan.
Lalu, biasanya, apa saja yang menjadi pertimbangan divisi HR dalam melakukan mutasi karyawan? Mari kita lihat.
5 Pertimbangan untuk Mutasi Karyawan
1. Melengkapi formasi
Adakalanya karyawan di sebuah perusahaan mundur dari pekerjaan, mungkin resign, pensiun, karyawan lamanya dipromosikan, atau bahkan di-PHK. Hal ini bisa menyebabkan adanya satu kekosongan dalam satu bagian di struktur organisasi.
Dengan banyak pertimbangan, maka kemudian diputuskan untuk memindahtugaskan salah satu karyawan ke bagian yang kosong tersebut, untuk melengkapi formasi yang ditinggalkan.
Sepertinya, mutasi karyawan yang seperti ini yang paling lazim terjadi ya?
2. Penyesuaian terhadap keahlian karyawan
Kadangkala pula saat seorang karyawan baru saja diterima kerja dan masuk kantor untuk pertama kalinya, ia masih ditempatkan bagian yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, padahal keahlian si karyawan baru tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh divisi lain sehingga bisa berkontribusi lebih optimal.
Kalau kondisinya begini, bisa saja si karyawan baru tersebut setelah beberapa lama bekerja lantas mengalami mutasi karyawan, dan dipindahtugaskan ke divisi lain di mana ia bisa memanfaatkan keahlian dan keterampilannya dengan lebih baik.
Lalu, bagaimana dengan posisi yang ditinggalkannya? Bisa saja digantikan oleh karyawan yang dimutasi juga, atau mungkin melakukan rekruitmen karyawan baru.
3. Penyegaran organisasi
Biasanya pertimbangan penyegaran organisasi ini dilakukan oleh perusahaan besar yang mempunyai banyak cabang di berbagai kota. Adalah lazim terjadi, misalnya, kepala kantor cabang A dipindahtugaskan ke kantor cabang B, kepala kantor cabang B dimutasi ke kantor cabang C, dan seterusnya.
Dengan adanya rotasi seperti ini, diharapkan akan ada penyegaran dalam kinerja di kantor cabang tersebut, sehingga bisa meningkatkan target perusahaan dengan lebih baik.
4. Promosi
Promosi jabatan merupakan salah satu hal yang dinanti-nantikan oleh mayoritas karyawan yang bekerja di perusahaan apa pun, sepertinya ya? Promosi jabatan bisa berarti sebuah reward terhadap kerja keras dan loyalitas karyawan yang bisa diberikan oleh perusahaan.
Namun, adakalanya promosi jabatan juga disertai dengan mutasi. Misalnya, perusahaan membuka kantor cabang baru di lain kota. Salah satu karyawan yang sebelumnya berstatus staf biasa lantas dipromosikan untuk mengisi posisi manajer di kantor cabang baru tersebut, maka ia akan dipindahtugaskan di kota lain.
Mutasi karyawan ini juga kerap terjadi ya? Meski kadang membawa konsekuensi harus pindah kota, tapi kebanyakan dengan senang hati dimutasikan dengan alasan promosi jabatan ini. Biasanya juga diikuti dengan kenaikan gaji. Hasek!
5. Bentuk punishment
Selain karena dipromosikan, mutasi karyawan juga bisa terjadi sebagai bentuk sanksi atau punishment terhadap karyawan. Biasanya penyebabnya adalah karyawan melakukan tindakan indisipliner, atau tidak bisa mencapai target kerja tertentu, ataupun penyebab lain yang dianggap bisa merugikan perusahaan.
Mutasi karyawan jenis ini biasa disebut dengan istilah demosi. Sang karyawan “diturunkan” statusnya atau jabatannya. Misalnya, sebelumnya adalah manajer pemasaran, lantas menjadi admin. Ouch. Cukup jauh juga ya? :)
Tentu saja, perusahaan sudah mempertimbangkan banyak hal untuk menjalankan mutasi karyawan ini ya, sehingga mau tidak mau, karyawan harus mematuhinya.
Nah, itu dia beberapa pertimbangan perusahaan untuk melakukan mutasi karyawan. Apa pun pertimbangannya, yang pasti tujuannya satu: agar bisa mencapai tujuan baik bersama-sama.
Akan lebih efektif lagi, jika setelah melakukan mutasi karyawan, perusahaan juga menyelenggarakan training-training yang sesuai untuk karyawannya, demi bisa meningkatkan kompetensi dan wawasan mereka supaya lebih baik lagi. Salah satunya dengan mengadakan training keuangan dan HR.
Yuk, undang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Tip Merencanakan Outing Kantor So Everyone Is Happy!
So, setelah membaca manfaat dan beberapa ide outing kantor di artikel-artikel sebelumnya, sekarang jadi kepikiran untuk ajak karyawan-karyawan di perusahaan Anda untuk liburan juga?
Kalau iya, coba ikuti beberapa tip mempersiapkan outing kantor berikut ini, agar tepat sasaran, bermanfaat, and make sure everyone is happy.
5 Tip Mempersiapkan Outing Kantor yang Seru Abis!
1. Ketahui kebutuhan karyawan
Yang pertama harus diketahui adalah apa sih yang dibutuhkan oleh karyawan? Mau outing kantor sekadar jalan-jalan aja untuk refreshing? Atau jalan-jalan sembari memperkuat bonding satu sama lain? Atau mau jalan-jalan untuk mencari inspirasi dan referensi?
Untuk itu, mungkin pihak perusahaan bisa mengadakan dialog dengan para karyawan untuk mendapatkan masukan dan mendengarkan pendapat mereka. Bisa langsung saja ajak diskusi, atau bagi angket, polling, atau kuesioner. Prinsipnya, gali informasi.
Memang akan sulit sih untuk bisa memenuhi keinginan setiap karyawan. Pasti deh beda-beda. Ini nggak masalah sih sebenarnya. Pihak perusahaan bisa mengambil saja opini paling populer atau opsi yang paling banyak dipilih.
2. Tentukan agenda
Selanjutnya, tentukan agenda; mau berangkat kapan–bisa disesuaikan dengan workload di kantor–naik apa, dan kalau menginap, siapkan juga akomodasi dengan saksama.
Makanannya jangan lupa untuk juga diperhatikan. Karena perut kenyang itu jaminan kebahagiaan semua orang. Kalaupun diajak senang-senang, tapi makanannya tak memuaskan, pasti ada yang terasa kurang. #heyitrhymes!
Jika ada karyawan yang mau mengajukan diri menjadi relawan untuk mengoordinasi acara outing kantor ini, tentunya akan sangat baik. Kalaupun enggak, perusahaan bisa memanfaatkan jasa mereka yang profesional dan biasa mengelola event-event outing kantor. Banyak kok, di luar sana.
Kalau tujuan outing-nya adalah lebih ke learning new things, have new experiences, atau untuk mempererat bonding, barangkali pihak perusahaan juga akan perlu untuk menyiapkan acara apa saja yang akan diadakan selama outing kantor tersebut. Apakah perlu ada games yang seru, workshop dan training, atau mungkin perlu ada acara kompetisi olahraga kecil-kecilan?
Buat rencana matang–termasuk itinerary–selama outing kantor berlangsung sedetail mungkin.
3. Set your budget
And of course, set your budget! Sudah punya rencana matang, sudah pula membayangkan acara yang seru saat outing kantor, tapi ternyata bujet tak memungkinkan, pastinya nggak lucu deh.
Beberapa perusahaan sudah mempunyai anggaran khusus untuk bisa mengajak karyawannya untuk outing kantor. Beberapa ada yang mengambil dari laba bersih bisnis yang dijalankan. Semuanya tentu kembali ke kebijakan masing-masing.
Asalkan ingat, jangan sampai mengganggu cashflow utama ya. Bahaya kalau sampai ini terjadi.
4. Siapkan kejutan
Everyone loves surprises! Kejutan akan terasa semakin menyenangkan jika diberikan di saat-saat yang juga membahagiakan.
Beberapa perusahaan tidak mengumumkan adanya outing kantor ke seluruh karyawan. Hanya beberapa saja yang berkepentingan yang tahu. Sehingga agenda outing pun menjadi agenda yang ditunggu-tunggu dengan penasaran. Bakalan ke mana ya tahun ini? Atau acaranya apa ya outing besok?
Di perusahaan lain, mungkin sudah menyiapkan acara outing kantor dengan gegap gempita. Karyawan sudah pada tahu juga mau diajak ke mana. Tapi akan lebih seru jika menyisipkan kejutan untuk karyawan di sana-sini juga. Misalnya, pada kesempatan outing tersebut, umumkan juga siapa karyawan dengan performa terbaik, atau rookie worker of the year. Tentu saja, harus ada hadiahnya.
Atau yang simpel aja deh, adakan doorprize. Pasti acaranya tambah seru!
5. Have fun!
Yang terakhir, jangan lupa untuk have fun! Karena ya, inti dari semua agenda outing kantor adalah bersenang-senang, apalagi kalau diadakan di luar kantor. Kesempatan banget untuk refreshing, lebih saling mengenal satu sama lain, dan tentu saja, untuk menstimulasi kreativitas dan mencari inspirasi baru.
Semuanya harus dilakukan dengan fun!
So, ajak karyawan untuk having fun. Misalnya, kasih peraturan nggak boleh ngomongin kerjaan selama outing kantor berlangsung. Ha! Pasti menyenangkan. Atau, hanya boleh pegang hape satu jam saja dalam sehari. Selebihnya harus benar-benar hadir dalam acara.
Buatlah acara outing kantor ini menjadi tak terlupakan. Apalagi kalau ada training-training juga dalam agendanya. Kemas acaranya secara fun, agar lebih tepat sasaran. Sehingga saat para karyawan kembali ke kantor, mereka tak hanya merasa refreshed tapi juga punya value yang baru dalam diri mereka.
Anda tertarik untuk menyelenggarakan training keuangan pada karyawan sebagai salah satu agenda outing kantor? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Alasan Liburan Karyawan Itu Penting dan Berefek Baik untuk Perusahaan
Kurang piknik! Begitu biasanya kita akan dibilang, kalau sehari-hari suntuk, bad mood, nggak fokus, dan nggak bisa meningkatkan performa kerja. Bahkan ada penelitian juga tentang liburan karyawan ini yang dimuat di Journal of Applied Psychology tahun 2010. Di penelitian tersebut disebutkan bahwa karyawan yang nggak pernah liburan akan rentan diserang kelelahan emosional hingga menurunkan produktivitas kerja.
Makanya, liburan itu penting. Tapi, kan enggak semua karyawan mampu merencanakan liburan, lagi pula banyak yang memang punya prioritas dan tujuan keuangan lain yang masih harus dicapai? Nah, di sinilah perusahaan perlu peka terhadap kebutuhan dengan mengadakan liburan karyawan, atau yang disebut outing.
Tak hanya untuk bikin happy karyawan, liburan karyawan yang diadakan bareng-bareng sekantor ini juga punya banyak manfaat lainnya, yang akhirnya akan berefek pada keseluruhan aktivitas bisnis perusahaan lo.
Memang, apa saja sih manfaatnya? Mari kita lihat.
5 Manfaat Perusahaan Mengadakan Liburan Karyawan Bareng
1. Menstimulasi kreativitas dan skill problem solving
Sebanyak 1500 CEO 33 jenis industri di 60 negara menginginkan tenaga kerja kreatif yang punya skill problem solving yang tinggi. Ini menurut survei IBM. Dan dengan mengadakan liburan karyawan bareng, atau outing, karyawan akan punya peluang untuk mengembangkan kreativitasnya di luar sana.
Apalagi jika acara tersebut dikoordinasikan dan direncanakan oleh para karyawan sendiri. Merekalah yang menentukan pergi ke mana, dengan transportasi apa, dan seterusnya. Problematika yang berbeda dengan yang harus dihadapi sehari-hari akan memantik para karyawan untuk berpikir cepat mencari solusi terbaik.
Cara untuk melatih otak yang baik, bukan?
2. Meningkatkan moral dan motivasi pekerja
Adanya fasilitas liburan karyawan bareng yang ikut tercantum dalam budaya perusahaan serta perjanjian kerja akan memicu motivasi kerja yang akan berefek pula pada produktivitas karyawan.
Saat agenda liburan semakin dekat, apalagi jika sudah tahu hotel sudah dibooking, transportasi sudah beres, tinggal berangkat saja, karyawan pasti merasa excited. Masalah-masalah kecil yang terjadi pada pekerjaan mereka sehari-hari jadi terasa mudah untuk dipecahkan, karena ada semangat yang menyala-nyala.
Liburan karyawan bareng semacam menjadi bentuk reward akan hasil kerja yang baik, dan suatu bentuk harapan yang tak terucap dari perusahaan, agar karyawan bisa meningkatkan performa ke depannya.
Hal ini akan membuat moral para karyawan meningkat naik, yang akan membawa dampak baik pula bagi perusahaan.
3. Meningkatkan staff retention
Apa itu staff retention rate?
Menurut situs businessdictionary.com, employee retention artinya adalah:
An effort by a business to maintain a working environment which supports current staff in remaining with the company.
Kalau diterjemahkan secara bebas, berarti adalah usaha para pemilik bisnis dan pihak manajemen suatu perusahaan untuk mempertahankan tenaga kerjanya yang dianggap berkontribusi baik dalam perkembangan bisnis perusahaan tersebut.
Staff retention ini berhubungan langsung dengan tingkat loyalitas karyawan. Dengan adanya benefit-benefit tertentu, karyawan terbaik tentulah tidak tergoda untuk resign dan pindah kerja begitu saja.
Dengan adanya agenda liburan karyawan, berarti perusahaan telah memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan baik. Ini tentunya bisa menjadi semacam jaminan, bahwa bisnis perusahaan pun berjalan dengan baik dan sehat.
4. Kesempatan untuk lebih mengenal satu sama lain
Agenda liburan karyawan bareng juga bisa menjadi peluang bagi karyawan untuk lebih saling mengenal satu sama lain. Bisa jadi, yang sehari-harinya enggak kelihatan, jadi keluar semua saat liburan bareng–baik yang positif dan negatifnya juga.
Well, jangan salah. Meski karakter negatif akhirnya juga diketahui, tapi hal ini akan baik juga dampaknya bagi kerja sama tim. Karena sudah mengerti kekurangan dan keunggulan masing-masing, pastinya akan lebih mudah untuk berkonsolidasi demi kebaikan dan pencapaian target bersama, bukan?
5. Kesempatan untuk mempelajari hal baru
Liburan karyawan bareng juga membuka kesempatan para karyawan untuk bisa mempelajari hal baru lo! Ada sebuah perusahaan yang bergerak di industri konstruksi yang CEO-nya secara bergiliran mengajak para stafnya untuk ikut jalan-jalan bersamanya ke luar negeri. Tak hanya untuk liburan, CEO tersebut juga mengajak stafnya untuk melihat dan mempelajari gedung-gedung yang ada.
Pastinya hal ini efektif banget ya, untuk me-refresh ide dan menstimulasi kreativitas stafnya begitu mereka kembali ke kantor?
Tak harus selalu ajak staf untuk jalan-jalan ke luar negeri sih kalau untuk belajar hal baru. Perusahaan juga bisa mengagendakan outing di villa kecil di luar kota, yang tak terlalu jauh. Lalu undang pemateri dari luar perusahaan untuk mengisi acara untuk memberikan tambahan edukasi bagi karyawan. Tak harus yang bersifat teknis kan edukasinya, bahkan kalau bisa sih topiknya yang agak di luar area namun bisa mendukung produktivitas kerja. Misalnya saja self improvement atau juga training keuangan.
Anda tertarik untuk menyelenggarakan training keuangan pada karyawan sebagai salah satu agenda outing kantor? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Tip Mengadakan Pelatihan dan Pengembangan SDM Agar Tepat Sasaran
Dalam artikel yang lalu disebutkan, bahwa 1 dari 3 pekerja sungkan untuk mengusulkan pengadaan pelatihan dan pengembangan SDM demi meningkatkan kompetensi diri mereka.
Hal ini sungguh ironis, mengingat 1 dari 2 pekerja mengaku pernah mendapatkan punishment terkait inkompetensi masing-masing, dan kurangnya kesadaran pentingnya pelatihan dan pengembangan SDM ini dari pihak perusahaan sendiri.
Alasannya bisa bermacam-macam. Mungkin dari pihak perusahaan sendiri khawatir, jika pelatihan yang diadakan akan mengganggu workload maupun jam kerja karyawan, atau mungkin belum menemukan cara bagaimana mengadakan pelatihan dan pengembangan SDM secara efektif dan efisien.
Karena itu, berikut ada sedikit tip untuk mengadakan pelatihan dan pengembangan SDM agar lebih tepat sasaran. Simak sampai selesai ya.
5 Tip untuk Memberikan Pelatihan dan Pengembangan SDM di Perusahaan agar Lebih Tepat Sasaran
1. Ketahui kebutuhan karyawan
Karena sasaran pelatihan dan pengembangan SDM ini adalah karyawan, maka kita harus mengetahui dulu dengan pasti, apa yang menjadi kebutuhan karyawan dalam meningkatkan kompetensi mereka. Kemampuan dan skill seorang karyawan tentulah berbeda satu dengan yang lainnya, pun yang menjadi kebutuhan masing-masing bagian atau divisi juga berbeda.
Maka dari itu, dari pihak HR sendiri harus memetakan dulu kekuatan maupun kelemahan karyawan dalam divisi masing-masing ini. Saat kekuatan dan kelemahan sudah bisa diketahui dengan pasti, saat itulah akan bisa diketahui pula pelatihan dan pengembangan SDM seperti apa yang dibutuhkan.
2. Kenali jenis-jenis pelatihan
Ada beberapa jenis pelatihan yang umum diberikan untuk meningkatkan kompetensi karyawan, di antaranya training orientasi, training product knowledge, training manajerial, training teknis, training keuangan, dan lain-lain.
Pihak HR dapat memilih dan menentukan jenis pelatihan ini yang sesuai dengan kebutuhan karyawan seperti yang sudah dipetakan di poin pertama di atas. Mungkin saja akan butuh untuk diselenggarakan beberapa pelatihan, namun tidak harus sekaligus dalam satu waktu. Tentukan prioritas sesuai dengan kebutuhan.
3. Pilih waktu dan tempat yang tepat
Proses pelatihan dan pengembangan SDM yang diselenggarakan demi meningkatkan kompetensi karyawan ini tentu membutuhkan waktu. Tak hanya satu atau dua jam dalam sehari, mungkin saja akan makan waktu sampai beberapa jam.
Bahkan banyak perusahaan melakukan pelatihan dan pengembangan SDM beberapa hari, hingga mereka harus menyewa tempat khusus agar lebih fokus. Kadang, yah, sambil refreshing juga di luar kantor. Banyak yang mengadakan pelatihan ini di lokasi-lokasi wisata yang adem dan nyaman.
Ada beberapa jenis pelatihan yang memang bisa dilakukan di dalam ruangan, namun ada pula pelatihan yang paling baik jika dilakukan di luar ruangan atau outdoor. Biasanya jenis pelatihan interpersonal skill ini paling bagus jika dilakukan sambil outbond atau camping.
Di mana pun perusahaan memutuskan untuk mengadakannya, tentu ini menjadi pertimbangan masing-masing. Yang penting adalah hasil akhir yang harus sesuai dengan yang diharapkan. Untuk waktunya, bisa disesuaikan dengan workload masing-masing karyawan ataupun divisi. Pastinya kan nggak akan sibuk sepanjang tahun kan?
4. Ukur kompetensi sebelum pelatihan diadakan
Sebelum pelatihan dan pengembangan SDM benar-benar dilaksanakan, lakukan dulu semacam pretest terhadap kompetensi karyawan untuk mendapatkan data-data terkait kondisi sebelum ada training. Hal ini penting untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas training nantinya.
Akan lebih baik jika perusahaan bekerja sama dengan lembaga-lembaga penyedia jasa pelatihan dan pengembangan SDM ini, karena metode dan hasilnya biasanya akan lebih objektif. Pastikan materinya benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh karyawan.
5. Lakukan observasi menyeluruh setelah pelatihan diadakan
Setelah proses pelatihan dan pengembangan SDM dilaksanakan, maka tiba waktunya untuk melakukan observasi, apakah menampakkan hasil seperti yang diharapkan. Perhatikan apakah ada perubahan yang lebih baik, berapa lama efek dari pelatihan yang sudah diadakan akan bertahan, kemudian lakukan evaluasi bersama atasan masing-masing divisi.
Perusahaan dapat melakukan review terhadap hasil pelatihan ini secara periodik. Buka diskusi dengan para atasan pun dengan karyawan yang mengikuti pelatihan, apakah hasil pelatihan sudah bisa mereka rasakan manfaatnya ataukah perlu dilakukan pelatihan lanjutan lagi.
Yang paling penting dari diadakannya pelatihan dan pengembangan SDM ini bahwa manfaat yang diperoleh setelahnya tidak hanya untuk kepentingan perusahaan semata, namun kembali pada pribadi karyawan masing-masing. Saat mereka rajin meng-upgrade diri sendiri, maka saat itulah kualitas mereka sebagai individu–tak hanya sekadar menjadi karyawan–juga akan meningkat.
Khusus untuk training keuangan, Anda bisa menghubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
1 dari 3 Pekerja Takut Mengusulkan Training Karyawan – Coba Lakukan 3 Tip Ini untuk Yakinkan Perusahaan
Ada data yang cukup membuat miris. Menurut Sitel–sebuah perusahaan penyedia jasa outsourcing terkemuka di Amerika–ternyata 1 dari 3 orang pekerja takut meminta pihak perusahaan tempat mereka bekerja untuk mengadakan training karyawan atau pelatihan, karena mereka takut dianggap inkompeten. Padahal, satu dari 2 pekerja ini mengaku, pernah menerima penalti ataupun punishment akibat kurangnya kompetensi ini.
Begitulah hasil survei Sitel terhadap lebih dari 1000 orang responden yang berstatus pekerja dalam binaan mereka. Data lainnya menyebutkan–masih dari Sitel–bahwa satu dari 4 pekerja mengaku, belum pernah sekali pun mengikuti training karyawan, lantaran perusahaan tempat mereka bekerja tidak menjadikan hal ini sebagai prioritas utama dalam usaha mengembangkan bisnis.
Padahal 1 dari 3 orang pekerja tersebut percaya, bahwa dengan training karyawan yang diberikan oleh perusahaan, maka kompetensi mereka akan meningkat, dan mereka akan dapat memberikan hasil kerja yang lebih baik lagi dari sekarang. Dan, dengan porsi perbandingan yang sama–satu dari 3 orang–para pekerja memilih untuk hengkang dari perusahaan jika memang mereka tak diberi kesempatan untuk bisa mengembangkan diri mereka.
Wah, data yang cukup lengkap ya? Dan, seperti lingkaran setan berefek domino.
Agar lebih mudah dipahami, mari kita simpulkan. Dari hasil survei Sitel tersebut kita dapat menemukan beberapa fakta sebagai berikut:
- Pihak perusahaan terkadang masih menempatkan training karyawan sebagai prioritas kesekian dalam usaha pengembangan bisnis.
- Karyawan takut mengusulkan diadakan training, lantaran adanya kekhawatiran dianggap tidak kompeten.
- Sebagian mengaku, pernah menerima punishment karena kurangnya kompetensi ini.
- Padahal, para pekerja percaya, training karyawan dapat membantu mereka untuk memberikan kinerja yang lebih baik.
- Sebagian besar karyawan memilih resign kalau kesempatan untuk mengembangkan diri tertutup.
Wah wah wah.
Padahal, tidak pernah ada larangan bagi karyawan untuk mengusulkan pada pihak perusahaan–dalam hal ini, melalui HR–untuk mengadakan training atau pelatihan sesuai kebutuhan mereka lo. Bahkan, kalau usulan training ini datang dari pihak karyawan, bukankah ini lebih baik? Karena pihak perusahaan lantas tahu, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh para karyawan agar mereka bisa mengembangkan diri dan bisa lebih produktif lagi.
Mari kita lihat, beberapa trik untuk mengusulkan diadakannya training karyawan pada pihak perusahaan ini
1. Ketahui apa yang dibutuhkan
Untuk bisa mengusulkan training karyawan pada pihak perusahaan, dari pihak karyawannya sendiri harus sudah tahu dulu, kompetensi apa yang ingin ditingkatkan. Dengan demikian, pihak perusahaan dapat mencarikan jenis training karyawan yang paling tepat. Mungkinkah training manajerial, training teknis, atau juga training keuangan?
Ada beberapa jenis training karyawan yang umum diadakan di perusahaan-perusahaan. Tapi, tentunya hal ini disesuaikan dengan kebutuhan. Jika ada jenis training lain yang diperlukan, ya mengapa tidak diadakan secara khusus?
2. Pastikan training tidak mengganggu jam kerja
Selanjutnya, setelah mengenali kebutuhan, adalah menentukan waktu yang tepat. Pastinya training karyawan ini tidak hanya akan memakan waktu satu dua jam saja, apalagi jika materinya cukup rumit. Mungkin bahkan membutuhkan beberapa hari.
Karena itu, coba pastikan training diadakan di kala workload tidak terlalu tinggi. Dengan demikian, target kerja tetap bisa tercapai, sembari meng-upgrade diri sendiri.
3. Pastikan pihak perusahaan paham apa keuntungannya bagi mereka
Dalam ilustrasi data di atas, kita sudah melihat, bahwa banyak perusahaan masih belum paham mengenai arti pentingnya training karyawan. Untuk alasan pastinya, hanya perusahaan sendiri yang tahu tentunya ya?
Nah, di sinilah karyawan harus bisa meyakinkan pihak perusahaan bahwa mereka membutuhkan training yang sesuai untuk dapat meningkatkan kompetensi. So, coba berikan argumen dengan berdasarkan data, bahwa perkembangan bisnis perusahaan akan baik jika karyawan diperbaiki kompetensinya. Ungkapkan apa saja keuntungan yang bisa dirasakan oleh perusahaan nantinya jika training karyawan ini berhasil.
Misalnya saja, training keuangan. Jika karyawan diberikan pelatihan literasi keuangan yang baik, maka karyawan akan bebas stres yang diakibatkan oleh masalah keuangan, karyawan bisa bebas utang, bisa mengalokasikan gaji untuk dana darurat, tabungan, dan investasi sehingga tak lagi mengeluhkan gaji yang kurang.
Sekali lagi, karyawan merupakan aset perusahaan. Makanya, perlu banget untuk dikelola dengan baik, bahkan harus dikembangkan supaya lebih baik lagi. Salah satu caranya adalah dengan memberikan training karyawan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Follow Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.
5 Masalah Keuangan yang Umum Dihadapi oleh Karyawan
Namanya manusia, tak pernah luput dari permasalahan hidup. Dan, sepertinya masalah hidup yang paling rumit–yang paling banyak bikin stres–adalah kalau kita punya masalah keuangan. Ironisnya, ini kadang justru membelit dan terjadi pada kita yang punya penghasilan tetap dan cukup, seperti para karyawan.
Kalau dilogika, para pekerja atau karyawan seharusnya tak perlu punya masalah keuangan. Berbeda dengan mereka yang tak punya pekerjaan tetap, yang memang harus ekstra mengatur keuangan agar bisa survive sampai saatnya dapat uang lagi tiba.
Logikanya, seorang karyawan yang mendapatkan gaji teratur, dengan besaran yang juga teratur, akan lebih mudah mengelola keuangannya, seandainya ia sedikit saja punya pengetahuan literasi keuangan.
Tapi kenyataannya, data menunjukkan bahwa 1 dari 5 karyawan terlilit masalah keuangan hingga ketidakhadiran meningkat dan produktivitas kerja menurun. Ini angka prevalensi yang sangat memprihatinkan. Memang angka ini adalah angka hasil penelitian Virginia Tech Study di Amerika, tapi bukan tak mungkin terjadi juga di Indonesia.
Apa saja sih masalah keuangan yang sering terjadi pada karyawan hingga bisa memengaruhi kinerja mereka di kantor? Mari kita lihat.
5 Jenis Masalah Keuangan yang Sering Terjadi pada Karyawan Hingga Memengaruhi Kinerja di Kantor
1. Gaji yang tak pernah cukup
Rasa-rasanya gaji berapa saja yang diterima tak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, boro-boro buat liburan atau gadget baru. Terima gaji di tanggal 1, langsung habis di tanggal 4 setelah membayar semua tagihan dan cicilan, juga untuk memenuhi undangan ngopi cantik dan ganteng di kafe bareng teman-teman atau untuk beli sepatu dan tas.
Masalah keuangan yang satu ini bisa saja terjadi pada karyawan mana pun–dari mulai level OB sampai manajer. Bahkan faktanya, saat gaji sudah naik pun, lifestyle juga meningkat sehingga akhirnya ini seperti lingkaran yang tak ada habisnya. Mbulet.
2. Utang
Memang kadang utang itu perlu, apalagi jika kita pengin punya sesuatu yang bisa menolong hidup kita tapi bernilai tinggi, di luar jangkauan. Rumah, misalnya.
Namun, karena kurangnya pengetahuan akan literasi keuangan, utang akhirnya membelit hidup karyawan dan menjadi masalah keuangan yang kalau didiamkan saja bisa membuat karier hancur.
Survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans (IFEBP) di Brookfield Wisconsin memberikan fakta, bahwa dari seluruh karyawan yang mempunyai masalah keuangan pribadi, 66%-nya ternyata dalam bentuk utang–baik itu utang produktif maupun utang konsumtif.
Oke, kalau utang produktif sih mungkin masih tak menjadi masalah, apalagi jika memang kondisi keuangan pada dasarnya sehat dan sudah diperhitungkan pula sejak perencanaan. Tapi, utang konsumtif ini yang biasanya membuat para karyawan mati kutu–mulai dari utang KTA, kartu kredit, hingga utang pembelian kendaraan.
3. Dana pensiun
Dana pensiun juga menjadi salah satu masalah keuangan yang umum terjadi pada karyawan, lantaran pada umumnya banyak karyawan yang tidak siap untuk pensiun–atau setidaknya, tidak siap untuk pensiun sejak dini.
Padahal kebutuhan dana pensiun ini sangatlah besar, apalagi jika kita menginginkan masa pensiun yang sejahtera. Yah, paling tidak nggak terlalu kontras deh dengan lifestyle yang kita jalani saat masih bekerja.
Menurut para ahli keuangan, untuk bisa menikmati masa pensiun yang sejahtera ini, kita setidaknya harus punya dana sebesar 70 – 80% dari penghasilan kita selama bekerja setiap bulannya. Jadi, kalau terbiasa hidup dengan penghasilan Rp10 juta per bulan, misalnya, maka agar bisa pensiun sejahtera kita harus mempunyai dana sebesar Rp7 juta per bulan selama masa pensiun.
Padahal kalau sudah pensiun, kita mungkin tidak akan punya penghasilan tetap. Mampukah kita membiayai hidup kita nanti?
4. Jaminan kesehatan dan proteksi lainnya
Banyak karyawan yang hanya mengandalkan asuransi dari BPJS Kesehatan untuk menjamin kesehatan mereka dan juga keluarga. Ini nggak salah sih, malah memang inilah yang disarankan.
Namun, akan lebih baik jika para karyawan juga punya asuransi yang dibeli sendiri dari swasta. BPJS Kesehatan memang sudah lengkap cakupan asuransinya, akan tetapi ada beberapa aspek dari asuransi kesehatan dari swasta yang juga menguntungkan. Salah satunya adalah soal antrean dan birokrasi yang panjang.
Tapi, asuransi kesehatan swasta kan mahal? Nah, itulah masalahnya. Jika karyawan punya pengetahuan literasi keuangan yang baik, tentu hal ini tidak akan menjadi masalah. Dengan pengelolaan cash flow yang baik, karyawan pasti akan bisa mengalokasikan sedikit dari gajinya untuk membayar premi asuransi kesehatan swasta.
Proteksi lain yang sering belum dipunyai oleh karyawan adalah asuransi jiwa. Padahal ini juga penting banget, apalagi jika si karyawan merupakan tulang punggung keluarga.
5. Ketagihan akan sesuatu
Nah, masalah keuangan yang kelima ini ada kaitannya dengan poin pertama di atas, yaitu tentang kebutuhan lifestyle.
Semakin ke sini, orang memang sadar akan kebutuhan untuk hidup bahagia. Banyak di antara kita yang punya hobi atau kegemaran tertentu, yang kita lakukan karena kita memang suka melakukannya. Tak jarang, hobi atau kegemaran ini juga menyedot sebagian besar uang gaji yang dihasilkan dari bekerja bertahun-tahun.
Solusi untuk kelima jenis masalah keuangan para karyawan di atas sebenarnya cukup sederhana, yaitu pengetahuan mengenai literasi keuangan yang lebih menyeluruh. Mulai dari mengerti dan bisa merencanakan tujuan keuangan sendiri, bisa membuat anggaran dan disiplin melakukannya.
Tertarik untuk mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan bagi karyawan di perusahaan Anda? Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas terbaru.