5 Tanda Kamu Bekerja di Perusahaan Toxic
Ada karyawan toxic di tempatmu bekerja? Well, kamu patut berhati-hati kalau begitu, karena bisa saja rekan toxic ini akan ikut andil menciptakan suasana kerja tak nyaman di kantor, bahkan bisa membuat kantormu menjadi perusahaan toxic.
Karena oh karena … sebuah perusahaan itu ter-define oleh siapa saja yang bekerja di dalamnya. Kan, karyawan adalah aset perusahaan yang utama?
So, barangkali ada di antara kamu yang sekarang sedang mengalami burnout berkepanjangan, jadi nggak semangat kerja, malas berangkat ke kantor, kalau sudah di kantor juga pengin buru-buru pulang … nah, perlu dicari nih penyebabnya. Bisa jadi penurunan produktivitas kamu itu terjadi karena kamu bekerja di perusahaan toxic.
Sekarang coba deh dicek, apakah ada tanda-tanda berikut di kantor tempat kamu bekerja?
5 Tanda dan gejala perusahaan toxic
1. Penuh dengan politik kantor
Sebenarnya politik kantor ini enggak selalu buruk sih, tergantung juga pada tujuannya. Ada beberapa hal yang memang harus dilakukan secara strategis, demi tujuan baik bersama.
Namun, tentu saja, yang sedang kita bicarakan di sini bukanlah tipe politik kantor yang positif, tetapi politik kantor yang membawa vibe negatif pada suasana kerja. Seperti apa, misalnya? Persaingan antar karyawan yang tidak sehat adalah salah satunya.
Biasanya ini terjadi ketika sedang ada “musim promosi”. Satu-dua karyawan kurang berkompeten terlihat berusaha keras mendapatkan promosi atau kenaikan gaji yang sebenarnya tak layak mereka dapatkan, dengan cara-cara yang kurang elok.
Ada memang yang beginian? Ada, makanya ada sebutan karyawan toxic akan membentuk perusahaan toxic.
2. Hanyak kritik, tanpa apresiasi
Para atasan dan pihak manajemen juga ikut andil dalam membentuk lingkungan kerja perusahaan toxic. Adanya tekanan yang terus menerus pada bawahan, tanpa ada sedikit pun apresiasi atau penghargaan, lama kelamaan juga akan membangun suasana yang tak nyaman saat bekerja.
Mana ada sih orang yang mau bekerja dengan kritik terus menerus? Kalaupun sesekali menunjukkan performa atau hasil kerja yang baik–memang bukan kritik yang diterima sih–tetapi ada anggapan bahwa itu wajar saja terjadi karena toh karyawan sudah dibayar untuk melakukan tugasnya.
Duh, kayak PLN banget enggak sih? Kalau listrik nyala dan lancar, enggak ada yang muji. Kalau listrik padam aja, semua ngebully.
3. Tidak memberi ruang privasi
Kemarin sempat baca curhatan seseorang di Twitter, yang mengunggah surat edaran dari kantor tempatnya bekerja (tentu saja dengan menyamarkan nama kantor, dan nama-nama orang yang bertanda tangan di atasnya), bahwa seorang staf tidak boleh mengabaikan pesan pribadi atasan/bos di handphone mulai dari pukul 08.00 sampai pukul 23.00.
Kalau terlambat menjawab pesan sampai 3 jam, ada denda Rp100.000! Dan, ini berlaku akumulatif.
Wah, udah kayak ongkos parkir di mal aja ya? Tarif flat 3 jam, berikutnya berlaku kelipatan.
Bagaimanapun, seorang karyawan sebenarnya berhak untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan kehidupan profesionalnya. Ini memang tidak pernah diatur secara hukum–dalam artian ada di undang-undang pemerintah seperti halnya cuti, upah, dan tunjangan sih. Tapi, seharusnya ini menjadi etika saja di setiap kehidupan di dunia kerja.
Demi kesehatan mental bersama.
4. Birokrasi berbelit
Apakah kamu harus menunggu berminggu-minggu hanya untuk mendapatkan persetujuan untuk membeli ATK sederhana keperluan untuk ngantor sehari-hari? Apakah kamu harus berkali-kali menanyakan ke bagian finance, apakah vendor tertentu sudah dibayar atau belum karena akan segera ada order baru lagi.
Birokrasi yang panjang dan berbelit juga merupakan salah satu tanda perusahaan toxic, karena birokrasi seperti ini akan menghambat produktivitas dan efisiensi kerja siapa pun.
5. Kurang kesempatan untuk meningkatkan skill pribadi
Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang peduli terhadap karyawan, dan berusaha memfasilitasi perkembangan mereka ke arah yang lebih baik. Salah satu caranya adalah dengan memberikan dukungan berupa training-training yang disesuaikan dengan kebutuhan karyawan.
So, ayo, cek. Apakah kamu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan skill pribadi ini? Perusahaan kamu pernah mengadakan training orientasi perusahaan saat kamu mulai bergabung dulu? Apakah pernah ada training manajerial untuk meningkatkan skill kepemimpinan? Pernahkah diadakan training keuangan, demi meningkatkan kemampuanmu untuk mengelola keuangan pribadimu?
Jika ya, maka, selamat! Perusahaan tempat kamu bekerja bukanlah perusahaan toxic yang enggak peduli dengan karyawannya.
Tetapi jika tidak atau belum pernah, well … ada baiknya kamu berinisiatif untuk mengusulkan diadakan training-training untuk mengembangkan keterampilan pribadimu. Terutama skill mengelola keuangan. Mengapa hal ini penting? Jelas penting, karena ada banyak korelasi antara kemampuan pengelolaan keuangan karyawan dengan kinerja di kantor.
Hubungi tim QM Financial untuk mengadakan #QMTraining, sebuah program pelatihan interaktif untuk karyawan yang disusun bersama konsultan dan pembicara dari QM Financial, sesuai dengan kebutuhan literasi finansial perusahaan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Gaji Tidak Naik Juga Setelah Lama Bekerja, Mungkin 4 Hal Ini Penyebabnya
Seseorang bekerja pastilah dengan mengharapkan imbalan. Tapi, setelah sekian lama bekerja, gaji tidak naik juga. Padahal teman-teman seangkatan yang diterima kerja bareng sudah pada dipromosikan (yang pasti dibarengi dengan besaran gaji yang disesuaikan).
Ada apa ya?
Kalau peraturannya sih, gaji akan selalu disesuaikan setiap tahun lantaran adanya inflasi. Tapi, hmmm … bukankah seharusnya ada jenjang-jenjang tertentu yang disesuaikan juga, seiring lama waktu kita bekerja?
Ada yang sedang mengalami kebingungan seperti ini?
Memang ya, jadi karyawan itu adaaa aja permasalahannya. Mulai dari soal beban kerja hingga hubungan antar rekan. Apalagi masalah gaji, yang menyangkut hajat hidup sehari-hari. Duh, padahal ada cicilan KPR yang harus disetor setiap bulan, belum tagihan kartu kredit. Masih ada kebutuhan kuota dan pulsa HP, terus makan. Dan seterusnya. Biaya hidup ini setiap tahun selalu naik dan bertambah.
Masa gaji tidak naik juga sih, setelah sekian lama?
Apa ya penyebabnya? Mungkin ada salah satu dari beberapa alasan berikut ini.
4 Alasan mengapa gaji tidak naik juga setelah sekian lama bekerja
1. Termasuk karyawan toxic
Nah, yang paling baik memang mari kita introspeksi diri dulu deh, kenapa gaji tidak naik juga padahal kita sudah bekerja keras selama ini. Jangan-jangan kesalahan itu ada pada diri kita sendiri.
Jangan-jangan kita termasuk karyawan toxic?
Duh! Hayuk, coba-coba dicek ya. Apakah selama ini kita ngeselin? Mungkin menurut kita, tindakan kita selama ini sudah tepat. Tapi ingat, kita enggak kerja sendirian. Kita punya rekan kerja, atasan, dan organisasi lo. Apakah menurut mereka, ada tindakan kita yang merugikan?
2. Tidak ada prestasi signifikan
Hal kedua yang harus dicek mengapa gaji tidak naik juga setelah sekian lama adalah apakah kita sudah menunjukkan performa yang cukup baik? Apakah kita sudah memberikan hasil kinerja optimal, yang bermanfaat untuk seluruh organisasi?
Yes, introspeksi memang merupakan langkah pertama yang harus kita lakukan jika kita menghadapi masalah seperti ini, sebelum kemudian kita mencari-cari kesalahan orang lain.
Jika memang kita belum perform secara optimal, kinerja kita masih standar-standar aja, masih hanya melakukan apa yang dijelaskan dalam job desc, dan tidak mau mencoba melangkah keluar dari zona nyaman, ya sepertinya wajar saja sih kalau gaji tidak naik. Gaji yang naik karena alasan inflasi itu berarti sudah bagus untuk kita.
3. Soft skill kurang
Soft skill ini bisa sangat luas sih cakupannya. Tapi lagi-lagi ini merupakan bagian dari introspeksi diri. Bisa jadi masalah soft skill ini berkaitan dengan profesionalitas hingga kecerdasan mengelola emosi.
Misalnya saja, leadership. Hal ini memang tidak dipunyai oleh setiap orang, meski bisa dilatih. Perusahaan–melalui staf HR–biasanya memantau siapa saja yang punya sifat kepemimpinan yang lebih. Mereka-mereka yang dianggap mampu memimpin, punya kemampuan manajerial yang baik, kecerdasan emosi yang matang, dan mampu berkomunikasi dengan baik, pasti akan menjadi kandidat untuk dipromosikan.
Kalau dipromosikan, sudah pasti ada gaji dan tunjangan-tunjangan yang mengikuti.
So, kamu merasakan setelah sekian lama bekerja tidak ada kemajuan dalam jenjang karier? Well, mungkin kamu perlu melatih lagi soft skill kamu agar lebih baik lagi.
4. Perusahaan sedang bermasalah
Salah satu ciri perusahaan yang bermasalah adalah ketika mereka tidak bisa menaikkan benefit bagi karyawan–tapi ini juga nggak melulu berarti kalau gaji tidak naik itu pasti karena perusahaan bermasalah lo. Belum tentu juga.
So, ada baiknya kamu melihat-lihat situasi, apakah ada tanda-tanda perusahaan tempat kamu bekerja sedang mengalami masalah?
Jika iya, well, ada baiknya kamu bersabar dan menahan diri untuk menanyakan kenaikan gaji yang mungkin sudah layak kamu dapatkan. Pihak manajemen pasti sekarang sedang fokus untuk menangani masalah yang ada, yang menjadi prioritas mereka.
Bahkan, ada baiknya bagi kamu untuk juga ikut berpartisipasi memberikan pendapat atau ide agar masalahnya cepat terselesaikan.
Solusi
Jadi, sambil menunggu ada perbaikan–baik dari dalam diri kita sendiri maupun dari pihak perusahaan–ada baiknya kita benahi lagi saja apa yang ada dulu. Jangan-jangan perasaan gaji yang enggak pernah cukup ini disebabkan oleh kita sendiri yang kurang terampil mengelola cash flow?
Coba cek catatan keuangan yang sudah pernah kita buat? Apakah cash flow sudah sehat? Bagaimana dengan rasio utangmu? Apakah kamu masih bisa menabung/berinvestasi?
Lakukan financial checkup ini secara berkala–3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun, agar kamu bisa memastikan kondisi kesehatan keuanganmu. Kalau ada masalah dan kamu butuh pencerahan, segera cek jadwal kelas finansial online QM Financial. Cari kelas yang kamu butuhkan, dan cus, segera daftar sebelum ketinggalan.
Jadi, belajar finansial apa hari ini?