Investasi Properti: 3 Hal untuk Diketahui Sebelum Memulainya
Salah satu bentuk aset aktif yang sering dimanfaatkan untuk mendapatkan passive income–atau pendapatan pasif–adalah investasi properti.
Jenis investasi ini sepertinya juga menjadi favorit cukup banyak orang, lantaran beberapa keuntungannya dibandingkan instrumen investasi yang lain. Nilainya yang cukup besar memungkinkan kita mendapatkan keuntungan yang juga besar, dengan risiko yang relatif kecil.
Nah, mungkin ada di antara kamu yang sekarang juga sedang mempertimbangkan untuk mulai membangun aset aktif berupa properti ini demi tujuan finansialmu? Yuk, ikuti artikel ini sampai selesai ya, sebelum kamu memulainya.
Apa Saja yang Termasuk dalam Aset Aktif Properti?
Pada dasarnya, yang aset aktif berupa properti ini adalah semuanya yang berhubungan dengan bangunan, yang kemudian bisa disewakan untuk mendapatkan uang kembali.
Aset aktif ini bisa digolongkan dalam 2 tipe:
- Residential: yaitu menyewakan properti untuk keperluan hunian. Misalnya rumah kontrakan, kamar kontrakan alias kos-kosan, ataupun apartemen.
- Commercial: yaitu menyewakan properti untuk kemudian dijadikan tempat usaha. Misalnya seperti ruko, rukan, restoran, warung kopi, dan sebagainya.
Kamu lebih cenderung memilih tipe yang mana, pastinya tergantung pada tujuan finansial, dan berbagai faktor lainnya–kita akan bahas lebih lanjut pada poin-poin berikutnya.
Keuntungan Investasi Properti
Ada beberapa hal menguntungkan yang dimiliki properti sebagai aset aktif dibandingkan instrumen investasi yang lain. Di antaranya:
1. Nilainya cenderung lebih stabil
Dibandingkan instrumen investasi yang lain–misalnya, saham–properti cenderung stabil nilainya dari waktu ke waktu. Bahkan cenderung naik dari tahun ke tahun.
Memang sih, mungkin ada beberapa faktor eksternal yang mungkin bisa memengaruhi harga properti, tetapi tidak sesensitif naik turunnya pasar modal dan pasar uang.
2. Prospek baik sepanjang tahun
Kecenderungan harga properti yang selalu naik dari tahun ke tahun juga juga dipengaruhi oleh semakin berkurangnya lahan yang tersedia, namun populasi manusia semakin meningkat. Apalagi di kota-kota besar.
Lokasi kepemilikan aset aktif properti ini juga sangat menentukan sih. Misalnya, kalau lokasinya dekat dengan fasilitas umum maka tentunya nilainya akan lebih tinggi ketimbang properti yang jauh dari fasilitas-fasilitas seperti rumah sakit, sekolah, mal, dan sebagainya.
3. Bisa dijadikan agunan
Punya investasi properti juga bisa dimanfaatkan sebagai agunan, jika seumpama kita hendak mengambil kredit.
Kecenderungannya, kalau kita mengajukan kredit dengan agunan maka sifat kreditnya akan lebih lunak ketimbang kredit tanpa agunan; bunga lebih manusiawi dengan jatuh tempo yang juga lebih masuk akal.
4. Relatif rendah risiko
Dibandingkan saham terutama, investasi properti relatif lebih rendah risikonya. Hal ini terlebih karena harga properti yang tidak sefluktuatif harga saham.
5. Bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan tetap
Dan, tidak seperti instrumen investasi lain yang belum pasti memberikan pendapatan tetap setiap bulannya–bahkan mungkin harus merugi–investasi properti akan memberimu penghasilan yang relatif tetap. Misalnya, kos-kosan yang dibayar per bulan.
Jika kita menyewakan rumah atau apartemen untuk dikontrak, meski bukan bulanan, tapi kita akan menerima uang untuk kontrak jangka waktu 2 tahun, misalnya.
Berbeda dengan emas, yang enggak bisa diapa-apain selain dijual. Atau saham, kalau enggak ada dividen, ya berarti hanya mendapatkan penghasilan saat menjual sahamnya saja.
Risiko Properti sebagai Aset Aktif
Ingat kan ya, bahwa selalu ada risiko pada setiap langkah investasi yang kita lakukan? Begitu juga kalau kita memilih investasi properti ini.
1. Biaya perawatan tinggi
Rumah, apartemen, bangunan apa pun yang kita sewakan butuh perawatan, dan biayanya tidaklah kecil.
2. Butuh modal banyak
Ini dia yang menjadi faktor mundurnya banyak orang untuk memulai investasi properti. Kita akan butuh modal banyak.
Seenggaknya, kamu akan butuh sekian ratus juta untuk DP dan kemudian dilanjut KPR selama sekian belas atau puluh tahun hingga lunas. Ya, kecuali kamu punya privilege untuk bisa beli rumah secara cash.
Berbeda dengan reksa dana, misalnya, yang hanya butuh Rp100.000 saja untuk mulai. Bahkan ada lo, reksa dana yang bisa dimulai dari Rp10.000 dan bayar pakai Gopay.
3. Pajak relatif tinggi
Meski konon ada wacana bahwa Pajak Bumi dan Bangunan akan dihapuskan, tapi sementara ini kan belum. Jadi, ya harus siap-siap juga dengan pajak kalau mau berinvestasi di properti sekarang ini.
Lumayan juga, pajaknya lo! Beda dengan reksa dana, yang bebas pajak.
4. Risiko bencana alam
Kamu juga harus bersiap menghadapi bencana alam yang akhir-akhir ini makin sering terjadi. Terutama, jika lokasi propertimu memang berada dalam lokasi yang rawan bencana.
Well, kalau di Indonesia sih ya, bencana yang sering terjadi dan sewaktu-waktu harus siap dihadapi adalah gempa bumi, banjir, dan angin ribut.
5. Likuiditas rendah
Jika sewaktu-waktu kamu butuh uang, properti juga tidak bisa dengan cepat terjual. Pun saat disewakan. Enggak bisa langsung mendapatkan pembeli ataupun penyewa.
Kadang kamu juga harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan orang yang mau menyewa propertimu. Padahal, sementara properti kosong, kamu tetap harus mengeluarkan biaya perawatan kan?
Nah, semakin tertarik untuk mulai investasi properti?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai seluk beluk investasi–terutama untuk mengelola aset aktif yang sudah kamu punya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Reksa Dana Campuran: 5 Hal yang Harus Diketahui Lebih Dulu
Selain Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap, ada satu lagi jenis reksa dana yang juga bisa menjadi alternatif investasi, hanya saja produk satu ini memang kurang populer di Indonesia. Yaitu Reksa Dana Campuran.
Apa Itu Reksa Dana Campuran
Seperti halnya es campur yang terdiri atas berbagai macam buah, Reksa Dana Campuran juga terdiri atas berbagai jenis instrumen investasi, yaitu saham, obligasi, dan instrumen pasar uang seperti sertifikat deposito ataupun surat utang yang berjangka waktu pendek.
Kalau mau diproporsikan, masing-masing instrumen investasi porsinya enggak boleh lebih dari 79%. Namun, untuk pencampurannya, manajer investasi punya kebebasan untuk mengalokasikan.
Mengapa harus 79%? Karena kalau 80% obligasi, berarti ini termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap. Kalau 80% saham? Juga tidak bisa, karena kalau porsinya demikian, berarti masuk ke Reksa Dana Saham.
Beberapa Jenis Reksa Dana Campuran
- Reksa Dana Campuran Defensif, yaitu Reksa Dana Campuran dengan profil risiko yang paling rendah. Sebagian besar porsinya ada di instrumen investasi obligasi dan pasar uang, dengan jangka waktu yang pendek, yang menempati porsi 70 – 79%-nya. Sisanya saham.
- Reksa Dana Campuran Berimbang, yaitu Reksa Dana Campuran yang menempatkan investasinya secara seimbang pada produk obligasi, pasar uang, dan saham. Biasanya sih diambil perbandingan produk obligasi dan pasar uang terhadap saham adalah 50 – 50. Dibandingkan Reksa Dana Campuran Defensif, Reksa Dana Campuran Berimbang lebih tinggi profil risikonya, tetapi punya potensi imbal yang juga lebih besar.
- Reksa Dana Campuran Agresif, yaitu reksa dana yang menempatkan 70 – 79% investasinya pada produk saham, sisanya baru obligasi dan pasar uang. Sudah pasti bisa diduga, reksa dana ini memiliki profil risiko yang lebih tinggi ketimbang dua jenis Reksa Dana Campuran sebelumnya, tetapi juga menawarkan imbal yang lebih tinggi pula.
- Reksa Dana Campuran Dinamis, yaitu reksa dana yang memungkinkan manajer investasi secara cepat mengalokasikan dana pada produk-produk obligasi, pasar uang, dan saham, secepat fluktuasi yang terjadi di pasar modal dan pasar uang. Jadi, bisa jadi hari ini manajer investasi menempatkan 79%-nya di obligasi karena dianggap lebih berpotensi, dan besok sudah dipindahkan ke saham karena tiba-tiba pasar saham mengalami koreksi yang signifikan. Tujuan dari jenis reksa dana ini adalah untuk mengejar keuntungan semaksimal mungkin, sehingga profil risikonya adalah yang paling tinggi di antara yang lain.
Keuntungan Reksa Dana Campuran
Imbal besar
Seperti yang sudah disebutkan di atas, imbal yang bisa diperoleh oleh investor yang menanamkan dananya di Reksa Dana Campuran bisa jadi lebih besar ketimbang Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Menurut pengamatan beberapa manajer investasi saat ini, rata-rata masing-masing produk reksa dana jenis ini menawarkan imbal antara 8 – 15% per tahunnya.
Mudah pembeliannya
Seperti juga jenis reksa dana yang lain, kamu juga mudah membelinya. Hanya perlu registrasi saja di aplikasi fintech yang sekarang banyak bermunculan, lengkapi data diri, dan setelah ada verifikasi, kamu pun bisa mulai membeli reksa dana jenis ini.
Hanya dengan Rp100.000, kamu sudah bisa mendapatkan portofolio investasimu sendiri.
Risiko Reksa Dana Campuran
Namun, seperti juga prinsip high return, high risk–maka risiko yang bisa terjadi pada jenis reksa dana ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Risiko yang mungkin terjadi adalah risiko gagal bayar pada investasi obligasi, dan risiko ikut terseret turun nilainya akibat nilai saham yang juga merosot di pasar modal.
Mengapa Reksa Dana Campuran?
Saat berinvestasi, adalah penting bagi kita untuk menyesuaikannya dengan profil risiko dan tujuan finansial kita. Tapi, kadang kita memang mengalami kesulitan untuk mengontrol emosi, terutama jika ini adalah pertama kalinya kita investasi. Suka panik tiba-tiba kalau melihat harga-harga saham dan reksa dana anjlok, dan suka girang dengan lebaynya kalau angka-angka itu naik secara drastis.
Panik dan over-excited seperti ini tentunya akan membawa efek yang kurang baik dalam berinvestasi. Disiplin dan dewasa dalam berpikir sangat diperlukan jika kamu ingin berinvestasi demi mencapai tujuan finansial.
Nah, ini bisa dicapai salah satunya adalah dengan memilih Reksa Dana Campuran sebagai investasimu. Dengan alokasinya yang beragam, kamu sudah melakukan diversifikasi terhadap produk investasi yang kamu miliki. Hal ini akan mempertipis risiko yang mungkin terjadi, dan juga mencegahmu kalap, sehingga keputusanmu jadi kurang bijak.
Nah, bagaimana? Tertarik untuk berinvestasi di jenis reksa dana ini? Meski kurang populer di Indonesia, tentunya hal ini tidak akan menyurutkan niatmu untuk berinvestasi dong ya, asalkan sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansial yang kamu punya.
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kinerja reksa dana sebelum kamu mulai berinvestasi. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
4 Hal Tentang Investasi Obligasi yang Harus Investor Pemula Ketahui
Investasi obligasi barangkali tidak sepopuler emas, properti, ataupun saham. Namun, semakin ke sini, tampaknya juga semakin cerah saja harapannya, lantaran pemerintah sendiri juga cukup gencar memperkenalkan jenis investasi ini pada masyarakat.
Bagaimana denganmu? Sudah kenal dengan produk investasi satu ini belum? Kalau belum, coba baca artikel ini sampai selesai, siapa tahu bisa membuatmu semakin yakin untuk mencoba berinvestasi di instrumen satu ini.
Apa Itu Investasi Obligasi?
Obligasi merupakan salah satu produk pasar modal yang berupa surat pernyataan utang, yang diterbitkan oleh pihak tertentu dengan janji akan dikembalikan sejumlah utang pokok plus bunga dalam jangka waktu tertentu.
Penerbit obligasi bisa perseorangan, korporasi atau perusahaan, bisa juga pemerintah.
Khusus obligasi pemerintah, bulan lalu baru saja pemerintah meluncurkan ORI 016. Mungkin kamu sempat juga membaca beritanya, atau malah sudah ikut berpartisipasi memberikan pinjaman untuk negara.
Investasi obligasi ini cocok jika dimanfaatkan untuk tujuan finansial jangka menengah hingga panjang, lantaran jatuh temponya biasanya antara 1 hingga 10 tahun.
Biasanya obligasi diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan dana segar tambahan modal bagi perusahaan. Bagi pemerintah, obligasi menjadi salah satu cara untuk mendapatkan pinjaman demi mengatasi defisit APBN, dan untuk mengajak kita agar lebih berperan aktif mendukung program-program pembangunan negara. Ketimbang utang pada asing kan, mending utang pada warga negara sendiri?
Nah, lalu apa kelebihan dan kekurangan investasi obligasi? Karena setiap produk investasi itu selalu ada plus minusnya, imbal dan risikonya. Begitu juga dengan obligasi.
Lanjut baca ya.
Kelebihan Investasi Obligasi
Di antara produk investasi, obligasi mempunyai beberapa kelebihan atau keunggulan, yaitu:
- Dengan berinvestasi di obligasi, kita sebagai investor berhak untuk mendapatkan bunga atau kupon. Kalau obligasi pemerintah, kupon ini akan diberikan secara berkala. Jadi, kita seperti dapat pendapatan tetap gitu deh. Nah, makanya ada reksa dana pendapatan tetap–yang nanti akan kita bahas secara khusus juga.
- Ada 2 jenis kupon atau bunga yang biasanya menyertai penawaran obligasi, yaitu bunga tetap (flat)–yaitu bunga yang besarannya tetap dan diberikan secara berkala–dan bunga mengambang (floating)–yaitu bunga yang besarannya berubah-ubah, mengikuti kebijakan dan pasar. Masing-masing jenis bunga juga ada plus minusnya–yang kapan-kapan akan kita bahas juga lebih lanjut untuk mengenal perbedaan di antara keduanya. Adanya pilihan ini, kita bisa menimbang sesuai kebutuhan, obligasi mana yang lebih cocok untuk kita berinvestasi.
- Besaran kupon atau bunga ini akan lebih besar daripada bunga deposito rata-rata yang ditawarkan oleh bank
- Investasi obligasi relatif aman, terutama jika kita memberikan pinjaman dana kepada negara karena ada undang-undang yang melindungi.
- Bagi investor yang sudah berpengalaman, obligasi ini bisa dijual kembali di pasar sekunder sehingga bisa mendapatkan keuntungan berupa capital gain dari selisih harga beli dan harga jual.
- Obligasi negara juga bisa diajukan sebagai agunan demi mendapatkan dana lainnya lagi.
Kekurangan Investasi Obligasi
Meski relatif aman, tetap ada risiko yang menyertai investasi obligasi. Apa saja?
- Risiko gagal bayar, yaitu ketika pihak peminjam dana tidak bisa membayar bunga, bahkan kadang juga kejadian, pokok utang juga enggak kembali
- Obligasi sangat tergantung pada perubahan-perubahan yang terjadi di luar, misalnya seperti kondisi ekonomi atau politik suatu negara, sehingga memengaruhi kondisi pasar modal.
Beberapa Jenis Investasi Obligasi yang Harus Dikenali oleh Investor Pemula
Sebenarnya ada banyak sekali jenis investasi obligasi yang bisa ditemui, masing-masing berdasarkan penerbitnya, besaran bunganya, jangka waktu jatuh temponya, dan seterusnya. Kalau mau dijelaskan semua sepertinya kurang memungkinkan, lagi pula malah membingungkan. Bener nggak? :)
So, sebagai investor pemula, kamu hanya perlu mengenali 3 jenis investasi obligasi ini dulu.
1. Obligasi perusahaan
Obligasi ini adalah surat utang yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan yang ingin meminjam dana dari pihak lain. Perusahaan di sini bisa saja BUMN (perusahaan milih pemerintah) ataupun swasta.
Term and condition biasanya enggak jauh berbeda sih dengan obligasi pemerintah. Namun, lebih personal karena bisa besaran bunga dan jatuh tempo bisa disepakati bersama antara pihak peminjam dan investor.
2. Obligasi pemerintah
Yaitu surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah suatu negara, sebagai bukti peminjaman dana kepada warga negaranya.
Indonesia mulai mengeluarkan obligasi pada masyarakat tahun 2006, dan sejak itu secara rutin selalu ada obligasi yang diterbitkan setiap tahun. Bahkan pernah sampai dua kali setahun. Kalau kamu ingin ikut berpartisipasi dalam program peminjaman dana oleh negara ini, update saja terus di akun media sosial atau website Kementrian Keuangan. Supaya enggak ketinggalan berita.
3. Obligasi municipal
Surat utang ini juga sama-sama dikeluarkan oleh pemerintah sih, tetapi bukan oleh pemerintah pusat seperti halnya ORI atau SUKUK, melainkan oleh pemerintah daerah.
Biasanya obligasi ini diterbitkan oleh pemerintah daerah demi bisa mengurangi beban APBD dan mengurangi ketergantungan dana pada pemerintah pusat.
Nah, gimana? Sampai di sini, semoga sudah sedikit tercerahkan mengenai investasi obligasi ini ya. Sebenarnya masih banyak yang bisa digali lagi dari surat utang ini, dan semakin menarik lo! Tapi kamu bisa mulai dari beberapa pengetahuan dasar seperti di atas.
Yuk, gabung di kelas finansial online QM Financial, agar kamu tahu lebih banyak mengenai produk investasi dan juga bisa lebih banyak mengulik tujuan finansialmu. Cek jadwalnya, dan segera daftar ya!
6 Instrumen Investasi yang Harus Diketahui oleh Investor Pemula Sebelum Mulai Menanam Dana
Tanggal 23 Oktober 2019 yang lalu, KSEI–atau Kustodian Sentral Efek Indonesia–merilis data, bahwa saat ini total ada 2,8 juta investor di Indonesia, dan 43%-nya adalah generasi milenial dengan instrumen investasi yang beragam. BEI juga memberikan catatan, bahwa pertumbuhan jumlah investor sampai dengan Agustus 2019 tercatat sebesar 36% setiap bulannya.
Luar biasa ya? Tentunya ini adalah hal menggembirakan untuk kita semua. Semakin banyak orang yang sadar pentingnya berinvestasi dalam salah satu usaha mengelola keuangannya demi tercapai tujuan finansial masing-masing.
However, buat kamu yang baru mulai investasi, masih ada banyak waktu untukmu mulai. Dan, ada baiknya juga untuk kenalan dulu dengan masing-masing instrumen investasi sebelum akhirnya kamu memilih hendak berinvestasi di mana dan seberapa.
Berikut adalah beberapa instrumen investasi yang cocok dilakukan oleh pemula, yang harus kamu kenali lebih dekat sebelum mulai menanam dana.
6 Instrumen Investasi untuk Pemula
1.Logam mulia
Logam mulia–atau emas–merupakan salah satu instrumen investasi yang paling konvensional, kalau boleh dibilang. Coba tengok orang tua kita, biasanya sih rata-rata kalau mau investasi ya enggak jauh-jauh amat dari emas. Bentuknya pun perhiasan, bukan emas utuh.
Sebagai investor pemula, kamu juga bisa memilih logam mulia untuk mulai berinvestasi. Namun, ingat. Harga emas juga fluktuatif lo. Jadi, bisa saja pas butuh dana segar dan kamu menjualnya, harganya pas juga lagi turun. Jadi, risiko rugi tetap ada.
Selain itu, juga ada risiko dari segi keamanan, apalagi jika hanya disimpan di rumah. Kamu juga harus memperhitungkan hal ini jika ingin mengandalkan emas sebagai instrumen investasi untuk mencapai tujuan finansialmu.
2. Deposito
Deposito lebih kurang bisa dikatakan sebagai tabungan berjangka. Dalam jangka waktu tertentu, kita menyimpan uang yang enggak boleh diambil atau diutak-atik. Sebagai imbal, kita akan mendapatkan bunga yang besarannya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, dan dipotong pajak.
Deposito juga merupakan instrumen investasi yang paling aman. Karena merupakan produk bank, jadi dijamin oleh LPS hingga batas jumlah tertentu.
3. Reksa Dana
Reksa dana bisa dibilang instrumen investasi kolektif yang dilakukan oleh pihak tertentu–yang disebut dengan Manajer Investasi–dari banyak investor, yang kemudian “dibelanjakan” pada produk-produk investasi sesuai permintaan.
Karena kolektif, maka risiko dan imbal juga dibagi antara investor yang ikut mempercayakan dananya untuk dikelola oleh si Manajer Investasi ini.
Reksa dana ini juga cocok jika mau dicoba oleh investor pemula, karena enggak perlu pusing-pusing mempelajari pasar, memilih produk, hingga memutuskan kapan beli dan kapan jual. Semua diurusin sama Manajer Investasi. Yang perlu kita lakukan adalah memantau kinerja si Manajer Investasi saja.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat utang, yang dibuat sebagai tanda peminjaman dana dari satu pihak (perseorangan, perusahaan/instansi, ataupun pemerintah) kepada pihak lain, dalam jangka waktu tertentu. Biasanya sih antara 3 – 10 tahun.
Obligasi juga merupakan salah satu instrumen investasi yang terhitung rendah risikonya, apalagi jika surat utang ini dikeluarkan oleh pemerintah. Meski demikian, risiko tetap ada ya. Salah satunya jika pihak peminjam gagal bayar.
5. Saham
Saham bisa dikatakan sebagai bukti hak kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan. Saat kita membeli saham, maka saat itulah kita sedang membeli hak atas kepemilikan terhadap perusahaan.
Investasi saham termasuk investasi yang berisiko cukup tinggi. Karena itu, kalau kamu mau langsung mulai dengan investasi saham, kamu harus belajar banyak hal terlebih dahulu. Ada kelas-kelas online saham dari QM Financial yang bisa kamu ikuti, hasil kerja sama dengan TICMI–The Indonesian Capital Market Institute. Di kelas tersebut, kamu akan belajar A – Z tentang saham, mulai dari kenalan dulu, belajar analisis, hingga ada simulasi juga. Coba cek jadwalnya ya!
6. Properti
Instrumen investasi keenam yang bisa dicoba juga oleh investor pemula adalah investasi properti. Di antara semua produk investasi, sepertinya properti inilah yang butuh modal paling tinggi. Ya iyalah, kamu kan butuh modal kalau mau beli rumah atau apartemen atau ruko, atau bentuk properti yang lain kan?
Meski demikian, properti juga merupakan salah satu instrumen investasi favorit banyak orang sih, karena kenaikan harga properti setiap tahunnya sangat menjanjikan keuntungan yang lumayan banget.
Untuk risiko, selain butuh biaya perawatan yang enggak sedikit juga, investasi properti terhitung kurang likuid. Ya kan, kita butuh waktu beberapa lama untuk menjualnya. Kalau butuh dana cepat, ya agak susah deh jadinya.
Nah, gimana? Setelah membahas mengenai beberapa instrumen investasi untuk pemula di atas secara sekilas, apakah kamu sekarang sudah mulai bisa memutuskan hendak berinvestasi di mana??
Dalam beberapa artikel ke depan, kita akan membahas masing-masing instrumen investasi ini secara lebih mendalam. Stay tuned ya!