Asuransi Unit Link: 3 Hal Terbesar dan Paling Prinsip yang Harus Dipahami
Asuransi unit link merupakan salah satu produk keuangan yang paling banyak ditawarkan oleh institusi keuangan. Banyak orang juga tertarik untuk menjadi nasabah lantaran beberapa keuntungan yang biasanya dijanjikan oleh para agen penjualnya.
Salah satu keuntungan yang memang sangat menggiurkan adalah kita bisa mendapatkan 2 manfaat sekaligus, yaitu perlindungan (asuransi) dan investasi. Jadi, enggak perlu repot-repot harus mengurus premi tersendiri, seperti halnya asuransi jiwa, dan kemudian berinvestasi sendiri–misalnya di reksa dana atau saham ataupun produk investasi yang lain.
Dengan unit link, seolah-olah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Hmmm, tapi bener gitu enggak sih? Sebermanfaat itu, sebaik itukah produk ini?
Untuk memahaminya, kita memang perlu untuk paham dulu dengan beberapa pengetahuan dasar mengenai asuransi unit link. Simak terus artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Unit Link
Ada satu hal terbesar yang membuat banyak orang enggan untuk mempunyai ataupun membeli polis asuransi jiwa murni, yaitu seakan-akan kita mengeluarkan uang untuk sesuatu yang belum pasti dirasakan manfaatnya. Seolah-olah, kita membayar for nothing.
Berbeda dengan produk satu ini yang menawarkan “paket lengkap”: asuransi sekaligus investasi. Karena menjadi paket lengkap inilah, maka unit link bisa laris manis. Produk ini menjanjikan pertambahan nilai terhadap uang yang kita keluarkan, lantaran dana juga dialokasikan ke produk investasi. Hingga pada tahun tertentu, biasanya perusahaan asuransi akan menjanjikan kita tidak perlu membayar premi lagi karena nilai polis bisa dipenuhi dari nilai investasi yang sudah didapatkan.
So, apa itu asuransi unit link?
Asuransi unit link adalah produk asuransi yang menawarkan perlindungan terhadap kerugian ekonomi yang mungkin terjadi akibat kecelakaan, musibah, ataupun risiko-risiko lain yang bisa terjadi selama hidup dengan biaya premi yang diambil dari kumpulan investasi yang dilakukan oleh si pemegang polis.
Cara Kerja Asuransi Unit Link
Sangatlah penting untuk memahami cara kerja suatu produk keuangan, agar kemudian kita bisa memilih instrumen yang sesuai dengan tujuan finansial kita. Demikian pula dengan instrumen keuangan yang satu ini.
Ilustrasi yang tergampang mengenai cara kerja asuransi unit link adalah seperti berikut ini:
1. Pembayaran premi
Premi yang kita bayarkan akan dipotong dulu untuk membayar biaya-biaya operasional, mulai dari biaya administrasi, biaya alokasi premi, dan biaya pengelolaan investasi. Jika diakumulasikan, biaya-biaya ini cukup besar juga memotong harga premi yang kita bayarkan. Biasanya kita akan diwajibkan membayar premi dasar selama 5 tahun penuh di awal.
Setelah dipotong biaya-biaya, baru kemudian dana kita sebagai nasabah akan diinvestasikan ke instrumen investasi yang dipilih. Dari investasi ini, kita lantas (diharapkan) mendapatkan imbal.
Jadi, besarnya dana yang diinvestasikan itu adalah nominal yang sudah dipotong administrasi.
2. Hasil investasi dipakai untuk membayar premi dan biaya lain
Setelah investasi menghasilkan imbal, maka hasil investasi ini akan dipakai untuk membayar biaya asuransi jiwa, biaya asuransi tambahan (rider), dan biaya operasional (administrasi).
So, bisa dilihat ya, bahwa kita harus melakukan 2 kali pemotongan dana, yaitu pemotongan nilai premi untuk membayar biaya operasional di 5 tahun pertama (berarti nilai investasi kita = 0), dan kemudian imbal investasi kita juga dipotong untuk biaya asuransi, selama polis masih hidup.
3. Nilai polis
Dengan demikian, setelah semua pemotongan sana-sini itu, barulah kita mendapatkan nilai polis bersih, yang bisa kita ambil sebagai dana pendidikan ataupun dana pensiun.
Kalau nilai investasinya masih sedikit, dan kemudian masih juga dipotong untuk biaya-biaya itu, terus gimana dong? Ya, bisa jadi, kita tidak bisa mengambil apa pun dari apa yang sudah kita berikan pada perusahaan asuransi.
Kalau minus? Ya, di sinilah berarti nasabah harus melakukan topup dana di luar biaya premi yang sudah disepakati di awal. Kalau enggak mau topup? Ya, polis berhenti, dan sebagai akibatnya tidak bisa meneruskan fasilitas proteksi.
Sehingga nilai polis kita itu tergantung pada 2 elemen:
- Besarnya premi yang kita bayarkan, yang disebut dengan premi dasar.
- Kinerja imbal investasi yang dilakukan oleh sang manajer investasi di perusahaan asuransi tersebut, yang dipengaruhi pula oleh pilihan instrumen investasi. Berbeda dengan reksa dana–yang kalau kita merasa manajer investasinya kurang cakap, kita bisa dengan mudah “memecatnya”–di sini kita mau enggak mau harus melanjutkan investasi lantaran ada asuransi yang menjadi risikonya.
Risiko Unit Link
Memang banyak orang tergiur pada perkawinan antara proteksi dan investasi pada asuransi unit link ini, tapi saya sering juga menemukan banyak orang yang mengutarakan kekecewaannya, lantaran nilai investasi unit link yang diikutinya terus menurun, hingga kemudian perusahaan asuransi memintanya untuk melakukan topup dana.
Pertanyaan terbesarnya adalah, mengapa nilai investasinya meluncur turun saat dibutuhkan (untuk menyekolahkan anak, dan tujuan finansial lainnya yang sudah ditentukan sejak awal)? Dan, di saat butuh uang, mengapa nasabah malah diminta untuk topup dana (meski sudah disiplin membayar premi dasar)–kalau enggak di-topup maka rider asuransinya akan terhenti?
Nah, inilah yang kurang dipahami oleh para pemegang polis asuransi unit link.
Bahwa setiap bentuk dari investasi selalu disertai dengan risiko. Besar kecilnya risiko tergantung pula pada jenis dan produk investasinya. Yang pasti prinsipnya, high risk high return.
Sebagian dari premi kita memang diinvestasikan oleh perusahaan asuransi ke berbagai instrumen investasi, mulai dari saham, obligasi, dan produk lainnya. Sehingga, bisa saja terjadi, di satu titik kita tidak mendapatkan imbal sama sekali dari investasinya–atau bahkan malah dana kita menurun lantaran harga saham, obligasi, ataupun instrumen investasi lainnya ini jatuh.
Padahal, risiko investasi akan selalu ditanggung oleh investor–dalam hal ini adalah pemegang polis. Bukan perusahaan asuransinya, bukan pula agen penjualnya. Jadi, kita sendirilah yang harus bertanggung jawab.
Nah, semoga setelah membaca penjelasan singkat ini, kamu sekarang lebih paham mengenai asuransi unit link, dan kemudian bisa memutuskan apakah produk ini sesuai dengan tujuan finansialmu.
Kalau memang sesuai, dan kamu juga paham betul risiko asuransi unit link ini dan tetap pengin membeli polisnya, then go for it. Namun tetap ingat ya, bahwa setiap keputusanmu terkait keuanganmu maka akan menjadi tanggung jawabmu pribadi.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi Properti: 3 Hal untuk Diketahui Sebelum Memulainya
Salah satu bentuk aset aktif yang sering dimanfaatkan untuk mendapatkan passive income–atau pendapatan pasif–adalah investasi properti.
Jenis investasi ini sepertinya juga menjadi favorit cukup banyak orang, lantaran beberapa keuntungannya dibandingkan instrumen investasi yang lain. Nilainya yang cukup besar memungkinkan kita mendapatkan keuntungan yang juga besar, dengan risiko yang relatif kecil.
Nah, mungkin ada di antara kamu yang sekarang juga sedang mempertimbangkan untuk mulai membangun aset aktif berupa properti ini demi tujuan finansialmu? Yuk, ikuti artikel ini sampai selesai ya, sebelum kamu memulainya.
Apa Saja yang Termasuk dalam Aset Aktif Properti?
Pada dasarnya, yang aset aktif berupa properti ini adalah semuanya yang berhubungan dengan bangunan, yang kemudian bisa disewakan untuk mendapatkan uang kembali.
Aset aktif ini bisa digolongkan dalam 2 tipe:
- Residential: yaitu menyewakan properti untuk keperluan hunian. Misalnya rumah kontrakan, kamar kontrakan alias kos-kosan, ataupun apartemen.
- Commercial: yaitu menyewakan properti untuk kemudian dijadikan tempat usaha. Misalnya seperti ruko, rukan, restoran, warung kopi, dan sebagainya.
Kamu lebih cenderung memilih tipe yang mana, pastinya tergantung pada tujuan finansial, dan berbagai faktor lainnya–kita akan bahas lebih lanjut pada poin-poin berikutnya.
Keuntungan Investasi Properti
Ada beberapa hal menguntungkan yang dimiliki properti sebagai aset aktif dibandingkan instrumen investasi yang lain. Di antaranya:
1. Nilainya cenderung lebih stabil
Dibandingkan instrumen investasi yang lain–misalnya, saham–properti cenderung stabil nilainya dari waktu ke waktu. Bahkan cenderung naik dari tahun ke tahun.
Memang sih, mungkin ada beberapa faktor eksternal yang mungkin bisa memengaruhi harga properti, tetapi tidak sesensitif naik turunnya pasar modal dan pasar uang.
2. Prospek baik sepanjang tahun
Kecenderungan harga properti yang selalu naik dari tahun ke tahun juga juga dipengaruhi oleh semakin berkurangnya lahan yang tersedia, namun populasi manusia semakin meningkat. Apalagi di kota-kota besar.
Lokasi kepemilikan aset aktif properti ini juga sangat menentukan sih. Misalnya, kalau lokasinya dekat dengan fasilitas umum maka tentunya nilainya akan lebih tinggi ketimbang properti yang jauh dari fasilitas-fasilitas seperti rumah sakit, sekolah, mal, dan sebagainya.
3. Bisa dijadikan agunan
Punya investasi properti juga bisa dimanfaatkan sebagai agunan, jika seumpama kita hendak mengambil kredit.
Kecenderungannya, kalau kita mengajukan kredit dengan agunan maka sifat kreditnya akan lebih lunak ketimbang kredit tanpa agunan; bunga lebih manusiawi dengan jatuh tempo yang juga lebih masuk akal.
4. Relatif rendah risiko
Dibandingkan saham terutama, investasi properti relatif lebih rendah risikonya. Hal ini terlebih karena harga properti yang tidak sefluktuatif harga saham.
5. Bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan tetap
Dan, tidak seperti instrumen investasi lain yang belum pasti memberikan pendapatan tetap setiap bulannya–bahkan mungkin harus merugi–investasi properti akan memberimu penghasilan yang relatif tetap. Misalnya, kos-kosan yang dibayar per bulan.
Jika kita menyewakan rumah atau apartemen untuk dikontrak, meski bukan bulanan, tapi kita akan menerima uang untuk kontrak jangka waktu 2 tahun, misalnya.
Berbeda dengan emas, yang enggak bisa diapa-apain selain dijual. Atau saham, kalau enggak ada dividen, ya berarti hanya mendapatkan penghasilan saat menjual sahamnya saja.
Risiko Properti sebagai Aset Aktif
Ingat kan ya, bahwa selalu ada risiko pada setiap langkah investasi yang kita lakukan? Begitu juga kalau kita memilih investasi properti ini.
1. Biaya perawatan tinggi
Rumah, apartemen, bangunan apa pun yang kita sewakan butuh perawatan, dan biayanya tidaklah kecil.
2. Butuh modal banyak
Ini dia yang menjadi faktor mundurnya banyak orang untuk memulai investasi properti. Kita akan butuh modal banyak.
Seenggaknya, kamu akan butuh sekian ratus juta untuk DP dan kemudian dilanjut KPR selama sekian belas atau puluh tahun hingga lunas. Ya, kecuali kamu punya privilege untuk bisa beli rumah secara cash.
Berbeda dengan reksa dana, misalnya, yang hanya butuh Rp100.000 saja untuk mulai. Bahkan ada lo, reksa dana yang bisa dimulai dari Rp10.000 dan bayar pakai Gopay.
3. Pajak relatif tinggi
Meski konon ada wacana bahwa Pajak Bumi dan Bangunan akan dihapuskan, tapi sementara ini kan belum. Jadi, ya harus siap-siap juga dengan pajak kalau mau berinvestasi di properti sekarang ini.
Lumayan juga, pajaknya lo! Beda dengan reksa dana, yang bebas pajak.
4. Risiko bencana alam
Kamu juga harus bersiap menghadapi bencana alam yang akhir-akhir ini makin sering terjadi. Terutama, jika lokasi propertimu memang berada dalam lokasi yang rawan bencana.
Well, kalau di Indonesia sih ya, bencana yang sering terjadi dan sewaktu-waktu harus siap dihadapi adalah gempa bumi, banjir, dan angin ribut.
5. Likuiditas rendah
Jika sewaktu-waktu kamu butuh uang, properti juga tidak bisa dengan cepat terjual. Pun saat disewakan. Enggak bisa langsung mendapatkan pembeli ataupun penyewa.
Kadang kamu juga harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan orang yang mau menyewa propertimu. Padahal, sementara properti kosong, kamu tetap harus mengeluarkan biaya perawatan kan?
Nah, semakin tertarik untuk mulai investasi properti?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai seluk beluk investasi–terutama untuk mengelola aset aktif yang sudah kamu punya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Surat Berharga Sebagai Aset Aktif: 3 Hal yang Harus Kamu Tahu
Salah satu jenis aset aktif yang bisa kamu miliki untuk mendapatkan pendapatan pasif–atau passive income–adalah dengan memiliki surat berharga.
Jika kamu sekarang sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi pada surat berharga demi mendapatkan passive income, maka ini adalah artikel yang tepat untukmu. Yuk, simak sampai selesai ya.
Apa Itu Surat Berharga?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat berharga adalah
1. surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau digunakan sebagai agunan saham
2. bukti penyertaan modal
Jadi, kalau mau dijabarkan, surat berharga adalah dokumen yang bernilai uang, biasanya dipergunakan dalam transaksi-transaksi dagang, yang diakui dan dilindungi oleh hukum negara.
Surat berharga dapat diperjualbelikan, ataupun dapat difungsikan sebagai pengganti uang sebagai alat pembayaran.
Jenis-Jenis Surat Berharga Sebagai Aset Aktif
Sebenarnya ada banyak jenis surat berharga yang dikenal di dunia keuangan maupun perdagangan.
Misalnya saja:
- Wesel
- Surat kesanggupan
- Cek
- Kuitansi
- Bilyet giro
- Travel cheque
Bahkan seperti kartu kredit pun bisa dimasukkan ke dalam golongan surat berharga.
Lo, kok bisa? Ya, karena apa pun yang memenuhi ciri berikut, maka bisa dikategorikan sebagai surat berharga:
- Berbentuk dokumen tertulis
- Ada penyebutan nama pihak-pihak yang bertanggung jawab dan terlibat dalam pembuatannya
- Ada tanda tangan pihak-pihak yang bertanggung jawab
- Ada janji atau perintah mengenai pembayaran
- Ada keterangan waktu pembayaran
Nah, meski surat berharga ada beberapa jenis, namun yang cukup populer untuk dimanfaatkan sebagai aset aktif ada 2 jenis. Mari kita lihat.
Saham
Untuk saham sendiri sebenarnya sudah banyak dibahas dalam artikel-artikel di situs ini. Kamu bisa menelusurinya satu per satu:
- 5 Hal Tentang Investasi Saham yang Harus Diketahui oleh Pemula
- Kiat Berkenalan Investasi Saham
- 5 Hal Berinvestasi Saham
Saham merupakan salah satu instrumen aset aktif yang paling populer, dan semakin populer saja belakangan ini seiring semakin berkembangnya literasi keuangan masyarakat.
Mempunyai saham sebagai salah satu aset aktif merupakan salah satu langkah yang direkomendasikan oleh banyak financial planner demi mencapai tujuan finansial. Hal ini terkait dengan tingkat imbal saham yang terhitung cukup tinggi, meski dibarengi dengan tingkat risiko yang juga tinggi.
Karena itu, jika kamu memang mempertimbangkan untuk membeli jenis surat berharga satu ini sebagai salah satu aset aktifmu, maka sebaiknya kamu belajar dulu seluk-beluk mengenainya. Mulai dari mengenali karakteristiknya, trik memilih saham, hingga melakukan analisis dan review.
Surat Utang
Surat utang adalah surat pernyataan suatu pihak yang meminjam dana pada pihak lain, di mana dalam surat tersebut tercantum jumlah pinjaman serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak peminjam kepada investor.
Kewajiban tersebut meliputi:
- Pengembalian dana dalam jangka waktu sesuai kesepakatan
- Pemberian bunga atau kupon yang besarnya juga sesuai kesepakatan
Surat utang sering juga disebut obligasi, dan bisa diterbitkan baik oleh perseorangan, perusahaan, maupun negara.
Nah, biasanya sih obligasi negara merupakan salah satu bentuk surat berharga yang paling banyak diminati untuk dibeli sebagai aset aktif. Obligasi negara ada 2 macam, yaitu Obligasi Ritel (ORI) dan Sukuk (obligasi negara berbasis syariah).
Kalau kamu tertarik untuk mempunyai aset aktif yang berupa obligasi negara ini, ada baiknya kamu follow akun Kementrian Keuangan RI, agar enggak ketinggalan update ketika ORI dan Sukuk diluncurkan.
Tip Mulai Berinvestasi Surat Berharga
So, kamu mau membangun aset aktif melalui investasi surat berharga–apa pun itu? Perhatikan beberapa hal berikut ini ya.
1. #TujuanLoApa
Selalu mulailah dari #TujuanLoApa: tentukan tujuan finansialmu, tujuan investasimu, dan tentukan horizon waktumu berinvestasi.
Yes, memang dalam mengelola keuangan pribadi itu semuanya berawal dari #TujuanLoApa, karena tanpa tujuan ya gimana kita bisa memikirkan dan mencari jalan untuk mencapainya? Tujuan aja enggak ada loh!
Ibarat mau liburan, enggak tahu mau ke mana, ya gimana bisa bikin itinerary. Betul?
2. Sesuaikan kemampuan
Yang kedua, sesuaikan kemampuan. Kalau idealnya, jumlah dana yang harus diinvestasikan setiap bulan adalah 10% dari penghasilan.
Tentu saja ini bukan angka mutlak. Misalnya, kalau kamu sekarang sedang ada beban utang dan pengin segera menyelesaikannya, maka boleh saja kamu kurangi sedikit jatah investasi untuk aset aktif ini dan alokasikan ke cicilan utang.
Atau, misalnya kamu baru saja mendapatkan bonus akhir tahun. Maka kamu alokasikan semua bonusmu ke aset aktif, ya itu sah-sah saja.
Angka 10% adalah angka patokan. Kurang atau lebih, tentu harus disesuaikan dengan kondisimu.
3. Diversifikasi
Seperti nasihat yang sudah sangat klise ini: Jangan menaruh telur-telur dalam keranjang yang sama. Demikian juga investasi aset aktif surat berharga ini, sebisa mungkin kamu diversifikasikan juga.
Jika kamu malas ribet, ada reksa dana yang bisa kamu pilih. Tinggal serahkan saja asetmu pada manajer investasi terpercaya, dan kamu tinggal duduk manis sembari memantau asetmu.
4. Sadari risiko
Hal keempat ini harus selalu diingat, bahwa akan selalu ada risiko dalam setiap langkah investasi. Karena itu, belajar dan jangan hanya ikut-ikutan.
Uangmu, tanggung jawabmu sendiri.
5. Keep updated
Keep learning! Perkembangan literasi keuangan itu sangat cepat. Apalagi kalau kamu memang berniat untuk serius membangun aset aktif surat berharga ini.
Follow akun-akun media sosial yang tepat, yang bisa memberimu informasi dan ilmu yang bisa kamu manfaatkan. Sudah follow akun Instagram QM Financial kan? Nah, it’s a good start then!
So, gimana nih? Tertarik untuk menambah surat berharga sebagai aset aktif yang bisa mendatangkan passive income untukmu?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai aset aktif–terutama surat berharga–sebelum memulainya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
3 Jenis Aset Aktif yang Bisa Menjadi Andalan Finansial
Ada 2 jenis pemasukan yang bisa kita dapatkan, yaitu pemasukan aktif atau active income, dan pemasukan pasif atau passive income. Kalau pemasukan aktif bisa kita dapatkan melalui pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari dan kita mendapatkan imbalan atas hasil kerja, maka pemasukan pasif bisa kamu dapatkan dari beberapa jenis aset aktif.
Kalau kamu sudah paham mengenai konsep Blueprint of Your Money, maka kamu pasti bisa menemukan aset aktif ini di dalamnya. Komponen ini ada di lantai dua cetak biru rumah finansial kita. Artinya, sebelum kamu mulai membangun aset aktifmu, kamu harus sudah punya fondasi, pilar, dan lantai satu yang kuat terlebih dahulu.
Mengapa membangun aset aktif ini penting?
Ya, salah satu alasannya adalah aset aktif ini bakalan bermanfaat banget untukmu di masa pensiun nanti, saat kamu sudah tak produktif bekerja lagi.
Aset aktif adalah aset yang kita miliki, yang kemudian dapat “bekerja” dan menghasilkan uang untuk kita manfaatkan. Kalau sekarang kamu bisa bekerja dan menghasilkan uang, tapi di masa tua nanti kamu harus ingat, bahwa mungkin tenagamu tidak akan sebanyak sekarang lagi. Enggak gesit lagi. Minimal seharusnya sih, kalaupun kamu masih menikmati pekerjaan, tapi kamu melakukannya bukan untuk imbalan tetapi untuk bersenang-senang.
Di sinilah aset aktif akan berperan, untuk memberikan manfaat.
Beberapa Jenis Aset Aktif
Ada 3 jenis aset aktif yang bisa kamu bangun sejak sekarang. Apa saja?
1. Surat berharga
Surat berharga adalah surat-surat yang memiliki nilai uang yang diakui dan dilindungi oleh hukum untuk kepentingan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan atau sejenis lainnya.
Surat berharga sebagai aset aktif bisa dibagi lagi ke dalam 2 jenis:
- Saham, yaitu surat-surat bukti kepemilikan terhadap perusahaan, yang memungkinkan investor mendapatkan berbagai keuntungan, seperti capital gain dan dividen dari perusahaan di mana ia menanam dana. Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang sangat populer, tapi sekaligus menakutkan lantaran sifatnya yang sangat agresif. Apalagi jika kita mencoba menggelutinya tanpa landasan ilmu sama sekali.
- Surat utang atau obligasi, yaitu instrumen investasi yang berupa surat pernyataan peminjaman dana dari satu pihak kepada pihak lain, yang lantas membuat si peminjam dana mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi pada pihak investor. Kewajiban ini adalah bunga atau kupon yang dibayarkan berkala, yang jumlahnya sesuai kesepakatan, dan pengembalian dana sesuai jangka waktu sesuai yang sudah disepakati juga.
2. Properti
Satu hal yang perlu kamu pahami mengenai properti ini adalah bukan berarti kalau kamu sudah punya rumah itu berarti kamu sudah punya aset aktif. Properti akan memberikan passive income saat properti tersebut bisa mendatangkan uang untukmu, alias disewakan.
Kalau kamu beli rumah, dan kemudian kamu tempati sendiri, maka itu bukanlah merupakan aset aktif. Saat kamu beli rumah dan kemudian kamu sewakan sebagai kontrakan atau kos-kosan, nah, itu berarti properti tersebut sudah menjadi aset aktif.
Saat kamu beli rumah lalu dijual lagi, kemudian hasil penjualan kamu jadikan modal untuk beli rumah lagi dan lalu dijual lagi, maka itu masuk ke bisnis. Sama-sama aset aktif sih, tapi masuk ke jenis aset ketiga yang akan kita bahas setelah ini.
Kini, penyewaan properti seperti ini juga mulai berkembang dengan baik. Enggak hanya disewakan untuk dikontrakkan per unit rumah ataupun per kamar saja sebagai kos-kosan, tetapi juga disewakan untuk tempat menginap wisatawan. Ini jelas menguntungkan apalagi kalau propertimu berada di lokasi (atau dekat dengan) wisata. Karena zaman sekarang, tempat menginap sudah enggak melulu di hotel lo! Di properti pribadi juga bisa, entah itu rumah, apartemen, vila, atau sejenisnya.
Menarik kan?
3. Bisnis
Bisnis ini menjadi alternatif banyak orang yang masa pensiunnya akan segera tiba.
Bisnis ini luas banget sih, cakupan dan jenisnya. Dan pastinya memang butuh persiapan yang cukup panjang dan matang. Tapi sebenarnya, siapa pun bisa melakukannya.
Seorang entrepreneur, founder sebuah grup bisnis yang bergerak di penerbitan buku dan home decor pernah berkata begini pada saya, “Pada dasarnya, siapa pun bisa kok berbisnis. Pokoknya, lakukan saja dulu. Tapi, siapkan mental dan niat, karena sambil berjalan, kita akan perlu belajar tentang banyak hal. Termasuk belajar dari kesalahan.”
Hmmm, siapkah kamu?
Nah, itu dia 3 jenis aset aktif yang bisa kamu bangun untuk memberimu pendapatan pasif. Sampai dengan saat ini, yang manakah yang sudah kamu miliki?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai aset aktif ini sebelum kamu memulainya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Investasi Emas: 5 Hal yang Harus Dipahami Lebih Dulu
Bagi para investor konvensional, investasi emas merupakan cara berinvestasi yang paling aman untuk dilakukan, bahkan sejak zaman dulu.
Ada enggak nih yang orang tuanya nggak punya investasi dalam bentuk emas? Kayaknya memang inilah investasi yang tak lekang dimakan waktu, iya kan? Meski sudah banyak jenis instrumen investasi yang lain, tapi investasi emas tetap dilakukan oleh banyak orang.
Apakah kamu juga termasuk salah satu dari mereka yang berinvestasi dalam bentuk logam mulia ini?
Yuk, kenali seluk beluk investasi emas, agar bisa kamu manfaatkan untuk mencapai tujuan finansialmu, berikut ini.
Emas sebagai Instrumen Investasi
Untuk yang pertama, FYI, tidak semua jenis emas bisa bagus dijadikan sebagai instrumen investasi.
Misalnya, seperti emas perhiasan. Perlu kamu tahu ya, bahwa saat proses perhiasan emas terjadi, akan ada beberapa tahapan yang membuat logam mulia yang digunakan ini menjadi berkurang nilai. Pencampuran dengan logam lain, salah satunya.
Peleburan emas dengan logam lain tersebut biasanya untuk tujuan estetika. Yah, namanya juga perhiasan, jadi memang harus tampak cantik maksimal untuk dipakai. However, peleburan emas dengan logam lain ini lantas mengubah nilai karat dan juga menyebabkan perbedaan warna dari warna asli emas. Selain itu, juga ada biaya tambahan untuk ongkos pembuatan.
Bisa sih, tetap dikoleksi. Tapi dipakai. Kalau untuk instrumen investasi–apalagi jika kita mengharapkan imbal besar–jelas akan sulit.
Akan lebih baik jika investasi emas dalam bentuk batangan, karena tidak akan melalui proses ini itu ataupun pencampuran dengan logam lain. Emas batangan hanya perlu dicetak sederhana saja, dan sudah bisa kita miliki sebagai investasi.
Keuntungan Emas sebagai Instrumen Investasi
1. Tahan terhadap inflasi
Gampangannya begini, saat inflasi naik, maka harga emas bisa dipastikan juga akan naik. Sehingga hal ini akan melindungimu dari kerugian. Bandingkan dengan tabungan uang biasa yang bisa tergerus inflasi, lantaran suku bunga bank juga tak seberapa.
Ketahanan inflasi inilah yang membuat investasi emas cukup diminati, terutama oleh investor konvensional.
2. Likuid
Saat kamu butuh dana dengan cepat, maka investasi emas akan dengan mudah menolong. Emas mudah dijual, dengan harga yang berlaku saat itu di pasar.
Pastikan saja, kamu mempunyai emas yang benar-benar berkualitas baik.
3. Bisa dilakukan oleh siapa saja
Berinvestasi sekarang memang semakin mudah. Tak cuma reksa dana, berinvestasi emas pun sekarang juga bisa online dengan tabungan emas. Ada kok marketplace terkemuka kesayangan para milenial yang menawarkan tabungan emas seperti ini. Bisa dimulai dengan nominal berapa pun.
Jadi, enggak ada alasan untuk nggak segera mulai berinvestasi kan? Lebih cepat mulai lebih baik, mulailah dengan emas.
Risiko Emas
Ada keuntungan, tentu ada risiko. Ini sudah lazim berlaku di dunia investasi. Meski investasi emas cenderung minim risiko terutama soal kerugian, tetapi tetap saja ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Rentan pencurian
Apalagi kalau kita tidak bisa menemukan tempat yang tepat untuk menyimpan. Misalnya disimpan di rumah. Banyak kasus pencurian yang terjadi, dan salah satu barang yang paling diincar adalah koleksi emas korban.
Karena itu, akan lebih baik jika kamu menyimpannya dalam safety deposit box di bank. Memang akan ada biaya sewa, tetapi pastinya akan lebih aman kan?
2. Tetap terpengaruh fluktuasi harga pasar
Meski tahan terhadap inflasi, namun harga emas tetap berfluktuasi sesuai kondisi pasar. Jadi, bisa saja harganya turun, menjadi lebih murah saat harus kamu jual dibandingkan saat kamu membelinya. Apalagi kalau kamu cuma punya horizon waktu yang pendek untuk investasinya.
Harga emas ditentukan dalam dolar Amerika, sehingga pengaruh perbandingan kurs rupiah terhadap dolar sangat menentukan harga emas ini.
Karena itu, emas lebih cocok dijadikan sebagai instrumen investasi dalam jangka menengah hingga panjang. Konon sih, investasi emas akan menunjukkan keperkasaannya jika sudah diinvestasikan selama 2 tahun lebih.
3. Rentan penipuan
Ini bisa terjadi jika kamu membeli emas tidak dari perusahaan yang punya kredibilitas tinggi. Misalnya, kamu beli dari perseorangan. Akan lebih baik jika kamu membeli ke tempat penjualan emas yang resmi.
Jadi, kamu harus waspada betul jika ingin investasi emas ya. Jangan sampai membeli emas palsu yang banyak beredar di luar sana.
Tujuan Finansial
Investasi emas cocok dilakukan untuk tujuan finansial, lantaran likuiditasnya yang tinggi.
Karena harga emas yang bisa saja berfluktuasi sesuai kondisi inilah, maka kamu perlu menunggu dulu sampai minimal 2 tahun, untuk bisa mendapatkan imbal yang lumayan dari emas ini. Jadi, sesuaikan dengan tujuan finansialmu ya.
Emas tidak akan menguntungkan jika kamu mau melakukannya sekarang, demi bisa mendapatkan hasil 6 bulan ke depan.
Sedikit Tip untuk Investasi Emas
1. Tentukan tujuan finansial
Yang pasti, selalulah mulai dari #TujuanLoApa. Berinvestasi tanpa rencana hanya akan membuatmu blunder pada akhirnya. Maksud dari menentukan tujuan sejak awal ini untuk membantumu mencari jalan yang paling tepat untuk mewujudkan keinginan ataupun cita-citamu.
Jadi, untuk apa kamu melakukan investasi emas? Sebagai tabungan untuk umrah? Berhaji? DP rumah? Atau kamu punya tujuan lain?
Kemudian, berapa banyak waktu yang kamu butuhkan untuk investasi mencapai tujuan finansialmu itu?
2. Variasikan gramasi
Biasanya memang kita akan ditawari emas dalam beberapa jenis gramasi saat akan membeli. Ada yang dijual dalam gramasi kecil–misalnya 5 gram (bahkan ada yang bisa investasi mulai dari 0,1 gram), ada pula yang besar–misalnya 100 gram.
Membeli emas dalam gramasi besar akan lebih menguntungkan, karena jatuhnya harga akan lebih murah ketimbang gramasi kecil. Namun, saat hendak dijual kembali, gramasi kecil akan lebih memudahkan. Karena ya, enggak setiap pihak bisa membeli emas batangan 100 gram sekaligus.
Karena itu, akan lebih baik jika kita variasikan gramasi emas yang kita miliki. Ada yang besar, ada yang kecil. Masing-masing punya nilainya sendiri-sendiri, dan kegunaan yang berbeda.
3. Simpan dengan baik
Jika belum banyak, kamu bisa saja menyimpannya di rumah. Namun, kalau kamu punya emas dalam jumlah banyak, sebaiknya kamu menitipkannya ke safety deposit box di bank.
Memang akan ada biaya penyimpanan, namun akan lebih menjamin keamanannya.
Jadi, gimana? Sudah yakin mau mulai investasi emas?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kinerja investasi emas sebelum kamu memulainya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
9 Istilah dalam Reksa Dana yang Harus Kamu Ketahui Artinya
Setiap orang mempunyai tujuan hidupnya masing-masing. Setiap orang punya cita-cita dan impian yang pengin diwujudkan. Uang memang bukan segalanya, tetapi untuk mewujudkan apa yang kita mau itu kita akan membutuhkan uang. Bukan matre, tetapi ini adalah hal yang sangat realistis. Begitu banyak keinginan yang ingin dicapai, sehingga kita pun perlu untuk mengatur keuangan agar teralokasi dengan baik. Salah satunya dengan investasi reksa dana.
Dengan semakin teredukasinya kita semua belakangan ini mengenai literasi keuangan, investasi reksa dana pun semakin populer dan dikenal, hingga akhirnya banyak yang memfavoritkannya.
Ini tentu tak lepas dari banyaknya keuntungan yang bisa didapatkan dari investasi reksa dana ini.
Bagi kamu yang baru mulai kenalan dengan reksa dana, pasti masih sedikit bingung ya, dengan jenis investasi kesayangan para investor pemula ini? Jangan khawatir, di artikel ini kita akan ulas tentang beberapa istilah yang bakalan banyak kamu temui jika kamu sedang membaca atau membicarakan mengenai reksa dana. So, you won’t get lost, dan bisa paham sepenuhnya tentang investasi ini untuk kemudian mulai memanfaatkannya untuk mencapai tujuan finansialmu.
9 Istilah dalam Reksa Dana yang Perlu Kamu Tahu
1. Apa Itu Reksa Dana?
Reksa dana adalah usaha atau wadah untuk mengumpulkan dana dari masyarakat investor, untuk kemudian diinvestasikan ke instrumen-instrumen investasi sesuai alokasinya masing-masing, oleh pihak yang disebut sebagai manajer investasi.
Instrumen investasinya apa saja? Mulai dari sertifikat deposito, surat-surat utang dengan jangka pendek kurang dari satu tahun, obligasi atau surat utang berjangka menengah hingga panjang, sampai saham.
Reksa dana–meski bukan produk perbankan dan tidak dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan)–diawasi dengan ketat oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan), sehingga investor tidak perlu khawatir uangnya hilang atau disalahgunakan, karena semua sudah ada aturannya.
2. Apa Itu OJK?
OJK adalah singkatan dari Otoritas Jasa Keuangan, yaitu sebuah lembaga yang dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel.
OJK akan melindungi kepentingan kita semua dalam setiap kegiatan keuangan. Dengan pengawasan ini, kita tidak perlu khawatir karena setiap hak kita sebagai penanam modal akan dilindungi oleh OJK.
3. Apa Itu Nilai Aktiva Bersih (NAB)?
Nilai Aktiva Bersih adalah nilai total investasi reksa dana yang kita miliki. Nilai Aktiva Bersih akan menggambarkan total kekayaan bersih kita dalam investasi reksa dana setiap harinya.
Lalu, apa yang dimaksud dengan kekayaan bersih?
Yaitu nilai jumlah dari seluruh aset investasi kita (deposito, surat berharga pasar uang, obligasi, dan saham) ditambah dengan dividen serta kupon yang menjadi hak kita sebagai investor reksa dana, dikurangi biaya operasional reksa dana yang meliputi jasa manajer investasi, biaya bank kustodian, dan biaya-biaya lainnya.
Jadi, kalau dirumuskan:
Kekayaan bersih = (aset investasi + dividen + kupon) – biaya operasional
4. Apa Itu Unit Penyertaan?
Unit Penyertaan adalah satuan yang dipergunakan dalam transaksi di reksa dana. Seperti halnya properti yang dijual per unit rumah, emas yang dijual per unit batang, reksa dana juga dijual dalam satuan unit.
Investor bisa membeli dalam satuan unit maupun rupiah yang kemudian dikonversi dalam satuan unit ini.
Dengan demikian, kalau ada istilah “nilai aktiva bersih per unit” berarti adalah nilai portofolio investor total, dikurangi biaya operasional, kemudian dibagi dengan jumlah unit yang telah kita miliki sebagai investor.
5. Apa Itu Manajer Investasi?
Manajer investasi adalah pihak–bisa perseorangan maupun perusahaan–yang diberi wewenang dan tanggung jawab sebagai pengelola aset investor.
Inilah yang membuat berinvestasi di reksa dana itu cocok untuk investor pemula. Di bawah pengelolaan manajer investasi yang tepat, kita tinggal duduk manis sambil memantau perkembangan aset investasi kita saja.
Kita enggak perlu pusing memantau pergerakan pasar, situasi-situasi yang bisa memengaruhi nilai investasi, pun melakukan analisis ini itu, karena semuanya sudah dilakukan oleh manajer investasi.
Manajer investasi lebih tahu kondisi dunia investasi ketimbang kita yang baru memulai, sehingga serahkan saja sepenuhnya pada mereka.
Mungkin kapan-kapan kita bisa ulas lebih jauh mengenai tugas dan wewenang manajer investasi ini ya? Karena cukup menarik lo, untuk diketahui.
6. Apa Itu APERD dan WAPERD?
APERD adalah singkatan dari Agen Penjual Efek Reksa Dana, sedangkan WAPERD adalah Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Anggota APERD adalah bank umum dan juga perusahaan sekuritas yang telah memiliki izin untuk beroperasi, yang kemudian bekerja sama dengan manajer investasi untuk menjual jasa pengelolaan aset investasi.
Nah, orang-orang yang bekerja di bank umum atau perusahaan sekuritas yang bertugas memasarkan produk reksa dana ini disebut WAPERD, yang harus memiliki sertifikasi tertentu terkait pekerjaannya ini.
7. Apa Itu Imbal?
Imbal (dalam bahasa Inggris: yield) merupakan keuntungan dari sebuah investasi–termasuk reksa dana–yang diterima oleh investor.
Imbal bisa berupa bunga atau kupon, dividen, ataupun selisih yang didapatkan dari harga jual yang lebih tinggi daripada harga beli, tergantung jenis investasinya.
8. Apa Itu Risiko?
Dalam investasi, risiko berarti potensi kerugian yang bisa terjadi akibat investasi yang kurang baik hasilnya.
Risiko dalam investasi bisa terjadi akibat pasang surut kondisi pasar modal maupun pasar uang, situasi sosial, ekonomi, bahkan politik, hingga masalah intern, misalnya perusahaan yang sahamnya kita miliki mengalami kebangkrutan atau gulung tikar.
Adalah penting bagi setiap investor untu menyadari sepenuhnya risiko yang bisa terjadi pada setiap investasi yang dimiliki. Karena pada prinsipnya, kita berinvestasi dengan uang kita sendiri, maka tanggung jawabnya ada pada diri kita sendiri juga.
9. Apa Itu Bank Kustodian?
Bank kustodian adalah bank yang akan membantu mengurus administrasi, mengawasi serta menjaga aset investasi yang kita miliki.
Istilahnya, bank kustodian merupakan tempat untuk menitipkan dana secara kolektif, baik dari investor maupun dari pihak manajemen investasi. Bank kustodian akan menampung dana kita kalau kita topup reksa dana, pun menampung hasil dividen, kupon, atau bentuk imbal lain dari investasi yang sudah kita lakukan, untuk kemudian dicatat.
Bank kustodian mengurus segala macam administrasi, dan melakukan pencairan dana jika kita sebagai investor bermaksud untuk menarik dana.
Gimana, semakin tertarik untuk berinvestasi di reksa dana? Ada 4 jenis reksa dana yang bisa kamu pilih lo, sesuai dengan profil risikomu!
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kinerja reksa dana sebelum kamu mulai berinvestasi. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Reksa Dana Campuran: 5 Hal yang Harus Diketahui Lebih Dulu
Selain Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap, ada satu lagi jenis reksa dana yang juga bisa menjadi alternatif investasi, hanya saja produk satu ini memang kurang populer di Indonesia. Yaitu Reksa Dana Campuran.
Apa Itu Reksa Dana Campuran
Seperti halnya es campur yang terdiri atas berbagai macam buah, Reksa Dana Campuran juga terdiri atas berbagai jenis instrumen investasi, yaitu saham, obligasi, dan instrumen pasar uang seperti sertifikat deposito ataupun surat utang yang berjangka waktu pendek.
Kalau mau diproporsikan, masing-masing instrumen investasi porsinya enggak boleh lebih dari 79%. Namun, untuk pencampurannya, manajer investasi punya kebebasan untuk mengalokasikan.
Mengapa harus 79%? Karena kalau 80% obligasi, berarti ini termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap. Kalau 80% saham? Juga tidak bisa, karena kalau porsinya demikian, berarti masuk ke Reksa Dana Saham.
Beberapa Jenis Reksa Dana Campuran
- Reksa Dana Campuran Defensif, yaitu Reksa Dana Campuran dengan profil risiko yang paling rendah. Sebagian besar porsinya ada di instrumen investasi obligasi dan pasar uang, dengan jangka waktu yang pendek, yang menempati porsi 70 – 79%-nya. Sisanya saham.
- Reksa Dana Campuran Berimbang, yaitu Reksa Dana Campuran yang menempatkan investasinya secara seimbang pada produk obligasi, pasar uang, dan saham. Biasanya sih diambil perbandingan produk obligasi dan pasar uang terhadap saham adalah 50 – 50. Dibandingkan Reksa Dana Campuran Defensif, Reksa Dana Campuran Berimbang lebih tinggi profil risikonya, tetapi punya potensi imbal yang juga lebih besar.
- Reksa Dana Campuran Agresif, yaitu reksa dana yang menempatkan 70 – 79% investasinya pada produk saham, sisanya baru obligasi dan pasar uang. Sudah pasti bisa diduga, reksa dana ini memiliki profil risiko yang lebih tinggi ketimbang dua jenis Reksa Dana Campuran sebelumnya, tetapi juga menawarkan imbal yang lebih tinggi pula.
- Reksa Dana Campuran Dinamis, yaitu reksa dana yang memungkinkan manajer investasi secara cepat mengalokasikan dana pada produk-produk obligasi, pasar uang, dan saham, secepat fluktuasi yang terjadi di pasar modal dan pasar uang. Jadi, bisa jadi hari ini manajer investasi menempatkan 79%-nya di obligasi karena dianggap lebih berpotensi, dan besok sudah dipindahkan ke saham karena tiba-tiba pasar saham mengalami koreksi yang signifikan. Tujuan dari jenis reksa dana ini adalah untuk mengejar keuntungan semaksimal mungkin, sehingga profil risikonya adalah yang paling tinggi di antara yang lain.
Keuntungan Reksa Dana Campuran
Imbal besar
Seperti yang sudah disebutkan di atas, imbal yang bisa diperoleh oleh investor yang menanamkan dananya di Reksa Dana Campuran bisa jadi lebih besar ketimbang Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Menurut pengamatan beberapa manajer investasi saat ini, rata-rata masing-masing produk reksa dana jenis ini menawarkan imbal antara 8 – 15% per tahunnya.
Mudah pembeliannya
Seperti juga jenis reksa dana yang lain, kamu juga mudah membelinya. Hanya perlu registrasi saja di aplikasi fintech yang sekarang banyak bermunculan, lengkapi data diri, dan setelah ada verifikasi, kamu pun bisa mulai membeli reksa dana jenis ini.
Hanya dengan Rp100.000, kamu sudah bisa mendapatkan portofolio investasimu sendiri.
Risiko Reksa Dana Campuran
Namun, seperti juga prinsip high return, high risk–maka risiko yang bisa terjadi pada jenis reksa dana ini juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Risiko yang mungkin terjadi adalah risiko gagal bayar pada investasi obligasi, dan risiko ikut terseret turun nilainya akibat nilai saham yang juga merosot di pasar modal.
Mengapa Reksa Dana Campuran?
Saat berinvestasi, adalah penting bagi kita untuk menyesuaikannya dengan profil risiko dan tujuan finansial kita. Tapi, kadang kita memang mengalami kesulitan untuk mengontrol emosi, terutama jika ini adalah pertama kalinya kita investasi. Suka panik tiba-tiba kalau melihat harga-harga saham dan reksa dana anjlok, dan suka girang dengan lebaynya kalau angka-angka itu naik secara drastis.
Panik dan over-excited seperti ini tentunya akan membawa efek yang kurang baik dalam berinvestasi. Disiplin dan dewasa dalam berpikir sangat diperlukan jika kamu ingin berinvestasi demi mencapai tujuan finansial.
Nah, ini bisa dicapai salah satunya adalah dengan memilih Reksa Dana Campuran sebagai investasimu. Dengan alokasinya yang beragam, kamu sudah melakukan diversifikasi terhadap produk investasi yang kamu miliki. Hal ini akan mempertipis risiko yang mungkin terjadi, dan juga mencegahmu kalap, sehingga keputusanmu jadi kurang bijak.
Nah, bagaimana? Tertarik untuk berinvestasi di jenis reksa dana ini? Meski kurang populer di Indonesia, tentunya hal ini tidak akan menyurutkan niatmu untuk berinvestasi dong ya, asalkan sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansial yang kamu punya.
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kinerja reksa dana sebelum kamu mulai berinvestasi. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Reksa Dana Pendapatan Tetap: Investor Pemula Harus Tahu 5 Hal Ini!
Kalau mendengar istilah “Reksa Dana Pendapatan Tetap”, apa yang pertama kali muncul di pikiran kamu? Anggap saja, kamu belum tahu apa itu Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Kalau saya sih awalnya langsung tertarik dengan frasa “pendapatan tetap”. Yang terlintas adalah, kalau saya beli jenis reksa dana ini apakah kemudian saya bisa dapat pendapatan tetap layaknya gaji bulanan?
Ternyata enggak. Bukan itu yang dimaksud dengan pendapatan tetap pada Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Apa Itu Reksa Dana Pendapatan Tetap?
Sama halnya dengan Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap memungkinkan manajer investasi untuk mengumpulkan dana dari para investor, untuk kemudian dialokasikan ke produk-produk investasi secara kolektif.
Bedanya, kalau Reksa Dana Pasar Uang dana diinvestasikan ke instrumen pasar uang yang punya jatuh tempo kurang dari 1 tahun, Reksa Dana Pendapatan Tetap menginvestasikan dana pada 80% produk obligasi atau sukuk–yaitu surat utang, yang punya jatuh tempo antara 1 hingga 5 tahun. Sisanya ke instrumen pasar uang lain.
Seperti yang sudah dijelaskan di beberapa artikel sebelumnya, obligasi atau surat utang merupakan surat pernyataan dari pihak peminjam dana untuk investor, bahwa mereka telah meminjam dana dalam jumlah tertentu, dan akan mengembalikannya dalam jangka waktu tertentu. Untuk itu, peminjam dana akan memberikan kupon atau bunga secara berkala kepada investor, antara 3 – 6 bulan sekali.
Nah, ini dia asal mula istilah “pendapatan tetap” pada Reksa Dana Pendapatan Tetap. So, kita sebagai investor akan memperoleh pendapatan tetap yang berupa bunga atau kupon tersebut.
Tujuan Finansial
Karena produk yang dibeli adalah produk pasar modal–obligasi atau surat utang–yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun, dan kurang dari 5 tahun, maka tujuan finansial yang cocok untuk Reksa Dana Pendapatan Tetap ini adalah juga yang punya jangka waktu pendek hingga menengah.
Siapa dan Di Mana Bisa Beli Reksa Dana Pendapatan Tetap
Siapa saja bisa berinvestasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap, asal perhatikan profil risiko masing-masing. Karena, meski masih tergolong risiko kecil, tetapi risiko yang bisa terjadi pada jenis investasi ini lebih besar ketimbang Reksa Dana Pasar Uang. Jadi, kurang cocok buat para investor dengan karakter yang sangat konvensional.
Reksa Dana Pendapatan Tetap bisa dibeli di fintech-fintech yang sekarang menjamur.
Tinggal pilih aplikasinya di handphone, download, dan install. Kemudian, kamu perlu untuk melakukan registrasi dengan memberikan semua data diri yang diminta–termasuk foto identitas, dan beberapa aplikasi juga minta foto buku tabungan. Setelah ada verifikasi, kamu pun bisa langsung melakukan investasi.
Yes, semudah itu.
Atau, kalau kamu pengin membeli di bank atau langsung ke kantor manajer investasinya juga bisa sih. Tapi, ya lebih repot sedikit. Kalau ada cara yang lebih praktis, kenapa mesti pakai cara yang rempong sih? :)
Keuntungan Reksa Dana Pendapatan Tetap
Modal kecil
Seperti halnya Reksa Dana Pasar Uang, kamu enggak perlu modal gede untuk bisa berinvestasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap. Kamu hanya butuh Rp100.000 saja untuk mulai. Kalau enggak salah, bahkan ada fintech yang menawarkan minimal Rp10.000 untuk mulai berinvestasi, dan bisa membayar via GoPay.
Duh, kalau segini mah, yang mahasiswa aja juga bisa nih ikut mulai berinvestasi sejak sekarang kan?
Fleksibel
Meski Reksa Dana Pendapatan Tetap ini sebenarnya paling ideal dimanfaatkan untuk tujuan finansial jangka menengah, namun tetap enggak masalah kalau misalkan kamu hendak mencairkan dananya kapan saja.
Tak terikat sama sekali oleh waktu, enggak seperti deposito yang akan ada penalti jika diambil lebih cepat dari jatuh temponya.
Imbal Lebih Besar
Reksa Dana Pendapatan Tetap memberikan imbal yang lebih besar ketimbang Reksa Dana Pasar Uang. Bisa naik ataupun turun, tapi saat artikel ini ditulis rata-rata return yang ditawarkan oleh manajer investasi adalah berkisar di 11 – 15% setiap tahunnya.
Wih, bandingkan dengan bunga deposito yang di pertengahan tahun 2019 ini diturunkan lagi ke level 5%. Jauh ya?
Risiko Reksa Dana Pendapatan Tetap
Nah, dengan imbal yang lebih besar itu, pastinya risiko pun menjadi lebih besar. Ini sudah hukum yang berlaku di dunia investasi. Apa saja risiko yang bisa terjadi dalam Reksa Dana Pendapatan Tetap?
Risiko fluktuasi pasar modal
Namanya juga diinvestasikan ke instrumen pasar modal, jadi nilai investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap juga bisa dipengaruhi oleh fluktuasi yang terjadi di pasar modal.
Namun, biasanya hal ini sudah bisa diantisipasi oleh manajer investasi dengan prinsip diversifikasi investasi. Makanya, perlu bagi kita untuk memilih manajer investasi yang cerdas dan tanggap terhadap perubahan ekonomi global.
Risiko bangkrut
Salah satu risiko yang cukup besar yang bisa terjadi dalam investasi obligasi–terutama jika kita berinvestasi pada surat utang perusahaan–adalah risiko perusahaan tersebut bangkrut.
Sebagai investor, kita akan menempati prioritas terakhir untuk dikembalikan dananya setelah perusahaan memenuhi kewajiban terhadap stakeholder lain, seperti karyawan, vendor, dan sebagainya.
Risiko gagal bayar
Selain risiko bangkrut, ada juga risiko gagal bayar yang bisa terjadi. Penyebabnya sih bisa bermacam-macam, ya salah satunya ya ketika perusahaan bangkrut itu tadi.
Namun, enggak perlu khawatir. Biasanya sih manajer investasi sudah sangat jeli akan situasi yang terjadi. Mereka akan bisa mengantisipasi risiko-risiko ini agar seminimal mungkin terjadi.
Ya, inilah enaknya berinvestasi dengan reksa dana. Kita tinggal pantau aja sih secara berkala, untuk melihat pertumbuhannya. Kalau kurang baik, ya tinggal pindahkan saja dana ke manajer investasi lainnya.
Nah, jadi, gimana nih? Mau ikut berinvestasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap? Kamu bisa ikutan dulu kelas finansial online QM Financial yang khusus membahas tentang reksa dana, mulai dari pengenalan, menghitung kebutuhan, memilih produk, hingga melakukan review terhadap reksa dananya lo!
Dengan bekal ilmu yang cukup, pastinya akan membantumu berinvestasi dengan lebih baik kan?
5 Hal Tentang Investasi Saham yang Harus Diketahui oleh Pemula
Salah satu instrumen investasi yang sudah (dan semakin) populer belakangan ini adalah investasi saham, seiring dengan semakin sadarnya masyarakat mengenai pentingnya punya tujuan finansial yang jelas dalam hidup. Sejalan dengan hal tersebut pula, semakin banyak orang ingin tahu bagaimana mengelola keuangan pribadinya dengan lebih baik.
Yes, melakukan investasi saham biasanya diambil sebagai solusi pencapaian tujuan finansial bagi sebagian orang–ya terutama sih mereka yang memang sudah cukup berpengalaman berinvestasi.
Jika belum? Kecenderungan pasti akan memilih instrumen investasi lain yang lebih pemula-friendly, seperti deposito atau logam mulia.
Nah, bagi kamu yang sedang mencari informasi lantaran pengin mulai investasi saham, kamu sudah berada di tempat yang tepat. Yuk, kita cari tahu seluk-beluk investasi saham, secara mudah dan praktisnya, tentunya agar lebih mudah kamu pahami.
Apa Itu Saham?
Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, saham mempunyai makna surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor.’
Gampangannya, dengan kamu memiliki saham dari sebuah perusahaan, maka kamu merupakan salah satu pemilik perusahaan tersebut, yang kemudian berhak atas berbagai keuntungan yang mungkin ditawarkan.
Karenanya, saham juga dikenal sebagai salah satu bentuk dari surat berharga, lantaran ia menjadi bukti kepemilikan atas perusahaan itu tadi.
Mengapa Saham?
Saham dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang cukup agresif, dalam artian risiko yang mungkin terjadi sangat tinggi, begitu juga dengan imbal yang dapat kamu raih pun berpeluang tinggi.
Karena itu, banyak orang mencoba untuk mendapatkan keuntungan dengan jual beli saham, layaknya kita berdagang barang. Membeli saham murah, lalu dijual dengan harga yang lebih tinggi. Persis prinsip kalau kita berdagang kan, kayak jualan sembako atau jualan baju?
Hanya saja, memang butuh pengetahuan yang lebih untuk bisa berbisnis saham seperti ini. Ya, sama halnya dengan buka warung sembako, ada banyak hal yang harus dipersiapkan.
However, enggak semua tertarik pada saham karena ingin membisniskannya. Banyak juga yang memanfaatkan saham sebagai instrumen investasi demi mencapai tujuan finansial. Mereka ini–para investor–biasanya akan lebih cenderung mencari saham-saham dari perusahaan yang sudah mapan agar harga cenderung stabil, bahkan naik.
Nah, kamu termasuk yang mana nih? Yang pengin berbisnis saham ataukah investor yang pengin mendapatkan imbal hasil demi tujuan finansial? Keduanya punya tujuan yang berbeda, sehingga jalan yang harus ditempuh pun berbeda.
Baik pebisnis maupun investor demi tujuan finansial pribadi, dua-duanya perlu belajar dulu untuk bisa investasi saham. Gabung yuk, di kelas finansial online QM Financial, yang bisa kamu ikuti dari mana saja. Cek jadwalnya dan segera daftar di kelas yang kamu butuhkan. Spesial untuk kelas saham, QM Financial bekerja sama dengan The Indonesia Capital Market Institute lo! Jadi, kamu bisa belajar langsung dari ahlinya.
Siapa Saja yang Bisa Membeli Saham?
Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknologi finansial, memberikan kesempatan lebih luas pada siapa pun untuk ikut investasi saham.
Kalau dulu mungkin memang sih, saham itu cuma untuk orang berduit banyak. Karena butuh modal yang enggak sedikit. Pun kita harus datang ke perusahaan sekuritas, untuk mulai investasi saham.
Sekarang enggak lagi, thanks to perkembangan fintech! Banyak aplikasi mobile yang tersedia yang bisa kita manfaatkan untuk mulai investasi saham. Banyak pula edukasi literasi keuangan yang bisa kita baca dulu dengan mudah, demi mendapatkan bekal untuk mulai investasi (termasuk di QM Financial. Sudah follow Instagram dan subscribe di Youtube channelnya belum?)..
Untuk beli saham, sekarang juga bisa mulai dari sedikit-sedikit dulu. Kalau dulu, minimal pembelian harus ribuan lembar saham di awal. Sekarang enggak lagi. Kita bisa mulai dari beli 1 lot dulu, yang terdiri atas 100 lembar saham. Untuk nominalnya, ya tergantung harga saham yang kita beli. Ada yang seharga ratusan rupiah saja, sampai puluhan ribu rupiah per lembarnya. Tinggal dikalikan 100 lembar saja.
Yah, kalau boleh dikasih angka kisaran, dengan modal Rp100.000 – Rp500.000 saja, kita sudah bisa mendapatkan saham perusahaan elit.
Keuntungan Investasi Saham
Keuntungan yang bisa kamu peroleh dari investasi saham bisa datang dalam 2 bentuk:
Capital gain
Atau keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari selisih harga beli dan harga jual saham yang kamu miliki. Inilah yang biasanya menjadi target para pebisnis saham.
Misalnya begini. Kita beli beras seharga Rp15.000 per kilo. Lantas kita jual di warung sembako yang kita punya dengan harga Rp20.000 per kilo. Maka kita akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp5.000 per kilonya. Itulah capital gain yang kita dapatkan.
Dividen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dividen berarti adalah sejumlah uang yang berasal dari hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebuah perseroan.
Misalnya saja, kita membeli mobil. Lalu mobil tersebut disewakan sebagai taksi online. Setiap hari bisa narik penumpang, yang kemudian menambah pemasukan. Nah, kita bagi hasil dong dengan si supir taksi online-nya, misalnya. Bagi hasil yang kita peroleh itu bisa disebut sebagai dividen.
Kerasa kan, bedanya dengan capital gain?
Risiko Investasi Saham
Seiring dengan imbal yang tinggi, investasi saham juga mempunyai risiko yang tinggi juga. Beberapa risikonya adalah:
- Harga saham sangat fluktuatif, tergantung kondisi pasar uang dan pasar modal yang bisa saja dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal. Misalnya seperti kondisi ekonomi dan politik suatu negara.
- Risiko perusahaan bangkrut. Para pemegang saham akan menjadi prioritas terakhir untuk dibayar kembali investasinya setelah kewajiban perusahan terhadap stakeholder lain terpenuhi.
- Capital loss. Ketika investor menjual sahamnya dengan harga jual yang lebih rendah ketimbang harga beli.
- Saham perusahaan dikeluarkan dari list jual beli di Bursa Efek. Ada banyak alasan sehingga saham suatu perusahaan mengalami delisting, dan pastinya hal ini akan merugikan perusahaan itu sendiri juga pemegang sahamnya.
Nah, bagaimana? Sampai di sini semakin tertarik untuk investasi saham? Menantang banget kan?
Makanya, yuk, belajar dulu sebelum mulai benar-benar terjun ke kolam investasi! Hubungi QM Financial di nomor WhatsApp 0811 1500 688 ya!
Investasi di Reksa Dana Pasar Uang: 5 Hal untuk Diketahui
Dengan semakin meleknya masyarakat akan pentingnya investasi, maka beberapa instrumen investasi pun mulai dikenal dan populer di tengah kita. Salah satunya adalah Reksa Dana Pasar Uang.
Kalau sudah membaca artikel yang lalu, yang mengulas tentang 4 jenis reksa dana, pasti sudah tahu secara sekilas, apa itu Reksa Dana Pasar Uang. Atau mungkin malah sudah punya portofolionya?
Bagus! Tinggal sesuaikan saja dengan tujuan finansial kita, ya kan?
Well, artikel ini ditujukan untuk kamu yang masih galau memilih investasi. Atau, kamu yang punya profil risiko yang sangat konvensional, yang selama ini hanya nyaman nabung emas atau deposito.
Karena, kabar baik! Reksa Dana Pasar Uang bisa menjadi instrumen investasi yang sangat aman, sama dengan deposito, tapi kamu bisa mengharapkan untuk mendapatkan imbal yang lebih besar.
Tertarik?
Yuk, simak artikel ini sampai selesai, untuk berkenalan lebih jauh dengan Reksa Dana Pasar Uang ya.
Apa Itu Reksa Dana Pasar Uang?
Dari namanya sendiri sebenarnya sih sudah jelas, apa itu Reksa Dana Pasar Uang.
Reksa dana sendiri adalah sebuah usaha untuk mengumpulkan modal dari para investor untuk kemudian dana yang terkumpul tersebut diinvestasikan ke berbagai instrumen oleh manajer investasi. Nah, alokasi instrumennya sih tergantung permintaan, makanya ada 4 jenis reksa dana yang masing-masing berdasarkan porsi alokasi instrumen investasinya.
Karena dikelola oleh seorang manajer investasi–dan kita enggak perlu mikirin terlalu ribet dan pusing–makanya reksa dana ini merupakan salah satu instrumen investasi yang cocok untuk pemula.
Ibaratnya, kalau manajer investasi dirasa kurang maksimal kinerjanya, ya kita bisa dengan mudah memecatnya dan kemudian meng-hire manajer investasi lain yang baru.
Iya, semudah itu.
Nah, Reksa Dana Pasar Uang ini memungkinkan kita untuk berinvestasi secara 100% ke instrumen-instrumen pasar uang. Mulai dari sertifikat deposito, surat utang yang punya jatuh tempo kurang dari 1 tahun, hingga instrumen-instrumen lain yang kurang populer juga.
Karena manajer investasi punya modal besar–hasil pengumpulan dari investor–maka ia pun mendapat imbal yang juga lebih besar. Imbal inilah yang kemudian dibagikan lagi pada investor.
Keuntungan Reksa Dana Pasar Uang
Bisa Mulai dari Nominal Kecil
Untuk berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, kamu bisa mulai dengan Rp100.000 saja. Ini pastinya lebih ringan, ketimbang saham bluechip misalnya ya–yang kadang perlu modal sekitar Rp500.000 di awal untuk beli 1 lot saham doang.
Bahkan ini juga lebih ringan ketimbang nominal setoran tabungan deposito kan?
Jadi pasti cocok deh untuk kamu sebagai permulaan.
Imbal Lebih Besar
Suku bunga tabungan biasa, kalau kita cuma punya dana tersimpan kurang dari Rp1 juta, itu adalah 0%. Alias enggak dapat bunga. Yang ada, tabungan berkurang karena biaya administrasi.
Kalau di deposito, suku bunganya juga baru saja diturunkan lagi oleh Bank Indonesia, ke 5% per tahun.
Reksa Dana Pasar Uang memberikan imbal bisa sampai 7% setahunnya sekarang, bahkan lebih.
Semakin Mudah
Mau investasi apa saja sekarang semakin mudah, akibat dari perkembangan financial technology atau fintech yang luar biasa. Mau investasi, sekarang enggak harus ke bank atau datang ke kantor manajer investasi. Cukup pakai smartphone saja. Registrasi, enggak sampai sehari selesai dan kita bisa langsung mulai investasi.
Jika kita hendak menjual reksa dana dan mencairkan uang, prosesnya juga mudah. Paling butuh 1 hari saja, dana sudah akan ditransfer ke rekening tabungan kita. Bisa dilakukan kapan pun, tanpa tambahan biaya. Berbeda dengan deposito yang ada penalti jika mau dicairkan sebelum jatuh tempo.
Nah, ya segampang itulah investasi di Reksa Dana Pasar Uang.
Risiko Reksa Dana Pasar Uang
Ada imbal, ada risiko. Hukum ini berlaku di setiap investasi. Jadi, meski dibilang paling aman, tetap ada risiko yang menyertai investasi di Reksa Dana Pasar Uang. Apa saja?
Bisa terjadi wanprestasi
Enggak hanya ditempatkan di deposito, dana investasi Reksa Dana Pasar Uang juga bisa dialokasikan ke obligasi atau surat utang, yang notabene punya risiko gagal bayar.
Karena itu risiko Reksa Dana Pasar Uang tetap ada, namun tetap yang paling ringan di antara reksa dana lainnya.
Imbal berfluktuasi
Fluktuasi imbal yang kita dapatkan tergantung pada kondisi pasar. Berbeda dengan deposito yang punya bunga tetap, jika tak diturunkan oleh Bank Indonesia.
Tidak dijamin LPS
Reksa dana bukanlah produk perbankan, sehingga ia tidak akan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan, atau LPS. Namun, pada umumnya manajer investasi diawasi dengan ketat oleh OJK.
Tujuan Finansial
Karena dananya dialokasikan pada instrumen pasar uang yang rata-rata berjangka pendek, atau punya jatuh tempo kurang dari 1 tahun, maka Reksa Dana Pasar Uang cocok dipakai sebagai instrumen untuk investasi jangka pendek juga. Yaitu, berbagai tujuan finansial kurang dari 1 tahun.
Di Mana Bisa Investasi Reksa Dana Pasar Uang
Zaman sekarang investasi semakin mudah, kita enggak perlu datang ke bank atau ke kantor manajemen investasi, seperti yang sudah disebutkan di atas.
Mau investasi di Reksa Dana Pasar Uang? Tinggal registrasi saja melalui aplikasi fintech di smartphone, setelah kamu download dan instal aplikasinya.
Kamu akan hanya dimintai data diri, foto terkait identitas, dan buku tabungan (jika diperlukan). Beberapa fintech ada juga yang meminta kamu untuk ikutan kuis dan menjawab pertanyaan agar profil risikomu bisa diketahui.
Sudah itu saja. Mudah kan?
Kamu bisa belajar lebih banyak mengenai reksa dana–terutama Reksa Dana Pasar Uang–di kelas finansial online QM Financial. Mulai dari mengenali berbagai produknya, menghitung kebutuhannya, hingga bagaimana cara melakukan review atas investasi yang sudah kamu lakukan.
Mau? Cek jadwalnya, dan segera daftarkan dirimu ya!