Investasi Deposito Aman dan Cocok untuk Pemula – Pahami 5 Faktanya Dulu
Salah satu elemen dalam Blueprint of Your Money, konsep orisinal pengelolaan keuangan pribadi oleh lead trainer QM Financial Ligwina Hananto, adalah investasi. Namun, tak sembarang investasi ya. Apalagi cuma ikut-ikutan. Untuk mulai investasi, seseorang hendaknya mengenali dulu profil risiko diri sendiri dan juga memahami berbagai instrumen investasi yang ada. Nah, salah satu instrumen favorit dan cocok bagi pemula adalah investasi deposito.
Yes, deposito biasanya memang diperkenalkan pada mereka yang baru pertama kalinya mencoba berinvestasi, karena beberapa keuntungannya.
Kamu juga pengin belajar berinvestasi, dan sedang menimbang untuk mencoba investasi deposito? Well, kalau begitu, simak dulu beberapa fakta seputar investasi deposito berikut ini, supaya kamu punya bekal lebih banyak.
5 Hal yang harus diketahui mengenai investasi deposito
1.Suku bunga
Dibandingkan dengan tabungan biasa, suku bunga yang ditawarkan oleh deposito lebih tinggi. Ya, karena itulah deposito dimasukkan ke dalam produk investasi.
Meskipun baru-baru ini, pemerintah menurunkan suku bunga Bank Indonesia menjadi 5%, tetapi suku bunga deposito ini tetaplah lebih tinggi ketimbang tabungan biasa, yang biasanya hanya 2 – 3 % saja.
Karena itu, kalau memang uangnya memang ingin disimpan saja, akan lebih baik alihkan saja ke investasi deposito ketimbang hanya nganggur di rekening tabungan, yang lama-lama bisa habis tergerogoti inflasi.
Namun ingat ya, ada pajak juga yang menyertai bunga deposito sebesar 20%.
2. Jangka waktu (jatuh tempo)
Deposito pada dasarnya adalah tabungan berjangka; artinya, dalam jangka waktu tertentu dana yang disimpan tidak boleh dicairkan. Sebagai imbalnya, ada bunga yang akan diberikan pada pemilik dana.
Nah, jangka waktunya ini mulai dari sebulan, 3 bulan, 6 bulan, hingga 2 tahun. Setoran awalnya, biasanya, sebesar Rp1 juta. Besaran bunganya tergantung kebijakan masing-masing bank. Dalam jangka waktu yang sudah disepakati, dana tidak boleh diambil. Sedangkan bunga, bisa dibayarkan per bulan.
Ada beberapa sistem investasi deposito, yaitu:
- ARO: Automatic Rollover. Artinya pokok investasi deposito akan didepositokan lagi jika jatuh tempo sudah tiba, sedangkan bunganya akan disetorkan ke rekening bank kita.
- Non ARO: Non Automatic Rollover. Ya, sudah bisa ditebak, sistem ini adalah kebalikan dari sistem ARO. Pokok investasi deposito akan dikembalikan ke rekening asal jika jatuh tempo sudah tiba.
- ARO+, yang memungkinkan kita meminta pihak bank untuk mendepositokan kembali bunga deposito yang kita terima, pada periode berikutnya.
Mana yang paling baik? Ya, kembali ke pemilik dana masing-masing. Ada yang mendepositokan “uang nganggur” dan dirinya sendiri terlalu sibuk untuk mengurus ini itu. Kalau begini kondisinya, maka paling cocok ya investasi deposito ARO atau ARO+.
Tapi, kalau kita berencana untuk menggunakan dana begitu jatuh tempo selesai berikut bunganya, ya berarti investasi deposito Non ARO akan lebih cocok.
3. Risiko
Investasi deposito termasuk dalam kelompok produk investasi dengan risiko yang sangat minim. Hampir tidak ada risiko yang bisa terjadi.
Berbeda dengan saham ataupun reksa dana, deposito enggak terpengaruh kondisi pasar yang fluktuatif sama sekali. Berbeda juga dengan obligasi yang punya risiko gagal bayar, deposito tidak ada risiko seperti ini.
So, investasi deposito memang sangat stabil. Tapi seperti “hukum” yang berlaku, high risk high return. Karena risikonya rendah, imbalnya juga paling kecil.
4. Jaminan keamanan
Sampai dengan nominal Rp2 miliar, dana kita di deposito dijamin oleh LPS, atau Lembaga Penjamin Simpanan. Dengan demikian, misalnya nih–tapi semoga tak pernah perlu terjadi–jika bank tempat kita menaruh investasi deposito gulung tikar–atau bangkrut, atau dibekukan–dana deposito kita akan kembali dalam kondisi utuh.
Karena jaminan keamanan inilah, maka investasi deposito merupakan salah satu produk investasi yang cocok untuk para investor pemula, yang belum siap untuk berinvestasi di produk berisiko tinggi sepertisaham.
5. Penalti
Salah satu kelemahan investasi deposito adalah adanya denda atau penalti yang harus dibayar oleh investor ketika harus mencairkan dana lebih cepat dari jatuh temponya.
Besarnya berapa? Tergantung kebijakan masing-masing bank. Tapi ada lo, yang besarnya penalti kalau dihitung-hitung jatuhnya lebih besar ketimbang bunganya.
Ada juga bank yang menawarkan zero penalti jika kita hendak mencairkan deposito lebih awal, namun kita tidak akan menerima bunga yang menjadi hak kita. Ya, kalau begitu, anggap saja bunga itu menjadi penaltinya. Iya kan?
Nah, demikian sekilas mengenai investasi deposito. Bagaimana? Tertarik untuk mencoba?
Atau, barangkali kamu ingin tahu lebih banyak mengenai instrumen investasi, termasuk deposito ini? Yuk, gabung di kelas finansial online QM Financial. Jadwalnya bisa berbeda setiap bulan karena mengikuti kebutuhanmu lo. Kelasnya online melalui aplikasi Zoom, sehingga siapa pun dapat bergabung dari mana saja.
Cek jadwalnya, dan segera pilih kelas yang sesuai kebutuhanmu ya.
Jadi, belajar finansial apa hari ini?
6 Instrumen Investasi yang Harus Diketahui oleh Investor Pemula Sebelum Mulai Menanam Dana
Tanggal 23 Oktober 2019 yang lalu, KSEI–atau Kustodian Sentral Efek Indonesia–merilis data, bahwa saat ini total ada 2,8 juta investor di Indonesia, dan 43%-nya adalah generasi milenial dengan instrumen investasi yang beragam. BEI juga memberikan catatan, bahwa pertumbuhan jumlah investor sampai dengan Agustus 2019 tercatat sebesar 36% setiap bulannya.
Luar biasa ya? Tentunya ini adalah hal menggembirakan untuk kita semua. Semakin banyak orang yang sadar pentingnya berinvestasi dalam salah satu usaha mengelola keuangannya demi tercapai tujuan finansial masing-masing.
However, buat kamu yang baru mulai investasi, masih ada banyak waktu untukmu mulai. Dan, ada baiknya juga untuk kenalan dulu dengan masing-masing instrumen investasi sebelum akhirnya kamu memilih hendak berinvestasi di mana dan seberapa.
Berikut adalah beberapa instrumen investasi yang cocok dilakukan oleh pemula, yang harus kamu kenali lebih dekat sebelum mulai menanam dana.
6 Instrumen Investasi untuk Pemula
1.Logam mulia
Logam mulia–atau emas–merupakan salah satu instrumen investasi yang paling konvensional, kalau boleh dibilang. Coba tengok orang tua kita, biasanya sih rata-rata kalau mau investasi ya enggak jauh-jauh amat dari emas. Bentuknya pun perhiasan, bukan emas utuh.
Sebagai investor pemula, kamu juga bisa memilih logam mulia untuk mulai berinvestasi. Namun, ingat. Harga emas juga fluktuatif lo. Jadi, bisa saja pas butuh dana segar dan kamu menjualnya, harganya pas juga lagi turun. Jadi, risiko rugi tetap ada.
Selain itu, juga ada risiko dari segi keamanan, apalagi jika hanya disimpan di rumah. Kamu juga harus memperhitungkan hal ini jika ingin mengandalkan emas sebagai instrumen investasi untuk mencapai tujuan finansialmu.
2. Deposito
Deposito lebih kurang bisa dikatakan sebagai tabungan berjangka. Dalam jangka waktu tertentu, kita menyimpan uang yang enggak boleh diambil atau diutak-atik. Sebagai imbal, kita akan mendapatkan bunga yang besarannya sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, dan dipotong pajak.
Deposito juga merupakan instrumen investasi yang paling aman. Karena merupakan produk bank, jadi dijamin oleh LPS hingga batas jumlah tertentu.
3. Reksa Dana
Reksa dana bisa dibilang instrumen investasi kolektif yang dilakukan oleh pihak tertentu–yang disebut dengan Manajer Investasi–dari banyak investor, yang kemudian “dibelanjakan” pada produk-produk investasi sesuai permintaan.
Karena kolektif, maka risiko dan imbal juga dibagi antara investor yang ikut mempercayakan dananya untuk dikelola oleh si Manajer Investasi ini.
Reksa dana ini juga cocok jika mau dicoba oleh investor pemula, karena enggak perlu pusing-pusing mempelajari pasar, memilih produk, hingga memutuskan kapan beli dan kapan jual. Semua diurusin sama Manajer Investasi. Yang perlu kita lakukan adalah memantau kinerja si Manajer Investasi saja.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat utang, yang dibuat sebagai tanda peminjaman dana dari satu pihak (perseorangan, perusahaan/instansi, ataupun pemerintah) kepada pihak lain, dalam jangka waktu tertentu. Biasanya sih antara 3 – 10 tahun.
Obligasi juga merupakan salah satu instrumen investasi yang terhitung rendah risikonya, apalagi jika surat utang ini dikeluarkan oleh pemerintah. Meski demikian, risiko tetap ada ya. Salah satunya jika pihak peminjam gagal bayar.
5. Saham
Saham bisa dikatakan sebagai bukti hak kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan. Saat kita membeli saham, maka saat itulah kita sedang membeli hak atas kepemilikan terhadap perusahaan.
Investasi saham termasuk investasi yang berisiko cukup tinggi. Karena itu, kalau kamu mau langsung mulai dengan investasi saham, kamu harus belajar banyak hal terlebih dahulu. Ada kelas-kelas online saham dari QM Financial yang bisa kamu ikuti, hasil kerja sama dengan TICMI–The Indonesian Capital Market Institute. Di kelas tersebut, kamu akan belajar A – Z tentang saham, mulai dari kenalan dulu, belajar analisis, hingga ada simulasi juga. Coba cek jadwalnya ya!
6. Properti
Instrumen investasi keenam yang bisa dicoba juga oleh investor pemula adalah investasi properti. Di antara semua produk investasi, sepertinya properti inilah yang butuh modal paling tinggi. Ya iyalah, kamu kan butuh modal kalau mau beli rumah atau apartemen atau ruko, atau bentuk properti yang lain kan?
Meski demikian, properti juga merupakan salah satu instrumen investasi favorit banyak orang sih, karena kenaikan harga properti setiap tahunnya sangat menjanjikan keuntungan yang lumayan banget.
Untuk risiko, selain butuh biaya perawatan yang enggak sedikit juga, investasi properti terhitung kurang likuid. Ya kan, kita butuh waktu beberapa lama untuk menjualnya. Kalau butuh dana cepat, ya agak susah deh jadinya.
Nah, gimana? Setelah membahas mengenai beberapa instrumen investasi untuk pemula di atas secara sekilas, apakah kamu sekarang sudah mulai bisa memutuskan hendak berinvestasi di mana??
Dalam beberapa artikel ke depan, kita akan membahas masing-masing instrumen investasi ini secara lebih mendalam. Stay tuned ya!
Sebagai Karyawan, Kamu Harus Mulai Investasi Sekarang! Ini 5 Produk Investasi yang Cocok!
Kadang kala, status sebagai karyawan bikin kita keenakan. Setiap bulan sudah dapat gaji teratur, pun tunjangan-tunjangan lancar mengalir. Hidup sudah terjamin, bahkan sampai masa pensiun. Nah, ini yang bahaya, karena akhirnya kita enggak pernah tahu, pentingnya mulai investasi sejak masih muda.
Padahal banyak tujuan finansial yang belum tercapai kan? Memangnya cukup kalau hanya mengandalkan gaji dan tabungan saja? Ingat, kita ada yang namanya inflasi, yang senyata-nyatanya, membuat apa yang tadinya tampak terjangkau jadi enggak terjangkau.
Dana menikah, dana melahirkan, dana pendidikan anak, dana pensiun, adalah beberapa tujuan finansial yang wajib kamu pikirkan, bahkan sejak kamu mulai bekerja. Semua itu enggak akan tercapai, tanpa kamu mulai investasi sejak sekarang.
Tapi kok … serem ya? Kesan yang timbul selama ini tentang investasi memang menyeramkan sih, karena identik dengan “rugi” dan “duit ilang”.
Itu karena kamu belum banyak tahu saja. Makanya, ayo belajar dan mulai investasi dari jumlah yang kecil dulu.
Lalu, investasi apa ya yang cocok untuk karyawan? Kan, gaji juga enggak seberapa nih. Sudah habis buat bayar tagihan, memenuhi kebutuhan hidup, dan hedon.
Tenang, kamu selalu bisa mulai investasi dari nominal yang kecil, dari mulai Rp100.000 saja. Tuh, kan itu seharga kopi susu dan boba selama seminggu aja? Nggak seberapa kan?
Mari kita lihat beberapa produk yang cocok untuk para karyawan yang baru mulai investasi
1. Deposito
Nah, jika kamu memang baru mulai investasi banget, maka deposito adalah produk yang paling tepat untuk menjadi yang pertama. Dijamin oleh LPS (di bawah Rp2 miliar), dan merupakan produk perbankan. Jadi tingkat keamanannya sangat tinggi. Ya risiko tetap ada, yaitu ketika bunga terus mengecil. Tapi selama ini jarang banget terjadi.
Deposito punya jangka waktu penyimpanan tertentu yang enggak boleh dilanggar. Kalau kamu mengambil tabunganmu sebelum jatuh tempo, maka akan ada denda yang harus dibayar, yang dinamakan penalti.
Suku bunganya lumayan sih, antara 4% hingga 8%. Naik turunnya masih wajar. Tetapi itu belum dipotong pajak ya.
2. Obligasi
Obligasi adalah salah satu produk investasi berupa surat utang. Penerbit obligasi atau surat utang ini bisa saja perseorangan, perusahaan, maupun negara.
Buat kamu yang baru mulai investasi, obligasi negara menjadi pilihan tepat. Soal keamanannya, sudah pasti aman, karena negara sendiri yang menjamin. Masa sih enggak percaya sama pemerintah sendiri?
Keuntungan lainnya yang bisa kamu dapatkan jika kamu turut berinvestasi pada negara melalui obligasi ini adalah kamu bisa mendapatkan kupon atau bunga secara tetap yang lebih besar dari bunga deposito.
Untuk bisa membeli surat utang negara ini sekarang juga semakin dipermudah. Kamu bisa beli secara online di beberapa pihak yang ditunjuk sebagai mitra distribusi.
3. Reksa dana
Reksa dana merupakan produk investasi yang cocok buat kamu yang enggak pengin ribet melakukan analisis ini itu, selayaknya saham. Reksa dana ini cocok banget buat kamu yang baru mulai investasi, lantaran dana investasimu akan dikelola oleh mereka yang sudah profesional.
Untuk membeli reksa dana, kamu juga enggak perlu menyediakan modal terlalu banyak. Bisa mulai dari Rp100.000, dan bahkan kamu bisa membayarnya dengan GoPay di manajer investasi tertentu.
Tuh kan, ketimbang hanya kamu pakai buat foya-foya dengan PayLater tanpa tujuan yang jelas, mending kamu alihkan dana untuk mulai investasi di reksa dana.
4. Saham
Kalau kamu pengin mengelola dana investasimu sendiri–tanpa melalui manajer investasi seperti pada reksa dana–kamu bisa langsung nyebur ke saham. Tapi, ya sebaiknya belajar dulu ya, biar beli sahamnya enggak ngitung kancing atau pakai bakar-bakar sesajen.
Dengan keterampilan analisis fundamental dan analisis teknikal yang mumpuni, kamu akan bisa membaca saham perusahaan mana yang akan mendatangkan keuntungan untukmu.
Buat kamu yang baru mulai investasi, lebih baik memilih saham bluechip dulu saja. Saham bluechip adalah saham perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan, dan punya sistem yang sudah mantap.
Seiring waktu, kamu bisa belajar lagi hingga bisa mengenali perusahaan mana yang cukup agresif mengembangkan diri, sehingga layak kamu tambah modalnya.
5. Properti
Enggak hanya cocok untuk kalangan karyawan, investasi properti memang banyak diminati. Dari ibu rumah tangga sampai pengusaha besar.
Semua itu lantaran harga properti yang cenderung naik setiap tahun. Memang kalau mau mulai investasi properti ini, kamu akan butuh modal besar sih. Tapi, siapa tahu kan, kamu masih tinggal di rumah orang tua, masih single, belum butuh tempat tinggal sendiri tapi sudah bisa mencicil KPR. Enggak ada salahnya, properti yang kamu beli lantas kamu sewakan pada orang lain untuk memberimu penghasilan.
Good idea, huh?
Nah, itu dia 5 produk yang bisa dipilih jika kamu mau mulai investasi sekarang. Mumpung masih muda, masih jadi karyawan–pendapatan bisa diharapkan untuk tetap dan pastinya akan bertambah seiring waktu. Iya kan? Amin!
Yuk, tambah lagi pengetahuanmu akan pengelolaan keuangan! Biar karyawan, punya gaji tetap, sudah dijamin masa pensiunnya, kamu harus tetap bisa mengelola uang dengan baik dong! Ikuti kelas finansial online QM Financial dan pilih kelas yang kamu butuhkan sesuai tujuan finansialmu.
Jangan lupa juga follow akun Instagram QM Financial, supaya enggak ketinggalan berbagai update dan tip keuangan terbaru.
7 Resep Sehat dan Bahagia untuk Para Workaholics
Hai, apa kabar, workaholics? Masih waras kan? Apa kabar asuransi jiwa dan asuransi kesehatannya? Premi lancar kan ya? Syukurlah. Bagaimana dengan jaminan kesehatan mental dan jiwa? Penting lo bagi kita untuk tetap sehat dan bahagia.
Jangan sampai karena tertekan sana-sini demi target kerja, kesempurnaan, dan tujuan finansial yang banyak, kita jadi mengorbankan kewarasan kita. Awas lo, ntar jadi kayak Joker! Hiy!
Sepertinya sih untuk kesehatan mental dan jiwa itu belum banyak yang bisa menjamin ya, kecuali diri kita sendiri. So, meski kita workaholic alias gila kerja–yang hobi banget bawa kerjaan pulang ke rumah, bahkan bawa juga ke lokasi liburan–tapi penting juga bagi kita untuk menjaga agar diri kita tetap sehat dan bahagia.
Ya, kalau bukan kita sendiri, terus siapa lagi sih? Bener nggak?
7 Resep Sehat dan Bahagia untuk si Gila Kerja Alias Workaholic
Bikin agenda liburan rutin berikut anggarannya
Obat stres apa yang paling manjur, yang bisa bikin para workaholic tetap sehat dan bahagia? Liburan! Yes!
Ayo, liburan rutin! Setiap 3 bulan sekali? 6 bulan sekali? Tapi, ingat. Seberapa pun rutinnya kita menjadwalkan liburan, teteup ya, jangan sampai bikin tujuan finansial lain terganggu.
So, buat anggaran dana liburan, alokasikan secara khusus. Kalau perlu, bikin deh rekening khusus liburan. Ini penting banget ya. Jangan sampai nih, liburan rutin eh … malah terlilit utang karena nggak punya anggaran tapi dipaksain berlibur.
Pulang berlibur, malah makin stres. Iya nggak sih?
Lagi pula, menambahkan dana liburan dalam tujuan finansial mungkin malah bisa bikin kita tambah semangat kerja lo.
Positive vibes only
Yes, bangun suasana positif di mana pun kita berada. Ada teman yang toxic? Well, kalau enggak bisa di-handle, ya mending dihindari saja sebisa mungkin.
Lingkungan kerja yang toxic? Yah, coba cari akal supaya bisa membuatnya jadi menyenangkan.
Jangan sampai semangat kerja menurun karena orang lain. Rugi banget, ntar nggak bisa dapat bonus, nggak bisa liburan dong.
Kerjakan hobi
Suka ngerjain apa? Menulis, crafting, main musik, karaokean, …
Kalau punya kegiatan yang disuka atau hobi, maka di sela-sela kesibukan, buatlah waktu untuk melakukan hobi sebagai penyeimbang agar tetap sehat dan bahagia.
Workaholic mah hobinya kerja!
Ada yang berpikiran begitu? Ya, bolehlah. Sekarang coba lakukan hal selain yang rutin, yang “memaksa” kita untuk menjadi lebih baik–bahkan syukur-syukur mendatangkan penghasilan tambahan. Ya, dengan membisniskan hobi. Why not kan?
Sebagai diversifikasi kegiatan rutin biar nggak bosan, obat stres, masih dapat duit lagi. Ada yang nggak mau?
Hangout, why not?
Sesekali hangout juga perlu lo. Jangan mentang-mentang QM Financial menyarankan untuk mengurangi pengeluaran lifestyle demi tujuan finansial yang tercapai lebih cepat, lantas kamu sama sekali nggak hangout lagi bareng teman-teman.
Boleh kok, hangout. Asal pos yang lain sudah aman. Malah penting, biar kita sosialisasi dan bergaul sama manusia-manusia “biasa”–mereka yang suka bersenang-senang, biar kita ikut ketularan bahagia. Iya nggak sih?
Dekorasi meja kerja
Meja kerja yang berantakan dan begitu-begitu saja kadang ikut andil menambah bosan dan jenuh. So, supaya semangat kerja naik, mood baik, coba deh tata ulang meja kerja kita di kantor.
Meja berantakan mungkin bisa jadi indikasi kalau kita sibuk dan banyak kerjaan, tapi bisa jadi bikin tambah rungsing. Jadi, yuk, rapiin!
Meditasi, yoga, atau olahraga yang digemari
Olahraga, konon, bisa melepaskan hormon dopamin yang melepaskan rasa bahagia. Hmmm, apakah kamu rajin berolahraga, workaholics? Ini salah satu resep sehat dan bahagia sekaligus lo.
Enggak perlu harus jadi membership gym kok, karena paling berapa lama sih kamu rajin mampir ke pusat kebugaran? Jangan-jangan cuma 2 bulan, dan habis itu bayar iuran anggota cuma jadi pengeluaran mubazir aja.
Mending kamu jalan kaki setiap pagi, bersepeda setiap akhir pekan, atau sekadar yoga dan meditasi, itu juga sudah bagus banget untuk menjaga agar dirimu tetap sehat dan bahagia.
Manjakan diri dengan mempelajari hal baru
Yang terakhir, karena kamu adalah seorang workaholics–yang biasanya excited kalau dikasih tantangan atau hal baru–nah, coba tantang dirimu sendiri untuk mempelajari hal baru. Hal ini juga bisa jadi salah satu resep sehat dan bahagia yang tokcer banget lo.
Nah, kapan terakhir kali kamu ikut workshop, memperdalam wawasan, menambah pengetahuan? Mungkin sudah lama banget? Well, ada baiknya kamu mulai cari-cari info lagi, ada kelas-kelas apa yang bisa membantumu menjadi lebih baik lagi.
Kelas finansial online, mungkin? Ambil kelas investasi, siapa tahu bisa menambah anggaran dana liburanmu, atau demi pensiun dini sejahtera? Kalau kamu sekarang gila kerja, siapa tahu juga kamu pantas untuk pensiun dini sejahtera di usia 45 tahun. Pergi keliling dunia, menikmati liburan setiap hari. What a pension dream!
See? Meski gila kerja, kamu sepatutnya enggak melupakan acara bersenang-senang, agar keseimbangan dan kesehatan mentalmu terjaga.
Jadi, ayo mulai rencanakan acara bersenang-senangmu sekarang.
ORI 016: Kesempatan Mulai Investasi Baru untuk Millenials
Setelah mengeluarkan SBR 008 di bulan September 2019 lalu dengan 52%-nya dibeli oleh generasi millenials, awal Oktober ini, pemerintah kembali mengajak millenials untuk semakin rajin investasi dengan menawarkan ORI 016.
Hal ini pastinya harus kita sambut baik ya? Kapan lagi sih, kita bisa membantu negara–menjadi pahlawan-pahlawan generasi digital–sekaligus mempersiapkan masa depan yang lebih baik?
ORI 016 ini cocok banget buat kamu yang baru mulai belajar investasi, karena tingkat risiko rendah tetapi tingkat keuntungan setara dengan beberapa produk reksa dana pasar uang. Risiko gagal bayar minim banget. Jadi, yang masih ragu-ragu aja mau investasi, bisa nih mencoba dengan berinvestasi untuk negara dulu melalui ORI 016 ini.
Mari kita lihat sedikit tentang ORI 016 ini sebelum kamu mulai investasi!
![ORI 016: Kesempatan Mulai Investasi Baru untuk Millenials ORI 016: Kesempatan Mulai Investasi Baru untuk Millenials](https://qmfinancial.com/wp-content/uploads/2019/10/ORI-016-infografis-673x960.jpg)
Sumber: antaranews
Daftar Dulu!
Yang pertama harus kamu lakukan kalau pengin ikut berinvestasi adalah mencari agen penjual ORI 016 ini.
Nah, berbeda dengan ORI 015 sebelumnya yang hanya mengandalkan pasar offline, ORI 016 ini sekarang bisa kamu beli juga secara online. Ini dia salah satu terobosan pemerintah yang menyasar para investor millenial, karena perilaku investor ini yang gemar berinvestasi secara online.
Dan, lebih dipermudah lagi juga, karena agen penjual ORI 016 enggak cuma bank-bank konvensional saja, tetapi juga bisa didapatkan di banyak fintech yang ada di Indonesia.
So, kamu bisa mulai dengan mencari informasi, siapa saja yang menjadi agen penjualnya. Kalau kamu selama ini sudah mulai berinvestasi di suatu tempat, coba cari tahu apakah di tempat yang sama juga menjual ORI 016.
Kalau sudah memutuskan hendak membeli di mana, selanjutnya kamu akan diwajibkan untuk registrasi dengan memasukkan beberapa informasi data diri, seperti nama lengkap, no NPWP, hingga mengunggah bukti kepemilikan rekening bank. Setelah itu, kamu bisa mulai membeli ORI 016, hingga ditutup tanggal 24 Oktober 2019 mendatang.
Mulai dari Seharga Sepatumu
Buat yang setiap bulan selalu beli sepatu baru, nah, coba deh, untuk bulan Oktober ini alihkan uang untuk beli sepatu ke ORI 016. Karena kamu bisa berinvestasi mulai dari Rp1 juta saja. Maksimalnya Rp3 miliar.
Dengan bunga flat sebesar 6,8% dengan tenor 3 tahun, kamu akan memperoleh kupon keuntungan lumayan setiap bulannya, lebih besar ketimbang rata-rata bunga deposito.
Tiga tahun lagi, kamu akan mendapatkan kembali uangmu ditambah dengan keuntungannya. Bandingkan dengan sepatu yang tiga tahun lagi mungkin sudah kamu anggurin di rak sepatu paling bawah karena ada sepatu model baru.
Cermati Benar-Benar Sebelum Membeli
Meski tingkat risiko sangat rendah, karena yah … ini yang berutang pemerintah kita sendiri gitu lo. Tentunya, risiko gagal bayar memang minim, tetapi bukannya lantas enggak ada sama sekali.
ORI 016 juga tradeable, artinya bisa diperjualbelikan di pasar sekunder, berbeda dengan SBR 008 sebelumnya yang tidak bisa diperdagangkan. So, barangkali buat kamu yang sudah berpengalaman dan suka investasi agresif, hal ini mungkin merupakan keuntungan tersendiri ya? Dengan menjual ORI 016 di pasar sekunder, kamu jadi punya peluang untuk meraih keuntungan lagi dari selisih harga jualnya, meskipun risiko untuk capital loss juga lebih besar.
Sekali lagi, lakukan pertimbangan-pertimbangan dengan cermat sebelum melakukan apa pun yang terkait dengan investasi ya, karena, ingat, investasimu adalah tanggung jawabmu pribadi.
Obligasi Negara Cocok untuk Tujuan Finansial Jangka Pendek Hingga Menengah
Berinvestasi pada surat utang negara seperti ORI 016 ini cocok kamu lakukan untuk tujuan finansial jangka pendek hingga menengah, ketimbang hanya disimpan di tabungan biasa yang terancam inflasi yang bisa mengikis uangmu sedikit demi sedikit.
Tujuan finansial jangka pendek hingga menengah ini misalnya:
- Dana liburan
- Penyimpanan dana darurat
- Tabungan untuk dana menikah 3 tahun lagi.
- dan lain-lain
Yang pasti memang, selalu awali dengan #TujuanLoApa, termasuk saat kamu ingin mulai berinvestasi di obligasi negara, seperti ORI 016 ini. Dengan tujuan yang jelas, maka kamu akan bisa merencanakan keuanganmu dengan lebih baik.
Jadi, gimana, gaes? Siap menjadi investor millenial dengan ikut berpartisipasi membangun negara?
Mau belajar lebih banyak tentang investasi dan berbagai hal seputar pengelolaan keuangan pribadi? Ikut kelas finansial online QM Financial aja yuk! Banyak kelas yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhan, bisa diikuti di mana saja (online dengan aplikasi zoom), dan tentunya, dengan harga terjangkau. Cek jadwalnya ya!
Disclaimer: artikel ini adalah bagian dari edukasi publik tentang financial literacy – bukan untuk kegiatan komersil. Apabila mengunakan informasi dalam artikel ini untuk keperluan pengambilan keputusan, investor harus mempertimbangkan semua risiko dan skenario terburuk yang dapat terjadi. QM Financial tidak memberikan jaminan akurasi data dan tidak memberikan jaminan keuntungan atas produk keuangan dan investasi.
5 Keterampilan Mengelola Keuangan Pribadi yang Harus Dipunyai Karyawan
Sebagai karyawan, adalah penting bagi kita untuk punya keterampilan mengelola keuangan pribadi. Tak hanya supaya gaji yang tak seberapa ini bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga untuk menjamin kenyamanan kita dalam bekerja.
Sudah tahu kan, bahwa ada penelitian yang mengungkapkan kalau satu dari empat karyawan mengalami stres di kantor, bukan karena workload, tetapi karena permasalahan keuangan pribadi yang mereka alami. Entah itu terjerat utang, terjebak sandwich generation, masalah pendidikan anak, masalah dana kesehatan, hingga tak siap menghadapi masa pensiun.
Bayangkan kalau semua permasalahan keuangan itu kita alami. Bisakah bekerja dengan tenang? Padahal, kalau kerja enggak fokus, performa kita juga jadi ikut berpengaruh. Akibatnya, produktivitas menurun. Hal ini bisa mengancam kita punya pendapatan, yang kemudian menimbulkan masalah keuangan yang makin pelik.
Sungguh, sebuah lingkaran yang #rauwisuwis.
So, sebagai karyawan, setidaknya kita harus mempunyai keterampilan mengelola keuangan pribadi seperti berikut ini, enggak peduli gaji kita besar ataupun kecil.
5 Keterampilan Mengelola Keuangan Pribadi yang Harus Dipunyai oleh Karyawan
1. Atur cash flow
Keterampilan untuk mengatur cash flow menjadi keterampilan mengelola keuangan pribadi pertama yang harus dikuasai oleh setiap karyawan. Bisa dibilang, inilah survival skill wajib punya untuk karyawan.
Dengan keterampilan ini, gaji berapa pun bisa diatur sedemikian rupa, sehingga bisa bertahan sampai gaji berikutnya tiba. Dengan pengaturan cash flow yang baik, karyawan juga dapat mengelola utang juga bisa menabung untuk berbagai tujuan finansialnya, baik jangka pendek, menengah, hingga panjang.
2. Mengelola pinjaman dengan bijak
Siapa sih yang enggak punya utang? Di sinilah nanti keterampilan mengelola keuangan pribadi–terutama mengatur cash flow–akan berperan.
Kalau dipikir-pikir, sepertinya sih hampir semua orang punya utang. Apalagi karyawan. Hanya saja ada beberapa jenis utang yang bisa menjerat karyawan sehingga sulit untuk segera terbebas, misalnya utang KTA, utang rentenir, hingga utang kartu kredit.
Mindset bahwa akan menerima gaji secara teratur kadang memang membuat para karyawan hilang perhitungan sehingga tak mampu mengelola pinjaman-pinjaman ini dengan baik. Tiga syarat utang sehat pun dilanggar.
Apalagi kalau sudah ada debt collector mulai meneror orang sekantor. Wah, berarti tingkat utangnya sudah parah tuh. Harus segera diatasi, dan tentu saja, si karyawan harus segera diedukasi.
3. Mengerti pentingnya asuransi
Salah satu masalah yang termasuk top 5 penyebab stres karyawan selama bekerja di kantor adalah masalah dana kesehatan. Di sinilah pentingnya kesadaran karyawan bahwa asuransi kesehatan itu penting.
Memang ada iuran BPJS Kesehatan yang biasanya difasilitasi oleh kantor (karena diwajibkan juga oleh negara), tapi kalau juga diproteksi dengan asuransi kesehatan mandiri, tentu akan lebih baik, bukan?
Satu lagi asuransi yang penting untuk dimiliki sebagai bagian keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan, yaitu mempunyai asuransi jiwa, terutama bagi karyawan yang menjadi tulang punggung keluarga. Karena yang namanya musibah bisa terjadi kapan saja, pada siapa pun. Cintailah keluarga seumur hidup mereka, tidak hanya seumur hidup kita yang pendek saja.
4. Mengenal produk investasi
Setelah cash flow aman, utang sehat, dan punya asuransi, keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan berikutnya yang harus dikuasai adalah investasi.
Investasi merupakan salah satu solusi bagi karyawan untuk mewujudkan tujuan finansial, entah itu pendek ataupun yang jangka panjang. Rumah pertama, dana pendidikan anak, hingga yang sesepele dana liburan, semua enggak akan cukup dipenuhi dengan hanya menabung saja.
Tetapi, untuk bisa investasi, kita harus belajar banyak. Terutama harus kenalan dulu dengan berbagai produk investasi, dari yang risiko rendah hingga yang agresif. Setelah kenal dengan berbagai produk investasi, lalu kita pun bisa menyesuaikan dengan karakter kita sendiri. Yang mana yang cocok.
Dan ingat ya, bahwa keputusan berinvestasi adalah tanggung jawab kita sendiri. Maka, coba kenali dulu berbagai produknya.
5. Siap pensiun
Permasalahan terkait keuangan yang lain–yang selalu saja menjadi masalah wajib para karyawan–adalah ketidaksiapan menghadapi masa pensiun.
Karena sudah difasilitasi juga oleh kantor, dalam bentuk iuran Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua, tanpa sadar bahwa dengan keduanya saja enggak cukup.
Untuk bisa menikmati pensiun sejahtera, menurut penelitian, setidaknya kita harus punya 70% dari gaji yang terakhir diterima sebelum mulai pensiun setiap bulan. Sedangkan, menurut perhitungan dari penelitian yang sama, karyawan hanya akan menerima dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan itu kira-kira sebesar 38% saja dari gaji.
Aduh, mana cukup?
Pantas saja kan, ada banyak pensiunan newbie yang terkaget-kaget dengan kondisi barunya ini, yang kemudian membuat mereka menjadi kebingungan bagaimana harus membiayai hidup mereka.
Kelima keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan di atas bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
7 Langkah Menjadi Perencana Keuangan bagi Diri Sendiri
Happy world financial planning day! Tak hanya merayakan mereka yang secara profesional membantu perencanaan keuangan, tapi hari ini–secara umum–kita merayakan kemampuan perencanaan keuangan kita, karena kita sebenarnya bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri.
Memangnya kita bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri? Kayak dokter yang menjaga kesehatan diri sendiri? Bisa dong.
Dan, untuk bisa menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri itu enggak perlu sertifikat. Kamu hanya perlu ikutan kelas-kelas finansial QM Financial saja, yang punya jadwal dan topik yang sangat beragam di setiap bulannya. Saat kamu sudah #ketagihanFCOS, maka kamu bisa mulai menjadi perencana keuangan bagi dirimu sendiri.
Ikuti 7 langkah untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri berikut ini!
1. Rencanakan masa depan
Tentu saja, kita harus berawal dari #TujuanLoApa. Ibaratnya, kita mau pergi ke suatu tempat dengan ojol. Kita akan memasukkan dulu tujuannya ke aplikasi, baru deh menentukan pick point dan akhirnya memanggil si driver ojol kan? Tanpa ada tujuan, kita enggak bisa pergi ke mana-mana. Bisa sih, tapi ya mbulet nggak jelas deh jadinya.
Begitu juga dengan perencanaan keuangan. Kita harus menentukan tujuan keuangan kita dulu di masa depan. Proyeksikan hidupmu akan seperti apa? Punya rumah sendiri di negara ternyaman untuk pensiun ini? Pensiun sejahtera? Bisa sekolahin anak-anak setinggi-tingginya? Punya kerajaan bisnis yang besar?
Semua mungkin untuk dijadikan cita-cita. Ingat kata Ellen Johnson Sirleaf, “If your dreams don’t scare you, they’re not big enough.”
2. Pastikan “modal”
Setelah menentukan tujuan, tentukan pick point–titik penjemputan, karena di sinilah garis start kita untuk melangkah. Sudah punya tujuan finansial yang big enough, maka sekarang saatnya menentukan titik awal untuk mulai menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Yuk, ambil kertas dan kalkulator. Catat semua modal yang sudah kamu punya, mulai dari gaji, tunjangan-tunjangan, hingga aset-aset yang sudah dimiliki sekarang. Selanjutnya, rinci juga apa saja yang menjadi tanggunganmu, mulai dari utang, pajak-pajak, tagihan-tagihan, dan sebagainya.
Catatan inilah yang akan menjadi “modal” kamu untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri. Bagaimana neracanya? Masih belum seimbang ya? Enggak masalah. Di situlah seorang perencana keuangan akan berperan–hanya saja dalam kasus ini, dirimu sendirilah yang menjadi perencananya.
3. Cek arus kas
Ke mana saja sih uangmu pergi selama sebulan? Belum punya catatan? So, ayo, mulai deh bikin catatan. Sediakan buku notes kecil untuk mencatat arus kas. Atau kamu juga bisa menggunakan aplikasi mobile yang banyak tersedia dan bisa gratis kamu unduh. Atau bisa juga membuat file di laptop, atau mau pakai Google Drive.
Yang mana saja boleh, asal kamu nyaman menggunakannya.
Mulailah dari menghitung pengeluaran bulan ini. Catat apa saja yang kamu harus bayar setiap bulan, mulai dari membeli pulsa listrik, pulsa handphone, bensin, topup commuter line, sampai jajan boba. Mulailah kebiasaan ini per hari, kemudian dari per hari bisa menjadi per bulan.
4. Manajemen utang
Nggak boleh punya utang? Boleh dong, hanya saja pastikan utangmu sehat. Salah satunya adalah memastikan utangmu tidak boleh melebihi jatah 10 – 30% dari penghasilan rutinmu. Kalau lebih? Ya, sebaiknya kamu segera memikirkan solusi untuk segera menguranginya.
Ingat, 10 – 30% jatah utang ini sudah termasuk semuanya lo! KPR, cicilan mobil, sepeda motor, laptop, handphone terbaru, PayLater, … semuanya.
5. Punyai proteksi
Hidup itu serba nggak pasti. Padahal ya berharapnya sih semua akan lancar-lancar saja, sehat lahir batin, hidup bahagia sampai tua. Tapi hal ini enggak pernah ada jaminannya.
Yang namanya musibah dan bencana bisa sewaktu-waktu terjadi. Untuk melindungi diri sendiri dari semua musibah itu, maka kita perlu proteksi diri berupa asuransi.
Ini juga termasuk dalam cakupan tugas seorang perencana keuangan. Jika kamu ingin menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri, maka mulailah memberi diri sendiri perlindungan. Ketahui proteksi apa saja yang kamu perlukan. Yang pasti, yang pertama harus dipunyai dulu adalah asuransi kesehatan, dan kemudian asuransi jiwa–terutama bagi kamu yang menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah itu, kenali masing-masing jenis asuransi yang ada, dan pilih yang sesuai dengan kebutuhan.
6. Bangun portofolio
Langkah selanjutnya untuk bisa menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri adalah membangun portofolio investasi. Inilah yang akan menjadi “bekal” kita di masa depan.
Menabung is a must. Dalam bentuk apa, nah, itu yang harus kamu sesuaikan dengan profilmu pribadi. Untuk bisa mengetahuinya, ya mulailah dari mencari tahu jenis dan sifat masing-masing produk investasi. Baru kemudian dipilih sesuai dengan kebutuhan dan karakter diri sendiri.
Kalau kamu orangnya cepat panik, ada baiknya memilih investasi di deposito atau reksa dana. Tapi, jika adrenalinmu masih deras–pun didukung oleh usia yang masih muda–kamu bisa mencoba mulai menabung saham.
Tapi ingat, belajar dengan sungguh-sungguh dulu ya. Celup-celup kaki dulu, sebelum akhirnya benar-benar nyebur ke kolam investasi ini, biar enggak gelagapan dan akhirnya tenggelam.
7. Monitor rencana
Langkah terakhir untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri adalah memonitor rencana dan tujuan finansial yang sudah kamu buat, dan lakukan review secara berkala. Kamu boleh mereview setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, atau setahun sekali.
Kenali mana yang berjalan sesuai rencana, dan mana yang harus direncanakan ulang karena kurang memenuhi harapan.
Nah, itu dia 7 langkah untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Kamu sudah sampai di langkah keberapa sekarang? Semoga langkahmu lancar dan semakin mendekati tujuan akhir sebagai perencana keuangan yang terampil untuk diri sendiri ya!
Semangat!
Pengin Kerja dengan Gaji Tinggi Nggak Harus di Startup Unicorn – Siapa Aja Bisa!
Pengin kerja dengan gaji tinggi? Siapa sih yang enggak mau? Apalagi kalau sudah gaji tinggi, kita juga hepi melakukannya. Misalnya, kerja di startup unicorn. Duh, dream job banget kan ya?
Tapi, hati-hati. Keinginan ini bisa membuat kita jadi enggak mensyukuri pekerjaan kita yang sekarang. Terutama kalau kita sudah mulai terobsesi. Lihat saja, tidak dalam waktu yang terlalu lama, kita akan segera merasakan ketidakpuasan bekerja di perusahaan yang sekarang.
Apalagi di zaman media sosial gini. Lihat akun sebelah yang posting foto-foto liburan ke luar negeri saja bisa bikin kita jadi sakit mental mendadak. Tiba-tiba saja kita merasa misqueen, kurang beruntung, dan segala perasaan negatif lainnya terhadap pekerjaan yang kita punya–yang kita rasakan cuma bisa ngasih gaji rendah. Bertanya-tanya, eh, dia kerja apa sih, kayaknya punya gaji tinggi ya?
Lalu, mendadak, gaji yang tadinya cukup dan oke, jadi kurang.
Duh, duh. Hati-hati lo! Kalau sudah begini, gejala kesehatan mental terganggu bisa datang lebih cepat, karena sudah pasti nih, ke depannya kita akan semakin sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau. Rumput sendiri tampak selalu kering dan nggak indah. Padahal, ya kita juga enggak tahu, di balik rumput hijau tetangga itu ada apa, iya kan? Bisa saja di bawahnya dihuni cacing, ular berbisa, dan hal-hal lain yang toxic.
Hmmm, jadi gimana dong? Enggak boleh berharap bisa kerja dengan gaji tinggi?
Ya, boleh. Siapa bilang enggak boleh?
Tapi, kita enggak harus kerja di startup unicorn kok untuk bisa dapat gaji tinggi. Malah faktanya, “gaji tinggi” ini sangat relatif, bahkan berkaitan dengan mindset.
Mau kerja dengan gaji tinggi? Semua orang juga bisa!
1. Mindset!
Perlu untuk selalu diingat, nominal gaji adalah relatif. Bahkan, bisa jadi it’s all about mindset. Mindset gaji tinggi itu berarti ada angka Rp10 juta, Rp25 juta, Rp100 juta di slip gaji.
Tapi ini sama saja bohong, kalau gajinya cuma lewat di rekening.
Gaji tinggi adalah relatif, dan ini terletak di mindset.
Kalau bilang enggak cukup, ya kapan sih gaji bisa cukup? Bukan gajinya yang enggak cukup, mungkin lifestyle kita yang ketinggian. Nah, mindset lagi kan? Karena banyak yang mengalami juga, gaji naik berarti lifestyle naik. Padahal enggak harus gitu.
2. Pikirkan benefit lain selain gaji
Komponen gaji itu ada banyak, yang terdiri atas beberapa kompensasi finansial. Nah, jangan sampai lupa, bahwa di samping kompensasi finansial tersebut ada yang namanya kompensasi nonfinansial.
Coba hitung, berapa banyak kompensasi nonfinansial yang sudah kita terima dari perusahaan? Seperti suasana kerja yang menyenangkan, kesempatan berkembang yang luas, ide-ide kita selalu didengarkan, masukan kita diperhitungkan, juga rekan-rekan kerja nontoxic yang selalu bikin kerja jadi lebih seru, atasan yang kooperatif ….
Semua itu, sangat tak sebanding kalau mau dibandingkan dengan uang kan?
3. Setiap orang punya perjuangan masing-masing
Catat, bahwa setiap orang punya perjuangan masing-masing. Dengan perjuangan masing-masing itu, maka enggak heran jika “jatah”-nya juga sudah punya sendiri-sendiri.
Kita enggak pernah tahu kan, kayak apa perjuangan orang lain?
Wah, gila. CEO startup anu gajinya ratusan juta. Well, kita enggak pernah tahu, bagaimana ia–selaku cofounder, mungkin–harus bekerja keras membangun bisnis rintisan tersebut dari bawah bersama partner-partner bisnisnya.
Wah, marketing strategistnya startup inu gajinya puluhan juta. Oh tapi, kita enggak pernah tahu bagaimana ia harus memenuhi target penjualan setiap harinya kan? Kalau ia lengah sedikit saja dalam menjalankan tugas, bukan enggak mungkin ia mempertaruhkan dapur sekian banyak karyawan yang bekerja di perusahaan yang sama lo.
Semua memang selalu ada konsekuensinya.
4. Belajar atur cash flow
Rezeki memang sudah ada yang mengatur. Kita kebagian berapa, dan orang lain seberapa. Tapi, sama saja bohong juga kalau kita enggak mengatur rezeki yang sudah dijatah itu. Bener nggak?
So, apa kabar cash flow?
Kalau cash flow kita sehat, sampai bebas utang sama sekali, misalnya–bisa jadi lo, kita sebenarnya punya gaji tinggi yang lebih besar ketimbang mereka dengan gaji Rp100 juta, tapi utangnya sampai miliaran dan baru akan lunas sekian puluh tahun kemudian.
5. Belajar investasi
Bayangkan, gaji ada dan teratur meski enggak punya gaji tinggi, tapi selain itu kita punya side job–yang bisa kita kerjakan sambil hepi-hepi dan dapat penghasilan sampingan–plus punya investasi yang setiap bulan bisa menambah cash flow.
Jadi, berasa punya gaji tinggi kan? Jangan kaget kalau entar tahu-tahu kaya kayak Taylor Swift.
Makanya, yuk, ikuti kelas-kelas finansial online dari QM Financial yang jadwalnya bisa kamu simak di web ini. Mulai dari keterampilan dasar, seperti mengatur cash flow dan menentukan tujuan finansial bisa dipelajari secara lengkap, sampai bagaimana berinvestasi segape Warren Buffett! Follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai tip keuangan yang praktis dan aplikatif.
Seru kan?
So, mau belajar finansial apa hari ini, biar enggak envy sama yang punya gaji tinggi?
#FinClic Hindari Tips Ngaco Membeli Reksa Dana
Financial Clinic (FinClic) merupakan sebuah talkshow radio pada tahun 2006 di salah satu stasiun radio di Jakarta. Kemudian berkembang menjadi FinClic seminar series, FinClic Tweet series di twitter dan sekarang di Instagram.
Apakah Ligwina Hananto, lead financial trainer QM Financial anak reksa dana banget? “Well, enggak juga sih. Jadi kalau masih ada yang beraggapan kalau reksa dana di bawah saham, let me tell you something, saham itu di bawah bisnis. Jadi, kalau mau main “kasta-kastaan”, sebenarnya hierarki tertinggi adalah menjadi pemilik dari berbagai bisnis. Jangan setia pada produk, setialah pada tujuan finansial. Kalau produk cocok dengan tujuan finansial ya dipakai, kalau tidak ditinggalkan,” ujarnya.
3 Strategi Sehat Finansial
Selama ini, citra yang terbentuk jika bekerja di bank adalah berpendapatan besar. Anggapan tersebut menimbulkan asumsi bahwa dengan besarnya pendapatan maka pengelolaan keuangan pribadi akan menjadi lebih mudah sehingga sehat finansial terwujud. Tetapi pada kenyataannya, profesional muda mengalami kesulitan mengelola keuangan pribadi yang disebabkan oleh gaya hidup konsumtif.