Atur Keuangan Atlet Agar Tetap Sejahtera Di Masa Tua
“Dipuja selagi muda, merana saat tua.” Kalimat miris ini menggambarkan kesejahteraan para atlet yang banyak menjadi perhatian bersama. Tak seperti karyawan yang rata-rata pensiun di usia 55 tahun, atlet memiliki rentang waktu produktif yang lebih pendek. Ambil contoh Susi Susanti. Memulai karir bulutangkis di usia 14 tahun, Susi memutuskan untuk gantung raket di usia 27 tahun. Artinya rentang waktu produktifnya sebagai atlet hanya 20 tahun saja.
Pemerintah Indonesia memberikan honorarium untuk atlet-atlet yang tergabung dalam Program Indonesia Emas (Prima). Besaran honorarium bervariasi untuk atlet utama Rp10juta per bulan, atlet muda Rp8juta per bulan, atlet pratama Rp6juta per bulan, dan atlet paralimpiade Rp8juta per bulan. Selain honorarium, atlet juga akan menerima bonus jika memenangkan kejuaraan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Besaran bonus bisa mencapai ratusan juta bahkan milyaran Rupiah! Jangan dulu silau dengan pendapatan besar para atlet. Mereka harus berlatih keras setiap harinya untuk bisa mencapai prestasi. Wajar kalau mereka diganjar dengan sejumlah bonus yang besar.
Dengan rentang waktu produktif yang pendek, para atlet harus pintar mengatur keuangannya agar bisa tetap sejahtera di masa tua.
Memisahkan penghasilan rutin dan bonus prestasi
Atlet memiliki dua macam penghasilan: rutin dan bonus prestasi. Penghasilan rutin dari honorarium bisa dialokasikan untuk pengeluaran bulanan. QM Financial biasanya membagi pengeluaran bulanan ke dalam 5 pos untuk memudahkan pengelolaan. Sementara itu, bonus prestasi bisa dialokasikan untuk membangun aset aktif.
Baca juga: 5 Pengeluaran Bulanan Yang Harus Kamu Ketahui
Membangun aset aktif sejak muda
Jumlah bonus yang cukup besar bisa dialokasikan untuk membangun aset aktif yang nantinya akan bisa memberikan penghasilan pasif. Ada tiga macam aset aktif yang bisa dipilih atau dikombinasikan.
- Bisnis. Bisnis merupakan aset aktif dengan potensi imbal hasil tertinggi. Kita bisa memilih membangun bisnis sendiri atau membeli franchise dari bisnis yang sudah berjalan dengan baik. Susi Susanti memilih untuk membangun aset aktif berupa bisnis. Sempat menjajal berbagai bisnis, kini Susi memiliki usaha produksi peralatan olahraga dengan merk Astec dan beberapa cabang sport massage.
- Properti. Properti bisa berupa rumah, apartemen atau ruko yang disewakan, maupun kios di pusat perbelanjaan. Properti yang disewakan ini bisa menjadi penghasilan bulanan setelah pensiun menjadi atlet. Liliana Natsir – pebulutangkis ganda campuran pemenang Olimpiade Rio 2016 – memilih untuk berinvestasi di properti. Investasi ini sudah dimulai sejak dia berusia 20 tahun.
- Surat berharga. Aset aktif berupa surat berharga terdiri dari berbagai portofolio seperti obligasi, saham, dan kontrak penempatan dana. Surat berharga mampu memberikan hasil investasi yang efisien tanpa perlu terlibat langsung dalam bisnis. Investor akan mendapatkan penghasilan pasif berupa dividen dan juga bisa menikmati capital gain. Meski terbilang efisien dan praktis, calon investor perlu belajar banyak tentang seluk-beluk surat berharga sebelum mulai berinvestasi dan bisa menghasilkan penghasilan pasif dari sini.
Memiliki proteksi
Proteksi berupa asuransi kesehatan dan asuransi jiwa bagi mereka yang memiliki tanggungan, wajib dimiliki. Selain itu, ada juga proteksi sebagai pekerja. Beruntung, pemerintah Indonesia sudah memfasilitasi jaminan sosial kesehatan dan tenaga kerja melalui BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Pastikan para atlet terdaftar ya!
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, sejahtera di masa tua bagi para atlet yang telah mengharumkan nama bangsa bisa diwujudkan.
QM Financial
Ayo Jadi Generasi Milenial Yang Siap Pensiun
Dana pensiun memang berkaitan dengan masa tua. Namun bukan berarti urusan dalam menyiapkan dana pensiun ini hanya penting bagi generasi tua saja. Justru bagi generasi milenial yang masih berusia di bawah 30 tahun, sekarang inilah saat yang paling tepat untuk menyiapkan dana pensiun.
Secara logika, tentunya kita tidak ingin mengalami kesulitan finansial di saat pensiun nanti. Siapkan dana pensiun selagi masih produktif dan mengatur keuangan kita dengan baik, agar kita bisa menikmati masa pensiun dengan nyaman.
Namun kenyataannya, masih banyak generasi milenial yang menunda-nunda dalam menyiapkan dana pensiun. Entah karena belum terpikirkan betapa pentingnya menyiapkan dana pensiun selagi muda atau memang mereka sudah tidak mempunyai sisa dari penghasilan yang bisa disisihkan untuk menabung.
Merencanakan masa pensiun tidak hanya sekedar memastikan penghasilan untuk masa tua tetapi ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan. Berikut tips agar kamu bisa hidup nyaman saat masa pensiun nanti.
- Hindari perilaku konsumtif. Generasi milenial yang serba praktis, modern dan mobile cenderung konsumtif. Untuk menghindarinya, kamu harus membuat skala prioritas antara kebutuhan dan keinginan. Sederhananya, kebutuhan itu diperlukan dan harus dipenuhi, sementara keinginan bukanlah sesuatu yang urgent dan bisa ditunda. Oleh karena itu, kebutuhan memiliki prioritas lebih tinggi. Jika kamu ingin menghindari perilaku konsumtif, mulailah untuk memprioritaskan kebutuhan. Jika kebutuhan sudah tercukupi, keinginan pun bisa dipenuhi apabila terdapat dana sisa.
- Lunasi utang. Perilaku konsumtif seringkali berujung pada utang. Utang ini bisa berupa pinjaman pada saudara, bank atau kartu kredit. Anggapan bahwa bahwa gaji bulanan yang didapat bisa digunakan untuk membayar utang tentu tidak salah. Namun jika kita tidak pandai mengelola keuangan, utang kecil pun bisa menjadi besar. Oleh karenanya, segera bayar utang sekecil apapun agar tidak menumpuk dan kamu bisa fokus untuk menyiapkan dana pensiunmu.
- Siapkan Dana Darurat. Dana darurat sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tidak terduga. Jika kamu sakit atau ada keluarga yang memerlukan bantuan finansial, maka dana darurat ini bisa digunakan sewaktu-waktu. Dana darurat ini bisa kamu siapkan dengan cara menabung atau berinvestasi. Kamu yang single cukup menyiapkan dana darurat sebesar 4 kali pengeluaran bulanan.
- Mulai berinvestasi. Investasi merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah dalam menyiapkan dana pensiun. Banyak produk investasi yang bisa kamu pilih, salah satunya adalah reksa dana. Selain menguntungkan, reksa dana adalah jenis investasi yang mudah dilakukan karena dikelola oleh manajer investasi. Kamu cuma perlu menyetor dana ke perusahaan manajer investasi. Selanjutnya, mereka yang akan mengelola dana investasimu. Kamu juga tak perlu modal jutaan untuk berinvestasi di reksa dana. Ada lho manajer investasi yang memperbolehkan kita berinvestasi mulai dari Rp50.000 saja! Setara dengan secangkir kopi di kedai favorit kan?
Baca juga: Investasi Untuk Dana Pensiun: Mulai Dengan Setengah Harga Sepatumu!
Itulah beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk persiapan masa pensiun. Jangan ragu untuk mulai menyiapkan masa pensiun dari sekarang agar kamu bisa hidup nyaman di masa depan. Ayo tunjukkan kalau kamu bisa jadi generasi milenial yang siap pensiun.
Nita Kurniawati
Sudah Siapkah Dana Pendidikan Anak?
Memasuki pertengahan bulan Juli, anak-anak sudah mulai kembali masuk sekolah. Omong-omong soal masuk sekolah, sudah menyiapkan Dana Pendidikan Anak sampai universitas belum? Sebagian orang tua sudah menyisihkan dana untuk pendidikan anaknya. Namun belum ada hitungan khusus. Padahal kalau tidak dihitung, bagaimana kita tahu bahwa dana itu cukup atau tidak? ☺
Kenapa sih penting bagi kita untuk menyiapkan Dana Pendidikan Anak? Karena biaya pendidikan di Indonesia itu mahal! Inflasi pendidikan di Indonesia itu berkisar antara 10% sampai dengan 20%. Memang sih kita bisa memilih sekolah negeri. Tapi masuk sekolah negeri pun banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Apalagi dengan kebijakan zonasi. Kalau ternyata anak kita tidak diterima di sekolah negeri, masa kita bilang, “Nak, kamu sekolahnya tahun depan ya. Bapak dan ibu enggak sanggup membiayai kalau kamu enggak masuk sekolah negeri.” Sedih banget kan.
Sebagai orangtua, sudah menjadi kewajiban kita untuk menyediakan pendidikan yang baik bagi anak. Kalau memang anak tidak diterima di sekolah negeri, ya melipir ke sekolah swasta. Faktanya, sebuah perguruan tinggi terkemuka di Bandung, pada tahun 2000 membutuhkan biaya sebesar Rp12juta untuk 4 tahun masa kuliah. Pada tahun 2016, perguruan tinggi yang sama mengenakan biaya sebesar Rp80juta untuk 4 tahun masa kuliah. Artinya, kenaikan biaya pendidikan atau inflasi sekolah tersebut adalah sebesar 13% per tahun. Dengan asumsi inflasi yang sama, pada tahun 2022, biaya tersebut naik menjadi Rp163juta, tahun 2025 menjadi Rp233juta dan seterusnya. Jadi, kalau tidak dipersiapkan dari sekarang, bisa jadi dananya tidak cukup.
Baca juga: Lawan inflasi dana pendidikan dengan investasi
Jadi apa yang seharusnya kita lakukan untuk mempersiapkan Dana Pendidikan Anak? Yang pertama, survei dulu sekolah yang mau anak kita tuju, lokasi beserta dengan biayanya. Kenapa lokasi? Karena kalau lokasinya jauh dari rumah, perlu dipertimbangkan fisik anak (kalau anak masih kecil) dan biaya tambahan berupa transportasi serta akomodasi kalau lokasi sekolah jauh dari rumah.
Selanjutnya kita bisa menghitung keperluan Dana Pendidikan Anak disesuaikan dengan waktu saat masuk. Misalnya uang pangkal masuk SMP A tahun ini sebesar Rp10juta, berarti kita perlu menghitung nilai masa depan saat anak masuk ke SMP tersebut berapa? Nah dari sana kita bisa menabung atau berinvestasi untuk memenuhi Dana Pendidikan tersebut.
Sebenarnya, kapan sih waktu yang tepat untuk mempersiapkan Dana Pendidikan Anak? Idealnya Dana Pendidikan Anak dipersiapkan sejak anak masih di dalam kandungan. Karena Dana Pendidikan nilainya raksasa, persiapkan sedini mungkin agar jumlah dana yang diinvestasikan setiap bulannya tidak terlalu besar.
Kalau ternyata belum mempersiapkan Dana Pendidikan Anak, apa yang harus dilakukan? Buat Dana Pendidikan Anak yang di depan mata aja dulu. Misalnya baru punya balita, berarti Dana Pendidikan yang perlu dipersiapkan adalah uang masuk pre school-TK-SD. Secara bertahap sisihkan juga dana untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mulai yuk dari sekarang! Kita mampu kok mempersiapkan Dana Pendidikan untuk Anak.
Ikuti bahasan finansial menarik lainnya di Financial Talk, setiap Kamis jam 08.00 pagi di radio DFM Jakarta 103.4 FM bersama Titis Syahluddin – financial trainer dari QM Financial.
Honey JT
Mau Road Trip Seperti Sam & Happy di Film Kulari Ke Pantai? Siapkan 5 Pos Ini!
Hai hai! Siapa yang sudah nonton film Kulari Ke Pantai? Serunya mengikuti kisah Sam (Maisha Kanna), Happy (Lil’li Latisha) dan Mama Uci (Marsha Timothy) road trip dari Jakarta hingga Banyuwangi. Hayo, ada yang ingat enggak kota mana saja yang mereka lewati?
Mira Lesmana dan Riri Riza tak pernah gagal menyuguhkan film yang indah dan juga sarat makna. Sepanjang perjalanan kita dimanjakan dengan pemandangan alam Indonesia yang sungguh indah dan ditemani dengan lagu-lagu merdu dari RAN. Ah betapa Indonesia kita begitu kaya! Siapa yang langsung berkata dalam hati: “Aku juga mau road trip?” Yuk kita bikin PLANnya! Road trip keliling pulau Jawa seperti Sam & Happy membutuhkan persiapan dan juga dana yang enggak sedikit loh. Walaupun kata Mama Mela (Ligwina Hananto), tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang, jangan sampai kamu berangkat road trip tanpa dana yang cukup. Apa saja pos yang harus disiapkan?
- Transportasi. Pos pertama tentu saja transportasi. Menempuh perjalanan hingga 1.000 km dari Jakarta ke Banyuwangi membutuhkan banyak bahan bakar. Selain biaya bahan bakar, siapkan juga dana cadangan kalau-kalau butuh ganti ban di tengah jalan. Jangan lupa servis mobil sebelum road trip dimulai ya!
- Akomodasi. Dalam perjalanannya, Sam dan Happy singgah dan menginap di beberapa kota. Salah satu yang ikonik tentu saja Bambu Homestay milik Mukidi (Dodit Mulyanto). Dengan memilih tinggal di homestay dibanding hotel, kita akan punya kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan belajar nilai-nilai baik yang mereka punya. Siapa tahu kamu bisa berkenalan dengan Yu, Wahyuuu. ☺
- Uang saku harian. Selain pos transportasi dan akomodasi, siapkan juga dana untuk makan dan jajan sehari-hari. Ini saatnya kamu berburu kuliner khas setiap kota yang kamu lewati. Kalau beruntung, kamu bisa menyantap kuliner khas sembari menikmati pertunjukkan seperti yang dialami Sam & Happy di Cirebon. Makin penasaran kan? Hihihi. Makanya buruan #KulariKeBioskop buat nonton #KulariKePantai.
- Rekreasi. Dibandingkan dengan liburan menggunakan transportasi publik, saat road trip, kita jadi lebih flexible terhadap waktu. Kita bebas menentukan jadwal mau ke mana selama berapa lama. Ini saatnya eksplorasi tempat wisata yang enggak biasa! Di setiap kota ada saja hidden gem yang menunggu untuk kamu temukan. Kabari kami hidden gem temuanmu ya! Oiya, jangan lupa siapkan dana untuk biaya masuk ke obyek wisata.
- Shopping! Siapa yang tahan tidak berbelanja saat liburan? Melewati begitu banyak kota yang akan produk budaya dan kulinernya. Mari mampir untuk membeli oleh-oleh!
Ayo rencanakan road tripmu dengan 5 pos pengeluaran yang sudah disiapkan dengan rapi. Siapa tahu kamu menemukan teman perjalanan yang seru dan lucu seperti Dani (Suku Dani). Selamat menikmati perjalanan seru dengan keluargamu. ☺
Fransisca Emi
Rupiah Melemah, Investasi Ke Mana Ya?
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menembus Rp14.000 dalam beberapa hari kemarin. Beberapa orang mulai panik. Biar gak ketularan panik, kita kembali dulu ke definisi. Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran dan permintaan atas suatu mata uang. Pelemahan nilai tukar rupiah diakibatkan penawaran tinggi, sementara permintaan rendah. Penyebabnya antara lain keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia karena peningkatan yield US treasury bills mendekati level psikologis 3%. Tak hanya rupiah, pelemahan juga dialami oleh mata uang beberapa negara emerging markets seperti peso Filipina, rupee India dan baht Thailand.
Dengan melemahnya rupiah, apa kabar investasi nih? Jawabannya kembali ke #TujuanLoApa. Rupiah melemah gak perlu panik, sudah ada Bank Indonesia yang bertugas menjaga stabilitas moneter. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada akhir Juni 2018 sudah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25% biar dana asing kembali tertarik masuk ke Indonesia.
Kita fokus pada tujuan keuangan masing-masing aja yuk! Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial, sudah pernah membahas imbas pelemahan rupiah terhadap dollar AS dalam artikel berikut:
baca juga: Apakah Saya Perlu Investasi Dollar?
Jadi, #TujuanLoApa? Kalau tujuan keuangannya adalah Dana Pendidikan S1 anak di dalam negeri 10 tahun mendatang sih anteng aja. Lanjut terus investasinya. Justru saat harga reksa dana terkoreksi, kita bisa beli dengan harga ‘diskon’ kan?
Bagaimana? Apakah paniknya sudah berkurang? Kalau sudah punya PLAN, hati jadi lebih tenang karena kita tahu ke mana uang kita diinvestasikan. Pastikan kamu mengetahui karakteristik produk investasi yang kamu pilih ya. Kalau butuh konsultasi dengan QM Planner, sila hubungi tim QM Project di WA 0811 1500 688.
QM Admin
Financial Planning for Millennials
Membahas tentang generasi milenial tentu tak akan ada habisnya. Generasi ini adalah mereka yang lahir di antara tahun 1990an sampai tahun 2000an. Sebagian besar dari mereka sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kaum yang dikenal sebagai generasi yang melek teknologi ini sangat mudah dan cepat belajar. Mereka memiliki gaya hidup yang dinamis karena dibesarkan di zaman yang sudah memiliki kecanggihan teknologi.
Sebagian generasi milenial mungkin sudah mendapatkan edukasi finansial tentang bagaimana mengelola uang untuk masa depan baik dari keluarga, lingkungan maupun dari sekolah, sehingga mereka mampu mengatur keuangannya sesuai prioritas. Namun di sisi lain, banyak juga milenial yang belum dibekali dengan kemampuan untuk mengatur keuangannya dengan baik. Entah itu karena faktor pergaulan atau karena gengsi. Mereka menggunakan uang yang dimiliki dengan sesuka hati untuk memenuhi kebutuhan lifestyle seperti traveling, shopping dan hangout. Semua dijalani sekedar untuk update status di media sosial dan mendapatkan banyak likes. Apakah kamu salah satu diantaranya? Jangan sampai kamu hanya gaya di tampilan tapi keuangannya ngos-ngosan ya! ☺
Awal Juni ini, QM Financial kembali diberi kesempatan untuk memberikan seminar financial literacy. Kali ini pesertanya adalah 100 orang Pegawai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang usianya termasuk ke dalam generasi milenial. Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial berbagi strategi dalam mempersiapkan rencana keuangan yang tepat untuk generasi milennial agar dapat mengatur keuangan dengan bijak.
Periksa Kondisi Keuangan
Seperti check up kesehatan fisik, idealnya financial check up dilakukan setahun sekali untuk melihat arus kas dan memeriksa beberapa rasio keuangan dasar seperti perbandingan harta dan utang, rasio aset lancar dan rasio menabung. Dengan begitu, kamu bisa tahu kondisi kesehatan keuanganmu saat ini.
Buat Pos Pengeluaran
Setelah mendapatkan penghasilan, kamu bisa membagi pengeluaran bulanan menjadi 5 pos, yaitu:
- Cicilan utang – maksimal 30%
- Kebutuhan rutin – maksimal 60%
- Pengeluaran sosial – minimal 2,5%
- Menabung dan berinvestasi – minimal 10%
- Pengeluaran lifestyle – maksimal 20%
Dengan memiliki anggaran, kamu bisa mengendalikan pengeluaran sesuai dana yang kamu punya. Jangan sampai besar pasak daripada tiang.
Menabung dan Berinvestasi
Generasi milenial juga harus menyadari pentingnya investasi untuk perencanaan keuangan di masa yang akan datang. Mulailah menabung dan berinvestasi sejak dini untuk memastikan bahwa kamu bisa aman secara finansial di masa pensiun nanti. Sisihkanlah minimum 10% dari penghasilanmu untuk menabung dan berinvestasi.
Gunakan Teknologi Perencanaan Keuangan
Sekarang ini sudah banyak aplikasi finansial yang bisa kamu unduh dari smartphone. Gunakan untuk perencanaan keuanganmu. Seperti kalkulator finansial, teknologi tersebut akan membantu dan memungkinkan siapa saja untuk merencanakan keuangan dan menentukan tujuan finansial dalam satu genggaman tangan.
Jangan Berutang Untuk Hal Konsumtif
Berutang boleh boleh aja, asalkan utang tersebut bisa menjadi aset. Misal utang untuk KPR atau utang untuk membeli kendaraan. Jangan kamu berutang hanya untuk memenuhi kebutuhan lifestyle atau mengikuti tren yang ada. Ingat! Utang itu harus tetap dibayarkan apapun yang terjadi dengan kondisi keuanganmu.
Yuk! Jadi milenial yang gak hanya gaya di tampilan tapi juga gaya di laporan keuangan!
Nita Kurniawati
Biasa Jadi Baik: Berbagi Kesempatan Meraih Pendidikan Tinggi Di Luar Negeri
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan Mei ini, dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, QM mengajak teman-teman menceritakan kebiasaan baik untuk pendidikan. Mari berkenalan dengan Melati, founder Neng Koala, sebuah buku tentang ‘Kisah-kisah Mahasiswi Indonesia di Australia.’ Dalam buku ini, Melati dan teman-temannya berbagi ilmu dan kesempatan untuk meraih pendidikan tinggi di luar negeri.
Apa kebiasaan baik untuk pendidikan versi Melati
Kebiasaan baik yang saya lakukan untuk pendidikan adalah mencoba untuk selalu berbagi ilmu kepada teman-teman, keluarga atau membantu mereka mengakses ilmu tersebut.
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Berawal dari keprihatinan saya akan seorang teman perempuan yang melepas dua kesempatan beasiswa S2 ke luar negeri, saya merasa perlu berbagi info tentang kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri.
Saya banyak bertemu dengan perempuan-perempuan hebat lain yang berhasil menjalankan perannya sebagai istri, ibu sekaligus mahasiswi di luar negeri. Kami semua berbagi tips praktis tentang cara mendapatkan beasiswa, manajemen waktu dan emosi dalam mengatur urusan studi dan keluarga, beradaptasi dengan lingkungan baru hingga persiapan pulang kembali ke tanah air. Harapan lebih banyak perempuan Indonesia yang terinspirasi dan berani meraih pendidikan tingginya.
Kisah-kisah perempuan inilah yang dituangkan dalam buku Neng Koala: Kisah-kisah Mahasiswi Indonesia di Australia yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Sudah berapa lama kebiasan baik tersebut Melati terapkan?
Neng Koala awalnya merupakan blog yang dimulai sejak 2012, hingga diterbitkan menjadi buku di 2018. Jadi sudah 6 tahun kebiasaan baik ini berjalan. Dan tentunya akan terus berlangsung.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti kebiasan baik tersebut?
Banyak teman bahkan orang-orang tak dikenal yang mengabari mereka menjadi bersemangat mencari beasiswa kuliah. Banyak diantara mereka yang berhasil mendapatkan beasiswa berkat tips-tips dari blog www.nengkoala.id dan buku Neng Koala.
Apakah kebiasaan baik tersebut akan dibawa hingga masa pensiun?
Kebiasaan baik tersebut akan dibawa terus hingga akhir hayat, sepanjang saya masih mampu. Menyebarkan ilmu dan inspirasi merupakan sesuatu yang selalu bersifat positif dan menyenangkan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kalau boleh tahu, Melati sudah siap pensiun belum?
Terus terang belum siap pensiun. Masih harus mengumpulkan ilmunya. Banyak belajar dari Mba Ligwina Hananto dan dengerin siaran Power Talk Power Your Money. ?
Apa saja yang sudah Melati siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Baru dalam tahap menyiapkan ilmu untuk pensiun. Saya pun membuat long term planning dengan mulai menabung sedikit demi sedikit dan mencoba berbagai instrumen investasi yang tersedia.
Jangan sampai mimpi untuk melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri harus pupus karena tiadanya ilmu dan kesempatan. Beruntung Melati dan teman-temannya berbagi ilmu dan berbagai tips praktis agar lebih banyak perempuan Indonesia yang terinspirasi dan berani meraih pendidikan tinggi. Sila kunjungi blognya di www.nengkoala.id atau dapatkan buku Neng Koala di toko buku terdekat. Terima kasih telah berbagi inspirasi Melati!
QM Admin
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.
Lawan Inflasi Dana Pendidikan Dengan Investasi
Sudah menjadi tanggung jawab setiap orang tua untuk menyiapkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Bahasan kebutuhan Dana Pendidikan memang selalu mendebarkan. Dari data Bank Indonesia, rata-rata inflasi biaya hidup 5 tahun terakhir sekitar 5.5%. Inflasi biaya pendidikan jauh lebih besar dibandingkan inflasi biaya hidup. Besaran inflasi bervariasi, tergantung pilihan sekolah. Untuk perhitungan Dana Pendidikan QM Financial menggunakan asumsi inflasi TK-SMA sebesar 16%, sedangkan S1 12%.
Dengan besarnya inflasi biaya pendidikan, mau enggak mau kita harus berinvestasi. Caranya gimana sih?
- Tentukan pilihan sekolah. Sebelum mulai menghitung kebutuhan Dana Pendidikan, tentukan dulu anaknya mau sekolah di mana. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sekolah. Diantaranya kurikulum yang digunakan (sesuai Diknas atau ada tambahan kurikulum internasional), kecocokan konsep mengajar, fasilitas, jarak rumah-sekolah dan tentu saja biaya. Jangan sampai karena mau keren-kerenan, kita memaksakan diri menyekolahkan anak di sekolah internasional padahal jaraknya jauh dari rumah atau kita gak sanggup bayar biaya.
- Survey biaya sekolah. Selanjutnya, survey dulu biaya pendidikan sekolah di tahun ini, mulai dari uang pangkal, SPP bulanan, iuran ekstrakurikuler, seragam dan berbagai rentetan biaya yang lain. Angka ini akan menjadi panduan dalam menghitung kebutuhan Dana Pendidikan.
- Hitung kebutuhan Dana Pendidikan. Setelah semua data siap, saatnya berhitung! Sebagai catatan, untuk jenjang TK-SMA biaya yang diperhitungkan adalah uang pangkal. Uang sekolah bulanannya diambil dari penghasilan bulanan. Sedangkan untuk jenjang pendidikan S1 sudah mencakup biaya dari masuk sampai lulus (3tahun).
Kita menggunakan contoh kasus Ibu Desy yang saat ini anaknya kelas 1 SD. Untuk jenjang pendidikan SMP-SMA direncanakan di Indonesia sedangkan S1 di Inggris. Angka biaya kuliah yang digunakan untuk perhitungan adalah biaya di University of Warwick 23.380 GBP/tahun dan biaya hidup 12.000 GBP/tahun.
Biaya pendidikan S1 yang saat ini Rp2Milyar, dengan adanya inflasi akan menjadi Rp4,8Milyar 12 tahun mendatang. Untuk mencapai Dana Pendidikan S1 Rp4,8Milyar ini, Ibu Desy bisa memilih 3 cara investasi: bulanan (Rp11juta/bulan), tahunan (Rp155juta/tahun) atau sekaligus saat ini (Rp809juta). Bandingkan dengan besaran menabung Rp33juta per bulan untuk mencapai target dana yang sama. Ingat ada risiko saat kita berinvestasi, hasilnya enggak dijamin loh. Namun, ada risiko yang lebih besar kalau kita tidak berinvestasi: risiko Dana Pendidikannya enggak tercapai.
4. Setia pada tujuan, bukan pada produk. Produk yang kita pilih harus membantu kita mencapai tujuan. Kalau perhitungan di atas kertas sudah jelas-jelas gak nyambung, ngapain dilanjutkan? Jadi kalau untuk mencapai Dana Pendidikan S1 kita butuh imbal hasil 16% per tahun, pilih produk yang bisa memberikan potensi imbal hasil tersebut, jangan ngotot dengan produk yang imbal hasilnya 5% per tahun. Hasilnya sudah pasti: pasti gak cukup ☺
5. Lengkapi PLAN dengan proteksi. Saat sedang sibuk menyiapkan Dana Pendidikan, ada satu hal yang sering ketinggalan nih. Kita harus menyiapkan proteksi kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada pencari nafkah keluarga. Risiko ini bisa dialihkan ke perusahaan asuransi dengan membeli proteksi Asuransi Jiwa. Dalam kasus Ibu Desy, jumlah Uang Pertanggungannya harus cukup menutup besaran si Dana Pendidikan tadi.
Yuk mulai siapkan Dana Pendidikan anak sedini mungkin. Biar kita punya lebih banyak waktu untuk menyiapkan dananya. Di investasi kita menganut prinsip compound interest alias bunga berbunga. Semakin cepat kita mulai, kita punya keuntungan berupa waktu sehingga dana yang disetorkan bisa lebih kecil.
Gimana, sudah siap memulai perjuangan melawan inflasi Dana Pendidikan dengan investasi?
Kamu bisa ikuti cerita finansial seru lainnya di #FinClic, setiap Senin jam 07.00 pagi di Twitter & Instagram @mrshananto dan siaran PowerTalk PowerYourMoney di 89.2 PowerFM Jakarta.
Fransisca Emi/ financial trainer
Belajar Menjadi Pemimpin Yang Mendengar Dari Reza Aryabima
Bagi seorang perempuan, tak lengkap rasanya mengenakan make up tanpa menggunakan bulu mata palsu. Siapa sangka produk yang akrab dengan keseharian perempuan ini justru menjadi ladang usaha bagi Reza Aryabima, CEO dan Co-Founder Artisan Professionnel. Artisan Professionnel adalah salah satu merek bulu mata yang menjadi favorit make up artist (MUA) dan selebriti. Reza, begitu ia biasa disapa adalah salah seorang alumni Financial Clinic Bisnis Workshop yang diselenggarakan oleh QM Financial April lalu di Jakarta. Bagi Reza, tantangan terbesar dalam bisnis ini adalah menjadi pemimpin yang mendengar. Ikuti cerita lengkapnya ya!
baca juga: Financial Clinic Workshop Bisnis
Hai Reza, cerita dong bagaimana awal kisah Artisan Professionnel?
Artisan Professionnel berangkat dari partner saya, seorang fotografer yang banyak bekerja sama dengan Make-Up Artist (MUA) dalam karya-karyanya. Ia banyak mendengar keluhan mengenai sulitnya mendapatkan bulu mata palsu yang konsisten baik secara kualitas maupun ketersediaan barang. Padahal Indonesia adalah salah satu negara penghasil bulu mata dengan kualitas terbaik dengan tujuan ekspor ke negara-negara maju. Berangkat dari fakta ini, Artisan Professionnel lahir dengan semangat untuk menghasilkan produk berkualitas, yang bisa membawa hasil karya anak bangsa ke level yang lebih tinggi. Visi kami adalah Bringing Beauty to The Next Level.
Ada berapa orang partner dalam membangun bisnis ini? Bagaimana pembagian tugas & tanggung jawabnya?
Saat ini kami berempat, dengan saya sebagai CEO yang membawahi seluruh tim, memastikan perusahaan bergerak ke arah yang benar. Redavell Tjen sebagai Chief Creative Officer, membawahi Product Development dan Marketing Communication, dengan tugas memastikan visi kami terkomunikasikan dengan baik melalui produk yang kami hasilkan dan kegiatan marcomm. Gregorius Gerry sebagai Chief Operating Officer bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional perusahaan seperti HRD, Legal, dan Business Development. Serta satu orang Komisaris yang juga adalah investor utama kami.
Bagaimana perkembangan Artisan Professionnel hingga kini?
Artisan Professionnel saat ini dalam fase growth & establishment stage dan bergerak sangat cepat. Fokus kami saat ini ada pada customer acquisition, melalui promosi yang intensif dan perluasan channel penjualan.
Strategi marketing apa yang digunakan untuk mengembangkan Artisan Professionnel hingga menjadi produk favorit selebriti dan make up artist?
Kami banyak berkolaborasi dengan para pengguna dan Key Opinion Leader (KOL) serta influencer untuk mendapatkan honest review, yang kemudian di-post di Instagram @artisanpro sebagai platform utama kami dalam kegiatan marketing communication kami.
Ke depan, apa rencana Reza untuk Artisan Professionnel?
Kami fokus pada research and development (R&D) untuk menghasilkan produk yang betul-betul berkualitas untuk menjawab kebutuhan pasar. Selain itu dalam satu hingga dua tahun ke depan kami akan melakukan ekspansi distribusi ke pasar luar negeri.
Kisah suka dan duka apa yang Reza alami selama membangun bisnis?
Di awal membangun bisnis, salah satu pernyataan yang saya dengar dalam sebuah seminar, 80% keberhasilan bisnis ditentukan oleh people management. Dalam perjalanan kami, suka dan duka lebih banyak dialami dalam proses penyatuan visi, pemahaman, ritme kerja, dan budaya kerja. Buat saya ini hal yang paling challenging. Terutama saat belajar mengatasi perbedaan cara kerja, perbedaan pendapat, dan perbedaan karakter antar anggota. Saat menghadapi jalan buntu rasanya sangat melelahkan. Tapi di sisi lain saat kami berhasil mencapai suatu achievement, semua kelelahan itu hilang.
Adakah tantangan issue gender di bisnis ini: seorang laki-laki jadi CEO perusahaan produsen bulu mata?
Memang banyak yang bertanya soal ini. Saya sendiri pada awalnya merasa cukup sulit untuk masuk ke dalam industri yang didominasi oleh wanita, khususnya karena wanita adalah pengguna produk ini. Tapi bagi saya bukan itu tantangan utamanya. Tantangan utamanya adalah bagaimana menjadi pemimpin perusahaan yang lebih banyak mendengar dan menerima masukan, baik dari anggota tim, KOL, partner bisnis, sehingga produk dan strategi kami betul-betul menjawab kebutuhan pasar.
Apa saran bagi QM Readers yang ingin membangun bisnis?
Dalam membangun bisnis, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan
- Failed to plan, failed to launch. Perencanaan yang matang dibutuhkan sebelum memulai bisnis.
- Go big, or go home. Kalau mau sungguh jadi besar, kita tidak punya pilihan lain selain turun sendiri dan mendedikasikan semua yang kita punya untuk membesarkan bisnis kita.
- Beginner’s mind. Banyak belajar dan berguru dari mereka yang sudah berhasil dan dari mereka yang masih muda. Di era sekarang ini, perubahan bisa terjadi sangat cepat. Pastikan kita sudah mendeteksi perubahan sebelum perubahan itu datang. Salah satu caranya, dengan terus menerus belajar.
Bagi Reza, apa yang dirasakan saat mengikuti Financial Clinic Workshop Bisnis?
Seru, practical, dan entertaining karena ada cuplikan bit standup comedy dari Ligwina Hananto. Saya sangat merekomendasikan mereka yang baru memulai usaha untuk mengikuti workshop ini terutama untuk belajar mengenai laporan keuangan bisnis.
Terakhir nih, apakah Reza sudah merencanakan pensiun? Seperti apakah masa pensiun dalam bayangan Reza?
Saya membayangkan di suatu titik saya akan menjadi investor dari banyak perusahaan kecil dan berkembang. Saya juga berencana menjadi mentor dan pengajar bagi mereka-mereka yang baru akan atau sedang memulai bisnisnya. Masa pensiun saya harus diisi dengan kegiatan yang memberikan arahan dan panduan bagi mereka yang sedang ada di posisi saya waktu memulai bisnis.
Untuk mewujudkannya, saya sudah mempersiapkan aset aktif dari unit bisnis yang saya sedang dan akan investasikan. Aset aktif inilah yang akan memberikan passive income sehingga saya bisa menjalani masa pensiun impian.
Inpiratif sekali cerita dari Reza! Ternyata kalau mau jadi pemimpin itu harus banyak mendengar dari berbagai sisi ya. Dan jadi pemilik bisnis juga harus pensiun loh. Itulah pentingnya menyiapkan aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif.
Semoga bisnisnya makin maju Reza!
Fransisca Emi
Biasa Jadi Baik: Menjadi Perempuan Berdaya
Biasa Jadi Baik adalah gerakan untuk mengajak teman-teman menyiapkan kebiasaan baik. Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang. Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.
read more: #BiasaJadiBaik
Bulan April ini QM mengajak teman-teman menceritakan nasihat terbaik untuk perempuan. Ada Alanda Kariza, penulis buku Sophismata dan Beats Apart yang akan berbagi inspirasi.
Apa nasihat terbaik untuk perempuan versi Alanda?
Nasihat terbaik untuk perempuan yang pernah saya terima: jadi perempuan itu harus berdaya. Kita harus bisa berdiri di kaki sendiri. Berdaya sebelum menikah, sebelum berkeluarga. Banyak kasus perempuan menikah, padahal mereka belum berdaya dari sisi finansial. Saat terjadi perceraian atau suami meninggal, istri pun menjadi terpuruk.
Perempuan harus mampu menghasilkan uang sendiri dan mengatur keuangan dengan baik. Lebih bagus lagi kalau bisa investasi dan bisa punya properti sendiri. Jangan hanya menunggu kedatangan ‘Prince Charming’. Itu hanya ada di negeri dongeng ☺
Dari mana inspirasi tersebut berasal?
Nasihat tersebut saya dapatkan dari Ibu saya. Setelah saya menikah, suami pun menyatakan hal yang sama. Mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir, setiap perempuan harus berdaya. Di rumah pun bisa berkarya kok.
Sudah berapa lama nasihat tersebut diterapkan?
Sudah sejak kecil. Sejak masih SD kali ya.
Apa saja dampak yang dirasakan sejak mengikuti nasihat tersebut?
Saya percaya setiap keluarga punya tantangan finansialnya masing-masing. Sebagai anak pertama dengan dua orang adik yang jarak usianya 11 & 13 tahun lebih muda, saya tak ingin menambah beban orang tua.
Berkat nasihat dari Ibu untuk menjadi perempuan yang berdaya, sejak kecil saya sudah belajar mengusahakan uang jajan sendiri. Saat masih SD saya sudah membuat gelang dan dijual ke teman-taman. Memasuki SMP saya mulai mengirimkan tulisan untuk dimuat di majalah. Fee menulis ini lumayan banget. Bisa dapat uang jajan sampai Rp300.000. Sebuah angka yang cukup besar untuk anak SMP. Selain itu saya juga rajin menawarkan jasa administrasi untuk tetangga saya yang mahasiswa berupa transkrip atau input data.
Jadi saya sudah mulai ‘colong start’ untuk berdaya sejak muda. Ini juga merupakan inspirasi dari idola saya di masa remaja – Britney Spears – yang bilang bahwa ‘Jika kamu tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang pertama.’
Dari sisi finansial, bagaimana Alanda mengelola keuangan untuk keluarga muda?
Setelah menikah, saya merasakan banyak penyesuaian. Saya dan suami memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Ibu saya adalah seorang wanita karir. Sedangkan Adit, suami saya, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Contoh yang berbeda di rumah ini menuntut kami untuk beradaptasi.
Awalnya saya merasa tidak perlu diberi uang oleh suami, lebih baik uangnya ditabung untuk kebutuhan masa depan. Jadi kalau orang lain punya cita-cita punya suami kaya biar gak perlu kerja, nunggu dikasih uang sama suami aja, aku malah nggak. Namun di sisi lain suami punya kewajiban untuk memberi nafkah. Di situ kami membuka ruang untuk diskusi dan adaptasi. Bertahun-bertahun saya bergantung pada diri sendiri. Setelah menikah saya pun belajar bahwa punya teman untuk bergantung bersama itu oke kok.
Dari sisi pengelolaan keuangan, saya pribadi merasa sekarang gak sepelit dulu. Sebelumnya saya sangat membatasi budget beli baju atau sepatu dan budget jalan-jalan. Mending uangnya ditabung untuk beli rumah dan membiayai pernikahan. Sebagai penulis, penghasilan saya waktu itu tidak pasti, tergantung royalti yang masuk dari penerbit. Jadi kalau ada uang lebih, saya memilih untuk menyimpan dibanding membelanjakannya.
Setelah berkeluarga, saya dan suami sama-sama bekerja kantoran dengan penghasilan yang lebih pasti dari gaji bulanan. Sekarang, keuangannya bisa lebih dipetakan. Gaji bulanan kami kelola untuk pengeluaran bulanan, sementara bonus tahunan kami manfaatkan untuk dana liburan.
Apakah kebiasaan baik ini akan dibawa hingga masa pensiun nanti?
Iya. Mudah-mudahan ya ☺
Kalau boleh tahu, Alanda sudah siap pensiun belum?
Kalau sekarang belum sih. Mungkin kalau ditanya pas usianya udah 40 tahun jawabannya beda ya ☺
Apa saja yang sudah Alanda siapkan untuk menghadapi masa pensiun nanti?
Saya sudah mulai berinvestasi di reksadana saham untuk Dana Pensiun sejak 5 tahun yang lalu. Rutinitas ini sempat terhenti saat saya menemani suami kuliah di Australia dan gantian suami menemani saya kuliah di Inggris. Biaya transfernya bisa lebih mahal dibanding dana yang dialokasikan untuk reksadana, kan sayang ya. Sekarang setelah kembali ke Indonesia, saya mulai kembali rutin berinvestasi di reksadana.
Sejujurnya saya belum terlalu memikirkan pensiun. Sekarang masih fokus mencari uang, mumpung biaya hidup belum terlampau besar. Akan sangat berbeda setelah kehadiran anak kan. Suami selalu mengingatkan saya untuk tidak terlalu pelit. Boleh saja menyiapkan hari tua, tapi jangan sampai kita tidak menikmati masa muda. We’re doing good kok, punya pekerjaan dan sudah DP rumah. Masa muda juga harus dinikmati biar gak stress karena mikirin duit terus. Hidup harus seimbang kan?
Seru sekali mendengar cerita Alanda dan nasihatnya untuk menjadi perempuan yang berdaya. Dana untuk masa tua pun sudah mulai disiapkan sambil tetap menikmati masa muda. Terima kasih sudah berbagi inspirasi Alanda!
QM Admin
***
Apa kebiasaan keuangan baikmu? Ayo bahas bersama di akun media sosial kami dengan tagar #BiasaJadiBaik
Facebook Fanpage QM Financial dan Twitter / Instagram @QM_Financial.
Sebarkan virusnya. Ajak lebih banyak orang tergerak mewujudkan keuangan yang sehat dan kuat.