7 Resep Sehat dan Bahagia untuk Para Workaholics
Hai, apa kabar, workaholics? Masih waras kan? Apa kabar asuransi jiwa dan asuransi kesehatannya? Premi lancar kan ya? Syukurlah. Bagaimana dengan jaminan kesehatan mental dan jiwa? Penting lo bagi kita untuk tetap sehat dan bahagia.
Jangan sampai karena tertekan sana-sini demi target kerja, kesempurnaan, dan tujuan finansial yang banyak, kita jadi mengorbankan kewarasan kita. Awas lo, ntar jadi kayak Joker! Hiy!
Sepertinya sih untuk kesehatan mental dan jiwa itu belum banyak yang bisa menjamin ya, kecuali diri kita sendiri. So, meski kita workaholic alias gila kerja–yang hobi banget bawa kerjaan pulang ke rumah, bahkan bawa juga ke lokasi liburan–tapi penting juga bagi kita untuk menjaga agar diri kita tetap sehat dan bahagia.
Ya, kalau bukan kita sendiri, terus siapa lagi sih? Bener nggak?
7 Resep Sehat dan Bahagia untuk si Gila Kerja Alias Workaholic
Bikin agenda liburan rutin berikut anggarannya
Obat stres apa yang paling manjur, yang bisa bikin para workaholic tetap sehat dan bahagia? Liburan! Yes!
Ayo, liburan rutin! Setiap 3 bulan sekali? 6 bulan sekali? Tapi, ingat. Seberapa pun rutinnya kita menjadwalkan liburan, teteup ya, jangan sampai bikin tujuan finansial lain terganggu.
So, buat anggaran dana liburan, alokasikan secara khusus. Kalau perlu, bikin deh rekening khusus liburan. Ini penting banget ya. Jangan sampai nih, liburan rutin eh … malah terlilit utang karena nggak punya anggaran tapi dipaksain berlibur.
Pulang berlibur, malah makin stres. Iya nggak sih?
Lagi pula, menambahkan dana liburan dalam tujuan finansial mungkin malah bisa bikin kita tambah semangat kerja lo.
Positive vibes only
Yes, bangun suasana positif di mana pun kita berada. Ada teman yang toxic? Well, kalau enggak bisa di-handle, ya mending dihindari saja sebisa mungkin.
Lingkungan kerja yang toxic? Yah, coba cari akal supaya bisa membuatnya jadi menyenangkan.
Jangan sampai semangat kerja menurun karena orang lain. Rugi banget, ntar nggak bisa dapat bonus, nggak bisa liburan dong.
Kerjakan hobi
Suka ngerjain apa? Menulis, crafting, main musik, karaokean, …
Kalau punya kegiatan yang disuka atau hobi, maka di sela-sela kesibukan, buatlah waktu untuk melakukan hobi sebagai penyeimbang agar tetap sehat dan bahagia.
Workaholic mah hobinya kerja!
Ada yang berpikiran begitu? Ya, bolehlah. Sekarang coba lakukan hal selain yang rutin, yang “memaksa” kita untuk menjadi lebih baik–bahkan syukur-syukur mendatangkan penghasilan tambahan. Ya, dengan membisniskan hobi. Why not kan?
Sebagai diversifikasi kegiatan rutin biar nggak bosan, obat stres, masih dapat duit lagi. Ada yang nggak mau?
Hangout, why not?
Sesekali hangout juga perlu lo. Jangan mentang-mentang QM Financial menyarankan untuk mengurangi pengeluaran lifestyle demi tujuan finansial yang tercapai lebih cepat, lantas kamu sama sekali nggak hangout lagi bareng teman-teman.
Boleh kok, hangout. Asal pos yang lain sudah aman. Malah penting, biar kita sosialisasi dan bergaul sama manusia-manusia “biasa”–mereka yang suka bersenang-senang, biar kita ikut ketularan bahagia. Iya nggak sih?
Dekorasi meja kerja
Meja kerja yang berantakan dan begitu-begitu saja kadang ikut andil menambah bosan dan jenuh. So, supaya semangat kerja naik, mood baik, coba deh tata ulang meja kerja kita di kantor.
Meja berantakan mungkin bisa jadi indikasi kalau kita sibuk dan banyak kerjaan, tapi bisa jadi bikin tambah rungsing. Jadi, yuk, rapiin!
Meditasi, yoga, atau olahraga yang digemari
Olahraga, konon, bisa melepaskan hormon dopamin yang melepaskan rasa bahagia. Hmmm, apakah kamu rajin berolahraga, workaholics? Ini salah satu resep sehat dan bahagia sekaligus lo.
Enggak perlu harus jadi membership gym kok, karena paling berapa lama sih kamu rajin mampir ke pusat kebugaran? Jangan-jangan cuma 2 bulan, dan habis itu bayar iuran anggota cuma jadi pengeluaran mubazir aja.
Mending kamu jalan kaki setiap pagi, bersepeda setiap akhir pekan, atau sekadar yoga dan meditasi, itu juga sudah bagus banget untuk menjaga agar dirimu tetap sehat dan bahagia.
Manjakan diri dengan mempelajari hal baru
Yang terakhir, karena kamu adalah seorang workaholics–yang biasanya excited kalau dikasih tantangan atau hal baru–nah, coba tantang dirimu sendiri untuk mempelajari hal baru. Hal ini juga bisa jadi salah satu resep sehat dan bahagia yang tokcer banget lo.
Nah, kapan terakhir kali kamu ikut workshop, memperdalam wawasan, menambah pengetahuan? Mungkin sudah lama banget? Well, ada baiknya kamu mulai cari-cari info lagi, ada kelas-kelas apa yang bisa membantumu menjadi lebih baik lagi.
Kelas finansial online, mungkin? Ambil kelas investasi, siapa tahu bisa menambah anggaran dana liburanmu, atau demi pensiun dini sejahtera? Kalau kamu sekarang gila kerja, siapa tahu juga kamu pantas untuk pensiun dini sejahtera di usia 45 tahun. Pergi keliling dunia, menikmati liburan setiap hari. What a pension dream!
See? Meski gila kerja, kamu sepatutnya enggak melupakan acara bersenang-senang, agar keseimbangan dan kesehatan mentalmu terjaga.
Jadi, ayo mulai rencanakan acara bersenang-senangmu sekarang.
ORI 016: Kesempatan Mulai Investasi Baru untuk Millenials
Setelah mengeluarkan SBR 008 di bulan September 2019 lalu dengan 52%-nya dibeli oleh generasi millenials, awal Oktober ini, pemerintah kembali mengajak millenials untuk semakin rajin investasi dengan menawarkan ORI 016.
Hal ini pastinya harus kita sambut baik ya? Kapan lagi sih, kita bisa membantu negara–menjadi pahlawan-pahlawan generasi digital–sekaligus mempersiapkan masa depan yang lebih baik?
ORI 016 ini cocok banget buat kamu yang baru mulai belajar investasi, karena tingkat risiko rendah tetapi tingkat keuntungan setara dengan beberapa produk reksa dana pasar uang. Risiko gagal bayar minim banget. Jadi, yang masih ragu-ragu aja mau investasi, bisa nih mencoba dengan berinvestasi untuk negara dulu melalui ORI 016 ini.
Mari kita lihat sedikit tentang ORI 016 ini sebelum kamu mulai investasi!
Daftar Dulu!
Yang pertama harus kamu lakukan kalau pengin ikut berinvestasi adalah mencari agen penjual ORI 016 ini.
Nah, berbeda dengan ORI 015 sebelumnya yang hanya mengandalkan pasar offline, ORI 016 ini sekarang bisa kamu beli juga secara online. Ini dia salah satu terobosan pemerintah yang menyasar para investor millenial, karena perilaku investor ini yang gemar berinvestasi secara online.
Dan, lebih dipermudah lagi juga, karena agen penjual ORI 016 enggak cuma bank-bank konvensional saja, tetapi juga bisa didapatkan di banyak fintech yang ada di Indonesia.
So, kamu bisa mulai dengan mencari informasi, siapa saja yang menjadi agen penjualnya. Kalau kamu selama ini sudah mulai berinvestasi di suatu tempat, coba cari tahu apakah di tempat yang sama juga menjual ORI 016.
Kalau sudah memutuskan hendak membeli di mana, selanjutnya kamu akan diwajibkan untuk registrasi dengan memasukkan beberapa informasi data diri, seperti nama lengkap, no NPWP, hingga mengunggah bukti kepemilikan rekening bank. Setelah itu, kamu bisa mulai membeli ORI 016, hingga ditutup tanggal 24 Oktober 2019 mendatang.
Mulai dari Seharga Sepatumu
Buat yang setiap bulan selalu beli sepatu baru, nah, coba deh, untuk bulan Oktober ini alihkan uang untuk beli sepatu ke ORI 016. Karena kamu bisa berinvestasi mulai dari Rp1 juta saja. Maksimalnya Rp3 miliar.
Dengan bunga flat sebesar 6,8% dengan tenor 3 tahun, kamu akan memperoleh kupon keuntungan lumayan setiap bulannya, lebih besar ketimbang rata-rata bunga deposito.
Tiga tahun lagi, kamu akan mendapatkan kembali uangmu ditambah dengan keuntungannya. Bandingkan dengan sepatu yang tiga tahun lagi mungkin sudah kamu anggurin di rak sepatu paling bawah karena ada sepatu model baru.
Cermati Benar-Benar Sebelum Membeli
Meski tingkat risiko sangat rendah, karena yah … ini yang berutang pemerintah kita sendiri gitu lo. Tentunya, risiko gagal bayar memang minim, tetapi bukannya lantas enggak ada sama sekali.
ORI 016 juga tradeable, artinya bisa diperjualbelikan di pasar sekunder, berbeda dengan SBR 008 sebelumnya yang tidak bisa diperdagangkan. So, barangkali buat kamu yang sudah berpengalaman dan suka investasi agresif, hal ini mungkin merupakan keuntungan tersendiri ya? Dengan menjual ORI 016 di pasar sekunder, kamu jadi punya peluang untuk meraih keuntungan lagi dari selisih harga jualnya, meskipun risiko untuk capital loss juga lebih besar.
Sekali lagi, lakukan pertimbangan-pertimbangan dengan cermat sebelum melakukan apa pun yang terkait dengan investasi ya, karena, ingat, investasimu adalah tanggung jawabmu pribadi.
Obligasi Negara Cocok untuk Tujuan Finansial Jangka Pendek Hingga Menengah
Berinvestasi pada surat utang negara seperti ORI 016 ini cocok kamu lakukan untuk tujuan finansial jangka pendek hingga menengah, ketimbang hanya disimpan di tabungan biasa yang terancam inflasi yang bisa mengikis uangmu sedikit demi sedikit.
Tujuan finansial jangka pendek hingga menengah ini misalnya:
- Dana liburan
- Penyimpanan dana darurat
- Tabungan untuk dana menikah 3 tahun lagi.
- dan lain-lain
Yang pasti memang, selalu awali dengan #TujuanLoApa, termasuk saat kamu ingin mulai berinvestasi di obligasi negara, seperti ORI 016 ini. Dengan tujuan yang jelas, maka kamu akan bisa merencanakan keuanganmu dengan lebih baik.
Jadi, gimana, gaes? Siap menjadi investor millenial dengan ikut berpartisipasi membangun negara?
Mau belajar lebih banyak tentang investasi dan berbagai hal seputar pengelolaan keuangan pribadi? Ikut kelas finansial online QM Financial aja yuk! Banyak kelas yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhan, bisa diikuti di mana saja (online dengan aplikasi zoom), dan tentunya, dengan harga terjangkau. Cek jadwalnya ya!
Disclaimer: artikel ini adalah bagian dari edukasi publik tentang financial literacy – bukan untuk kegiatan komersil. Apabila mengunakan informasi dalam artikel ini untuk keperluan pengambilan keputusan, investor harus mempertimbangkan semua risiko dan skenario terburuk yang dapat terjadi. QM Financial tidak memberikan jaminan akurasi data dan tidak memberikan jaminan keuntungan atas produk keuangan dan investasi.
5 Keterampilan Mengelola Keuangan Pribadi yang Harus Dipunyai Karyawan
Sebagai karyawan, adalah penting bagi kita untuk punya keterampilan mengelola keuangan pribadi. Tak hanya supaya gaji yang tak seberapa ini bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga untuk menjamin kenyamanan kita dalam bekerja.
Sudah tahu kan, bahwa ada penelitian yang mengungkapkan kalau satu dari empat karyawan mengalami stres di kantor, bukan karena workload, tetapi karena permasalahan keuangan pribadi yang mereka alami. Entah itu terjerat utang, terjebak sandwich generation, masalah pendidikan anak, masalah dana kesehatan, hingga tak siap menghadapi masa pensiun.
Bayangkan kalau semua permasalahan keuangan itu kita alami. Bisakah bekerja dengan tenang? Padahal, kalau kerja enggak fokus, performa kita juga jadi ikut berpengaruh. Akibatnya, produktivitas menurun. Hal ini bisa mengancam kita punya pendapatan, yang kemudian menimbulkan masalah keuangan yang makin pelik.
Sungguh, sebuah lingkaran yang #rauwisuwis.
So, sebagai karyawan, setidaknya kita harus mempunyai keterampilan mengelola keuangan pribadi seperti berikut ini, enggak peduli gaji kita besar ataupun kecil.
5 Keterampilan Mengelola Keuangan Pribadi yang Harus Dipunyai oleh Karyawan
1. Atur cash flow
Keterampilan untuk mengatur cash flow menjadi keterampilan mengelola keuangan pribadi pertama yang harus dikuasai oleh setiap karyawan. Bisa dibilang, inilah survival skill wajib punya untuk karyawan.
Dengan keterampilan ini, gaji berapa pun bisa diatur sedemikian rupa, sehingga bisa bertahan sampai gaji berikutnya tiba. Dengan pengaturan cash flow yang baik, karyawan juga dapat mengelola utang juga bisa menabung untuk berbagai tujuan finansialnya, baik jangka pendek, menengah, hingga panjang.
2. Mengelola pinjaman dengan bijak
Siapa sih yang enggak punya utang? Di sinilah nanti keterampilan mengelola keuangan pribadi–terutama mengatur cash flow–akan berperan.
Kalau dipikir-pikir, sepertinya sih hampir semua orang punya utang. Apalagi karyawan. Hanya saja ada beberapa jenis utang yang bisa menjerat karyawan sehingga sulit untuk segera terbebas, misalnya utang KTA, utang rentenir, hingga utang kartu kredit.
Mindset bahwa akan menerima gaji secara teratur kadang memang membuat para karyawan hilang perhitungan sehingga tak mampu mengelola pinjaman-pinjaman ini dengan baik. Tiga syarat utang sehat pun dilanggar.
Apalagi kalau sudah ada debt collector mulai meneror orang sekantor. Wah, berarti tingkat utangnya sudah parah tuh. Harus segera diatasi, dan tentu saja, si karyawan harus segera diedukasi.
3. Mengerti pentingnya asuransi
Salah satu masalah yang termasuk top 5 penyebab stres karyawan selama bekerja di kantor adalah masalah dana kesehatan. Di sinilah pentingnya kesadaran karyawan bahwa asuransi kesehatan itu penting.
Memang ada iuran BPJS Kesehatan yang biasanya difasilitasi oleh kantor (karena diwajibkan juga oleh negara), tapi kalau juga diproteksi dengan asuransi kesehatan mandiri, tentu akan lebih baik, bukan?
Satu lagi asuransi yang penting untuk dimiliki sebagai bagian keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan, yaitu mempunyai asuransi jiwa, terutama bagi karyawan yang menjadi tulang punggung keluarga. Karena yang namanya musibah bisa terjadi kapan saja, pada siapa pun. Cintailah keluarga seumur hidup mereka, tidak hanya seumur hidup kita yang pendek saja.
4. Mengenal produk investasi
Setelah cash flow aman, utang sehat, dan punya asuransi, keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan berikutnya yang harus dikuasai adalah investasi.
Investasi merupakan salah satu solusi bagi karyawan untuk mewujudkan tujuan finansial, entah itu pendek ataupun yang jangka panjang. Rumah pertama, dana pendidikan anak, hingga yang sesepele dana liburan, semua enggak akan cukup dipenuhi dengan hanya menabung saja.
Tetapi, untuk bisa investasi, kita harus belajar banyak. Terutama harus kenalan dulu dengan berbagai produk investasi, dari yang risiko rendah hingga yang agresif. Setelah kenal dengan berbagai produk investasi, lalu kita pun bisa menyesuaikan dengan karakter kita sendiri. Yang mana yang cocok.
Dan ingat ya, bahwa keputusan berinvestasi adalah tanggung jawab kita sendiri. Maka, coba kenali dulu berbagai produknya.
5. Siap pensiun
Permasalahan terkait keuangan yang lain–yang selalu saja menjadi masalah wajib para karyawan–adalah ketidaksiapan menghadapi masa pensiun.
Karena sudah difasilitasi juga oleh kantor, dalam bentuk iuran Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua, tanpa sadar bahwa dengan keduanya saja enggak cukup.
Untuk bisa menikmati pensiun sejahtera, menurut penelitian, setidaknya kita harus punya 70% dari gaji yang terakhir diterima sebelum mulai pensiun setiap bulan. Sedangkan, menurut perhitungan dari penelitian yang sama, karyawan hanya akan menerima dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan itu kira-kira sebesar 38% saja dari gaji.
Aduh, mana cukup?
Pantas saja kan, ada banyak pensiunan newbie yang terkaget-kaget dengan kondisi barunya ini, yang kemudian membuat mereka menjadi kebingungan bagaimana harus membiayai hidup mereka.
Kelima keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan di atas bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
7 Langkah Menjadi Perencana Keuangan bagi Diri Sendiri
Happy world financial planning day! Tak hanya merayakan mereka yang secara profesional membantu perencanaan keuangan, tapi hari ini–secara umum–kita merayakan kemampuan perencanaan keuangan kita, karena kita sebenarnya bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri.
Memangnya kita bisa menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri? Kayak dokter yang menjaga kesehatan diri sendiri? Bisa dong.
Dan, untuk bisa menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri itu enggak perlu sertifikat. Kamu hanya perlu ikutan kelas-kelas finansial QM Financial saja, yang punya jadwal dan topik yang sangat beragam di setiap bulannya. Saat kamu sudah #ketagihanFCOS, maka kamu bisa mulai menjadi perencana keuangan bagi dirimu sendiri.
Ikuti 7 langkah untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri berikut ini!
1. Rencanakan masa depan
Tentu saja, kita harus berawal dari #TujuanLoApa. Ibaratnya, kita mau pergi ke suatu tempat dengan ojol. Kita akan memasukkan dulu tujuannya ke aplikasi, baru deh menentukan pick point dan akhirnya memanggil si driver ojol kan? Tanpa ada tujuan, kita enggak bisa pergi ke mana-mana. Bisa sih, tapi ya mbulet nggak jelas deh jadinya.
Begitu juga dengan perencanaan keuangan. Kita harus menentukan tujuan keuangan kita dulu di masa depan. Proyeksikan hidupmu akan seperti apa? Punya rumah sendiri di negara ternyaman untuk pensiun ini? Pensiun sejahtera? Bisa sekolahin anak-anak setinggi-tingginya? Punya kerajaan bisnis yang besar?
Semua mungkin untuk dijadikan cita-cita. Ingat kata Ellen Johnson Sirleaf, “If your dreams don’t scare you, they’re not big enough.”
2. Pastikan “modal”
Setelah menentukan tujuan, tentukan pick point–titik penjemputan, karena di sinilah garis start kita untuk melangkah. Sudah punya tujuan finansial yang big enough, maka sekarang saatnya menentukan titik awal untuk mulai menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Yuk, ambil kertas dan kalkulator. Catat semua modal yang sudah kamu punya, mulai dari gaji, tunjangan-tunjangan, hingga aset-aset yang sudah dimiliki sekarang. Selanjutnya, rinci juga apa saja yang menjadi tanggunganmu, mulai dari utang, pajak-pajak, tagihan-tagihan, dan sebagainya.
Catatan inilah yang akan menjadi “modal” kamu untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri. Bagaimana neracanya? Masih belum seimbang ya? Enggak masalah. Di situlah seorang perencana keuangan akan berperan–hanya saja dalam kasus ini, dirimu sendirilah yang menjadi perencananya.
3. Cek arus kas
Ke mana saja sih uangmu pergi selama sebulan? Belum punya catatan? So, ayo, mulai deh bikin catatan. Sediakan buku notes kecil untuk mencatat arus kas. Atau kamu juga bisa menggunakan aplikasi mobile yang banyak tersedia dan bisa gratis kamu unduh. Atau bisa juga membuat file di laptop, atau mau pakai Google Drive.
Yang mana saja boleh, asal kamu nyaman menggunakannya.
Mulailah dari menghitung pengeluaran bulan ini. Catat apa saja yang kamu harus bayar setiap bulan, mulai dari membeli pulsa listrik, pulsa handphone, bensin, topup commuter line, sampai jajan boba. Mulailah kebiasaan ini per hari, kemudian dari per hari bisa menjadi per bulan.
4. Manajemen utang
Nggak boleh punya utang? Boleh dong, hanya saja pastikan utangmu sehat. Salah satunya adalah memastikan utangmu tidak boleh melebihi jatah 10 – 30% dari penghasilan rutinmu. Kalau lebih? Ya, sebaiknya kamu segera memikirkan solusi untuk segera menguranginya.
Ingat, 10 – 30% jatah utang ini sudah termasuk semuanya lo! KPR, cicilan mobil, sepeda motor, laptop, handphone terbaru, PayLater, … semuanya.
5. Punyai proteksi
Hidup itu serba nggak pasti. Padahal ya berharapnya sih semua akan lancar-lancar saja, sehat lahir batin, hidup bahagia sampai tua. Tapi hal ini enggak pernah ada jaminannya.
Yang namanya musibah dan bencana bisa sewaktu-waktu terjadi. Untuk melindungi diri sendiri dari semua musibah itu, maka kita perlu proteksi diri berupa asuransi.
Ini juga termasuk dalam cakupan tugas seorang perencana keuangan. Jika kamu ingin menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri, maka mulailah memberi diri sendiri perlindungan. Ketahui proteksi apa saja yang kamu perlukan. Yang pasti, yang pertama harus dipunyai dulu adalah asuransi kesehatan, dan kemudian asuransi jiwa–terutama bagi kamu yang menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah itu, kenali masing-masing jenis asuransi yang ada, dan pilih yang sesuai dengan kebutuhan.
6. Bangun portofolio
Langkah selanjutnya untuk bisa menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri adalah membangun portofolio investasi. Inilah yang akan menjadi “bekal” kita di masa depan.
Menabung is a must. Dalam bentuk apa, nah, itu yang harus kamu sesuaikan dengan profilmu pribadi. Untuk bisa mengetahuinya, ya mulailah dari mencari tahu jenis dan sifat masing-masing produk investasi. Baru kemudian dipilih sesuai dengan kebutuhan dan karakter diri sendiri.
Kalau kamu orangnya cepat panik, ada baiknya memilih investasi di deposito atau reksa dana. Tapi, jika adrenalinmu masih deras–pun didukung oleh usia yang masih muda–kamu bisa mencoba mulai menabung saham.
Tapi ingat, belajar dengan sungguh-sungguh dulu ya. Celup-celup kaki dulu, sebelum akhirnya benar-benar nyebur ke kolam investasi ini, biar enggak gelagapan dan akhirnya tenggelam.
7. Monitor rencana
Langkah terakhir untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri adalah memonitor rencana dan tujuan finansial yang sudah kamu buat, dan lakukan review secara berkala. Kamu boleh mereview setiap 3 bulan sekali, 6 bulan sekali, atau setahun sekali.
Kenali mana yang berjalan sesuai rencana, dan mana yang harus direncanakan ulang karena kurang memenuhi harapan.
Nah, itu dia 7 langkah untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri.
Kamu sudah sampai di langkah keberapa sekarang? Semoga langkahmu lancar dan semakin mendekati tujuan akhir sebagai perencana keuangan yang terampil untuk diri sendiri ya!
Semangat!
Pengin Kerja dengan Gaji Tinggi Nggak Harus di Startup Unicorn – Siapa Aja Bisa!
Pengin kerja dengan gaji tinggi? Siapa sih yang enggak mau? Apalagi kalau sudah gaji tinggi, kita juga hepi melakukannya. Misalnya, kerja di startup unicorn. Duh, dream job banget kan ya?
Tapi, hati-hati. Keinginan ini bisa membuat kita jadi enggak mensyukuri pekerjaan kita yang sekarang. Terutama kalau kita sudah mulai terobsesi. Lihat saja, tidak dalam waktu yang terlalu lama, kita akan segera merasakan ketidakpuasan bekerja di perusahaan yang sekarang.
Apalagi di zaman media sosial gini. Lihat akun sebelah yang posting foto-foto liburan ke luar negeri saja bisa bikin kita jadi sakit mental mendadak. Tiba-tiba saja kita merasa misqueen, kurang beruntung, dan segala perasaan negatif lainnya terhadap pekerjaan yang kita punya–yang kita rasakan cuma bisa ngasih gaji rendah. Bertanya-tanya, eh, dia kerja apa sih, kayaknya punya gaji tinggi ya?
Lalu, mendadak, gaji yang tadinya cukup dan oke, jadi kurang.
Duh, duh. Hati-hati lo! Kalau sudah begini, gejala kesehatan mental terganggu bisa datang lebih cepat, karena sudah pasti nih, ke depannya kita akan semakin sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Rumput tetangga akan selalu tampak lebih hijau. Rumput sendiri tampak selalu kering dan nggak indah. Padahal, ya kita juga enggak tahu, di balik rumput hijau tetangga itu ada apa, iya kan? Bisa saja di bawahnya dihuni cacing, ular berbisa, dan hal-hal lain yang toxic.
Hmmm, jadi gimana dong? Enggak boleh berharap bisa kerja dengan gaji tinggi?
Ya, boleh. Siapa bilang enggak boleh?
Tapi, kita enggak harus kerja di startup unicorn kok untuk bisa dapat gaji tinggi. Malah faktanya, “gaji tinggi” ini sangat relatif, bahkan berkaitan dengan mindset.
Mau kerja dengan gaji tinggi? Semua orang juga bisa!
1. Mindset!
Perlu untuk selalu diingat, nominal gaji adalah relatif. Bahkan, bisa jadi it’s all about mindset. Mindset gaji tinggi itu berarti ada angka Rp10 juta, Rp25 juta, Rp100 juta di slip gaji.
Tapi ini sama saja bohong, kalau gajinya cuma lewat di rekening.
Gaji tinggi adalah relatif, dan ini terletak di mindset.
Kalau bilang enggak cukup, ya kapan sih gaji bisa cukup? Bukan gajinya yang enggak cukup, mungkin lifestyle kita yang ketinggian. Nah, mindset lagi kan? Karena banyak yang mengalami juga, gaji naik berarti lifestyle naik. Padahal enggak harus gitu.
2. Pikirkan benefit lain selain gaji
Komponen gaji itu ada banyak, yang terdiri atas beberapa kompensasi finansial. Nah, jangan sampai lupa, bahwa di samping kompensasi finansial tersebut ada yang namanya kompensasi nonfinansial.
Coba hitung, berapa banyak kompensasi nonfinansial yang sudah kita terima dari perusahaan? Seperti suasana kerja yang menyenangkan, kesempatan berkembang yang luas, ide-ide kita selalu didengarkan, masukan kita diperhitungkan, juga rekan-rekan kerja nontoxic yang selalu bikin kerja jadi lebih seru, atasan yang kooperatif ….
Semua itu, sangat tak sebanding kalau mau dibandingkan dengan uang kan?
3. Setiap orang punya perjuangan masing-masing
Catat, bahwa setiap orang punya perjuangan masing-masing. Dengan perjuangan masing-masing itu, maka enggak heran jika “jatah”-nya juga sudah punya sendiri-sendiri.
Kita enggak pernah tahu kan, kayak apa perjuangan orang lain?
Wah, gila. CEO startup anu gajinya ratusan juta. Well, kita enggak pernah tahu, bagaimana ia–selaku cofounder, mungkin–harus bekerja keras membangun bisnis rintisan tersebut dari bawah bersama partner-partner bisnisnya.
Wah, marketing strategistnya startup inu gajinya puluhan juta. Oh tapi, kita enggak pernah tahu bagaimana ia harus memenuhi target penjualan setiap harinya kan? Kalau ia lengah sedikit saja dalam menjalankan tugas, bukan enggak mungkin ia mempertaruhkan dapur sekian banyak karyawan yang bekerja di perusahaan yang sama lo.
Semua memang selalu ada konsekuensinya.
4. Belajar atur cash flow
Rezeki memang sudah ada yang mengatur. Kita kebagian berapa, dan orang lain seberapa. Tapi, sama saja bohong juga kalau kita enggak mengatur rezeki yang sudah dijatah itu. Bener nggak?
So, apa kabar cash flow?
Kalau cash flow kita sehat, sampai bebas utang sama sekali, misalnya–bisa jadi lo, kita sebenarnya punya gaji tinggi yang lebih besar ketimbang mereka dengan gaji Rp100 juta, tapi utangnya sampai miliaran dan baru akan lunas sekian puluh tahun kemudian.
5. Belajar investasi
Bayangkan, gaji ada dan teratur meski enggak punya gaji tinggi, tapi selain itu kita punya side job–yang bisa kita kerjakan sambil hepi-hepi dan dapat penghasilan sampingan–plus punya investasi yang setiap bulan bisa menambah cash flow.
Jadi, berasa punya gaji tinggi kan? Jangan kaget kalau entar tahu-tahu kaya kayak Taylor Swift.
Makanya, yuk, ikuti kelas-kelas finansial online dari QM Financial yang jadwalnya bisa kamu simak di web ini. Mulai dari keterampilan dasar, seperti mengatur cash flow dan menentukan tujuan finansial bisa dipelajari secara lengkap, sampai bagaimana berinvestasi segape Warren Buffett! Follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai tip keuangan yang praktis dan aplikatif.
Seru kan?
So, mau belajar finansial apa hari ini, biar enggak envy sama yang punya gaji tinggi?
#FinClic Hindari Tips Ngaco Membeli Reksa Dana
Financial Clinic (FinClic) merupakan sebuah talkshow radio pada tahun 2006 di salah satu stasiun radio di Jakarta. Kemudian berkembang menjadi FinClic seminar series, FinClic Tweet series di twitter dan sekarang di Instagram.
Apakah Ligwina Hananto, lead financial trainer QM Financial anak reksa dana banget? “Well, enggak juga sih. Jadi kalau masih ada yang beraggapan kalau reksa dana di bawah saham, let me tell you something, saham itu di bawah bisnis. Jadi, kalau mau main “kasta-kastaan”, sebenarnya hierarki tertinggi adalah menjadi pemilik dari berbagai bisnis. Jangan setia pada produk, setialah pada tujuan finansial. Kalau produk cocok dengan tujuan finansial ya dipakai, kalau tidak ditinggalkan,” ujarnya.
3 Strategi Sehat Finansial
Selama ini, citra yang terbentuk jika bekerja di bank adalah berpendapatan besar. Anggapan tersebut menimbulkan asumsi bahwa dengan besarnya pendapatan maka pengelolaan keuangan pribadi akan menjadi lebih mudah sehingga sehat finansial terwujud. Tetapi pada kenyataannya, profesional muda mengalami kesulitan mengelola keuangan pribadi yang disebabkan oleh gaya hidup konsumtif.
Jadi Lebih Bijak dengan Investasi Sukuk Tabungan seri 004
Halo QM Planners!
Kalau kamu ketinggalan berinvestasi di Sukuk Tabungan seri 003, tepat hari ini Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI)mengeluarkan Sukuk Tabungan seri 004!
Sukuk Negara Tabungan (Sukuk Tabungan) adalah produk investasi syariah yang ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia kepada individu Warga Negara Indonesia, sebagai investasi yang aman, mudah, terjangkau dan menguntungkan.
Sukuk Tabungan dikelola berdasarkan prinsip syariah, tidak mengandung unsur maysir (judi), gharar (ketidakjelasan) dan riba (usury) serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
#FinClic Sandwich Generation
Halo Planners!
Kamu tentunya tahu kan apa itu sandwich? Roti isi ini kerap disajikan di berbagai kafe dan rumah makan untuk mengganjal rasa lapar. Tapi apakah kamu sadar bahwa kondisi finansial juga bisa diibaratkan dengan sandwich?
Mari jawab beberapa pertanyaan berikut, apakah saat ini kamu membantu keuangan orang tua? Dan di saat yang sama kamu pun harus membayar cicilan KPR, berinvestasi untuk dana pendidikan anak? Apakah kamu sudah mulai stress dan kelimpungan membagi penghasilan setiap bulannya?
Jika jawabanmu adalah “ya” pada beberapa atau semua pertanyaan di atas maka kamu termasuk sandwich generation atau generasi sandwich.
5 Pilhan Produk Untuk Berinvestasi
Setelah sukses memberikan edukasi mengenai cara mengatur uang untuk karyawan The Body Shop Indonesia Desember 2018 lalu, 22 Maret 2019 QM Financial kembali untuk memberikan edukasi terkait produk investasi yang ada di Indonesia.
Banyak alasan mengapa kamu perlu berinvestasi, salah satunya karena menabung saja tidak cukup! Investasi diperlukan untuk dapat mencapai tujuan finansial, melawan inflasi, meningkatkan aset kekayaan dan yang tak kalah penting adalah untuk mengantisipasi ketidakpastian di masa depan.