Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal pada Investasi Saham: Apa sih Bedanya?
Dalam investasi saham, kita perlu untuk mempelajari juga teknik analisisnya. Untuk apa? Tentu saja, agar kita dapat memilih saham terbaik, yang bisa memberikan imbal yang optimal demi tercapainya tujuan keuangan kita. Ada 2 teknik analisis yang bisa digunakan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Masing-masing analisis punya teknik dan manfaatnya sendiri-sendiri untuk kamu yang pengin berinvestasi saham dalam jangka menengah maupun panjang. Bisa juga loh, digunakan untuk trading, jika memang kamu berminat untuk menjadi seorang trader saham.
Teknik analisis ini akan dapat membantumu untuk memperhitungkan dan memproyeksikan sampai sejauh mana imbal yang bisa kita dapatkan dari satu saham yang diincar dan pengin dibeli. Kalau kamu bisa menguasainya dengan baik, kamu bahkan tak perlu pusing-pusing mencari rekomendasi saham sana-sini, dan bisa membuat keputusan sendiri.
Tapi, apa ya bedanya analisis fundamental dan analisis teknikal saham? Bakalan pusing nggak ya, kalau belajar keduanya? Kalau umpamanya belajar satu per satu dulu, mana yang bisa lebih dahulu dipelajari?
Banyak pertanyaan yang muncul, ya kan? Tapi mari kita awali dulu dari pengertian analisis saham itu sendiri.

Apa Itu Analisis Saham?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis artinya adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
So, bisa disimpulkan kalau analisis saham itu berarti penyelidikan atau penelaahan terhadap emiten penerbit saham tertentu, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terkait saham itu dan perusahaannya. Tujuan penyelidikan ini jelas, yaitu untuk menentukan apakah saham perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak.
Dalam melakukan analisis saham, ada 2 pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

Analisis Fundamental Saham
Prinsip analisis fundamental saham ini adalah melakukan penelaahan terhadap hal-hal yang bersifat umum dalam kinerja perusahaan atau emiten.
Saat melakukan analisis fundamental, kita akan banyak mencermati hal-hal mendasar yang terjadi pada sebuah perusahaan, misalnya melihat laporan keuangannya, meneliti neracanya, mengamati tingkat persaingan dan perkembangan bisnis ke depannya, hingga melihat juga kondisi makro dan mikro yang dapat membentuk sentimen hingga memengaruhi harga saham.
Karena cakupannya lebih umum, maka teknik pendekatan analisis fundamental ini akan sesuai digunakan oleh kamu yang memiliki tujuan investasi jangka panjang.

Analisis Teknikal Saham
Seperti istilahnya, teknik analisis ini akan dilakukan dengan pendekatan teknis terhadap statistik grafik historis harga saham. Kamu barangkali akan perlu untuk menelusuri berbagai grafik—salah satunya adalah yang berbentuk candlestick—dan juga utak atik rumus matematis. Di sini, kita juga akan banyak mengulik kecenderungan pergerakan tren, support and resistance, sampai waktu transaksi yang tepat.
Analisis teknikal dilakukan agar investor—dan juga trader—tahu kondisi pasar saat ini berdasarkan jejak rekam pergerakan harga di masa lalu, yang kemudian dapat diproyeksikan untuk pergerakan harga ke depannya.
Kayak meramal dong? Nggak juga sih, karena di sini ada hitung-hitungannya, dan hasilnya bisa cukup akurat. Nggak sama banget dengan meramal nasib perjodohan kamu dengan dia.
Analisis teknikal biasanya dimanfaatkan oleh para trader harian, demi bisa mendapatkan keuntungan optimal dalam jangka pendek. Tapi, banyak investor jangka panjang yang juga menggunakan analisis ini, karena dengan analisis ini, kita bisa memperkirakan dengan lebih akurat, kapan waktu yang tepat untuk membeli saham.

Jadi, Lebih Bagus yang Mana?
Nah, kalau ada pertanyaan yang lebih bagus yang mana, ya tak bisa tidak, kita harus kembali pada: #TujuanLoApa?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa masing-masing pendekatan analisis saham punya teknis dan manfaatnya sendiri-sendiri. Analisis fundamental akan lebih bagus digunakan untuk investasi jangka panjang, sedangkan analisis teknikal untuk trading jangka pendek.
Namun, sebenarnya keduanya ini juga saling melengkapi. Analisis fundamental yang kamu lakukan hasilnya akan lebih komprehensif jika juga kamu lakukan analisis teknikal. Begitu juga sebaliknya. Karena pada dasarnya, kita bisa memanfaatkan keduanya untuk sebaik-baiknya hasil yang bisa kita dapatkan.
So, mau belajar untuk analisis saham? Kebetulan nih, QM Financial punya kelas khusus untuk belajaar analisis saham. Tertarik? Yuk, cek jadwal kelas finansial online QM Financial, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Panduan Investasi Saham Online untuk Pemula
Bagi kamu yang baru mau mulai untuk investasi saham online, mungkin kamu akan sedikit bingung. Kebayangnya mungkin kayak di film-film semacam The Wolf of Wall Street gitu ya?
Enggak kok. Itu mah dramatisasi film dan kerjaan para broker. Untuk kita, investor ritel, enggak seperti itu cara kerjanya.
Investasi saham online itu mudah banget, dan siapa saja akan dengan mudah melakukannya. Didukung dengan teknologi yang sudah berkembang, investasi (dan trading) saham sekarang itu semudah kamu scroll Instagram. Asal ada modalnya—alias dananya—beli saham itu semudah kamu belanja skincare di marketplace.
So, ini dia panduan buat kamu yang baru pertama hendak investasi saham online.

Panduan Investasi Saham Online
1. Tentukan tujuan, buat rencana
Tentu saja, kita harus mulai dari #TujuanLoApa, untuk mendefinisikan untuk apa hasil investasi kita nanti akan dimanfaatkan. Tanpa tujuan, aktivitas investasi tidak akan optimal, karena ini artinya tidak ada target yang harus dicapai. Tidak adanya target, akan membuatmu sulit untuk disiplin dan konsisten.
Padahal kunci dari investasi adalah keduanya, demi mencapai tujuan besar hidupmu.
So, tentukan dulu tujuan investasi saham kamu; mau dipakai untuk apa? Dana pensiun? Dana pendidikan anak? Dana lanjut S2?
Selanjutnya, buat rencana, kapan kamu memerlukan dana dari hasil investasimu? 5 tahun ke depan? 10 tahun, 20 tahun? Dengan demikian, kamu akan tahu seberapa butuh persiapannya, dan juga kamu bisa tahu seberapa besar kamu harus berinvestasi setiap bulannya.
Ini ibarat kamu bersiap untuk pergi ke Surabaya, dari Jakarta. Memilih naik kereta, berarti kamu harus bersiap perjalanan sekian belas jam. Artinya, kamu akan duduk di dalam kereta selama itu, dan apa yang bisa kamu lakukan agar waktu tak terbuang percuma?
2. Buka rekening sekuritas
Sekuritas akan menjadi perantaramu saat investasi saham online, karena yang boleh bertransaksi di bursa adalah mereka yang sudah menjadi anggota bursa.
Jadi, pilihlah dengan saksama:
- Resmi terdaftar di BEI dan OJK
- Pastikan bereputasi baik, tak pernah terlibat masalah yang terlalu besar. Kalau soal suspensi ataupun kena teguran BEI, rerata perusahaan sekuritas mana pun juga pernah mendapatkannya. So, kamu harus lihat per kasusnya.
- Syarat pembukaan dan operasional rekening yang mudah dan praktis, jangan membebani dirimu sendiri dengan prosedur ribet.
- Biaya transaksinya kecil, atau bahkan Rp0
- Menyajikan data realtime, yang bisa kamu cek dengan mudah
Lakukan survei kecil-kecilan, dengan menelusuri Google maupun akun-akun media sosial mereka. Cek apakah pernah ada komplain? Bagaimana mereka mengatasi masalah-masalah yang terjadi? Dan sebagainya.
Sekuritas kan menjadi partner kamu dalam investasi saham online, jadi pilihlah dengan bijak ya.

3. Instal aplikasi di smartphone
Instal aplikasinya di smartphone. Seharusnya sih ini mudah saja kamu lakukan untuk investasi saham online.
Sesudahnya, kamu akan perlu untuk membuat rekening sekuritas terlebih dulu. Syarat dan ketentuan buka rekening bisa berbeda antara sekuritas yang satu dengan yang lain. Jadi cermati dulu ya, dan penuhi semua syaratnya. Ada yang cukup minta foto identitas diri, dan harus ber-selfie memegang identitas tersebut. Ada yang meminta fotot buku tabungan juga. Ada pula yang meminta verifikasi melalui video call, dan sebagainya.
Karena itu, penting untuk tahu syarat dan ketentuan buka rekening ini di awal kamu memilih sekuritas. Pilihlah yang enggak ribet, dan sesuai dengan kebutuhanmu.
4. Setor deposit
Selanjutnya, kamu perlu untuk menyetor sejumlah deposit ke rekening dana investasi yang sudah kamu miliki di sekuritas pilihanmu.
Zaman sekarang, modal awal untuk bisa investasi saham online itu juga bisa dari nominal yang kecil banget. Ada sekuritas yang memang menentukan minimal deposit, tetapi ada juga yang tidak.

5. Pilih saham sesuai rencana
Nah, sekarang jika kamu sudah punya rekening sekuritas, juga sudah menyetor deposit, maka kamu sudah bisa mulai untuk investasi saham online.
Beberapa hal yang harus diingat:
- Mulailah dengan nominal kecil dulu; nominal yang kamu akan rela ketika nilainya harus turun sesuai pergerakan pasar.
- Belajar kelola emosi dengan baik, karena dalam perjalanan investasi saham online nanti, kamu mungkin akan harus berhadapan dengan situasi-situasi dadakan bak roller coaster.
- Belajar strategi investasi dengan benar, agar kamu bisa mengoptimalkan imbalnya.
- Jangan mudah tergoda dengan hot stocks, yaitu saham-saham yang dapat dipermainkan harganya, sesuai frame story yang terjadi di luar pasar saham itu sendiri.
- Pelajari saham incaranmu, hindari membeli saham yang produknya tak kamu pahami. Hanya beli saham dari perusahaan yang kamu kenal betul.
- Pastikan dana darurat dan asuransimu aman.
Nah, untuk mempelajari lebih lanjut mengenai seluk beluk investasi saham online, yuk, gabung di Special Class Saham. Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Powered by:

Apa Itu Saham Blue Chip? Ini Dia Penjelasannya!
Kalau kamu mulai investasi saham, kamu pasti akan mendengar istilah saham blue chip ini. Namun, tahukah kamu, apa artinya?
Saham blue chip kerap dijadikan sebagai saran bagi para investor yang pengin mulai terjun ke dunia investasi saham. Memang, jenis saham ini merupakan saham favorit sebagian besar investor, apalagi mereka yang mengaku value investor.

Apa Itu Saham Blue Chip?
Dalam permainan judi poker, sering dipakai chip sebagai pengganti mata uang yang dapat dibeli dengan uang asli. Ketika permainan sudah selesai, atau pemain berhenti bermain, maka yang bersangkutan dapat menukarkan chip-nya kembali dengan sejumlah uang tunai sesuai nominal yang berlaku.
Chip ada beberapa warna, dan biasanya sih setiap kasino memiliki kebijakan nominal masing-masing untuk warnanya. Namun, meski berbeda, biasanya chip yang berwarna biru adalah chip dengan nilai nominal paling tinggi.
Inilah yang kemudian diperkenalkan oleh Oliver Gingold, seorang karyawan Dow Jones di tahun 1923, untuk menyebut saham yang punya kapitalisasi besar, nominal per lembarnya tinggi, dan milik perusahaan-perusahaan yang menjadi leader di industrinya.
New York Stock Exchange juga menyebut saham blue chip untuk saham-saham perusahaan bereputasi nasional, berskala besar, dan teruji pergerakannya termasuk dalam kondisi krisis. Mari kita lihat saja satu per satu, karakteristik saham blue chip ini sehingga menjadi saham favorit para investor.

Ciri Saham Blue Chip
1. Tahan banting terhadap krisis
Label “blue chip” tidak akan dengan serta merta ditempelkan pada suatu emiten saham begitu saja. Ada serangkaian pembuktian diri yang harus dilalui oleh perusahaan pemilik untuk dapat kemudian disebut emiten saham blue chip. Pembuktian diri yang tak hanya terlihat saat kondisi perekonomian baik, tetapi terutama di saat kondisi sedang krisis.
Ya, seperti ketika pandemi sedang berlangsung saat ini.
Seperti yang kamu lihat, terutama di awal pandemi tahun 2020 lalu, ketika IHSG terhantam dan anjlok hingga sempat menyentuh poin 3.000-an. Seluruh emiten saham pun terkena imbas. Meski demikian, sejumlah saham blue chip tetap berada pada top tier, alias tetap menempati ranking teratas harga saham dalam IHSG. Memang secara harga, saham blue chip merosot, tetapi tetap menjadi yang tertinggi di kelasnya.
2. Dimiliki oleh perusahaan yang menjadi leader di industrinya
Saham blue chip merupakan saham yang dimiliki oleh perusahaan yang sudah menjadi leader di industrinya. Ini artinya, produk dari perusahaan pemilik saham dijual dalam skala besar di pasar yang luas.
Singkatnya, setiap penduduk Indonesia kenal dengan produknya, bahkan sebagian besar menggunakannya. Pun gampang ditemukan di mana saja. Reputasi secara kualitas produk bagus, begitu juga dengan reputasi perusahaannya. Biasanya sih, yang terakhir ini ditandai dengan menjadi perusahaan impian para calon tenaga kerja.
3. Kapitalisasi besar
Apa itu kapitalisasi? Kapitalisasi adalah nilai perusahaan yang bersangkutan ketika hendak dibeli secara utuh, yang dihitung dengan cara mengalikan berapa jumlah total lembar saham yang beredar di pasar modal dengan harga sahamnya saat ini.
Sebuah emiten saham dinilai memiliki kapitalisasi besar ketika nilai saham totalnya mencapai minimal Rp20 triliun. Angka ini bukan angka tetap sih, sangat tergantung kondisi ekonomi suatu negara di waktu tertentu.
Dengan adanya kapitalisasi besar, ditambah dengan keaktifan lembaran saham yang ditransaksikan setiap hari, maka akan sedikit peluang bagi oknum tertentu untuk “menggoreng”, alias memanipulasi, harganya.
4. Keuangan perusahaan sehat dan stabil
Laporan keuangan perusahaan biasanya juga bisa jadi salah satu indikator terbaik untuk melihat apakah sahamnya blue chip atau bukan. Laporan keuangan ini bisa diunduh dari website Bursa Efek Indonesia secara bebas dan mudah.
Akses saja idx.co.id, dan kemudian buka menu Laporan Perusahaan Tercatat. Masukkan kode emiten yang hendak dicek laporan keuangannya, lalu tinggal pilih mau unduh laporan keuangan periode yang mana.
Setelah laporan keuangan diunduh, cermati beberapa hal berikut:
- Apakah revenue perusahaan tersebut naik setiap tahunnya?
- Apakah laba yang didapatkan juga stabil?
- Bagaimana rasio utang terhadap asetnya?
- Bagaimana rasio laba terhadap modal?
Ada satu hal lagi yang biasanya juga menandai karakteristik saham blue chip, yaitu perusahaan rajin bagi-bagi dividen.

Mau Jadi Investor Saham Blue Chip?
Nah, meski bisa dilihat dengan jelas karakteristiknya, tetapi sebenarnya juga tak pernah ada pernyataan resmi, baik dari pihak mana pun termasuk regulator, saham seperti apa yang termasuk ke dalam kategori saham blue chip ini. Bahkan, bisa dibilang, istilah blue chip ini hanya merupakan jargon yang diberikan oleh para investor saja, dan tidak pernah officially diakui oleh pemerintah.
However, Bursa Efek Indonesia sendiri sih punya beberapa indeks khusus yang memasukkan saham-saham yang dinilai baik dan layak dikoleksi oleh investor. Misalnya saja seperti LQ45 ataupun IDX30. Namun, kamu perlu tahu, bahwa yang masuk ke dalam list LQ45 tidak selalu blue chip, dan begitu pula sebaliknya. Meskipun daftar tersebut ya didominasi oleh saham blue chip.
Demikian sedikit penjelasan mengenai saham blue chip. Semoga bisa memberimu pencerahan.
Kalau kamu berminat untuk terjun berinvestasi di pasar modal, saran terbaik sih belajar dulu mengenai seluk beluk saham, pun mengenai pengelolaan keuangan secara menyeluruh. Berinvestasi tanpa pemahaman yang cukup bisa jadi malah membahayakan kondisi keuanganmu. Apalagi jika kamu termasuk tipe FOMO. Wah, jangankan bisa memanfaatkan investasi untuk mencapai tujuan finansial lebih cepat, kamu malah jadi terlibat masalah keuangan karena salah pengelolaan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
5 Kesalahan Investasi yang Perlu Dihindari
Kesadaran untuk berinvestasi memang sudah meningkat beberapa waktu terakhir. Terbukti dengan melonjaknya jumlah investor di pasar modal sebesar 56%, sesuai dengan data dari Bursa Efek Indonesia. Ini tentu berita baik. Namun, di samping berita baik ini, ada pula berita lain soal banyaknya investor pemula yang melakukan kesalahan investasi sehingga mengakibatkan kerugian.
Duh, mau seneng, jadi sedih deh.
Iming-iming keuntungan yang bisa diperoleh dari investasi—terutama investasi saham—memang bisa membuat orang silau. Hal ini juga semakin dipicu oleh cepat dan tanpa batasnya media sosial yang menyebarkan ‘virus’ investasi ini ke segala arah tanpa filter.
Tentu, di satu sisi, hal ini adalah hal baik. Tapi, di sisi lain, ada yang perlu kita pelajari, yaitu kelengkapan informasi dan terbatasnya pemahaman orang terhadap cara kerja investasi.
Nah, pastinya nggak ada yang mau melakukan kesalahan, tetapi nyatanya kita selalu bisa belajar dari kesalahan. Termasuk juga kesalahan investasi.
Ini Dia 5 Kesalahan Investasi yang Perlu untuk Diwaspadai dan Dihindari

1. FOMO
FOMO atau Fear of Missing Out, adalah fenomena sosial yang gejalanya adalah ketakutan ketinggalan tren. Tren apa? Apa saja, termasuk investasi.
Beberapa waktu yang lalu, ini sempat terjadi. Kehebohan netizen akibat beberapa rekomendasi investasi saham membuat orang jadi pengin ikut investasi. Ya, lagi-lagi, ini hal bagus. Sayangnya, karena cuma ikut-ikutan, akibatnya ya tidak dibarengi dengan pengetahuan yang cukup dan juga tujuan yang jelas.
Investasi harus dilakukan dengan cermat, karena di samping keuntungan yang dijanjikan, di situ ada pula risiko yang harus dikelola dengan baik. Investasi harus diawali dengan menentukan #TujuanLoApa. Tanpa tujuan yang jelas, investasi tidak akan banyak optimal; bisa salah menentukan instrumen, salah memperkirakan horizon waktu, dan hal-hal lain yang justru membuatmu merugi.
2. Pakai uang “panas”
Kesalahan investasi kedua ini bisa jadi juga merupakan “buah” dari FOMO. Karena melihat orang lain sukses dalam berinvestasi, jadi pengin ikut sukses, sayangnya “amunisi” sebenarnya tidak mencukupi. Akibatnya, memutuskan untuk memakai dana yang tidak dialokasikan untuk berinvestasi. Lebih parah lagi, dana yang dipakai adalah hasil berutang, atau malah bukan dana milik sendiri.
Ingat ya, investasi selalu datang bersama risikonya, dan risiko terbesar dalam investasi adalah ketika nilai investasi turun. Ini adalah hal yang harus dipahami betul-betul sejak awal memutuskan untuk berinvestasi.
So, sangat disarankan untuk mengatur cash flow lebih dulu sebelum mulai investasi. Dana yang digunakan untuk berinvestasi adalah dana yang memang dialokasikan untuk dikembangkan. Bukan dana yang seharusnya dipakai untuk membeli kebutuhan hidup, apalagi dari hasil berutang.
Dengan demikian, risiko akan terkelola dengan lebih baik.

3. Kurang paham produk
FOMO bisa jadi salah satu akibat dari kesalahan investasi tanpa memahami produknya lebih dulu. Ini tentunya sangat enggak disarankan ya.
Agar investasi optimal, seharusnya ada kesesuaian antara karakteristik produk dengan kebutuhan dan tujuan keuangan kita. Untuk itu, kita harus memahami produk investasi, untuk kemudian tahu, mana yang paling optimal manfaatnya.
Untuk menghindari kesalahan investasi yang kedua ini, yuk, belajar dulu dan kenali berbagai produk investasi yang bisa menjadi opsi. Belajar sekarang bisa dengan cara yang fun, kok! Nggak ngebosenin. Bisa ikut kelas yang interaktif, baca artikel, baca post di media sosial, nonton video, bahkan bisa belajar sambil main games juga. Tinggal pilih sesuai dengan gaya belajarmu.
4. Tidak mendiversifikasikan investasi
Don’t put your eggs in one basket.
Itu adalah pepatah “kuno” yang harus dipahami oleh setiap investor yang mau mulai berinvestasi. Menempatkan banyak telur dalam satu keranjang akan meningkatkan besarnya risiko kerugian jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Jatuh, misalnya. Tetapi, jika telurnya diletakkan ke dalam beberapa keranjang yang berbeda, risiko kerugian bisa diminimalkan. Setidaknya, kalau satu keranjang jatuh, kita masih punya beberapa keranjang telur lain yang masih utuh.
Analogi yang sama juga berlaku dalam investasi. Pada dasarnya, kita memiliki beberapa tujuan keuangan yang dapat dibedakan menurut jangka waktunya, yaitu pendek, menengah, dan panjang. Masing-masing dapat dialokasikan pada produk investasi yang sesuai karakteristiknya.
Lalu, bagaimana caranya menyesuaikan antara jangka waktu tujuan keuangan dan karakteristik produk investasi? Ya, dengan belajar dan mengenali produk tersebut. Balik lagi ke poin kedua di atas.

5. Tidak melakukan review
Investasi tidak akan berkembang dengan optimal juga jika kita tidak memantaunya dan melakukan review secara berkala.
Bagaimana kita bisa memastikan bahwa investasi kita berkembang dengan baik sesuai harapan kalau enggak pernah dicek, ya kan?
So, kalau sudah diplanning, yuk, lakukan review berkala. Setelah melakukan review, kita akan tahu, apakah selanjutnya perlu rebalancing atau harus dilakukan sesuatu agar investasi lebih optimal lagi.
Demikianlah 5 kesalahan investasi yang perlu untuk diwaspadai, dan kemudian dihindari. Semoga kamu tidak termasuk dari mereka yang melakukan kesalahan investasi di atas ya.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Ini Dia 5 Produk Investasi yang Cocok untuk PNS
Buat PNS, produk investasi apa ya yang paling cocok?
Tunggu, memangnya PNS harus investasi? Hmmm, mengingat betapa banyak kebutuhan kita ke depannya, iya, sangat disarankan agar PNS berinvestasi. Kita semua memang perlu berinvestasi, karena tanpa investasi, rasanya akan sulit untuk bisa mencapai tujuan keuangan kita. Tapi, sebelum benar-benar berinvestasi, kamu wajib mengenal dulu beberapa produk investasi agar bisa memilih dengan tepat.
Lagi pula, zaman sekarang, mau investasi itu gampang banget. Tinggal modal smartphone, kuota, dan pastinya dana investasi yang sudah dialokasikan khusus, siapa saja bisa berinvestasi dengan mudah dan praktis. Nggak perlu dana yang besar juga untuk mulai berinvestasi. So, siapa pun kamu–terutama para PNS–pasti bisa jadi investor.
Berikut beberapa produk investasi yang bisa dipertimbangkan, untuk dipilih sesuai kebutuhan dan tujuan keuanganmu sebagai PNS
Produk Investasi yang Cocok untuk PNS

1. Investasi emas
Produk investasi satu ini bisa dibilang yang tertua, karena sejak nenek moyang kita pasti sudah memanfaatkannya sebagai bentuk tabungan. Tak jarang nenek, kakek, dan orang tua kita bisa memiliki rumah, membiayai sekolah anaknya, dan memenuhi kebutuhan besar lainnya dengan bermodalkan tabungan emas mereka.
Buat PNS, investasi emas bisa jadi produk yang cocok sebagai awalan berinvestasi. Risiko kerugian minim untuk jangka panjang, pengelolaan relatif mudah, dan bisa menjadi safe haven saat sedang krisis.
2. Investasi reksa dana
Produk investasi kedua yang cocok untuk PNS adalah investasi reksa dana.
Dengan dikelola oleh manajer investasi–yang sudah dipilih secara cermat–membuat kamu tak perlu terlalu repot memikirkan strategi investasinya. Yang perlu kamu lakukan adalah memonitor dan memantau kinerja si manajer investasi. Pastikan nilai investasi berkembang dari waktu ke waktu, sesuai dengan target dan tujuan keuanganmu.
Reksa dana–terutama reksa dana pasar uang–juga bisa menjadi media untuk menyimpan dana darurat, lantaran paling minim risiko dibandingkan beberapa produk investasi lainnya. Dana untuk mulai juga bisa dari nominal kecil, bahkan ada reksa dana yang menawarkan dana minimal awal sebesar Rp10.000 dan bisa dibayar/di-topup dengan ewallet.
Praktis banget kan?

3. Deposito
Deposito bisa dibilang juga salah satu produk investasi old-fashioned tapi masih digemari lantaran risikonya yang juga relatif minim dibandingkan produk yang lain. Memang imbalnya terbatas, tetapi jaminan keamanan dari pemerintah sampai dengan nominal Rp2 miliar, sebagai salah satu produk perbankan, menjadi keunggulan tersendiri untuk deposito.
Cara investasinya yang hanya sekali setor di awal, dan kemudian tinggal menunggu bunga di setiap bulannya juga dinilai cukup praktis. Kamu bisa memilih deposito ARO, agar ketika jatuh tempo, depositomu diperpanjang secara otomatis, ataupun deposito nonARO, yang akan langsung ditransfer ke rekening induk ketika jatuh tempo tiba.
Setoran awal untuk deposito sih cukup lumayan ya, apalagi jika dibandingkan dengan reksa dana. Ada bank yang memberlakukan setoran awal minimal Rp5 juta ataupun Rp10 juta. Silakan cek dulu ke bank terkait ya, dan minta informasi sebanyak-banyaknya lebih dulu, sebelum mulai berinvestasi deposito.
4. Investasi saham
Investasi saham bisa jadi merupakan produk investasi yang tergolong agresif. Fluktuasi pasar bisa membuat nilai saham naik turun harian, dan bisa jadi ini menjadi kendala tersendiri buat kamu terutama yang profil risikonya konservatif. So, sebelum mulai berinvestasi saham, sebaiknya kamu kenali dulu dirimu sendiri. Jangan sampai investasi justru membuatmu jadi stres.
Sebenarnya, risiko yang timbul di saham ini masih bisa dikelola oleh investor individu seperti kita kok, apalagi jika kita sudah cukup paham bagaimana cara memilih saham yang cocok dengan kebutuhan dan tujuan keuangan kita. Tapi, memang, kita harus belajar investasi saham dulu yang benar seperti apa.
Imbal hasil investasi saham ini sangat lumayan, jika kita memang bisa berinvestasi dengan cara yang tepat. Bahkan hasilnya bisa berkali lipat dari imbal deposito. Tapi ya, itu–sekali lagi–harus diawali dengan belajar investasi saham yang benar.

5. Investasi properti
Produk investasi properti juga cukup sesuai dipilih oleh PNS, karena nantinya dapat disewakan dan memungkinkanmu untuk memperoleh penghasilan pasif.
Namun, di antara semua produk investasi rekomendasi seperti yang sudah dijelaskan di atas, investasi properti butuh dana yang paling besar. Pada prosesnya nanti, kamu akan juga butuh biaya yang relatif lebih banyak juga, karena harus membayar pajak, atau juga biaya pemeliharaan.
Karenanya, butuh rencana dan strategi yang matang jika kamu hendak memilih produk investasi ini. Tapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan.
Membutuhkan kelas untuk dapat menggali produk investasi yang cocok untuk PNS secara lebih mendalam?
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Banyak instrumen investasi yang bisa kita pilih yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan finansial kita. Termasuk reksa dana dan saham. Tapi, pertanyaannya selalu sama, reksa dana vs saham, mana yang lebih untung?
Ya, itu pertanyaan sejuta umat memang.
Nah, kali ini kita bahas ya, reksa dana vs saham ini. Tetapi, sebelumnya, kamu harus paham dulu (atau diingat kembali), bahwa tidak pernah ada instrumen investasi yang 100% aman dan bisa memberikan untung besar dalam waktu cepat. Prinsip ini memang harus selalu diingat, agar kemudian kamu bisa bijak memanfaatkannya sesuai kebutuhan.
Plus Minus Reksa Dana

Membandingkan reksa dana vs saham, mari kita kupas mengenai reksa dananya lebih dulu.
Berinvestasi di reksa dana, berarti danamu akan dikelola oleh manajer investasi. Dengan pengalaman mereka, manajer investasi sudah memiliki langkah-langkah antisipatif dalam mengelola dana investasi para investor. Dengan reputasi perusahaan yang sudah dibangun, mereka tentu akan berusaha mempertahankannya juga.
Karenanya, pemilihan manajer investasi menjadi salah satu faktor penting. Pastikan memercayakan dana investasi kita pada mereka yang memang sudah memiliki reputasi baik, pengalaman dengan dana kelola yang sudah besar, dan minim komplain.
Namun, di sisi lain, investor juga harus siap dengan berbagai biaya administrasi yang akan dikenakan. Lagi-lagi hal ini akan ditentukan saat kita memilih manajer investasi. Pilihlah manajer investasi yang mengenakan biaya paling minim untuk transaksi dan operasional. Ada kok yang memberlakukan Rp0 untuk biaya administrasi pembelian.
Plus Minus Saham

Dengan berinvestasi di saham, maka kamu pun harus siap mengelola dana investasimu sendiri. Kamu harus tahu, kapan saham harus dilepas, dibeli, atau di-hold. Kamu sendiri juga yang harus menganalisis laporan keuangan perusahaan yang sahamnya kamu incar.
Kita memang membeli saham melalui perusahaan sekuritas. Tetapi peran mereka ya sekadar perantara transaksi, sekadar broker atau makelar. Mereka tidak punya wewenang untuk mengelola dana investasimu; memutuskan sahammu untuk dijual atau di-hold, atau perlukah menambah pembelian, dan sebagainya.
Karena semua pengelolaan ada di tanganmu sendiri, maka kalau mendapatkan cuan ya semua menjadi milikmu sendiri. Tetapi, begitu juga kalau kamu mengalami kerugian. Karenanya, sangat disarankan untuk belajar lebih banyak dulu sebelum kamu mulai berinvestasi di saham.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?

Reksa dana vs saham, mana yang lebih mendatangkan cuan? Jawabannya kembali pada tujuan, jangka waktu, dan kemampuanmu.
Tujuan dan Jangka Waktu
Tujuan berinvestasi di reksa dana vs saham adalah hal yang paling menentukan di sini. Reksa dana–tergantung jenisnya–dapat melayani tujuan finansial jangka pendek hingga jangka panjang.
Untuk jangka pendek dan sebagai media penyimpan dana darurat, Reksa Dana Pasar Uang akan jadi instrumen yang paling sesuai. Untuk jangka pendek hingga menengah, Reksa Dana Pendapatan Tetap akan menguntungkan. Untuk jangka menengah hingga panjang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham-lah yang paling tepat untuk dimanfaatkan.
Dan, ingat, risiko akan selalu ada di setiap instrumen investasi, sehingga kamu juga harus aware akan hal ini sejak awal.
Saham merupakan instrumen investasi yang paling sesuai untuk tujuan finansial jangka panjang. Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, jika kamu berinvestasi untuk jangka waktu yang pendek, maka bisa jadi imbal yang kamu dapatkan belum maksimal. Tujuan finansial jangka panjang ini misalnya untuk dana pensiun, yang akan kamu butuhkan 30 tahun lagi.
Jangka waktu yang panjang akan mengantisipasi fluktuasi harga saham yang bisa terjadi, asalkan kamu memang memilih saham perusahaan dengan fundamental yang paling baik. Harga saham akan meningkat seiring waktu, sama halnya dengan harga komoditi pada umumnya.
Kemampuan

Membandingkan reksa dana vs saham, kemampuan finansial juga harus menjadi bahan pertimbangan.
Untuk berinvestasi di reksa dana, kamu hanya butuh dana minimal Rp100.000 untuk memulainya. Bahkan ada loh, yang bisa dimulai dari RP10.000. Selanjutnya kamu bisa konsisten menyisihkan penghasilan setelah kamu menerima gaji, sesuai proporsi yang kamu tentukan sendiri.
Sedangkan, jika kamu berinvestasi di instrumen saham, kamu perlu menyediakan dana yang sesuai dengan harga saham yang tersedia. Setiap kali kita hendak membeli saham, jumlah minimal yang bisa kita beli adalah 1 lot (100 lembar) saham. Dengan demikian, misalnya harga saham yang kamu incar adalah Rp1.000, maka kamu harus menyediakan dana sebesar Rp100.000 untuk pembeliannya. Jika harga sahamnya Rp30.000, maka dana yang dibutuhkan adalah Rp3.000.000.
Saham blue chip biasanya memang cukup mahal, rata-rata di atas Rp1.000 per lembarnya. Tetapi, dengan fundamental perusahaan yang baik, ke depannya kamu bisa mengharapkan imbal yang juga lebih baik.
Nah, sekiranya sudah cukup jelas deh, perbandingan reksa dana vs saham sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Cara Belajar Saham untuk Pemula yang Paling Mudah
Investor pemula harus belajar saham terlebih dahulu jika memang ingin memanfaatkan salah satu instrumen investasi agresif ini sebagai kendaraan untuk meraih tujuan finansial mereka.
Mengapa?
Karena tak hanya menawarkan keuntungan tinggi, saham pun membawa serta risiko keuangan yang juga cukup besar. Tanpa dasar pengetahuan yang cukup, investor bisa jatuh terpuruk dalam kerugian material yang sangat besar. Sudah banyak kasus investor gagal yang akhirnya harus menelan pil pahit kerugian dana, “hanya” karena disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengelola risiko saat berinvestasi di instrumen saham.
Please, jangan menambah daftar panjang kasus yang sudah ada.
Jadi, mari belajar saham dulu, sebelum benar-benar nyemplung ke dunia investasi agresif ini. Tapi, mulai dari mana ya? Well, ini dia beberapa best practice ala QM Financial yang bisa kamu coba.
Cara Belajar Saham untuk Pemula yang Paling Mudah

1. Pelajari prinsip investasi saham
Ada banyak cara untuk belajar finansial, salah satunya termasuk belajar saham. Kamu bisa belajar dari buku, dari artikel, follow akun-akun berfaedah di media sosial, dengerin podcast, nonton YouTube, sampai ikutan kelas finansial.
Sebenarnya, mau apa dan bagaimana pun cara belajarnya, prinsip investasi itu ya sama saja kok, dan inilah yang harus kamu pahami lebih dulu.
- Prinsip high return high risk. Bahwa setiap instrumen investasi yang menjanjikan imbal tinggi akan selalu disertai dengan risiko yang berbanding lurus. Tidak pernah ada yang namanya “untung besar tanpa risiko”. Jika ada yang mengiming-imingimu dengan janji menggiurkan ini, waspadalah, karena bisa jadi itu investasi bodong belaka.
- Hanya berinvestasi di instrumen yang benar-benar kamu pahami cara kerjanya. Kalau pahamnya deposito, ya investasikanlah danamu di deposito. Kalau kamu sudah belajar dan paham cara kerja reksa dana, maka kamu boleh menyimpan danamu di sana. Begitu juga dengan belajar saham. Mau investasi di saham, pahamilah dulu cara kerja saham, mulai dari kenapa perusahaan menjual saham, bagaimana cara kerja saham dijual di bursa efek, hingga bagaimana cara kerja dividen dan lain sebagainya.
- Berinvestasilah dengan uang yang memang dialokasikan untuk investasi, jangan pakai uang belanja harian, uang SPP anak, dan uang keperluan lain yang sudah ada jatahnya.
Intinya, kumpulkan informasi dan tip-tip terbaiknya sebelum kamu mulai benar-benar investasi di saham.

2. Mulai dari nominal kecil
Zaman sekarang, kita diuntungkan dengan makin dipermudahnya untuk investasi di berbagai instrumen, yang sesuai dengan tujuan dan kemampuan kita. Karena memang seharusnya investasi itu bisa dilakukan oleh semua orang.
So, kamu “hanya” punya modal kecil? Ya, enggak masalah. Justru jika kamu masih pemula, untuk belajar saham, kamu sangat disarankan untuk mulai dari nominal yang kecil dulu.
Saham dijual dalam satuan lot. Satu lot terdiri atas 100 lembar saham. Kita boleh membeli saham paling minimal sebanyak 1 lot. Jika disebutkan, misalnya saham WXYZ berharga Rp100 per lembarnya, maka setidaknya kamu harus menyiapkan dana sebesar Rp10.000 untuk bisa membeli jumlah paling minimal.
Jadi, sekarang tergantung modalmu, mau mulai investasi berapa banyak? Nah, mulailah dengan nominal kecil, yang tak akan mengganggu anggaran belanja rutin dan kewajiban lainnya. Istilahnya, pakai “uang dingin”.
Dengan demikian, operasional harian kamu tidak terganggu, investasi jalan terus. Idealnya, pos investasi dan tabungan adalah sebesar 10% dari penghasilan totalmu setiap bulan. Kamu bisa membagi besaran ini ke dalam beberapa pos investasi dan tabungan lagi, sesuai kebutuhanmu. Misalnya, 40% dari pos investasi (yang besarnya 10%) itu untuk topup reksa dana, 20% untuk saham, sisanya untuk beli emas, dan seterusnya.
Kamu sendiri yang tahu, dan bisa menentukan porsinya. Jika loss, maka anggaplah ini sebagai biaya belajar saham, tapi pastinya, akan lebih baik kalau biaya belajarnya tidak terlalu besar, bukan?

3. Cari aman dulu
Akan lebih baik jika kamu masih dalam taraf belajar saham, kamu mulai dengan mengulik saham-saham perusahaan besar yang sudah terpercaya di sektornya lebih dulu. Istilahnya adalah saham blue chip.
Apakah ini berarti, investasi saham di saham blue chip sudah pasti aman? Tentu enggak, kamu harus lihat lagi poin pertama di atas: bahwa semua instrumen investasi akan selalu membawa risiko. Saham blue chip juga menyimpan risiko tinggi. Kapan-kapan boleh juga kita bahas, supaya artikel ini tidak terlalu panjang.
Prinsipnya, untuk belajar saham, kamu harus “kenalan” dulu dengan risiko yang paling minim. Dan ini bisa kamu dapatkan dari saham perusahaan yang memiliki fundamental baik, sudah terpercaya, banyak dikenal orang, memiliki produk yang baik, dan dari tahun ke tahun bertumbuh bisnisnya. Kamu bisa mulai dengan belajar teknik analisis fundamental.
Nah, dari semua tip belajar saham yang sudah disebutkan, ada satu hal yang sangat penting untuk diingat, bahwa kamu harus memastikan dulu kondisi keuanganmu sehat sebelum akhirnya memutuskan untuk investasi, terutama investasi di instrumen yang agresif seperti saham.
Jadi, lakukan dulu financial check up, buat tujuan keuanganmu, dan baru buat rencana keuangan yang menyeluruh. Kamu bisa mulai dengan mencermati Blueprint of Your Money, dan cek arus kas.
Keduanya adalah hal terpenting yang bisa menjadi dasar pemahaman pengelolaan investasi yang lebih baik.
Yuk, belajar dasar-dasar keuangan dengan mengikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Ada banyak topik yang dibahas, mulai dari yang paling basic hingga nanti juga membahas mengenai investasi.
Segera daftar and save your seat!
Apakah Sekarang Waktu yang Tepat untuk Mulai Investasi Saham? 3 Situasi untuk Dipahami
Yes, saham lagi diskon sekarang. Bagi sebagian investor, ini berarti waktu yang sangat ideal untuk meningkatkan portofolio. Namun bagi sebagian yang lain, hal ini bisa jadi waktunya buat mengerem. Lalu bagaimana dengan kamu yang baru mau mulai investasi?
Termasuk yang manakah kamu; mereka yang mau ngegas atau mengerem?
Kita, saat ini, memang sedang menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pandemi global yang disebabkan oleh virus corona dan dimulai pada bulan Maret 2020, dalam hitungan minggu, telah mengubah seluruh aktivitas hidup.
Sebagian besar perusahaan “dipaksa” untuk mengubah strategi; karyawan diharuskan bekerja dari rumah kecuali mereka yang memang harus tetap bekerja karena pekerjaannya berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Yah, bisa dibilang, yang tetap bekerja ini termasuk cukup beruntung. Yang lain bahkan terpaksa harus kehilangan pekerjaan.
Luar biasa memang ya.
Guncangan terhadap sistem ekonomi bergitu terasa. Angka pengangguran melonjak ke rekor tertinggi, dan dengan demikian, semakin banyak pula orang yang mengalami masalah keuangan.
Dan pasti sudah pada paham, bahwa situasi di pasar saham itu sedikit banyak merupakan “mirroring” dari kondisi ekonomi negara kita. Nggak hanya ekonomi sih, karena pada dasarnya pasar saham akan selalu bereaksi terhadap semua update yang terjadi dari sektor mana pun. Apalagi kalau ada berita-berita suram dan ketidakpastian yang berkelanjutan. Investor jadi bak naik roller-coaster dan mengakhiri Q1 dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 2.97% saja.
Jadi, apakah ini waktu yang tepat untuk mulai investasi saham?

Memang kalau melihat grafik harga saham IHSG, kita akan melihat hal-hal yang bisa membuat kita ter-demotivasi. Ditambah dengan berbagai isu dan prediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi di segala bidang, plus ketidakpastian kapan semua ini bisa diatasi dengan baik, membuat kamu yang sekarang sedang ancang-ancang untuk mulai investasi jadi galau.
Dengan segala situasi yang terjadi belakangan, para investor pemula pastilah jadi kembali ragu untuk mulai investasi karena ketidakpastian ini. Padahal yang namanya tujuan keuangan tak mungkin ditunda lagi.
Namun, jika kamu adalah seorang investor jangka panjang–dan sudah dapat mengelola emosi dan risiko dengan baik–maka ini bisa jadi waktu yang paling tepat untuk mulai investasi lagi.
Kamu bisa mempertimbangkan, apakah akan terus berkontribusi pada instrumen investasi kamu sekarang, atau bahkan memperbanyak diversifikasi investasimu. Intinya adalah average down.
Apa itu average down?
Average down adalah strategi investasi saham, ketika investor membeli saham yang sama dengan harga rendah, sehingga ketika dirata-rata, harga saham dalam portofolio tidak seanjlok sebelumnya.
Kapan-kapan kita bisa membahas mengenai strategi ini secara khusus.
Tapi, tidak setiap orang memiliki kondisi yang memungkinkan mereka untuk average down dan terus berinvestasi. Tapi bagaimana dengan kamu, para investor pemula yang baru mulai investasi?
Kamu sebaiknya mempertimbangkan niat untuk mulai investasi jika situasi ini terjadi padamu

1. Horizon waktu singkat
Jika dana investasi tersebut akan segera digunakan, maka tidak disarankan untuk menginvestasikannya di instrumen dengan risiko tinggi seperti saham, di situasi yang seperti sekarang ini.
Investasi saham adalah instrumen yang cocok untuk tujuan keuangan jangka panjang, karena dengan demikian kamu “memberikan” waktu yang lebih longgar pada investasimu untuk ikut berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar, tetapi pada akhirnya dapat bertumbuh dengan baik.
Tetapi, untuk tujuan keuangan jangka pendek, pilihlah instrumen investasi dengan risiko yang paling minim. Misalnya deposito. Memang imbalnya tidak sebesar saham, tetapi kita akan lebih butuh “rasa aman” jika ini terkait dengan horizon waktu yang pendek.
Kita tahu tren pasar naik dari waktu ke waktu, tetapi “waktu” adalah kata kunci di sini. Itu bisa berarti 20 hingga 30 tahun ke depan. Jika kamu bakalan membutuhkan danamu ini tahun depan dan tetap kamu investasikan di instrumen agresif, maka akan ada terlalu banyak risiko kehilangan yang harus ditanggung. Saran terbaik adalah carilah “kendaraan” lain yang lebih aman untuk menyelamatkan dana demi tujuan keuangan yang ingin dicapai.
2. Penghasilanmu masih belum stabil

Bahkan jika kamu memiliki uang tunai “dingin”–yaitu uang yang tidak akan kamu gunakan selama bertahun-tahun ke depan, mungkin sekarang juga bukan waktu yang tepat untuk mulai investasi jika kondisimu belum stabil secara penghasilan.
Misalnya, kamu yang saat ini masih dirumahkan. Kantor belum memberikan sinyal, kapan bisa bekerja seperti biasa lagi, seperti sebelumnya.
Akan lebih baik untukmu, jika kamu fokus pada dana daruratmu lebih dulu. Apakah saat ini jumlah dana daruratmu sudah ideal? Bisa dipakai untuk memperpanjang napas sampai kapan? Bisakah kamu bertahan dengan dana darurat itu setidaknya sampai tahun depan dengan zero income?
Ingat, di situasi darurat, cash is king! Jadi, penuhi dulu kebutuhan primermu, kuatkan dana darurat, baru deh mempertimbangkan untuk mulai investasi.
3. Tidak sesuai dengan profil risikomu

Jika kamu adalah investor konservatif yang suka senam jantung melihat pergerakan pasar yang menurun seperti ini, maka sudah pasti, sekarang belum saatnya kamu mulai investasi saham.
Jika kamu belum mempunyai toleransi yang cukup lebar untuk risiko, kamu mungkin enggak akan menyukai apa yang bakalan terjadi pada pasar saham dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan masih banyak pihak yang memprediksikan situasi setidaknya akan bertahan hingga 2 tahun ke depan. Nggak ada yang memastikan, bahwa pasar sudah mencapai titik terendah, yang berarti apakah bisa bounce back dengan segera.
Enggak ada yang tahu pasti, apa yang akan terjadi besok. So, yeah, jika kamu belum bisa menoleransi hal-hal seperti ini, sebaiknya kamu cari kondisi nyaman dengan berinvestasi di instrumen yang tidak se-volatile pasar saham.
Nah, terus gimana dong? Pusing kan? Padahal investasi dibutuhkan untuk kita bisa mencapai tujuan finansial. Jadi mesti gimana dong?
Gabung sajalah yuk, di kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu! Banyak yang bisa kamu pelajari dan akhirnya bisa membantumu memutuskan apa yang terjadi dengan rencana keuanganmu di masa tidak pasti ini. Segera daftar ya! Tempat terbatas loh!
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi Dana Pendidikan Anak Baiknya Disimpan di Instrumen Apa Ya?
Pendidikan anak yang baik menjadi tanggung jawab untuk setiap orang tua. Karena itu, hendaknya dana pendidikan disiapkan sejak dini. Karena kebutuhannya akan sangat besar, pun akan menjadi pengeluaran tetap selama bertahun-tahun. Menabung saja enggak cukup, karena ada inflasi yang mengiringi, so harus dibantu dengan investasi dana pendidikan yang tepat.
Tetapi, memilih instrumen investasi dana pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan ini juga masalah tersendiri. Agak tricky memang, karena tak semua jenis instrumen investasi cocok dipakai untuk menampung dana pendidikan anak ini.
Jadi, sebelum mulai memilih instrumen investasi dana pendidikan anak, apa dulu yang harus dipertimbangkan? Yuk, simak artikel berikut sampai selesai ya.
3 Hal untuk Diperhatikan Sebelum Mulai Investasi Dana Pendidikan

1. Tentukan kapan dana akan digunakan
Panjangnya horizon waktu kita investasi akan menentukan, instrumen mana yang paling baik untuk dipilih.
Misalnya saja, ingin mempersiapkan dana pendidikan sebagai biaya masuk TK dan SD, 2 tahun lagi. Atau, ingin menyiapkan dana pendidikan untuk sekolah strata satunya, maka dana ini harus siap 10 tahun lagi.
Enggak masalah juga kok, kalau mau menyiapkan one thing at a time, atau mau langsung siapkan semua. Misalnya, mau menyiapkan dana pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan sekaligus, itu juga akan sangat baik.
Sesuaikan dengan kemampuan dan karakter masing-masing saja.
2. Tentukan berapa kebutuhannya
Setelah tahu horizon waktunya, yang berikutnya adalah menghitung kebutuhan.
Ingat, bahwa Rp100 juta saat ini akan berbeda dengan Rp100 juta 10 tahun lagi, karena ada inflasi. Jadi sila diperhitungkan dengan tingkat inflasi Indonesia yang sekitar 10 – 12%.
Misalnya saja, untuk biaya masuk perguruan tinggi sekarang Rp100 juta, maka 10 tahun lagi, dengan tingkat inflasi 10%, maka bisa dihitung kebutuhannya berapa. Rp100 juta dikali 1,1 sampai 10 kali.
Pusing? Ikut kelas online-nya QM Financial saja yang membahas khusus mengenai dana pendidikan anak. Akan ada worksheet yang bisa langsung dimasukkan angkanya, enggak perlu pusing-pusing menghitung manual.
Setelah ketemu angka kebutuhannya, nah, itu dia jumlah dana pendidikan anak yang harus disiapkan.

3. Iringi dengan asuransi jiwa
Adalah penting bagi orang tua untuk juga memiliki asuransi jiwa. Akan percuma juga, jika rencana dana pendidikan anak sudah kita siapkan, tetapi akhirnya kita tidak dapat meneruskannya karena satu dan lain hal.
Nah, setelah tahu berapa lama waktu dan dana yang dibutuhkan, selanjutnya kita bisa memilih investasi dana pendidikan yang pas. Ada beberapa instrumen yang bisa menjadi opsi, sesuai dengan horizon waktu dan tingkat risiko masing-masing.
Kita lihat ya.
5 Instrumen Investasi Dana Pendidikan yang Bisa Jadi Pilihan

1. Deposito
Deposito sebagai instrumen dengan tingkat risiko paling rendah ini cocok untuk investasi dana pendidikan yang akan dipergunakan 2 atau 3 tahun lagi. Namun, karena tingkat imbal hasilnya juga kecil, maka harus diperhatikan modal pertama yang harus disetorkan; harus sesuai dengan kebutuhan dana pendidikan yang sudah dihitung tadi.
Selain deposito, ada juga tabungan berjangka. Keduanya sifatnya hampir sama; jangka pendek, imbal tidak terlalu besar, tetapi sangat aman. Cocok untuk investasi dana pendidikan jangka pendek.
2. Emas
Emas atau logam mulia termasuk investasi dana pendidikan jangka menengah hingga panjang. Kalau sekarang beli emas, untuk dipergunakan 2 – 3 tahun lagi, mungkin perkembangannya juga belum signifikan. Mungkin ya hanya sebatas sebagai pelawan inflasi.
Tetapi, kalau mau dipakai 5 tahun lagi, harga emas (semoga) sudah bertumbuh sesuai harapan. Kenapa begitu? Karena seperti yang kita tahu, harga emas juga sangat fluktuatif tergantung pada kondisi pasar.

3. Reksa dana
Ada 4 jenis reksa dana yang bisa dipilih sebagai opsi investasi dana pendidikan anak. Mulai dari reksa dana pasar uang, reksa dana pendidikan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.
Nah, masing-masing juga punya karakteristik sendiri-sendiri yang perlu kita ketahui untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Boleh dibaca masing-masing artikel yang sudah ditautkan, untuk tahu mana reksa dana yang paling tepat untuk investasi dana pendidikan yang hendak disiapkan.
4. Saham
Saham dinilai paling tepat digunakan untuk investasi dana pendidikan jangka panjang, misalnya saja untuk menyiapkan biaya masuk perguruan tinggi yang kadang butuh sampai ratusan juta rupiah.
Dengan horizon waktu yang lebih dari 10 tahun, saham (diharapkan) akan mampu mengcover kebutuhan dana yang besar. Saham apa yang bisa dibeli? Nah, ini butuh sedikit pengetahuan untuk melakukan analisis teknikal dan fundamental.

5. Properti
Properti juga bisa jadi salah satu alternatif opsi investasi dana pendidikan jangka panjang.
Hanya saja, perlu diingat, investasi properti butuh modal yang cukup besar juga. Jadi, perhitungkan juga hal ini jika ingin menggunakan instrumen ini sebagai “alat” untuk mencapai tujuan.
Nah, begitulah gambaran umum mengenai bagaimana cara memilih investasi dana pendidikan anak.
Paling afdal sih ikutan kelas-kelas finansial online QM Financial saja. Selain bisa belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi, kita juga bisa mengikuti beberapa kelas tematik, seperti kelas dana pendidikan anak. Coba cek jadwal ya, siapa tahu, ada kelas khusus dana pendidikan anak di bulan ini.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Pembagian Dividen: Apa yang Harus Kamu Tahu?
Meski pasar saham tampak sangat volatile–naik turun manja galau–tapi beberapa emiten tampak tetap pada komitmennya, memenuhi agenda pembagian dividen tahun ini.
Apakah kamu salah satu investor yang beruntung termasuk dalam daftar pemilik saham yang akan menerima pembagian dividen tahun ini? Kalau iya, selamat ya!
Sementara, sebagian lainnya mungkin masih belum terlalu paham tentang dividen, bagaimana mekanisme pembagiannya, dan gimana tip terbaik untuk mengelolanya. Nah, kita bahas khusus dalam artikel kali ini ya. Yuk, simak sampai selesai, karena ini penting untuk kamu ketahui jika kamu punya rencana untuk investasi saham.
Apa Itu Dividen?

Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dividen berarti:
bagian laba atau pendapatan perusahaan yang besarnya ditetapkan oleh direksi serta disahkan oleh rapat pemegang saham untuk dibagikan kepada para pemegang saham.
sejumlah uang yang berasal dari hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebuah perseroan.
Nah, sudah cukup jelas sih sebenarnya, apa arti dari dividen.
Dividen adalah laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan yang kemudian dibagikan kepada seluruh investor atau pemilik saham dalam satu periode tertentu.
Begitu sederhananya.
Biasanya pembagian dividen ini dilakukan setahun sekali, meskipun ada juga perusahaan terbuka baik hati yang membagikan dividen dua kali setahun. Namun, ada juga perusahaan terbuka yang tidak memiliki agenda pembagian dividen sama sekali selama bertahun-tahun. Jadi, semua memang tergantung pada kebijakan perusahaan–yang didukung oleh keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Bagaimana Proses Pembagian Dividen Berjalan?

Kalau mau dirinci secara singkat, proses pembagian dividen adalah sebagai berikut:
- Pihak perusahaan emiten akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham untuk membahas laporan keuangan tahunan.
- Dalam Rapat Umum Pemegang Saham itu akan terlihat jika ada laba, dan kemudian diputuskan apakah laba tersebut akan dibagikan kepada investor. Jika ternyata tidak ada laba, maka ya enggak ada pembagian dividen. Begitu pun jika perusahaan membutuhkan dana untuk keperluan ekspansi dan pengembangan bisnis, maka bisa saja diputuskan tidak ada pembagian dividen untuk periode tersebut.
- Setelah itu, perusahaan akan menentukan nama-nama penerimanya, jika memang diputuskan ada pembagian dividen tahun ini.
- Menentukan sistem distribusi dividen kepada penerimanya, melalui KSEI ataupun broker tempat investor membeli saham.
- Penentuan waktu kapan pembagian dividen akan dilakukan, biasanya didahului dengan pengumuman secara terbuka. Dalam pengumuman ini biasanya disebutkan declaration date (tanggal pengumuman), date of record (tanggal pencatatan pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen), cum-dividend date (tanggal aktivitas terakhir perdagangan untuk dihitung haknya dalam pembagian dividen), ex-dividend (tanggal berakhirnya perhitungan hak dividen), dan payment date (tanggal pembayaran dividen).
- Penghitungan pajak yang harus ditanggung oleh masing-masing investor, dan sekaligus pemotongannya.
Setelah itu, proses “perjalanan” dana dividen pun dimulai, sesuai hak investor, yang diperhitungkan dari jumlah saham yang dimiliki.
Biasanya sih, kalau dana sudah masuk ke rekening RDN, kita akan mendapatkan notifikasi via email.
Jenis Dividen

Perlu kamu tahu, bahwa dividen juga ada beberapa jenis, yaitu:
- Dividen tunai: dividen dalam bentuk uang tunai yang dibayarkan melalui rekening dana nasabah. Jenis dividen inilah yang paling banyak dibagikan.
- Dividen saham: dividen yang dibagikan dalam bentuk tambahan saham dalam kepemilikan kita.
- Dividen skrip: pembagian dividen dalam bentuk surat utang.
- Dividen properti: pembagian dividen dalam bentuk aset.
So, kamu sendiri pernah menerima jenis dividen yang mana aja tuh?
Apa yang Harus Kamu Lakukan Ketika Sudah Menerima Pembagian Dividen?

Tentu saja, tergantung kebutuhanmu. Ingat pada #TujuanLoApa.
Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan dengan dana dividen yang sudah kamu terima:
- Kamu belikan saham yang sama kembali, sehingga menambah jumlah saham yang kamu miliki.
- Kamu belikan saham lain dengan performa yang lebih baik, setelah melakukan analisis teknikal dan fundamental.
- Kamu transfer ke rekening dana pribadi, dan kamu alokasikan menjadi dana darurat.
- Kamu gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau alokasikan untuk menambah tujuan keuangan yang lain.
Banyak hal pastinya bisa kita lakukan dengan dana yang diperoleh dari pembagian dividen, terlepas besar kecilnya nominal dividen tersebut. Pertimbangkan dengan saksama ya, itu hasil usahamu sendiri lo! Dan bukan uang kaget.
So, pergunakanlah dengan bijak.
Mau belajar mengelola investasi dan hasil investasimu? Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.