Investasi Saham Pemula: 3 + 4 Hal Ini yang Harus Benar-Benar Diingat
Investasi saham pemula itu sebenarnya simpel. Cuma kadang orang sudah overthinking duluan. Belum-belum sudah kepikiran kalau rugi, atau duitnya ilang. Padahal ya tergoda banget kalau ada yang pamer keuntungan besar yang didapatkan dari investasi di pasar modal. Atau, pusing duluan lihat berbagai ticker perusahaan. Bingung harus memilih yang mana.
Dari overthinking berbuah overwhelmed. Ya begitulah stereotype saham bagi pemula. Akhirnya, kalah sebelum berperang. Tsah. Maksudnya, ya menunda lagi buat mulai investasi. Padahal semakin lama menunda, kamu bisa rugi sendiri karena tujuan keuangan akan semakin sulit untuk dicapai. Bisa jadi, kamu harus mengurangi standar tujuan keuangan. Tadinya rencana mau pensiun dengan bekal uang Rp5 miliar, jadi ya udah Rp500 juta aja deh. Ya, mungkin bisa saja sih pensiun dengan Rp500 juta, tapi enggak akan selega kalau bekalnya sampai Rp5 miliar kan?
Sekali lagi, sebenarnya investasi saham pemula itu simpel. Memang banyak yang harus dipelajari, tetapi kamu tak harus segera menguasai semua ilmu trading saham. Pelajarilah prinsip-prinsipnya terlebih dulu, agar kamu tak salah langkah. Apa saja prinsipnya? Ini dia.
Langkah Investasi Saham Pemula
Tentukan tujuan
Jangan lupa, bahwa semuanya harus dimulai dengan menentukan #TujuanLoApa. Dengan memiliki tujuan, kamu akan dapat membuat rencana yang realistis dan komprehensif. Dengan adanya tujuan, kamu juga akan termotivasi untuk terus berjuang mencapainya. Dengan adanya tujuan, kamu bisa tahan godaan sampai menyabotase keuangan sendiri.
Jadi, selalulah mulai dengan menentukan tujuan, dan kemudian menentukan kebutuhan nominalnya. Nah, dari sini, kamu mulai bisa membuat rencana dan mengeksekusinya sesuai rencana tersebut.
Mulailah dengan memilih indeks saham
Sebagai investor, sudah pasti seharusnya kamu membeli saham perusahaan yang berprospek baik. Kalau kamu bingung dengan berbagai saham yang ada, untuk investasi saham pemula, sebenarnya kamu bisa mulai dari memilih indeks saham dulu. Ada 22 jenis indeks saham tercatat di Bursa Efek Indonesia. Tak perlu menelusuri semuanya, kamu hanya perlu mengenali yang berlikuiditas tinggi dulu sebagai langkah awal investasi saham pemula.
Untuk membeli saham yang baik, kamu bisa mengandalkan LQ45, yang merupakan indeks saham berisi 45 saham emiten berlikuiditas tinggi. Likuiditas tinggi artinya perusahaan tersebut mampu membayar utangnya tanpa kesulitan. Jika likuiditas sebuah perusahaan dikatakan tinggi, maka kinerja otomatis juga baik. Selain LQ45 ada juga IDX30, yaitu indeks saham 30 emiten yang juga berlikuiditas paling tinggi.
Pilih sekuritas yang legit
Investasi saham pemula akan butuh perusahaan sekuritas sebagai perantara main saham. Pastikan sekuritas yang hendak kamu manfaatkan jasanya sudah legal dan berizin. Cek berapa persentase biaya yang dibebankan pada investor untuk setiap transaksinya, dan pilih yang paling rendah. Dengan demikian, keuntungan yang bisa kamu dapatkan lebih optimal.
Belajar Investasi Saham Pemula dengan Bijak
Soal keuangan, menjadi bijak adalah kunci. Segala cara investasi tidak akan sukses kalau kita sendiri tidak atau kurang sabar. Bisa jadi, tengah jalan akan menyerah. Belum lagi kalau harus menghadapi penurunan nilai investasi, misalnya seperti di awal pandemi ketika indeks saham kebakaran. Kalau enggak bijak, bisa jadi kita akan panik.
Jadi, apa yang harus dilakukan seharusnya?
1. Belajar analisis alih-alih hanya ikut-ikutan
Masih menjalani investasi saham pemula, maka wajar jika kamu merasa belum tahu apa-apa. Nah, di sini ada kemungkinan kalau kamu akan berusaha mencari tahu saham apa yang paling baik untuk diinvestasikan. Sayangnya, kebanyakan kemudian hanya sekadar ikut-ikutan yang direkomendasikan oleh orang lain—yang tampak sudah ahli—tanpa mau repot melakukan analisis dan riset lagi.
Di sinilah banyak yang kecolongan. Alih-alih hanya ikut-ikutan, akan lebih baik kalau kamu mempelajari cara menganalisis saham yang benar. Dengan demikian, kamu bisa melakukan analisis secara mandiri, dan bisa mengoptimalkan investasi sesuai rencana dan kebutuhan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Ingat, bahwa cara, tujuan, kemampuan, dan kebutuhan setiap orang berbeda. Rencana investasi orang lain belum tentu sesuai dengan kebutuhanmu loh.
2. Rutin alih-alih impulsif
Nah, ini kadang juga menjadi kesalahan mereka yang melakukan investasi saham pemula. Pertanyaan yang sering muncul adalah kapan waktu yang tepat untuk beli saham? Saat harga saham naik, atau saat turun?
Ini dia. Karena tidak punya tujuan dan rencana yang jelas—bahkan cenderung spekulatif—banyak yang membeli saham secara impulsif. Padahal, melakukan pembelian tanpa pertimbangan yang matang akan dapat meningkatkan risiko. Apalagi ini soal investasi.
Akan lebih optimal jika kamu bisa berinvestasi secara konsisten dan rutin, dengan menyisihkan minimal 10% penghasilan setiap bulan ke instrumen investasi yang sudah kamu pilih.
3. Alokasikan alih-alih utang
Investasi saham pemula jangan sampai menggunakan utang. Berutang untuk investasi bukan merupakan pilihan yang bijak. Investasi saham seharusnya dilakukan untuk meningkatkan kekayaan. Di samping itu, pertumbuhan investasi tidak dapat dijamin meningkat secara tetap, sedangkan bunga utang adalah kepastian.
Alokasikan dana sesuai kemampuan untuk berinvestasi, bukan dengan utang. Idealnya memang minimal 10%, tapi kalau bisa lebih, kenapa enggak?
4. Saat harga turun, beli alih-alih jual
Kadang kita memang harus dihadapkan pada pilihan investasi saham pemula, ketika nilai saham sedang turun: jual sebelum keburu rugi lebih jauh, atau beli lagi mumpung lagi murah?
Semua keputusan tentu ada di tanganmu. Namun, jika kamu sudah melakukan cara investasi saham pemula dengan benar, yaitu dengan analisis, kamu akan tahu pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuanmu. Jika kondisi perusahaan baik, tak ada perubahan kebijakan yang terlalu ekstrim hingga “mengancam” bisnis, kondisi nilai saham yang buruk bisa jadi disebabkan oleh faktor eksternal yang tak mungkin dihindari. Biasanya sih, penurunan ini juga terjadi pada saham-saham yang lain.
Jika kamu yakin dengan fundamental perusahaan yang sahamnya kamu pegang, maka inilah kesempatan untuk membeli lagi lebih banyak saham mumpung sedang diskon. Saat krisis berlalu, saham perusahaan yang baik akan kembali ke harga awalnya bahkan bisa jadi akan lebih tinggi nantinya.
Nah, itu dia beberapa hal terkait investasi saham pemula yang harus kamu ingat agar kamu tak salah langkah sebagai investor yang baru saja mulai berinvestasi. Bagaimana? Simpel saja kan?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Jangka Panjang: Pengertian, Risiko, Instrumen, dan Tip Terbaiknya
Kemudahan yang ditawarkan oleh beragam penyedia jasa keuangan untuk berinvestasi ini memang patut diapresiasi. Masyarakat menjadi semakin terdorong untuk bisa investasi, baik untuk tujuan jangka pendek maupun investasi jangka panjang.
Apalagi modal yang dibutuhkan untuk mulai juga bisa dari nominal yang kecil. Ibaratnya, dari sisa uang jajan pun, sudah bisa dipakai untuk modal investasi. But then again, kita memang perlu belajar investasi lebih mendalam seiring waktu. Membekali diri dengan berbagai ilmu dan pemahaman seputar produk investasi, agar upaya investasi kita juga semakin optimal dan tepat sasaran.
Terkhusus investasi jangka panjang, yang akan butuh waktu 10, 20, puluhan tahun untuk konsisten berinvestasi. Itu bukan hal yang mudah loh! Nah, mari kita bahas khusus dalam artikel kali ini.
Apa Maksudnya Investasi Jangka Panjang?
Menurut Investopedia, jenis investasi jangka panjang itu kalau kamu melakukan penanaman aset untuk mendapatkan imbal hasil selama lebih dari 1 tahun. Nah, kalau di QM Financial, investasi jangka panjang itu adalah investasi yang dilakukan untuk tujuan keuangan yang harus dicapai dalam waktu 10 tahun lebih. Di bawah 10 tahun, itu ada tujuan investasi jangka pendek dan jangka menengah.
So, sebenarnya enggak ada teori validnya, lebih cenderung ke relatif saja, disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tetapi, mari kita sepakat di sini, bahwa investasi jangka panjang adalah investasi untuk tujuan jangka panjang, lebih dari 10 tahun.
Apa saja sih tujuan jangka panjang itu?
Banyak, dan tergantung kondisi serta cita-cita alias mimpi masing-masing individu. Beberapa contoh tujuan jangka panjang, misalnya:
Dana Pendidikan Anak
Saat kamu sedang membuat rencana keuangan agar dapat memastikan biaya anak sekolah hingga jenjang sarjana sedangkan sekarang si kecil masih balita, maka ini termasuk dalam tujuan keuangan jangka panjang. Pasalnya, kamu akan membuat rencana keuangan untuk lebih dari 10 tahun.
Dana Pensiun
Kalau kamu saat ini berumur 20-an, dan sedang membuat rencana pensiun setelah usia 50 tahun, maka itu termasuk tujuan jangka panjang juga.
Kamu juga bisa memasukkan berbagai tujuan lain, yang jangka waktunya lebih dari 10 tahun.
Risiko Investasi Jangka Panjang
Kalau berinvestasi, sudah pasti kita mengharapkan imbal hasil. Namun, enggak hanya itu. Ada risiko yang juga harus siap kita hadapi. In fact, setiap investasi ada risikonya. Kalau ada yang menjamin 100% investasi aman, apalagi ditambah bumbu-bumbu cepat untung besar, maka sudah pasti itu adalah investasi bodong.
Apalagi dalam investasi jangka panjang, risikonya juga semakin tinggi, seiring potensi imbal hasil yang juga semakin besar. Risikonya tinggi terutama karena kebanyakan datang dari faktor eksternal. Namun sebenarnya, kamu tak perlu khawatir, karena dengan strategi investasi jangka panjang yang tepat, risiko tinggi ini bisa kok diminimalkan.
Untuk itu, kamu harus mengenali dulu jenis risiko dalam investasi jangka panjang.
Risiko Pasar
Adalah risiko yang muncul akibat sentimen yang terjadi di pasar. Risiko ini jadi salah satu risiko yang paling sering terjadi, dan tak bisa dihindari. Banyak faktor yang memunculkan risiko investasi jangka panjang akibat sentimen pasar ini. Mulai dari perubahan tingkat pertumbuhan ekonomi, sampai masalah jumlah pengangguran yang meningkat, kerusuhan, bisa menjadi penyebab risiko pasar terjadi.
Di saat sentimen pasar menjadi negatif, investor akan beramai-ramai menarik uang dari pasar modal, sehingga harga saham pun anjlok. Sebaliknya, jika sentimen pasar positif, investor akan ramai-ramai membeli saham, sehingga harga saham melesat. Fluktuasi ini akan besar efeknya bagi nilai investasi kita.
Risiko Suku Bunga
Adalah risiko yang timbul akibat adanya perubahan suku bunga, sehingga memengaruhi nilai investasi. Teorinya, ketika suku bunga naik, maka harga obligasi turun. Begitu juga sebaliknya.
Risiko Inflasi
Risiko investasi jangka panjang ini muncul akibat terlalu tingginya jumlah uang yang beredar, sehingga menyebabkan harga-harga terus naik dan menurunkan daya beli masyarakat. Inflasi meningkat, artinya nilai uang tunai akan menurun, yang artinya nilai portofolio investor bisa menurun juga setiap tahunnya karena inflasi.
Risiko Likuiditas
Risiko ini terjadi akibat langkanya uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Biasanya terjadi pada pasar yang relatif baru, dan belum terbentuk secara solid. Ketika kita hendak menjual instrumennya, tidak ada yang mau membeli. Di situlah muncul risiko likuiditas.
Risiko Nilai Kurs
Risiko ini muncul terkait nilai tukar rupiah dengan mata uang asing. Risiko ini muncul, misalnya kalau kita hendak investasi saham di luar negeri. Di pasar modal Amerika Serikat, misalnya. Jika kamu hendak membeli saham di Nasdaq, maka kamu harus memperhitungkan kurs antara rupiah dan dolar AS. Jika ternyata nilai tukar rupiah sedang anjlok, maka kamu harus mengeluarkan modal lebih banyak.
Risiko Negara
Sudah bisa diduga kan, risiko ini muncul ketika ada polemik melanda negara, misalnya terjadi perang atau kudeta.
Nah, meskipun ada banyak risiko dan tak dapat dihindari seperti di atas, tapi bukan berarti lantas membuatmu mengurungkan niat untuk mulai investasi, ya kan?
Instrumen Investasi Jangka Panjang
Faktanya, ada banyak sekali instrumen yang bisa menjadi pilihan untuk investasi jangka panjang yang optimal. Mari kita berkenalan sedikit.
1. Emas
Instrumen satu ini sudah menjadi primadona sejak zaman orang tua kita. Dan memang, faktanya, logam mulia cocok banget dijadikan sebagai instrumen investasi jangka panjang, karena pertumbuhan nilainya cukup signifikan untuk lebih dari 5 tahun.
2. Saham
Saham juga menjadi primadona baru untuk instrumen investasi jangka panjang. Apalagi dengan perkembangan terkini yang memungkinkan investor untuk bisa investasi online, bahkan bisa juga ikut beli saham IPO. Jika kita dapat memilih saham yang sesuai dengan tujuan keuangan, bukan tak mungkin, saham bisa memberikan passive income loh di masa depan.
3. Reksa dana
Ini dia primadona instrumen bagi pemula, yang pengin mulai investasi sembari belajar dulu dan bisa dimulai dengan modal yang kecil. Dengan adanya manajer investasi, kamu tinggal fokus saja pada review secara berkala untuk melihat apakah pertumbuhannya sudah sesuai dengan harapan. Untuk investasi jangka panjang, pilihlah reksa dana saham atau campuran.
4. Properti
Ini dia instrumen investasi yang juga sudah jadi primadona sejak zamannya orang tua kita. Orang-orang zaman dulu kalau punya tabungan, kalau enggak emas, ya tanah. Betul? Namun, untuk berinvestasi properti, kamu akan butuh modal yang besar. Namun, imbal hasilnya juga sangat bisa diandalkan, apalagi jika nantinya akan menjadi sumber passive income.
Strategi Investasi Jangka Panjang yang Optimal
Setelah tahu pengertiannya, risiko, serta instrumennya, sekarang bagaimana caranya untuk bisa mulai investasi jangka panjang? Maunya sih ya, bisa optimal imbal hasilnya, plus bisa meminimalkan risikonya. Betul?
Beberapa hal ini bisa kamu lakukan.
1. Hitung kebutuhan
Jadi, berapa kebutuhan dana untuk bisa mencapai tujuanmu? Ini harus kamu hitung dulu sebelum kamu mulai memilih instrumennya. Jika tidak ada nominal kebutuhan dana, nantinya bisa jadi, kamu akan salah memilih instrumen yang kemudian akan membuat hasil investasinya kurang optimal.
2. Pilih yang sudah kamu pahami
Saat ini memang banyak sekali instrumen investasi baru yang tampak sangat canggih dan kekinian. Kalau nggak ikutan, rasanya kurang edgy.
Eits, tunggu dulu. Sebaiknya, hindari FOMO investasi. Investasi bukan soal edgy atau enggak, tapi soal kamu bisa mencapai tujuan keuangan atau tidak. Jadi, pilihlah instrumen yang memang sudah kamu pahami betul cara kerja dan risikonya, sehingga kamu bisa berinvestasi dengan benar.
3. Konsisten, disiplin, dan sabar
Namanya juga investasi jangka panjang, di tengah jalan pasti akan ada saja godaan. Kayak godaan healing, self reward, diskonan, dan sebagainya, itu bisa bikin kamu menyabotase investasimu. Karena itu, kamu harus konsisten, disiplin, dan sabar. Ingat kembali tujuan besarmu, mana kala kamu tergoda ini dan itu.
Yok, bisa yok!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Langkah Cara Beli Saham Paling Sederhana untuk Investor Pemula
Saham adalah salah satu instrumen investasi jangka panjang yang sangat populer saat ini. Bahkan, sejak pandemi dimulai, hal menarik yang terjadi adalah adanya peningkatan jumlah investor pasar modal yang sangat signifikan. Karena itu, semakin banyak orang yang penasaran bagaimana cara beli saham yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh pemula.
Sekilas tentang Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan terhadap perusahaan. Jika kita membeli saham sebuah perusahaan, maka itu artinya kita sedang menyertakan modal agar bisnis perusahaan tersebut bisa lancar dijalankan. Iya, meskipun sebenarnya sih, yang terjadi di pasar modal adalah kita membeli saham milik orang lain yang dijual pada kita. Namun, itu artinya tetap kita sedang menginvestasikan uang dan menjadi salah satu pemilik perusahaan tersebut.
Keuntungan saham didapatkan dari dividen dan capital gain, yaitu selisih yang didapatkan jika kita menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga belinya. Nggak hanya berupa uang semata, dengan berinvestasi saham, kita juga punya hak suara terhadap keputusan-keputusan bisnis dalam perusahaan yang sahamnya kita miliki, dan berhak menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham. Selain itu, kita juga andil dalam roda perekonomian secara makro loh!
Namun, di samping keuntungannya, sebagai investor pemula, kamu pun harus juga sadar dan paham akan risiko saham yang relatif cukup tinggi. Salah satu risiko terbesar yang harus siap kamu hadapi adalah capital loss, yang bisa terjadi ketika kamu harus menjual saham dengan harga yang lebih rendah daripada harga belinya. Ada juga beberapa risiko lain, seperti risiko delisting emiten di bursa. Meski demikian, dengan mitigasi yang tepat, sebenarnya segala risiko ini bisa diminimalkan. Karena itu, adalah penting untukmu belajar investasi terlebih dulu sebelum tahu cara beli saham.
Bagaimana Cara Beli Saham?
Kalau dulu, cara membeli saham cukup rumit. Kamu harus datang sendiri ke kantor sekuritas, dan kemudian memproses pembelian saham dari sana. Banyak paperwork-nya, dan tentu saja makan waktu. Sekarang, cara beli saham sangat mudah. Setiap orang pasti bisa melakukannya, karena bisa dilakukan asalkan kamu punya kuota internet dan smartphone. Thank to technology!
Perusahaan sekuritas sendiri merupakan perantara transaksi jual beli saham Bursa Efek Indonesia, dan beberapa aktivitas pasar modal lainnya, yang telah mendapat izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK.
Yes, sekarang hampir setiap perusahaan sekuritas sudah menyediakan platform dalam bentuk aplikasi mobile untuk membeli saham. Kayaknya sih, kalau belum punya, bakalan ketinggalan banget ya. Ini semacam “kewajiban” sekarang, kalau mau dilirik untuk dipakai jasanya oleh para investor di zaman sekarang.
Dengan begini, cara beli saham menjadi sangat praktis. Kamu tinggal membuka rekening, dengan mempersiapkan syarat-syarat dokumennya yang biasanya juga tak terlalu banyak, serta menyediakan dana investasi yang akan disertakan dalam permodalan.
Untuk step by step cara beli saham bagi pemula, bisa dilihat sebagai berikut.
1. Tentukan perusahaan sekuritas
Pastikan bahwa kamu menggunakan jasa perusahaan sekuritas yang telah terdaftar dan berizin OJK ya. Kudu waspada karena sekarang ini banyak sekali penipuan berkedok investasi. Apalagi yang bermodus titip dana modal untuk diinvestasikan.
Tidak begitu cara beli saham yang benar. Untuk bisa memiliki saham, kamulah yang harus membelinya sendiri dengan perantaraan perusahaan sekuritas.
Kamu bisa mengecek legalitas perusahaan sekuritas melalui website OJK.
2. Buka Rekening Dana Nasabah (RDN)
Setelah memilih perusahaan sekuritas yang dipertimbangkan dapat melayani kebutuhanmu, cara beli saham berikutnya adalah membuka Rekening Dana Nasabah, atau Rekening Dana Investor. Perusahaan sekuritas akan menentukan bank kustodian mana yang akan membuatkan Rekening Dana Nasabah kamu ini.
Rekening Dana Nasabah adalah rekening yang akan dipakai untuk menampung dana investasi sebelum kamu membeli saham, ataupun sesudah menjual saham.
Untuk membuka rekening dana nasabah, seperti biasa, kamu akan diminta untuk menyiapkan sejumlah dokumen persyaratan, seperti kartu identitas—KTP, SIM, atau paspor. Kemudian, ada perusahaan sekuritas yang juga mensyaratkan selfie beserta KTP, foto buku tabungan, NPWP jika ada, dan syarat lainnya. Silakan dicek di masing-masing perusahaan sekuritas ya. Pilihlah yang syaratnya tidak menyulitkan.
3. Setor dana investasi
Cara beli saham berikutnya adalah menyetor dana investasi ke Rekening Dana Nasabah, untuk menjadi modal membeli saham.
Ada perusahaan sekuritas yang menentukan jumlah minimal deposit ini, tetapi ada juga yang tidak. Kamu bisa menyetorkan dana sesuai dengan kemampuan, sesuai dengan pos investasi yang sudah kamu tentukan dalam rencana keuanganmu.
Nantinya, kalau kamu menjual saham, maka dananya juga akan masuk ke Rekening Dana Nasabah ini, setelah dipotong pajak sesuai ketentuan. Baru dari RDN ini, kamu bisa mentransfernya ke rekening pribadimu.
4. Pilih saham
Nah, ini mungkin adalah bagian dari cara beli saham yang relatif paling rumit bagi investor pemula, yakni memilih saham yang hendak dibeli.
Satu hal yang pasti dan tidak boleh di-skip untuk dilakukan dalam cara beli saham ini adalah melakukan analisis terhadap emiten yang sahamnya kamu incar. Ada beberapa cara analisis yang bisa dilakukan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Secara singkat, inilah beberapa tip memilih saham yang bisa dilakukan oleh investor pemula:
- Cek laporan keuangan perusahaan terkait, lihat apakah labanya rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
- Lihat juga, apakah harga sahamnya cenderung stabil, terutama di masa-masa krisis. Meskipun anjlok, tetapi tetap menjadi yang terbaik di indeks harga saham.
- Pilih saham dari perusahaan yang kamu kenal betul, seperti produknya, jajaran manajemennya, dan sebagainya.
Ketiga hal di atas sudah bisa menjadi panduan awal, sebelum kamu mempelajarinya lebih dalam seiring waktu. Jangan membeli saham yang kamu tidak paham betul perusahaan dan bisnisnya. Apalagi hanya berbekal tren, atau direkomendasikan oleh influencer. Bukan begitu cara beli saham yang benar.
5. Beli saham
Setelah memilih, berikutnya adalah membeli sahamnya. Umumnya, di aplikasi sekuritas, akan ada daftar emiten yang sahamnya bisa dibeli. Kamu tinggal mencari saja saham emiten yang kamu incar melalui fitur pencarian, tuliskan kode tickernya. Kalau belum hafal kodenya, kamu bisa juga kok ketikkan nama perusahaannya.
Setelah informasi emiten muncul, biasanya akan ada tombol untuk jual dan beli saham. Kamu bisa mengklik tombol beli, masukkan jumlah lot yang ingin kamu beli (1 lot = 100 lembar saham), dan kemudian klik submit.
Aplikasi selanjutnya akan memproses pembelian sahammu. Kamu tinggal menunggu notifikasi apakah berhasil dilakukan atau tidak. Jika tidak berhasil dilakukan, maka dana akan tetap aman dalam RDN.
Pantau Pergerakan Pasar
Cara beli saham tidak hanya sampai di sini. Setelah kamu memiliki saham yang kamu inginkan, bukan berarti PR sudah selesai. Kamu juga wajib memantau pergerakan pasar, dan melakukan review secara berkala, apakah investasi saham kamu sesuai dengan rencana keuangan atau perlu penyesuaian lagi.
Perlu kamu ingat, bahwa saham bergerak sangat fluktuatif. Karena itu, perlu untuk dicek secara berkala. Dan, ingat lagi, untuk mengelola emosi dengan baik. Selalu berpegang pada tujuan keuangan, jangan sekadar FOMO.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Fenomena Flexing Crazy Rich, dan Bagaimana Seharusnya ‘Bersikap Kaya’
Istilah “flexing” dan “crazy rich” belakangan populer, terutama di media sosial mengikuti beberapa kehebohan yang terjadi akhir-akhir ini. Sebenarnya, apa sih arti flexing ini?
Kata “flex” sendiri sebenarnya termasuk dalam bahasa Inggris slang, yang artinya ‘show off’, atau pamer.
Mengutip dari dictionary.com:
Flex is a slang term meaning “to show off,” whether it be your physique, your belongings, or some other thing you consider superior to those of others.
Kenapa ya, ini bisa terjadi?
Fenomena Flexing
Menurut Rhenald Kasali, seorang tokoh ekonom Indonesia dalam sebuah wawancaranya, konsep flexing dewasa ini cenderung terjadi untuk memamerkan sesuatu yang dimiliki.
Definisi ‘kaya’ sendiri, menurut Rhenald Kasali, ada beberapa kategori. Yang pertama adalah mereka yang benar-benar kaya dan ingin menikmati hasilnya. Yang kedua adalah kaya tetapi pelit. Yang ketiga, kaya tapi tetap tampil sederhana dan tidak pelit. Tetapi, ada juga yang sebenarnya belum mampu tetapi memperlihatkan kondisi yang berbeda kepada orang lain, dengan tujuan tertentu.
Perkembangan media sosial sepertinya ikut andil dalam mengembangkan definisi flexing dan munculnya crazy rich ini. Bagaimanapun, media sosial dan kamera akhir-akhir ini memang menjadi alat manipulasi, terlepas dari efek baik dan buruknya.
Fake It Till You Make It
Sebenarnya konsep flexing crazy rich yang belakangan ramai ini bukanlah fenomena baru. Di Amerika Serikat pun ada istilah ‘Fake it till you make it”.
Ingat apa yang terjadi seperti yang diceritakan oleh film The Tinder Swindler? Simon Leviev menyewa mobil mewah, memakai baju branded, bepergian naik business class atau sewa jet pribadi, demi bisa masuk ke sirkel orang kaya dan borjuis. Dengan penampilan yang meyakinkan, dia berharap agar calon (korban) ‘pelanggan’ percaya padanya. Terlepas dari sumber daya dan tujuan jahatnya ya.
Hal yang sama kerap dilakukan oleh banyak orang. Pakai mobil mewah (ternyata sewaan), nongkrong di kelab-kelab mahal (dan bayar dengan gesek kartu kredit dengan cicilan minimum payment), networking dengan orang-orang sukses dan kaya. Harapannya, berhasil mendapatkan proyek atau pekerjaan yang diinginkan.
Apakah itu salah? Yah, silakan dijawab masing-masing.
Hal yang sama juga terjadi belakangan. Pamer harta dan kekayaan, yang kemudian diharapkan bisa menarik minat orang lain untuk mengikuti jejaknya; menjadi magnet untuk (calon) pelanggan atau customer, dan kemudian terjadilah deal.
Pamernya adalah strategi marketing. Terlepas dari produk apa pun yang dipasarkannya, dan juga apa intensinya.
Sikap Seorang yang Kaya ‘Beneran’
Jadi, sebenernya, seperti apa sih sikap seorang yang kaya ‘beneran’? Dari laman Sikapiuangmu Otoritas Jasa Keuangan, berikut beberapa perbedaan nyata dari “pura-pura kaya” dan beneran seorang crazy rich.
1. Malas bahas kekayaannya
Kecenderungannya adalah para crazy rich ini justru menghindari topik-topik yang “mengharuskan” mereka untuk bercerita mengenai kekayaannya. Dalam penampilan sehari-hari, mereka cenderung santai dan tampil apa adanya.
2. Menabung itu kewajiban
Warren Buffett pernah bilang, bahwa sepertiga dari penghasilan kita seharusnya dialokasikan ke tabungan. Nggak peduli sudah seberapa banyak asetnya, menabung adalah kewajiban.
Menabung adalah hal yang enggak boleh dilupakan, atau ditaruh di prioritas terakhir.
3. Fokus pada investasi
Dan menomorduakan konsumsi. Para crazy rich beneran akan lebih baik mengalokasikan dana ke instrumen investasi yang dinilainya berpotensi mengembalikan keuntungan. Bisa saham, obligasi, atau juga mengembangkan bisnisnya sendiri.
4. Berhemat di setiap pengeluaran
Crazy rich beneran akan memiliki strategi untuk arus kasnya. Nggak semata-mata punya uang banyak lalu bebas membeli atau memakai berbagai barang mewah dan mahal.
Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, bahkan harus “dipaksa” oleh anak buahnya untuk membeli mobil baru, untuk menggantikan mobil tuanya yang sudah bobrok. Konon, ia juga lebih memilih untuk mengalih rupa laci meja rias menjadi tempat tidur bayi, ketimbang membeli yang baru untuk anak pertamanya.
Begitu juga dengan Mark Zuckerberg, yang punya koleksi kaus berwarna abu-abu misty satu lemari penuh untuk dipakai sehari-hari, alih-alih memakai baju branded.
Hemat berbeda dengan pelit lho. Berhemat artinya dengan nominal yang sama, kamu bisa mendapatkan manfaat dan kualitas yang sama dengan kalau harus mengeluarkan uang lebih besar.
5. Memiliki passive income dari aset
Ini jugalah yang membedakan para crazy rich beneran dengan yang hanya flexing belaka. Aset biasanya dibeli untuk kemudian bisa “dikaryakan” untuk menghasilkan pendapatan pasif yang baru, alih-alih hanya dimanfaatkan untuk sekadar dipamerkan.
So, buat kamu yang pengin jadi crazy rich juga, enggak masalah kok bercita-cita jadi kaya. Pastikan saja kamu mencapai tujuanmu itu dengan halal dan tidak merugikan orang lain.
Yang pasti sih, kamu harus mempunyai berbagai kebiasaan baik terkait keuangan. Apa saja?
Kebiasaan Baik yang Harus Dimiliki oleh (Calon) Crazy Rich
1. Miliki tujuan keuangan
“Jadi kaya” sebenarnya bukan tujuan keuangan yang ideal. Mengapa? Karena tidak terukur. Kaya yang bagaimana? Kaya yang punya tabungan miliaran rupiah? Punya aset triliunan? Punya seabrek perusahaan? Karena tidak terukur, maka juga akan sulit untuk terealisasi. Pun, sulit untuk diketahui tingkat kesehatannya. Iya, punya banyak tabungan. Tapi, jangan-jangan utangnya juga segunung?
So, milikilah tujuan keuangan yang jelas. Misalnya, punya dana pensiun Rp7 miliar di usia 60 tahun nanti, sehingga bisa jadi jaminan hidup pensiun yang sejahtera. Pastikan ada “judul”, nominal, dan jangka waktu dalam tujuan keuangan tersebut. Sesuaikan juga dengan kondisi dan kemampuan masing-masing, agar nantinya bisa ditentukan strateginya, dan terukur.
2. Disiplin
Dengan kekayaan yang melimpah, akan mudah bagi crazy rich untuk tergoda menghamburkannya untuk hal-hal yang kurang penting. Karena itu, disiplin akan menjadi kunci.
Selalu kembali pada kebutuhan dan tujuan keuangan yang sudah kamu tentukan. Dengan demikian, biasanya kita kemudian akan dapat memilah, mana yang memang butuh, mana yang keinginan belaka.
3. Pendapatan aktif untuk penghasilan pasif
Orang boleh saja qerja bagai quda. Tetapi, kalau kamu berniat untuk menjadi seorang crazy rich, maka sebaiknya kamu fokus untuk membangun aset dengan penghasilan aktif kamu. Dengan demikian, nantinya, kamu bisa mengharapkan untuk mendapatkan penghasilan pasif dari aset-aset yang sudah ada.
Disiplin untuk mengalokasikan penghasilan aktif ke investasi, minimal 10%.
4. Review keuangan secara berkala
Para crazy rich tahu, bahwa setiap tahun akan ada alokasi keuangan yang berubah; penghasilan berubah, pengeluaran bisa juga berbeda. Karena itu, review keuangan secara berkala sangatlah penting.
Hasil dari review keuangan bisa menjadi evaluasi untuk memperbaiki kondisi finansial, sehingga ke depannya bisa lebih baik lagi.
Itu dia beberapa kebiasaan yang seharusnya dimiliki oleh kamu yang bercita-cita menjadi crazy rich beneran. Gimana? Kamu sudah melakukan semuanya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Bagaimana Harga Saham Terbentuk, dan Apa yang Memengaruhinya?
Harga saham tentunya jadi unsur paling penting yang akan jadi pertimbangan untuk mengambil keputusan pembelian atau penjualan saham. Karena dalam harga saham inilah, perkembangan investasi kita akan bisa dinilai berkembang atau tidak.
Nah, kali ini kita akan membahas naik dan turunnya harga saham yang cukup menjadi misteri. Bukan rahasia lagi kalau salah satu yang menarik dari investasi saham adalah pergerakan harga naik maupun turun, dan hampir tidak berhenti berfluktuasi.
Tapi apa yang membuat harga saham terbentuk? Apa saja faktor-faktor yang menentukan harga salah satu surat berharga ini, terutama di pasar modal Indonesia? Cus, simak penjelasannya!
Bagaimana Harga Saham Terbentuk?
Konsepnya sama dengan pembentukan harga barang di pasar konvensional. Ya, jadi harga saham pun bergantung pada supply and demand, atau permintaan dan penawaran. Artinya, harga akan naik ketika banyak pembeli (permintaan) daripada penjual (penawaran). Sebaliknya, harga akan jatuh ketika ada lebih banyak penjual daripada pembeli.
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari laman resmi websitenya sendiri juga menyebutkan bahwa adanya permintaan dan penawaran memang menjadi alasan terbentuknya harga saham. Tentunya banyak faktor lain lagi yang memengaruhi keduanya, salah satunya adalah kinerja perusahaan dan industri yang digeluti perusahaan tersebut.
Sementara itu, ada juga faktor makro yang memengaruhi penawaran dan permintaan, yaitu tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor nonekonomi, misalnya kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.
Jadi semakin jelas jika dianalogikan ketika penjual dan pembeli bertemu dalam sistem kemudian keduanya akan membentuk papan harga. Setelah terbentuk, transaksi jual beli saham akan terjadi, dan muncullah keuntungan yang bisa diperoleh dari saham, yaitu capital gain.
Keuntungan yang Diperoleh dari Terbentuknya Harga Saham
Capital gain adalah keuntungan yang didapatkan dari aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek. Investor dapat membeli dan segera menjual saham, kemudian keuntungannya didapatkan dari selisih antara harga beli dan harga jual.
Namun, perlu kamu ketahui saham juga memiliki risiko seperti capital loss dan risiko likuiditas. BEI menjelaskan, capital loss bisa terjadi ketika investor menjual saham perusahaan dengan harga yang lebih rendah dari harga beli.
Risiko likuidasi yang dapat terjadi jika perusahaan yang kamu beli sahamnya dinyatakan bangkrut atau dibubarkan oleh pengadilan. Namun, selama masih ada sisa dari hasil penjualan perusahaan tersebut, maka dapat dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional.
Perlu kamu ketahui juga, bahwa ada bentuk keuntungan lain dari saham yang juga bisa didapatkan oleh investor, yaitu dividen atau pembagian keuntungan bisnis perusahaan. Nantinya, pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu panjang, yang akan diberikan langsung oleh perusahaan saat pembagian keuntungan bersama pemegang saham lainnya.
Faktor Apa yang Memengaruhi Harga Saham?
Berikut ini beberapa faktor ekonomi dan nonekonomi yang memengaruhi penawaran dan permintaan saham.
Berita dan kinerja perusahaan
Faktor nonekonomi yang pertama dapat dilihat dari kondisi spesifik perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham, seperti:
- Isu tentang pendapatan dan laba, dan perkiraan penghasilan di masa mendatang
- Pengumuman dividen
- Pengenalan produk baru atau penarikan kembali produk
- PHK karyawan
- Pengambilalihan atau merger yang diantisipasi
- Perubahan manajemen
- Kesalahan atau skandal akuntansi
Kinerja industri
Sering kali, harga saham perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama akan bergerak beriringan satu sama lain. Ini karena kondisi pasar pada umumnya memengaruhi perusahaan dalam satu industri dengan cara yang sama juga. Namun terkadang bisa juga terjadi, harga saham suatu perusahaan diuntungkan oleh berita buruk yang terjadi pada pesaingnya.
Sentimen investor
Sentimen atau kepercayaan investor dapat menyebabkan pasar naik atau turun, yang dapat menyebabkan harga saham juga naik atau turun. Arah umum yang diambil pasar saham dapat memengaruhi nilai saham:
- Bull Market – pasar saham yang kuat ketika harga naik dan kepercayaan investor tumbuh. Ini sering dikaitkan dengan pemulihan ekonomi atau ledakan ekonomi, serta optimisme investor.
- Bear Market – pasar yang lemah ketika saham harga jatuh dan kepercayaan investor memudar. Ini sering terjadi ketika ekonomi dalam resesi dan pengangguran tinggi, yang diiringi dengan kenaikan harga.
Faktor-faktor ekonomi
Suku bunga
Bank dapat menaikkan atau menurunkan suku bunga untuk menstabilkan atau merangsang perekonomian. Hal ini dikenal sebagai kebijakan moneter.
Ini juga bisa memengaruhi harga saham loh. Jika sebuah perusahaan meminjam uang untuk memperluas dan meningkatkan bisnisnya, tingkat bunga yang lebih tinggi akan memengaruhi biaya utangnya. Pastinya, hal ini lantas dapat mengurangi keuntungan perusahaan dan dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.
Akibatnya, harga saham pun bisa terkoreksi. Saat suku bunga tinggi, investasi yang membayar bunga cenderung lebih menarik bagi investor daripada saham.
Pandangan ekonomi
Jika ekonomi diprediksi akan bertumbuh, harga saham pun bisa naik. Investor mungkin membeli lebih banyak saham, lantaran mereka akan melihat keuntungan di masa depan dan harga saham yang lebih tinggi. Namun, jika prospek ekonomi tidak pasti, investor dapat mengurangi pembelian atau mulai menjual.
Inflasi
Inflasi berarti harga konsumen yang lebih tinggi dari waktu ke waktu. Hal ini sering memperlambat penjualan dan mengurangi keuntungan. Harga yang lebih tinggi juga akan sering menyebabkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Misalnya, bank dapat menaikkan suku bunga untuk memperlambat inflasi. Perubahan tersebut akan cenderung menurunkan harga saham.
Deflasi
Penurunan harga cenderung berarti keuntungan yang lebih rendah bagi perusahaan dan penurunan kegiatan ekonomi. Harga saham mungkin turun, dan investor mungkin mulai menjual saham mereka dan beralih ke investasi pendapatan tetap seperti obligasi. Suku bunga dapat diturunkan untuk mendorong orang meminjam lebih banyak. Tujuannya adalah peningkatan belanja dan kegiatan ekonomi.
Guncangan ekonomi dan politik
Perubahan di seluruh dunia dapat memengaruhi ekonomi dan harga saham. Misalnya, kenaikan biaya energi dapat menyebabkan penjualan yang lebih rendah, laba yang lebih rendah, dan harga saham yang lebih rendah. Tindakan terorisme juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi dan penurunan harga saham. Pandemi juga.
Perubahan kebijakan ekonomi
Jika ada pemerintahan baru berkuasa, maka bisa jadi akan ada kebijakan baru. Terkadang perubahan ini dapat dilihat baik untuk bisnis, tapi bisa juga tidak. Mereka dapat menyebabkan perubahan inflasi dan suku bunga, yang pada gilirannya dapat memengaruhi harga saham.
Jadi, sudah paham ya proses terbentuknya harga saham dan faktor-faktor yang memengaruhinya? Pastikan kamu mempelajari dunia saham lebih dalam sebelum terjun berinvestasi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mau Investasi, Rekomendasi Saham Hari Ini Bisa Didapatkan di 4 Tempat Ini!
Rekomendasi saham hari ini biasanya dicari banget oleh para investor, terutama yang berencana untuk menambah koleksi saham.
Tapi, mengapa mereka harus mencari rekomendasi saham sih? Bukankah seharusnya mereka melakukan analisis sendiri, yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan keuangan masing-masing?
Pentingnya Tahu Rekomendasi Saham Hari Ini
Well, mencari rekomendasi saham hari ini kadang dilakukan sebagai tambahan bahan pertimbangan bagi investor dalam menentukan langkah berinvestasi selanjutnya. Mereka memang melakukan analisis sendiri, tetapi biasanya mereka juga akan butuh data dan analisis lain sebagai pembanding. Yah, namanya sedang mempertimbangkan untung dan rugi, pastinya jalannya juga cukup panjang. Apalagi jika rekomendasinya datang dari mereka yang sudah ahli atau sangat berpengalaman di pasar modal. Wah, bisa jadi pegangan banget, sebagai bahan analisis kita sendiri.
So, bedakan dengan sekadar ikut-ikutan ya. Rekomendasi saham hari ini didapatkan sebagai bahan pertimbangan, bukannya langsung main beli saja secara impulsif. Ini investasi kan, bukan spekulasi?
Apa Sih Rekomendasi Saham Hari Ini?
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan rekomendasi saham hari ini? Rekomendasi tersebut bisa dibilang menyerupai sebuah bentuk laporan yang terdiri dari beberapa informasi penting mengenai perkembangan saham yang dibuat oleh para analis saham.
Umumnya, di bagian awal laporan berisi ulasan tentang hasil penutupan dagang saham kemarin. Lebih tepatnya seperti di level berapa IHSG ditutup, dan juga alasannya. Kemudian, diikuti dengan informasi mengenai gambaran pergerakan yang terjadi di IHSG beserta dengan beberapa faktor yang memengaruhinya.
Lalu ada juga hasil analisis teknikal dan juga riset dari para analis saham berupa rekomendasi saham hari ini. Rekomendasi di sini maksudnya adalah analis akan menyebutkan kira-kira mana saham yang memiliki prospek bagus dan layak untuk dibeli pada hari tersebut.
Rekomendasi saham ini bukan hanya disajikan untuk hari ini, melainkan ada juga rekomendasi saham mingguan sampai dengan empat bulanan.
Nah, tapi sekali lagi, rekomendasi ini seharusnya memang hanya dipakai sebagai bahan untuk kita melakukan analisis lebih lanjut ya.
Lalu, dari mana kita bisa mendapatkan rekomendasi saham hari ini?
4 Sumber Rekomendasi Saham Hari Ini
Berikut adalah beberapa sumber yang bisa kamu manfaatkan untuk melihat rekomendasi saham hari ini.
Media Online
Ada beberapa media online yang bisa kamu jadikan sebagai tempat untuk mendapatkan rekomendasi saham hari ini. Misalnya, CNBC Indonesia, Bisnis.com, dan Kontan.
Biasanya, di situ, kamu akan mendapatkan informasi pergerakan saham terbaru yang paling up to date, sekaligus analisis saham yang memiliki nilai beli menarik, dan tentunya rekomendasinya.
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bisa dibilang Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sumber resmi dari informasi-informasi penting mengenai saham. Tenang, semua informasi tersebut bisa kamu akses secara online, kok. Dan gratis!
Akses untuk memantau kegiatan di bursa saham ini adalah fasilitas gratis yang disediakan oleh BEI. Jika kamu ingin melihat kegiatan apa yang terjadi pada bursa sahamnya, masuk saja ke laman idx.co.id.
Namun, jika ingin mendapatkan informasi dan rekomendasi saham hari ini, kamu bisa mengaksesnya melalui laman idxchannel. Buka opsi market news dan semua informasi yang kamu butuhkan akan terpampang di situ. Apabila tidak ingin ketinggalan berita, kamu juga bisa mengikuti akun resmi media sosial BEI lho.
Komunitas Saham
Di masa yang sudah mengalami kecanggihan internet ini, dalam melakukan investasi, jangan pernah merasa sendirian. Ada banyak sekali grup atau komunitas yang berisikan para investor, baik senior maupun pemula. Di sana, para investor ini bisa saling bertukar pengalaman dan informasi yang dibutuhkan.
Jika kamu bergabung ke dalam komunitas tersebut, kamu akan dengan mudah mendapatkan informasi mengenai saham dan segala hal yang berhubungan dengannya. Dari situ, kamu bisa belajar melakukan analisis sendiri mengenai langkah apa yang bisa kamu ambil berikutnya. Dan pastinya, informasi mengenai rekomendasi saham hari ini pun akan bisa menjadi topik bahasan yang menarik di komunitas tersebut. Komunitas-komunitas seperti ini biasanya berkomunikasi dengan memanfaatkan media berkirim pesan seperti Telegram, Line, atau WhatsApp.
Situs Resmi Perusahaan Sekuritas
Saat ini, perusahaan sekuritas sudah menyediakan fasilitas rekomendasi saham harian yang bisa kamu akses pada situs resmi dan aplikasi investasi sahamnya. Rekomendasi tersebut bisa kamu akses secara gratis. Apalagi jika kamu sudah punya akun pada aplikasinya, biasanya disediakan berbagai data saham yang akan berguna untukmu.
Rekomendasi saham hari ini biasanya menjadi fitur unggulan pada aplikasi sekuritas, dan bisa menjadi bahan pertimbangan utama yang sangat recommended. Kenapa bisa begitu? Hal ini dikarenakan tim analis yang ada pada perusahaan sekuritas (seharusnya) memiliki skill yang baik, berasal dari sumber daya yang baik dan tentunya berpengalaman, sehingga hasil analisisnya pastilah sudah melalui berbagai tahapan dan bisa diandalkan sebagai bahan pertimbangan.
Apa pun sumber rekomendasi saham harian yang kamu percayai, tetaplah untuk berpegang pada keyakinan dirimu sendiri. Jangan sekadar menuruti semata, semua informasi dan rekomendasi yang ada secara sembarangan, walau mungkin sumber tersebut sudah tepercaya.
Setelah membaca dan mengetahui rekomendasi saham hari ini dari sumber yang kamu percaya, ada baiknya untuk tetap melakukan analisis pribadi dengan metode yang kamu yakini sendiri. Karena investasimu adalah tanggung jawabmu, tidak ada orang lain yang memegang tanggung jawab atas investasi yang kamu lakukan.
Akan lebih baik jika sebelum masuk ke dunia saham, kamu sudah memahami betul risiko yang bisa saja terjadi. Saat membeli saham sebagai bentuk investasi, ingatlah bahwa bukan hanya return yang tinggi yang bisa kamu dapatkan, melainkan juga ada beberapa macam risiko, seperti capital loss, risiko pasar, dan juga risiko likuiditas. Perlu kamu ingat juga bahwa rekomendasi saham hari ini yang cocok untuk investor lain, belum tentu cocok untuk kamu. Begitu pun sebaliknya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Saham dari Influencer? Boleh Saja, Tapi …
Tak ada yang salah dengan belajar saham dari mana pun, dari siapa pun. Faktanya, sekarang peluang untuk belajar investasi saham memang sudah sangat luas, seiring perkembangan teknologi yang terjadi belakangan ini.
Faktanya, minat investor retail pun meningkat, apalagi ketika pandemi dimulai di bulan Maret 2020. Tak hany jumlah investor di pasar modal yang meningkat pesat, kini pun banyak influencer atau publik figur serta konten kreator yang sharing seputar keuangan dan pernak-perniknya. Topik yang paling sering dibahas apa lagi kalau bukan soal investasi, terkhusus investasi saham.
Yes, topik investasi saham memang topik yang seksi banget untuk dibicarakan belakangan. Sayangnya, seiring waktu berjalan juga, banyaknya sharing ilmu dari para influencer justru menjadi dua sisi yang bisa berakibat bertentangan. Satu sisi, membuat orang semakin sadar dan melek pentingnya investasil; di sisi yang lain—karena sekadar tergiur oleh keuntungan semata yang sekilas tampak besar—justru malah membuat sejumlah orang terlibat masalah keuangan.
Nggak Ada yang Salah dengan Belajar Saham dari Siapa Saja
Iya, sekali lagi memang enggak ada yang salah kok belajar saham dari siapa saja. Termasuk ketika kamu belajar saham dari influencer. Apalagi kalau memang mereka berkompeten, punya ilmunya yang bener, pun punya pengalaman.
Bahkan, kita memang harus belajar dari mereka yang berpengalaman, karena kadang pengalaman itu mengalahkan teori. Yang di teori enggak ada, bisa saja dialami di pasar modal. Dan, itu belajarnya ya dari mereka yang sudah lebih dulu terjun ke instrumen ini.
Namun, kita harus tetap memilah. Pasalnya, investasi saham ini termasuk dalam pengelolaan keuangan pribadi. ‘Pribadi’ artinya ya kita sendiri yang akan menentukan. Kalau bisa mendapatkan profit, ya untungnya buat kita sendiri. Kalaupun rugi, kita sendiri juga yang akan menanggungnya. Para influencer yang suka sharing tip dan ilmu enggak akan berperan apa-apa di dalamnya.
‘Personal’ pada ‘personal finance’ juga artinya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing. Means that, kondisi dan kemampuan finansialmu bisa saja berbeda dengan kondisi dan kemampuan finansial influencer. Elon Musk, misalnya. Dia rugi puluhan ribu dolar di cryptocurrency juga enggak akan langsung jatuh miskin. Paling-paling hanya turun posisi saja dari peringkat nomor satu orang terkaya di dunia. Lah, kita? Hello?
Jadi, Harus Bagaimanakah Menyikapi Sharing Belajar Saham Para Influencer?
Ya, enggak harus gimana-gimana. Coba ikuti beberapa hal simpel berikut ini.
1. Mari kembali ke diri kita sendiri
Karena merupakan bagian dari personal finance, maka mari kita kembali pada diri kita sendiri. Selalu balik ke diri sendiri.
Mari kita selalu berpatokan pada kebutuhan kita sendiri, dan tentu saja, #TujuanLoApa; tujuan investasinya apa? Baru kemudian kita bisa tahu, apakah instrumen yang “ditawarkan” oleh para influencer sesuai dengan apa yang kita butuhkan, apa yang kita rencanakan. Biasanya sih, kalau bisa balik ke kebutuhan dengan mengenyampingkan cuan semata, kita lantas bisa berpikir dengan lebih bijak.
Ingat, bahwa kemampuan dan kondisi setiap orang berbeda. Cuan saham satu bagi orang lain, belum tentu mendatangkan keuntungan yang sama denganmu. Masalah modal yang berbeda, strategi yang berbeda, dan segala macam faktor bisa saja memengaruhi.
So, selalulah kembali pada diri sendiri, setiap kali kamu sedang bingung dalam proses berinvestasi.
2. Tergoda? Pisahkan alokasinya
Lagi belajar saham, dan ternyata kok banyak “tawaran” dari influencer itu menarik ya? Pengin coba juga euy! Siapa tahu rezeki?
Well, kalau memang maunya begitu, ya boleh saja. Tetapi, pakailah uang ekstra yang di luar pos investasi rutin kamu. Mungkin kamu mendapat bonus surprise dari kantor? Atau, ada sisa belanja yang kamu enggak tahu mau dipakai buat apa lagi? Kalau memang mencukupi sebagai modal, ya tak dilarang untuk kamu gunakan untuk nyobain berbagai instrumen investasi yang lagi nge-hype, termasuk saham-saham yang ditawarkan oleh para influencer itu.
Dengan menggunakan uang yang bukan alokasi investasi rutin, kamu pun tidak “membahayakan” investasimu sendiri, yang kamu lakukan untuk mencapai tujuan keuangan sesuai rencanamu. Dengan dana ‘dingin’ ini, kamu bisa siap untuk risiko besar yang mungkin terjadi, tanpa mempertaruhkan rencana masa depan, juga kebutuhanmu.
Tapi ingat ya, harus siap dengan segala risikonya. Risikonya apa, memangnya? Ya, merugi; dananya berkurang, bahkan modal habis. Saat modal habis, maka kamu harus berhenti. Bukan terus merasa penasaran, sampai-sampai menyabotase tabungan.
Disiplin, dan tentukan kapan harus berhenti, jika nantinya merugi.
3. Belajar saham juga dari sumber yang lain
Tak hanya belajar saham dari influencer, belajarlah juga dari sumber yang lain, yang tepercaya tentunya. Selalu cek dan ricek segala isu, berita, atau rekomendasi apa pun. Do your own research!
Seperti yang sudah sempat disebutkan di awal, bahwa ada banyak cara untuk belajar saham sekarang. Mulai dari membaca-baca artikel, menonton video di YouTube, mendengarkan podcast, hingga ikut berbagai kelas dan virtual. Lakukan investasi leher ke atas lebih banyak lagi, agar kamu bisa semakin bijak dalam berinvestasi saham, dan juga instrumen-instrumen yang lain.
So, apakah salah untuk belajar saham dari influencer? Tentu saja, tidak. Tinggal bagaimana kita menyerap yang bermanfaat dan sesuai, dan mengabaikan yang kurang sesuai. Be wise, and keep learning.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
7 Cara Investasi Sukses ala Warren Buffett, sang Peramal dari Omaha
Siapa investor paling sukses di dunia? Mungkin yang terpikirkan adalah satu nama ini: Warren Buffett, meskipun ada banyak sekali sederet nama investor lain yang sama suksesnya. Tapi, kita memang harus mengakui, bahwa pemilik Berkshire Hathaway inilah ‘empu’ dunia investasi.
Jika kamu menelusuri sosoknya, kamu akan dapat menemukan banyak profilnya di internet. Sepak terjangnya di dunia saham sudah puluhan tahun. Jam terbang dan keterampilan yang sudah master membuatnya dijuluki The Oracle of Omaha, sang peramal dari Omaha, saking setiap kata-katanya terbukti nyata terjadi di dunia pasar modal.
Kamu mau berguru darinya? Bisa kok, Warren Buffett terkenal enggak pernah pelit bagi-bagi ilmu. Berikut adalah rangkumannya, yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Kamu bisa mulai belajar dulu dari sini, kemudian lanjut mencari sumber yang lainnya nanti.
Cara Investasi Sukses ala Warren Buffett
1. Temukan guru yang tepat
Orang yang mau belajar, pasti harus dimulai dengan mencari guru yang tepat. Tak ketinggalan Warren Buffett. Di tahun 1949, ia membaca buku The Intelligent Investor yang ditulis oleh Benjamin Graham. Dari situlah, ia mengaku mendapat banyak pelajaran tentang investasi. Hal ini juga akhirnya membawa Buffett untuk kuliah di Columbia Business School, sekolah yang salah satu dosennya adalah Benjamin Graham.
Warren Buffett mengatakan, bahwa dalam perjalanannya, seorang investor bisa saja mengembangkan metode dan strateginya sendiri, tetapi pada titik awal, mau tak mau, ia harus berguru dulu pada orang lain. Ketepatan dalam memilih guru adalah kunci terbesar, karena akan menentukan akan jadi investor seperti apa kita ke depannya nanti.
2. Investasi pada diri sendiri
Setelah menemukan guru yang tepat, maka sekarang waktunya untuk belajar banyak darinya. Inilah yang disebut Buffett dengan investasi pada diri sendiri.
Buffett percaya bahwa aset terbesar yang bisa kita miliki dalam hidup adalah diri sendiri. Dengan berinvestasi pada diri sendiri, itu artinya kita telah memulai proses membangun kekayaan untuk jangka waktu yang sangat panjang.
Investasi sekarang, tuai hasilnya di masa depan. Ikutan kursus, mentoring, dan berbagai kelas; membaca buku-buku, artikel, atau gabung di berbagai webinar dari segala bidang ilmu sesuai minat.
3. Investasikan pada produk yang kamu pahami betul
Strategi investasi Warren Buffett yang terbesar adalah ia hanya mau berinvestasi pada produk yang benar-benar ia kenali dan akan berjalan jangka panjang. Jadi, kamu mungkin tak akan pernah melihat Buffett berinvestasi pada produk-produk yang baru banget atau yang sifatnya hanya musiman. Kripto, misalnya.
Bukan karena kripto adalah instrumenn yang enggak bagus, tetapi memang Buffett tidak punya ketertarikan dengan jenis instrumen ini, dan ia tak peduli meskipun lagi hype setinggi langit.
Berinvestasi pada hal-hal yang musiman atau lagi ngehype seperti ini memang bisa jadi akan bisa menghasilkan keuntungan dalam waktu yang singkat, tetapi biasanya juga harus segera direview apakah lanjut atau segera berhenti, sebelum hype-nya menghilang. Kalau sampai terlambat berhenti, bisa jadi kita malah menanggung kerugian.
So, paling penting adalah mengenali instrumen tersebut akan bisa diandalkan dalam waktu yang lama atau tidak, dan kemudian menyusun strategi yang sesuai.
4. Jadikan kebiasaan dan rutinitas
Investasi seharunya memang menjadi kebiasaan dan rutinitas yang kamu lakukan dalam hidup. Ya, kurang lebih sama saja seperti kamu harus membayar tagihan listrik, air, beli pulsa, beli gas, beli beras, dan lainnya.
Dengan menjadi kebiasaan dan rutinitas, lambat laun pasti kamu akan mendapatkan hasil, sesuai yang diharapkan.
Warren Buffett memulai perjalanan investasinya sejak usia 11 tahun. Sejak itu, ia—dengan sangat passionately—terus belajar berinvestasi. Hasilnya kamu lihat sendiri kan?
5. Dukung dengan gaya hidup yang sesuai
Apalah artinya investasi, kalau ternyata di kehidupan sehari-hari kamu sulit banget untuk hidup hemat?
Warren Buffett—meskipun merupakan salah satu orang terkaya di dunia—tak pernah bermewah-mewah. Ia tetap tinggal di rumah yang sama, yang dibelinya tahun 1958 hingga sekarang. Ia masih sarapan dengan menu hemat McDonald’s. Ia juga tetap mengendarai mobil tuanya, meskipun banyak karyawannya yang mendorongnya untuk beli mobil baru.
Gaya hidup hemat yang dijalani oleh Warren Buffett justru membuatnya jadi punya lebih banyak uang untuk diinvestasikan. Semakin banyak dan bertumbuh dana investasinya, semakin besar pula nilai kekayaan bersihnya.
6. Kelola utang dengan baik
Mungkin kita sepintas lalu juga sempat bertanya-tanya, orang sekaya Warren Buffett ngerasain ditagih kartu kredit berbulan-bulan enggak ya?
Faktanya, Warren Buffett memang tak punya utang kartu kredit. Ia juga membeli mobil secara cash. Ya, buat apa berutang, karena ia punya banyak uang? Tetapi, bukan di situ poinnya. Poinnya adalah Warren Buffett paham, bahwa sekali kita terlanjut memiliki utang, maka uang kita akan tergerogoti oleh biaya administrasi dan bunga.
Jadi, supaya dana investasi bisa lebih besar lagi, kurangi deh utang. Atau, seminimal mungkin, kelola utang dengan baik—jika memang butuh—agar terhindar dari denda, biaya admin, dan bunga tambahan yang bisa membuat keuangan kacau balau.
Segera lunasi utang, dan dengan begitu, alokasi investasi bisa lebih banyak lagi.
7. Sabar dan tidak emosional
Warren Buffett, sejak dulu, dikenal sebagai investor yang sangat fokus. Ternyata hal ini dipelajarinya dari Todd Combs, salah satu manajer investasi di Berkshire, yang memintanya untuk membaca dokumen-dokumen investasi dan laporan keuangan sebelum akhirnya membeli saham suatu perusahaan.
Dan memang begitulah seharusnya seorang investor yang sukses: sabar, tidak emosional, sehingga bisa mengendalikan diri saat krisis maupun ketika lagi ada yang hype. Tidak mudah panik, pun merasakan euforia berlebihan.
Hal ini akan banyak menyelamatkan kita dari bias dalam mengambil keputusan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Saham Adalah Judi? Cek Kebenarannya Yuk!
Meskipun data jumlah investor pasar modal bertambah hingga lebih dari 50% menurut data Bursa Efek Indonesia, tetapi ternyata masih banyak yang menganggap bahwa saham adalah judi.
Benarkah saham adalah judi? Apakah kamu juga salah satu yang beranggapan begitu? Bisa jadi, hal ini juga yang membuatmu masih saja ragu untuk melakukan investasi terutama pada saham.
Yuk, coba simak penjelasan berikut, apakah benar saham adalah judi. Semoga dengan begini, pemahamanmu tentang saham akan lebih baik.
Awal Munculnya Persepsi Saham Adalah Judi
Pastinya, semua juga ada sebabnya. Begitu juga dengan anggapan ini, dan sepertinya sih hanya sejauh kesalahpahaman saja.
Beberapa hal yang ada pada saham, yang bisa disalahpersepsikan dengan judi adalah:
1. Tidak adanya pertukaran barang fisik
Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, jual beli saham pun dilakukan dengan teknologi. Penyelesaiannya juga dilakukan melalui sistem pemindahbukuan, yang prinsipnya sama persis dengan transfer dana antarbank yang sering kamu lakukan.
Lalu, dengan adanya perpindahan dana ini, maka saham pun dipertukarkan. Kepemilikannya dibuktikan dengan pencatatan di perusahaan sekuritas.
Zaman dulu, ketika kita membeli saham, kita masih akan mendapatkan sertifikat efek fisik. Ada cetakannya, mirip ijazah sekolah. Sekarang, ada di rekening efek pada KSEI. Tidak ada lagi bentuk fisik. Karena itu, hal ini sering disalahkaprahkan, bahwa saham adalah judi, karena kita tak pernah “memegang” barang yang kita beli. Tidak ada wujudnya.
2. Banyaknya orang bertransaksi saham seperti judi
Hal ini juga banyak terjadi sekarang. Masih ingat kan, kasus orang-orang demam saham di awal pandemi, yang membuat mereka memborong saham-saham tertentu yang tengah diisukan hangat, dengan menggunakan dana hasil gadai BPKB, dana titipan arisan orang lain, bahkan dana hasil pinjol.
Tanpa melakukan analisis, mereka pun membeli saham yang “katanya” bakalan memberi keuntungan banyak dalam waktu singkat.
Lalu, hasilnya? Bisa kita lihat sendiri kan?
Hal inilah yang semakin meyakinkan anggapan bahwa saham adalah judi. Padahal ya, enggak gitu mainnya.
Judi biasanya dilakukan dengan spekulasi, tanpa analisis, hanya feeling, dan keberuntungan. Investasi dilakukan harus dengan dasar pengetahuan dan pemahaman yang cukup. Dalam investasi, ada rencana dan strategi, juga sistem, yang memengaruhi.
Judi dilakukan demi mencari untung besar dalam waktu singkat. Dalam investasi saham, tidak pernah ada rumus “untung besar, waktu singkat”. Yang ada adalah hight risk, high return. Agresivitas instrumen dilawan dengan horizon waktu yang panjang.
Judi itu mengharap keuntungan secara instan, sedangkan investasi saham butuh waktu untuk bisa menghasilkan keuntungan.
Agar Kamu Tak Berinvestasi Saham Seperti Berjudi
So, bisa dibilang, bahwa memang bisa saja saham adalah judi, jika kamu melakukannya seperti sedang berjudi. Misalnya berspekulasi, mengharap hasil instan, hanya ikut-ikutan orang tanpa melakukan riset dan analisis sendiri.
Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 juga menyebutkan, bahwa investasi saham dapat dianggap sesuai perintah agama, jika membeli saham syariah dan tidak melakukan transaksi yang dilarang sesuai ajaran agama, yaitu transaksi spekulatif.
Jadi, bagaimana supaya kamu bisa berinvestasi saham dengan benar, dan bukan berjudi?
1. Beli saham syariah
Di Bursa Efek Indonesia, ada loh saham-saham syariah yang bisa kamu pilih. Ada 2 jenis saham syariah:
- Saham yang dinyatakan memenuhi kriteria syariah berdasar atas peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
- Saham yang didaftarkan sebagai saham syariah oleh emiten yang bersangkutan, dengan berpedoman pada peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.
Ada 4 indeks saham syariah yang bisa kamu lihat-lihat, yaitu Indeks Syariah Saham Indonesia, Jakarta Islamic Index, Jakarta Islamic Index 70, dan IDX-MES BUMN 17. Kamu bisa mencari informasi lebih banyak tentang indeks-indeks saham ini di website Bursa Efek Indonesia langsung.
2. Lakukan riset dan analisis
Lakukan riset dan analisis setiap kali kamu hendak membeli dan menjual saham. Karena memang begitulah cara kerja investasi saham, dan yang tak membuat saham adalah judi.
Ada 2 teknik analisis yang bisa kamu lakukan, yaitu:
- Analisis fundamental, yang berfokus pada penggalian informasi seputar perusahaan penerbit saham, mulai dari laporan keuangannya, perkembangan bisnisnya, hingga kecenderungan pasar terhadap sektornya.
- Analisis teknikal, yang berfokus pada data historis harga saham yang ada di bursa.
Keduanya memiliki fungsinya sendiri-sendiri, yang bisa kamu terapkan sesuai kebutuhan dan tujuan investasimu.
3. Pakai dana yang halal dan sudah dialokasikan untuk investasi
Pakai dana yang halal untuk berinvestasi saham, bukan uang ‘panas’ apalagi yang sebenarnya akan kamu pakai untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban.
Alokasi dana investasi dalam rencana keuangan biasanya ideal pada 10% dari penghasilan rutin. Tentu angka ini bukan angka mutlak. Artinya, kamu bisa mengaturnya sesuai kondisi dan kemampuanmu.
4. Kelola risiko dengan baik
Kelola risiko dengan melakukan diversifikasi instrumen investasi seperlunya, sesuai dengan kebutuhan, tujuan, dan profil risiko yang kamu miliki.
Dengan demikian, jika terjadi apa-apa yang tidak diinginkan, tidak semua instrumen akan kena dampak. Ada instrumen lain yang bisa tetap menjadi pelindung aset.
Nah, gimana? Apakah kamu masih menganggap bahwa saham adalah judi setelah membaca artikel ini sampai di sini? Semoga tidak ya.
Cari tahu lebih banyak tentang saham dan juga berbagai instrumen investasi lainnya ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal pada Investasi Saham: Apa sih Bedanya?
Dalam investasi saham, kita perlu untuk mempelajari juga teknik analisisnya. Untuk apa? Tentu saja, agar kita dapat memilih saham terbaik, yang bisa memberikan imbal yang optimal demi tercapainya tujuan keuangan kita. Ada 2 teknik analisis yang bisa digunakan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Masing-masing analisis punya teknik dan manfaatnya sendiri-sendiri untuk kamu yang pengin berinvestasi saham dalam jangka menengah maupun panjang. Bisa juga loh, digunakan untuk trading, jika memang kamu berminat untuk menjadi seorang trader saham.
Teknik analisis ini akan dapat membantumu untuk memperhitungkan dan memproyeksikan sampai sejauh mana imbal yang bisa kita dapatkan dari satu saham yang diincar dan pengin dibeli. Kalau kamu bisa menguasainya dengan baik, kamu bahkan tak perlu pusing-pusing mencari rekomendasi saham sana-sini, dan bisa membuat keputusan sendiri.
Tapi, apa ya bedanya analisis fundamental dan analisis teknikal saham? Bakalan pusing nggak ya, kalau belajar keduanya? Kalau umpamanya belajar satu per satu dulu, mana yang bisa lebih dahulu dipelajari?
Banyak pertanyaan yang muncul, ya kan? Tapi mari kita awali dulu dari pengertian analisis saham itu sendiri.
Apa Itu Analisis Saham?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis artinya adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
So, bisa disimpulkan kalau analisis saham itu berarti penyelidikan atau penelaahan terhadap emiten penerbit saham tertentu, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terkait saham itu dan perusahaannya. Tujuan penyelidikan ini jelas, yaitu untuk menentukan apakah saham perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak.
Dalam melakukan analisis saham, ada 2 pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis Fundamental Saham
Prinsip analisis fundamental saham ini adalah melakukan penelaahan terhadap hal-hal yang bersifat umum dalam kinerja perusahaan atau emiten.
Saat melakukan analisis fundamental, kita akan banyak mencermati hal-hal mendasar yang terjadi pada sebuah perusahaan, misalnya melihat laporan keuangannya, meneliti neracanya, mengamati tingkat persaingan dan perkembangan bisnis ke depannya, hingga melihat juga kondisi makro dan mikro yang dapat membentuk sentimen hingga memengaruhi harga saham.
Karena cakupannya lebih umum, maka teknik pendekatan analisis fundamental ini akan sesuai digunakan oleh kamu yang memiliki tujuan investasi jangka panjang.
Analisis Teknikal Saham
Seperti istilahnya, teknik analisis ini akan dilakukan dengan pendekatan teknis terhadap statistik grafik historis harga saham. Kamu barangkali akan perlu untuk menelusuri berbagai grafik—salah satunya adalah yang berbentuk candlestick—dan juga utak atik rumus matematis. Di sini, kita juga akan banyak mengulik kecenderungan pergerakan tren, support and resistance, sampai waktu transaksi yang tepat.
Analisis teknikal dilakukan agar investor—dan juga trader—tahu kondisi pasar saat ini berdasarkan jejak rekam pergerakan harga di masa lalu, yang kemudian dapat diproyeksikan untuk pergerakan harga ke depannya.
Kayak meramal dong? Nggak juga sih, karena di sini ada hitung-hitungannya, dan hasilnya bisa cukup akurat. Nggak sama banget dengan meramal nasib perjodohan kamu dengan dia.
Analisis teknikal biasanya dimanfaatkan oleh para trader harian, demi bisa mendapatkan keuntungan optimal dalam jangka pendek. Tapi, banyak investor jangka panjang yang juga menggunakan analisis ini, karena dengan analisis ini, kita bisa memperkirakan dengan lebih akurat, kapan waktu yang tepat untuk membeli saham.
Jadi, Lebih Bagus yang Mana?
Nah, kalau ada pertanyaan yang lebih bagus yang mana, ya tak bisa tidak, kita harus kembali pada: #TujuanLoApa?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa masing-masing pendekatan analisis saham punya teknis dan manfaatnya sendiri-sendiri. Analisis fundamental akan lebih bagus digunakan untuk investasi jangka panjang, sedangkan analisis teknikal untuk trading jangka pendek.
Namun, sebenarnya keduanya ini juga saling melengkapi. Analisis fundamental yang kamu lakukan hasilnya akan lebih komprehensif jika juga kamu lakukan analisis teknikal. Begitu juga sebaliknya. Karena pada dasarnya, kita bisa memanfaatkan keduanya untuk sebaik-baiknya hasil yang bisa kita dapatkan.
So, mau belajar untuk analisis saham? Kebetulan nih, QM Financial punya kelas khusus untuk belajaar analisis saham. Tertarik? Yuk, cek jadwal kelas finansial online QM Financial, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!