5 Hal Tentang Investasi Saham yang Harus Diketahui oleh Pemula
Salah satu instrumen investasi yang sudah (dan semakin) populer belakangan ini adalah investasi saham, seiring dengan semakin sadarnya masyarakat mengenai pentingnya punya tujuan finansial yang jelas dalam hidup. Sejalan dengan hal tersebut pula, semakin banyak orang ingin tahu bagaimana mengelola keuangan pribadinya dengan lebih baik.
Yes, melakukan investasi saham biasanya diambil sebagai solusi pencapaian tujuan finansial bagi sebagian orang–ya terutama sih mereka yang memang sudah cukup berpengalaman berinvestasi.
Jika belum? Kecenderungan pasti akan memilih instrumen investasi lain yang lebih pemula-friendly, seperti deposito atau logam mulia.
Nah, bagi kamu yang sedang mencari informasi lantaran pengin mulai investasi saham, kamu sudah berada di tempat yang tepat. Yuk, kita cari tahu seluk-beluk investasi saham, secara mudah dan praktisnya, tentunya agar lebih mudah kamu pahami.
Apa Itu Saham?
Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, saham mempunyai makna surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor.’
Gampangannya, dengan kamu memiliki saham dari sebuah perusahaan, maka kamu merupakan salah satu pemilik perusahaan tersebut, yang kemudian berhak atas berbagai keuntungan yang mungkin ditawarkan.
Karenanya, saham juga dikenal sebagai salah satu bentuk dari surat berharga, lantaran ia menjadi bukti kepemilikan atas perusahaan itu tadi.
Mengapa Saham?
Saham dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang cukup agresif, dalam artian risiko yang mungkin terjadi sangat tinggi, begitu juga dengan imbal yang dapat kamu raih pun berpeluang tinggi.
Karena itu, banyak orang mencoba untuk mendapatkan keuntungan dengan jual beli saham, layaknya kita berdagang barang. Membeli saham murah, lalu dijual dengan harga yang lebih tinggi. Persis prinsip kalau kita berdagang kan, kayak jualan sembako atau jualan baju?
Hanya saja, memang butuh pengetahuan yang lebih untuk bisa berbisnis saham seperti ini. Ya, sama halnya dengan buka warung sembako, ada banyak hal yang harus dipersiapkan.
However, enggak semua tertarik pada saham karena ingin membisniskannya. Banyak juga yang memanfaatkan saham sebagai instrumen investasi demi mencapai tujuan finansial. Mereka ini–para investor–biasanya akan lebih cenderung mencari saham-saham dari perusahaan yang sudah mapan agar harga cenderung stabil, bahkan naik.
Nah, kamu termasuk yang mana nih? Yang pengin berbisnis saham ataukah investor yang pengin mendapatkan imbal hasil demi tujuan finansial? Keduanya punya tujuan yang berbeda, sehingga jalan yang harus ditempuh pun berbeda.
Baik pebisnis maupun investor demi tujuan finansial pribadi, dua-duanya perlu belajar dulu untuk bisa investasi saham. Gabung yuk, di kelas finansial online QM Financial, yang bisa kamu ikuti dari mana saja. Cek jadwalnya dan segera daftar di kelas yang kamu butuhkan. Spesial untuk kelas saham, QM Financial bekerja sama dengan The Indonesia Capital Market Institute lo! Jadi, kamu bisa belajar langsung dari ahlinya.
Siapa Saja yang Bisa Membeli Saham?
Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknologi finansial, memberikan kesempatan lebih luas pada siapa pun untuk ikut investasi saham.
Kalau dulu mungkin memang sih, saham itu cuma untuk orang berduit banyak. Karena butuh modal yang enggak sedikit. Pun kita harus datang ke perusahaan sekuritas, untuk mulai investasi saham.
Sekarang enggak lagi, thanks to perkembangan fintech! Banyak aplikasi mobile yang tersedia yang bisa kita manfaatkan untuk mulai investasi saham. Banyak pula edukasi literasi keuangan yang bisa kita baca dulu dengan mudah, demi mendapatkan bekal untuk mulai investasi (termasuk di QM Financial. Sudah follow Instagram dan subscribe di Youtube channelnya belum?)..
Untuk beli saham, sekarang juga bisa mulai dari sedikit-sedikit dulu. Kalau dulu, minimal pembelian harus ribuan lembar saham di awal. Sekarang enggak lagi. Kita bisa mulai dari beli 1 lot dulu, yang terdiri atas 100 lembar saham. Untuk nominalnya, ya tergantung harga saham yang kita beli. Ada yang seharga ratusan rupiah saja, sampai puluhan ribu rupiah per lembarnya. Tinggal dikalikan 100 lembar saja.
Yah, kalau boleh dikasih angka kisaran, dengan modal Rp100.000 – Rp500.000 saja, kita sudah bisa mendapatkan saham perusahaan elit.
Keuntungan Investasi Saham
Keuntungan yang bisa kamu peroleh dari investasi saham bisa datang dalam 2 bentuk:
Capital gain
Atau keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari selisih harga beli dan harga jual saham yang kamu miliki. Inilah yang biasanya menjadi target para pebisnis saham.
Misalnya begini. Kita beli beras seharga Rp15.000 per kilo. Lantas kita jual di warung sembako yang kita punya dengan harga Rp20.000 per kilo. Maka kita akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp5.000 per kilonya. Itulah capital gain yang kita dapatkan.
Dividen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dividen berarti adalah sejumlah uang yang berasal dari hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebuah perseroan.
Misalnya saja, kita membeli mobil. Lalu mobil tersebut disewakan sebagai taksi online. Setiap hari bisa narik penumpang, yang kemudian menambah pemasukan. Nah, kita bagi hasil dong dengan si supir taksi online-nya, misalnya. Bagi hasil yang kita peroleh itu bisa disebut sebagai dividen.
Kerasa kan, bedanya dengan capital gain?
Risiko Investasi Saham
Seiring dengan imbal yang tinggi, investasi saham juga mempunyai risiko yang tinggi juga. Beberapa risikonya adalah:
- Harga saham sangat fluktuatif, tergantung kondisi pasar uang dan pasar modal yang bisa saja dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal. Misalnya seperti kondisi ekonomi dan politik suatu negara.
- Risiko perusahaan bangkrut. Para pemegang saham akan menjadi prioritas terakhir untuk dibayar kembali investasinya setelah kewajiban perusahan terhadap stakeholder lain terpenuhi.
- Capital loss. Ketika investor menjual sahamnya dengan harga jual yang lebih rendah ketimbang harga beli.
- Saham perusahaan dikeluarkan dari list jual beli di Bursa Efek. Ada banyak alasan sehingga saham suatu perusahaan mengalami delisting, dan pastinya hal ini akan merugikan perusahaan itu sendiri juga pemegang sahamnya.
Nah, bagaimana? Sampai di sini semakin tertarik untuk investasi saham? Menantang banget kan?
Makanya, yuk, belajar dulu sebelum mulai benar-benar terjun ke kolam investasi! Hubungi QM Financial di nomor WhatsApp 0811 1500 688 ya!
Investasi di Reksa Dana Pasar Uang: 5 Hal untuk Diketahui
Dengan semakin meleknya masyarakat akan pentingnya investasi, maka beberapa instrumen investasi pun mulai dikenal dan populer di tengah kita. Salah satunya adalah Reksa Dana Pasar Uang.
Kalau sudah membaca artikel yang lalu, yang mengulas tentang 4 jenis reksa dana, pasti sudah tahu secara sekilas, apa itu Reksa Dana Pasar Uang. Atau mungkin malah sudah punya portofolionya?
Bagus! Tinggal sesuaikan saja dengan tujuan finansial kita, ya kan?
Well, artikel ini ditujukan untuk kamu yang masih galau memilih investasi. Atau, kamu yang punya profil risiko yang sangat konvensional, yang selama ini hanya nyaman nabung emas atau deposito.
Karena, kabar baik! Reksa Dana Pasar Uang bisa menjadi instrumen investasi yang sangat aman, sama dengan deposito, tapi kamu bisa mengharapkan untuk mendapatkan imbal yang lebih besar.
Tertarik?
Yuk, simak artikel ini sampai selesai, untuk berkenalan lebih jauh dengan Reksa Dana Pasar Uang ya.
Apa Itu Reksa Dana Pasar Uang?
Dari namanya sendiri sebenarnya sih sudah jelas, apa itu Reksa Dana Pasar Uang.
Reksa dana sendiri adalah sebuah usaha untuk mengumpulkan modal dari para investor untuk kemudian dana yang terkumpul tersebut diinvestasikan ke berbagai instrumen oleh manajer investasi. Nah, alokasi instrumennya sih tergantung permintaan, makanya ada 4 jenis reksa dana yang masing-masing berdasarkan porsi alokasi instrumen investasinya.
Karena dikelola oleh seorang manajer investasi–dan kita enggak perlu mikirin terlalu ribet dan pusing–makanya reksa dana ini merupakan salah satu instrumen investasi yang cocok untuk pemula.
Ibaratnya, kalau manajer investasi dirasa kurang maksimal kinerjanya, ya kita bisa dengan mudah memecatnya dan kemudian meng-hire manajer investasi lain yang baru.
Iya, semudah itu.
Nah, Reksa Dana Pasar Uang ini memungkinkan kita untuk berinvestasi secara 100% ke instrumen-instrumen pasar uang. Mulai dari sertifikat deposito, surat utang yang punya jatuh tempo kurang dari 1 tahun, hingga instrumen-instrumen lain yang kurang populer juga.
Karena manajer investasi punya modal besar–hasil pengumpulan dari investor–maka ia pun mendapat imbal yang juga lebih besar. Imbal inilah yang kemudian dibagikan lagi pada investor.
Keuntungan Reksa Dana Pasar Uang
Bisa Mulai dari Nominal Kecil
Untuk berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, kamu bisa mulai dengan Rp100.000 saja. Ini pastinya lebih ringan, ketimbang saham bluechip misalnya ya–yang kadang perlu modal sekitar Rp500.000 di awal untuk beli 1 lot saham doang.
Bahkan ini juga lebih ringan ketimbang nominal setoran tabungan deposito kan?
Jadi pasti cocok deh untuk kamu sebagai permulaan.
Imbal Lebih Besar
Suku bunga tabungan biasa, kalau kita cuma punya dana tersimpan kurang dari Rp1 juta, itu adalah 0%. Alias enggak dapat bunga. Yang ada, tabungan berkurang karena biaya administrasi.
Kalau di deposito, suku bunganya juga baru saja diturunkan lagi oleh Bank Indonesia, ke 5% per tahun.
Reksa Dana Pasar Uang memberikan imbal bisa sampai 7% setahunnya sekarang, bahkan lebih.
Semakin Mudah
Mau investasi apa saja sekarang semakin mudah, akibat dari perkembangan financial technology atau fintech yang luar biasa. Mau investasi, sekarang enggak harus ke bank atau datang ke kantor manajer investasi. Cukup pakai smartphone saja. Registrasi, enggak sampai sehari selesai dan kita bisa langsung mulai investasi.
Jika kita hendak menjual reksa dana dan mencairkan uang, prosesnya juga mudah. Paling butuh 1 hari saja, dana sudah akan ditransfer ke rekening tabungan kita. Bisa dilakukan kapan pun, tanpa tambahan biaya. Berbeda dengan deposito yang ada penalti jika mau dicairkan sebelum jatuh tempo.
Nah, ya segampang itulah investasi di Reksa Dana Pasar Uang.
Risiko Reksa Dana Pasar Uang
Ada imbal, ada risiko. Hukum ini berlaku di setiap investasi. Jadi, meski dibilang paling aman, tetap ada risiko yang menyertai investasi di Reksa Dana Pasar Uang. Apa saja?
Bisa terjadi wanprestasi
Enggak hanya ditempatkan di deposito, dana investasi Reksa Dana Pasar Uang juga bisa dialokasikan ke obligasi atau surat utang, yang notabene punya risiko gagal bayar.
Karena itu risiko Reksa Dana Pasar Uang tetap ada, namun tetap yang paling ringan di antara reksa dana lainnya.
Imbal berfluktuasi
Fluktuasi imbal yang kita dapatkan tergantung pada kondisi pasar. Berbeda dengan deposito yang punya bunga tetap, jika tak diturunkan oleh Bank Indonesia.
Tidak dijamin LPS
Reksa dana bukanlah produk perbankan, sehingga ia tidak akan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan, atau LPS. Namun, pada umumnya manajer investasi diawasi dengan ketat oleh OJK.
Tujuan Finansial
Karena dananya dialokasikan pada instrumen pasar uang yang rata-rata berjangka pendek, atau punya jatuh tempo kurang dari 1 tahun, maka Reksa Dana Pasar Uang cocok dipakai sebagai instrumen untuk investasi jangka pendek juga. Yaitu, berbagai tujuan finansial kurang dari 1 tahun.
Di Mana Bisa Investasi Reksa Dana Pasar Uang
Zaman sekarang investasi semakin mudah, kita enggak perlu datang ke bank atau ke kantor manajemen investasi, seperti yang sudah disebutkan di atas.
Mau investasi di Reksa Dana Pasar Uang? Tinggal registrasi saja melalui aplikasi fintech di smartphone, setelah kamu download dan instal aplikasinya.
Kamu akan hanya dimintai data diri, foto terkait identitas, dan buku tabungan (jika diperlukan). Beberapa fintech ada juga yang meminta kamu untuk ikutan kuis dan menjawab pertanyaan agar profil risikomu bisa diketahui.
Sudah itu saja. Mudah kan?
Kamu bisa belajar lebih banyak mengenai reksa dana–terutama Reksa Dana Pasar Uang–di kelas finansial online QM Financial. Mulai dari mengenali berbagai produknya, menghitung kebutuhannya, hingga bagaimana cara melakukan review atas investasi yang sudah kamu lakukan.
Mau? Cek jadwalnya, dan segera daftarkan dirimu ya!
Ketahui 4 Jenis Reksa Dana Sebelum Mulai Berinvestasi
Semakin banyak orang melek akan arti pentingnya berinvestasi. Hal ini seiring dengan semakin banyak orang yang concern atas masa depan masing-masing. Salah satu instrumen investasi yang belakangan ini semakin populer adalah reksa dana. Apakah kamu sudah tahu apa saja jenis reksa dana yang ada, yang bisa kamu manfaatkan untuk membantumu mencapai tujuan finansialmu?
Kalau belum, ayo, kita cari tahu lebih banyak mengenai beberapa jenis reksa dana yang banyak ditemui, agar kemudian kamu bisa memutuskan reksa dana mana yang cocok untuk tujuan finansialmu. Kesalahan dalam memilih reksa dana yang pas dengan kebutuhanmu bisa berakibat gagalnya pencapaian tujuan finansialmu lo. Gigit jari deh.
Simak artikel ini sampai selesai ya!
4 Jenis Reksa Dana yang Harus Kamu Kenali Lebih Dulu Sebelum Mulai Berinvestasi
1. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa Dana Pasar Uang merupakan instrumen investasi yang paling cocok dicoba oleh kamu yang baru mulai berinvestasi, lantaran risikonya yang paling rendah di antara instrumen investasi yang lain.Reksa dana ini cocok buat kamu yang punya tujuan finansial jangka pendek, kurang lebih 1 tahun saja.
Mengapa dianggap paling rendah risikonya? Ya, karena sejauh ini terbukti, jenis reksa dana ini paling stabil meski kondisi ekonomi sedang goyah. Kemarin-kemarin nih, saat terjadi perang dagang antara Amerika dan Tiongkok yang menyebabkan bursa saham memerah, Reksa Dana Pasar Uang tetap stabil memberikan imbal sebesar 5 – 6% setahun.
Jika kamu berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, maka 100% danamu akan diinvestasikan pada produk-produk pasar uang, seperti deposito, surat utang jangka pendek atau yang jatuh temponya kurang dari 1tahun, dan lain-lain. Makanya disebut sebagai Reksa Dana Pasar Uang.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap
Jangan tertipu oleh namanya. Reksa Dana Pendapatan Tetap bukan lantas berarti jenis reksa dana ini akan memberi kita pendapatan tetap setiap bulan layaknya gaji ya.
Disebut “pendapatan tetap” lantaran sebagian besar (80% lebih) dana yang kita investasikan akan di-“belanja”-kan pada obligasi atau surat utang. Obligasi–seperti yang bisa kamu baca pada artikel sebelumnya–akan memberimu kupon atau bunga yang besarnya sesuai ketentuan atau kesepakatan secara berkala dan teratur.
Makanya disebut sebagai “pendapatan tetap”.
Dari segi faktor risiko, Reksa Dana Pendapatan Tetap memang lebih berisiko ketimbang Reksa Dana Pasar Uang, namun tetap saja termasuk kecil–apalagi jika dibandingkan dengan Reksa Dana Saham yang akan kita bahas berikutnya. Jenis reksa dana ini cocok jika kamu manfaatkan untuk membantumu mencapai tujuan finansial jangka menengah hingga panjang, lantaran biasanya surat utang juga punya jatuh tempo antara 5 hingga 10 tahun.
3. Reksa Dana Saham
Reksa Dana Saham adalah jenis reksa dana yang akan menginvestasikan sebagian besar dana investor (80%-nya) ke instrumen saham, baru sisanya akan dialokasikan untuk instrumen pasar uang maupun obligasi.
Reksa Dana Saham merupakan jenis reksa dana yang mempunyai tingkat risiko paling tinggi di antara jenis reksa dana yang lain, karena sangat tergantung pada fluktuasi harga saham yang kadang sangat tajam. Namun juga reksa dana ini memiliki potensi memperoleh imbal yang paling tinggi. Ingat kan, dalil “high risk, high return”? Ini berlaku juga di Reksa Dana Saham ini.
Karena itu, Reksa Dana Saham jelas bukan instrumen yang aman untuk investasi jangka pendek, misalnya di bawah 5 tahun. Ya karena instrumen saham yang sangat fluktuatif tadi.
4. Reksa Dana Campuran
Reksa Dana Campuran memungkinkan manajer investasi untuk mengalokasikan dana investor ke berbagai instrumen pasar uang, obligasi, dan saham sesuai porsi masing-masing. Karena manajer investasi memiliki kebebasan untuk menentukan instrumen investasinya, maka porsi investasi dalam jenis reksa dana ini bisa sangat fleksibel dan beragam. Tujuannya untuk memperoleh imbal semaksimal mungkin dalam jangka menengah, antara 3 – 5 tahun.
Karena instrumennya bermacam-macam, maka tingkat risikonya juga menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan Reksa Dana Saham, namun lebih tinggi dibandingkan Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap. Sedangkan imbalnya, bisa jadi lebih tinggi ketimbang Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Pendapatan Tetap namun lebih rendah dibandingkan Reksa Dana Saham. Diversifikasi alokasi dana membuatnya jadi lebih terlindung terhadap fluktuasi pasar. Ya berpengaruh sih, tapi masih kecil.
Lalu, jenis reksa dana mana yang paling cocok untuk kebutuhan finansialmu?
Nah, hal ini bisa kamu ketahui dengan ikutan kelas finansial online QM Financial. Enggak hanya memilih jenis reksa dana yang pas, tapi kamu juga akan tahu bagaimana caranya menghitung kebutuhan investasi dan juga bagaimana caranya mereview investasi reksa dana yang sudah kamu lakukan.
Mau? Cek jadwalnya, dan segera daftarkan dirimu ya!
Investasi P2P Lending: Beberapa Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memulainya
Semakin maju teknologi, semakin berkembang pula berbagai aspek hidup. Termasuk juga dalam hal keuangan. Kalau dulu, kita hanya bisa mengelola keuangan melalui bank, sekarang enggak lagi. Dulu hanya orang yang punya duit banyak saja yang bisa berinvestasi, sekarang enggak lagi. Apalagi sekarang juga investasi P2P Lending, investasi berbasis teknologi terkini yang memungkinkan siapa pun untuk ikut berpartisipasi asalkan memenuhi syarat.
Apa itu investasi P2P Lending?
Investasi P2P Lending–atau peer to peer lending–adalah investasi peminjaman dana/modal antar pihak melalui platform digital atau online. Jadi seperti halnya marketplace sebagai tempat jual beli barang secara online yang mempertemukan penjual dan pembeli tanpa harus bertatap muka, platform P2P Lending mempertemukan calon peminjam dana dengan investor secara online.
Ini adalah model bisnis keuangan terbaru, yang berkembang sesuai perkembangan industri 4.0 berbasis digital.
Berbeda dengan pinjaman online–yang kemarin sempat diulas sedikit juga di web QM Financial ini–yang biasanya menawarkan pinjaman berlimit sedikit, berjangka waktu pendek, untuk keperluan pribadi yang bersifat mendesak, investasi P2P Lending biasanya menawarkan pinjaman dana untuk keperluan modal usaha. Karenanya, limitnya lebih besar ketimbang pinjaman online dengan jangka waktu lebih panjang.
Suku bunga pinjaman yang ditawarkan pada investasi P2P Lending juga lebih rendah, antara 16 – 30% per tahun. Enggak per hari seperti halnya pinjaman online.
Nah, sudah tahu ya, apa itu investasi P2P Lending dan apa bedanya dengan pinjaman online? Untuk tahu lebih banyak mengenai perbedaan investasi P2P Lending dan pinjaman online, kamu bisa saja baca artikel yang sudah tayang di QM Financial.
Lalu, apakah kamu tertarik juga untuk mencoba investasi P2P Lending? Coba simak dulu artikel ini sampai selesai ya.
5 Hal yang perlu diketahui mengenai investasi P2P Lending
1. Alur dan mekanisme P2P Lending
Dalam sistem yang sudah dipersiapkan di dalam platform, nantinya akan ada berbagai data terkait profil para calon peminjam dana. Kita sebagai investor bisa mengakses data melalui dasbor yang disediakan.
Sebelum memulai berinvestasi, hendaknya kita benar-benar cermat menelusuri data calon peminjam. Jika kita sudah menemukan profil peminjam yang sesuai, maka kita kemudian bisa langsung memberikan pinjaman setelah melakukan deposit.
Setiap bulan, peminjam akan mencicil pokok pinjaman berikut bunganya pada kita selaku investor.
Sederhana kan?
Para peminjam sendiri juga enggak serta merta disetujui pengajuan pinjamannya. Harus melengkapi banyak syarat dan ketentuan yang ketat, akan ada juga peluang pengajuan pinjamannya ditolak.
2. Ketahui platform investasi P2P Lending yang mempunyai izin dan diawasi OJK
Tidak semua platform fintech resmi dan terdaftar di OJK. Jangan ambil risiko dengan bekerja sama dengan fintech ilegal.
Sampai dengan September 2019, ada 127 fintech lending yang terdaftar di OJK, dan 13 di antaranya mengantongi izin. Cek terus di website OJK langsung mengenai perkembangan fintech ini, agar tak ketinggalan info.
3. Telusuri rekam jejak platform di internet dan media sosial
Yah, namanya juga teknologi baru, jadi semuanya masih berkembang. Demikian juga investasi P2P Lending ini. Salah satu indikasi apakah platform investasi P2P Lending ini profesional menjalankan bisnisnya adalah dengan melihat rekam jejak digitalnya di media sosial dan internet.
Coba follow akun-akun media sosialnya. Jika ia aktif mengedukasi, sharing, dan responsif terhadap follower, maka ini adalah pertanda baik. Namun, jika ada rekam jejak yang menunjukkan banyaknya keluhan atau kritik dari netizen pada platformnya, wah, sepertinya kita perlu mempertimbangkan ulang apakah kita harus tetap melakukan investasi di platform tersebut.
4. Ketahui risikonya
Setiap investasi selalu disertai risiko. Begitu juga dengan investasi P2P Lending.
Risiko terbesar yang bisa terjadi di investasi P2P Lending adalah risiko gagal bayar atau wanprestasi. Hal ini terjadi ketika peminjam dana tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari penyalahgunaan dana, peminjam mengalami kebangkrutan, hingga mungkin terjadi bencana alam.
Karena itu, riset mengenai latar belakang dan profil platform fintech sangat penting. Begitu juga dengan profil peminjam, demi meminimalkan risiko gagal bayar yang mungkin terjadi ini.
5. Pengelolaan yang tepat
Setelah menginvestasikan dana, akan baik tentunya jika kita juga mengelola investasi yang sudah kita lakukan tersebut. Caranya?
- Diversifikasi
- Hasil imbal diinvestasikan lagi, sehingga mendapatkan compound interest
Nah, memang kalau dilihat, proses investasi P2P Lending ini cukup sederhana ya? Tapi, ada baiknya kita belajar dan mencari informasi sebanyak-banyaknya dulu sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Gabung di kelas finansial online QM Financial yuk, untuk belajar serba-serbi investasi. Enggak hanya investasi P2P Lending saja, tetapi juga berkenalan dengan berbagai instrumen investasi lain. Cek jadwalnya ya, dan segera daftar di kelas yang kamu butuhkan.