5 Pelajaran Keuangan yang Kita Dapatkan Selama Pandemi
Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung tidak hanya membahayakan jutaan nyawa manusia di seluruh dunia, tetapi juga telah memberikan pukulan hebat bagi ekonomi global hingga resesi ekonomi pun diramalkan akan tiba. Krisis ini menjadi pelajaran keuangan yang tak akan terlupakan, sepertinya.
Well yeah, kadang, untuk menjadi paham dan mengerti akan sesuatu, kita memang harus lebih dulu terpukul oleh musibah, bencana, kecelakaan, kesalahan, dan sejenisnya sih. Begitu pula dengan masa pandemi sekarang ini.
Salah satu pelajaran keuangan terpenting yang bisa kita dapatkan selama pandemi adalah kesiapan finansial itu sangat penting, sehingga kita bisa menghadapi berbagai kondisi buruk secara efektif.
Nah, kali ini, mari kita bahas beberapa pelajaran keuangan yang diajarkan oleh krisis virus corona ini kepada kita.
5 Pelajaran Keuangan yang Kita Dapatkan Selama Pandemi Virus Corona
1. Jangan ambil utang yang tidak mampu kamu bayar
Pinjaman, bila dapat dikelola dengan baik, bisa menjadi salah satu “sarana” untuk memenuhi tujuan keuangan kita, misalnya seperti KPR atau kredit kendaraan. Utang kadang-kadang juga dapat membantu kita keluar dari keadaan darurat keuangan.
Namun, sangat penting bagi kamu untuk mengevaluasi kapasitasmu soal pembayaran cicilan. Adalah penting untuk melihat kemampuanmu sendiri dalam hal ini, karena utang yang tidak terjangkau tidak hanya dapat menghancurkan keuanganmu, tetapi juga dapat menyebabkan hilangnya aset berharga.
Belum lagi, utang juga dapat menyebabkan tekanan psikologis yang sangat besar di sepanjang jalan. Dan terutama selama masa-masa sulit seperti saat ini ketika kehilangan pendapatan bisa terjadi, membayar cicilan utang yang tidak terjangkau bisa menjadi lebih sulit meskipun ada stimulus relaksasi pinjaman dari pemerintah.
Pelajaran keuangan yang bisa didapatkan dari hal ini adalah jangan pernah berutang berlebihan, dan milikilah rencana darurat agar tetap dapat membayar kembali pinjamanmu tepat waktu.
Ingat, berani utang berarti berani bayar, apa pun kondisinya.
2. Selalu memiliki dana darurat yang memadai
Rencana darurat nggak akan lengkap tanpa dukungan dana darurat yang memadai.
Seharusnya sekarang kamu semakin paham akan pelajaran keuangan yang kedua ini: Betapa penting arti dana darurat ini ketika banyak di antara kita yang harus kehilangan penghasilan.
Dana darurat adalah jaring pengaman biaya hidup sehari-hari, ketika harus tetap hidup tanpa adanya pendapatan. So, mulai sekarang, pastikan dana darurat kamu setidaknya sebesar 6 – 12 bulan dari pengeluaran rutin. Taruh dana darurat di rekening tabungan, deposito, atau bisa juga di reksa dana pasar uang.
Mulailah membangun atau mengisi kembali dana daruratmu sekarang juga. Enggak ada kata terlambat kok.
3. Jangan hanya mengandalkan asuransi kesehatan yang disediakan kantor
Krisis akibat pandemi ini memaksa beberapa bisnis mengurangi karyawan, dan hal ini akan dapat memburuk jika ekonomi tidak bangkit kembali dengan cepat.
Jika hal ini terjadi, asuransi kesehatan menjadi salah satu hal yang mesti dipikirkan. Mungkin kamu selama bekerja mendapatkan benefit berupa tunjangan kesehatan dan diikutkan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Namun, ketika dengan sangat terpaksa kamu harus berhenti dari pekerjaanmu, tunjangan kesehatan ini bisa saja terhenti.
Ingat, sakit–terutama jika kamu harus menjalani rawat inap–bisa menjadi beban keuangan yang bisa menguras tabungan, bahkan bisa berujung utang.
Jadi, pelajaran keuangan yang bisa diambil dari krisis ini adalah pastikan kamu mengurus BPJS Kesehatanmu agar bisa tetap digunakan meski sudah bukan berstatus karyawan lagi.
4. Pentingnya asuransi jiwa
Jangan lagi menunda untuk memiliki asuransi jiwa.
Virus corona telah memakan banyak korban jiwa. Enggak bisa terbayangkan, jika mereka yang menjadi korban adalah tulang punggung keluarga. Bagaimana nasib keluarganya ketika sudah ditinggalkan? Pasti akan sulit; belum lagi sembuh masa berkabungnya, sudah harus stres memikirkan besok harus makan apa karena kehilangan penopang hidup.
So, ini juga menjadi pelajaran keuangan yang sangat penting bagi kita.
Yuk, mulai cari-cari info asuransi jiwa murni, yang bisa melindungi risiko keuangan yang harus ditanggung ketika kita mengalami musibah. Beri perlindungan pada orang-orang yang kita cintai.
5. Diversifikasikan portofolio investasi
Krisis akibat COVID-19 telah sangat memengaruhi sebagian besar instrumen investasi. Volatilitas pasar yang terjadi telah menghapus begitu saja imbal hasil yang sudha didapatkan selama bertahun-tahun. Suku bunga deposito merosot, bunga tabungan juga semakin rendah.
Namun, investasi emas secara nyata justru memberikan imbal yang menggembirakan. Selamat, untuk kamu yang sudah berinvestasi emas sekian lama, dan di krisis kali ini memetik hasilnya.
Pelajaran keuangan yang kita dapatkan kali ini adalah selalu diversifikasikan investasimu ke berbagai kelas aset dengan berbagai tingkat risiko dan imbal untuk meminimalkan risiko investasi secara keseluruhan.
Yang sama pentingnya adalah menyelaraskan investasimu dengan profil risiko, tujuan keuangan, dan rasio likuiditas keuanganmu yang paling ideal. Jangan hanya mengejar target pengembalian yang tidak realistis dari investasimu.
Terakhir, jangan dulu hentikan investasi sekarang, apalagi tanpa pertimbangan yang matang, karena semakin lama kamu berinvestasi, semakin besar peluangmu untuk mendapatkan pengembalian yang diinginkan.
Yuk, belajar lebih banyak agar bisa menyusun strategi rencana investasi yang sesuai dengan tujuan keuanganmu, terutama ketika nanti pandemi ini berakhir. Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Harga Emas Naik Nggak Kira-Kira: 5 Fakta Emas sebagai Instrumen Investasi
Sudah mengamati pergerakan harga emas akhir-akhir ini? Beberapa waktu yang lalu, harga emas naik nggak kira-kira sampai menyentuh angka Rp963.000/gram. Ini merupakan rekor harga emas tertinggi sepanjang masa!
Ada yang sempat “mengubahnya” menjadi fresh cash demi mendapatkan tambahan dana darurat dalam bentuk uang tunai? Kalau dulu belinya pas masih di harga Rp500.000-an, wahhh … selamat! Tambahan dana daruratnya lumayan juga dong ya.
Sering banget mendengar saran–terutama dari orang-orang tua–bahwa investasi emas itu adalah cara paling pintar untuk menabung. Kalau lagi kondisi harga emas naik seperti sekarang ini sih, saran ini harus diamini. Tapi, bener enggak sih, harga emas naik terus setiap tahunnya–atau stabil terus–sehingga dengan demikian emas adalah investasi yang paling aman dan menguntungkan?
Nah, mari kita lihat fakta-faktanya.
Harga Emas Naik: Benarkah Emas Merupakan Investasi Paling Menguntungkan?
1. Harga emas tidak selalu naik
Coba lihat grafik yang bisa ditemukan di situs goldsilverworlds berikut ini, yang menunjukkan pergerakan harga emas dalam 100 tahun terakhir.
Kalau dicermati, apakah harga emas naik terus? Faktanya, harga emas dulu flat banget. Kemudian melonjak tajam, dan ada pula saat-saat ketika harga emas turun secara drastis.
Lalu amati grafik berikut, yang memperlihatkan harga emas dimulai tahun 2014 hingga 2019 kemarin.
Ada bagian di mana emas turunnya enggak kira-kira.
Jadi, apakah harga emas selalu naik? Jawabannya, enggak. Emas di Indonesia harganya mengikuti harga emas dunia yang diperdagangkan dalam dolar. Konversi Rupiah dan Dolar AS yang berfluktuasi sesuai kondisi membuat harga emas di Indonesia juga unpredictable, selain juga karena faktor-faktor lain yang juga akan kita bahas beberapa di poin berikutnya.
2. Harga emas juga sensitif
Selain karena terpengaruh akan konversi antara Rupiah dan Dolar AS, ada berbagai hal yang juga bisa membuat harga emas naik maupun turun. Di antaranya:
- Hukum supply vs demand, yang merupakan hukum alam dalam perdagangan komoditi apa pun.
- Penyesuaian suku bunga juga bisa membuat harga emas naik atau turun. Ketika suku bunga simpanan naik, maka akan banyak investor melepas emas dan lebih memilih menyimpan uang dengan harapan memperoleh keuntungan lebih dari bunga yang lebih tinggi. Hal ini membuat harga emas turun. Demikian pula sebaliknya, sesuai hukum perdagangan yang berlaku.
- Isu global, seperti sekarang, saat terjadi wabah penyakit yang mendunia, harga emas pun terpengaruh. Ancaman resesi akibat COVID-19 membuat investor akan terus mencari perlindungan dari emas, setidaknya sampai akhir tahun 2020 ini.
Sehingga, dengan demikian bisa disimpulkan nih, bahwa harga emas juga sensitif mengikuti kondisi. Memang tidak serapuh harga saham, yang kena senggol sedikit saja bisa terguncang, tetapi harga emas juga tak sestabil itu.
3. Emas adalah komoditi
Yes, ini sudah disinggung di poin kedua di atas.
Selain menjadi instrumen investasi–yang memungkinkan emas dibeli dalam bentuk batangan–emas juga dibutuhkan untuk industri, seperti untuk industri perhiasan (India dan Tiongkok adalah dua negara pengonsumsi emas utama sebagai negara penghasil perhiasan terbesar di dunia), alat medis, dan sebagainya.
Saat permintaan pasar tidak bisa dipenuhi oleh supply, maka saat itulah harga emas naik. Demikian pula sebaliknya, ketika emas banyak dijual ke pasar oleh para investor, harganya pun turun.
As simple as that.
4. Harga buyback selisihnya lumayan juga
Saat artikel ini ditulis (6 Mei 2020), posisi harga emas ada di Rp913.000 per gramnya. Saat kamu membelinya, lalu misalnya karena satu lain hal, kamu harus menjualnya kembali dalam beberapa jam atau hari, maka emasmu “hanya” akan dibeli di kisaran Rp812.000.
Yes, kamu “kehilangan” Rp101.000–jumlah yang cukup lumayan, ya kan?
Harga buyback emas memang cenderung akan jauh lebih rendah ketimbang harga beli di hari yang sama. Kamu baru bisa mendapatkan keuntungan dari selisih harga ini ketika emas yang kamu beli di posisi Rp547.000 di tahun 2017, dan hendak kamu jual hari ini dengan harga beli Rp812.000.
Wow! Dengan 5 gram emas yang dijual saja, kamu sudah punya tambahan dana darurat yang lumayan dan bisa dipakai untuk menyambung hidup.
5. Bukannya tanpa risiko
So, apakah emas merupakan investasi yang aman, tanpa risiko? Enggak juga.
Dengan harga emas naik turun sesuai kondisi pasar dan faktor lainnya seperti yang sudah dijelaskan di atas, emas tidak terbebas sama sekali dari risiko, dan hal ini harus 100% kamu sadari dan pahami jika ingin berinvestasi pada emas.
Karena itu, adalah penting untuk menyesuaikannya dengan tujuan keuangan kita sendiri.
Nah, sudah ada gambaran yang lebih jelas kan sekarang, mengapa harga emas naik turun dan bagaimana pula harus menyikapinya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Strategi Mengembalikan Dana Darurat
Dana darurat memang akan menolong di saat-saat darurat. Makanya, jangan remehkan keberadaannya. Seperti di saat krisis seperti sekarang. So, it’s ok jika kita memang harus mempergunakannya, apalagi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penghasilan juga lagi “menyesuaikan”, bukan? Tapi, buatlah komitmen untuk mengembalikan dana darurat begitu kondisi sudah memungkinkan.
Bagaimana strategi terbaik untuk bisa mengembalikan dana darurat ini? Kamu pasti tahu, bahwa jumlah dana darurat yang paling ideal itu juga enggak sedikit kan? Besarnya adalah sebagai berikut:
- Lajang: 4 x pengeluaran bulanan
- Menikah: 6 x pengeluaran bulanan
- Menikah 1 anak: 9 x pengeluaran bulanan
- Menikah, 2 anak atau lebih/Wirausaha/Freelance: 12 x pengeluaran bulanan
Bisakah kita mengembalikan dana darurat yang sudah kita pakai dan mencapai jumlah ideal ini? Bisa! Iya, mari kita optimis, dan lakukan beberapa langkah berikut.
5 Strategi Mengembalikan Dana Darurat
1. Financial check up
Selalu awali dengan financial check up, yaitu proses untuk memeriksa kondisi keuangan kita. Setelah kemarin kita kalang kabut lantaran kebutuhan yang berubah, pun punya kebiasaan keuangan yang baru, terus kondisinya sekarang kayak apa?
Setelah financial check up, kamu akan mengetahui posisi aset lancar sekaligus berbagai kewajiban yang ada (termasuk posisi utang) sekarang. Dengan demikian, kamu akan dapat merencanakan untuk mengembalikan dana darurat dengan lebih baik.
2. Sisihkan di awal
Selalu sisihkan di awal, karena dana darurat bisa dibilang sebagai salah satu tujuan keuangan yang paling penting dan urgent untuk segera dicapai.
Jangan tunggu uang sisa setiap bulannya, karena enggak akan pernah ada uang sisa. So, begitu kamu dapat gaji atau penghasilan apa pun, selalu sisihkan di awal untuk masuk ke pos dana darurat ini.
3. Tempatkan di instrumen yang tepat
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi instrumen dana darurat yang paling tepat, yaitu harus mudah diakses dan mudah dicairkan.
Setidaknya taruh dana darurat sebesar 1 bulan pengeluaran di rekening tabungan biasa. Buka rekening khusus, kalau perlu ya. Selanjutnya, kamu bisa menaruh sisa dana darurat di:
- Deposito
- Logam mulia
- Reksa dana pasar uang
- Reksa dana pendapatan tetap
Jangan taruh dana darurat di instrumen yang terlalu agresif maupun yang susah dicairkan. Nanti kalau butuh, kita malah jadi pusing sendiri.
4. Kendalikan pengeluaran
Iya, mungkin kalau mau mengembalikan dana darurat sejumlah besaran yang ideal akan berat bagi sebagian orang. Katakanlah, kita punya pengeluaran Rp7 juta/bulan, sedangkan kita sudah menikah dan punya anak satu. So, dana darurat yang ideal seharusnya mencapai Rp63 juta. Jumlah yang enggak sedikit kan?
Jangan khawatir, jumlah itu enggak harus langsung terpenuhi semuanya kok. Kamu bisa mengembalikan dana darurat sebesar 2 – 3 kali pengeluaran bulanan lebih dulu sebagai target pertama, selanjutnya asalkan kamu bisa menyisihkan sedikit demi sedikit bersama dengan tujuan keuangan lainnya, itu akan sangat baik adanya.
Tekan pengeluaran yang enggak penting, dan kendalikan belanja, agar kamu bisa lebih banyak menyisihkan uang. Memperpanjang masa penghematan tentu enggak akan terlalu sulit kan, setelah masa krisis terlewati nantinya.
5. Diversifikasi
Don’t put your eggs in one basket.
Paham kan? Jangan hanya mengandalkan satu instrumen sebagai wadah untuk mengembalikan dana darurat. Di poin ketiga di atas, ada beberapa pilihan instrumen yang bisa dimanfaatkan untuk tempat menyimpan dana darurat. Kamu bisa mengalokasikannya sesuai rencanamu.
Setelah masa krisis akibat pandemi virus korona ini berakhir, kamu pasti semakin paham betapa pentingnya memiliki dana darurat kan?
Jika kemarin kamu masih suka ‘nakal’, maka selanjutnya mungkin kamu akan bisa berpikir lebih bijak. Dana darurat itu penting banget untuk kita miliki, dan hanya boleh dipakai di saat-saat yang benar-benar genting. Dan, midnight sale, liburan, konser, dan sejenisnya itu bukan termasuk ‘kondisi darurat’.
Lesson learned, semoga kita semua semakin bijak menyikapi kondisi. Tetap semangat untuk mengembalikan dana darurat yang sudah kamu pakai ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Mengumpulkan Dana Menikah dalam 5 Langkah
Sebentar lagi akan mengakhiri masa lajang? Congrats, kalau begitu ya! Pastinya sekarang pikiran lagi mbulet, karena memikirkan acara pernikahan yang sebentar lagi dilangsungkan. Biasanya sih yang jadi masalah pertama yang muncul adalah gimana caranya mengumpulkan dana menikah.
Mumpung sudah masuk Februari–yang biasanya identik dengan bulan romantis–maka, mari kita mulai bahasan di bulan ini dengan share tip mengumpulkan dana menikah, shall we?
Dana menikah–paling ideal sih–harus sudah disiapkan sejak beberapa tahun sebelumnya. Yah, katakanlah 2 – 3 tahun sebelum acara pernikahan dilangsungkan. Tapi, seandainya enggak, juga nggak masalah sih. Kan, selalu ada jalan kalau memang sudah ada niat kan?
Terus, gimana caranya menyiapkan dan mengumpulkan dana menikah sebanyak itu? Dari mana harus mulai? Kadang, karena begitu banyak PR yang harus diselesaikan, kita jadi ngeblank deh, nggak ngerti harus mulai dari mana. No worries, cobalah untuk mulai dari beberapa langkah menyiapkan dana menikah ala QM Financial berikut ini.
5 Langkah Menyiapkan dan Mengumpulkan Dana Menikah
1. Sepakati konsep pernikahan
Acara pernikahan biasanya akan melibatkan banyak pihak–sekampung! Maka, perlu untuk menyepakati konsepnya sejak awal. Enggak hanya mendiskusikannya dengan (calon) pasangan, tetapi juga dengan keluarga besar. Apalagi jika nanti, acara ini juga akan disponsori oleh keluarga–dalam artian, enggak cuma calon pengantin yang membiayai keseluruhan acara.
Apalagi jika ada tradisi-tradisi tertentu–namanya juga di Indonesia kan? Biasanya banyak upacara adat yang harus disiapkan juga.
So, mau pakai acara atau tradisi yang seperti apa nanti? Pengin menjalani upacara adat lengkap, atau sebagian saja menurut kepercayaan dan keyakinan kalian sebagai generasi kekinian? Pengin konsep pesta resepsi seperti apa? Pesta di hotel mewah, di rumah, pesta kebun, atau cukup di KUA saja, terus selanjutnya langsung tamasya?
Apa pun keputusannya, jadikanlah konsep hasil diskusi bersama ini sebagai garis start untuk memulai rencana acara pernikahanmu.
2. Survei
Langkah kedua dalam menyiapkan dana menikah adalah survei.
Survei apa? Ya segala hal yang akan diperlukan dalam acara pernikahan nanti. Mulai dari gedung (karena biasanya inilah yang paling susah dicari, apalagi kalau kamu memilih tanggal pernikahan dengan angka cantik), katering, makeup, baju, dekorasi, suvenir, undangan, fotografi dan videografi, hingga MC.
Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya ya, lalu catat masing-masing untuk kemudian bisa kamu komparasi satu sama lain. Enggak hanya memilih yang paling murah, tapi kamu harus mencari yang sepadan dan pastinya harus disesuaikan dengan bujet serta kemampuan.
Maksudnya bagaimana?
Misalnya saja, vendor A menawarkan harga Rp10 juta untuk suvenir, undangan, sekaligus sesi foto-foto prewedding. Vendor B menawarkan harga Rp6 juta hanya suvenir dan undangan. Mungkin kamu perlu mempertimbangkan untuk memilih yang sudah paket lengkap saja, demi penghematan energi dan tenaga.
Itu hanya contoh saja ya. So, selalu buka diskusi–terutama dengan calon pasangan–untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan.
3. Buat anggaran
Setelah data yang kamu perlukan lengkap, maka selanjutnya kamu bisa melanjutkan tahap menyiapkan dan mengumpulkan dana menikah dengan membuat anggaran.
Buatlah secara terperinci, apa saja yang kamu butuhkan, mulai dari upacara adat yang mungkin dilaksanakan hingga resepsinya. Bahkan, kamu juga sekalian membuat anggaran untuk honeymoon, jika memang berencana pengin bulan madu berdua.
4. Komitmen
Setelah ada anggaran yang lengkap sedetail mungkin, maka selanjutnya kamu dan pasangan masing-masing harus berkomitmen untuk bersama-sama mengumpulkan dana menikah sesuai kesepakatan.
Kalau perlu, masing-masing membuat rekening khusus untuk dana menikah, yang sebaiknya terpisah antara pasangan. Jadi, kamu punya sendiri, begitu pun dengan calon pasanganmu.
Sepakatilah–dengan memperhitungkan dana yang harus dicapai dan jangka waktunya–masing-masing harus menabung seberapa banyak. Untuk itu, masing-masing juga harus berkomitmen untuk mengurangi pos-pos lain yang sekiranya bisa dikurangi ataupun ditunda. Misalnya, kurangi dulu nongkrong di kafe, bawa bekal makan siang dari rumah alih-alih selalu pesan makanan online, dan berbagai cara penghematan lainnya.
5. Pilih instrumen yang paling sesuai
Kalau waktu untuk mengumpulkan dana menikah ini mepet, mungkin kamu hanya bisa menyimpannya dalam bentuk tabungan.
Tapi, kalau masih ada waktu, mungkin 2 – 3 tahun lagi, kamu bisa menginvestasikannya di instrumen yang tepat. Misalnya saja, di reksa dana pasar uang.
Misalnya saja, dengan nilai tabungan awal Rp10 juta, kemudian kamu berdua dengan pasangan bisa menabung Rp5 juta setiap bulannya, dengan imbal balik 11%, maka di tahun ketiga kamu kira-kira bisa mendapatkan hasil sebesar Rp200-an juta. Ini dihitung dengan kalkulator salah satu manajer investasi yang cukup bereputasi.
Lumayan kan? Rp200 juta cukup bangetlah ya, untuk acara dan resepsi pernikahan yang enggak terlalu mewah, tapi juga nggak sederhana-sederhana banget.
Nah, gimana? Siap untuk merencanakan keuanganmu untuk mengumpulkan dana menikah sekarang?
Good luck dan, sekali lagi, congrats ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Asuransi Unit Link: 3 Hal Terbesar dan Paling Prinsip yang Harus Dipahami
Asuransi unit link merupakan salah satu produk keuangan yang paling banyak ditawarkan oleh institusi keuangan. Banyak orang juga tertarik untuk menjadi nasabah lantaran beberapa keuntungan yang biasanya dijanjikan oleh para agen penjualnya.
Salah satu keuntungan yang memang sangat menggiurkan adalah kita bisa mendapatkan 2 manfaat sekaligus, yaitu perlindungan (asuransi) dan investasi. Jadi, enggak perlu repot-repot harus mengurus premi tersendiri, seperti halnya asuransi jiwa, dan kemudian berinvestasi sendiri–misalnya di reksa dana atau saham ataupun produk investasi yang lain.
Dengan unit link, seolah-olah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Hmmm, tapi bener gitu enggak sih? Sebermanfaat itu, sebaik itukah produk ini?
Untuk memahaminya, kita memang perlu untuk paham dulu dengan beberapa pengetahuan dasar mengenai asuransi unit link. Simak terus artikel ini sampai selesai ya.
Apa Itu Unit Link
Ada satu hal terbesar yang membuat banyak orang enggan untuk mempunyai ataupun membeli polis asuransi jiwa murni, yaitu seakan-akan kita mengeluarkan uang untuk sesuatu yang belum pasti dirasakan manfaatnya. Seolah-olah, kita membayar for nothing.
Berbeda dengan produk satu ini yang menawarkan “paket lengkap”: asuransi sekaligus investasi. Karena menjadi paket lengkap inilah, maka unit link bisa laris manis. Produk ini menjanjikan pertambahan nilai terhadap uang yang kita keluarkan, lantaran dana juga dialokasikan ke produk investasi. Hingga pada tahun tertentu, biasanya perusahaan asuransi akan menjanjikan kita tidak perlu membayar premi lagi karena nilai polis bisa dipenuhi dari nilai investasi yang sudah didapatkan.
So, apa itu asuransi unit link?
Asuransi unit link adalah produk asuransi yang menawarkan perlindungan terhadap kerugian ekonomi yang mungkin terjadi akibat kecelakaan, musibah, ataupun risiko-risiko lain yang bisa terjadi selama hidup dengan biaya premi yang diambil dari kumpulan investasi yang dilakukan oleh si pemegang polis.
Cara Kerja Asuransi Unit Link
Sangatlah penting untuk memahami cara kerja suatu produk keuangan, agar kemudian kita bisa memilih instrumen yang sesuai dengan tujuan finansial kita. Demikian pula dengan instrumen keuangan yang satu ini.
Ilustrasi yang tergampang mengenai cara kerja asuransi unit link adalah seperti berikut ini:
1. Pembayaran premi
Premi yang kita bayarkan akan dipotong dulu untuk membayar biaya-biaya operasional, mulai dari biaya administrasi, biaya alokasi premi, dan biaya pengelolaan investasi. Jika diakumulasikan, biaya-biaya ini cukup besar juga memotong harga premi yang kita bayarkan. Biasanya kita akan diwajibkan membayar premi dasar selama 5 tahun penuh di awal.
Setelah dipotong biaya-biaya, baru kemudian dana kita sebagai nasabah akan diinvestasikan ke instrumen investasi yang dipilih. Dari investasi ini, kita lantas (diharapkan) mendapatkan imbal.
Jadi, besarnya dana yang diinvestasikan itu adalah nominal yang sudah dipotong administrasi.
2. Hasil investasi dipakai untuk membayar premi dan biaya lain
Setelah investasi menghasilkan imbal, maka hasil investasi ini akan dipakai untuk membayar biaya asuransi jiwa, biaya asuransi tambahan (rider), dan biaya operasional (administrasi).
So, bisa dilihat ya, bahwa kita harus melakukan 2 kali pemotongan dana, yaitu pemotongan nilai premi untuk membayar biaya operasional di 5 tahun pertama (berarti nilai investasi kita = 0), dan kemudian imbal investasi kita juga dipotong untuk biaya asuransi, selama polis masih hidup.
3. Nilai polis
Dengan demikian, setelah semua pemotongan sana-sini itu, barulah kita mendapatkan nilai polis bersih, yang bisa kita ambil sebagai dana pendidikan ataupun dana pensiun.
Kalau nilai investasinya masih sedikit, dan kemudian masih juga dipotong untuk biaya-biaya itu, terus gimana dong? Ya, bisa jadi, kita tidak bisa mengambil apa pun dari apa yang sudah kita berikan pada perusahaan asuransi.
Kalau minus? Ya, di sinilah berarti nasabah harus melakukan topup dana di luar biaya premi yang sudah disepakati di awal. Kalau enggak mau topup? Ya, polis berhenti, dan sebagai akibatnya tidak bisa meneruskan fasilitas proteksi.
Sehingga nilai polis kita itu tergantung pada 2 elemen:
- Besarnya premi yang kita bayarkan, yang disebut dengan premi dasar.
- Kinerja imbal investasi yang dilakukan oleh sang manajer investasi di perusahaan asuransi tersebut, yang dipengaruhi pula oleh pilihan instrumen investasi. Berbeda dengan reksa dana–yang kalau kita merasa manajer investasinya kurang cakap, kita bisa dengan mudah “memecatnya”–di sini kita mau enggak mau harus melanjutkan investasi lantaran ada asuransi yang menjadi risikonya.
Risiko Unit Link
Memang banyak orang tergiur pada perkawinan antara proteksi dan investasi pada asuransi unit link ini, tapi saya sering juga menemukan banyak orang yang mengutarakan kekecewaannya, lantaran nilai investasi unit link yang diikutinya terus menurun, hingga kemudian perusahaan asuransi memintanya untuk melakukan topup dana.
Pertanyaan terbesarnya adalah, mengapa nilai investasinya meluncur turun saat dibutuhkan (untuk menyekolahkan anak, dan tujuan finansial lainnya yang sudah ditentukan sejak awal)? Dan, di saat butuh uang, mengapa nasabah malah diminta untuk topup dana (meski sudah disiplin membayar premi dasar)–kalau enggak di-topup maka rider asuransinya akan terhenti?
Nah, inilah yang kurang dipahami oleh para pemegang polis asuransi unit link.
Bahwa setiap bentuk dari investasi selalu disertai dengan risiko. Besar kecilnya risiko tergantung pula pada jenis dan produk investasinya. Yang pasti prinsipnya, high risk high return.
Sebagian dari premi kita memang diinvestasikan oleh perusahaan asuransi ke berbagai instrumen investasi, mulai dari saham, obligasi, dan produk lainnya. Sehingga, bisa saja terjadi, di satu titik kita tidak mendapatkan imbal sama sekali dari investasinya–atau bahkan malah dana kita menurun lantaran harga saham, obligasi, ataupun instrumen investasi lainnya ini jatuh.
Padahal, risiko investasi akan selalu ditanggung oleh investor–dalam hal ini adalah pemegang polis. Bukan perusahaan asuransinya, bukan pula agen penjualnya. Jadi, kita sendirilah yang harus bertanggung jawab.
Nah, semoga setelah membaca penjelasan singkat ini, kamu sekarang lebih paham mengenai asuransi unit link, dan kemudian bisa memutuskan apakah produk ini sesuai dengan tujuan finansialmu.
Kalau memang sesuai, dan kamu juga paham betul risiko asuransi unit link ini dan tetap pengin membeli polisnya, then go for it. Namun tetap ingat ya, bahwa setiap keputusanmu terkait keuanganmu maka akan menjadi tanggung jawabmu pribadi.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Investasi Properti: 3 Hal untuk Diketahui Sebelum Memulainya
Salah satu bentuk aset aktif yang sering dimanfaatkan untuk mendapatkan passive income–atau pendapatan pasif–adalah investasi properti.
Jenis investasi ini sepertinya juga menjadi favorit cukup banyak orang, lantaran beberapa keuntungannya dibandingkan instrumen investasi yang lain. Nilainya yang cukup besar memungkinkan kita mendapatkan keuntungan yang juga besar, dengan risiko yang relatif kecil.
Nah, mungkin ada di antara kamu yang sekarang juga sedang mempertimbangkan untuk mulai membangun aset aktif berupa properti ini demi tujuan finansialmu? Yuk, ikuti artikel ini sampai selesai ya, sebelum kamu memulainya.
Apa Saja yang Termasuk dalam Aset Aktif Properti?
Pada dasarnya, yang aset aktif berupa properti ini adalah semuanya yang berhubungan dengan bangunan, yang kemudian bisa disewakan untuk mendapatkan uang kembali.
Aset aktif ini bisa digolongkan dalam 2 tipe:
- Residential: yaitu menyewakan properti untuk keperluan hunian. Misalnya rumah kontrakan, kamar kontrakan alias kos-kosan, ataupun apartemen.
- Commercial: yaitu menyewakan properti untuk kemudian dijadikan tempat usaha. Misalnya seperti ruko, rukan, restoran, warung kopi, dan sebagainya.
Kamu lebih cenderung memilih tipe yang mana, pastinya tergantung pada tujuan finansial, dan berbagai faktor lainnya–kita akan bahas lebih lanjut pada poin-poin berikutnya.
Keuntungan Investasi Properti
Ada beberapa hal menguntungkan yang dimiliki properti sebagai aset aktif dibandingkan instrumen investasi yang lain. Di antaranya:
1. Nilainya cenderung lebih stabil
Dibandingkan instrumen investasi yang lain–misalnya, saham–properti cenderung stabil nilainya dari waktu ke waktu. Bahkan cenderung naik dari tahun ke tahun.
Memang sih, mungkin ada beberapa faktor eksternal yang mungkin bisa memengaruhi harga properti, tetapi tidak sesensitif naik turunnya pasar modal dan pasar uang.
2. Prospek baik sepanjang tahun
Kecenderungan harga properti yang selalu naik dari tahun ke tahun juga juga dipengaruhi oleh semakin berkurangnya lahan yang tersedia, namun populasi manusia semakin meningkat. Apalagi di kota-kota besar.
Lokasi kepemilikan aset aktif properti ini juga sangat menentukan sih. Misalnya, kalau lokasinya dekat dengan fasilitas umum maka tentunya nilainya akan lebih tinggi ketimbang properti yang jauh dari fasilitas-fasilitas seperti rumah sakit, sekolah, mal, dan sebagainya.
3. Bisa dijadikan agunan
Punya investasi properti juga bisa dimanfaatkan sebagai agunan, jika seumpama kita hendak mengambil kredit.
Kecenderungannya, kalau kita mengajukan kredit dengan agunan maka sifat kreditnya akan lebih lunak ketimbang kredit tanpa agunan; bunga lebih manusiawi dengan jatuh tempo yang juga lebih masuk akal.
4. Relatif rendah risiko
Dibandingkan saham terutama, investasi properti relatif lebih rendah risikonya. Hal ini terlebih karena harga properti yang tidak sefluktuatif harga saham.
5. Bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan tetap
Dan, tidak seperti instrumen investasi lain yang belum pasti memberikan pendapatan tetap setiap bulannya–bahkan mungkin harus merugi–investasi properti akan memberimu penghasilan yang relatif tetap. Misalnya, kos-kosan yang dibayar per bulan.
Jika kita menyewakan rumah atau apartemen untuk dikontrak, meski bukan bulanan, tapi kita akan menerima uang untuk kontrak jangka waktu 2 tahun, misalnya.
Berbeda dengan emas, yang enggak bisa diapa-apain selain dijual. Atau saham, kalau enggak ada dividen, ya berarti hanya mendapatkan penghasilan saat menjual sahamnya saja.
Risiko Properti sebagai Aset Aktif
Ingat kan ya, bahwa selalu ada risiko pada setiap langkah investasi yang kita lakukan? Begitu juga kalau kita memilih investasi properti ini.
1. Biaya perawatan tinggi
Rumah, apartemen, bangunan apa pun yang kita sewakan butuh perawatan, dan biayanya tidaklah kecil.
2. Butuh modal banyak
Ini dia yang menjadi faktor mundurnya banyak orang untuk memulai investasi properti. Kita akan butuh modal banyak.
Seenggaknya, kamu akan butuh sekian ratus juta untuk DP dan kemudian dilanjut KPR selama sekian belas atau puluh tahun hingga lunas. Ya, kecuali kamu punya privilege untuk bisa beli rumah secara cash.
Berbeda dengan reksa dana, misalnya, yang hanya butuh Rp100.000 saja untuk mulai. Bahkan ada lo, reksa dana yang bisa dimulai dari Rp10.000 dan bayar pakai Gopay.
3. Pajak relatif tinggi
Meski konon ada wacana bahwa Pajak Bumi dan Bangunan akan dihapuskan, tapi sementara ini kan belum. Jadi, ya harus siap-siap juga dengan pajak kalau mau berinvestasi di properti sekarang ini.
Lumayan juga, pajaknya lo! Beda dengan reksa dana, yang bebas pajak.
4. Risiko bencana alam
Kamu juga harus bersiap menghadapi bencana alam yang akhir-akhir ini makin sering terjadi. Terutama, jika lokasi propertimu memang berada dalam lokasi yang rawan bencana.
Well, kalau di Indonesia sih ya, bencana yang sering terjadi dan sewaktu-waktu harus siap dihadapi adalah gempa bumi, banjir, dan angin ribut.
5. Likuiditas rendah
Jika sewaktu-waktu kamu butuh uang, properti juga tidak bisa dengan cepat terjual. Pun saat disewakan. Enggak bisa langsung mendapatkan pembeli ataupun penyewa.
Kadang kamu juga harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan orang yang mau menyewa propertimu. Padahal, sementara properti kosong, kamu tetap harus mengeluarkan biaya perawatan kan?
Nah, semakin tertarik untuk mulai investasi properti?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai seluk beluk investasi–terutama untuk mengelola aset aktif yang sudah kamu punya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Surat Berharga Sebagai Aset Aktif: 3 Hal yang Harus Kamu Tahu
Salah satu jenis aset aktif yang bisa kamu miliki untuk mendapatkan pendapatan pasif–atau passive income–adalah dengan memiliki surat berharga.
Jika kamu sekarang sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi pada surat berharga demi mendapatkan passive income, maka ini adalah artikel yang tepat untukmu. Yuk, simak sampai selesai ya.
Apa Itu Surat Berharga?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat berharga adalah
1. surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau digunakan sebagai agunan saham
2. bukti penyertaan modal
Jadi, kalau mau dijabarkan, surat berharga adalah dokumen yang bernilai uang, biasanya dipergunakan dalam transaksi-transaksi dagang, yang diakui dan dilindungi oleh hukum negara.
Surat berharga dapat diperjualbelikan, ataupun dapat difungsikan sebagai pengganti uang sebagai alat pembayaran.
Jenis-Jenis Surat Berharga Sebagai Aset Aktif
Sebenarnya ada banyak jenis surat berharga yang dikenal di dunia keuangan maupun perdagangan.
Misalnya saja:
- Wesel
- Surat kesanggupan
- Cek
- Kuitansi
- Bilyet giro
- Travel cheque
Bahkan seperti kartu kredit pun bisa dimasukkan ke dalam golongan surat berharga.
Lo, kok bisa? Ya, karena apa pun yang memenuhi ciri berikut, maka bisa dikategorikan sebagai surat berharga:
- Berbentuk dokumen tertulis
- Ada penyebutan nama pihak-pihak yang bertanggung jawab dan terlibat dalam pembuatannya
- Ada tanda tangan pihak-pihak yang bertanggung jawab
- Ada janji atau perintah mengenai pembayaran
- Ada keterangan waktu pembayaran
Nah, meski surat berharga ada beberapa jenis, namun yang cukup populer untuk dimanfaatkan sebagai aset aktif ada 2 jenis. Mari kita lihat.
Saham
Untuk saham sendiri sebenarnya sudah banyak dibahas dalam artikel-artikel di situs ini. Kamu bisa menelusurinya satu per satu:
- 5 Hal Tentang Investasi Saham yang Harus Diketahui oleh Pemula
- Kiat Berkenalan Investasi Saham
- 5 Hal Berinvestasi Saham
Saham merupakan salah satu instrumen aset aktif yang paling populer, dan semakin populer saja belakangan ini seiring semakin berkembangnya literasi keuangan masyarakat.
Mempunyai saham sebagai salah satu aset aktif merupakan salah satu langkah yang direkomendasikan oleh banyak financial planner demi mencapai tujuan finansial. Hal ini terkait dengan tingkat imbal saham yang terhitung cukup tinggi, meski dibarengi dengan tingkat risiko yang juga tinggi.
Karena itu, jika kamu memang mempertimbangkan untuk membeli jenis surat berharga satu ini sebagai salah satu aset aktifmu, maka sebaiknya kamu belajar dulu seluk-beluk mengenainya. Mulai dari mengenali karakteristiknya, trik memilih saham, hingga melakukan analisis dan review.
Surat Utang
Surat utang adalah surat pernyataan suatu pihak yang meminjam dana pada pihak lain, di mana dalam surat tersebut tercantum jumlah pinjaman serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak peminjam kepada investor.
Kewajiban tersebut meliputi:
- Pengembalian dana dalam jangka waktu sesuai kesepakatan
- Pemberian bunga atau kupon yang besarnya juga sesuai kesepakatan
Surat utang sering juga disebut obligasi, dan bisa diterbitkan baik oleh perseorangan, perusahaan, maupun negara.
Nah, biasanya sih obligasi negara merupakan salah satu bentuk surat berharga yang paling banyak diminati untuk dibeli sebagai aset aktif. Obligasi negara ada 2 macam, yaitu Obligasi Ritel (ORI) dan Sukuk (obligasi negara berbasis syariah).
Kalau kamu tertarik untuk mempunyai aset aktif yang berupa obligasi negara ini, ada baiknya kamu follow akun Kementrian Keuangan RI, agar enggak ketinggalan update ketika ORI dan Sukuk diluncurkan.
Tip Mulai Berinvestasi Surat Berharga
So, kamu mau membangun aset aktif melalui investasi surat berharga–apa pun itu? Perhatikan beberapa hal berikut ini ya.
1. #TujuanLoApa
Selalu mulailah dari #TujuanLoApa: tentukan tujuan finansialmu, tujuan investasimu, dan tentukan horizon waktumu berinvestasi.
Yes, memang dalam mengelola keuangan pribadi itu semuanya berawal dari #TujuanLoApa, karena tanpa tujuan ya gimana kita bisa memikirkan dan mencari jalan untuk mencapainya? Tujuan aja enggak ada loh!
Ibarat mau liburan, enggak tahu mau ke mana, ya gimana bisa bikin itinerary. Betul?
2. Sesuaikan kemampuan
Yang kedua, sesuaikan kemampuan. Kalau idealnya, jumlah dana yang harus diinvestasikan setiap bulan adalah 10% dari penghasilan.
Tentu saja ini bukan angka mutlak. Misalnya, kalau kamu sekarang sedang ada beban utang dan pengin segera menyelesaikannya, maka boleh saja kamu kurangi sedikit jatah investasi untuk aset aktif ini dan alokasikan ke cicilan utang.
Atau, misalnya kamu baru saja mendapatkan bonus akhir tahun. Maka kamu alokasikan semua bonusmu ke aset aktif, ya itu sah-sah saja.
Angka 10% adalah angka patokan. Kurang atau lebih, tentu harus disesuaikan dengan kondisimu.
3. Diversifikasi
Seperti nasihat yang sudah sangat klise ini: Jangan menaruh telur-telur dalam keranjang yang sama. Demikian juga investasi aset aktif surat berharga ini, sebisa mungkin kamu diversifikasikan juga.
Jika kamu malas ribet, ada reksa dana yang bisa kamu pilih. Tinggal serahkan saja asetmu pada manajer investasi terpercaya, dan kamu tinggal duduk manis sembari memantau asetmu.
4. Sadari risiko
Hal keempat ini harus selalu diingat, bahwa akan selalu ada risiko dalam setiap langkah investasi. Karena itu, belajar dan jangan hanya ikut-ikutan.
Uangmu, tanggung jawabmu sendiri.
5. Keep updated
Keep learning! Perkembangan literasi keuangan itu sangat cepat. Apalagi kalau kamu memang berniat untuk serius membangun aset aktif surat berharga ini.
Follow akun-akun media sosial yang tepat, yang bisa memberimu informasi dan ilmu yang bisa kamu manfaatkan. Sudah follow akun Instagram QM Financial kan? Nah, it’s a good start then!
So, gimana nih? Tertarik untuk menambah surat berharga sebagai aset aktif yang bisa mendatangkan passive income untukmu?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai aset aktif–terutama surat berharga–sebelum memulainya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
3 Jenis Aset Aktif yang Bisa Menjadi Andalan Finansial
Ada 2 jenis pemasukan yang bisa kita dapatkan, yaitu pemasukan aktif atau active income, dan pemasukan pasif atau passive income. Kalau pemasukan aktif bisa kita dapatkan melalui pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari dan kita mendapatkan imbalan atas hasil kerja, maka pemasukan pasif bisa kamu dapatkan dari beberapa jenis aset aktif.
Kalau kamu sudah paham mengenai konsep Blueprint of Your Money, maka kamu pasti bisa menemukan aset aktif ini di dalamnya. Komponen ini ada di lantai dua cetak biru rumah finansial kita. Artinya, sebelum kamu mulai membangun aset aktifmu, kamu harus sudah punya fondasi, pilar, dan lantai satu yang kuat terlebih dahulu.
Mengapa membangun aset aktif ini penting?
Ya, salah satu alasannya adalah aset aktif ini bakalan bermanfaat banget untukmu di masa pensiun nanti, saat kamu sudah tak produktif bekerja lagi.
Aset aktif adalah aset yang kita miliki, yang kemudian dapat “bekerja” dan menghasilkan uang untuk kita manfaatkan. Kalau sekarang kamu bisa bekerja dan menghasilkan uang, tapi di masa tua nanti kamu harus ingat, bahwa mungkin tenagamu tidak akan sebanyak sekarang lagi. Enggak gesit lagi. Minimal seharusnya sih, kalaupun kamu masih menikmati pekerjaan, tapi kamu melakukannya bukan untuk imbalan tetapi untuk bersenang-senang.
Di sinilah aset aktif akan berperan, untuk memberikan manfaat.
Beberapa Jenis Aset Aktif
Ada 3 jenis aset aktif yang bisa kamu bangun sejak sekarang. Apa saja?
1. Surat berharga
Surat berharga adalah surat-surat yang memiliki nilai uang yang diakui dan dilindungi oleh hukum untuk kepentingan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan atau sejenis lainnya.
Surat berharga sebagai aset aktif bisa dibagi lagi ke dalam 2 jenis:
- Saham, yaitu surat-surat bukti kepemilikan terhadap perusahaan, yang memungkinkan investor mendapatkan berbagai keuntungan, seperti capital gain dan dividen dari perusahaan di mana ia menanam dana. Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang sangat populer, tapi sekaligus menakutkan lantaran sifatnya yang sangat agresif. Apalagi jika kita mencoba menggelutinya tanpa landasan ilmu sama sekali.
- Surat utang atau obligasi, yaitu instrumen investasi yang berupa surat pernyataan peminjaman dana dari satu pihak kepada pihak lain, yang lantas membuat si peminjam dana mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi pada pihak investor. Kewajiban ini adalah bunga atau kupon yang dibayarkan berkala, yang jumlahnya sesuai kesepakatan, dan pengembalian dana sesuai jangka waktu sesuai yang sudah disepakati juga.
2. Properti
Satu hal yang perlu kamu pahami mengenai properti ini adalah bukan berarti kalau kamu sudah punya rumah itu berarti kamu sudah punya aset aktif. Properti akan memberikan passive income saat properti tersebut bisa mendatangkan uang untukmu, alias disewakan.
Kalau kamu beli rumah, dan kemudian kamu tempati sendiri, maka itu bukanlah merupakan aset aktif. Saat kamu beli rumah dan kemudian kamu sewakan sebagai kontrakan atau kos-kosan, nah, itu berarti properti tersebut sudah menjadi aset aktif.
Saat kamu beli rumah lalu dijual lagi, kemudian hasil penjualan kamu jadikan modal untuk beli rumah lagi dan lalu dijual lagi, maka itu masuk ke bisnis. Sama-sama aset aktif sih, tapi masuk ke jenis aset ketiga yang akan kita bahas setelah ini.
Kini, penyewaan properti seperti ini juga mulai berkembang dengan baik. Enggak hanya disewakan untuk dikontrakkan per unit rumah ataupun per kamar saja sebagai kos-kosan, tetapi juga disewakan untuk tempat menginap wisatawan. Ini jelas menguntungkan apalagi kalau propertimu berada di lokasi (atau dekat dengan) wisata. Karena zaman sekarang, tempat menginap sudah enggak melulu di hotel lo! Di properti pribadi juga bisa, entah itu rumah, apartemen, vila, atau sejenisnya.
Menarik kan?
3. Bisnis
Bisnis ini menjadi alternatif banyak orang yang masa pensiunnya akan segera tiba.
Bisnis ini luas banget sih, cakupan dan jenisnya. Dan pastinya memang butuh persiapan yang cukup panjang dan matang. Tapi sebenarnya, siapa pun bisa melakukannya.
Seorang entrepreneur, founder sebuah grup bisnis yang bergerak di penerbitan buku dan home decor pernah berkata begini pada saya, “Pada dasarnya, siapa pun bisa kok berbisnis. Pokoknya, lakukan saja dulu. Tapi, siapkan mental dan niat, karena sambil berjalan, kita akan perlu belajar tentang banyak hal. Termasuk belajar dari kesalahan.”
Hmmm, siapkah kamu?
Nah, itu dia 3 jenis aset aktif yang bisa kamu bangun untuk memberimu pendapatan pasif. Sampai dengan saat ini, yang manakah yang sudah kamu miliki?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai aset aktif ini sebelum kamu memulainya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Investasi Emas: 5 Hal yang Harus Dipahami Lebih Dulu
Bagi para investor konvensional, investasi emas merupakan cara berinvestasi yang paling aman untuk dilakukan, bahkan sejak zaman dulu.
Ada enggak nih yang orang tuanya nggak punya investasi dalam bentuk emas? Kayaknya memang inilah investasi yang tak lekang dimakan waktu, iya kan? Meski sudah banyak jenis instrumen investasi yang lain, tapi investasi emas tetap dilakukan oleh banyak orang.
Apakah kamu juga termasuk salah satu dari mereka yang berinvestasi dalam bentuk logam mulia ini?
Yuk, kenali seluk beluk investasi emas, agar bisa kamu manfaatkan untuk mencapai tujuan finansialmu, berikut ini.
Emas sebagai Instrumen Investasi
Untuk yang pertama, FYI, tidak semua jenis emas bisa bagus dijadikan sebagai instrumen investasi.
Misalnya, seperti emas perhiasan. Perlu kamu tahu ya, bahwa saat proses perhiasan emas terjadi, akan ada beberapa tahapan yang membuat logam mulia yang digunakan ini menjadi berkurang nilai. Pencampuran dengan logam lain, salah satunya.
Peleburan emas dengan logam lain tersebut biasanya untuk tujuan estetika. Yah, namanya juga perhiasan, jadi memang harus tampak cantik maksimal untuk dipakai. However, peleburan emas dengan logam lain ini lantas mengubah nilai karat dan juga menyebabkan perbedaan warna dari warna asli emas. Selain itu, juga ada biaya tambahan untuk ongkos pembuatan.
Bisa sih, tetap dikoleksi. Tapi dipakai. Kalau untuk instrumen investasi–apalagi jika kita mengharapkan imbal besar–jelas akan sulit.
Akan lebih baik jika investasi emas dalam bentuk batangan, karena tidak akan melalui proses ini itu ataupun pencampuran dengan logam lain. Emas batangan hanya perlu dicetak sederhana saja, dan sudah bisa kita miliki sebagai investasi.
Keuntungan Emas sebagai Instrumen Investasi
1. Tahan terhadap inflasi
Gampangannya begini, saat inflasi naik, maka harga emas bisa dipastikan juga akan naik. Sehingga hal ini akan melindungimu dari kerugian. Bandingkan dengan tabungan uang biasa yang bisa tergerus inflasi, lantaran suku bunga bank juga tak seberapa.
Ketahanan inflasi inilah yang membuat investasi emas cukup diminati, terutama oleh investor konvensional.
2. Likuid
Saat kamu butuh dana dengan cepat, maka investasi emas akan dengan mudah menolong. Emas mudah dijual, dengan harga yang berlaku saat itu di pasar.
Pastikan saja, kamu mempunyai emas yang benar-benar berkualitas baik.
3. Bisa dilakukan oleh siapa saja
Berinvestasi sekarang memang semakin mudah. Tak cuma reksa dana, berinvestasi emas pun sekarang juga bisa online dengan tabungan emas. Ada kok marketplace terkemuka kesayangan para milenial yang menawarkan tabungan emas seperti ini. Bisa dimulai dengan nominal berapa pun.
Jadi, enggak ada alasan untuk nggak segera mulai berinvestasi kan? Lebih cepat mulai lebih baik, mulailah dengan emas.
Risiko Emas
Ada keuntungan, tentu ada risiko. Ini sudah lazim berlaku di dunia investasi. Meski investasi emas cenderung minim risiko terutama soal kerugian, tetapi tetap saja ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Rentan pencurian
Apalagi kalau kita tidak bisa menemukan tempat yang tepat untuk menyimpan. Misalnya disimpan di rumah. Banyak kasus pencurian yang terjadi, dan salah satu barang yang paling diincar adalah koleksi emas korban.
Karena itu, akan lebih baik jika kamu menyimpannya dalam safety deposit box di bank. Memang akan ada biaya sewa, tetapi pastinya akan lebih aman kan?
2. Tetap terpengaruh fluktuasi harga pasar
Meski tahan terhadap inflasi, namun harga emas tetap berfluktuasi sesuai kondisi pasar. Jadi, bisa saja harganya turun, menjadi lebih murah saat harus kamu jual dibandingkan saat kamu membelinya. Apalagi kalau kamu cuma punya horizon waktu yang pendek untuk investasinya.
Harga emas ditentukan dalam dolar Amerika, sehingga pengaruh perbandingan kurs rupiah terhadap dolar sangat menentukan harga emas ini.
Karena itu, emas lebih cocok dijadikan sebagai instrumen investasi dalam jangka menengah hingga panjang. Konon sih, investasi emas akan menunjukkan keperkasaannya jika sudah diinvestasikan selama 2 tahun lebih.
3. Rentan penipuan
Ini bisa terjadi jika kamu membeli emas tidak dari perusahaan yang punya kredibilitas tinggi. Misalnya, kamu beli dari perseorangan. Akan lebih baik jika kamu membeli ke tempat penjualan emas yang resmi.
Jadi, kamu harus waspada betul jika ingin investasi emas ya. Jangan sampai membeli emas palsu yang banyak beredar di luar sana.
Tujuan Finansial
Investasi emas cocok dilakukan untuk tujuan finansial, lantaran likuiditasnya yang tinggi.
Karena harga emas yang bisa saja berfluktuasi sesuai kondisi inilah, maka kamu perlu menunggu dulu sampai minimal 2 tahun, untuk bisa mendapatkan imbal yang lumayan dari emas ini. Jadi, sesuaikan dengan tujuan finansialmu ya.
Emas tidak akan menguntungkan jika kamu mau melakukannya sekarang, demi bisa mendapatkan hasil 6 bulan ke depan.
Sedikit Tip untuk Investasi Emas
1. Tentukan tujuan finansial
Yang pasti, selalulah mulai dari #TujuanLoApa. Berinvestasi tanpa rencana hanya akan membuatmu blunder pada akhirnya. Maksud dari menentukan tujuan sejak awal ini untuk membantumu mencari jalan yang paling tepat untuk mewujudkan keinginan ataupun cita-citamu.
Jadi, untuk apa kamu melakukan investasi emas? Sebagai tabungan untuk umrah? Berhaji? DP rumah? Atau kamu punya tujuan lain?
Kemudian, berapa banyak waktu yang kamu butuhkan untuk investasi mencapai tujuan finansialmu itu?
2. Variasikan gramasi
Biasanya memang kita akan ditawari emas dalam beberapa jenis gramasi saat akan membeli. Ada yang dijual dalam gramasi kecil–misalnya 5 gram (bahkan ada yang bisa investasi mulai dari 0,1 gram), ada pula yang besar–misalnya 100 gram.
Membeli emas dalam gramasi besar akan lebih menguntungkan, karena jatuhnya harga akan lebih murah ketimbang gramasi kecil. Namun, saat hendak dijual kembali, gramasi kecil akan lebih memudahkan. Karena ya, enggak setiap pihak bisa membeli emas batangan 100 gram sekaligus.
Karena itu, akan lebih baik jika kita variasikan gramasi emas yang kita miliki. Ada yang besar, ada yang kecil. Masing-masing punya nilainya sendiri-sendiri, dan kegunaan yang berbeda.
3. Simpan dengan baik
Jika belum banyak, kamu bisa saja menyimpannya di rumah. Namun, kalau kamu punya emas dalam jumlah banyak, sebaiknya kamu menitipkannya ke safety deposit box di bank.
Memang akan ada biaya penyimpanan, namun akan lebih menjamin keamanannya.
Jadi, gimana? Sudah yakin mau mulai investasi emas?
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti mengenai kinerja investasi emas sebelum kamu memulainya. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
5 Hal Tentang Investasi Saham yang Harus Diketahui oleh Pemula
Salah satu instrumen investasi yang sudah (dan semakin) populer belakangan ini adalah investasi saham, seiring dengan semakin sadarnya masyarakat mengenai pentingnya punya tujuan finansial yang jelas dalam hidup. Sejalan dengan hal tersebut pula, semakin banyak orang ingin tahu bagaimana mengelola keuangan pribadinya dengan lebih baik.
Yes, melakukan investasi saham biasanya diambil sebagai solusi pencapaian tujuan finansial bagi sebagian orang–ya terutama sih mereka yang memang sudah cukup berpengalaman berinvestasi.
Jika belum? Kecenderungan pasti akan memilih instrumen investasi lain yang lebih pemula-friendly, seperti deposito atau logam mulia.
Nah, bagi kamu yang sedang mencari informasi lantaran pengin mulai investasi saham, kamu sudah berada di tempat yang tepat. Yuk, kita cari tahu seluk-beluk investasi saham, secara mudah dan praktisnya, tentunya agar lebih mudah kamu pahami.
Apa Itu Saham?
Kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, saham mempunyai makna surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor.’
Gampangannya, dengan kamu memiliki saham dari sebuah perusahaan, maka kamu merupakan salah satu pemilik perusahaan tersebut, yang kemudian berhak atas berbagai keuntungan yang mungkin ditawarkan.
Karenanya, saham juga dikenal sebagai salah satu bentuk dari surat berharga, lantaran ia menjadi bukti kepemilikan atas perusahaan itu tadi.
Mengapa Saham?
Saham dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang cukup agresif, dalam artian risiko yang mungkin terjadi sangat tinggi, begitu juga dengan imbal yang dapat kamu raih pun berpeluang tinggi.
Karena itu, banyak orang mencoba untuk mendapatkan keuntungan dengan jual beli saham, layaknya kita berdagang barang. Membeli saham murah, lalu dijual dengan harga yang lebih tinggi. Persis prinsip kalau kita berdagang kan, kayak jualan sembako atau jualan baju?
Hanya saja, memang butuh pengetahuan yang lebih untuk bisa berbisnis saham seperti ini. Ya, sama halnya dengan buka warung sembako, ada banyak hal yang harus dipersiapkan.
However, enggak semua tertarik pada saham karena ingin membisniskannya. Banyak juga yang memanfaatkan saham sebagai instrumen investasi demi mencapai tujuan finansial. Mereka ini–para investor–biasanya akan lebih cenderung mencari saham-saham dari perusahaan yang sudah mapan agar harga cenderung stabil, bahkan naik.
Nah, kamu termasuk yang mana nih? Yang pengin berbisnis saham ataukah investor yang pengin mendapatkan imbal hasil demi tujuan finansial? Keduanya punya tujuan yang berbeda, sehingga jalan yang harus ditempuh pun berbeda.
Baik pebisnis maupun investor demi tujuan finansial pribadi, dua-duanya perlu belajar dulu untuk bisa investasi saham. Gabung yuk, di kelas finansial online QM Financial, yang bisa kamu ikuti dari mana saja. Cek jadwalnya dan segera daftar di kelas yang kamu butuhkan. Spesial untuk kelas saham, QM Financial bekerja sama dengan The Indonesia Capital Market Institute lo! Jadi, kamu bisa belajar langsung dari ahlinya.
Siapa Saja yang Bisa Membeli Saham?
Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknologi finansial, memberikan kesempatan lebih luas pada siapa pun untuk ikut investasi saham.
Kalau dulu mungkin memang sih, saham itu cuma untuk orang berduit banyak. Karena butuh modal yang enggak sedikit. Pun kita harus datang ke perusahaan sekuritas, untuk mulai investasi saham.
Sekarang enggak lagi, thanks to perkembangan fintech! Banyak aplikasi mobile yang tersedia yang bisa kita manfaatkan untuk mulai investasi saham. Banyak pula edukasi literasi keuangan yang bisa kita baca dulu dengan mudah, demi mendapatkan bekal untuk mulai investasi (termasuk di QM Financial. Sudah follow Instagram dan subscribe di Youtube channelnya belum?)..
Untuk beli saham, sekarang juga bisa mulai dari sedikit-sedikit dulu. Kalau dulu, minimal pembelian harus ribuan lembar saham di awal. Sekarang enggak lagi. Kita bisa mulai dari beli 1 lot dulu, yang terdiri atas 100 lembar saham. Untuk nominalnya, ya tergantung harga saham yang kita beli. Ada yang seharga ratusan rupiah saja, sampai puluhan ribu rupiah per lembarnya. Tinggal dikalikan 100 lembar saja.
Yah, kalau boleh dikasih angka kisaran, dengan modal Rp100.000 – Rp500.000 saja, kita sudah bisa mendapatkan saham perusahaan elit.
Keuntungan Investasi Saham
Keuntungan yang bisa kamu peroleh dari investasi saham bisa datang dalam 2 bentuk:
Capital gain
Atau keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari selisih harga beli dan harga jual saham yang kamu miliki. Inilah yang biasanya menjadi target para pebisnis saham.
Misalnya begini. Kita beli beras seharga Rp15.000 per kilo. Lantas kita jual di warung sembako yang kita punya dengan harga Rp20.000 per kilo. Maka kita akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp5.000 per kilonya. Itulah capital gain yang kita dapatkan.
Dividen
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dividen berarti adalah sejumlah uang yang berasal dari hasil keuntungan yang dibayarkan kepada pemegang saham sebuah perseroan.
Misalnya saja, kita membeli mobil. Lalu mobil tersebut disewakan sebagai taksi online. Setiap hari bisa narik penumpang, yang kemudian menambah pemasukan. Nah, kita bagi hasil dong dengan si supir taksi online-nya, misalnya. Bagi hasil yang kita peroleh itu bisa disebut sebagai dividen.
Kerasa kan, bedanya dengan capital gain?
Risiko Investasi Saham
Seiring dengan imbal yang tinggi, investasi saham juga mempunyai risiko yang tinggi juga. Beberapa risikonya adalah:
- Harga saham sangat fluktuatif, tergantung kondisi pasar uang dan pasar modal yang bisa saja dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal. Misalnya seperti kondisi ekonomi dan politik suatu negara.
- Risiko perusahaan bangkrut. Para pemegang saham akan menjadi prioritas terakhir untuk dibayar kembali investasinya setelah kewajiban perusahan terhadap stakeholder lain terpenuhi.
- Capital loss. Ketika investor menjual sahamnya dengan harga jual yang lebih rendah ketimbang harga beli.
- Saham perusahaan dikeluarkan dari list jual beli di Bursa Efek. Ada banyak alasan sehingga saham suatu perusahaan mengalami delisting, dan pastinya hal ini akan merugikan perusahaan itu sendiri juga pemegang sahamnya.
Nah, bagaimana? Sampai di sini semakin tertarik untuk investasi saham? Menantang banget kan?
Makanya, yuk, belajar dulu sebelum mulai benar-benar terjun ke kolam investasi! Hubungi QM Financial di nomor WhatsApp 0811 1500 688 ya!