Waspada! Ini Ciri-Ciri Kamu Akan Jadi Sandwich Generation
Menjadi sandwich generation itu berat. Kamu yakin kuat?
Padahal ya seperti kata lead trainer QM Financial, Mba Ligwina Hananto, semua orang akan jadi sandwich generation pada waktunya.
Table of Contents
Apa Itu Sandwich Generation dan Apa Penyebabnya?
Sandwich generation, atau generasi sandwich alias roti isi, adalah istilah yang mengacu pada kelompok orang, biasanya berusia antara 30 hingga 50 tahun, yang berada dalam posisi unik. Mereka harus memberikan dukungan finansial, emosional, dan kadang-kadang fisik kepada orang tua mereka yang menua, sekaligus memenuhi kebutuhan dan kewajiban terhadap anak-anak mereka.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi sandwich generation. Di antaranya sebagai berikut.
1. Perubahan Demografis
Perubahan demografis dalam konteks ini adalah meningkatnya usia harapan hidup.
Loh, bukannya bagus kalau usia harapan hidup itu meningkat?
Iya, betul. Di satu sisi, meningkatnya usia harapan hidup itu berarti pertanda baik. Artinya, orang yang bersangkutan bahagia hidupnya, karena itu usianya panjang.
Namun, meningkatnya umur harapan hidup juga berarti banyak orang tua yang hidup lebih lama, yang umumnya juga disertai dengan kondisi kesehatan yang membutuhkan perawatan atau bantuan yang lebih banyak.
2. Keterlambatan dalam Kehamilan
Tren memiliki anak di usia yang lebih lanjut berarti orang tua akan masih memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak mereka baik secara finansial maupun emosional pada saat yang sama ketika orang tua mereka sendiri mulai memerlukan dukungan.
Intinya, anak-anak belum bisa mandiri, ketika tiba waktunya orang tua kamu pensiun. Artinya, kamu enggak bisa menjadi penopang salah satu pihak saja dalam satu waktu. Kudu dua-duanya sekaligus.
3. Kondisi Ekonomi
Fluktuasi ekonomi, ketidakstabilan pekerjaan, dan meningkatnya biaya hidup, termasuk dana pendidikan dan perawatan kesehatan, memperberat tekanan finansial pada orang yang berada di posisi (calon) sandwich generation.
4. Perubahan Sosial
Dulu, punya keluarga besar artinya banyak bantuan. Sekarang, kayaknya hal ini sudah mulai terkikis.
Banyak orang merasa terisolasi, berjarak bahkan dengan anggota keluarga sendiri. Hal ini menambah berat tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Dengan berkurangnya dukungan ini, tekanan untuk menyediakan bantuan finansial, emosional, dan perawatan menjadi lebih besar. Situasi ini memaksa orang untuk mencari solusi lain dalam menghadapi tantangan sehari-hari tanpa dukungan yang dulu dianggap biasa.
Ciri-Ciri Potensial Sandwich Generation
Dengan berbagai sebab dan alasan, peluang untuk menjadi sandwich generation semakin terbuka lebar. Kalau kamu sudah merasakan beberapa hal berikut, kamu wajib waspada, karena inilah ciri-ciri potensial kamu akan menjadi sandwich generation dengan segera.
1. Penghasilanmu (Hampir) Seluruhnya Dipakai untuk Kebutuhan Sekeluarga
Jika kamu menemukan bahwa sebagian besar atau seluruh penghasilanmu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluargamu, termasuk orang tua dan anak-anak, ini adalah tanda klasik menjadi bagian dari generasi sandwich.
Hal ini mencerminkan tekanan finansial yang dihadapi. Kamu harus mengalokasikan sumber dayamu untuk memenuhi kebutuhan dua generasi yang berbeda.
Hal ini akhirnya berdampak cukup besar bagi kamu. Salah satunya, kamu hanya punya sedikit (atau malah tak ada sama sekali) ruang untuk bisa menabung atau berinvestasi.
2. Kamu Melihat Orang Tuamu Tak Bisa Survive, Tanpa Campur Tanganmu
Menjadi sadar bahwa orang tuamu semakin tua dan tidak lagi bisa mandiri sepenuhnya—baik dari segi finansial, kesehatan, atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari—dan membutuhkan bantuanmu untuk bertahan hidup adalah ciri lain dari generasi sandwich.
Tanggung jawab ini umumnya datang bersamaan dengan tugas merawat anak-anak yang masih bergantung padamu, jika kamu sudah berkeluarga. Akhirnya, ada tekanan tambahan pada waktu, energi, dan sumber daya finansialmu.
3. Kamu Merasa Sendirian
Merasa sendirian dalam menghadapi semua tantangan ini, tanpa dukungan yang memadai dari saudara, pasangan, atau orang lain, adalah ciri umum sandwich generation lainnya.
Isolasi ini bisa datang dari kurangnya pemahaman tentang situasimu oleh orang lain, kurangnya sumber daya keluarga, atau sekadar karena orang-orang di sekitarmu memiliki tanggung jawab mereka sendiri dan tidak dapat menawarkan dukungan yang kamu butuhkan.
4. Sering Kelelahan dan Stres
Kelelahan kronis dan stres yang berkepanjangan adalah tanda yang sangat umum bagi yang berada di generasi sandwich.
Menyeimbangkan pekerjaan, kebutuhan keluarga, dan perawatan orang tua, sambil mencoba memenuhi ekspektasi sosial dan profesional, dapat menyebabkan kelelahan fisik dan emosional. Stres ini juga diperburuk oleh kekhawatiran finansial dan kekurangan waktu untuk merawat diri sendiri.
5. Enggak Berani Punya Rencana untuk Masa Depan
Ketidakberanian atau ketidakmampuan untuk membuat rencana untuk masa depan—baik itu terkait dengan karir, pendidikan, atau keuangan pribadi—adalah ciri penting lainnya.
Ketika kamu sudah terjebak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bisa melihat ke depan, ini menunjukkan tekanan khas dari generasi sandwich. Ketidakpastian tentang masa depan dan ketakutan akan tidak cukupnya sumber daya untuk mendukung orang tua yang menua serta memenuhi kebutuhan anak-anak bisa menghambat perencanaan jangka panjang.
Mengenali ciri-ciri ini pada diri sendiri seperti ini penting, demi bisa menjadi langkah pertama dalam mengakui kebutuhan untuk mencari dukungan dan strategi untuk mengelola situasi dengan lebih baik.
Artikel ini tidak untuk menakuti kamu ya. Alih-alih, menumbuhkan awareness alias kewaspadaan, agar ketika kamu sudah mulai berhadapan dengan beberapa situasi di atas, kamu bisa segera mencari solusi yang terbaik—sesuai dengan kondisi kamu. Langkah pertama, kamu bisa mencoba mengatur keuangan yang sesuai dengan situasi ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Semua Orang akan Jadi Sandwich Generation pada Waktunya: Apa yang Harus Disiapkan?
Apa? Setiap orang akan jadi sandwich generation pada waktunya? Kok serem?
Nah, itu dia yang masih belum banyak disadari oleh setiap orang yang punya orang tua. Isu menjadi sandwich generation ini sebenarnya dimiliki oleh setiap orang—bukan privilege kelompok tertentu saja. Jadi tenang, karena kamu banyak temannya.
Table of Contents
Sandwich Generation = Problematika Sejuta Umat
Sudah nonton video YouTube QM Financial yang ini?
Dalam video tersebut, lead trainer QM Financial, Mba Ligwina Hananto, menyebutkan bahwa setiap orang akan menjadi sandwich generation pada waktunya.
Hal ini enggak salah, atau sekadar menakut-nakuti loh. Ini adalah fakta yang terjadi pada setiap orang yang masih punya orang tua. Akar masalahnya simpel: Ketika orang tua kita bertambah usia, ya masa mau dibiarkan hidup sendiri? Usia 80-an tahun ke atas, umumnya orang akan membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas tertentu. Jadi, kayak balik lagi ke balita.
Budaya kita yang selalu gercep untuk saling membantu tidak akan “mengizinkan” seorang anak mengabaikan orang tuanya, di masa tua mereka. Ya, ini sih norma yang umum ya. Ada juga beberapa kasus yang di luar norma ini, yang harus dikaji kasus per kasus, tidak bisa digeneralisasi.
Nah, untuk membantu orang tua kita hidup itu, ya tentu ada biaya. Mau kita sendiri yang urus, atau memercayakan mereka pada orang yang lebih profesional atau ahli, pastinya biaya itu tetap ada.
Di sinilah berlaku bahwa setiap orang akan menjadi sandwich generation pada waktunya.
Strategi Perencanaan Keuangan yang Bisa Diterapkan oleh Semua Sandwich Generation
So, kamu akan butuh strategi perencanaan keuangan, yang bisa diterapkan oleh semua jenis sandwich generation.
Dalam konteks generasi sandwich, perencanaan keuangan dan investasi menjadi landasan penting. Di dalamnya ada pengaturan sumber daya finansial secara bijaksana untuk menjawab kebutuhan jangka panjang. Jadi, apa yang perlu dilakukan?
1. Membuat Anggaran Efektif
Membuat anggaran yang efektif sangat penting, terutama untuk kamu para generasi sandwich.
Jadi kenali kebutuhanmu, termasuk kebutuhan untuk merawat orang tua. Masukkan kebutuhan untuk orang tua ini di dalam anggaran. Buatkan persentase tersendiri sehingga kamu akan lebih mudah mengalokasikannya, dan tidak mengganggu kebutuhan lain yang sama pentingnya.
Anggaran ini harus mencakup enggak hanya untuk pengeluaran sehari-hari tapi juga untuk kebutuhan di masa depan. Jadi jangan lupa untuk mengalokasikannya, pada tabungan atau investasi.
Dengan mengelola keuangan secara bijak, bisa membantu meringankan beban finansial dan memberikan ketenangan pikiran dalam menghadapi kejutan atau kebutuhan mendadak di masa yang akan datang.
2. Berikan Perlindungan Asuransi Kesehatan untuk Orang Tua
Asuransi kesehatan itu penting, terutama untuk memberikan perlindungan finansial kalau ada yang sakit.
Kalau orang tua belum punya asuransi kesehatan, pastikan kamu membelikannya untuk mereka. BPJS Kesehatan bisa menjadi opsi terbaik. Dengan adanya asuransi kesehatan, perlindungan terhadap risiko biaya kesehatan tak terduga pun terjamin. Apalagi untuk orang tua, biasanya sudah mulai ada masalah kesehatan di sana sini.
3. Buat Rencana Pensiun untuk Diri Sendiri
Perencanaan pensiun bertujuan untuk memastikan stabilitas finansial di masa tua. Ingat, bahwa setiap orang akan menjadi generasi sandwich pada waktunya. Sehingga kita pun harus siap nantinya kalau sudah mulai menua, maka anak-anak kita bisa jadi juga akan menjadi generasi roti isi penerus.
Minimalkan menjadi beban hidup mereka. Seenggaknya, kalau mereka mau berbaik hati dan membalas budi, finansial tidak akan jadi masalah karena kita punya dana pensiun yang memadai.
4. Berkomunikasi dengan Anggota Keluarga Lain
Jika ada anggota keluarga lainnya yang bisa diajak berkomunikasi, bangun diskusi yang sehat dengan mereka. Dengan demikian, semua anggota keluarga dapat berbagi pikiran demi membantu orang tua bersama-sama.
Dengan begitu, beban bisa dibagi dan enggak menumpuk di salah satu anggota keluarga saja. Untungnya sih, umumnya masyarakat kita masih banyak yang percaya dengan kekuatan gotong royong. So, dalam hal mengurus orang tua, semangat ini seharusnya mudah ditemukan.
5. Kelola Stres dan Tekanan Emosional
Mengelola stres dan tekanan emosional saat berada di generasi sandwich memang tidak mudah, tetapi sangat penting untuk kesehatan mental.
Langkah awalnya adalah mengakui bahwa merasa tertekan itu normal dan mencari cara untuk mengatasinya. Kamu bisa mengambil waktu untuk diri sendiri, melakukan aktivitas yang kamu sukai, atau berolahraga untuk mengurangi stres.
Dalam mengelola stres dan tekanan emosional, teknik seperti meditasi, olahraga teratur, dan hobi yang menenangkan dapat sangat membantu.
Sekilas hal ini memang tampak tidak ada hubungannya dengan upaya sandwich generation untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga secara finansial. Tapi jangan salah. Kalau aspek ini terganggu, bukan enggak mungkin, kebutuhan finansial akan terpengaruh.
6. Edukasi untuk Anak-Anak
Pendidikan dan komunikasi memegang peran kunci dalam membentuk dasar keluarga yang kuat.
Mengajarkan anak-anak tentang tanggung jawab dan empati sejak dini membantu mereka mengembangkan pemahaman tentang pentingnya saling membantu dan memahami perasaan orang lain. Terutama dalam konteks keluarga.
Memang kita harus berupaya supaya tidak menjadikan mereka sebagai generasi sandwich selanjutnya. Namun, memberikan rasa tanggung jawab dan “memiliki” terhadap keluarga, pastinya akan membentuk pribadi mereka secara lebih baik.
Nah, sandwich generation, semoga kamu semua semakin kuat dan berdaya ya, sehingga tak hanya mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Kamu juga bisa memenuhi kebutuhan keluargamu dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
4 Tipe Manusia Habis Gajian: Kamu yang Mana?
Ciyeee … yang habis gajian!
Buat sebagian besar pekerja, momen ini adalah memang salah satu yang paling ditunggu-tunggu, ya kan? Menerima upah atas kerja keras selama sebulan penuh, banyak yang merasa lega dan bahagia.
Namun, tak sedikit pula yang merasa cemas karena merasa tak dapat mengendalikan pengeluaran pasca habis gajian. Ternyata, reaksi seseorang terhadap gaji yang baru diterima bisa menggambarkan tipe-tipe perilaku konsumtif dan bagaimana cara seseorang mengatur keuangan mereka.
Seiring dengan kegembiraan habis gajian, tak jarang muncul berbagai tipe individu dengan cara berbeda dalam menghabiskan, menyimpan, atau bahkan menginvestasikannya.
Tipe-Tipe Manusia Habis Gajian
Apa yang kamu lakukan setelah menerima gaji, biasanya ya itulah karakteristikmu kalau dicermati secara keseluruhan. Jadi, dari tipe-tipe berikut, kamu termasuk yang mana nih?
Si Strategis
Si Strategis adalah tipe orang yang selalu memiliki rencana keuangan matang terkait bagaimana ia akan menggunakan uangnya habis gajian. Sebelum gaji diterima, ia sudah memiliki daftar prioritas yang jelas, mulai dari kebutuhan pokok, tabungan, investasi, hingga alokasi untuk hiburan.
Namun, yang membedakan Si Strategis dari tipe lainnya adalah kemampuannya untuk selalu beradaptasi dengan situasi. Jika tiba-tiba muncul kebutuhan mendesak, ia mampu mengalokasikan ulang anggarannya tanpa mengganggu porsi keuangan jangka panjangnya.
Tidak hanya itu, Si Strategis juga dikenal sebagai orang yang selalu mencari informasi terbaru tentang tren investasi, cara menghemat, atau peluang bisnis yang mungkin bisa dijalankan. Ini semua dilakukan bukan karena ia takut menghabiskan uang, tetapi lebih kepada bagaimana membuat setiap rupiah yang ia miliki bekerja seoptimal mungkin untuk masa depannya.
Sikap ini tentu saja memerlukan disiplin yang tinggi. Namun, bagi Si Strategis, setiap keputusan keuangan adalah langkah penting untuk meraih impian dan kestabilan finansial di masa depan. Meski terkadang terlihat terlalu kaku dalam pengeluarannya, Si Strategis tahu bahwa dengan perencanaan yang baik, ia bisa menikmati hidup sekarang tanpa mengorbankan masa depannya.
Si Pencinta Merek
Si Pencinta Merek adalah tipe orang yang sangat memprioritaskan produk atau jasa dari merek-merek ternama atau berlabel premium. Bagi mereka, kualitas dan citra yang disandang oleh merek tersebut bukan hanya sekadar simbol status, tetapi juga bentuk apresiasi atas kualitas, desain, dan prestise yang dimiliki produk tersebut.
Tidak jarang, Si Pencinta Merek rela mengalokasikan sebagian besar gajinya untuk membeli barang-barang dari merek favoritnya, mulai dari pakaian, aksesori, kosmetik, hingga barang elektronik. Meskipun terkadang mendapat kritik karena dianggap boros atau terlalu mementingkan image, bagi Si Pencinta Merek, pengalaman dan kepuasan yang didapatkan dari memiliki produk berkualitas dari merek terkenal tak ternilai harganya.
Namun, menjadi Si Pencinta Merek juga memerlukan pertimbangan dan kebijakan finansial yang baik. Membelanjakan sebagian besar uangnya setiap habis gajian hanya untuk memenuhi keinginan akan merek-merek ternama tanpa memikirkan kebutuhan lain atau masa depan keuangan bisa menjadi bumerang.
Oleh karena itu, meskipun memiliki kecintaan pada merek tertentu, penting bagi Si Pencinta Merek untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan agar tidak jatuh ke dalam utang atau kesulitan finansial.
Si Sandwich
Sebutan “Si Sandwich” berasal dari konsep “generasi sandwich”, yang merujuk pada seseorang yang berada di posisi terjepit antara dua kewajiban finansial utama: merawat dan mendukung orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua, sambil pada saat yang sama mendukung dan membiayai kebutuhan anak atau anggota keluarga yang lebih muda.
Ini adalah fenomena yang umum terjadi di masyarakat modern, terutama di negara-negara dengan pertumbuhan demografis dan tantangan ekonomi tertentu.
Setiap habis gajian, Si Sandwich harus pintar-pintar mengalokasikan pendapatan untuk memastikan bahwa kedua kewajiban ini terpenuhi. Gaji yang diterima mungkin harus dibagi untuk biaya pendidikan anak, kebutuhan sehari-hari keluarga, biaya kesehatan orang tua, dan terkadang, juga untuk kebutuhan saudara atau anggota keluarga lain yang memerlukan bantuan.
Kendala yang dihadapi oleh Si Sandwich bukan hanya finansial, tetapi juga emosional. Mereka sering kali merasa tertekan dan cemas, khawatir tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dan harapan yang ada. Meskipun demikian, Si Sandwich biasanya memiliki ketahanan mental dan emosi yang kuat, didorong oleh rasa cinta dan tanggung jawab kepada keluarga.
Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi Si Sandwich untuk memiliki perencanaan keuangan yang baik, memahami prioritas, serta mungkin mempertimbangkan untuk memiliki sumber pendapatan tambahan. Meski berat, banyak dari Si Sandwich yang menemukan kepuasan dalam peran mereka, karena pada akhirnya, mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk orang-orang yang mereka cintai.
Si Paling FIRE
Si Paling FIRE adalah tipe orang yang sangat fokus pada tujuan untuk bebas finansial dan memiliki kebebasan untuk mengejar kehidupan yang mereka inginkan tanpa harus terikat pada pekerjaan rutin 9-5.
Habis gajian, prioritas utama mereka adalah mengalokasikan sebagian besar pendapatan ke dalam investasi, tabungan, dan aset yang dapat menghasilkan pendapatan pasif. Mereka cenderung hidup di bawah kemampuan finansial mereka dan menghindari utang konsumtif.
Apa yang membedakan Si Paling FIRE dari tipe strategis atau investor biasa adalah intensitas dan dedikasi mereka terhadap tujuan. Mereka mempelajari berbagai strategi investasi, memahami keuangan pribadi dengan mendalam, dan sering kali memiliki komunitas atau kelompok diskusi di mana mereka berbagi tips dan trik untuk memaksimalkan pengembalian dan mengurangi biaya.
Namun, menjadi bagian dari gerakan FIRE bukanlah tanpa tantangan. Ini memerlukan disiplin yang ketat, kesabaran, dan ketahanan dalam menghadapi fluktuasi pasar atau perubahan ekonomi. Namun, bagi Si Paling FIRE, pengorbanan ini dianggap sepadan dengan kebebasan dan kemampuan untuk menikmati hidup sesuai dengan ketentuan mereka sendiri, tanpa harus khawatir tentang tekanan finansial.
Dalam perjalanan kehidupan, setiap orang memiliki cara mereka sendiri dalam mengelola keuangan, terutama saat habis gajian. Baik itu Si Pencinta Merek yang mengejar prestise, Si Strategis yang punya rencana realistis, Si Sandwich yang punya beban berat, atau Si Paling FIRE dengan visi kemerdekaan finansialnya. Semua tipe ini mencerminkan keunikan dan prioritas masing-masing orang.
Yang paling penting adalah kesadaran untuk mengelola keuangan dengan bijak habis gajian, disiplin, dan sesuai dengan tujuan hidup. Karena pada akhirnya, keberhasilan finansial bukan hanya tentang berapa banyak uang yang kita miliki, tetapi bagaimana kita memanfaatkannya untuk menciptakan hidup yang lebih bermakna dan memuaskan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!