Apa Pentingnya Paham Standar Gaji Karyawan dan Bagaimana Cara Mencari Informasinya?
Memahami standar gaji karyawan adalah langkah penting dalam merencanakan karier dan keuangan. Dengan mengetahui standar ini, kamu dapat menilai apakah penghasilan yang diterima sesuai dengan industri dan lokasi tempat kamu bekerja.
Hal ini juga membantu dalam negosiasi gaji, sehingga bisa mengoptimalkan potensi penghasilan sesuai dengan keahlian dan pengalaman.
Table of Contents
Apa yang Dimaksud dengan Standar Gaji Karyawan?
Standar gaji karyawan merujuk pada tingkat upah atau penghasilan yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan atau industri untuk berbagai posisi atau jabatan yang ada di dalamnya. Standar ini bisa berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi, jenis industri, tingkat pengalaman, dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.
Standar gaji ini penting dan harus ada. Kenapa? Berikut beberapa alasannya:
- Memastikan bahwa semua karyawan yang melakukan pekerjaan dengan tingkat tanggung jawab yang serupa menerima kompensasi yang adil dan setara.
- Membantu karyawan memahami bagaimana gaji mereka ditentukan dan apa yang dapat mereka harapkan dalam hal pertumbuhan gaji.
- Menarik kandidat yang berkualitas dengan menawarkan paket kompensasi yang kompetitif.
- Mempertahankan karyawan yang berkompeten dengan memberikan gaji yang kompetitif yang mencerminkan kontribusi mereka terhadap perusahaan.
Standar gaji sering kali juga mempertimbangkan regulasi pemerintah seperti upah minimum, yang bertujuan untuk melindungi hak-hak karyawan.
Baca juga: 3 Tujuan Keuangan Terbesar yang Harus Segera Dimiliki oleh First Jobbers
Mengapa First Jobber Penting untuk Tahu Standar Gaji Karyawan?
Nah, sebagai first jobber, sebelum kamu mulai benar-benar terjun ke dunia kerja, ada baiknya kamu melakukan riset dulu mengenai standar gaji ini. Memahami standar gaji karyawan penting bagi first jobber karena beberapa alasan berikut.
1. Negosiasi Gaji
Mengetahui standar gaji untuk posisi atau industri tertentu memberikan dasar yang kuat untuk negosiasi gaji. Hal ini memungkinkan kamu, dan karyawan atau calon karyawan lain, untuk meminta kompensasi yang adil dan kompetitif berdasarkan data yang objektif.
2. Kepuasan Kerja
Memahami standar gaji akan membantumu merasa bahwa kamu sudah mendapatkan bayaran yang adil sebanding dengan kontribusi yang kamu berikan. Hal ini juga akan membawa manfaat baik untuk perusahaan, yakni meningkatkan kepuasan kerja dan bisa menurunkan tingkat turnover karyawan.
3. Perencanaan Keuangan
Dengan mengetahui kisaran gaji yang dapat diharapkan, kamu pun bisa lebih baik dalam mengelola keuangan pribadi, merencanakan masa depan, dan menetapkan tujuan finansial yang realistis.
4. Transparansi dan Keadilan
Perusahaan yang mengikuti standar gaji menunjukkan komitmen terhadap keadilan dan transparansi dalam perekrutan dan retensi. Hal ini meningkatkan citra perusahaan dan dapat menarik karyawan yang berkualitas.
5. Menghindari Diskriminasi
Standar gaji yang jelas dan terbuka membantu mengurangi risiko diskriminasi dalam pembayaran, memastikan semua karyawan dibayar berdasarkan kualifikasi dan pengalaman mereka. Bukan karena faktor non-prestasi seperti jenis kelamin, ras, atau usia.
Oleh karena itu, memahami standar gaji sangat penting baik bagi karyawan maupun pengusaha dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif, adil, dan memuaskan.
5 Tempat untuk Mencari Informasi Standar Gaji Karyawan
Untuk mencari informasi tentang standar gaji, berbagai sumber bisa diakses untuk mendapatkan data yang akurat dan terkini. Termasuk di dalamnya adalah situs web khusus pekerjaan, survei industri, dan laporan dari konsultan sumber daya manusia.
Informasi tersebut bukan hanya berguna bagi yang sedang mencari pekerjaan baru, tetapi juga bagi yang ingin memastikan bahwa kompensasi mereka masih relevan dengan dinamika pasar saat ini.
Untuk mencari informasi tentang standar gaji karyawan, kamu bisa memanfaatkan sumber-sumber seperti berikut ini.
1. Survei Gaji
Lihat survei gaji yang disediakan oleh lembaga riset gaji atau konsultan SDM. Survei ini biasanya mencakup data terperinci mengenai gaji rata-rata untuk berbagai posisi dan industri di lokasi tertentu.
Kadang informasi diposting di media sosial. Cuma memang kita kudu tahu akun-akunnya terlebih dulu. Tak jarang, juga dimuat di media-media online. Kamu memang kudu secara berkala memonitor jika membutuhkan informasinya.
2. Situs Pekerjaan Online
Platform seperti Glassdoor, Payscale, LinkedIn, Indeed, atau Glints juga menyediakan informasi tentang gaji yang diumumkan oleh karyawan aktual dan pengguna lain. Situs-situs ini sering memiliki alat pencarian gaji yang memungkinkan kamu memasukkan judul pekerjaan dan lokasi untuk melihat rentang gaji rata-rata.
3. Biro Statistik Tenaga Kerja atau Lembaga Pemerintah yang Setara
Lembaga pemerintah seperti Badan Pusat Statistik juga menyediakan data tentang gaji dan kompensasi berdasarkan industri dan wilayah geografis. Data ini dapat memberikan gambaran umum tentang gaji dan tren di pasar kerja.
4. Jaringan Profesional dan Koneksi Industri
Berbicara dengan kolega dan profesional lain dalam jaringanmu juga bisa memberikan wawasan tentang standar gaji karyawan. Mereka mungkin bersedia berbagi informasi tentang apa yang merupakan kompensasi yang wajar untuk posisi serupa.
5. Perusahaan Perekrutan dan Headhunter
Profesional HR atau perusahaan perekrutan khusus dapat memberikan informasi tentang standar gaji untuk berbagai peran, terutama untuk posisi khusus atau tingkat eksekutif.
Selama proses perekrutan, kamu bisa mendapatkan informasi gaji dari tawaran pekerjaan yang kamu terima. Selain itu, melalui negosiasi, kamu dapat memperoleh wawasan lebih lanjut mengenai berapa range gaji yang umum untuk posisi tersebut.
Baca juga: Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Negosiasi Gaji
Nah, dengan menggunakan kombinasi sumber-sumber ini, kamu bisa mendapatkan gambaran yang akurat dan terkini tentang standar gaji karyawan untuk posisi yang kamu minati atau industri yang kamu ikuti.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Jadi Kutu Loncat, Yay or Nay?
Kalau dengan tujuan mencari jati diri dan demi arah karier yang jelas, berpindah-pindah kerja mungkin adalah hal yang wajar. Namun, hati-hati kalau kamu mulai dicap sebagai kutu loncat yang hobi job hopping. Bisa-bisa berdampak negatif untuk karier ke depannya lo!
Fenomena kutu loncat begini biasanya terjadi pada karyawan yang masih muda, yang masih mencari jati diri di dunia karier, dan mereka yang masih meraba-raba passion. Meski demikian, di sisi lain, berpindah kerja itu sebenarnya bukan hal yang buruk, apalagi jika kamu punya strategi yang baik demi perkembangan karier kamu.
So, enggak ada salahnya sih untuk meredam diri sesaat dan membuat pertimbangan bijak mengapa harus pindah kerja, bahkan sampai berkali-kali. Apa sih yang kamu cari? Sampai mana kamu akan terus mencari?
Dengan mempertimbangkannya, maka kamu akan benar-benar matang dalam mengambil keputusan.
Stigma Negatif
Julukan kutu loncat atau job hopper sebenarnya diberikan pada orang yang suka berpindah kerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain, atau juga ke bidang lain antara dua atau tiga kali dalam setahun, atau bahkan kurang.
Sebenarnya, di mata perusahaan, rekam jejak seperti tidak terlalu menguntungkanmu, bahkan terkesan negatif. Setidaknya hal seperti ini akan membuat perusahaan berpikir panjang untuk merekrut. Sulit bagi perusahaan untuk memercayakan tujuan bisnis jangka panjang pada orang yang dinilai masih mencari jati diri, bahkan labil dan belum mengetahui tujuan kariernya sendiri.
Pindah kerja sih wajar. Begitu juga kalau kamu career switching, alias pindah ke bidang lain. Namun, tidak menjadi wajar lagi kalau kurang dalam satu tahun sudah berganti-ganti perusahaan, apalagi kalau berulang dua tiga kali pada tahun berikutnya.
Jika ini terjadi, perusahaan bisa saja menanyakan komitmen kamu pada kariernya sendiri, dan juga komitmen pada pekerjaan secara luas. Pasalnya, perusahaan tentu tidak mau ambil risiko dengan mepekerjakan karyawan yang belum tentu akan stay dan belum tahu tujuan kariernya ke depan. Bisa-bisa kamu dinilai akan bersikap sama di perusahaan baru tersebut.
Selain itu, menjadi kutu loncat membuatmu enggak fokus menjalani karier. Jangankan fokus, karena kamu akan menjadi ‘newbie’ setiap kali pindah kerja. Kamu bisa jadi kehilangan peluang untuk dipromosikan atas kinerja yang sudah kamu berikan sebelumnya.
Belum lagi, dengan sering berpindah kerja, kamu akan melewatkan berbagai benefit yang mungkin ditawarkan oleh kantormu, yang biasanya bisa menjadi hak kamu setelah minimal 1 tahun bekerja. Misalnya seperti THR, bonus, atau tunjangan lainnya. Sayang banget kan?
Keuntungan Bertahan di Satu Perusahaan
Berarti enggak boleh ya, jadi kutu loncat? Well, bukannya dilarang, hanya saja kamu perlu mengkhawatirkan perkembangan kariermu sendiri.
Paling ideal, kamu bisa bertahan di sebuah perusahaan minimal 2 tahun, karena dalam 2 tahun itu, kamu bisa belajar banyak hal seputar karier dan bidang yang kamu tekuni. Dua tahun ini baru tahap mengenal, belum mendalami lo!
Kalau boleh dibuat timeline, satu tahun pertama adalah mengenali dunia baru—apalagi kalau kamu fresh graduate yang belum berpengalaman. Ditambah mengenali pola kerja, ritme, kebiasaan dan budaya perusahaan, rekan kerja, senior, atasan, klien, struktur organisasi karyawan, hingga kompetitor. Tahun pertama adalah tahun sibuk untuk mendapatkan ilmu dan wawasan di bidang kamu bekerja dan juga perusahaannya.
Di tahun kedua, kamu pasti akan baru mulai lancar mengerjakan segala sesuatu. Sudah mulai hafal prosedur-prosedurnya, apalagi kan sudah kenal dengan personil-personilnya. Sudah kenal dengan berbagai kebiasaan yang ada di perusahaan, juga sudah memiliki ritme kerja yang sama dengan rekan kerja. Kamu mungkin bahkan sudah mulai bisa berinovasi, bisa melakukan problem solving nyaris tanpa kesalahan.
Selain itu bertahan di pada satu perusahaan setidaknya 2 tahun akan memberikan keuntungan bagi kamu, salah satunya berpeluang untuk berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
Bagaimana agar Tidak Menjadi Kutu Loncat
Sekali lagi, menjadi kutu loncat tidak dilarang. Boleh kok, apalagi jika memang bukan faktor kamunya yang kurang profesional. Bagaimanapun, kamu berhak untuk bekerja di perusahaan yang bagus. Ya kan? Tetapi, ada baiknya untuk tidak berpikir akan terus menjadi kutu loncat, karena pada akhirnya kamu sendiri yang dirugikan.
Jadi, bagaimana caranya agar kita bisa menghindar dari peluang menjadi kutu loncat?
1. Miliki tujuan karier
Seperti dalam keuangan, saat mulai meniti karier, kamu harus bertanya pada dirimu sendiri, #TujuanLoApa? Dengan begini, kamu lantas bisa memosisikan dirimu sendiri sebagai partner perusahaan.
Pada dasarnya, perusahaan mana pun membutuhkan keaktifan semua personil untuk bisa terlibat mewujudkan tujuan bersama. Kamu pun bisa mendiskusikannya dengan pihak perusahaan untuk menyelaraskan antara tujuan kariermu sendiri dengan tujuan perusahaan.
2. Pahami bidang pekerjaanmu
Ketika kamu berusaha memahami bidang yang sedang kamu jalani, saat itu juga kamu ikut belajar bagaimana cara menangani masalah yang ada dalam pekerjaan.
3. Kelola penghasilanmu dengan baik
Ketika kamu mensyukuri penghasilan yang kamu dapatkan dengan cara mengelolanya dengan baik, dan kemudian merasa cukup, maka bisa saja kamu menjadi tidak ingin berpindah kerja dan menjadi kutu loncat lagi.
Karena itu, adalah penting bagi kamu—para first jobber, fresh graduate, bahkan kamu yang berada di middle level—untuk belajar keuangan agar bisa mengelola gaji dengan baik. Tahu kan, bahwa produktivitas, kepuasan kerja, dan gaji itu berhubungan erat?
So, jika memang belum pernah ada pelatihan keuangan di perusahaan tempat kamu kerja, kamu bisa mengusulkannya ke HR kantor tempat kamu bekerja, dan undang QM Financial untuk datang menemani kamu belajar keuangan.
Untuk detail lebih lanjut, bisa menghubungi ini ya, dan mari berdiskusi mengenai kebutuhan training keuangan karyawan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jangan Khawatir, Anak Kos, Ini Solusi kalau Mi Instan Mahal Nanti
Apa kabar, anak kos, yang makan andalannya mi instan?
Mi instan lagi jadi buah bibir, lantaran diprediksi oleh Pak Menteri Pertanian bakalan naik 3 kali lipat gara-gara impor gandum sulit. Ukraina sebagai pemasok gandum terbesar dunia sedang adu urat dengan Rusia, sehingga distribusi komoditasnya terhambat. Konon, sebenarnya ada banyak stok gandum di Ukraina, tapi sayangnya enggak bisa keluar.
Tadi sempat jalan-jalan di minimarket waralaba yang terkenal itu, harga mi instan masih sekitar Rp3.000 – Rp5.000-an per bungkus. Kalau nantinya benar-benar naik 3 kali lipat, artinya satu bungkus akan jadi Rp15.000. So, kalau beli Indomie nyemek di warmindo bakalan jadi Rp30.000-an dong ya? Duh, seharga steak.
Pastinya ya, kabar ini jadi bikin deg-degan juga. Secara mi instan memang bukan kebutuhan pokok, tapi buat sebagian orang, mi instan ibarat penyelamat terutama di tanggal-tanggal kritis. Termasuk para anak kos.
Pasalnya, jadi anak kos yang hidup di rantau itu memang jadi tantangan tersendiri. Terutama buat para first jobber. Harus pintar manajemen dirinya, terutama terkait pengelolaan keuangan. Apalagi masih merasa wajib untuk kirim uang ke kampung. Nah, kalau sudah begini, biasanya mi instan memang jadi andalan konsumsi sehari-hari.
Kebutuhan Anak Kos
Ada beberapa kebutuhan esensial yang harus dipenuhi oleh anak kos dan jadi pengeluaran rutinnya, yaitu:
- Sewa kamar kos
- Makan dan minum
- Kuota internet dan/atau pulsa
- Biaya transportasi
- Kebutuhan perawatan diri: perlengkapan mandi, skincare, dan lain-lain
- Kebutuhan hiburan atau lifestyle, seperti nongkrong, nonton film, dan sebagainya
Karena kebutuhannya yang banyak, makanya anak kos harus pintar atur keuangan agar bisa survive. Salah satunya adalah dengan membuat bujet per posnya, sehingga akan lebih mudah untuk alokasi uang yang ada. Kamu bisa mengenali kebutuhan yang diprioritaskan, dan menekan pengeluaran lain yang kurang penting.
Pengeluaran Makanan yang Penting
Salah satu pos pengeluaran paling penting adalah makanan. Sudah bukan rahasia lagi kalau anak kos sering mengandalkan mi instan sebagai salah satu jenis makanan sehari-hari. Pasalnya, selain praktis memasaknya, harganya juga murah. Sebungkus mi instan paling banter hanya perlu mengeluarkan Rp5.000. Kalau mau Samyang, baru deh harus merogoh dompet lebih dalam.
Apalagi sekarang banyak banget resep-resep mi instan yang viral di Instagram atau TikTok yang divariasikan dengan banyak bahan lain. Bikin mi instan jadi menu yang enggak ngebosenin. Bener nggak sih? Ada yang dipadu dengan seblak, ada yang ditambahin keju, sambal matah, jeruk nipis, bakso, sosis, dan sebagainya. Ada juga yang mengganti kuahnya dengan susu.
Oh, kamu tahu enggak sih, bahwa konsumsi mi dan susu dengan zat besi ternyata bisa mengurangi risiko anemia loh. Ini menurut studi American Journal of Clinical Nutrition.
Namun, mi instan sendiri dikenal mengandung natrium yang tinggi, terutama di Indonesia, yang rata-rata punya kadar di atas 600 mg per sajian. Memang menurut standar WHO, konsumsi natrium maksimal 2.400 mg dalam satu hari, tetapi kan, kita enggak cuma mengonsumsi mi instan saja. Banyak unsur makanan lain yang juga mengandung natrium. Kalau dalam sekali makan sudah lebih dari 600 mg, dari makanan lain kita harus menjaganya kurang dari itu, agar bisa memenuhi standar tak lebih dari 2.400 mg, bukan? Selain itu, mi instan juga tinggi MSG
Jika dikonsumsi lebih dari itu, bisa berisiko lebih pada penyakit darah tinggi, risiko kanker lambung, hingga mengganggu kinerja jantung.
Nah, jadi, jika benar harga mi instan nanti naik, barangkali ini bisa jadi alasan buat kamu untuk mengurangi konsumsi makanan sejuta umat ini. Kamu bisa menggantinya dengan makanan lain, yang tak kalah enak, lebih sehat, dan sama terjangkaunya sehingga lebih sehat juga untuk dompet.
1. Telur
Telur juga sama terjangkaunya dengan mi instan, pun mudah dimasak. Mau divariasikan seperti apa pun, juga bisa. Dan, sudah pasti, enak serta sehat.
Telur satu kilonya saat artikel ini ditulis kurang lebih Rp30.000. So, satu butirnya mungkin Rp2.000. Kamu bisa memasaknya sesuai keinginan, lalu bisa dipadankan dengan nasi sebagai lauk, atau roti sebagai sandwich.
2. Sarden
Sarden juga bisa jadi pilihan pengganti mi instan yang sehat. Harga sarden kaleng kecil berkisar di Rp7.500. Kamu bisa memvariasikannya juga dengan bahan makanan lain, misalnya telur, atau ditumis tambah sayuran. Atau tinggal dipanasi saja kalau malas memasak. Biasanya, untuk anak kos yang sendirian, sarden bisa dipakai buat dua kali makan.
3. Bihun
Sekarang juga ada pilihan bihun instan yang bisa dibeli seperti halnya mi instan. Kalau mi instan terbuat dari tepung gandum, bihun instan biasanya dibuat dari tepung beras. Kisaran harganya kurang lebih sama dengan mi instan, sekitar Rp3.000-an.
Bihun instan juga mudah banget diolah, pun enak divariasikan dengan bahan makanan lain juga. Mau rebus, ada. Mau goreng, juga ada.
4. Tempe dan tahu
Tempe dan tahu juga bisa jadi opsi pengganti mi instan, yang sama murahnya, gampang dimasak, dan lebih sehat. Kamu bisa membuat berbagai masakan praktis dengan menggunakan tempe dan tahu. Setidaknya, digoreng saja plus ditambah sambal, itu sudah enak banget jadi lauk.
Kalau memasak mi instan saja diruwetin—ditambah sambal, ditambah susu, pakai diberi topping keju—bikin tempe goreng pasti juga enggak ruwet, kan?
5. Oatmeal
Oatmeal ini tak hanya oke buat pengganti mi instan. Buat pengganti nasi pun oke, karena lebih tinggi serat sehingga mengenyangkan—dan tentu saja, sehat.
Buat anak kos yang harus pintar menghemat, oatmeal juga bisa jadi pilihan yang baik, karena satu bungkus kecil oatmeal 35 mg, harganya juga sangat terjangkau. Kamu bisa memvariasikannya dengan berbagai buah, seperti pisang, apel, dan sebagainya, supaya tambah sehat. Pilihlah buah-buahan lokal yang lagi musim, supaya bisa menekan harga konsumsinya.
Nah, gimana? Semoga kamu enggak bingung lagi ya, memilih makanan nanti kalau mi instan jadi naik. Pasalnya, masih banyak kok pilihan makanan lain yang lebih sehat dan sama terjangkaunya. Semoga juga sih, tidak perlu naik terlalu tinggi, sehingga tetap terjangkau terutama oleh anak kos. Ibaratnya, semoga enggak perlu sampai makan mi instan seharga steak.
Yang pasti sih, yuk, perkuat lagi keuanganmu dengan belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Pasalnya, hanya dengan belajar keuangan lebih baik, kamu enggak perlu khawatir lagi soal kondisi dan harga ini itu yang berubah. Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Karyawan Gaji UMR Pengin Beli Rumah? Kenapa Enggak?
Karyawan punya gaji UMR tapi punya mimpi beli rumah sendiri. Ya, kenapa enggak? Bisa kok, asalkan niat sudah kuat, jalan pasti akan selalu ada. Bener nggak sih?
Tapi, kan gaji UMR itu cuma cukup buat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja? Nggak juga, dengan pengelolaan keuangan benar dan konsisten, para karyawan mana pun bisa kok memiliki rumah sendiri, tahun ini.
Berikut beberapa hal yang harus disiapkan.
Gaji UMR Beli Rumah, Ini Harus Disiapkan
1. Fokus kumpulkan uang muka alias DP rumah
Karyawan punya gaji UMR bisa punya rumah sendiri. Bisa dong, kalau dapat warisan. Eh, nggak gitu juga sih, ini bukan soal privilege kok, tapi soal kita pegang kendali atas hidup kita sendiri.
Buat rencana matang, sejak dini. Gaji UMR bisa jadi adalah besaran gajimu sekarang, karena kamu baru saja mulai bekerja. First jobber, begitu istilahnya. Seiring waktu, mari kita berharap gajimu akan meningkat seiring jam terbang yang juga meninggi.
Yang harus kamu miliki adalah rencana step by step. Mulailah dengan memikirkan hal yang paling kecil dan pertama dari rencana pembelian rumah, yaitu menyiapkan DP rumah.
Berapa jumlah DP rumah yang harus disiapkan? Biasanya sih 15% untuk rumah pertama, ada juga yang kurang untuk tipe rumah yang lebih kecil. Kapan kamu butuh DP rumah ini? Dua tahun lagi, lima tahun lagi? Jadikan itu sebagai horizon waktu untuk mengumpulkannya.
2. Sisihkan di depan, dan investasikan di instrumen yang tepat
Bagusnya, karyawan itu kan bisa dibilang punya penghasilan yang tetap. Setiap bulannya pasti menerima gaji. Kalaupun jumlahnya berbeda, itu biasanya karena adanya tunjangan tidak tetap, yang dihitung dari kehadiran.
So, enggak ada alasan untuk nggak bisa menyisihkan sebagian dulu di depan, begitu menerima gaji. Idealnya, tabungan dan investasi seharusnya 10% dari penghasilan rutin. Tetapi, tentu kamu bisa menyisihkan lebih banyak jika memang memungkinkan. Sesuaikan dengan kondisimu ya.
Jika memang kamu longgar, belum ada tambahan tanggungan, banyak hal yang bisa dihemat, fokuslah pada impian punya rumah sendiri meski gaji UMR.
Taruhlah simpanan untuk DP rumah ini di instrumen investasi yang tepat. Katakanlah, kamu butuhnya 2 tahun lagi, maka kamu bisa menempatkannya di instrumen investasi jangka pendek seperti Reksa Dana Pasar Uang atau deposito.
Jikalau kamu sekarang seorang first jobber, kemampuanmu untuk pulih jika terkena krisis masih tinggi, sehingga mungkin kamu perlu mempertimbangkan untuk menyimpannya di instrumen yang lebih agresif demi mendapatkan imbal yang lebih sepadan.
Tapi ingat ya, dahului dengan analisis yang cermat.
3. Siapkan skema cicilan
Salah satu cara terbaik untuk karyawan dengan gaji UMR untuk bisa beli rumah sendiri adalah melalui KPR. Ada beberapa jenis KPR yang bisa dipilih, mau KPR konvensional atau KPR syariah. Tentunya, kamu harus mempelajari plus minus masing-masing produk dan kemudian membandingkannya satu sama lain. Dari sini, kamu bisa memilih skema mana yang paling sesuai dengan keuanganmu.
Selanjutnya, ya siapkan diri untuk skema cicilannya. Kalau kamu sudah terbiasa menyisihkan uang untuk DP rumah sebelumnya, tentu pada fase membayar cicilan ini, kamu juga tak akan terasa terlalu berat lagi.
Tapi ingat ya, besaran cicilan utang secara total tidak boleh melebihi 30% dari pengeluaran bulanan demi amannya.
Gaji UMR tidak berarti lantas tak boleh punya mimpi. Yang penting, kamu mau usaha dan belajar terus mengelola keuangan. Konsisten, itu kuncinya. Konsisten dengan tujuanmu, konsisten dengan caramu.
Cicilan KPR seharusnya enggak menjadi beban, justru menjadi motivasi kamu untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Kumpulkan insentif, bonus, dan penghasilan lain di luar gaji, agar cicilan tetap aman, keuanganmu secara keseluruhan setiap bulannya tetap terkendali.
Kalau perlu, ajak teman-teman sekantor untuk ngadain training keuangan bareng.
QM Financial punya silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan keuangan karyawan dengan berbagai permasalahannya. Kami punya metode training karyawan yang dikemas interaktif dan fun. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
Pentingnya Financial Training di 3 Jenjang Karier Karyawan Perusahaan
Adalah penting bagi perusahaan untuk memberikan support berupa pemberian financial training bagi karyawan, agar kemudian mereka merasakan financial security yang akhirnya dapat membuat mereka bisa nyaman dan produktif bekerja.
Kenapa?
Bukti survei yang dilakukan oleh International Foundation of Employee Benefit Plans menyebutkan bahwa umumnya karyawan memiliki dan menghadapi isu finansial yang sama, yaitu seputar masalah utang, dana pensiun, dana pendidikan anak, kebutuhan hidup sehari-hari, dan masalah dana kesehatan.
Namun, financial training tak sembarang financial training. Financial training yang diberikan ini harus kontinyu. Baik karyawan maupun perusahaan sebaiknya sama-sama berkomitmen untuk membentuk budaya keuangan yang baik, dimulai dari kantor yang lantas dibawa ke kehidupan sehari-hari karyawan–yang akhirnya akan berdampak baik kembali ke kantor.
Karenanya, financial training yang diberikan hanya sekali saja kurang memadai. Financial security akan semakin terbentuk ketika karyawan diberikan pelatihan di setiap jenjang atau fase kariernya, yang meliputi fase recruit (fase awal), fase retain (fase menengah), dan fase exit (fase akhir). Hal ini penting lantaran di setiap fasenya, karyawan akan memiliki masalah keuangan yang berbeda, yang menyesuaikan dengan perkembangan kehidupan yang dijalaninya. Seperti halnya ujian naik kelas, tantangannya akan naik level ketika karyawan itu beranjak ke jenjang karier berikutnya.
Lalu, financial training seperti apa sih yang diperlukan oleh karyawan di setiap fase atau jenjang karier yang ditapakinya? Akankah rumit? Ternyata tidak lo! Pihak perusahaan “hanya” perlu menyiapkan hal-hal seperti di bawah ini.
Jenis Financial Training sesuai Jenjang Karier Karyawan
1. Fase Recruit
Adalah fase atau jenjang ketika karyawan baru saja mulai bekerja di perusahaan, atau yang dikenal dengan istilah first jobber.
Saat seorang karyawan baru menerima gaji pertama, maka saat itu pula ia harus sudah mulai sadar akan pentingnya keterampilan untuk mengelola gaji dengan baik. Ia sebaiknya sudah sadar, bahwa ke depannya, ia akan perlu untuk membuat tujuan dan rencana keuangan yang komprehensif untuk mewujudkan tujuan keuangan ini.
Kesadaran untuk berinvestasi, mengelola utang, memilih proteksi, dan mengelola keuangan sehari-hari harus sudah dibentuk di jenjang karier paling awal ini.
2. Fase Retain
Fase atau jenjang kedua yang dilewati oleh karyawan adalah ketika ia sudah beberapa tahun bekerja dan sudah mulai beranjak ke level mapan. Secara pendapatan, ia sudah sangat stabil; gaji naik, bahkan mungkin beberapa tujuan keuangannya juga sudah tercapai dengan baik.
Dengan financial training yang tepat, karyawan akan diingatkan untuk mereview apa yang sudah dicapai sejauh ini. Mereka akan diajak untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan terkait pengelolaan keuangan mereka sebelumnya; tentang cash flow, utang, investasi, proteksi, dan melihat lagi, apakah ada yang perlu ditingkatkan atau ada yang perlu disesuaikan dengan kondisi yang berubah.
Di fase ini, karyawan juga harus diingatkan kembali tentang pentingnya membangun aset, yang nantinya dapat diakumulasi dan dikonversi menjadi aset aktif menjelang pensiun.
3. Fase Exit
Inilah fase menyiapkan diri untuk tidak produktif lagi. Jangan sampai, karyawan enggak siap untuk pensiun. Jangan sampai juga, kita membentuk generasi roti isi–alias sandwich generation–yang baru. Setiap karyawan sudah seharusnya bisa mempersiapkan diri untuk pensiun mandiri dan sejahtera.
So, financial training di fase ini akan fokus pada perencanaan dana pensiun. Pertanyaan besarnya adalah kamu pengin pensiun di mana, dan seperti apa?
Itulah yang menjadi objektif dari perencanaan dana pensiun karyawan.
Bagaimana? Apakah siap untuk memberikan financial training secara lengkap untuk karyawan, sebagai upaya untuk mendukung kesejahteraannya–tak hanya saat ini, tapi dalam jangka panjang hingga pensiun?
Jika iya, QM Financial bisa membantu lo!
Yuk, undang tim QM Financial untuk datang ke perusahaanmu, untuk mengembangkan training keuangan karyawan yang dikemas secara interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.
3 Tips Keuangan Ciamik sebagai Smart First-Jobber
Kamu baru saja lulus kuliah? Sudah dapat pekerjaan pertama? Wah, SELAMAT yaaa! Nah, sebagai first-jobber, apa saja sih yang harus kamu ketahui dan lakukan dari segi keuangan? Simak tips keuangan berikut untuk menjadi smart first-jobber!
2 Langkah Mudah Agar First Jobber Bisa Mandiri!
Siapa yang baru lulus kuliah? Selamat ya!
Senang dong rasanya sudah tidak berstatus mahasiswa lagi. Biasanya lulusan bangku perkuliahan akan melangkah ke dunia kerja. Welcome to the real world guys!