Life Beyond Finance – Sehat Fisik, Sehat Mental, Sehat Finansial untuk 20 Tahun QM Financial
Menginjak dua dekade perjalanannya, QM Financial tidak hanya berdiri sebagai pioneer edukasi keuangan, tetapi juga sebagai saksi transformasi hidup dan keuangan banyak orang. “Life Beyond Finance – Sehat Fisik, Sehat Mental, Sehat Finansial” bukan sekadar tema, melainkan refleksi dari perjalanan yang telah kita lalui bersama. Di tengah gejolak ekonomi dan tantangan kesehatan yang menghampiri, keseimbangan antara ketiga aspek tersebut menjadi semakin penting.
Lewat event ini, kita akan merayakan perjalanan 20 tahun QM Financial dengan mengajak kamu menyelami pentingnya harmonisasi antara kesehatan fisik, mental, dan finansial; sebuah konsep holistik untuk kehidupan yang lebih berkualitas dan berkelanjutan, dalam sebuah acara Financial Dialogue.
Dan, untuk pertama kalinya, Financial Dialogue dihelat secara offline! Pastinya kamu tidak mau dong ketinggalan untuk ikut acara ini, mengingat deretan Financial Dialogue sebelumnya yang selalu dapat menjaring peserta hingga ribuan.
Financial Dialogue: Seri Diskusi Finansial dengan Beragam Pakar Multidisiplin
QM Financial telah menyelenggarakan banyak seri Financial Dialogue, tetapi apa sebenarnya yang melatarbelakangi inisiatif ini? Jawabannya terletak pada kenyataan bahwa keuangan tidak hanya merupakan angka di rekening bank; sebaliknya, meresap ke dalam setiap sudut kehidupan kita.
Kita terus-menerus berinteraksi dengan keuangan dalam berbagai cara, mulai dari mengelola penghasilan dan pengeluaran, merencanakan masa depan, dan menghadapi konsekuensi nyata dari keputusan keuangan kita. Faktanya, keberhasilan dalam mengelola aspek finansial memiliki dampak mendalam pada hampir semua area kehidupan kita.
1. Kesejahteraan Hidup
Pertama, ada soal kesejahteraan. Kemampuan untuk mengelola keuangan dengan efisien tidak hanya memengaruhi kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga menentukan kualitas hidup. Membayar tagihan, menabung, mengurangi utang, dan merencanakan masa depan finansial yang aman adalah fondasi yang memberi kita kestabilan dan kedamaian pikiran.
2. Kesehatan Mental dan Fisik
Namun, dampaknya juga lebih dari sekadar ekonomi. Kesehatan mental dan fisik juga sering terjalin erat dengan kondisi keuangan kita. Stres yang diakibatkan oleh utang atau ketidakpastian keuangan dapat mengganggu kesehatan mental dan bahkan fisik, menyebabkan segala macam kondisi dari kecemasan dan depresi hingga masalah fisik.
3. Relasi
Kemudian, ada aspek relasi juga. Dinamika keuangan dapat memainkan peran krusial dalam hubungan pribadi dan keluarga, dengan konflik seputar uang sering menjadi sumber ketegangan. Namun, manajemen keuangan yang efektif dan komunikasi terbuka dapat membantu menciptakan stabilitas dan kedamaian dalam hubungan yang kita jalin dengan orang lain.
4. Peluang Karier
Manajemen keuangan juga mempengaruhi pendidikan dan peluang karier. Dengan keuangan yang dikelola dengan baik, kita memiliki sumber daya untuk berinvestasi dalam pendidikan dan pengembangan diri, membuka pintu untuk peluang baru, dan penghasilan yang lebih tinggi.
5. Dampak di Masa Depan
Keuangan juga tentang kebebasan dan fleksibilitas; kebebasan untuk melakukan perjalanan, mengejar hobi, atau bahkan mempertimbangkan pensiun dini. Keputusan keuangan kita hari ini, baik investasi, tabungan, atau asuransi, memiliki dampak jangka panjang, membentuk kehidupan kita di masa depan dan bahkan menjadi warisan yang akan kita berikan kepada generasi berikutnya.
Mengingat semua ini, pentingnya memiliki keterampilan dan kesadaran finansial tidak bisa diremehkan. Namun, tantangan dalam manajemen keuangan sering berasal dari tempat yang tidak terduga.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membahas topik ini dengan pakarnya, lalu menghubungkannya dengan situasi keuangan kita sendiri. Inilah alasan mengapa diskusi seperti Financial Dialogue menjadi sangat penting: tempat di mana kita bisa menggali lebih dalam, belajar, dan membuat keputusan terinformasi tentang keuangan kita.
Financial Dialogue Kembali Hadir!
Setelah jeda yang cukup panjang, Financial Dialogue dengan bangga kembali mengambil panggung. Kali ini semakin istimewa karena bertepatan dengan perayaan dua dekade QM Financial, alias ulang tahun ke-20 QM Financial.
Motivasi di balik inisiatif ini tetap tidak berubah dan sejalan dengan apa yang telah kami yakini selama ini: pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik, mental, dan finansial, terutama di zaman sekarang.
Pandemi telah menyoroti pentingnya praktik ini secara lebih mendesak. Memiliki keuangan yang stabil dan dana darurat yang cukup terbukti menjadi penyangga penting saat krisis finansial menyerang. Namun, pelajaran berharga dari masa-masa sulit tersebut tidak berhenti di situ. Kesehatan fisik dan mental yang prima, ternyata juga sangat krusial, memiliki bobot yang sama dengan kekuatan finansial kita.
Stres yang ditimbulkan oleh kesulitan finansial bisa menimbulkan beban serius pada kesehatan mental kita, dan jika tidak ditangani, hal ini dapat berdampak lebih lanjut pada kesehatan fisik. Demikian pula, mengalami masalah kesehatan fisik dan mental dapat menyebabkan stres finansial, terutama mengingat biaya perawatan dan pengobatan yang bisa sangat tinggi.
Inilah saatnya kita menghentikan siklus merugikan ini. Langkah awalnya adalah dengan menciptakan platform dialog yang memungkinkan perhatian yang seimbang terhadap kesehatan fisik, mental, dan finansial.
Financial Dialogue bertujuan menjadi ruang di mana kita dapat belajar keuangan dan membuka percakapan penting ini, memahami bahwa ketiganya saling terkait dan sama-sama penting untuk kehidupan yang sehat dan harmonis.
Mari berdialog bersama, di Financial Dialogue – Spesial QM Financial 20 tahun!
Life Beyond Financial – Financial Dialogue Special QM Financial 20 Tahun
Financial Dialogue spesial ulang tahun QM Financial kali ini akan menghadirkan 3 panelis. Inilah mereka.
1. dr. Andira Utami – Certified Nutrition Science from Stanford School of Medicine, Founder & CEO of Livewell Indonesia
Dari perspektif SEHAT FISIK, dr. Andira akan membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan tubuh selain rutin berolahraga. Apa yang perlu diperhatikan dari segi makanan sehari-hari, menghadapi udara yang buruk, dan menjaga kemampuan tubuh untuk melakukan tugas sehari-hari agar hidup secara nyaman.
2. Adjie Santosoputro – Praktisi Mindfulness dan Kesehatan Mental
Dari perspektif SEHAT MENTAL, Adjie akan membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan mental. Melalui refleksi diri diharapkan mampu menghadapi berbagai kemungkinan dan menjalani hari baru dengan positif dan hidup bahagia sesuai dengan tahapan usia dan cara-cara yang praktis.
3. Ligwina Hananto – CEO & Lead Financial Trainer QM Financial
Dari perspektif SEHAT FINANSIAL, Ligwina akan membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan finansial yang relevan dengan tahapan kehidupan finansial masing-masing, beserta contoh-contoh praktik yang mudah diterapkan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar dari para ahli di bidangnya:
Venue: Hotel Century Park Jakarta
Tanggal: 29 Oktober 2023
Waktu: pukul 14:00-17:00 WIB
Yuk, daftar sekarang di
Tiket sangat terbatas ya, jadi jangan sampai kehabisan. Buruan segera amankan seat kamu. Ada beragam hadiah menarik, dan juga doorprize. Khusus buat kamu alumni FCOS QM Financial, pakai kode promo ALUMNI20 untuk harga spesial ya!
Inilah waktu yang tepat untuk mengambil langkah proaktif dalam mengelola kesehatan fisik, mental, dan finansial kamu. Bersama, mari kita capai hidup yang lebih seimbang, harmonis, dan penuh makna. Daftar sekarang juga, dan jadilah bagian dari perubahan menuju kehidupan yang lebih baik bersama QM Financial!
See you there!
Financial Dialogue 08: Content Creator Juga Harus Bisa Hidup Sejahtera
Zaman sekarang, pilihan karier makin banyak. Kalau mau nanya ke anak-anak soal cita-cita, semakin jarang pula terdengar pilihan untuk menjadi dokter, guru, atau sebangsanya. Rerata akan menjawab menjadi YouTuber, Tiktoker, dan sederet profesi content creator lain.
Itu baru anak-anak. Jangan tanya di kalangan generasi Z dan milenial. Sudah banyak yang merambah ke salah satu profesi di industri kreatif ini sejak media sosial “ditemukan”.
Apa Sih Itu Content Creator?
Content creator adalah orang-orang yang berkarya dengan cara membuat konten menarik dan bersifat edukasi, inspiratif, dan menghibur untuk tujuan tertentu, sehingga menciptakan minat pengikutnya akan topik yang diangkat. Konten yang dibuat semakin ke sini juga semakin beragam. Tak hanya yang bersifat statis seperti foto atau tulisan, tetapi juga konten dinamis seperti video, animasi, dan sejenisnya.
Perkembangan internet turut mendorong iklim yang sesuai bagi para content creator ini untuk berkembang, hingga mereka mampu mendapatkan penghasilan fantastis bahkan sampai miliaran rupiah setiap bulannya.
Inilah yang kian menarik generasi masa sekarang untuk mendalami profesi ini. Namun, kadang apa yang ada di “backstage” memang agak berbeda dari yang dapat dilihat secara kasatmata.
Dari luar, para content creator memang kadang tampak glamor, standout, charming, inspiratif, kreatif, lucu, dan seterusnya. Sedangkan di baliknya, ada banyak sekali hal yang menjadi PR sang content creator untuk dilakukan agar kontennya sukses menarik perhatian follower dan banyak orang lainnya.
Ada banyak kerja keras, networking, kemampuan manajemen diri, hingga kemampuan mengelola keuangan juga lo!
Ini dia yang kita ulik dalam Financial Dialogue 08: Menghasilkan Uang Kekinian Ala Kreator, yang sukses dihadiri oleh lebih dari 100 peserta di hari Sabtu, tanggal 26 Juni 2021 yang lalu.
Serunya Obrolan Para Content Creator dalam Financial Dialogue 08
Dibuka oleh Nyonya Rumah, Ligwina Hananto, yang membahas topik profesi content creator ini dari perspektif finansial.
Mba Ligwina menggarisbawahi 4 tantangan karier terbesar untuk menjadi content creator, yaitu:
- Penghasilan berkurang atau berhenti ketika sakit
- Penghasilan naik turun dan musiman
- Butuh modal untuk project atau riset
- Invoice tidak dibayar tepat waktu
Karenanya, adalah penting bagi seorang content creator untuk belajar mengelola keuangan dengan baik sejak awal. Beberapa yang harus dilakukan lebih dulu adalah mengunci pengeluaran dan tujuan finansial, memiliki sistem penampungan dana yang baik, membangun personal brand sebagai bisnis, melengkapi proteksi diri sendiri, dan juga jangan lupa, menyiapkan aset aktif yang nantinya bisa meng-generate pendapatan pasif saat kita sudah memasuki masa pensiun.
Dengan keterampilan mengelola keuangan yang baik, maka meski tak menjalani pekerjaan rutin kantoran yang menjanjikan gaji rutin dan jaminan pensiun yang besar, seorang content creator juga bisa hidup sejahtera.
Panelis 1: Ditta Amelia Saraswati, Ilustrator dan Penulis Buku
Paparan Mba Ligwina Hananto diamini oleh Ditta Amelia Saraswati, yang memulai kariernya sebagai seorang ilustrator di circa tahun 2000-an. Menyimak kisah perjalanan Ditta merupakan hiburan tersendiri. Memang, networking merupakan hal yang penting. Ini juga diakui betul oleh Ditta.
Berawal dari iseng membuat gambar-gambar kartun, Ditta akhirnya bertemu dengan banyak orang, yang sebagian besar memberikan peluan untuknya menapaki kariernya sebagai komikus dengan lebih serius.
Beberapa kali mengerjakan proyek, bahkan juga membuat konten untuk sejumlah brand ternama, akhirnya membawa Ditta juga menulis buku. Sekarang, Ditta sudah punya semakin banyak teman, dan semakin serius mendalami profesinya.
Panelis 2: Fellexandro Ruby, entrepreneur dan content creator
Sama saja dengan Ditta yang menjalani kariernya secara natural, Ruby malahan sempat menjalani 9 profesi sebelum akhirnya memilih untuk menjadi seorang content creator hingga sekarang. Tak hanya itu, Ruby bahkan juga mengembangkan dirinya menjadi seorang entrepreneur sukses.
Semua itu tak lepas dari growth mindset yang dimilikinya. Karenanya, Ruby mengajak (calon) content creator semua untuk juga memiliki growth mindset, alih-alih fixed mindset yang bisa membuat kita tak berkembang.
Apa sih contohnya growth mindset itu? Misalnya, terbuka menerima kritik dan pendapat orang lain. Tak banyak lo, yang bisa memiliki dan melakukannya.
Panelis 3: Aria Rajasa, founder Karyakarsa.com
Membuat sebuah platform yang bisa menjadi media bagi para kreator untuk berkarya tanpa batas menjadi niatnya untuk mendirikan KaryaKarsa.com. Diharapkannya, platform besutannya ini bisa menjadi Patreon rasa lokal yang dapat mewadahi hasil karya para content creator tanpa batas jenis maupun jumlahnya.
Aria menyebutkan, penghasilan terbesar dari salah seorang content creator di Karyakarsa ada yang mencapai Rp10 miliar lo! Luar biasa banget kan? Dengan ketentuan yang ringan, para kreator berhak atas 90% dari penghasilan untuk dinikmati. Yes, ini adalah nominal yang cukup besar. Mengingat banyak platform content creator lain yang memungut lebih dari 50% penghasilan kreator.
Dengan demikian, Karyakarsa menjembatani dua kebutuhan. Satu, kebutuhan para content creator untuk mendapatkan media berekspresi dan juga mendapatkan penghasilan. Dua, kebutuhan fans untuk bisa dekat dan mendukung langsung content creator yang diidolakan.
Setelah obrolan seru yang berlangsung 2 jam penuh, kita jadi tahu kan, bahwa menjadi content creator itu sekarang bisa banget dijadikan sebagai mata pencaharian utama, dan disejajarkan dengan berbagai profesi lain.
Tinggal bagaimana dari sisi si konten kreator itu sendiri, bagaimana mereka bisa responsif terhadap perkembangan zaman dan menciptakan peluang untuk mengembangkan dirinya sendiri. Apalagi dari sisi finansial, sudah seharusnya seorang content creator juga piawai mengelola keuangannya sendiri, supaya nantinya bisa hidup sejahtera dan bisa pensiun juga dengan sejahtera.
Nah, sampai ketemu di Financial Dialogue selanjutnya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Jenis Pekerjaan dan Profesi di Industri Kreatif yang Lagi Ngehype
Potensi industri kreatif semakin cerah. Potensinya luar biasa, didukung oleh perkembangan teknologi dan intelektualitas anak muda zaman sekarang, rasanya nggak lebay kalau kita berharap banyak dari sektor ini untuk mengangkat ekonomi negara. Betul?
Pemerintah sendiri bahkan sudah mendukung perkembangan sektor satu ini dengan memasukkannya ke dalam program khusus yang dipimpin oleh seorang menteri, meskipun belum secara khusus.
Dikutip dari Kompas.com, tingkat pertumbuhan PDB ekonomi kreatif pada 2019 mencapai 5,10 persen, dengan subsektor kuliner, kriya, dan fashion sebagai penyumbang terbesarnya.
Kenapa industri kreatif ini tampaknya sangat digadang-gadang untuk berkembang lebih pesat lagi? Karena ekonomi dari industri kreatif tak semata-mata bergantung pada sumber daya alam mentah, yang sudah kritis dan tidak bisa diperbarui lagi. Ekonomi dan industri kreatif lebih banyak ditentukan oleh sumber daya manusia, yang bisa banget dikembangkan tanpa batasan.
Lalu, jenis usaha atau profesi apa saja sih yang ada dalam industri kreatif?
Profesi dan Usaha di Industri Kreatif
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengategorikan industri kreatif ke dalam 14 sektor, mulai dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan, desain, mode atau fashion, media (fim, video dan fotografi), game atau permainan interaktif, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, software, riset dan pengembangan, musik, serta broadcasting atau penyiaran.
Wah, ternyata banyak juga ya? Tapi kalau dilihat-lihat sih, ada 7 profesi dalam industri kreatif yang akhir-akhir ini lagi moncer banget. Mari kita simak.
1. Desainer
Profesi desainer ini sangat luas. Mulai dari desainer fashion, grafis, produk, interior, desainer website, sampai arsitek juga bisa dimasukkan ke kelompok ini.
Terutama di zaman sekarang, seiring berkembangnya dunia digital, peran desainer semakin dibutuhkan. Desainer grafis misalnya, laris dipekerjakan karena banyak perusahaan butuh terutama berkaitan dengan marketing. Desainer website juga banyak dibutuhkan, karena di industri 4.0 akan, setiap jenis bisnis akan butuh etalase digital yang dapat menjangkau lebih banyak target pasar.
2. Content creator
Mulai dari youtuber, instagrammer, bloger, tiktoker, … you name it, semua itu adalah profesi content creator—profesi yang sekarang sedang ngehype banget di industri kreatif.
Perkembangan media sosial yang luar biasa belakangan turut mendorong pertumbuhan dan perkembangan profesi ini.
3. Writer
Atau penulis. Profesi ini bisa masuk hampir ke semua subsektor yang ada. Mulai dari jenis konvensional sampai penulis yang berhubungan dengan dunia digital.
Jenis konvensional bisa jadi penulis buku. Baik menulis buku sendiri, atau sebagai co-writer, ataupun ghostwriter. Bisa juga masuk ke ranah periklanan, sebagai copywriter untuk iklan-iklan tradisional, misalnya.
Sedangkan, dunia digital sendiri juga membutuhkan penulis-penulis yang dapat memproduksi tulisan untuk diterbitkan secara digital. Misalnya penulis konten untuk website-website, atau sebagai copywriter yang bertanggung jawab pada iklan digital.
4. Fotografer
Menjadi fotografer profesional juga ada pangsa pasarnya tersendiri.
Ingat banget di awal pandemi, banyak fotografer mencoba bereksperimen dengan berbagai proyek virtual photo shoot, dan hasilnya luar biasa!
Fotografer juga bisa masuk ke berbagai subsektor di industri kreatif. Mulai dari periklanan, seni, fashion, kerajinan, dan masih banyak lagi.
5. Audio/sound artist
Kamu pernah mendengar tentang foley artists? Profesi ini sangat unik lo!
Sudah menonton film Quiet Place? Film bergenre horor yang sangat minim score ini banyak menggunakan sound effect yang hasilnya luar biasa. Ketika alien menggerakkan kakinya, misalnya. Si foley artist menggunakan sebonggol pokchoy yang ditekan-tekan memutar sehingga menghasilkan efek bunyi seperti sendi gerak si alien.
Pembuat jingle iklan, musisi, voice over artist, termasuk juga ke dalam kategori ini.
6. Multimedia artist
Dalam kategori profesi dalam industri kreatif ini, ada videografer, video editor, hingga animator.
Multimedia artist juga dapat masuk ke banyak subsektor dalam industri kreatif. Mulai dari periklanan, seni, seni pertunjukan, games, dan banyak lagi.
7.Chef
Kuliner merupakan salah satu subsektor industri kreatif yang berperan besar dalam menyumbang PDB. Begitu juga profesi sebagai chef, kini tak sekadar “tukang masak” lagi, tetap sudah lebih luas cakupannya. Sudah pasti butuh kreativitas tinggi untuk bisa jadi chef yang baik.
Gimana, gimana? Apakah ada profesi yang pengin banget kamu geluti?
Sepertinya sih, kalau milenial memang cocok banget bekerja di industri kreatif. Apalagi sebagai kreator nih. Mau tahu lebih banyak, kayak apa sih kerja sebagai kreator itu?
Join Financial Dialogue Vol. 8!
Ini dia Financial Dialogue Vol.8 Career & Money yang secara khusus akan membahas topik Menghasilkan Uang Kekinian Ala Kreator.
Bersama Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, yang akan membahasnya dari perspektif finansial, juga ada Ditta Amelia, ilustrator dan penulis dari perspektif kreator yang akan membahas tentang memulai karier dan seputar perjalanannya menjalani profesinya yang sekarang. Tak ketinggalan, ada juga Fellexandro akan membahas tentang growth mindset dan bagaimana mengembangkan karier sebagai seorang konten kreator.
Lebih lengkap lagi, ada juga Aria Rajasa, founder KaryaKarsa, yang akan membahas mengenai platform apresiasi kreator dan bagaimana seorang konten kreator mendapatkan manfaat maksimal dari platform.
Jangan sampai kelewatan, ya! Financial Dialogue Vol.8 Career & Money: Menghasilkan Uang Kekinian Ala Kreator, akan diadakan Sabtu, 26 Juni 2021, pukul 13:00-15:00.
Financial Dialogue 06: Ketika Pasangan Suami Istri Harus Bicara Soal Uang, Bakalan Seru atau Lebih Sering Buntu?
Pasangan suami istri harus bicara uang? Waduh, bisa jadi seru atau malah buntu!
Faktanya, memang banyak yang menganggapnya sebagai hal tabu, bahkan ketika dibicarakan dengan si soulmate, alias belahan jiwa.
Supaya lebih terasa dramatis, faktanya (lagi) ada 70% pasangan suami istri yang selalu berselisih paham tentang keuangan sepanjang waktu. 67%-nya bertengkar soal utang. Lebih jauh lagi, ternyata 28.2% perceraian yang terjadi dalam kurun waktu 2016 – 2018, dipicu oleh masalah ekonomi.
Maka, tak salah, jika Ibu Rani Anggraini Dewi, seorang pakar relationship, berkata, bahwa ada dua hal paling sensitif yang hadir dalam kehidupan pasangan suami istri. Satu, masalah seks, dan kedua adalah masalah keuangan.
Waduh!
Karena itu, diskusi yang terjadi selama Financial Dialogue vol. 06 yang diselenggarakan di hari Sabtu tanggal 20 Februari 2021 kemarin, dari pukul 13.00 hingga pukul 15.00 kemarin berlangsung sangat seru, karena mengangkat tema Relationship & Money: Diskusi Finansial bareng Pasangan: Seru atau Buntu?
QM Financial dan Nyonya Rumah, Ligwina Hananto, menghadirkan tiga orang panelis luar biasa, yakni Ibu Dra. Rani A. Dewi, M.A., Couple Relationship Therapist, Pre-Marital Consultant, Innerself Improvement Coach; juga pasangan ter-hype saat ini; Kalis Mardiasih, Penulis & Gender Equality Campaigner, dan Agus Mulyadi, Redaksi Pelaksana Mojok.co, yang merupakan pasangan suami istri yang baru saja menikah, alias newly weds.
Sesuai misinya, QM Financial lebih memilih mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih banyak berfokus pada uang sebagai alat untuk mencapai dreams and achievements, alih-alih membawa fear mongering karena uang. Karena itu, diskusi dalam Financial Dialogue vol. 06 juga lebih berfokus untuk membicarakan akar masalah yang sering ditemui pada pasangan suami istri, mengapa topik keuangan malah lebih sering buntu, dan bagaimana cara mengatasinya.
Dengan didukung oleh Wardah, Kumparan sebagai rekan media dan Parentalk sebagai rekan komunitas, Financial Dialogue vol. 06 sukses diselenggarakan dan dihadiri oleh ratusan peserta secara virtual melalui aplikasi Zoom webinar.
Berikut adalah rekap acara yang kemarin sudah berlangsung.
Diskusi Financial Pasangan Suami Istri Itu Bisa Seru!
Dalam sesi pembukanya, Ligwina Hananto memaparkan tiga persoalan besar yang harus dihadapi oleh pasangan terkait keuangan keluarga ini, yakni:
- Kapan sebaiknya mulai mengobrol finansial dengan pasangan?
- Apa saja hal finansial yang perlu disiapkan sebelum menikah?
- Apa beda cara atur finansial newly weds, so married, vs old married couples?
Ligwina Hananto juga menyebutkan, bahwa ada 4 sistem atur uang dengan pasangan, yaitu:
- Sistem 1 pintu: penghasilan dari pihak 1, pihak 2 mengatur penggunaan
- Sistem 2 pintu: pihak 1 dan pihak 2 berpenghasilan, pihak 2 yang mengatur penggunaan
- Sistem terbalik: penghasilan dari 1 pintu, pihak 1 merintis, pihak 2 menghasilkan dan mengatur penggunaan uang
- Sistem sendiri-sendiri: kedua pihak menghasilkan, dan membagi tugas dalam pembiayaan kebutuhan hidup.
Mana yang lebih baik? Tentu saja, kembali ke kondisi keluarga masing-masing. Faktanya, Ligwina sendiri telah menjalani keempat sistem tersebut sekaligus, sesuai dengan tahapan hidup yang dilaluinya.
Jadi, bolehkah melakukan keempat sistem tersebut? Tentu saja boleh, karena hidup kita dinamis, sehingga pengaturan keuangan pun perlu disesuaikan dengan perubahan yang ada.
Selama kita tahu apa yang kita bicarakan, dan tahu bagaimana membicarakannya, diskusi finansial pasangan suami istri pasti bisa dilakukan dengan nyaman.
Hindari 9 Hambatan Komunikasi dan Fokus pada 5 Emosi Dasar
Ibu Rani A. Dewi, sebagai seorang pakar relationship, menyebutkan bahwa ada dua topik paling sensitif yang terbanyak menjadi masalah, salah satunya adalah keuangan. Ibu Rani menyoroti mengenai niat para pasangan menikah sejak awal.
Ibu Rani juga menggarisbawahi, bahwa pada dasarnya manusia tidak pernah belajar berkomunikasi. Kita hanya belajar bicara. Sedangkan, untuk berkomunikasi kita hanya bisa melihat dari cara orang tua kita berinteraksi satu sama lain. Karena itu, butuh penyesuaian lagi ketika akhirnya kita resmi menikah dan menjadi pasangan suami istri, lantaran masing-masing pribadi akan membawa latar belakang keluarga ini ke dalam keluarga barunya.
Menurut Ibu Rani, ada 9 hambatan cara berkomunikasi pasangan suami istri, yaitu mengatur dan mengontrol, memberi peringatan dan mengancam, berkhotbah dan menasihati, mengritik, menyalahkan, mengejek, simpati, menolak, mengalihkan.
Dengan demikian, jika ingin mengajak pasangan untuk berdiskusi masalah keuangan, ada baiknya untuk menghindari kesembilan gaya berkomunikasi di atas, karena bisa menyebabkan komunikasi menjadi terhambat.
Selain menghindari kesembilan gaya bahasa di atas, adalah penting juga bagi pasangan suami istri untuk memperhatikan 5 emosi dasar yang akan mendasari setiap komunikasi yang terbangun, yaitu merasa dicintai, merasa dihargai, merasa dipahami, merasa bernilai, dan merasa aman. Penuhilah kelima emosi dasar tersebut saat berkomunikasi dengan pasangan, maka masalah apa pun bisa diatasi dengan lebih mudah.
Miliki Value yang Sama
Kalis Mardiasih dan Agus Magelangan, yang merupakan pasangan newly weds, juga mengakui bahwa pada dasarnya akar masalah yang harus mereka hadapi juga kurang lebih sama dengan pasangan suami istri yang lain. Yes, komunikasi.
Namun, baik Kalis maupun Agus percaya, bahwa kompromi memang menjadi senjata ampuh untuk mengatasi masalah komunikasi ini.
Karena itu, adalah penting untuk memiliki partner dengan value yang sama. Dengan demikian, kompromi yang dilakukan pun menjadi lebih mudah. Masing-masing tak ada yang berkeberatan untuk mengalah, demi kebaikan bersama. Dengan memiliki partner yang ber-value sama, diskusi finansial antara pasangan suami istri pun jadi nyambung, karena frekuensinya sama.
Seru banget kan?
Eventually, diskusi finansial antara pasangan suami istri bisa dilakukan secara seru kok, enggak harus buntu. Hanya saja, masing-masing harus menyadari tujuan bersama dan memang sama-sama punya niat untuk mewujudkannya bareng-bareng juga.
Semoga dengan komunikasi yang lebih lancar, masalah keuangan di setiap keluarga juga jadi teratasi dengan lebih baik.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 06.
Sampai ketemu di Financial Dialogue volume selanjutnya di bulan Maret!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Financial Dialogue 05: Jadi Pemilik Bisnis yang Berawal dari Berdagang
Bisa jadi, menjadi pemilik bisnis adalah cita-cita impian dari sebagian besar orang di zaman sekarang. Apalagi ketika pandemi mulai menyerang kita di awal tahun 2020. Ketika penghasilan menurun, menjadi tidak stabil, kebiasaan berubah, membuat kita pun jadi harus memikirkan satu dan lain cara untuk survive. Banyak akhirnya yang kemudian berusaha berdagang untuk menyambung hidup.
Sampai di sini, seharusnya kita sudah mulai bersyukur. Di balik musibah global ini, ternyata tersembunyi peluang baik juga, ya kan? Akhirnya, yang tadinya maju mundur cantik untuk mulai bisnis, jadi bisa berbisnis beneran, dengan dimulai dari berdagang.
Karena itu, diskusi finansial dalam Financial Dialogue volume 5 ini kami selenggarakan; untuk memberikan insight kepada teman-teman yang sekarang berdagang untuk dapat naik kelas menjadi pemilik bisnis.
Menghadirkan Mo Sidik dan Kania A. Anggiani–para pemilik bisnis (wanna be) yang berbagi cerita bagaimana mereka menyikapi keadaan yang berubah, juga ada William Budiman yang memberikan ulasan menjadi pebisnis dari perspektif psikologis, serta pastinya juga bersama Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, yang punya materi bernas seputar berdagang dan berbisnis.
Mari kita rangkum diskusi kita yang diadakan Sabtu, 28 November lalu, melalui webinar Zoom ini.
Financial Dialogue 05: Yuk, Naik Kelas Jadi Pebisnis
Dalam paparan pembukanya, Ligwina Hananto mengungkapkan bahwa tidak ada yang salah sama sekali dengan berdagang. In fact, setiap pebisnis sukses akan selalu mengawali perjalanannya dengan berdagang lebih dulu.
Dagang menjadi salah satu solusi terbaik di tengah masa sulit, ketika kita mengalami kesulitan uang. Dagang lebih baik daripada utang. Karena itu, ayo, dagang, dan kemudian naikkan kelasnya menjadi bisnis.
Untuk berbisnis, kita akan perlu laporan keuangan, karena memang inilah hal utama yang membedakan antara berbisnis dan berdagang.
Ada 5 prinsip pengelolaan keuangan bisnis, yaitu:
- Pemisahan keuangan bisnis dari keuangan keluarga atau pribadi
- Punya anggaran tetap
- Punya catatan pengeluaran
- Periksa penjualan, pastikan margin tetap positif
- Hitung profit
Ligwina juga mengungkapkan bahwa ada 3 tugas pemilik bisnis yang utama, yang harus mulai diperankan oleh pedagang mana kala ia pengin naik kelas, yaitu:
- Operasional: memastikan bisnis berjalan dengan baik
- Manajerial: mengelola tim agar selalu solid dan produktif
- Strategis: membuat rencana dan strategi bisnis
Panelis 1: Mo Sidik
Mo Sidik terimbas oleh pandemi secara fatal. Bisnis stand up komedinya harus ditutup. Demikian juga bisnis sang istri, juga mengalami kendala. Mau tak mau, harus cari cara untuk bisa survive.
Kebiasaannya scrolling Tiktok ternyata membuahkan ide berdagang yang sederhana; menjadi dropshipper. Untungnya tipis, tetapi ternyata dengan cepat, usahanya membuahkan hasil. Bahkan Kang Mo bisa berjualan sampai 500+ produk dalam sehari.
Menurut Kang Mo, ada 3 hal yang sangat berpengaruh pada kesuksesan seseorang dalam berdagang, selain kerja keras, yaitu keberuntungan, timing, dan keturunan. Wait? Keturunan? Iya, betul. Keturunan. Maksudnya, adalah support system dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Sampai dengan saat ini, omzet dagangan Kang Mo sudah banyak sekali. Tak lagi menjadi dropshipper, sekarang Kang Mo sudah jad stockist, dan bersemangat untuk menjadikan usaha dagangnya menjadi bisnis yang sukses.
Panelis 2: Kania A. Anggiani (Keke Kania)
Keke Kania dikenal sebagai pemilik bisnis @chicanddarling, sebuah brand lifestyle yang tak luput dari imbas pandemi COVID-19. Omzet yang menurun memaksa Keke untuk mencari jalan lain agar tetap survive.
Berawal dari niat suami yang ingin berkontribusi secara nyata dalam penanganan pandemi, bisnis Dapur Ruben pun tercipta. Kini, Dapur Ruben sudah melayani ratusan pesanan setiap harinya.
Menurut Keke Kania, meski terasa bittersweet, tetapi nyatanya ada blessing in disguise dalam masa pandemi ini. Dan, itulah yang patut disyukuri. Nyatanya, selalu ada peluang di setiap situasi, dari hal yang paling kecil sekalipun. Dagang apa pun enggak masalah, seiring waktu kita bisa mengelolanya dengan memperhitungkan cost dan pemasukan, sehingga menjadi profit yang terus bertumbuh.
Mulai dari jadi pedagang dulu, baru kemudian menjadi pemilik bisnis yang sesungguhnya.
Panelis 3: William Budiman
Panelis ketiga, William Budiman, memaparkan bahwa untuk berbisnis, kita memang butuh 3 jenis modal, yaitu modal uang, modal human capital, dan modal social capital. Nah, di sini kita sering lupa, bahwa kita juga butuh modal psikologis, yang akhirnya berpengaruh pada mental kita sebagai seorang pebisnis.
William tidak menampik, bahwa berbisnis itu nggak mudah. Di tengah perjalanan, akan banyak waktu dan godaan bagi kita untuk angkat tangan dan kibar bendera putih. Karena itu, mental memang harus disiapkan sebaik-baiknya, jika kita ingin menjadi pemilik bisnis yang sepenuhnya.
Wah, benar-benar diskusi yang sangat “daging”, dan kamu yang kemarin sempat ikut webinar pasti bisa mendapatkan insight yang luar biasa dari para panelis ini.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya kamu, Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 05.
Selamat menjalankan peranmu sebagai pemilik bisnis ya! Semoga sukses!
Sampai ketemu di Financial Dialogue selanjutnya dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Selama Pandemi COVID-19, Ini Dia 3 Dampak dan Masalah Keuangan Terbesar yang Kita Alami
Tujuh bulan sudah kita harus mengubah banyak hal lantaran terhantam pandemi COVID-19. Ada hal-hal yang sekarang harus kita lakukan, yang sebelumnya tidak. Lebih banyak lagi hal yang harus kita sesuaikan dengan kondisi baru, terutama yang terkait dengan keuangan.
Bagaimana kondisimu? Apakah masih baik-baik saja sampai sekarang? Gaji aman? Bisnis jalan? Job berdatangan? Jika memang kondisi sedang mengharuskanmu prihatin, maka kamu ya harus segera melakukan beberapa adaptasi di sana-sini. Supaya apa? Tentu saja, supaya survive sampai pandemi ini berlalu.
Sejauh ini, QM Financial mencatat munculnya 3 dampak dan masalah keuangan terbesar yang harus kita hadapi sejak pandemi COVID-19 dimulai sampai sekarang. Mari kita lihat apa saja.
3 Dampak dan Masalah Keuangan Terbesar yang Muncul di Masa Pandemi COVID-19
1. Penghasilan berkurang
Apa kabar, kamu para karyawan? Di awal pandemi COVID-19 kemarin, ada sebagian dari kamu akhirnya harus bekerja dari rumah saja. Sebagian lain harus menerima kenyataan pahit karena benar-benar dirumahkan, dalam arti yang sesungguhnya.
Tentu saja, hal ini memengaruhi penghasilanmu, ya kan? Baik yang harus bekerja dari rumah, mungkin ada beberapa tunjangan yang tidak diberikan, bahkan gaji pokok pun mungkin juga nggak full bisa kamu terima. Yang harus dirumahkan, jangan tanya lagi deh. Mungkin cuma uang pesangon saja yang bisa diharapkan.
Setelah beberapa bulan berlalu, pemerintah mengumumkan bahwa kondisi new normal akhirnya bisa kita jalani, meski belum semua daerah memenuhi syarat. Sebagian dari kamu mungkin sudah bisa kembali masuk kantor. Tetapi, gaji tetap saja belum seperti sebelumnya. Misalnya saja, uang lembur, uang dinas luar, uang-uang insentif lain juga belum bisa diberikan, karena aktivitas masih terbatas.
Lalu, apa kabar kebutuhan sehari-harimu? Apa kabar tujuan keuanganmu? Apakah kamu masih bisa berinvestasi?
2. Bisnis nggak jalan
Pandemi COVID-19 paling banter memberikan dampak di bisnis retail, pariwisata, dan beberapa sektor lain. Meski tak semua terdampak negatif sih, karena ada beberapa sektor yang justru bertumbuh positif juga.
Namun, buat sebagian pemilik bisnis, realita yang harus dihadapi sekarang memang sangat pahit. Apalagi kalau bisnisnya bukan termasuk bisnis yang bisa dengan mudah dikonversi menjadi bisnis online. Duh, pasti berat banget deh, untuk bisa survive di masa pandemi ini ya?
Memang harus ada adaptasi di banyak hal agar bisnis tetap bisa survive sekarang. Masalah terbesar apa yang paling krusial yang harus kamu hadapi sekarang? Pemasukan berkurang, tetapi tetap harus memberikan gaji pada karyawanmu? Atau, produksi harus berkurang karena pasokan bahan baku juga terhenti lantaran vendor terdampak oleh pandemi?
Yuk, coba duduk sejenak, dicari akar masalahnya. Jika akar masalah sudah teridentifikasi, kamu pasti kemudian bisa mencoba mencari beberapa alternatif penyelesaiannya.
3. Nggak ada dana darurat
Mari kita lihat data survei yang dilakukan oleh OECD–Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi–berikut ini, yang dirilis 25 Juni 2020 yang lalu.
Data tersebut mengungkapkan seberapa siapkah masyarakat dunia untuk menghadapi penurunan pertumbuhan ekonomi sekarang. Coba cermati posisi Indonesia.
Sungguh miris, bahwa 46% masyarakat Indonesia ternyata hanya punya dana darurat untuk seminggu saja. Ini sungguh angka yang memprihatinkan. Sedangkan, 24% responden mengaku memiliki dana darurat untuk satu hingga enam bulan ke depan. Dan hanya 9% saja yang yakin bisa bertahan lebih dari 6 bulan. Selebihnya? Malah nggak tahu punya dana darurat atau enggak. Aduh.
Bagaimana denganmu? Saat ini, kamu sudah punya berapa banyak dana darurat? Kalau kamu pembaca setia situs ini, penonton setia channel YouTube QM Financial, follower akun media sosial QM Financial dan juga alumni kelas online finansial, tentu kamu sudah tahu, betapa pentingnya dana darurat, ya kan?
Nah, itu dia 3 dampak dan masalah keuangan terbesar yang kita alami selama masa pandemi COVID-19 ini.
Ngobrol yuk, tentang hal ini!
Bersama Nyonya Rumah Ligwina Hananto, QM Financial akan mengadakan Financial Dialogue vol. 04 pada 17 Oktober 2020 mendatang, melalui webinar dengan aplikasi Zoom. Ada 3 panelis yang akan hadir dalam diskusi finansial kita kali ini. Mereka adalah:
- Hanifa Ambadar. Dari perspektif entrepreneur, Hanifa Ambadar akan berbagi pengalamannya menerapkan adaptasi pada bisnis Female Daily Network di bidang beauty industry.
- Jenny Jusuf. Dari perspektif freelancer, Jenny Jusuf akan berbagi pengalaman menerapkan adaptasi pada pekerjaan freelance yang dijalaninya di industri film.
- Muhammad Arif Rahman. Dari perspektif freelancer dan entrepreneur, Arif Rahman akan berbagi pengalaman menerapkan adaptasi pada pekerjaan freelance travel blogger dan bisnis @whatravel yang dimilikinya.
Seru kan? Yuk, ya!
Financial Dialogue 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda
Banyak orang ciut nyali ketika ngomongin soal membeli properti. Padahal punya properti ini bisa jadi simbol kemapanan, belum lagi kalau kamu punya properti sebagai investasi. Bisa menjadi penghasilan pasif loh!
Kalau kamu mengamati, di setiap tahapan hidup, selalu akan ada satu hal yang akan kita jalani, yaitu yang terkait dengan properti. Di usia 20 – 30 tahun, kita merencanakan untuk DP rumah pertama. Di usia 30 – 40 tahun, kita akhirnya memiliki rumah pertama. Di usia 40 – 50 tahun, kita mulai memikirkan punya properti kedua, dan di usia 50 tahun seharusnya kita juga sudah punya rumah di mana kita akan menghabiskan masa pensiun yang mandiri, sejahtera, dan tenang.
See? Lihat kan, bagaimana kita seumur hidup harus berurusan dengan properti? Tak perlu ciut nyali untuk merencanakannya, karena kebutuhan ini memang benar-benar nyata.
Financial Dialogue 03 Tak Hanya Mengajak Kamu untuk Tak Takut Punya Properti Tapi Juga Bijak Merencanakannya
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, selaku Nyonya Rumah Financial Dialogue volume 03 yang menyatakan bahwa properti itu enggak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal kita sendiri saja, tetapi bisa juga untuk disewakan, atau dibisniskan, atau untuk mendapatkan capital gain. Maka dari itu, kembali lagi, semua tergantung pada #TujuanLoApa saat berniat untuk punya properti.
Setelah tujuannya sudah terumuskan, selanjutnya kita bisa merencanakan dan kemudian merealisasikannya.
Ada 4 pembiayaan properti yang bisa kita pilih sebagai opsi, mulai dari cash keras, cash bertahap, pinjaman lunak, dan KPR. Mau pilih yang mana? Tentu saja, tergantung pada kemampuan dan kondisimu. Setiap orang bisa saja memilih opsi yang berbeda, dan itu nggak ada yang salah sepanjang memang mampu dan sesuai. Lokasi juga sangat menentukan loh! Karena itu, sesuaikan lokasi dengan kemampuan finansialmu juga ya.
Panelis 1: Irvan Ariesdhana
Panelis pertama, Irvan Ariesdhana yang merupakan Real Estate Tech Advisor, juga setuju bahwa lokasi menjadi hal terpenting yang harus dipertimbangkan. Daerah-daerah di sekitar Jabodetabek masih menempati urutan pertama demand properti sepanjang tahun ini.
Kalau menyoal ketakutan masyarakat membeli properti, sebenarnya di setiap generasi kita menghadapi problem yang sama. Namun, dengan perencanaan keuangan yang realistis, tak ada yang tak mungkin bisa diusahakan.
Panelis 2: Adhitya Mulya
Panelis kedua, Adhitya Mulya adalah seorang property enthusiast yang bahkan sudah memiliki channel Youtube sendiri yang khusus membahas pernak-pernik properti. Di diskusi kali ini, Adhitya membahas sisi lain dari KPR. Menurut Adhitya, tak ada cara lain untuk bisa punya properti di usia muda kecuali kerja sampai keringetan.
Ada beberapa poin yang diajukan oleh Adhitya bagi kamu yang hendak merencanakan punya properti.
- Coba pertimbangkan opsi beli rumah jadi versus beli tanah lalu bangun rumah sendiri. Pertimbangkan nilai tanahnya, nilai bangunannya, nilai sarananya, hingga kemudahan aksesnya.
- Buat rencana keuangan untuk membeli properti ini–apa pun opsi yang akhirnya diputuskan–sedini mungkin.
Panelis 3: Pratiwi Hamdhana AM
Panelis ketiga adalah Pratiwi Hamdhana AM, yang akrab disapa dengan Tiwi–yang ternyata di usianya yang masih kepala 2 sudah memiliki 4 properti yang tersebar di Indonesia, dan kesemuanya telah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Pratiwi terlibat dalam pendirian Woywoy Paradise, sebuah resort di tepi pantai yang indah di Sulawesi, juga pemilik Roemah Renjana, sebuah guest house di Yogyakarta, dan sebentar lagi akan dibuka juga Woywoy Resort di Ubud, Bali, serta Roemah Renjana di Makassar dan di Bandung.
Saran Tiwi, kalau mau punya mimpi dalam bisnis properti, selalu mulailah dari yang kamu punya dulu. Tak perlu dipaksakan, yang penting menabung dan punya rencana yang realistis. Seiring berjalannya waktu, opportunity datang, kamu sudah siap.
Begitu banyak pencerahan dan insight seputar kepemilikan properti dalam Financial Dialogue Vol. 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda yang diselenggarakan pada 19 September 2020 kemarin. Persis seperti pendekatan yang selalu dibawa oleh tim QM Financial dalam setiap edukasinya seputar dunia keuangan, yaitu melalui pencapaian dreams and achievement, tidak sekadar menakut-nakuti, lebih banyak fokus pada diskusi finansial yang sehat dan bisa memberdayakan semua orang.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya, 350+ Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 03.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 04, 17 Oktober 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
Financial Dialogue Vol. 02: Atasi Quarter Life Crisis Sekaligus Capai Kebebasan Finansial
Anak muda masa kini, yang sedang berada di usia 20-an, seringnya merasa galau, bingung, ragu, dan akhirnya tidak puas akan semua pencapaiannya. Apa yang dibingungkan? Ya karier, relationship-nya, hingga soal finansial. Dr. Alex Fowke, seorang psikolog klinis senior di Hampsted London, UK, menyebutkan bahwa ini adalah gejala quarter life crisis.
Apa saja gejalanya? Di antaranya:
- Membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain yang sebaya.
- Merasa diri sendiri tidak akan mampu sukses di masa depan
- Merasa sulit untuk menemukan pasangan hidup
- Mempertanyakan tujuan hidupnya sendiri
- Cemas dan minder akan segala hal, termasuk soal keuangan
Wah, banyak juga, dan rata-rata merupakan gejala psikis. Bagaimana dengan kamu, yang sekarang sedang membaca artikel ini? Apakah kamu sedang mengalami hal yang sama?
Financial Dialogue Vol. 02: Ajak Milenial Atasi Quarter Life Crisis
Karena kondisi inilah, QM Financial berinisiatif untuk membuat dialog dan diskusi khusus untuk membahas fenomena quarter life crisis bersama para panutan milenial zaman now. Dalam acara ini, QM Financial juga mendiskusikan bagaimana cara mencapai kemerdekaan atau kebebasan finansial sekaligus merayakan momen kemerdekaan Indonesia yang ke-75.
Dibuka oleh Ligwina Hananto, selaku nyonya rumah sekaligus lead trainer QM Financial, yang menyebutkan tentang 3 langkah menuju kebebasan finansial yang harus dilakukan oleh milenial, yaitu:
- Mengelola cash flow atau arus kas pribadi dengan baik
- Memahami manfaat dan kinerja utang, sehingga dapat mengelolanya dengan bijak
- Memiliki tujuan keuangan, terutama memiliki properti pertama
Mengenai gejala quarter life crisis yang terjadi, Mbak Wina menyebutkan bahwa setiap orang punya backstage masing-masing dalam hidupnya, yang orang lain tak ketahui. Kita mungkin melihat orang lain bisa cepat sukses, tetapi di situ kita tidak tahu backstage-nya seperti apa. Kita bisa mulai merencanakan sukses untuk hidup kita kapan saja, tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai,
Ada 3 orang panelis yang dihadirkan oleh QM Financial. Kita akan lihat satu per satu, sembari mencatat quote dan tip terpenting dari mereka agar milenial bisa mengatasi quarter life crisis yang sedang dirasakan.
Raditya Dika
Semua milenial sepertinya sudah kenal dengan bapak satu anak ini, yang menyebut dirinya sendiri sebagai ‘milenial tua’. Karena sudah senior, tentulah Bang Radit tahu betul bagaimana menjadi seorang milenial di zaman teknologi seperti sekarang.
Raditya Dika, yang telah menulis banyak buku pun sukses berakting ini juga punya perjalanannya sendiri menuju sukses.
Ternyata, Bang Radit mulai berinvestasi ketika dia menerima royalti bukunya yang pertama. Menjadi klien QM Financial 10 tahun yang lalu, membuat Raditya melek literasi finansial dengan lebih baik, dan sadar sepenuhnya bahwa yang pertama harus disiapkannya untuk masa depan adalah dana pensiun. Dan tahun lalu, tujuan keuangan dana pensiunnya sudah tercapai.
Memang bener sih, yang dikatakan oleh Bang Radit, bahwa waktu adalah teman terbaik. Selagi ada waktu, kita harus berusaha lebih baik.
Luar biasa, Bang Radit!
Rico Huang
Rico Huang adalah pengusaha yang sedikit banyak menyebarkan insecurity quarter life crisis pada follower-nya (dalam artian baik) lantaran sudah sukses di usianya yang masih muda. Nggak heran sih, Rico punya peluang untuk mulai kenalan dengan bisnis ketika dia duduk di bangku SMP. Sekarang, bisnis Rico berkembang pesat, dan kini sang CEO dan co-founder Alona dan Dropshipaja ini bisa mengendarai Ferrari.
Menurut Rico, selagi masih muda, habiskan jatah gagal, hingga saat usia semakin matang, kita sudah terbiasa dan lebih mudah mencari solusi untuk menikmati kegagalan kita.
Dudi Arisandi
Sumber daya manusia tiket.com kini terdiri atas generasi milenial dan zilenial, dan hal ini ternyata memberi keasyikan tersendiri bagi Kang Dudi Arisandi untuk selalu berinteraksi dengan generasi paling produktif ini.
Menurutnya, generasi milenial dan zilenial ini seharusnya merasa beruntung lantaran sekarang usia sudah bukan lagi halangan dan hambatan untuk berkarier dan sukses. Usia muda tidak menghalangi seseorang untuk menjadi CEO. Sudah ada contoh nyatanya kan?
Banyak insight dan pencerahan yang bisa didapatkan dalam Financial Dialogue Vol. 02 dengan tema Career & Money, dengan judul Quarter Life Crisis – Tip Antigalau untuk Karier Milenial yang diselenggarakan di 15 Agustus 2020 kemarin. Persis seperti pendekatan yang selalu dibawa oleh tim QM Financial dalam setiap edukasinya seputar dunia keuangan, yaitu melalui pencapaian dreams and achievement, tidak sekadar menakut-nakuti, lebih banyak fokus pada diskusi finansial yang sehat dan bisa memberdayakan semua orang.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya, 600+ Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 02 kemarin.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 03, 19 September 2020!