Renovasi Rumah Hemat untuk Keluarga Muda: Dari Perencanaan hingga Eksekusi
Bisa melakukan renovasi rumah sering kali menjadi mimpi bagi banyak keluarga muda. Namun, tantangan biaya sering membuat langkah ini terasa berat.
Dengan pendapatan yang terbatas, mengubah rumah menjadi tempat yang lebih nyaman dan fungsional membutuhkan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, menemukan cara untuk merenovasi rumah secara hemat tidak hanya menghemat uang tetapi juga menghindarkan dari stress finansial.
Nah, kali ini kita bahas yuk, mulai dari perencanaan hingga eksekusi renovasi rumah, yang diatur agar cocok dengan anggaran yang ketat. Dengan strategi yang tepat, memperbaharui ruang hidup menjadi lebih mudah dan terjangkau.
Table of Contents
Langkah-Langkah Menyusun Rencana Renovasi Rumah
1. Membuat Perencanaan
Memulai renovasi rumah dengan anggaran terbatas memerlukan pemikiran yang cermat tentang apa yang benar-benar penting. Jadi, yang pertama harus dilakukan adalah membedakan antara apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan.
Dengan bujet terbatas, akan lebih baik untuk fokus pada perubahan yang meningkatkan kenyamanan dan kegunaan rumah, bukan sekadar penambahan estetika.
Selanjutnya, tetapkan anggaran yang realistis. Jadi, hitung biayanya secara detail dan sisihkan dana untuk beberapa hal yang tak direncanakan dan bisa muncul selama proses renovasi.
Desain yang efisien tidak harus mahal. Dengan kreativitas, ruang dapat diubah menjadi lebih fungsional tanpa menguras kantong. Misalnya, mengatur ulang tata letak furnitur atau memilih warna cat yang cerah dapat membuat perbedaan besar dengan biaya minimal. Pemilihan material juga memainkan peran penting. Cari tahu bahan yang tahan lama tetapi terjangkau, dan jangan ragu untuk membandingkan harga antara berbagai penyedia.
Terakhir, temukan kontraktor atau tukang yang tepat. Lakukan riset dan mintalah rekomendasi dari teman atau keluarga. Pastikan untuk berdiskusi terlebih dahulu tentang anggaran dan ekspektasi proyek. Dengan perencanaan yang teliti dan keputusan yang bijaksana, renovasi rumah bisa dilakukan tanpa harus mengorbankan kualitas atau merusak keuangan.
2. Hematlah yang Bisa Dihemat
Merencanakan renovasi rumah tidak selalu membutuhkan pengeluaran besar jika tahu caranya. Salah satu cara cerdas adalah dengan mengerjakan beberapa hal sendiri.
Banyak tutorial online yang bisa membantu dalam melaksanakan tugas-tugas sederhana seperti pengecatan atau pemasangan wallpaper. Selain itu, memanfaatkan kembali material atau perabot yang masih layak pakai bisa mengurangi biaya. Kreativitas dalam mendaur ulang bisa memberikan hasil yang unik dan personal.
Berburu diskon untuk material bisa menjadi strategi jitu lainnya. Mengikuti promo di toko bangunan atau online dapat membuat anggaran renovasi lebih ringan. Dengan begitu, kita bisa membeli material berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau.
Selain itu, memprioritaskan perbaikan yang memiliki dampak besar terhadap keamanan dan kenyamanan rumah adalah langkah bijak. Investasi pada aspek-aspek penting seperti atap bocor atau AC dapat meningkatkan nilai rumah dan menghindari pengeluaran yang lebih besar di masa depan.
3. Mulai Renovasi
Memulai proses renovasi membutuhkan perencanaan jadwal yang matang. Membuat timeline yang realistis membantu dalam mengurangi hambatan yang mungkin muncul. Dengan begitu, kamu bisa memastikan pekerjaan berjalan lancar tanpa mengganggu kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, memantau kemajuan pekerjaan adalah kunci untuk memastikan semuanya sesuai rencana, terutama rencana keuangan. Teknologi saat ini memungkinkan pemilik rumah untuk tetap terinformasi tentang perkembangan proyek, bahkan tanpa harus berada di tempat secara fisik.
Menjaga agar pengeluaran tak melebihi anggaran yang ditentukan adalah tantangan yang sering dihadapi. Mencatat setiap biaya dan membandingkannya dengan anggaran awal secara teratur dapat membantu dalam mengendalikan pengeluaran.
Selain itu, penting untuk tetap fleksibel dan siap menghadapi perubahan. Ingat, bahwa enggak semua rencana akan berjalan sesuai harapan. Kadang, perubahan tidak terduga terjadi, dan kamu harus siap.
Siap menyesuaikan rencana kapan saja ketika diperlukan tanpa mengorbankan kualitas atau keamanan adalah bagian penting dari proses renovasi.
Renovasi rumah memang perjalanan yang penuh dengan keputusan penting. Namun dengan perencanaan dan eksekusi yang cermat, bisa menjadi investasi yang sama besarnya dan pentingnya dengan membeli rumah baru.
Mengatur keuangan dengan bijak selama proses ini enggak hanya dapat menghindarkanmu dari beban utang, tetapi juga menambah nilai pada rumah.
Dengan pendekatan yang terencana, setiap langkah dari merencanakan hingga menyelesaikan renovasi bisa meningkatkan kenyamanan tanpa merusak dompet. Ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, merenovasi rumah bisa menjadi proyek yang memuaskan dan menguntungkan.
Gimana? Ingin segera merencanakan renovasi rumah? Yuk, hitung-hitung dulu kebutuhannya! Ikutan kelas keuangan QM Financial, supaya kamu bisa merumuskan tujuan keuangan ini dengan cermat.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Nyicil Rumah bareng Pacar, Yay or Nay?
Semingguan terakhir, sepertinya seru banget dibahas di media sosial soal nyicil rumah bareng pacar. Gimana nih menurut kamu?
Nyicil rumah itu adalah sebuah langkah signifikan dalam kehidupan banyak orang. Ada kebanggaan tersendiri ketika kita memasuki rumah idaman yang telah kita bayar setiap bulannya. Apalagi kalau proses nyicil ini kita lakukan bareng pacar, rasanya seperti sebuah langkah besar dalam hubungan, kan? Namun, pernahkah kamu berpikir tentang plus minus dari skema nyicil rumah bareng pacar ini?
Coba bayangkan, setiap bulan kalian berdua menyisihkan sebagian penghasilan untuk membayar cicilan rumah impian kalian. Jelas, ada keuntungan yang bisa dirasakan, seperti beban finansial yang bisa dibagi dua, kemampuan untuk memiliki rumah lebih cepat, dan tentunya membangun komitmen dalam hubungan. Namun, seperti koin yang memiliki dua sisi, pasti ada juga kerugian yang perlu dipertimbangkan.
Di balik manisnya proses nyicil rumah bareng pacar, ada risiko finansial, potensi konflik, dan mungkin juga perbedaan tujuan dan prioritas yang bisa jadi pemicu masalah. Jadi, sebelum kalian memutuskan untuk melangkah, yuk kita ulas lebih dalam tentang plus minus dari skema nyicil rumah bareng pacar ini. Siapa tahu, setelah membaca artikel ini, kalian jadi lebih mantap dan siap dalam membuat keputusan!
Keuntungan Nyicil Rumah bareng Pacar
Bayangkan, kamu dan pasanganmu berkolaborasi membangun impian rumah idaman. Enggak cuma jadi momen yang bikin hubungan makin solid, tapi juga punya dampak positif yang mungkin belum pernah kamu pikirkan sebelumnya. Apa saja?
Berbagi Beban Keuangan
Satu dari manfaat paling gampang dilihat dari patungan bayar rumah sama pacar itu ya bisa bagi-bagi beban finansial atau beban keuangan.
Dengan cara nyicil bareng ini, pembayaran rutin tiap bulan kayak KPR, biaya listrik dan air, sampai perawatan rumah bisa kita bagi dua. So, tekanan finansial kita masing-masing jadi lebih ringan.
Investasi Barengan
Beli rumah sendiri sama pacar itu juga bisa jadi bentuk investasi yang menggiurkan. Kalau nanti harga properti naik, kamu dan pasanganmu berpotensi dapat untung kalau mau jual rumahnya.
Selain itu, properti ini bisa jadi aset jangka panjang yang bisa digunakan buat jaminan keuangan kamu dan pasanganmu.
Bangun Kedekatan dan Komitmen
Memilih buat patungan bayar rumah sama pacar itu bisa jadi tanda komitmen yang serius dalam hubungan lo.
Proses membangun dan merawat rumah bareng-bareng ini bisa bikin ikatan kita makin erat dan kasih kesempatan buat kita saling kenal lebih dalam. Ini juga bisa jadi langkah pertama menuju pernikahan atau komitmen serius lainnya.
Risiko Patungan Bayar Rumah sama Pacar
Sementara itu, nyicil rumah bareng pacar juga punya sisi lain yang mungkin belum kamu pertimbangkan.
So, sebelum bersemangat buat patungan beli rumah, ada baiknya kamu dan pasangan luangkan waktu buat ngobrol dan memahami risiko yang ada. Nggak perlu khawatir, nggak semua risiko itu buruk kok. Malah, dengan memahami risiko ini, kalian bisa lebih siap dan matang dalam mengambil langkah.
Bahaya Finansial
Nyicil rumah bareng pacar tanpa status pernikahan itu bisa bawa bahaya finansial yang gede. Kalau misalnya hubungan kamu dan pasanganmu berakhir, pembagian rumah bisa jadi ribet dan boros banget.
Apalagi kalau tanpa ada perjanjian hukum yang jelas, kamu dan pasanganmu bisa saja berantem dan bingung menentukan, apa yang harus dilakukan dengan rumah tersebut ini.
Kehilangan Investasi dan Keamanan Finansial
Kalo salah satu dari kamu atau pasanganmu gagal bayar kewajiban finansial, misalnya saja cicilan KPR-nya, maka yang lainnya akan mengalami kerugian dan berpotensi kehilangan investasi.
Kala kamu dan pasanganmu enggak mampu mengurus rumah, maka bisa jadi sama-sama buntung.
Beda Tujuan dan Prioritas
Saat nyicil rumah bareng pacar, beda tujuan dan prioritas hidup bisa jadi sumber pertengkaran. Misalnya aja, salah satu dari kamu atau pasanganmu pengin jual rumah ini dan beli properti yang lebih gede, tapi yang lainnya malah pengin tetap tinggal di rumah yang sudah ada.
Perbedaan kayak gini bisa bikin hubungan kamu dan pasanganmu jadi enggak seimbang dan meningkatkan risiko buat putus.
Tip Nyicil Rumah bareng Pacar
So, dengan berbagai hal dan risiko di atas, sebenarnya nyicil rumah bareng pacar itu tidak disarankan. Lebih baik menghindari dulu untuk punya aset bersama saat kamu dan pasanganmu belum resmi berumah tangga.
Namun, yah, namanya manusia. Kadang ya sudah nekat banget, pokoknya harus banget mulai nyicil rumah bareng pacar. Ya, enggak apa sih, tapi ada baiknya berhati-hati dan simak beberapa tip berikut ini.
Diskusi Terbuka
Sebelum memutuskan untuk nyicil rumah bareng pacar, pastikan kamu dan pasanganmu sudah berdiskusi secara terbuka dan jujur tentang rencana dan komitmen ini. Jangan lupa, bicarakan juga tentang skenario terburuk yang mungkin terjadi, seperti hubungan putus atau salah satu dari kamu atau pasanganmu enggak bisa lanjut bayar.
Bikin Perjanjian
Ini penting banget, guys. Mungkin terdengar tidak romantis, tapi bikin perjanjian hukum tentang kepemilikan dan pembagian rumah bisa jadi penyelamat hubungan. Perjanjian ini harus jelas dan adil bagi kedua belah pihak.
Bikin Rencana Keuangan
Nyicil rumah itu butuh komitmen finansial jangka panjang. Pastikan kamu dan pasanganmu punya rencana keuangan yang solid dan komprehensif, termasuk punya dana darurat, uang buat bayar cicilan, dan biaya lainnya.
Pikirkan Tujuan Jangka Panjang
Pastikan kamu dan pasanganmu punya tujuan dan prioritas yang sama sebelum memutuskan untuk nyicil rumah. Misalnya, kalian berdua harus sepakat tentang apakah rumah ini nantinya buat tinggal, disewakan, atau dijual lagi.
Jadi, itulah plus minus dari nyicil rumah bareng pacar. Kayak dua sisi mata uang, ada keuntungan dan risiko yang perlu dipertimbangkan. Jangan lupa, keputusan besar seperti ini nggak bisa diambil dengan asal. Lebih baik kamu dan pasangan bicara dengan terbuka, diskusikan semua hal, dan siapkan diri buat segala kemungkinan.
Ingat, sebuah rumah itu lebih dari sekadar batu dan semen. Itu adalah tempat di mana kamu dan pasanganmu akan membangun banyak kenangan bersama, jadi pastikan itu menjadi tempat yang membawa kebahagiaan, bukan masalah. Siapa pun yang memutuskan untuk melangkah, ingat bahwa rumah idaman itu nggak selalu harus mewah dan besar, tapi rumah yang bisa memberikan kenyamanan dan keamanan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Apa Kabar Tujuan Dana Rumah Pertama, Sementara Sering Pindah Tugas?
Dalam salah satu sesi training karyawan untuk sebuah BUMN, tim QM Financial pernah mendapatkan pertanyaan yang sangat menarik. Bagaimana perencanaan dana rumah pertama, jika seorang karyawan sering dipindahtugaskan?
Nah, ini memang sering terjadi ya, terutama buat kamu yang bekerja di perusahaan yang sudah berskala besar dan nasional. Penempatan karyawannya bisa di berbagai kota di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Sudah begitu, kadang menetap di satu kota hanya beberapa tahun—bahkan ada yang beberapa bulan saja.
Padahal, memiliki rumah sendiri merupakan salah satu tujuan finansial yang sangat penting. Barangkali buat kamu malah jadi salah satu yang diprioritaskan? Lalu, kalau sering pindah tugas, gimana cara membuat rencana dana rumah pertama? Di mana sebaiknya beli rumah?
Lalu, gimana ya enaknya? Yuk, ikuti penjelasannya berikut ini!
Perencanaan Dana Rumah Pertama untuk Karyawan yang Sering Pindah Tugas
1. Sewa atau beli?
Untuk yang pertama, pertimbangkan apakah akan lebih baik langsung membeli rumah, atau sementara menyewa saja dulu?
Jika sekarang kamu memang masih berada di tahap awal masa karier, masih akan sering dipindahtugaskan, nantinya ada potensi yang akan lebih berkembang, ada baiknya memang kamu menyewa dulu untuk bisa ditempati sementara bertugas di kota yang bersangkutan. Tak harus menyewa rumah, alias mengontrak, jika kamu masih single dan memungkinkan, menyewa kamar kos saja mungkin sudah cukup.
Seiring waktu, kamu bisa membuat rencana untuk mengumpulkan dana rumah dari penghasilanmu, sesuai dengan kriteria rumah idaman yang kamu inginkan.
2. Putuskan, mau tinggal di mana?
Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, menyebutkan bahwa kemungkinan ada 2 skenario dalam hal ini.
Skenario satu
Karyawan ditempatkan di suatu kota yang dirasa cukup nyaman untuk ditinggali dalam jangka waktu yang lama. Dia merasa bahwa kota tersebut cocok sebagai “tempatnya pulang”. Dengan demikian, dia dapat memutuskan untuk merencanakan untuk punya rumah di kota tersebut.
Skenario dua
Karyawan sering ditempatkan di berbagai kota, tetapi tidak merasa nyaman. Intinya, nggak pengin tinggal selamanya di kota tersebut, karena berbagai alasan. Dia memilih untuk nantinya “pulang” ke kota tempatnya dilahirkan atau dibesarkan. So, dia merencanakan untuk menabung dana rumah sesuai dengan kondisi kota kampung halamannya tersebut.
Nah, di luar dua skenario di atas, bisa jadi ada skenario yang lain. So, kamu sendiri yang bisa memutuskan kepingin tinggal dan menetap di mana. Jangan buru-buru memutuskan untuk beli rumah di domisili bekerja sekarang.
Ini erat kaitannya dengan kenyamanan, kebahagiaan, dan kepuasan diri sendiri. Jadi, setiap orang bisa jadi berbeda.
Selain itu, kita memang harus memilih rumah yang berada di daerah yang kita paham betul kondisinya, bukan? Kita harus memastikan banyak hal, mulai dari segi keamanan dari tindak kejahatan, keamanan dari sisi risiko bencana alam (rawan banjir, misalnya), dan berbagai aspek lain yang hanya kita sendiri yang tahu.
So, take your time untuk mempertimbangkannya dan buat rencana dana rumah pertamamu dengan saksama, jangan buru-buru memutuskan.
3. Pikirkan perawatannya
Ingat ya, membeli rumah itu bukan berarti kasih uang ke penjual rumah, dan kemudian selesai. Nggak seperti itu loh!
Setelah membeli rumah, akan ada banyak hal yang harus kamu pikirkan. Mulai dari mengurus surat-suratnya, membayar pajaknya, mengisinya dengan perabotan—apalagi jika berencana hendak ditempati dengan segera—dan juga perawatannya.
Apakah kamu sudah siap dengan semua itu, sementara kamu masih terus dipindahtugaskan dan jalan kariermu masih panjang?
Jika memang sudah siap, ya kenapa tidak segera membeli rumah? Mungkin kamu juga sudah dipepet kebutuhan. Karena sudah berkeluarga, misalnya.
Namun, jika tidak siap, kamu boleh kok menunda untuk segera punya rumah pertama. Ligwina Hananto sendiri menyebutkan, menunda beli rumah sih enggak apa, mengumpulkan uangnya yang harus segera dimulai.
Nah, kalau begitu, coba kita ke poin berikutnya.
4. Rencanakan dengan matang tanpa tergesa-gesa
Beli rumah pertama itu boleh saja ditunda, sampai situasi dan kondisi memungkinkan. Tapi, perencanaan dan pengumpulan dana rumah pertama harus segera dimulai.
Pasalnya, untuk beli rumah, kamu akan butuh dana yang cukup besar. Jika kamu akhirnya memutuskan untuk membeli dan membayar dengan cara kredit, itu juga butuh komitmen yang luar biasa dalam jangka waktu yang panjang.
Bukannya menakut-nakuti, tetapi ini justru jadi kesempatan kamu untuk membuat rencana yang matang, dan kemudian eksekusi pelan-pelan.
Nah, gimana? Siap untuk membuat rencana dana rumah pertama sekarang? Sebagai karyawan yang berada dalam usia produktif, ini memang waktunya kamu membuat berbagai tujuan keuangan yang nantinya akan meningkatkan kualitas hidupmu. Ingin memiliki rumah sendiri itu merupakan tanda bahwa kamu siap mandiri dan pengin hidup mapan. Sekarang, tinggal lanjutkan dengan komitmen dan realisasikan rencanamu.
Apakah kantor atau komunitasmu mengalami masalah keuangan yang sama? Ataukah, punya kebutuhan training finansial yang lain? Sila kontak WA 0811 1500 688 untuk mendiskusikan kebutuhan training finansialmu. Semua modul dibuat SIMPEL, PRAKTIS, dan tentu saja FUN!
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
Membeli Rumah Harus Juga Memperhatikan 5 Biaya Tambahan Ini!
Membeli rumah bisa jadi impian terbesar kita. Tapi, beli rumah itu ternyata urusan yang cukup ruwet juga, ya kan?
Nggak heran sih, karena rumah bukanlah barang kecil. Harganya juga tak pernah kecil nominalnya, pun urusannya sensitif. Makanya, birokrasi panjang. Apalagi kalau kita hendak membeli rumah dengan cara KPR, karena ada lebih banyak pihak yang akan terlibat dalam urusan transaksinya. Jangka waktunya yang panjang “memaksa” kita untuk mau berkomitmen dalam jangka waktu yang lama juga, dan tentu, hal ini bukan hal yang mudah.
Inilah yang kadang kita lewatkan. Dianggapnya beli rumah, transaksi dan nego, terus kalau jadi, serahkan uang, selesai. Ternyata enggak gitu juga mainnya. Ada beberapa biaya tambahan transaksi yang juga harus diperhitungkan.
Biaya Tambahan yang Mesti Diperhitungkan Saat Membeli Rumah
Biaya Akta Jual Beli
Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk membuat Akta Jual Beli yang resmi. Nilainya sebesar 1% dari nilai transaksi.
Jadi, jika rumah yang dibeli seharga Rp1 miliar, maka besaran biaya Akta Jual Beli akan sebesar Rp10 juta. Biaya ini ditanggung oleh pihak pembeli, kecuali ada kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Kadang, pada praktiknya, PPAT akan membebankan biaya-biaya lainnya juga. Karenanya, ada baiknya kamu cermati betul komponen ini. Fokuslah pada kelancaran proses transaksi, agar tidak muncul masalah di kemudian hari.
Biaya Balik Nama
Biaya tambahan berikutnya yang harus diperhitungkan saat membeli rumah adalah biaya balik nama. Biasanya besarnya disesuaikan dengan aturan pemerintah daerah setempat. Umumnya sih yang berlaku 2%, tapi bisa berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Biaya ini biasanya dipengaruhi oleh luas tanah, luas bangunan, sampai lokasinya. Jadi, silakan cek saja ke Kantor Pertanahan terdekat ya.
Jika kita membeli rumah dari developer, maka biasanya sih proses balik nama bisa dibantu. Tapi, kalau kita beli rumah yang pernah ditinggali, kita harus mengurusnya secara mandiri.
Biaya Pajak Penghasilan
Biaya Pajak Penghasilan atau PPh ini sebenarnya menjadi tanggung jawab penjual, yang diambil atas penghasilan yang diterima oleh pihak penjual. Besarnya 2.5% jumlah bruto nilai transaksi. Tapi kalau misal rumah yang diperjualbelikan termasuk dalam tipe Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana, maka besar PPh final adalah 1%.
Cuma terkadang, ini juga sudah diperhitungkan oleh pihak penjual dalam harga rumahnya.
Biaya KPR
Jika kamu membeli rumah dengan skema KPR, maka akan 2 jenis biaya yang dibebankan, yaitu biaya provisi, yang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan pemberian pinjaman, dan biaya administrasi, yang akan digunakan untuk mengurus dokumen kredit.
Besarnya biaya ini tergantung kebijakan bank masing-masing. So, silakan cek ke bank tempat kamu hendak mengambil KPR.
Biaya lain yang disatukan
Ada juga biaya tambahan dalam membeli rumah yang biasanya sudah disatukan dengan Bea Balik Nama. Besarannya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di BPN, yaitu sebesar (1/1000 x harga rumah) + Rp50 ribu.
Selain itu, juga ada Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, yang diatur oleh Undang-Undang No. 21 Tahun 1997, dan berlaku sejak 1 Januari 1998. Besarannya 5%, dan dibebankan baik pada pihak penjual maupun pembeli rumah.
Selain 5 biaya tambahan membeli rumah di atas, kamu juga harus memperhitungkan jasa atau honor notaris. Jangan khawatir, karena hal ini juga sudah ada undang-undangnya, jadi pasti semua akan sesuai dengan aturan.
Wow, banyak juga ya, biaya tambahan dalam membeli rumah ini?
Belum lagi, dana untuk membeli rumahnya sudah pasti juga besar nilainya. Gimana cara merencanakannya ya? Sedangkan kalau bisa sih, kita bisa segera memiliki rumah, ya kan? Karena rumah adalah simbol kemandirian.
Gabung yuk, di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu. Belajar bagaimana mengelola keuangan dan merencanakan dana rumah dengan baik, agar segera tercapai. Materinya lengkap, dibawakann secara fun!
Cek jadwalnya, dan segera daftar ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Tujuan Keuangan Terpenting yang Harus Dimiliki oleh Setiap Pasangan Suami Istri
Tak bosan-bosannya QM Financial mengingatkanmu untuk selalu punya tujuan keuangan di setiap tahapan journey yang harus kamu jalani. Karena hal ini penting, agar kamu bisa mengelola keuanganmu dengan baik sehingga kamu bisa terhindar dari masalah yang berisiko muncul di kemudian hari dan memberimu kesulitan.
Nah, buat kamu yang sudah berkeluarga, tujuan keuangan ini juga menjadi hal terpenting. Bahkan sangat penting untuk dibicarakan sejak awal pernikahan, alias saat masih berstatus pengantin baru.
Sebagai pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu wajib banget untuk melakukan kompromi dan diskusi terkait masa depan keluarga yang hendak kalian bangun bersama sejak dini. Siapa sih yang mengharapkan kegagalan di tengah jalan? Ya kan? Dan suksesnya membangun keluarga itu sangat tergantung pada peran kalian berdua loh. Bukan hanya salah satu.
Tujuan keuangan apa saja yang wajib dibicarakan dan didiskusikan? Ini dia 3 di antaranya yang terpenting.
3 Tujuan Keuangan Pasangan Suami Istri yang Paling Penting
1. Dana melahirkan
Memiliki anak mungkin menjadi salah satu tujuan sebagian besar orang yang kemudian memutuskan menikah dan membangun keluarga. Memang begitulah yang berlaku di Indonesia pada umumnya. Termasuk kamu juga ya?
Namun, punya anak di zaman sekarang itu perlu perencanaan yang matang. Selain menambah kebahagiaan keluarga, anak hadir juga sebagai bentuk kemandirian dan bertanggungjawabnya pasangan suami istri muda.
Karena itu, yuk, rencanakan mulai dari dana melahirkan. Dana melahirkan ini tak hanya berhenti di penyiapan biaya persalinan di rumah sakit saja loh. Apalagi kamu hanya bisa siap dengan biaya lahiran alami. Akan ada peluang, ketika ibu harus melahirkan secara darurat. Ya namanya juga risiko hidup, yang begini juga termasuk di dalamnya.
Lalu, juga ada biaya perawatan bayi baru lahir yang biasanya lebih rumit dan repot, belum lagi biaya pemulihan ibu jika memang diperlukan.
Banyak dong? Iya, karenanya, ayo disiapkan sejak sekarang.
2. Dana rumah
Apakah kamu akan tinggal di rumah orang tua/mertua selamanya? Semoga sih kamu tidak berencana demikian. Walaupun jika memang berencana demikian juga enggak salah, karena pasti ada berbagai pertimbangan yang memengaruhi keputusanmu.
Namun, rata-rata orang yang sudah berkeluarga akan berniat untuk keluar dari rumah orang tua, dan belajar hidup mandiri di rumah sendiri.
So, dana rumah pertama menjadi tujuan keuangan berikutnya yang wajib dimiliki oleh setiap pasangan suami istri.
Mau beli rumah dengan cara apa? Hard cash? Apakah sudah ada uangnya? Atau mau mengumpulkan dari mana? Atau, dengan pilihan cicilan? Cicilan yang bagaimana? Cicilan developer bisa jadi salah satu opsi, atau opsi yang lain: KPR.
Kalau mau beli rumah secara KPR, maka kamu harus membuat rencana yang matang meliputi skema mengumpulkan DP sampai dengan skema cicilan, memilih produk KPR yang sesuai, dan pastinya, memilih rumah yang pas dengan kebutuhan.
Banyak ya? Iya. Dan, kalau KPR, maka kamu juga harus siap mental untuk berkomitmen selama bertahun-tahun. Nggak gampang loh, tapi pasti bisa jika rencanamu matang.
3. Dana pendidikan anak
Balik lagi ke poin pertama, punya anak berarti siap untuk punya tanggung jawab seumur hidup. Tak hanya dilahirkan, anak memiliki satu hak asasi yang harus dipenuhi oleh orang tua: mendapatkan pendidikan yang layak.
Nah, pendidikan yang “layak” ini adalah sesuatu yang relatif memang ya, bagi setiap keluarga. Bisa jadi standarnya memang berbeda antara satu keluarga dengan yang lain. Namun, yang pasti, setiap keluarga akan selalu yang terbaik untuk anak-anaknya. Betul nggak?
Karenanya, perlu perencanaan dana pendidikan anak yang matang dan komprehensif. Karena seperti halnya dana rumah dengan skema KPR, mengumpulkan dana pendidikan anak hingga mereka bisa sekolah setinggi-tingginya di sekolah terbaik adalah komitmen jangka panjang. Dengan demikian, semakin dini direncanakan semakin baik.
Tentunya, kita enggak hanya berhenti di 3 tujuan keuangan di atas saja, ya kan? Masih ada banyak kebutuhan, keinginan, dan cita-cita lain yang juga mesti diperjuangkan sebagai keluarga. Tapi, setidaknya, kita bisa mulai dari yang 3 terpenting itu dulu, baru kemudian beranjak ke prioritas berikutnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan keluarga di Udemy. Ada yang pas banget nih buat kamu, para pasangan usia muda yang hendak menyusun berbagai tujuan keuangan yang penting. Dengan belajar keuangan melalui kursus online Udemy, kamu bisa mendapatkan akses lifetime hanya dengan sekali membeli kursusnya saja. Bisa dapat banyak materi yang bisa diunduh dan video yang bisa ditonton berkali-kali.
Oke kan?
Sampai ketemu di Udemy ya!
Financial Dialogue 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda
Banyak orang ciut nyali ketika ngomongin soal membeli properti. Padahal punya properti ini bisa jadi simbol kemapanan, belum lagi kalau kamu punya properti sebagai investasi. Bisa menjadi penghasilan pasif loh!
Kalau kamu mengamati, di setiap tahapan hidup, selalu akan ada satu hal yang akan kita jalani, yaitu yang terkait dengan properti. Di usia 20 – 30 tahun, kita merencanakan untuk DP rumah pertama. Di usia 30 – 40 tahun, kita akhirnya memiliki rumah pertama. Di usia 40 – 50 tahun, kita mulai memikirkan punya properti kedua, dan di usia 50 tahun seharusnya kita juga sudah punya rumah di mana kita akan menghabiskan masa pensiun yang mandiri, sejahtera, dan tenang.
See? Lihat kan, bagaimana kita seumur hidup harus berurusan dengan properti? Tak perlu ciut nyali untuk merencanakannya, karena kebutuhan ini memang benar-benar nyata.
Financial Dialogue 03 Tak Hanya Mengajak Kamu untuk Tak Takut Punya Properti Tapi Juga Bijak Merencanakannya
Dibuka oleh Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, selaku Nyonya Rumah Financial Dialogue volume 03 yang menyatakan bahwa properti itu enggak hanya dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal kita sendiri saja, tetapi bisa juga untuk disewakan, atau dibisniskan, atau untuk mendapatkan capital gain. Maka dari itu, kembali lagi, semua tergantung pada #TujuanLoApa saat berniat untuk punya properti.
Setelah tujuannya sudah terumuskan, selanjutnya kita bisa merencanakan dan kemudian merealisasikannya.
Ada 4 pembiayaan properti yang bisa kita pilih sebagai opsi, mulai dari cash keras, cash bertahap, pinjaman lunak, dan KPR. Mau pilih yang mana? Tentu saja, tergantung pada kemampuan dan kondisimu. Setiap orang bisa saja memilih opsi yang berbeda, dan itu nggak ada yang salah sepanjang memang mampu dan sesuai. Lokasi juga sangat menentukan loh! Karena itu, sesuaikan lokasi dengan kemampuan finansialmu juga ya.
Panelis 1: Irvan Ariesdhana
Panelis pertama, Irvan Ariesdhana yang merupakan Real Estate Tech Advisor, juga setuju bahwa lokasi menjadi hal terpenting yang harus dipertimbangkan. Daerah-daerah di sekitar Jabodetabek masih menempati urutan pertama demand properti sepanjang tahun ini.
Kalau menyoal ketakutan masyarakat membeli properti, sebenarnya di setiap generasi kita menghadapi problem yang sama. Namun, dengan perencanaan keuangan yang realistis, tak ada yang tak mungkin bisa diusahakan.
Panelis 2: Adhitya Mulya
Panelis kedua, Adhitya Mulya adalah seorang property enthusiast yang bahkan sudah memiliki channel Youtube sendiri yang khusus membahas pernak-pernik properti. Di diskusi kali ini, Adhitya membahas sisi lain dari KPR. Menurut Adhitya, tak ada cara lain untuk bisa punya properti di usia muda kecuali kerja sampai keringetan.
Ada beberapa poin yang diajukan oleh Adhitya bagi kamu yang hendak merencanakan punya properti.
- Coba pertimbangkan opsi beli rumah jadi versus beli tanah lalu bangun rumah sendiri. Pertimbangkan nilai tanahnya, nilai bangunannya, nilai sarananya, hingga kemudahan aksesnya.
- Buat rencana keuangan untuk membeli properti ini–apa pun opsi yang akhirnya diputuskan–sedini mungkin.
Panelis 3: Pratiwi Hamdhana AM
Panelis ketiga adalah Pratiwi Hamdhana AM, yang akrab disapa dengan Tiwi–yang ternyata di usianya yang masih kepala 2 sudah memiliki 4 properti yang tersebar di Indonesia, dan kesemuanya telah menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Pratiwi terlibat dalam pendirian Woywoy Paradise, sebuah resort di tepi pantai yang indah di Sulawesi, juga pemilik Roemah Renjana, sebuah guest house di Yogyakarta, dan sebentar lagi akan dibuka juga Woywoy Resort di Ubud, Bali, serta Roemah Renjana di Makassar dan di Bandung.
Saran Tiwi, kalau mau punya mimpi dalam bisnis properti, selalu mulailah dari yang kamu punya dulu. Tak perlu dipaksakan, yang penting menabung dan punya rencana yang realistis. Seiring berjalannya waktu, opportunity datang, kamu sudah siap.
Begitu banyak pencerahan dan insight seputar kepemilikan properti dalam Financial Dialogue Vol. 03: Wujudkan Mimpi Punya Properti di Usia Muda yang diselenggarakan pada 19 September 2020 kemarin. Persis seperti pendekatan yang selalu dibawa oleh tim QM Financial dalam setiap edukasinya seputar dunia keuangan, yaitu melalui pencapaian dreams and achievement, tidak sekadar menakut-nakuti, lebih banyak fokus pada diskusi finansial yang sehat dan bisa memberdayakan semua orang.
Terima kasih pada panelis yang luar biasa, nyonya rumah yang ramah, moderator yang cerdas, dan tentunya, 350+ Teman Dialog yang sudah bergabung di Financial Dialogue Vol. 03.
Sampai ketemu di Financial Dialogue Vol. 04, 17 Oktober 2020 dengan tema yang berbeda! Follow akun Instagram QM Financial agar kamu tak ketinggalan update-nya ya!
5 Tujuan Keuangan yang Seharusnya Dimiliki Demi Kualitas Hidup yang Lebih Baik
Sudahkah kamu punya tujuan keuangan?
Setiap orang sebaiknya (dan seharusnya) memiliki tujuan keuangan. Mengapa? Ya, singkatnya demi masa depan dan kehidupan yang lebih baik daripada sekarang. Tanpa tujuan keuangan, berarti kita sebenarnya tak punya cita-cita atau mimpi. Tanpa cita-cita dan mimpi, berarti kita kurang motivasi untuk hidup.
Sebenarnya juga ini kembali ke masing-masing individu dalam memutuskan nasibnya sendiri sih. Tapi, pada prinsipnya, setiap cita-cita dan keinginan kita di masa depan itu menjadi tujuan keuangan kita.
Lalu, tujuan keuangan apa yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan peningkatan kualitas hidup ke depannya?
5 Tujuan Keuangan untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik
1. Dana darurat
Dana darurat adalah dana atau tabungan yang dapat membantu kita ketika ada keperluan mendadak, bersifat darurat, dan menjadi masalah atau risiko hidup kita. Misalnya, harus kehilangan pekerjaan atau penghasilan menurun. Dengan adanya dana darurat, kita akan dapat memperpanjang napas sampai setidaknya kita bisa mendapatkani penghasilan lain.
Atau, ketika kita sakit dan enggak bisa langsung mengajukan klaim asuransi kesehatan atau tunjangan kantor, maka kita harus menalangi biaya pengobatannya dulu. Atau, ada saudara yang butuh bantuan dengan segera karena tertimpa musibah.
Yah, namanya hidup, kan biasa terjadi masalah. Dan, kadang untuk mengatasinya (dengan cepat) kita butuh biaya. Dana darurat akan dapat menolong kita. Karenanya, memiliki dana darurat yang memadai seharusnya menjadi tujuan keuangan utama dan pertama bagi setiap orang.
2. Bebas utang
Utang bukannya dilarang, tetapi memang harus dikelola dengan bijak. Ingat, berani utang berarti harus berani bayar. Utang kadang perlu kita lakukan terutama jika kita membutuhkan barang atau hal dengan harga nominal besar. Tapi enggak sembarang barang. Barang tersebut haruslah bisa membawa nilai tambah terhadap hidup kita, sehingga sepadan untuk dimiliki dengan cara utang.
Rumah, misalnya.
Utang memang bisa menjadi media untuk mencapai tujuan keuangan lain, tetapi bebas utang sendiri merupakan tujuan keuangan yang seharusnya juga dimiliki oleh setiap orang. Menjalani hidup tanpa utang itu sungguh privilege yang luar biasa. Setidaknya, sebelum masa pensiun kita tiba, kita harus sudah bebas utang, agar bisa menikmati hidup dengan lebih baik.
3. Punya rumah sendiri
Nah, ini yang kita bahas di poin ketiga di atas ya.
Punya rumah sendiri adalah simbol kemandirian dan kemapanan. Saat kamu sudah memiliki penghasilan sendiri, sudah layak pula bagimu untuk punya rumah sendiri. Well, enggak harus rumah petak juga sih, semua tergantung pada kebutuhan dan kemampuanmu. Jika dirasa lebih sesuai untukmu tinggal di apartemen, ya enggak ada salahnya sama sekali kok.
Yang penting, milikilah tempat tinggalmu sendiri.
Selain sebagai tempat mengawali dan mengakhiri hari-hari rutinitasmu, rumah atau apartemen merupakan aset, yang bisa menyatakan seberapa sukses dirimu dan sudah seberapa keras kamu bekerja selama ini.
4. Mau pensiun sejahtera
Pertanyaan terbesar ketika kita mulai punya penghasilan sebenarnya adalah mau hidup seperti apa kurang lebih 30 tahun mendatang?
Mau bisa hidup sehat, sejahtera, mandiri, tanpa membebani anak-cucu? Pengin hidup di suatu tempat yang sejuk, tenang, dan nyaman? Pengin hidup berdua bareng pasangan di rumah besar yang di waktu-waktu tertentu kemudian ramai menjadi tempat berkumpulnya cucu-cucu?
Bayangan-bayangan indah itu semua bisa diwujudkan dengan tujuan keuangan yang jelas dan terencana loh! Yes, it’s all about pension dreams.
Apa mimpi terbesarmu untuk bisa dilakukan di masa pensiun?
Banyak dari orang-orang terdahulu yang tidak siap untuk pensiun, sehingga melahirkan generasi roti lapis, alias sandwich generation. Banyak pula orang-orang yang sebenarnya sudah siap sih dengan dana pensiun, tetapi ternyata perhitungannya meleset sehingga akhirnya harus merelakan diri untuk kembali bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup.
Yuk, tanyakan pada diri sendiri. Pengin hidup seperti apa di masa pensiun nanti–ketika kita sudah tidak lagi produktif? Dan, jadikan hal tersebut sebagai tujuan keuangan hidupmu.
5. Memiliki pendidikan tinggi
Bagi sebagian besar orang, memiliki pendidikan tinggi adalah mimpi. Tapi, ini adalah mimpi yang sebenarnya sangat mudah dijangkau, jika kamu memiliki rencana yang matang untuk mewujudkannya.
Tak hanya pendidikan tinggi bagi diri sendiri, tetapi juga untuk anak-anak kita (kelak). Karena itu, jika memang “memiliki keturunan” merupakan salah satu keinginan dalam hidupmu, maka saat itu pula, seharusnya kamu sudah menjadikan hal ini sebagai tujuan keuangan.
Pendidikan di Indonesia naik sebesar 10 – 20% setiap tahunnya, dan ini sudah bukan rahasia lagi. Ketika sekarang kita butuh Rp100 juta untuk bisa masuk perguruan tinggi kualitas terbaik, maka 10 tahun lagi, bisa jadi kita akan butuh Rp500 juta. Kalau lihat angkanya, ya bisa shock sih. Tapi enggak dengan perencanaan keuangan yang baik.
Nah, apakah salah satu dari kelima hal di atas juga menjadi keinginan terbesarmu sekarang untuk masa depanmu nanti? Atau, kamu mungkin punya tujuan keuangan yang lain? Boleh share ya, di kolom komen.
Yuk, buat tujuan keuangan versimu sendiri, dan kemudian buat rencana yang realistis untuk mewujudkannya. Join di kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu yuk! Mulai dari yang paling basic, hingga advanced. Semua ada, dan dengan harga yang sangat terjangkau.
Karena selalu ada jalan untuk mewujudkan cita-cita kok, seberapa pun tingginya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Beli Rumah Pertama: Apakah Sekarang Waktu yang Tepat?
Pandemi COVID-19 yang meluas mau tak mau memengaruhi industri properti juga. Baru-baru ini, banyak pengembang perumahan memberikan “diskon”, mulai dari diskon DP rumah, diskon bunga, hingga menggratiskan biaya-biaya administrasi. Hmmm, lalu apakah sekarang waktu yang tepat untuk beli rumah pertama?
Ya, kalau kamu memang memiliki kondisi keuangan yang sehat, tidak sedang terlibat dengan utang yang terlalu banyak–masih dalam batas ideal, dana darurat juga sudah aman, dan memang sudah punya tujuan keuangan dana rumah pertama yang mantap, ya kenapa enggak?
Berikut beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan untuk membeli rumah pertama di masa-masa krisis seperti ini.
5 Pertimbangan yang Harus Dipikirkan untuk Membeli Rumah Pertama di Masa Krisis
1. Beli rumah adalah keputusan jangka panjang
Apa yang harus selalu diingat adalah beli rumah–apalagi rumah pertama–adalah keputusan jangka panjang. Jadi, memang seharusnya dipertimbangkan dengan bijak, dengan berpedoman pada tujuan keuangan jangka panjang pula.
Unless kita punya privilege untuk bisa membeli rumah secara cash keras (yang mana juga bukan merupakan hal yang tak mungkin), kita harus memilih opsi untuk mengambil kredit kepemilikan rumah alias KPR. KPR, meski ada pilihan tenor singkat (yang berkonsekuensi cicilannya akan sangat besar), akan butuh bertahun-tahun untuk bisa dilunasi.
Nah, jangan sampai cicilan panjang ini berakibat pada kondisi kesehatan keuangan kita nantinya, sehingga kita harus benar-benar memperhitungkannya dengan saksama.
2. Beli rumah sesuai kebutuhan
Yes, kuncinya ada pada sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita.
Akan ada momen-momen “emosional” saat hendak membeli rumah pertama. Misalnya kayak, duh, kebunnya bagus banget! Cukup luas, rumputnya seger, hijau. Dan sebagainya.
Bagus memang, tapi kalau kita sendiri bukan orang yang bakalan sempat mengurusi kebun, ya kebayang deh, kalau rumah ini nanti jadi milik kita. Bakalan sempat enggak mengurusi kebun yang bagus dan luas itu? Jangan-jangan malah jadi berantakan dan gersang karena kita sibuk, nggak sempet ngurus.
Yang seperti ini bakalan sering terjadi ketika kita mulai survei fisik rumah. So, sebaiknya tentukan kebutuhan sejak awal. Kalau perlu, bikin list spesifikasi rumah yang dicari, agar bisa dilihat lagi kalau-kalau sering “emosional” kalau lagi survei rumah.
3. Manfaatkan platform jual beli rumah online
Sekarang banyak sekali platform jual beli rumah online yang bermunculan. So, cukup membantu kita untuk survei dulu sebelum benar-benar membeli rumah pertama kita.
Di platform jual beli rumah ini, kamu bahkan bisa melihat spesifikasi dan fasilitas rumah dengan cukup lengkap. Kamu juga bisa mendownload brosur-brosurnya secara langsung, dan kalau ada pertanyaan bisa langsung dihubungkan juga dengan pengembang.
Beberapa platform juga menyediakan informasi rumah bekas yang dijual. Kamu juga bisa mempertimbangkannya lo, karena kan kembali ke kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Kalau memang pas dengan kebutuhan dan kemampuan, kenapa enggak beli rumah bekas kan? Mungkin bisa jadi alternatif, ketimbang kita memaksakan diri membeli rumah baru tetapi kurang sesuai dengan kondisi kita sendiri.
Catatlah semua informasi penting yang didapatkan dari riset online kamu ini. Baru kemudian kalau sudah shortlisted, kamu bisa janjian bertemu dengan pengembang atau penjual rumah untuk sekalian melihat-lihat rumah yang diincar.
4. Pilih pengembang yang bereputasi baik
Setiap pengembang perumahan sebenarnya diwajibkan untuk mendaftarkan diri mereka di sistem registrasi pengembang milik Kementrian Pekerjaan Umum. Untuk bisa terdaftar dalam sistem ini juga tak mudah, karena ada berbagai syarat yang harus dipenuhi. Antara lain pengembang yang bersangkutan harus tergabung dalam asosiasi pengembang yang resmi.
Maka, ini bisa jadi salah satu cara untuk kita mengecek apakah pengembang (calon) rumah kita itu cukup bereputasi atau tidak. Klik saja link yang sudah ditautkan di atas, dan cek dengan nama pengembangnya.
Cara lain adalah dengan melakukan googling. Ya, ini memang cara paling ampuh memang untuk mencari informasi, termasuk mengecek reputasi pengembang rumah. Kalau ada berita bahwa pengembang tertentu pernah terlibat masalah serius, maka sebaiknya diperhatikan.
5. Pertimbangkan secara matang
Memang ada banyak sekali aspek yang harus dipikirkan untuk bisa membeli rumah pertama. Yang sudah disebutkan di atas baru dari sisi rumahnya saja, belum lagi soal pendanaan.
Kalau mau ambil kredit KPR, maka kamu harus juga survei berbagai program KPR yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga keuangan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya, dan bandingkan satu sama lainnya.
Lalu, jangan lupa juga memikirkan biaya lain-lain di luar harga rumah itu sendiri. Mulai dari biaya administrasi, biaya balik nama, pajak, dan juga soal perabotan. Jangan sampai diabaikan, dan kemudian jadi bikin jantungan karena ternyata habisnya banyak juga.
Pengin bisa lebih detail dalam menghitung kebutuhan dana untuk membeli rumah pertama kamu? Coba cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial deh. Siapa tahu ada kelas yang sesuai dengan kebutuhanmu ini.
Kalau kebetulan enggak ada, kamu juga bisa ambil yang kelas private 1 on 1, biar bisa curhat langsung dengan para trainer QM yang terampil. Atau, mau belajar kelompok sampai dengan 10 orang? Bisa pilih Kelas Family!
Demikian sedikit tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk membeli rumah pertama di masa krisis seperti sekarang. Semoga bermanfaat ya.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Fakta tentang Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang Perlu Diketahui
Beberapa hari terakhir, media ramai oleh pemberitaan tentang Tapera, atau Tabungan Perumahan Rakyat, sebuah program yang baru saja diteken oleh Presiden RI.
Dan, seperti bisa ditebak, pro dan kontra pun mengalir. Sebagian yang kontra berpendapat, hal ini jadi semakin memberatkan rakyat, lantaran sudah ada potongan untuk BPJS Kesehatan pun BPJS Ketenagakerjaan. Nggak perlu lagi disebutkan bahwa ada kenaikan iruan BPJS Kesehatan, betul?
Nah, bagaimana dengan kamu? Menurut kamu, bagaimana program Tabungan Perumahan Rakyat ini? Apakah bisa membantu, ataukah butuh direview lagi?
Kalau kamu belum banyak tahu mengenai program ini, ada baiknya kamu simak dulu beberapa faktanya berikut ini.
5 Fakta Tabungan Perumahan Rakyat
1. Latar belakang program
Apa sih sebenarnya program Tabungan Perumahan Rakyat ini? Adalah iuran yang dimanfaatkan untuk dana rumah pertama para pekerja di Indonesia, baik pekerja tetap ataupun mandiri. Tujuannya sih jelas, untuk membantu para pekerja mewujudkan salah satu tujuan keuangan mahapenting, yaitu punya rumah pertama. Tapera ini menjadi solusi untuk masalah defisit perumahan (backlog) yang dialami oleh negara kita.
Dengan adanya Tapera ini, diharapkan sih, semua pekerja di Indonesia punya rumah sendiri, sehingga lebih mapan kehidupannya.
2. Pengambil manfaat
Peserta Tapera adalah seluruh pekerja di Indonesia, baik WNI maupun warga negara asing pemegang visa kerja di Indonesia setidaknya selama 6 bulan.
Cuma memang ada yang bersifat wajib, ada pula yang bersifat sukarela. Yang wajib adalah para pekerja tetap dan pekerja mandiri yang berpenghasilan setara UMR, sedangkan yang bersifat sukarela adalah pekerja mandiri yang berpenghasilan di bawah upah minimum.
Bagaimana dengan yang lebih dari UMR, atau seperti yang disebutkan oleh Deputi Komisioner Bidang Pengerahan Dana Tapera Eko Ariantoro, yang bergaji lebih dari Rp8 juta? Nah, pekerja golongan ini ternyata menjadi tanggung jawab SMF (Secondary Mortgage Facility) dan swasta.
Jadi, memang Tapera ini ditargetkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, karena suku bunga pinjamannya juga kecil. Untuk yang berpenghasilan di atas UMR, diharapkan untuk bisa dana rumah mandiri.
Prosedurnya, untuk para pekerja tetap atau mandiri yang berada di bawah suatu perusahaan, akan didaftarkan oleh perusahaan tempatnya bekerja ke BP Tapera. Sedangkan, untuk pekerja mandiri yang bekerja secara lepas, bisa mendaftarkan diri sendiri langsung ke BP Tapera. Yah, kurang lebih sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan deh jadinya.
3. Besarnya iuran
Dalam peraturannya sudah disebutkan, bahwa untuk iuran Tabungan Perumahan Rakyat ini, akan dibagi 2.5% oleh pekerja (yang bekerja dalam sebuah perusahaan) dan 0.5%-nya disubsidi oleh perusahaan. Sedangkan, untuk pekerja mandiri besarnya iuran adalah 3%.
Keduanya diperhitungkan dari besar rata-rata penghasilan
Nah, di sinilah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya pro dan kontra, karena dikhawatirkan jadi menambah beban para pengusaha.
Nah, kamu, para pemilik bisnis, apa pendapatmu nih, tentang ini? Boleh yuk, diskusi di komen ya.
4. Pemupukan
Dana Tapera yang sudah dikumpulkan dari masyarakat akan diinvestasikan, antara lain ke instrumen investasi konvensional–seperti deposito, surat utang, dan surat berharga lainnya–dan instrumen investasi Syariah–seperti deposito Syariah dan sukuk.
Pada akhir kepesertaan nanti, dana yang sudah berkembang bisa diambil dan kemudian kita manfaatkan deh.
5. Program sejenis di luar negeri
Ternyata, program Tabungan Perumahan Rakyat seperti ini juga sudah ada di negara lain.
Misalnya, di Tiongkok. Pemanfaatnya juga adalah pekerja dan pemberi kerja. Pekerja informal tidak termasuk. Besaran iurannya masing-masing 5% dan 20%.
Di Mexico juga ada, namanya Infonavit dan Fovissste untuk pekerja formal, dengan porsi pekerja dan pemberi kerja masing-masing 5%. Juga ada program Fonhapo, tabungan perumahan untuk pekerja sektor informal.
Di Malaysia, tabungan perumahan rakyat ini disebut EPF, dengan iuran pekerja 11%, dan pemberi kerja 12 – 13%. Manfaatnya lebih banyak, karena meliputi tabungan pensiun juga selain tabungan perumahan.
Singapura juga punya program serupa dan lebih lengkap lagi. Tak hanya untuk perumahan, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk pensiun, dana pendidikan, sekaligus kesehatan. Porsi iuran pekerja sebesar 20%, sedangkan pemberi kerja 17%.
Nah, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu merasa terbantu dengan adanya program tabungan perumahan rakyat yang bakalan dimulai Januari 2021 ini? Ataukah, kamu ada pemikiran lain, apalagi setelah melihat beberapa faktanya di atas.
Yuk, diskusi di kolom komen!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
Iyes, jangan tunda lagi. Begitu kamu dan pasanganmu sudah sah membentuk keluarga baru, maka sekarang waktunya untuk segera merencanakan hidup dan membuat tujuan keuangan pengantin baru.
Yep. Jangan kelamaan tenggelam di euforia sebagai pengantin baru ya, Gaes! Karena hidup setelah pesta pernikahan ini akan lebih penting dan lebih panjaaang …. Dan, tanpa tujuan yang jelas pun rencana yang matang, ragu juga sih kamu dan pasanganmu bisa grow older together dengan tenang.
So, yuk yuk! Segera bangun, duduk di meja berdua, siapkan juga camilan dan teh atau kopi. Rumuskan segera apa saja yang kalian cita-citakan, dan rencanakan hidup kalian ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
1. Dana Darurat
Yes, dana darurat menjadi tujuan keuangan pengantin baru yang pertama kali harus direncanakan lebih dulu.
Mengapa? Karena–seperti namanya–dana darurat will come handy di saat darurat. Apa saja situasi darurat ini? Yang pasti sih enggak termasuk midsale di department store atau flash sale gadget terbaru di marketplace ya.
Yang termasuk dalam situasi darurat ini misalnya ban mobil meletus dan minta ganti, mesin cuci di rumah tahu-tahu ngadat, jatuh sakit dan belum bisa klaim asuransi, harus membantu saudara yang kesulitan, dan sebagainya.
Yes, situasi darurat akan selalu terjadi ke depan ya, jadi akan sangat baik kalau kita selalu siap juga. Berapa besarnya? Bagi pasangan pengantin baru–yang belum punya anak–besarnya 6 x pengeluaran bulanan. Kalau nanti sudah punya anak satu, maka dana darurat paling ideal 9 x pengeluaran bulanan, dan anak dua 12 x pengeluaran rutin bulanan.
2. Dana rumah pertama
Masa enggak mau mandiri setelah berkeluarga? Ada banyak hal yang hanya bisa diraih ketika kita sudah mandiri, lepas dari orang tua lo! Lagi pula–buat sebagian besar pengantin baru–kan sebentar lagi juga ada program anak pertama kan? Pastinya, akan lebih leluasa jika kita punya tempat tinggal sendiri.
So, dana rumah pertama harus menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru. Lebih cepat tercapai, maka akan semakin baik.
Dana rumah pertama ini bisa dibagi menjadi 2 tahap: mengumpulkan DP rumah dan kemudian menyusun rencana cicilannya.
So, take your time untuk mengobrolkan tujuan keuangan ini sesegera mungkin ya!
3. Dana Pendidikan Anak
Buat sebagian pengantin baru, biasanya program anak pertama akan langsung dijalankan. Nah, akan lebih baik, sembari menjalani program hamil, sekalian nih memikirkan dan merencanakan dana pendidikan anak. Yes, biar masih berstatus baru menikah, hal ini adalah tujuan keuangan pengantin baru yang sangat penting juga untuk direncanakan sejak awal.
Mengapa? Karena biaya pendidikan itu akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Enggak pernah dalam sejarah, ada biaya pendidikan menurun, kecuali ada kondisi yang luar biasa.
Selain itu, semakin awal mempersiapkan, beban investasinya juga lebih ringan. Jadi, ayo, segera rencanakan ya!
4. Dana Pensiun
Want to grow old together? Bagus! Pertanyaannya: mau menua di mana dan seperti apa?
Jangan sampai nih kalian–sebagai pengantin baru–menjadikan anak-anak kalian nanti sebagai sandwich generation ya. Duh, istilah ini semakin banyak disebut sekarang ya? Jadi berasa overrated nggak sih? Ya, makanya, berhenti di kita ya!
Karena itu, jangan menua tanpa rencana. Kalau kamu ngeblank, enggak tahu harus mulai dari mana untuk merencanakan masa depanmu ini, hubungi tim QM Financial ya, cari jadwal kelas yang cocok. Atau mungkin, book kelas private aja biar leluasa curhat.
5. Dana Liburan
Liburan keluarga yang dijadwalkan itu penting lo! Hari gini masa nggak liburan? Duh, apa kabar kesehatan mental?
Makanya, dana liburan bisa juga menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru yang harus segera dibicarakan. Meski enggak harus liburan ke tempat jauh dan mahal sih, tapi seenggaknya, dengan rencana yang baik, kita jadi bisa rutin liburan tanpa mengganggu cash flow harian, apalagi pakai utang.
Lagi pula, ngobrolin rencana liburan itu sangat asyik dan menyenangkan, di tengah-tengah obrolan tujuan keuangan pengantin baru serius yang lain kan?
Nah, sudah siap untuk ajak ngobrol tentang tujuan keuangan pengantin baru ini? Yes, semoga semua berjalan lancar ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.