Keamanan Finansial Membuat 92% Karyawan Bisa Bekerja dengan Bahagia
Ada survei yang pernah dilakukan oleh Net Impact yang menyebutkan bahwa 92% karyawan akan dapat bekerja dengan bahagia (dan produktif) ketika mereka telah mencapai keamanan finansial.
Ini menarik, karena di grafik yang sama ada menyebutkan “wealth” yang berarti kekayaan. Ternyata wealth dan financial security ini dua hal yang berbeda.
Jadi, apa itu financial security, alias keamanan finansial ini?
Menurut Yahoo Finance sih seperti ini.
Financial security means having enough money to fund your lifestyle, as well as work toward your financial goals.
Kalau diterjemahkan dengan bebas, keamanan finansial adalah memiliki cukup uang untuk membiayai lifestyle kita, sekaligus juga untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan kita. Intinya adalah pada kata “cukup”. Berbeda pastinya dengan “wealth” alias kekayaan, yang memiliki konotasi “berlebih”.
Dari sini sebenarnya kita bisa simpulkan, bahwa banyak karyawan sebenarnya sudah lumayan puas dengan “cukup”. Mau belanja kebutuhan sehari-hari, cukup. Mau jajan-jajan kopi, cukup. Mau beli sepeda, cukup. Mau beli rumah, cukup. Mau jalan-jalan keluar negeri, cukup.
Gitu kan ya?
Lalu, bagaimana sih seseorang bisa mencapai keamanan finansial ini?
Masih menurut situs yang sama, karyawan dapat mencapai keamanan finansial ketika:
- Masa pensiunnya terjamin
- Tidak terlilit utang
- Penghasilan sesuai; sesuai dengan effort yang dikeluarkan, pun sesuai dengan harga barang kebutuhan di pasar.
Hmmm, sepintas lalu memang simpel sih. Tapi, itu PR besar juga, ya kan? Dari sisi karyawan, tentulah banyak yang harus diusahakan untuk bisa mendapatkan keamanan finansial ini. Di antaranya, meningkatkan skill untuk mengelola gaji.
Lalu, bagaimana dengan perusahaan? Kalau karyawan bisa bekerja dengan happy, sudah barang tentu produktivitas meningkat, bukan? Kalau produktivitas meningkat, maka sudah pasti juga akan berimbas pada bisnis perusahaan itu sendiri.
Hal ini berarti menjadi tugas perusahaan juga untuk mendorong karyawan mencapai keamanan finansial. Dengan cara apa? Mari kita lihat.
5 Cara Bantu Karyawan Mewujudkan Keamanan Finansial
1. Berikan training pengelolaan gaji
Gaji memang sudah seharusnya menjadi hak karyawan sebagai imbalan atas jasa mereka bekerja di kantor. Tetapi, tanpa pengelolaan yang baik, gaji besar sekalipun tidak akan banyak membawa perubahan dalam hidup seorang karyawan. So, dari sini sudah bisa disimpulkan, bahwa keterampilan mengelola gaji ini sangat penting.
Namun, sayangnya, enggak semua karyawan sadar akan pentingnya soft skill satu ini. Karena itu, menjadi tugas dari perusahaan untuk membawa kesadaran ini pada karyawan.
Berikan training pengelolaan gaji secara komprehensif bagi karyawan agar keamanan finansial mereka tercapai. QM Financial dapat membantu untuk memberikan program edukasi keuangan di perusahaan loh! Jika tertarik, sila langsung mengirimkan pesan WhatsApp ke 0811 1500 688. Kelasnya bisa diadakan secara online, sehingga tetap aman di masa pandemi seperti ini.
2. Ajak belajar investasi
Investasi menjadi jalan terbaik untuk menyiapkan masa pensiun yang sejahtera. Perusahaan tentunya sudah mengikutsertakan karyawan dalam program BPJS Ketenagakerjaan sebagai kewajiban. Namun, akan lebih lengkap lagi jika perusahaan juga memberikan dorongan untuk karyawan berinvestasi secara mandiri.
Karena selain untuk mengamankan dana pensiun, investasi yang dikelola dalam instrumen yang tepat, akan membantu juga untuk mewujudkan tujuan keuangan yang lain, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Butuh pengetahuan yang cukup agar investasi bisa dimanfaatkan sehingga keamanan finansial tercapai. Ketidaksesuaian investasi dengan tujuan finansial akan berbuah gagalnya rencana keuangan. Sayangnya, hal ini belum banyak yang menyadari.
QM Financial juga bisa membantu untuk memberikan edukasi investasi bagi karyawan, selain memberikan training pengelolaan gaji. Boleh hubungi nomor WhatsApp di atas jika tertarik ya.
3. Dorong untuk punya dana darurat
Dana darurat ini sangat penting, terutama di masa-masa sulit seperti saat awal pandemi yang lalu, contohnya. Apakah semua karyawan sudah memilikinya? Khawatirnya sih belum.
Masih banyak karyawan yang belum sadar pentingnya dana darurat–dana “menganggur” di tabungan yang seharusnya bisa dipakai untuk senang-senang, atau malah diputar lagi. Padahal dana darurat seharusnya memang “menganggur” saja di tabungan, dan dipakai kalau ada kebutuhan yang mendesak.
Saat tiba waktunya lagi sulit, jadi bingung kan?
Perusahaan bisa mengingatkan karyawan akan arti penting dana darurat ini, untuk memberikan keamanan finansial pada karyawan terutama di masa sulit.
4. Beri benefit untuk sektor kesehatan
Kesehatan–meski sekilas tampak tidak berkaitan dengan keamanan finansial, tetapi jadi satu hal yang penting juga loh, untuk lebih diperhatikan. Karyawan yang kurang sehat, selain akan dapat menurunkan produktivitas, juga akan bisa membuat keuangannya “kecolongan”. Apalagi jika si karyawan yang bersangkutan tidak memiliki asuransi kesehatan.
Pihak perusahaan memang sudah diwajibkan untuk mengikutsertakan setiap karyawannya dalam program BPJS Kesehatan. Perlu juga dipertimbangkan, apakah masih butuh benefit kesehatan yang lain? Misalnya, tambahan penggantian obat untuk sakit-sakit ringan yang obatnya bisa dibeli dengan bebas? Atau, tambahan multivitamin? Mungkin penyediaan buah-buahan dan katering sehat untuk makan siang?
Banyak hal bisa ditambahkan sebagai benefit, sehingga karyawan pun “tidak perlu” sampai sakit.
5. Beri kesempatan untuk punya side hustle dengan bijak
Menambah penghasilan bisa menjadi salah satu cara agar keamanan finansial tercapai. Jika memungkinkan, perusahaan juga bisa memberi peluang bagi karyawan untuk melakukan side hustles, tentu saja dengan kebijakan-kebijakan tertentu yang tidak mengganggu operasional perusahaan ya.
Nah, bagaimana? Siap untuk bersama-sama mencapai keamanan finansial yang bisa bikin kita semua hepi ini?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Haruskah Mengubah Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Tengah Pandemi COVID-19?
Paruh pertama 2020 sudah terlewati, dan kita masih berada di tengah pandemi COVID-19. Sudah pasti, ini jauh dari rencana kita. Resolusi tahun baru yang kita buat di akhir tahun 2019 menuju tahun 2020 kemarin, apa kabar? Termasuk yang soal keuangan. Pasti banyak tujuan keuangan jangka panjang dan pendek yang harus disesuaikan nih.
Bisa dibilang, pandemi ini tak hanya mengubah cara dan kebiasaan hidup kita hari ini saja, tetapi bisa dibilang, akan memengaruhi masa depan kita juga. Ya, gimana enggak, taruh saja soal investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Yang sudah menaruh dana pensiun di instrumen saham, misalnya, harus menghadapi masalah portofolio investasi yang perkembangannya kurang menyenangkan.
Tapi, untunglah, ini adalah tujuan keuangan jangka panjang, sehingga kita masih bisa optimis. Lagi pula, banyak pakar menjamin, bahwa di tahun 2022, pandemi ini sudah benar-benar bisa dikendalikan, dan pasar serta ekonomi akan bertumbuh positif lagi. Fingers crossed!
Jadi, perlukah kita mengubah rencana dan tujuan keuangan jangka panjang, menengah, dan pendek, sehubungan dengan “berubahnya” kondisi pasar instrumen investasi?
Mari kita lihat.
Apa Kabar Tujuan Keuangan Jangka Panjang di Masa Pandemi?
Tujuan keuangan jangka panjang adalah tujuan atau mimpi yang ingin kita capai minimal 10 tahun mendatang. Biasanya yang termasuk dalam tujuan keuangan jangka panjang ini adalah dana pensiun.
Kamu perlu ingat, bahwa gejolak dan fluktuasi akan selalu ada di pasar modal, karena itu seharusnya kamu enggak usah terlalu khawatir. Kamu bisa melihat sejarah statistiknya, bahwa gejolak pasar modal itu juga sering banget terjadi di tahun-tahun terdahulu. Tahun 1998 dan 2008 kita juga pernah mengalami penurunan ekonomi yang sangat signifikan. But yet, kita berhasil melaluinya dengan baik.
So, kita harus optimis, bahwa krisis ekonomi akibat pandemi ini juga akan terlewati dengan baik.
Jadi, tetap tenang adalah kunci. Apalagi jika kamu punya keranjang telur di banyak tempat, dan juga dana daruratmu aman. Tujuan keuangan jangka panjang akan baik-baik saja. Kamu bisa memilih untuk menunggu atau melanjutkan investasimu, tapi ingat, gunakan dana yang memang ditujukan untuk investasi, bukan dana kebutuhan hidup sehari-hari ya.
Sesuaikan Tujuan Jangka Keuangan Pendek
Yang harus kamu pantau dengan ketat justru adalah tujuan keuangan jangka pendek dan menengah. Bagaimaa kondisinya saat ini? Apakah masih sesuai dengan rencana?
Jika memang perkembangannya kurang sesuai dengan harapan, maka kamu harus segera memikirkan alternatif solusinya.
Misalnya saja, dana liburan. Hmmm, tampaknya kita tidak akan bisa jalan-jalan ke Jepang, Korea, dan Eropa dalam waktu dekat kan ya? Nah, kamu bisa tetap menyimpannya di tujuan keuangan yang sama–dana liburan–atau kamu bisa mengalihkannya untuk memperkuat jaring pengamanmu di dana darurat. Toh, kamu bisa membuatnya lagi tahun depan, mungkin, ketika kondisi memang benar-benar sudah memungkinkan.
Contoh lain, dana pendidikan anak yang mungkin paling jauh 5 tahun lagi akan dipakai. Masihkah perlu dipertahankan di instrumen dengan risiko tinggi? Ataukah, harus dipindahkan?
Sesuaikan semuanya dengan kebutuhanmu ya.
Susun Ulang Prioritas
Kebutuhan akan selalu lebih besar daripada kemampuan. Hal ini selalu berlaku di situasi apa pun, baik ketika ekonomi sedang baik-baik saja, ataupun di kondisi sulit seperti sekarang.
Jadi perubahan kondisi harus kita respons dengan penyesuaian prioritas juga. Salah satu yang harus diprioritaskan ulang di saat-saat seperti ini adalah dana darurat. Pastikan bahwa sudah benar-benar aman.
Lalu susun prioritas di tujuan keuangan jangka pendek, karena the new normal akan membatasi kita di hal-hal tertentu. Tujuan keuangan jangka panjang juga harus dipastikan aman ya, seperti di poin pertama.
Ubah Gaya Hidup dan Kebiasaan yang Kurang Pas
Pandemi COVID-19 memberi kita banyak pelajaran, termasuk pelajaran keuangan.
Ada yang merasa nyesel karena malas membangun dana darurat, dan sekarang ketika harus kehilangan penghasilan jadi kelabakan? Ada yang merasa nyesel, kenapa menunggak iuran BPJS Kesehatan, dan sekarang harus terikat utang karena butuh biaya pengobatan?
Ya sudah, enggak perlu terlalu lama bapernya. Sekarang segera bangun, duduk di kursi, menghadap ke meja, dan susun rencana. Ubah kebiasaan dan gaya hidup yang menurutmu kurang pas kemarin; bagaimana supaya bisa lebih hemat, dan bisa memperbesar rasio menabungmu. Gaya hidup yang mana yang harus kamu ubah, sesuaikan, dan gaya hidup mana yang bisa kamu teruskan.
Kamu sendiri yang bisa memutuskan ya.
Selalu Kembali ke #TujuanLoApa
Jadi, mau apa pun kondisinya, mau tujuan keuangan jangka panjang maupun jangka pendek, selalu kembali ke #TujuanLoApa.
Ketika tujuan keuangan harus disesuaikan, tanyakan lagi pada diri sendiri, “Tujuannya mau ke mana sih?”, baru mundur ke garis start (masa sekarang). Tarik horizon waktunya, hitung kebutuhannya.
Begitu juga ketika mengevaluasi satu tujuan keuangan apakah sudah sesuai dengan rencana, kembalilah lagi ke #TujuanLoApa yang sudah ditentukan di awal. Baru cek kondisi sekarang, dan kemudian cek apakah masih dalam horizon waktu yang sudah ditentukan di awal.
Jika ya, kamu bisa teruskan. Jika tidak, maka kamu bisa segera mencari alternatif solusi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Siap Finansial untuk Menghadapi The New Normal dalam 5 Langkah
Pandemi COVID-19 tidak akan segera berlalu, sementara kita sudah harus siap menghadapi the new normal–tatanan baru dalam berkehidupan, dengan fokus untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
Suka nggak suka, siap nggak siap, sepertinya memang kita tak bisa berdiam lebih lama lagi di rumah. Kegiatan ekonomi yang terhenti tentu akan membawa dampak yang lebih buruk untuk semua orang yang hidup di Indonesia, bahkan dunia.
So, mari kita bersiap. Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi era the new normal ini, utamanya dalam hal finansial? Yuk, simak terus sampai selesai ya!
5 Hal Finansial yang Harus Disiapkan untuk Menjalani The New Normal
1. Ubah gaya hidup sebelumnya
Tanpa bermaksud menghakimi, mungkin kamu punya gaya hidup yang harus diperbaiki selama pandemi COVID-19 datang; nggak bisa menahan diri untuk belanja-belanji barang-barang konsumtif, gesek kartu kredit sana-sini, enggak bisa nabung untuk dana darurat, FOMO, dan seterusnya.
So, setelah terhantam oleh pandemi dan merasakan “akibat”-nya, sekarang saatnya kamu mengevaluasi diri. Pelajaran finansial seperti apa yang sudah kamu pelajari selama pandemi ini? Adakah dari dirimu yang harus diperbaiki? Adakah gaya hidup yang harus diubah?
Kalau memang kamu merasa ada yang kurang dan ada yang bisa diperbaiki, yuk, perbaiki. Karena financial is personal, maka kamu sendiri yang bisa memutuskan, apa yang bisa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. So, take your time untuk mengatur keuangan kamu, dan semoga ke depannya lebih baik.
2. Catat keuangan
Salah satu hal yang harus kamu siapkan untuk menghadapi the new normal adalah catatan keuangan. Karena kita akan menghadapi banyak hal yang berubah di depan, sehingga kebiasaan kita pun harus disesuaikan dan pola keuangan kita pun bisa jadi berubah juga.
Jadi, ayo, mulai catat keuanganmu lagi dengan rapi dan detail. Berapa penghasilanmu setiap bulan? Ada tambahan apa saja, selain gaji? Adakah perubahan nominal di gaji bulanan? Apa saja pengeluaranmu sekarang? Apa yang berubah; pos pengeluaran mana yang lebih banyak, dan mana yang lebih sedikit?
Catat lagi ya, sehingga beberapa bulan kemudian, kamu bisa melihat pola barunya. Setelah itu, kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri lagi dengan situasi yang baru.
3. Review tujuan keuangan
Misalnya saja, untuk beberapa waktu ke depan, kamu mungkin enggak akan liburan dulu ke luar negeri. Meski banyak negara sudah melonggarkan lockdown, tapi penjagaan masih ekstra ketat. Jadi, tabungan dana liburanmu mungkin bisa dialokasikan ke hal lain yang bermanfaat. Untuk memperkuat dana darurat, misalnya.
Atau, biaya menikah. Di era the new normal nanti, resepsi dan upacara pernikahan hanya boleh dihadiri oleh undangan yang sangat terbatas; 40 orang saja. Jadi, kamu bisa mengalokasikan kelebihan dana menikah ke hal lain.
Atau, karena kondisi investasi saham masih sangat volatile, maka kamu perlu rebalancing di instrumen investasi lain demi dana pensiun terselamatkan.
Nah, ini juga butuh waktu buat ngelamun nih, berarti. Take your time ngelamun deh, kalau gitu ya.
4. Lebih bijak berutang
Salah satu pelajaran penting yang bisa kamu petik selama pandemi dalam mengatur keuangan adalah jangan membuat utang yang melebihi kemampuan. Banyak loh, yang terjebak utang di tengah masa pandemi, yang berakibat mereka gali lubang tutup lubang. Padahal pekerjaan juga lagi enggak pasti.
Sedih banget enggak sih?
Makanya, setelah masuk the new normal, ada baiknya kamu lebih bijak untuk berutang. Utang apa pun itu; utang kartu kredit, kredit blender, gawai, terlebih pinjaman online.
Yuk, pikirkan secara matang jika memang kamu butuh berutang. Setidaknya, kamu harus benar-benar yakin bahwa kamu mampu membayarnya.
5. Tetap pantau dana darurat
Nah, jadi yakin kan, kalau dana darurat itu sangat penting? So, jangan sampai melakukan kesalahan yang sama lagi.
Dana darurat memang kayak duit nganggur. Serasa gatel aja pengin dipakai; enakan diputer buat usaha apa, atau buat belanja “kebutuhan” ini itu. Tapi, ingat loh, dana darurat itu adalah jaring pengaman ketika kondisimu lagi darurat. Memang sepintas nganggur, tapi justru enggak boleh diganggu.
Jadi, coba cek, berapa kebutuhan dana daruratmu yang paling ideal? Dan, bagaimanakah posisinya sekarang? Apakah sudah sesuai, atau belum? Kalau belum, di masa the new normal nanti, kamu harus menjadikannya sebagai tujuan keuangan utamamu sebelum yang lainnya.
Nah, di samping ke-5 hal finansial di atas, hal lain yang harus disiapkan juga untuk menghadapi the new normal adalah soal kesehatan. Sekarang kesehatan benar-benar mahal harganya. So, jaga kesehatanmu, jangan sampai sakit. Ada baiknya, kamu menambah ekstra pos pengeluaran di sini, untuk kebutuhan tambahan vitamin, suplemen, dan alat kesehatan lain, seperti masker, face shield, hand sanitizer, dan seterusnya. Cek juga asuransi kesehatanmu ya, jangan sampai kendur.
So, siap untuk menghadapi the new normal sekarang? Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi saat the new normal datang! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Dapat Bonus Tahunan Perusahaan, Lakukan 5 Hal ini Supaya Nggak Mubazir dan Tetap Happy
Bonus tahunan perusahaan merupakan salah satu insentif yang biasanya memang diagendakan untuk memberikan apresiasi terhadap kinerja karyawan. Jadwal pemberiannya sih bermacam-macam, tergantung kebijakan masing-masing. Ada yang diberikan akhir tahun, ada yang di pertengahan, ada pula yang di awal tahun.
Biasanya sih, pemberian bonus ini diberikan sebagai “pamungkas” evaluasi tahunan, atau appraisal kinerja karyawan. Makanya, besarannya juga banyak faktor penentunya. QM Financial pernah membahas perhitungan bonus tahunan perusahaan ini di salah satu artikel. Bisa deh, dicek yah kalau belum sempat dibaca.
So, jika kamu sekarang baru saja menerima bonus tahunan perusahaan, terus mau diapain nih? Mau langsung cek wishlist di e-commerce kesayangan? Atau, mau langsung capcus ke phone market, gegara lihat iklan smartphone terbaru kemarin pas jalan ke kantor?
Memang bagi sebagian orang, bonus tahunan perusahaan semacam uang “kaget” yang rasanya harus wajib kudu segera dibelanjain barang-barang incaran, sebelum keduluan kebutuhan lain. Padahal … kebutuhan “lain” itu bisa jadi mendesak, dan lebih penting lagi.
Tapi, kalau dibelanjakan untuk kebutuhan “lain” … yahhh … kapan lagi sih dapat bonus tahunan perusahaan gini? Bisa jadi akhir tahun nanti lagi, atau malah setahun lagi. Huhuhu ….
Namun, memang itulah poinnya. Ingat, kita manusia biasa. Adalah wajar kalau kita punya keinginan banyak, tapi uang terbatas. Maka dari itu, mesti diatur. Semua-mua harus diatur–terutama masalah keuangan.
Jadi, gimana caranya, kita bisa menikmati bonus tahunan perusahaan, tapi sekaligus bisa memenuhi kebutuhan? Begini caranya.
5 Langkah Mengatur Keuangan Setelah Mendapat Bonus Tahunan Perusahaan
1. Alokasikan lebih banyak untuk cicilan utang
Cicilan utang, apa kabar? Bisa ngebayangin enggak, hidup kita nanti kalau bisa terbebas dari utang? Gimana rasanya?
Seger! Ringan! Happy!
Yes, makanya, ayo lunasi utang lebih cepat! Cek yuk, posisi utang hari ini. Utang kartu kredit, KPR, kredit motor, atau utang slow juicer. Mana nih yang memungkinkan untuk diberesin dulu? Yang paling sedikit kekurangannya. Kalau mencukupi, lunasi saja dengan bonus tahunan karyawan yang kamu terima!
Setidaknya kamu akan berkurang satu beban utang, dan itu rasanya sudah cukup melegakan lo! Nantinya, kondisi keuanganmu juga lebih sehat.
2. Tambah dana darurat
Coba cek dana darurat. Apakah sudah memenuhi jumlah ideal? Belum? Atau malah sebenarnya sih sudah, tapi kemarin sempat diambil sebagian untuk bantu saudara yang sakit?
Sekarang saatnya untuk “mengembalikan” dana daruratmu. Atau, kalau memang belum memenuhi jumlah idealnya, ya topup deh dengan uang bonus tahunan perusahaan yang kamu punya. Enggak perlu semua kok. Sisihkan beberapa persen saja juga sudah cukup, investasikan di instrumen yang sesuai.
3. Alokasikan untuk pengeluaran tahunan
Bulan Maret ini, kamu harus mengirim laporan SPT kan? Adakah pajak yang tertunggak atau harus segera dibayar? Pajak kendaraan, PBB, dan pajak-pajak lain?
Kalau ada, alokasikan dari bonus tahunan perusahaan yang kamu terima.
4. Manjakan diri
Yes, of course kamu boleh memanjakan dirimu, memberi reward untuk dirimu sendiri. Kan sudah bekerja keras, kinerja baik, bahkan bisa on target atau malahan melampaui target, makanya perusahaan saja mau memberikan apresiasi terhadap kamu berupa bonus tahunan perusahaan. Masa, kamu enggak kasih penghargaan juga terhadap dirimu sendiri kan? Awas lo, kesehatanmu!
Tapi, tetap harus dikendalikan ya.
Kalau mau aman, ya langsung masukkan sekian persen ke rekening khusus belanjamu, kalau ada. Jadi, kalau di rekening belanja saldonya sudah menipis, maka kamu bisa setop dulu juga belanjanya.
Begitu juga kalau kamu memutuskan hendak liburan dengan uang bonus tahunan yang kamu terima. Rencanakan dengan baik, jangan sampai menghabiskan uang untuk hal yang sia-sia. Boleh saja menggunakannya untuk menyenangkan diri, tetapi harus tetap bijak.
5. Tambahkan ke investasi dana pensiun
Investasi untuk dana pensiun kan seharusnya sudah punya jatah tersendiri setiap bulan kan ya? Nah, kalau ada bonus tahunan perusahaan seperti ini, bisa juga deh dikasih jatah sedikit ekstra untuk ditambahkan.
Berapa pun uang bonus tahunan perusahaan yang kamu alokasikan ke dana pensiun, pastinya akan lebih bermanfaat untuk masa depan ketimbang sekadar dihabiskan untuk jajan boba atau kopi kekinian kan?
Kalau bonus tahunan perusahaan yang kamu terima cukup besar, kamu pun bisa mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi lagi–menambah jenis instrumen investasi untuk dana pensiun. Tapi ingat ya, pelajari dulu karakteristik setiap instrumen investasi yang hendak kamu pilih; sesuaikan dengan tujuan dan profil risikomu.
Yes, begitu mendapatkan bonus tahunan perusahaan, pasti kamu akan segera punya rencana untuk penggunaannya. Tentu semua terserah kamu, karena kamu memang layak mendapatkannya. Namun, ada baiknya kalau kamu juga bijak. Tak hanya memikirkan kesenangan hari ini, tetapi juga harus memikirkan rencana jangka panjangmu ke depan.
Selamat ya, untuk bonus tahunan yang kamu terima! Semoga yang berikutnya bisa lebih lagi!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sandwich Generation, Begini 5 Cara Memutus Mata Rantainya
Istilah ‘sandwich generation’ pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy Miller, seorang pekerja sosial, yang menyoroti begitu banyaknya pekerja perempuan usia 30 – 40 tahun yang terimpit harus membiayai hidup anak dan orang tua yang sudah lanjut, di tahun 1981.
Waktu itu, banyak perempuan yang menunda untuk punya anak karena adanya tanggungan keluarga besar itu. Semakin ke sini, akhirnya istilah sandwich generation ini tak hanya berlaku untuk para perempuan saja, tetapi juga laki-laki.
Sandwich generation dipakai untuk menyebut mereka yang–bagaikan isi sandwich–terimpit di tengah, harus menanggung kebutuhan hidupnya sendiri, anak-anaknya, dan orang tua yang sudah memasuki masa pensiun tetapi tanpa penghasilan apa pun.
Hal ini sebenarnya bukan hal baru apalagi di Indonesia. Sudah wajar banget rasanya, kalau anak-anak yang sudah memasuki masa produktif jadi menanggung kebutuhan hidup orang tuanya juga. Hal ini dikarenakan adanya budaya dan semacam kewajiban bagi anak untuk berbakti dan “membalas budi” pada orang tua. Padahal rata-rata ya mereka yang masuk ke usia produktif zaman sekarang ini sudah berkeluarga juga.
Sebenarnya ini enggak masalah, asalkan kita memang mampu secara keuangan. Enggak ada salahnya kok membantu orang tua atau saudara. Kan kita hidup juga untuk saling tolong. Namun, hal ini akan menjadi beban kalau kita sendiri juga belum sehat secara keuangan.
So, adalah PR buat kita–para milenial–untuk bisa memutus mata rantai sandwich generation ini, dan tidak membebankan diri kita pada anak-anak kita kelak. Ingat, di masa depan, anak-anak kita sudah punya keluarga dan kehidupan sendiri lo! Masa tega sih, menambah beban mereka?
Terus, gimana caranya memutus mata rantai sandwich generation ini? Mari kita lihat.
5 Cara Memutus Mata Rantai Sandwich Generation
1. Persiapkan masa pensiun sebaik mungkin
Kata kunci untuk memutus mata rantai sandwich generation adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Harus dipahami bahwa harapan kita hidup akan lebih panjang ketimbang masa produktif kita. Artinya, akan ada masa ketika kita sudah lelah mencari uang. Ada masanya, kita pengin istirahat sambil menikmati hidup, menikmati hasil kerja kita bertahun-tahun sebelumnya.
Namun, mana bisa menikmati hidup kalau kita enggak siap dengan bekalnya. Inilah yang menjadi akar penyebab sandwich generation. So, di sinilah kuncinya. Persiapan.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini pada diri sendiri:
- Pengin melewatkan masa pensiun di mana?
- Masa pensiun seperti apa yang kamu harapkan?
- Di masa pensiun, masih boleh lo kalau mau mengerjakan sesuatu. Ada rencana apa?
- Akan hidup dengan apa di masa pensiun nanti?
2. Punyai rencana investasi sedini mungkin
Banyak dari kita yang males-malesan mikirin masa pensiun. Rasanya masih jauh banget. Padahal kalau kita bisa mempersiapkan sejak dini, itu justru akan meringankan beban kita lo. Kalau investasinya dimulai sejak 40 tahun sebelum pensiun pastinya akan lebih mudah kan, ketimbang mesti “mengejar ketinggalan” saat 5 tahun menjelang masa pensiun? Istilahnya, sudah terlambat.
Tapi meski begitu, terlambat masih lebih baik ketimbang enggak sama sekali, bukan? Jadi, ayo, berapa pun sisa waktumu sekarang, segera deh punyai rencana pensiun yang mantap, supaya hidup kita terjamin dan nggak perlu membuat anak-anak kita menjadi sandwich generation berikutnya.
3. Berbagi peran dengan saudara
Jika kamu memiliki saudara kandung dan sudah berpenghasilan juga, ada baiknya kamu berbagi beban dengannya. Semua anak–jika memang orang tua harus dibantu–sebaiknya ikut memikul beban tanggung jawab yang sama. Tidak hanya satu orang saja yang harus terbebani.
So, coba ajak saudara-saudara untuk berdiskusi bagaimana baiknya.
4. Miliki penghasilan sampingan
Selain merencanakan investasi sedini mungkin, ada baiknya juga–jika kamu sekarang adalah seorang karyawan–untuk mencoba memiliki penghasilan sampingan.
Mulailah dari menekuni apa yang menjadi minatmu. Di masa depan nanti, penghasilan sampingan ini bisa jadi salah satu alternatif memberikan uang saku untuk memenuhi kebutuhan hidup. Enggak hanya uang yang didapat, tetapi juga kepuasan. Di hari tua, kita jadi bisa mandiri dan enggak membuat anak-anak kita menjadi sandwich generation, sepeti halnya kita sekarang.
Oke kan? So, coba cari ide ya, dari sekian hal yang kamu suka lakukan.
5. Miliki gaya hidup yang sewajarnya
Yang biasa terjadi memang, gaya hidup mengikuti penghasilan yang kita miliki. Kalau penghasilan sebatas gaji UMR, ya gaya hidupnya minimalis. Begitu naik gaji, eh … lifestyle ikut naik.
Sekarang bisa saja gaji belasan juta, gaya hidup juga sama. Tapi, ingat, nanti di masa pensiun seenggaknya kita harus punya uang sebesar 70% dari gaji terakhir untuk bisa pensiun dengan gaya hidup yang enggak terlalu berbeda dengan sebelumnya. Nah, kira-kira, bisa enggak kita nanti earn money minimal sebesar 70% gaji sekarang itu, untuk membiayai gaya hidup kita nanti?
Kalau enggak bisa, ada baiknya disesuaikan saja. Hiduplah sewajarnya sejak sekarang, sehingga nanti ketika tiba masa pensiun, kita jadi enggak kaget lagi. So, kita pun enggak “memaksa” anak-anak kita untuk menjadi sandwich generation akibat gaya hidup kita yang enggak masuk akal.
Nah, gimana nih? Siap untuk memutus mata rantai sandwich generation? Semangat ya! Yang penting, selalulah punya rencana. Ajak partner hidupmu untuk merencanakan masa depan berdua.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
Iyes, jangan tunda lagi. Begitu kamu dan pasanganmu sudah sah membentuk keluarga baru, maka sekarang waktunya untuk segera merencanakan hidup dan membuat tujuan keuangan pengantin baru.
Yep. Jangan kelamaan tenggelam di euforia sebagai pengantin baru ya, Gaes! Karena hidup setelah pesta pernikahan ini akan lebih penting dan lebih panjaaang …. Dan, tanpa tujuan yang jelas pun rencana yang matang, ragu juga sih kamu dan pasanganmu bisa grow older together dengan tenang.
So, yuk yuk! Segera bangun, duduk di meja berdua, siapkan juga camilan dan teh atau kopi. Rumuskan segera apa saja yang kalian cita-citakan, dan rencanakan hidup kalian ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
1. Dana Darurat
Yes, dana darurat menjadi tujuan keuangan pengantin baru yang pertama kali harus direncanakan lebih dulu.
Mengapa? Karena–seperti namanya–dana darurat will come handy di saat darurat. Apa saja situasi darurat ini? Yang pasti sih enggak termasuk midsale di department store atau flash sale gadget terbaru di marketplace ya.
Yang termasuk dalam situasi darurat ini misalnya ban mobil meletus dan minta ganti, mesin cuci di rumah tahu-tahu ngadat, jatuh sakit dan belum bisa klaim asuransi, harus membantu saudara yang kesulitan, dan sebagainya.
Yes, situasi darurat akan selalu terjadi ke depan ya, jadi akan sangat baik kalau kita selalu siap juga. Berapa besarnya? Bagi pasangan pengantin baru–yang belum punya anak–besarnya 6 x pengeluaran bulanan. Kalau nanti sudah punya anak satu, maka dana darurat paling ideal 9 x pengeluaran bulanan, dan anak dua 12 x pengeluaran rutin bulanan.
2. Dana rumah pertama
Masa enggak mau mandiri setelah berkeluarga? Ada banyak hal yang hanya bisa diraih ketika kita sudah mandiri, lepas dari orang tua lo! Lagi pula–buat sebagian besar pengantin baru–kan sebentar lagi juga ada program anak pertama kan? Pastinya, akan lebih leluasa jika kita punya tempat tinggal sendiri.
So, dana rumah pertama harus menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru. Lebih cepat tercapai, maka akan semakin baik.
Dana rumah pertama ini bisa dibagi menjadi 2 tahap: mengumpulkan DP rumah dan kemudian menyusun rencana cicilannya.
So, take your time untuk mengobrolkan tujuan keuangan ini sesegera mungkin ya!
3. Dana Pendidikan Anak
Buat sebagian pengantin baru, biasanya program anak pertama akan langsung dijalankan. Nah, akan lebih baik, sembari menjalani program hamil, sekalian nih memikirkan dan merencanakan dana pendidikan anak. Yes, biar masih berstatus baru menikah, hal ini adalah tujuan keuangan pengantin baru yang sangat penting juga untuk direncanakan sejak awal.
Mengapa? Karena biaya pendidikan itu akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Enggak pernah dalam sejarah, ada biaya pendidikan menurun, kecuali ada kondisi yang luar biasa.
Selain itu, semakin awal mempersiapkan, beban investasinya juga lebih ringan. Jadi, ayo, segera rencanakan ya!
4. Dana Pensiun
Want to grow old together? Bagus! Pertanyaannya: mau menua di mana dan seperti apa?
Jangan sampai nih kalian–sebagai pengantin baru–menjadikan anak-anak kalian nanti sebagai sandwich generation ya. Duh, istilah ini semakin banyak disebut sekarang ya? Jadi berasa overrated nggak sih? Ya, makanya, berhenti di kita ya!
Karena itu, jangan menua tanpa rencana. Kalau kamu ngeblank, enggak tahu harus mulai dari mana untuk merencanakan masa depanmu ini, hubungi tim QM Financial ya, cari jadwal kelas yang cocok. Atau mungkin, book kelas private aja biar leluasa curhat.
5. Dana Liburan
Liburan keluarga yang dijadwalkan itu penting lo! Hari gini masa nggak liburan? Duh, apa kabar kesehatan mental?
Makanya, dana liburan bisa juga menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru yang harus segera dibicarakan. Meski enggak harus liburan ke tempat jauh dan mahal sih, tapi seenggaknya, dengan rencana yang baik, kita jadi bisa rutin liburan tanpa mengganggu cash flow harian, apalagi pakai utang.
Lagi pula, ngobrolin rencana liburan itu sangat asyik dan menyenangkan, di tengah-tengah obrolan tujuan keuangan pengantin baru serius yang lain kan?
Nah, sudah siap untuk ajak ngobrol tentang tujuan keuangan pengantin baru ini? Yes, semoga semua berjalan lancar ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masih Lajang, Ini Dia 5 Resolusi Keuangan yang Pas Buat Kamu
Masih lajang, belum ada tanggungan. Hidup seharusnya lebih ringan, dan masih bisa melakukan banyak hal dan bersiap untuk masa depan lebih baik.
Itu seharusnya.
Tapi kalau dalam review keuangan akhir tahunmu kemarin, ternyata enggak begitu adanya, berarti ada yang salah nih. Terutama pada pengelolaan keuanganmu.
Mumpung masih awal tahun, biasanya ini jadi waktu buat kita untuk menyusun rencana agar tahun ini berjalan lebih baik. Pastinya kamu yang masih lajang juga mau dong, tahun ini keuanganmu lebih sehat.
Nah, makanya, yuk, simak artikel ini sampai selesai ya!
5 Resolusi Keuangan untuk Kamu yang Masih Lajang
1. Jangan terjebak lifestyle
Yes, awas jebakan lifestyle kekinian! Apa aja sih contohnya? Ya, misalnya saja, ngopi cantik dan ganteng di kafe kekinian setiap hari. Atau, jajan boba ketika tumbler sebenarnya sudah berisi minuman sehat dari rumah. Atau, pesan makan siang online setiap hari, padahal kantin juga ada–padahal makanannya sehat, enak, lagi pula murah.
Demi bisa difoto cakep buat diunggah di Instagram, atau biar keliatan keren aja gitu.
Tahun ini, boleh saja kalau mau nongkrong cantik/ganteng sembari ngopi, atau jajan boba. Tapi pastikan tabunganmu bertambah dulu, atau lunasi utang konsumtifmu dulu. Maksimalkan anggaran lifestyle 20% saja dari penghasilanmu, agar anggaran yang lain bisa lebih longgar. Hiduplah sewajarnya.
2. Jangan malas
Malas mencatat pengeluaran dan membuat anggaran adalah hal yang biasa terjadi. Tapi, untuk tahun ini, coba atasi kemalasanmu yuk!
Buatlah catatan rutin pengeluaran dan anggaran, supaya keuanganmu lebih terkendali. Dengan demikian, kamu bisa tahu, apakah anggaran lifestyle-mu lebih besar daripada anggaran rutin? Jangan-jangan utangmu juga sudah melebihi batas 30% dari penghasilan?
Dengan mengetahui kondisi kesehatan keuanganmu sendiri, pastinya kamu akan lebih bisa membuat rencana untuk memperbaikinya. Betul?
3. Jangan gampang utang
Hari gini makin gampang saja berutang. Dari utang dengan jumlah banyak–tanpa harus ada jaminan dan cair dalam beberapa menit–sampai utang kecil-kecil berplafon ratusan ribu berjangka waktu kurang dari satu tahun, bisa dilakukan oleh siapa saja.
Modalnya, hanya smartphone saja dan kuota internet. Siapa yang enggak tergoda? Betul?
Inilah godaan terbaru sebagai manusia-manusia kekinian, yang mau serba cepat, serba praktis, dan serba enak. Ya, ada bagusnya juga sih, tapi kita sebagai manusia harus tetap bijak dalam menggunakan teknologi. Terutama dalam hal keuangan.
Sekali terjerat, bisa jadi masalah untuk seumur hidup lo! Jadi, pertimbangkanlah baik-baik jika ada godaan untuk berutang–seperti apa pun iming-imingnya ya. Terutama buat kamu yang masih lajang.
4. Tambah pengetahuan produk keuangan
Sementara kamu masih lajang, waktumu ke depan akan masih sangat panjang. Ada banyak hal yang bisa kamu raih, dan kamu rencanakan agar hidupmu lebih baik.
So, imbangilah keinginan dan cita-citamu dengan berbagai pengetahuan literasi keuangan. Kamu bisa belajar dari mana saja; dari buku, artikel di media online, media sosial, dari mereka-mereka yang sudah lebih ahli, dan banyak lagi.
Terkhusus, kamu bisa ikut kelas-kelas keuangan–baik yang online dan offline.
Tambah pengetahuan mengenai produk-produk keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bekal untuk merencanakan masa depanmu. Mulai dari mengatur cash flow, menyusun tujuan keuangan, siapkan dana darurat, siapkan dana pensiun, hingga kamu juga bisa mulai memikirkan dana pendidikan anak lo–jika kamu memang punya rencana untuk segera menikah dan punya anak.
Tidak pernah ada kata terlambat dan terlalu cepat untuk belajar sesuatu, termasuk soal pengelolaan keuangan.
5. Susun rencana jauh ke depan
Nah, ini sih menjadi resolusi yang memang harus mulai kamu lakukan, jika belum sempat terlaksana di tahun 2019 yang lalu.
Sebaiknya, kamu sudah punya rencana matang untuk 1 tahun ke depan–kamu pengin apa sih? Pengin meraih apa, dan bagaimana caranya? Lalu susun pula rencana untuk 5 hingga 10 tahun, bahkan lebih dari 10 tahun mendatang. Hidup seperti apa yang kamu ingin jalani nanti?
Kamu boleh bermimpi setinggi mungkin, dan sekarang susun rencana untuk mewujudkan mimpimu itu.
See? Banyak hal yang bisa kamu lakukan tahun ini, meski kamu masih lajang–yang katanya ini waktunya untuk bersenang-senang. Well, seperti kata Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–hura-hura sih boleh, tapi jangan sampai bikin huru-hara gara-gara kamu senang-senang tanpa rencana matang jauh ke depan untuk hidupmu sendiri.
Justru, di saat masih lajang inilah, kamu bisa merencanakan semuanya dengan lebih baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini
Berapa usiamu saat ini? Belum lagi 30 tahun? Banyak orang yang merasa menyesal, mengapa tidak melakukan hal-hal tertentu sebelum usia 30 tahun, termasuk hal keuangan.
Termasuk saya. Saya adalah salah satu dari mereka yang menyesal, mengapa enggak membuat dana pensiun saya sejak pertama kali saya memasuki dunia kerja dulu, sebelum usia 30 tahun. Ya, sebagian sih karena literasi keuangan di zaman saya jadi first jobber memang belum seperti sekarang sih. Misal mau investasi, ya mesti datang ke bank, lalu minta informasi ke petugas langsung. Dan, saya paling males, karena kemudian pasti ditawari yang lain-lain yang malah bikin saya distracted.
Duh, ketahuan deh kalau angkatan lawas.
Nah, supaya kamu enggak mengalami penyesalan yang sama, maka sebaiknya kamu tahu dan mulai membuat tujuan finansialmu sendiri sebelum usia 30 tahun.
Karena penyesalan itu selalu datang belakangan. Kalau di depan namanya down payment, soalnya.
5 Tujuan Finansial yang Harus Kamu Mulai Buat Sebelum Usia 30 Tahun
1. Punyai proteksi
Sebelum usia 30 tahun hingga nanti kamu memasuki usia pensiun, bisa dibilang kamu berada di masa yang sangat produktif. Jika *knocks on wood* kamu tertimpa musibah, lalu bagaimana nasib orang-orang yang hidupnya tergantung padamu?
Musibah bisa terjadi setiap waktu, dan bisa membuatmu serta orang-orang yang kamu cintai menderita kerugian secara ekonomi. Di sinilah, arti pentingnya proteksi dan asuransi untuk kamu punyai.
So, begitu kamu memasuki usia kerja, segeralah lindungi dirimu dan orang-orang di sekitarmu dengan asuransi. Jenis asuransi ada bermacam-macam. Ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan, hingga asuransi umum. Kamu enggak perlu kok melengkapi semuanya sekaligus. Prioritaskan dulu asuransi yang kamu anggap paling penting. Boleh saja kok, jika kamu lengkapi secara bertahap, asalkan terencana dengan baik.
2. Dana darurat
Dana darurat juga penting untuk kamu buat sebelum usia 30 tahun. Dana darurat ini juga salah satu tujuan finansial pertama yang wajib kamu punya begitu kamu mulai kerja.
Kenapa? Because bad things happen!
Setelah mempunyai proteksi, dana darurat juga akan bisa “mengamankan” keuangan, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau di luar rencana.
Saat kamu sakit, butuh uang mendadak, mau membantu saudara atau keluarga, sampai misalnya kamu harus mengganti laptop rusak padahal dipakai untuk kerja sehari-hari, dana darurat will come handy.
3. Dana pensiun
Dana pensiun adalah tujuan finansial berikutnya yang harus mulai kamu buat sebelum usia 30 tahun.
Yah, baru mulai kerja, kok sudah harus mikirin pensiun?
Justru karena baru mulai itulah, kamu harus segera memikirkannya. Karena dengan jangka waktu yang lebih panjang, maka semakin mudah untukmu menabung (atau berinvestasi). Kamu bisa mulai berinvestasi dengan hanya Rp100.000 saja lo! Kalau kamu baru mulai menabung untuk pensiun di usia 40-an, bisa jadi kamu harus menabung berkali-kali lipatnya.
Kan sudah punya fasilitas Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan oleh kantor?
Well, tahu enggak sih, berapa kebutuhan dana untuk bisa menghabiskan pensiun sejahtera? Bisa sampai miliaran rupiah. Sedangkan, berapa persenkah dari gaji yang bisa kita terima dari BPJS Ketenagakerjaan saat kita mulai pensiun nanti? Hanya 30 – 40% saja.
Cukup? Sepertinya enggak.
4. Dana rumah pertama
Sebelum usia 30 tahun, seharusnya sih kamu sudah mandiri. Sudah punya penghasilan sendiri, dan pastinya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Jika kamu masih tinggal dengan orang tua, maka seharusnya kamu tetap bisa mandiri, bukannya tetap bergantung pada mereka. Setujukah sampai di sini?
Rumah milik sendiri bagi masyarakat kita adalah simbol kemandirian. So, seharusnya sih memiliki rumah pertama menjadi salah satu tujuan finansialmu juga untuk mulai dibuat sebelum usia 30 tahun.
Isunya, generasi milenial enggak punya nyali untuk membeli rumah. Mengapa? Karena memang butuh modal yang banyak sekali! Begitu lihat nominalnya, pasti deh shock.
Ya, begitulah. Memang ini adalah hal yang enggak bisa dimungkiri. Rumah memang mahal, dan semakin mahal dari tahun ke tahun. Apakah kita mau membeli rumah yang “Senin harga naik” ini, kalau enggak beli sekarang?
Bisa kok, kita punya rumah di usia muda. Kamu hanya perlu tahu caranya.
5. Bijak berutang
Nggak boleh utang? Boleh kok, boleh! Karena ada kalanya kita memang harus berutang, terutama untuk membeli barang berharga tinggi tapi penting. Rumah, misalnya. Tapi harus bijak!
Sebelum berutang, pertimbangkan dulu baik-baik; tujuan berutang untuk apa? Apakah barang yang akan kita beli itu akan menjadi aset? Ataukah hanya sekadar barang-barang yang bersifat konsumtif?
Dengan cara apa kita berutang? Apakah utang multiguna, utang kartu kredit, atau mungkin utang tanpa agunan? KPR? Atau yang lain? Apa risiko masing-masing? Seperti apa cara pembayarannya?
Ada baiknya, kamu membatasi utang-utang yang bersifat konsumtif sebelum usia 30 tahun, apalagi jika diambil dengan utang yang berbunga “menjerat”.
Pelajari karakter, syarat, dan ketentuan setiap jenis utang yang membuatmu tertarik. Dan, kalau memang bisa dihindari, hindarilah. Mungkin ada cara lain untuk memenuhi keinginan kebutuhanmu tanpa berutang.
Bagaimana? Tujuan finansial mana yang sudah kamu lakukan, dan yang belum kamu mulai sebelum usia 30 tahun?
Semangat ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tip Keuangan untuk Guru Sejahtera
Selamat Hari Guru! Inilah saat dan kesempatan spesial untuk dapat mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang sudah berjasa untuk kita, gaes! Dan, mari berharap agar di Indonesia semakin banyak guru sejahtera!
Saya sendiri masih sempat bertemu cukup sering dengan salah seorang guru saya kala duduk di bangku SMA. Beliau dulu mengajar saya di mata pelajaran Seni Suara, di kelas 2–atau kelas 11 kalau sekarang. Yah, ketahuan deh, angkatannya :)
Saat ini, beliau sudah pensiun. Kegiatannya? Di rumah, kebetulan beliau “dititipi” cucu yang bersekolah di kota domisili saya, sedangkan anaknya–yang merupakan orang tua si cucu–tinggal di ibukota. Jadi, kesehariannya ya, menemani cucunya bersekolah. Sesekali waktu, arisan. Kebetulan beliau juga teman ibu saya, mereka satu arisan.
Kalau saya lihat, pensiunnya cukup untuk keseharian yang sederhana. Beliau masih dikirimi uang oleh anaknya, tapi tentunya untuk keperluan sang cucu. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
“Hidupku sekarang ya buat cucu itu,” kata beliau saat sempat mengobrol dengan saya.
“Cukup, Bu?”
“Ya, dicukup-cukupkan.”
Hahaha. Khas orang Jawa yang nerimo.
Banyak pensiunan guru yang memang lantas hidupnya pas-pasan begini pada akhirnya. Sudah begitu, masih dititipi cucu. Karena rasa cintanya yang besar, tentulah enggak bisa menolak. Tapi, pastilah sedikit banyak juga menambah beban, meski orang tua si cucu mengirimi uang dan keperluan lainnya.
Saya yakin banyak pensiunan guru–terutama guru-guru angkatan guru saya itu–yang belum mengenal investasi. Kalau kebetulan berstatus PNS, ya dapat pensiun dari negara. Enggak punya investasi lainnya. Paling banter, mereka punya perhiasan emas saja. Itu pun hanya beberapa. Pernah saya hadir di satu reunian sekolah, dan memang begitulah cerita sebagian besar guru-guru saya yang sudah pensiun.
Padahal, guru juga berhak hidup sejahtera. Apalagi setelah mereka berjasa untuk mendidik anak-anak Indonesia supaya bermasa depan cerah. Tapi, mengapa seperti sulit sekali mewujudkan hidup guru sejahtera? Terutama saat mereka sudah pensiun?
Adakah di antara kamu yang sekarang berprofesi sebagai guru? Kalau iya, berikut 5 tip untuk mengatur keuanganmu untuk mewujudkan impian hidup guru sejahtera.
Iya, kamu berhak untuk sejahtera, apa pun status gurumu–guru sekolah negeri, sekolah swasta, bahkan pengajar di pendidikan informal.
5 Tip Keuangan untuk Guru Sejahtera
1. Punyai tujuan finansial
Saya yakin–sebagai angkatan baby boomer–guru saya yang saya ceritakan di awal tadi, tidak pernah mengenal tujuan finansial.
Tapi, hey, zaman sudah maju. Literasi keuangan sudah demikian berkembang. Teknologi bisa membantu. Maka, kamu sekarang–sebagai seorang guru milenial–seharusnya sudah tahu, bahwa kamu seharusnya mempunyai tujuan finansial dalam hidupmu.
Untuk menentukan tujuan finansialmu sebagai guru sejahtera, jawablah pertanyaan ini.
Di masa depan nanti, kamu pengin hidup seperti apa sih?
Apakah kamu pengin punya rumah? Pengin menjalani hidup dengan selalu terjamin kesehatanmu, juga kesehatan keluargamu? Pengin punya bisnis kecil-kecilan, sebagai aset aktif bekal pensiun?
2. Atur gaji
Gaji guru bisa sangat bervariasi. Sudahlah tergantung tempat kerja, masih juga tergantung status. Sama-sama PNS saja bisa berbeda satu sama lain.
Ada guru honorer di pelosok sana yang hanya mendapatkan gaji sekian puluh ribu rupiah saja per bulan. Sedangkan, guru di ibukota–misalnya–yang mengajar di sebuah sekolah swasta berbasis internasional, bisa berkali-kali lipat gajinya.
Berapa pun gaji kamu, yang paling penting adalah bagaimana mengaturnya supaya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, mencatat pengeluaran dan kemudian membuat anggaran per bulan itu sangat penting.
Kebutuhan orang bisa berbeda, sehingga mendapatkan rezeki yang berbeda pula. Enggak perlu membandingkan diri dengan yang lain, yang penting, bagaimana kita mengelolanya dengan baik sehingga semua tujuan finansialmu bisa dipenuhi.
3. Menabung dan investasi
Mulailah menabung dan berinvestasi sedini mungkin, bahkan sejak kamu menerima gaji pertamamu, demi mewujudkan hidup guru sejahtera di masa pensiun.
Hitunglah kebutuhanmu di masa pensiun nanti. QM Financial sih punya rumus untuk menghitungnya. Semoga kamu sudah pernah bergabung di salah satu kelas finansial online yang membahas khusus tentang dana pensiun di QM Financial ya. Sehingga kamu sudah bisa mendapatkan gambaran mengenai dana pensiun yang akan kamu butuhkan.
4. Tambah penghasilan
Wali kelas saya di kelas 5 SD dulu juga bekerja sebagai instruktur tari di sebuah sanggar tari modern yang cukup terkenal. Beberapa guru juga bersedia memberikan les privat tambahan di luar jam pelajaran. Mereka datang ke beberapa rumah siswa untuk membantu belajar. Tentunya, ada biaya tambahan untuk hal ini.
Pernah juga ada cerita viral di media sosial. Seseorang berprofesi sebagai guru di siang hari, dan sebagai drivel ojol di sore hingga malam hari.
Boleh saja kok, menambah penghasilan. Apalagi jika tujuannya untuk mewujudkan tujuan finansialmu secepat mungkin. Yang penting diatur waktunya ya, jangan sampai mengganggu pekerjaan utama.
Dan, tentu saja, harus memperhatikan kesehatan.
5. Hindari utang
Utang konsumtif sih terutama. Jangan lupa bahwa kita hanya punya porsi utang maksimal sebanyak 30% saja dari penghasilan.
Jangan pernah mencoba untuk melampaui batas ini, kecuali ada alasan tertentu yang sudah dipertimbangkan masak-masak.
Semoga dengan 5 tip keuangan untuk guru sejahtera di atas, setiap guru di Indonesia bisa hidup layak di masa pensiun nanti ya.
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti bagaimana cara merumuskan tujuan finansialmu. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Terima kasih, Bapak dan Ibu Guru!
Joker & Mental Health: Apakah Kecemasan Finansial Juga Berpengaruh pada Kesehatan Mental?
Pas banget dunia sedang merayakan World Mental Health Day 10 Oktober lalu, saya juga menyempatkan diri untuk nonton film Joker. Berbekal review dari beberapa akun film di Twitter yang saya follow, dan juga rekomendasi teman-teman moviegoers, saya berangkat ke bioskop dengan sedikit keraguan: apakah saya akan baik-baik saja selepas nonton film satu ini nanti?
Ternyata, ya saya baik-baik saja. Namun, tak pelak film Joker jadi membuat saya berpikir (terlalu) jauh mengenai kesehatan mental, terutama yang berawal dari anxiety atau kecemasan yang berlebih.
Anxiety Awal Semua Penyakit Mental?
Kalau sudah nonton filmnya, pasti bisa merasakan bahwa penyakit Pseudobulbar Affect yang diderita oleh Joker akan muncul gejalanya saat yang bersangkutan sedang mengalami kecemasan. Saat dia ditegur oleh ibu-ibu di bus, saat dia menyaksikan 3 orang sedang ngebully seorang perempuan yang naik kereta sendirian, saat dia diminta naik panggung standup comedy, dan seterusnya. Gejalanya muncul selalu di saat yang tidak tepat.
Nah, bayangkan kalau pada dasarnya kita punya tingkat kecemasan yang berlebih, seperti Joker yang selalu mendapatkan perundungan dari sekitarnya. Sudah begitu, dia juga dipermalukan dan disiarkan di televisi lagi. Bisa jadi gejala PBA yang diderita oleh Joker yang diakibatkan oleh cedera otak itu akan terus terjadi.
Anxiety atau kecemasan memang rasa-rasanya hampir selalu menjadi akar masalah dari setiap gangguan kesehatan mental. Rasa cemas berlebih ini lantas bisa jadi stres, depresi, hingga memicu penyakit-penyakit mental lain bermunculan. Kalau mau dianalogikan dengan penyakit tubuh, mungkin bisa dibandingkan dengan tekanan darah tinggi ya?
Ah, entahlah. Saya toh bukan psikolog maupun dokter. Semuanya saya hubungkan berdasarkan logika sederhana seseorang yang kadang suka merasa cemas berlebihan dan hobi overthinking.
Tapi, sebenarnya hal ini bisa saja terjadi pada setiap orang. Yakin deh setiap dari kita punya kecemasan terhadap sesuatu—hanya saja levelnya berbeda dan juga kita masing-masing punya cara untuk mengatasinya.
Lalu, Bagaimana dengan Kecemasan Finansial?
Memangnya, apa yang biasanya membuat orang merasakan cemas secara finansial?
Ya, sepertinya sama saja sih: kalau nggak punya duit. Duit untuk apa? Itu dia yang mungkin berbeda untuk setiap orang. Ada yang cemas nggak punya duit untuk makan besok pagi, untuk sekolah anak-anak, untuk beli rumah sendiri, untuk liburan, untuk bekal pensiun, dan sebagainya.
Apakah kamu masih punya satu dua hal yang menjadi pangkal kecemasan finansialmu sekarang ini?
Jujur sih, kalau saya masih concern tentang dana pensiun. Rasanya saya masih belum punya bekal apa pun sampai sekarang, padahal yang namanya waktu itu semakin merangkak mendekati senja. Iya, saya telat sih sadar bahwa saya butuh dana pensiun. Saat sadar, ya langsung saja ambil beberapa langkah untuk mengamankan masa depan saya itu.
Pertanyaannya: jika kita mengalami kecemasan finansial, lalu diabaikan atau dianggap remeh, mungkinkah kemudian bisa mengakibatkan kesehatan mental kita terganggu?
Jawabannya: mungkin banget. Misalnya saja, cemas akan masa pensiun. Sampai hampir tiba masa pensiun, kita tetap tidak bisa memastikan bahwa kita akan baik-baik saja setelah ini. Gimana dong rasanya? Stres? Bisa jadi banget. Selanjutnya? Entahlah. Hanya waktu yang menjawab, apakah kita akan baik-baik saja.
Karena itu, setiap orang mestinya mencegah kecemasan finansial ini terjadi. Bagaimana caranya?
1. Pastikan kita punya rencana keuangan
Adalah penting bagi setiap orang untuk punya rencana keuangan. Kapan sebaiknya orang mulai punya rencana keuangan? Secepatnya, sejak ia bisa menghasilkan uang sendiri.
Saya telat punya rencana keuangan. Tapi terlambat masih lebih baiklah, ketimbang tidak ada sama sekali sampai sekarang. Setidaknya, kalau boleh dibilang, saya sudah mengurangi satu tingkat level kecemasan finansial yang berpotensi membuat kesehatan mental saya terganggu.
So, bagaimana denganmu? Apa kecemasan finansial terbesar kamu? Kalau sudah ketemu akar permasalahannya, segera deh susun rencana keuangan. Selalulah berawal dari #TujuanLoApa, dan kemudian kamu bisa merencanakan jalan menuju tujuan keuangan itu.
2. Pastikan kita punya pengetahuan literasi keuangan yang cukup
Rencana keuangan enggak akan jalan tanpa pengetahuan keuangan yang cukup. Mungkin malah ngeblank, dan akan jadi masalah kecemasan baru lagi.
Misalnya, saya tahu bahwa problem utama kecemasan finansial saya adalah enggak punya dana pensiun. Tapi, dengan apa saya bisa membuat dana pensiun? Padahal, kebutuhan dana pensiun itu bisa miliaran!
Nah, kan. Jadi stres lagi deh.
Makanya punya pengetahuan keuangan yang cukup ini penting banget. Berbekal pengetahuan, kita jadi mengenali berbagai produk keuangan yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keuangan kita.
Butuh membuat dana pensiun? Berarti coba ikutan kelas investasi. Belajar dari ahlinya langsung kalau perlu. Butuh dana pendidikan? Berarti coba ikut kelas dana pendidikan. Dan, kebetulan banget kan, QM Financial selalu punya kelas finansial online untuk berbagai tujuan keuangan.
Nah, buruan daftar makanya. Biar nggak ketinggalan, sebelum negara api penyakit mental menyerang, seperti halnya Joker.
3. Stick to our financial goals
Tetap berpegang pada tujuan keuangan kita juga akan menyelamatkan kita dari kecemasan finansial. Kalau enggak? Wah, bisa-bisa ambyar semua. Kejadian deh, misalnya, gaji besar utang juga besar lantaran gaji naik lifestyle juga naik.
Percuma juga sudah membuat rencana dan punya pengetahuan yang cukup mengenai seluk-beluk keuangan, kalau kita sendiri enggak disiplin dan konsisten memegang tujuan keuangan kita. Bener nggak?
So, ayo, kita atasi kecemasan finansial kita masing-masing. Jangan tunggu sampai parah, kayak Joker.
Follow Instagram QM Financial agar mendapatkan tip-tip keuangan praktis dan aplikatif, ikut nonton kalau lagi ada Instagram Live yang membahas berbagai masalah keuangan, dan join di kelas-kelas finansial online-nya.
Sampai ketemu di kelas!