Contoh Rencana Investasi Pribadi untuk Tujuan Finansial Dana Pendidikan Anak
Merencanakan masa depan finansial, terutama untuk dana pendidikan anak, membutuhkan strategi yang matang dan sesuai dengan kebutuhan. Contoh rencana investasi pribadi bisa menjadi panduan untuk mencapai tujuan ini dengan efektif.
Dengan berbagai pilihan instrumen investasi, seperti reksa dana, obligasi, dan deposito, langkah awal untuk mempersiapkan dana pendidikan bisa dilakukan dengan lebih terencana.
Penting untuk memahami bahwa setiap rencana investasi harus disesuaikan dengan profil risiko dan jangka waktu yang diinginkan. Dengan memilih instrumen yang tepat dan mengalokasikan dana secara bijaksana, tujuan finansial dapat tercapai tanpa perlu menghadapi risiko yang terlalu tinggi.
Table of Contents
Langkah-Langkah Membuat Rencana Investasi Pribadi
Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat rencana investasi guna mencapai tujuan dana pendidikan anak.
1. Menentukan Tujuan Finansial dengan Jelas
Tentukan jumlah dana yang dibutuhkan untuk pendidikan anak. Misalnya, biaya kuliah di universitas yang diinginkan. Tentukan juga jangka waktu untuk mencapai tujuan ini, seperti 15 tahun ke depan.
2. Menghitung Dana yang Perlu Diinvestasikan
Hitung jumlah dana yang perlu diinvestasikan secara rutin berdasarkan target dana pendidikan dan jangka waktu yang telah ditentukan. Gunakan rumus Future Value (FV) untuk menghitung berapa besar investasi bulanan yang diperlukan untuk mencapai target dana dengan asumsi tingkat pengembalian tertentu.
3. Menilai Profil Risiko
Tentukan profil risiko yang sesuai dengan kondisi keuangan dan toleransi terhadap risiko. Profil risiko akan memengaruhi pemilihan jenis instrumen investasi. Untuk tujuan pendidikan yang biasanya berjangka menengah hingga panjang, investasi dengan risiko moderat seperti reksa dana campuran dan obligasi bisa dipertimbangkan.
4. Memilih Instrumen Investasi yang Tepat
Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risiko. Misalnya, kombinasi reksa dana campuran, obligasi pemerintah, dan deposito. Diversifikasi ini bertujuan untuk mengurangi risiko sekaligus memaksimalkan potensi pertumbuhan dana.
5. Membuat Alokasi Dana yang Diversifikasi
Tetapkan alokasi dana untuk setiap instrumen investasi. Misalnya, 40% untuk reksa dana campuran, 30% untuk obligasi, dan 30% untuk deposito. Alokasi ini bisa disesuaikan sesuai dengan perubahan kondisi keuangan atau pasar.
6. Menyisihkan Dana Secara Berkala
Lakukan investasi secara konsisten, misalnya setiap bulan, untuk memastikan pertumbuhan dana yang stabil. Otomatiskan setoran ke dalam instrumen investasi yang telah dipilih untuk menjaga disiplin finansial.
7. Menyiapkan Dana Darurat
Sebelum mulai berinvestasi, pastikan sudah memiliki dana darurat yang setara dengan 3-6 bulan biaya hidup. Dana darurat ini penting untuk melindungi keuangan dari kejadian tak terduga dan tidak memengaruhi rencana investasi.
8. Memantau dan Mengevaluasi Investasi Secara Berkala
Lakukan evaluasi terhadap kinerja investasi secara berkala, misalnya setiap 6 bulan atau setahun sekali. Jika ada instrumen yang tidak memberikan hasil sesuai harapan, pertimbangkan untuk melakukan rebalancing portofolio.
9. Menyesuaikan Rencana Investasi Sesuai Perubahan Kondisi
Sesuaikan rencana investasi jika ada perubahan dalam kondisi finansial, tujuan, atau profil risiko. Misalnya, ketika mendekati waktu kuliah, bisa mengalihkan sebagian dana dari instrumen berisiko tinggi ke instrumen yang lebih aman seperti deposito atau obligasi.
10. Menghindari Pengeluaran Dana Investasi Kecuali untuk Tujuan yang Ditetapkan
Jaga agar dana yang diinvestasikan tetap berada dalam portofolio hingga mencapai tujuan. Hindari penggunaan dana investasi untuk kebutuhan lain agar rencana keuangan tetap berjalan sesuai target.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, tujuan dana pendidikan anak dapat tercapai secara lebih terencana dan terukur.
Contoh Rencana Investasi Pribadi untuk Dana Pendidikan Anak
Berikut adalah contoh rencana investasi pribadi untuk tujuan dana pendidikan anak sebesar Rp200 juta yang harus tercapai dalam 15 tahun ke depan. Rencana ini menggunakan berbagai instrumen investasi dengan tingkat risiko moderat.
Target: Rp200 juta dalam 15 tahun
Strategi Investasi:
1. Reksa Dana Campuran (40% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 40% dari dana investasi bulanan dialokasikan ke reksa dana campuran. Instrumen ini cocok untuk investor dengan profil risiko moderat karena menggabungkan saham dan obligasi.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 8-10%.
- Keuntungan: Diversifikasi antara saham dan obligasi memberikan potensi pertumbuhan yang lebih baik daripada hanya obligasi saja, sambil tetap mengurangi risiko dibandingkan investasi saham murni.
2. Obligasi Pemerintah (30% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 30% dari dana investasi bulanan ditempatkan di obligasi pemerintah, seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) atau Sukuk Ritel.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 6-7%.
- Keuntungan: Risiko yang relatif rendah dengan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan deposito. Obligasi pemerintah juga aman dan memberikan pendapatan tetap.
3. Deposito Berjangka (20% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 20% dari dana investasi bulanan dimasukkan ke dalam deposito berjangka di bank.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 4-5%.
- Keuntungan: Risiko sangat rendah dengan imbal hasil yang stabil. Cocok untuk menjaga likuiditas dana dan memberikan kepastian pengembalian.
4. Reksa Dana Pasar Uang (10% dari total investasi bulanan)
- Alokasi: 10% dari dana investasi bulanan ditempatkan di reksa dana pasar uang.
- Estimasi Imbal Hasil: Rata-rata imbal hasil tahunan sekitar 4-5%.
- Keuntungan: Risiko sangat rendah dengan likuiditas tinggi. Cocok untuk dana darurat atau kebutuhan jangka pendek.
Contoh Perhitungan Investasi Bulanan
Untuk mencapai target Rp200 juta dalam 15 tahun dengan asumsi imbal hasil rata-rata 7% per tahun dari keseluruhan portofolio:
Total Investasi Bulanan yang Dibutuhkan:
Dengan menggunakan rumus FV (Future Value), total investasi bulanan yang dibutuhkan kira-kira sekitar Rp600.000 – Rp700.000 per bulan, tergantung pada fluktuasi pasar dan kinerja masing-masing instrumen investasi.
Pro tips
- Evaluasi secara Berkala: Setiap 6 bulan atau setahun sekali, evaluasi portofolio untuk memastikan kinerja investasi sesuai dengan target yang ditetapkan.
- Penyesuaian: Jika ada perubahan signifikan dalam kondisi pasar atau keuangan, pertimbangkan untuk menyesuaikan alokasi investasi.
- Pertimbangkan Inflasi: Imbal hasil dan target dana pendidikan harus mempertimbangkan inflasi yang bisa mempengaruhi biaya pendidikan di masa depan.
Dengan strategi diversifikasi ini, tujuan dana pendidikan anak sebesar Rp200 juta dalam 15 tahun diharapkan dapat tercapai dengan risiko yang moderat dan pengelolaan yang lebih aman.
Of course, yang di atas adalah contoh rencana investasi pribadi, yang dilakukan sebagai studi kasus saja. Kamu bisa mengganti angka, instrumen, dan detail lainnya sesuai kondisi dan kemampuan kamu. Diharapkan juga kamu selalu ingat, bahwa asumsi selalu salah.
Bagaimana, tertarik untuk mempelajari cara membuat rencana keuangan seperti ini lebih lanjut? Tak hanya berhenti di contoh rencana investasi pribadi untuk dana pendidikan, tetapi juga untuk dana pensiun, dana rumah pertama, dan lain sebagainya?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Pertanyaan yang Wajib Dibahas bareng Pasangan sebelum Menikah
Sebelum menikah, ada beberapa pertanyaan penting yang perlu dibahas bersama pasangan untuk membangun dasar yang kuat bagi hubungan di masa depan.
Menentukan tempat tinggal, pembagian peran dalam keluarga, keinginan memiliki anak, rencana pensiun, dan cara berkomunikasi serta menyelesaikan konflik adalah topik-topik krusial yang sebaiknya jangan sampai dilewatkan untuk diobrolkan sebelum menikah.
Pembahasan ini bukan hanya tentang merencanakan kehidupan bersama loh, tapi juga memahami lebih dalam tentang harapan dan impian masing-masing.
Table of Contents
Pertanyaan Wajib Dijawab Sebelum Menikah
Ngobrol adalah langkah awal untuk bisa memastikan bahwa kedua belah pihak memiliki visi yang sama tentang kehidupan bersama setelah menikah.
Dengan membicarakan tempat tinggal impian, peran masing-masing dalam keluarga, jumlah anak yang diinginkan, cita-cita setelah pensiun, dan strategi komunikasi serta penyelesaian masalah, kamu dan pasanganmu dapat membangun fondasi yang kuat untuk hubungan yang harmonis dan langgeng.
Dialog terbuka ini membantu mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan, memfasilitasi penyesuaian, dan memperkuat ikatan di antara kamu dan pasanganmu.
Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya sudah dibahas sebelum menikah antara pasangan.
1. Mau Tinggal di mana setelah Menikah?
Kayaknya sih ini pertanyaan yang simpel dan sepele. Kadang di-skip, karena saking sepelenya. Dianggap mudah dipecahkan, karena yah … di mana aja boleh asalkan berdua. Tsah. Padahal ini bisa jadi hal besar kalau dua belah pihak enggak sepakat.
Ada beberapa alternatif yang umumnya muncul menjadi opsi. Yang pertama, tinggal di rumah orang tua atau mertua. Pastinya, ini adalah opsi “hemat”, cocok buat pengantin baru yang masih harus banyak nabung, banyak kudu buat rencana ini itu. Seenggaknya, dengan tinggal di rumah orang tua dulu, perkara printilan rumah tuh bisa dilakukan bareng-bareng sama mertua atau orang tua. Ada yang bantuin. Tapi, kalau salah satu enggak nyaman, ya harus diobrolkan.
Alternatif kedua adalah kontrak rumah. Biasanya ini menjadi opsi ketika pasangan sudah niat ingin membangun keluarga yang lepas sama sekali dari “pengaruh” orang ketiga. Tentu saja, ini adalah opsi yang sangat bagus. Namun, harus punya rencana yang matang ya, terutama dari segi keuangan rutin karena nantinya harus bayar kontrakan.
Alternatif ketiga, langsung punya rumah sendiri. Ini memang privilege. Bisa beli sendiri, atau mungkin hibah, atau kado pernikahan.
So, sebelum menikah, pastikan kamu dan pasangan sudah membahas tentang masalah tempat tinggal ini, supaya enggak ruwet ke depannya.
2. Bagaimana Pembagian Peran dalam Keluarga Nantinya?
Sebelum menikah, hal ini juga termasuk yang harus diobrolkan. Mulai dari apakah nantinya nafkah datang dari dua pintu (suami dan istri) atau satu pintu saja (suami saja atau istri saja)? Jika dua pintu, maka seperti apa ketentuannya? Kalau satu pintu, seperti apa pengaturannya?
Di dalam obrolan ini, bisa dibahas juga mengenai sistem pengelolaan keuangan keluarga ke depannya. Misalnya, jika datang dari dua pintu, maka mau dikelola seperti apa? Apakah dua penghasilan dijadikan satu, kemudian dibagi ke alokasi pos pengeluaran keluarga?
Bisa juga dikelola dengan berbagi jatah, penghasilan siapa untuk membayar apa? Misalnya urusan dapur dan makanan menjadi tanggung jawab istri. Sementara suami kebagian membayar kontrakan dan investasi.
Jika nafkah satu pintu, maka juga harus ditentukan pengelolaannya. Apakah mau sistem “gajian”, per bulan dijatah dengan nominal tertentu? Atau mau harian?
Biasanya sih, dari sini, obrolan bisa diteruskan ke pembagian peran dalam keluarga yang sifatnya sehari-hari. Siapa yang memasak, siapa yang urus kebersihan rumah, dan sebagainya.
3. Punya Anak atau Enggak? Kalau Punya Anak, Mau Berapa?
Berhubung sudah banyak pasangan yang memilih menjalani gaya hidup childfree, maka hal ini juga harus diobrolkan bersama (calon) pasangan sebelum menikah.
Jika ingin punya anak, maka sudah pasti perlu dipikirkan biaya hidupnya. Kemudian, coba proyeksikan, kapan mulai membangun dana pendidikan anak. Apakah ketika mulai promil, atau ketika anak dilahirkan, atau kapan?
4. Apa Pension Dreams-nya?
Pengin menjalani hidup seperti apa nanti kalau sudah pensiun, anak-anak sudah dewasa dan mandiri, dan sudah kembali berdua saja lagi?
Mungkin pengin melipir ke daerah tertentu yang lebih tenang dan sejuk? Atau mau pulang kampung, buat yang merantau? Atau bisa jadi memilih untuk menghabiskan masa pensiun di elderly residence kekinian yang mewah itu? Atau mau keliling dunia berdua naik yacht?
Semua mungkin loh, dilakukan, asalkan sudah ada rencananya mulai dari sebelum menikah. Dengan mengetahui pension dreams seperti apa yang ingin dijalani, kamu dan pasangan akan lebih mudah membuat rencana keuangan pensiun karena targetnya juga sudah jelas.
5. Bagaimana Cara Berkomunikasi dan Penyelesaian Konflik Nantinya?
Ada beberapa pasangan yang bersepakat, untuk tidak memperpanjang masalah sampai keesokan harinya. Apa pun masalahnya, harus selesai hari itu juga sehingga esok hari mereka berdua bisa menjalani hari normal lagi seperti biasa.
Ada beberapa pasangan yang memilih untuk keluar dari rumah saat ingin menyelesaikan konflik. Mereka akan pergi ke taman, atau tempat wisata untuk “berdebat” di sana. Mungkin supaya tidak mengganggu dan terganggu oleh anggota keluarga yang lain di rumah.
Jadi, bagaimana kamu dan pasanganmu nanti akan menyelesaikan konflik jika muncul? Hal ini perlu diobrolkan, terutama untuk mendalami karakter masing-masing. Karena di setiap rumah tangga pastilah ada masalah ini dan itu. Dan, cara kamu dan pasangan berkomunikasi akan menentukan bagaimana penyelesaian terbaiknya.
Nah, itulah beberapa hal yang idealnya harus dibahas sebelum menikah. Dengan begitu, kamu dan pasangan dapat membangun masa depan bersama yang bahagia dan sehat.
Bukan cuma soal rencana, tapi juga tentang memperkuat hubungan dengan memahami dan menghargai pandangan serta harapan satu sama lain. Langkah awal ini akan dapat membuka pintu menuju perjalanan hidup bersama yang penuh dengan cinta, pengertian, dan kesiapan menghadapi tantangan bersama.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Sekolah Online 2021: Biaya Tetap Sama atau Beda Ya?
Tahun 2021 sudah berlalu beberapa minggu. Ini artinya semakin dekat kita dengan tahun ajaran baru. Biaya sekolah, apa kabar di masa pandemi ini? Oh, bukan biaya sekolah biasa. Tetapi, sekolah online.
Pandemi corona memang sesuatu ya? Sekolah pun harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan anjuran pemerintah yang berlaku: melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari rumah. Yah, pastinya, mengubah kebiasaan itu tak akan bisa secepat memasak mi instan. Apalagi ini dari sistem sekolah konvensional—yang mengandalkan interaksi langsung dengan tatap muka antara siswa dan guru—menjadi sekolah online, yang hampir seluruh aktivitasnya mengandalkan teknologi dari jarak jauh.
Selain PR tersendiri untuk guru dan anak-anak, ini juga PR banget buat orang tua. Kenapa? Karena harus ikut jadi guru. Dan, terus terang, nggak semua orang tua berkompeten menjadi guru akademik loh.
Ok, enough dengan curcolnya.
Mari kita kembali fokus ke biaya sekolah.
Sekolah Online: Biaya Sekolah Beda?
Iya, lalu apa kabar biaya sekolah? Karena aktivitas hampir seluruhnya tidak dilakukan di sekolah, apakah ini berarti biaya sekolah bisa turun?
Ternyata enggak ya, Bun! Biaya sekolah teteup. Meski sekolah online, tapi guru-guru kan tetap harus diberi gaji. Juga karyawan sekolah lain, yang juga bekerja seperti biasa, meskipun harus menjaga jarak dan mematuhi berbagai protokol kesehatan.
Misalnya saja, uang transportasi sekarang berubah jadi uang kuota internet. Memang ada bantuan dari pemerintah sih, yang diharapkan dapat memperingan beban kita. Selain itu, juga banyak provider yang menyediakan fasilitas gratis untuk fitur Pembelajaran Jarak Jauh, atau PJJ ini. Tapi, hmmm, kalau setiap hari Zoom selama minimal 1 – 2 jam, lalu harus kirim video-video, kadang juga diminta unggah ke YouTube, itu juga sesuatu ya. Ini baru satu anak. Apa kabar yang dua anak atau lebih?
Lalu, selama sekolah online, uang saku anak sih memang bisa saja nggak diberikan. Tapi, dengan adanya anak di rumah, buibu juga harus siap sedia makanan, camilan, dan minuman yang cukup banyak juga. Akhirnya belanja bulanan juga bertambah.
Nah, yang disebutkan di atas adalah beberapa biaya sekolah dari sisi keseharian.
Lalu, bagaimana dengan biaya sekolah di tahun ajaran baru? Apakah beda, atau sama? Atau, teteup naik juga?
Biaya Sekolah Online di Tahun Ajaran Baru 2021
Salah satu tim QM Financial kebetulan tahun ini harus memasukkan anaknya ke jenjang SMP. Memang tetap berharap untuk bisa masuk negeri, biar bisa sedikit berhemat. Tapi, teteup ya, harus mencari sekolah swasta sebagai cadangan. Alasannya, kita juga belum tahu ujian sekolah tahun ini seperti apa kan? Secara, sistemnya juga baru, seiring Mendikbud-nya juga baru. Jadi, buat jaga-jaga, biar aman. Kan nggak mungkin meminta anak untuk “cuti” sekolah setahun, karena gagal masuk sekolah negeri?
Ternyata, biaya sekolah di tahun ajaran baru itu teteup.
Teteup naik, maksudnya. Besarnya 10 – 12% dari tahun lalu.
Kebetulan tinggal di sebuah kota kecil, sebenarnya biaya sekolahnya juga enggak setinggi Jakarta. Tapi setelah ditotal ya teteup ya, butuh 8 digit. Pasalnya, sekolah yang ditarget merupakan sekolah swasta yang cukup populer dan berakreditasi A. Reputasinya sangat baik, langganan juara lomba-lomba sekolah. Memang sih, 8 digit itu bisa diangsur selama beberapa bulan, dan terdiri atas uang pangkal, uang gedung, sampai uang seragam, SPP sekaligus uang kegiatan.
Sekolah tersebut melaksanakan seluruh kegiatannya secara virtual, baik kegiatan belajar mengajar maupun ekskulnya. Sekolah tetap full, dari pukul 07.00 sampai pukul 13.00 untuk KBM, lalu dilanjut ekskul dengan aplikasi Zoom juga. Sekolahnya 5 hari dalam seminggu.
Luar biasa ya?
Wah, langsung ceki-ceki dana pendidikan yang memang sudah disiapkan deh.
Siapkan Dana Pendidikan Anak Segera
So, kesimpulan, biaya sekolah online di masa pandemi tetap sama ya, para orang tua. Bahkan bisa saja tetap naik, mengikuti “jadwal” inflasi seperti biasanya—meskipun tingkat inflasi negara saja sudah diturunkan.
Jadi, siapkan dana pendidikan anak-anak dengan segera, dan buat rencana yang fixed dan realistis. Mau apa pun yang terjadi, biaya sekolah itu hampir mustahil untuk nggak naik. Apalagi turun.
Nah, sudah siapkah dana pendidikan anak-anak kita?
Kalau belum, yuk, join di kelas Dana Pendidikan! Cek jadwal kelas-kelas finansial online QM Financial, dan pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Tujuan Keuangan Terpenting yang Harus Dimiliki oleh Setiap Pasangan Suami Istri
Tak bosan-bosannya QM Financial mengingatkanmu untuk selalu punya tujuan keuangan di setiap tahapan journey yang harus kamu jalani. Karena hal ini penting, agar kamu bisa mengelola keuanganmu dengan baik sehingga kamu bisa terhindar dari masalah yang berisiko muncul di kemudian hari dan memberimu kesulitan.
Nah, buat kamu yang sudah berkeluarga, tujuan keuangan ini juga menjadi hal terpenting. Bahkan sangat penting untuk dibicarakan sejak awal pernikahan, alias saat masih berstatus pengantin baru.
Sebagai pasangan suami istri, kamu dan pasanganmu wajib banget untuk melakukan kompromi dan diskusi terkait masa depan keluarga yang hendak kalian bangun bersama sejak dini. Siapa sih yang mengharapkan kegagalan di tengah jalan? Ya kan? Dan suksesnya membangun keluarga itu sangat tergantung pada peran kalian berdua loh. Bukan hanya salah satu.
Tujuan keuangan apa saja yang wajib dibicarakan dan didiskusikan? Ini dia 3 di antaranya yang terpenting.
3 Tujuan Keuangan Pasangan Suami Istri yang Paling Penting
1. Dana melahirkan
Memiliki anak mungkin menjadi salah satu tujuan sebagian besar orang yang kemudian memutuskan menikah dan membangun keluarga. Memang begitulah yang berlaku di Indonesia pada umumnya. Termasuk kamu juga ya?
Namun, punya anak di zaman sekarang itu perlu perencanaan yang matang. Selain menambah kebahagiaan keluarga, anak hadir juga sebagai bentuk kemandirian dan bertanggungjawabnya pasangan suami istri muda.
Karena itu, yuk, rencanakan mulai dari dana melahirkan. Dana melahirkan ini tak hanya berhenti di penyiapan biaya persalinan di rumah sakit saja loh. Apalagi kamu hanya bisa siap dengan biaya lahiran alami. Akan ada peluang, ketika ibu harus melahirkan secara darurat. Ya namanya juga risiko hidup, yang begini juga termasuk di dalamnya.
Lalu, juga ada biaya perawatan bayi baru lahir yang biasanya lebih rumit dan repot, belum lagi biaya pemulihan ibu jika memang diperlukan.
Banyak dong? Iya, karenanya, ayo disiapkan sejak sekarang.
2. Dana rumah
Apakah kamu akan tinggal di rumah orang tua/mertua selamanya? Semoga sih kamu tidak berencana demikian. Walaupun jika memang berencana demikian juga enggak salah, karena pasti ada berbagai pertimbangan yang memengaruhi keputusanmu.
Namun, rata-rata orang yang sudah berkeluarga akan berniat untuk keluar dari rumah orang tua, dan belajar hidup mandiri di rumah sendiri.
So, dana rumah pertama menjadi tujuan keuangan berikutnya yang wajib dimiliki oleh setiap pasangan suami istri.
Mau beli rumah dengan cara apa? Hard cash? Apakah sudah ada uangnya? Atau mau mengumpulkan dari mana? Atau, dengan pilihan cicilan? Cicilan yang bagaimana? Cicilan developer bisa jadi salah satu opsi, atau opsi yang lain: KPR.
Kalau mau beli rumah secara KPR, maka kamu harus membuat rencana yang matang meliputi skema mengumpulkan DP sampai dengan skema cicilan, memilih produk KPR yang sesuai, dan pastinya, memilih rumah yang pas dengan kebutuhan.
Banyak ya? Iya. Dan, kalau KPR, maka kamu juga harus siap mental untuk berkomitmen selama bertahun-tahun. Nggak gampang loh, tapi pasti bisa jika rencanamu matang.
3. Dana pendidikan anak
Balik lagi ke poin pertama, punya anak berarti siap untuk punya tanggung jawab seumur hidup. Tak hanya dilahirkan, anak memiliki satu hak asasi yang harus dipenuhi oleh orang tua: mendapatkan pendidikan yang layak.
Nah, pendidikan yang “layak” ini adalah sesuatu yang relatif memang ya, bagi setiap keluarga. Bisa jadi standarnya memang berbeda antara satu keluarga dengan yang lain. Namun, yang pasti, setiap keluarga akan selalu yang terbaik untuk anak-anaknya. Betul nggak?
Karenanya, perlu perencanaan dana pendidikan anak yang matang dan komprehensif. Karena seperti halnya dana rumah dengan skema KPR, mengumpulkan dana pendidikan anak hingga mereka bisa sekolah setinggi-tingginya di sekolah terbaik adalah komitmen jangka panjang. Dengan demikian, semakin dini direncanakan semakin baik.
Tentunya, kita enggak hanya berhenti di 3 tujuan keuangan di atas saja, ya kan? Masih ada banyak kebutuhan, keinginan, dan cita-cita lain yang juga mesti diperjuangkan sebagai keluarga. Tapi, setidaknya, kita bisa mulai dari yang 3 terpenting itu dulu, baru kemudian beranjak ke prioritas berikutnya.
Yuk, belajar mengelola keuangan keluarga di Udemy. Ada yang pas banget nih buat kamu, para pasangan usia muda yang hendak menyusun berbagai tujuan keuangan yang penting. Dengan belajar keuangan melalui kursus online Udemy, kamu bisa mendapatkan akses lifetime hanya dengan sekali membeli kursusnya saja. Bisa dapat banyak materi yang bisa diunduh dan video yang bisa ditonton berkali-kali.
Oke kan?
Sampai ketemu di Udemy ya!
Investasi Dana Pendidikan Anak Baiknya Disimpan di Instrumen Apa Ya?
Pendidikan anak yang baik menjadi tanggung jawab untuk setiap orang tua. Karena itu, hendaknya dana pendidikan disiapkan sejak dini. Karena kebutuhannya akan sangat besar, pun akan menjadi pengeluaran tetap selama bertahun-tahun. Menabung saja enggak cukup, karena ada inflasi yang mengiringi, so harus dibantu dengan investasi dana pendidikan yang tepat.
Tetapi, memilih instrumen investasi dana pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan ini juga masalah tersendiri. Agak tricky memang, karena tak semua jenis instrumen investasi cocok dipakai untuk menampung dana pendidikan anak ini.
Jadi, sebelum mulai memilih instrumen investasi dana pendidikan anak, apa dulu yang harus dipertimbangkan? Yuk, simak artikel berikut sampai selesai ya.
3 Hal untuk Diperhatikan Sebelum Mulai Investasi Dana Pendidikan
1. Tentukan kapan dana akan digunakan
Panjangnya horizon waktu kita investasi akan menentukan, instrumen mana yang paling baik untuk dipilih.
Misalnya saja, ingin mempersiapkan dana pendidikan sebagai biaya masuk TK dan SD, 2 tahun lagi. Atau, ingin menyiapkan dana pendidikan untuk sekolah strata satunya, maka dana ini harus siap 10 tahun lagi.
Enggak masalah juga kok, kalau mau menyiapkan one thing at a time, atau mau langsung siapkan semua. Misalnya, mau menyiapkan dana pendidikan untuk seluruh jenjang pendidikan sekaligus, itu juga akan sangat baik.
Sesuaikan dengan kemampuan dan karakter masing-masing saja.
2. Tentukan berapa kebutuhannya
Setelah tahu horizon waktunya, yang berikutnya adalah menghitung kebutuhan.
Ingat, bahwa Rp100 juta saat ini akan berbeda dengan Rp100 juta 10 tahun lagi, karena ada inflasi. Jadi sila diperhitungkan dengan tingkat inflasi Indonesia yang sekitar 10 – 12%.
Misalnya saja, untuk biaya masuk perguruan tinggi sekarang Rp100 juta, maka 10 tahun lagi, dengan tingkat inflasi 10%, maka bisa dihitung kebutuhannya berapa. Rp100 juta dikali 1,1 sampai 10 kali.
Pusing? Ikut kelas online-nya QM Financial saja yang membahas khusus mengenai dana pendidikan anak. Akan ada worksheet yang bisa langsung dimasukkan angkanya, enggak perlu pusing-pusing menghitung manual.
Setelah ketemu angka kebutuhannya, nah, itu dia jumlah dana pendidikan anak yang harus disiapkan.
3. Iringi dengan asuransi jiwa
Adalah penting bagi orang tua untuk juga memiliki asuransi jiwa. Akan percuma juga, jika rencana dana pendidikan anak sudah kita siapkan, tetapi akhirnya kita tidak dapat meneruskannya karena satu dan lain hal.
Nah, setelah tahu berapa lama waktu dan dana yang dibutuhkan, selanjutnya kita bisa memilih investasi dana pendidikan yang pas. Ada beberapa instrumen yang bisa menjadi opsi, sesuai dengan horizon waktu dan tingkat risiko masing-masing.
Kita lihat ya.
5 Instrumen Investasi Dana Pendidikan yang Bisa Jadi Pilihan
1. Deposito
Deposito sebagai instrumen dengan tingkat risiko paling rendah ini cocok untuk investasi dana pendidikan yang akan dipergunakan 2 atau 3 tahun lagi. Namun, karena tingkat imbal hasilnya juga kecil, maka harus diperhatikan modal pertama yang harus disetorkan; harus sesuai dengan kebutuhan dana pendidikan yang sudah dihitung tadi.
Selain deposito, ada juga tabungan berjangka. Keduanya sifatnya hampir sama; jangka pendek, imbal tidak terlalu besar, tetapi sangat aman. Cocok untuk investasi dana pendidikan jangka pendek.
2. Emas
Emas atau logam mulia termasuk investasi dana pendidikan jangka menengah hingga panjang. Kalau sekarang beli emas, untuk dipergunakan 2 – 3 tahun lagi, mungkin perkembangannya juga belum signifikan. Mungkin ya hanya sebatas sebagai pelawan inflasi.
Tetapi, kalau mau dipakai 5 tahun lagi, harga emas (semoga) sudah bertumbuh sesuai harapan. Kenapa begitu? Karena seperti yang kita tahu, harga emas juga sangat fluktuatif tergantung pada kondisi pasar.
3. Reksa dana
Ada 4 jenis reksa dana yang bisa dipilih sebagai opsi investasi dana pendidikan anak. Mulai dari reksa dana pasar uang, reksa dana pendidikan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham.
Nah, masing-masing juga punya karakteristik sendiri-sendiri yang perlu kita ketahui untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Boleh dibaca masing-masing artikel yang sudah ditautkan, untuk tahu mana reksa dana yang paling tepat untuk investasi dana pendidikan yang hendak disiapkan.
4. Saham
Saham dinilai paling tepat digunakan untuk investasi dana pendidikan jangka panjang, misalnya saja untuk menyiapkan biaya masuk perguruan tinggi yang kadang butuh sampai ratusan juta rupiah.
Dengan horizon waktu yang lebih dari 10 tahun, saham (diharapkan) akan mampu mengcover kebutuhan dana yang besar. Saham apa yang bisa dibeli? Nah, ini butuh sedikit pengetahuan untuk melakukan analisis teknikal dan fundamental.
5. Properti
Properti juga bisa jadi salah satu alternatif opsi investasi dana pendidikan jangka panjang.
Hanya saja, perlu diingat, investasi properti butuh modal yang cukup besar juga. Jadi, perhitungkan juga hal ini jika ingin menggunakan instrumen ini sebagai “alat” untuk mencapai tujuan.
Nah, begitulah gambaran umum mengenai bagaimana cara memilih investasi dana pendidikan anak.
Paling afdal sih ikutan kelas-kelas finansial online QM Financial saja. Selain bisa belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi, kita juga bisa mengikuti beberapa kelas tematik, seperti kelas dana pendidikan anak. Coba cek jadwal ya, siapa tahu, ada kelas khusus dana pendidikan anak di bulan ini.
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
Iyes, jangan tunda lagi. Begitu kamu dan pasanganmu sudah sah membentuk keluarga baru, maka sekarang waktunya untuk segera merencanakan hidup dan membuat tujuan keuangan pengantin baru.
Yep. Jangan kelamaan tenggelam di euforia sebagai pengantin baru ya, Gaes! Karena hidup setelah pesta pernikahan ini akan lebih penting dan lebih panjaaang …. Dan, tanpa tujuan yang jelas pun rencana yang matang, ragu juga sih kamu dan pasanganmu bisa grow older together dengan tenang.
So, yuk yuk! Segera bangun, duduk di meja berdua, siapkan juga camilan dan teh atau kopi. Rumuskan segera apa saja yang kalian cita-citakan, dan rencanakan hidup kalian ke depan.
5 Tujuan Keuangan Pengantin Baru yang Harus Segera Direncanakan
1. Dana Darurat
Yes, dana darurat menjadi tujuan keuangan pengantin baru yang pertama kali harus direncanakan lebih dulu.
Mengapa? Karena–seperti namanya–dana darurat will come handy di saat darurat. Apa saja situasi darurat ini? Yang pasti sih enggak termasuk midsale di department store atau flash sale gadget terbaru di marketplace ya.
Yang termasuk dalam situasi darurat ini misalnya ban mobil meletus dan minta ganti, mesin cuci di rumah tahu-tahu ngadat, jatuh sakit dan belum bisa klaim asuransi, harus membantu saudara yang kesulitan, dan sebagainya.
Yes, situasi darurat akan selalu terjadi ke depan ya, jadi akan sangat baik kalau kita selalu siap juga. Berapa besarnya? Bagi pasangan pengantin baru–yang belum punya anak–besarnya 6 x pengeluaran bulanan. Kalau nanti sudah punya anak satu, maka dana darurat paling ideal 9 x pengeluaran bulanan, dan anak dua 12 x pengeluaran rutin bulanan.
2. Dana rumah pertama
Masa enggak mau mandiri setelah berkeluarga? Ada banyak hal yang hanya bisa diraih ketika kita sudah mandiri, lepas dari orang tua lo! Lagi pula–buat sebagian besar pengantin baru–kan sebentar lagi juga ada program anak pertama kan? Pastinya, akan lebih leluasa jika kita punya tempat tinggal sendiri.
So, dana rumah pertama harus menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru. Lebih cepat tercapai, maka akan semakin baik.
Dana rumah pertama ini bisa dibagi menjadi 2 tahap: mengumpulkan DP rumah dan kemudian menyusun rencana cicilannya.
So, take your time untuk mengobrolkan tujuan keuangan ini sesegera mungkin ya!
3. Dana Pendidikan Anak
Buat sebagian pengantin baru, biasanya program anak pertama akan langsung dijalankan. Nah, akan lebih baik, sembari menjalani program hamil, sekalian nih memikirkan dan merencanakan dana pendidikan anak. Yes, biar masih berstatus baru menikah, hal ini adalah tujuan keuangan pengantin baru yang sangat penting juga untuk direncanakan sejak awal.
Mengapa? Karena biaya pendidikan itu akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Enggak pernah dalam sejarah, ada biaya pendidikan menurun, kecuali ada kondisi yang luar biasa.
Selain itu, semakin awal mempersiapkan, beban investasinya juga lebih ringan. Jadi, ayo, segera rencanakan ya!
4. Dana Pensiun
Want to grow old together? Bagus! Pertanyaannya: mau menua di mana dan seperti apa?
Jangan sampai nih kalian–sebagai pengantin baru–menjadikan anak-anak kalian nanti sebagai sandwich generation ya. Duh, istilah ini semakin banyak disebut sekarang ya? Jadi berasa overrated nggak sih? Ya, makanya, berhenti di kita ya!
Karena itu, jangan menua tanpa rencana. Kalau kamu ngeblank, enggak tahu harus mulai dari mana untuk merencanakan masa depanmu ini, hubungi tim QM Financial ya, cari jadwal kelas yang cocok. Atau mungkin, book kelas private aja biar leluasa curhat.
5. Dana Liburan
Liburan keluarga yang dijadwalkan itu penting lo! Hari gini masa nggak liburan? Duh, apa kabar kesehatan mental?
Makanya, dana liburan bisa juga menjadi salah satu tujuan keuangan pengantin baru yang harus segera dibicarakan. Meski enggak harus liburan ke tempat jauh dan mahal sih, tapi seenggaknya, dengan rencana yang baik, kita jadi bisa rutin liburan tanpa mengganggu cash flow harian, apalagi pakai utang.
Lagi pula, ngobrolin rencana liburan itu sangat asyik dan menyenangkan, di tengah-tengah obrolan tujuan keuangan pengantin baru serius yang lain kan?
Nah, sudah siap untuk ajak ngobrol tentang tujuan keuangan pengantin baru ini? Yes, semoga semua berjalan lancar ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masih Lajang, Ini Dia 5 Resolusi Keuangan yang Pas Buat Kamu
Masih lajang, belum ada tanggungan. Hidup seharusnya lebih ringan, dan masih bisa melakukan banyak hal dan bersiap untuk masa depan lebih baik.
Itu seharusnya.
Tapi kalau dalam review keuangan akhir tahunmu kemarin, ternyata enggak begitu adanya, berarti ada yang salah nih. Terutama pada pengelolaan keuanganmu.
Mumpung masih awal tahun, biasanya ini jadi waktu buat kita untuk menyusun rencana agar tahun ini berjalan lebih baik. Pastinya kamu yang masih lajang juga mau dong, tahun ini keuanganmu lebih sehat.
Nah, makanya, yuk, simak artikel ini sampai selesai ya!
5 Resolusi Keuangan untuk Kamu yang Masih Lajang
1. Jangan terjebak lifestyle
Yes, awas jebakan lifestyle kekinian! Apa aja sih contohnya? Ya, misalnya saja, ngopi cantik dan ganteng di kafe kekinian setiap hari. Atau, jajan boba ketika tumbler sebenarnya sudah berisi minuman sehat dari rumah. Atau, pesan makan siang online setiap hari, padahal kantin juga ada–padahal makanannya sehat, enak, lagi pula murah.
Demi bisa difoto cakep buat diunggah di Instagram, atau biar keliatan keren aja gitu.
Tahun ini, boleh saja kalau mau nongkrong cantik/ganteng sembari ngopi, atau jajan boba. Tapi pastikan tabunganmu bertambah dulu, atau lunasi utang konsumtifmu dulu. Maksimalkan anggaran lifestyle 20% saja dari penghasilanmu, agar anggaran yang lain bisa lebih longgar. Hiduplah sewajarnya.
2. Jangan malas
Malas mencatat pengeluaran dan membuat anggaran adalah hal yang biasa terjadi. Tapi, untuk tahun ini, coba atasi kemalasanmu yuk!
Buatlah catatan rutin pengeluaran dan anggaran, supaya keuanganmu lebih terkendali. Dengan demikian, kamu bisa tahu, apakah anggaran lifestyle-mu lebih besar daripada anggaran rutin? Jangan-jangan utangmu juga sudah melebihi batas 30% dari penghasilan?
Dengan mengetahui kondisi kesehatan keuanganmu sendiri, pastinya kamu akan lebih bisa membuat rencana untuk memperbaikinya. Betul?
3. Jangan gampang utang
Hari gini makin gampang saja berutang. Dari utang dengan jumlah banyak–tanpa harus ada jaminan dan cair dalam beberapa menit–sampai utang kecil-kecil berplafon ratusan ribu berjangka waktu kurang dari satu tahun, bisa dilakukan oleh siapa saja.
Modalnya, hanya smartphone saja dan kuota internet. Siapa yang enggak tergoda? Betul?
Inilah godaan terbaru sebagai manusia-manusia kekinian, yang mau serba cepat, serba praktis, dan serba enak. Ya, ada bagusnya juga sih, tapi kita sebagai manusia harus tetap bijak dalam menggunakan teknologi. Terutama dalam hal keuangan.
Sekali terjerat, bisa jadi masalah untuk seumur hidup lo! Jadi, pertimbangkanlah baik-baik jika ada godaan untuk berutang–seperti apa pun iming-imingnya ya. Terutama buat kamu yang masih lajang.
4. Tambah pengetahuan produk keuangan
Sementara kamu masih lajang, waktumu ke depan akan masih sangat panjang. Ada banyak hal yang bisa kamu raih, dan kamu rencanakan agar hidupmu lebih baik.
So, imbangilah keinginan dan cita-citamu dengan berbagai pengetahuan literasi keuangan. Kamu bisa belajar dari mana saja; dari buku, artikel di media online, media sosial, dari mereka-mereka yang sudah lebih ahli, dan banyak lagi.
Terkhusus, kamu bisa ikut kelas-kelas keuangan–baik yang online dan offline.
Tambah pengetahuan mengenai produk-produk keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bekal untuk merencanakan masa depanmu. Mulai dari mengatur cash flow, menyusun tujuan keuangan, siapkan dana darurat, siapkan dana pensiun, hingga kamu juga bisa mulai memikirkan dana pendidikan anak lo–jika kamu memang punya rencana untuk segera menikah dan punya anak.
Tidak pernah ada kata terlambat dan terlalu cepat untuk belajar sesuatu, termasuk soal pengelolaan keuangan.
5. Susun rencana jauh ke depan
Nah, ini sih menjadi resolusi yang memang harus mulai kamu lakukan, jika belum sempat terlaksana di tahun 2019 yang lalu.
Sebaiknya, kamu sudah punya rencana matang untuk 1 tahun ke depan–kamu pengin apa sih? Pengin meraih apa, dan bagaimana caranya? Lalu susun pula rencana untuk 5 hingga 10 tahun, bahkan lebih dari 10 tahun mendatang. Hidup seperti apa yang kamu ingin jalani nanti?
Kamu boleh bermimpi setinggi mungkin, dan sekarang susun rencana untuk mewujudkan mimpimu itu.
See? Banyak hal yang bisa kamu lakukan tahun ini, meski kamu masih lajang–yang katanya ini waktunya untuk bersenang-senang. Well, seperti kata Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–hura-hura sih boleh, tapi jangan sampai bikin huru-hara gara-gara kamu senang-senang tanpa rencana matang jauh ke depan untuk hidupmu sendiri.
Justru, di saat masih lajang inilah, kamu bisa merencanakan semuanya dengan lebih baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Pertimbangan Penting Menyiapkan Biaya Pendidikan Anak yang Justru Sering Dilupakan
Sudah tahu berapa uang masuk dan uang bulanan yang harus disetorkan ke sekolah-sekolah di tahun 2020 mendatang? Mulai dari preschool, TK, SD, SMP, SMA, hingga yang tahun depan mulai kuliah? Merasa takut? Merasa was-was, jangan-jangan sebetulnya enggak siap biaya pendidikan anak yang angkanya fantastis itu?
Fear not!
Karena sebenarnya, kita punya buanyak sekali pilihan! Kita punya privilege untuk memilih sekolah yang terbaik, yang paling sesuai untuk anak-anak kita. Dan pilihan itu banyak.
Semua kembali ke diri kita sendiri, sebagai orang tua. Karena sejatinya, mahalnya sesuatu kadang ditentukan oleh lengkap tidaknya fasilitas atau fitur yang ditawarkan. Seperti hotel, semakin lengkap fasilitasnya maka semakin mahal. Tinggal kita sebagai tamu yang menentukan kan, kebutuhan kita selama liburan seperti apa?
Sekolah juga menawarkan fasilitas, kurikulum, suasana, dan metode yang berbeda. Tentu ada plus minusnya sendiri-sendiri. Yang terlengkap, belum tentu sesuai dengan kebutuhan.
Lalu, siapa yang menentukan kebutuhan? Seharusnya sih anak-anak, karena merekalah yang akan menjalani sekolah nantinya. Tetapi, bisa jadi, anak masih belum mengerti akan kebutuhannya sendiri. Nah, tugas orang tualah untuk mengambil alih, untuk menyesuaikan fasilitas sekolah dengan kebutuhan anak.
Salah seorang teman memilih menyekolahkan anaknya di sebuah sekolah yang tidak menawarkan ekstrakurikuler yang terlalu lengkap. Menurutnya, anaknya butuh pembimbingan secara fokus. Sehingga untuk minat dan bakat ia merasa lebih cocok untuk mencari pembimbingan dari lembaga-lembaga nonformal yang diampu oleh orang yang lebih profesional, ketimbang “hanya” dibimbing oleh guru-guru di sekolah dalam ekstrakurikuler. Waktunya pun bisa dipilih di hari Sabtu, saat sekolah libur. Jadi hari-harinya lebih leluasa, dan fokus pastinya.
Seorang teman yang lain lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah berbasis alam, karena ia sendiri bertempat tinggal di area padat penduduk dan sibuk, dengan dominasi warga yang individualistis. Ia merasa, sekolah alam cocok untuk anaknya, agar si kecil terdidik lebih peka terhadap lingkungan.
See? Masing-masing punya kebutuhan yang berbeda. Kebutuhan inilah yang mestinya difasilitasi. Baru kemudian menyiapkan biaya pendidikan anak sesuai kebutuhan.
Ada baiknya, orang tua–terutama para orang tua zaman sekarang yang cerdas–mulai menanggalkan pertimbangan-pertimbangan kuno untuk memilih sekolah dan lebih memperhatikan hal-hal yang lebih esensial ketimbang sekadar label dan gengsi.
Apa saja?
3 Pertimbangan untuk Menyiapkan Biaya Pendidikan Anak
1. Tentukan kebutuhan
Ini dia yang pertama. Jika si kecil belum bisa mengerti kebutuhannya sendiri, maka tugas orang tualah untuk membantunya.
Mengapa?
Karena seharusnya sih, orang tualah yang tahu betul karakter anak masing-masing. Bagaimana cara si kecil belajar, bagaimana caranya menghadapi situasi-situasi tertentu, dan seterusnya. Setiap karakter anak mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Inilah yang seharusnya menjadi pegangan orang tua untuk mencarikan sekolah yang tepat.
Misalnya nih. Saya sendiri merasa tidak perlu menyekolahkan anak di sekolah alam, karena pada dasarnya lingkungan sekitar saya masih memungkinkan anak-anak saya bereksplorasi dengan bebas. Sekali waktu, saya ajak melipir ke rumah saudara yang masih banyak sawah di sekitarnya. Saya biarkan anak-anak main ke sungai (asal dipesan untuk selalu berhati-hati), berkeliaran di kebon pisang, dan seterusnya.
Nah, kalau sudah ketemu kebutuhan, maka proyeksikan kebutuhan ini jauh ke depan, hingga membentuk value yang kita harapkan tertanam pada diri si anak.
2. Tanamkan value pada anak sejak sebelum mulai sekolah
Peer pressure is real indeed. Kadang ini enggak bisa dihindari, dan justru terjadi berawal dari sekolah.
So, tugas orang tua memang berat. Selain harus bisa membantu anak mengenali kebutuhannya sendiri dan memproyeksikannya menjadi bekal masa depannya kelak, orang tua juga harus dapat menanamkan value yang baik sejak sebelum anak mulai bersekolah. Dan, kemudian mencari sekolah yang sesuai dengan value yang ditanamkan ini, serta menyiapkan biaya pendidikan anak yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pernah ada cerita viral di media sosial, mengenai seorang anak TK yang mengadu pada ibunya, bahwa ia nggak diperbolehkan masuk ke geng temannya lantaran ia belum pernah mengunjungi Disneyland.
Speechless sih baca ceritanya. Tapi hal ini nyata terjadi. Dan, untuk menghadapinya, anak perlu bimbingan dari orang tua–yang juga sudah mempunyai value yang sama.
Selalu ingat, bahwa monkeys see monkeys do. Bagaimana anak berperilaku, akan bercermin pada orang tuanya. So, tetapkan value seperti apa yang akan ditanamkan pada anak sejak dini.
3. Sesuaikan dengan kemampuan
Saya sendiri tidak begitu terpengaruh dengan berbagai share biaya pendidikan anak di media sosial. Selain karena saya tinggal di daerah–biaya pendidikan sekolah di sini (meski tetap relatif) tidak setinggi Jakarta, saya juga yakin akan dapat memilihkan sekolah yang sesuai dengan kemampuan kami.
Pilihan jenis sekolah kan banyak sekali, dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan. Kalau seumpama enggak mampu menyekolahkannya di sekolah berfasilitas lengkap, ya berarti harus siap dengan rencana cadangan.
Memberikan yang terbaik, pastinya menjadi cita-cita orang tua untuk anaknya. Tapi harus juga melihat kemampuan kita sendiri.
So, pada dasarnya, dalam hal pertimbangan untuk menyiapkan biaya pendidikan anak memang kembali pada diri orang tua sendiri. Menyiapkan biaya pendidikan anak ini bisa dibilang adalah seni untuk mengenali kebutuhan dan penyesuaian dengan kemampuan.
Pengin belajar lebih banyak mengenai bagaimana menyiapkan biaya pendidikan anak? QM Financial punya kelas finansial online-nya lo! Sila dicek jadwalnya ya, dan segera daftar!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Asuransi Pendidikan: 3 Hal yang Harus Diketahui
Biaya pendidikan di Indonesia setiap tahunnya meningkat 10 – 20%. Karena itu, banyak orang tua yang lantas memutuskan untuk memanfaatkan berbagai tabungan untuk bisa “mengejar” peningkatan ini, sehingga menjamin masa depan anak masing-masing. Salah satunya dengan membeli premi asuransi pendidikan.
Pasti familier kan dengan asuransi ini?
Jujur, saat ini, saya dan suami juga punya asuransi pendidikan. Ya maklum, saat membuatnya, saya dan suami masih belum cukup pengetahuan dan bekal literasi keuangan. Tetapi kami sudah sadar bahwa banyak hal harus dipersiapkan sejak dini, terutama masalah finansial. Asuransi pendidikan anak-anak kami sudah dipersiapkan begitu kami menikah dan berencana untuk segera punya momongan.
Sampai sekarang, asuransi kami masih terus berjalan. Tapi, seiring tambahnya pemahaman mengenai asuransi dan investasi, kami pun menambah produk pendukung lainnya. Just in case ….
Nah, barangkali ada nih di antara pembaca artikel ini yang sekarang juga sedang berencana untuk membeli premi asuransi pendidikan, ada baiknya baca dulu artikel ini sampai selesai. Agar kemudian punya bekal pemahaman yang cukup, mengenai dana pendidikan itu sendiri dan juga seputar produk yang disebut asuransi pendidikan ini.
Dengan demikian, ya harapannya simpel saja: bisa memutuskan produk mana yang paling tepat untuk dimanfaatkan demi menjamin masa depan anak-anak kita.
Apa Itu Asuransi Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asuransi berarti:
pertanggungan (perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat)
Sedangkan menurut UU No. 2 tahun 1992, disebutkan bahwa asuransi berarti:
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Perhatikan frasa “apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya”, “penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum”, juga “peristiwa tidak pasti” dan “meninggal”.
Apakah dana pendidikan adalah bentuk kerugian, kerusakan, tanggung jawab hukum? Apakah pendidikan merupakan peristiwa tidak pasti?
Enggak.
Inilah yang sering disalahartikan. Bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya asuransi pendidikan. Produk yang biasa ditawarkan dengan istilah “asuransi pendidikan” adalah produk asuransi whole life atau asuransi dwiguna yang kemudian disertai jenis asuransi lainnya.
Jenis “Asuransi Pendidikan”
Yes, ada 2 jenis produk yang ditawarkan oleh agen asuransi sebagai “asuransi pendidikan”.
1. Asuransi Jiwa Dwiguna
Jenis asuransi ini sudah pernah dibahas juga di artikel mengenai jenis-jenis asuransi jiwa murni.
Asuransi yang juga disebut Endowment Insurance ini menawarkan 2 manfaat, yaitu perlindungan sekaligus tabungan. Karena itu, asuransi ini memungkinkan kita untuk menerima manfaat tunai meski kontrak belum selesai. Biasanya ada jangka waktunya, misalnya 10 tahun atau lebih.
2. Asuransi Unit Link
Asuransi ini sistem kerjanya kurang lebih seperti reksa dana, yaitu pihak asuransi–selain menawarkan perlindungan–juga akan menginvestasikan dana kita secara kolektif pada produk tertentu.
Khusus untuk unit link, kita akan bahas secara khusus di artikel lain sih, supaya mempersingkat juga.
Plus Minus “Asuransi Pendidikan”
Sebagai tabungan, asuransi pendidikan ini memang cukup membantu jika dipersiapkan demi menjamin pendidikan anak-anak kita nantinya. Namun, dengan berbagai syarat, ketentuan, dan kondisi yang berlaku pada asuransi itu sendiri, membuat manfaatnya jadi kurang maksimal.
So, bukan berarti tidak merekomendasikan, namun ada baiknya kita perhatikan tujuan finansial dan horizon waktu yang kita punya. Jangan sampai nih, karena salah memilih produk investasi, tujuan finansial kita enggak tercapai. Karena terlalu mengandalkan asuransi pendidikan, saat anak kita benar-benar harus sekolah ternyata dananya enggak mencukupi.
Cuma bisa gigit jari kan?
Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai asuransi pendidikan (yang kadang enggak pernah dijelaskan oleh agen penjualnya):
- Potongan biaya. Yes, akan ada biaya administrasi dan komisi yang harus dibebankan pada pemegang polis. Biaya-biaya ini besarnya lumayan, hingga kadang total manfaat yang kita dapatkan selama 5 tahun pertama itu sangat kecil. Bahkan rasanya enggak berkembang.
- Ada risiko. Kenapa? Karena uang premi akan diinvestasikan ke berbagai produk, mulai dari produk pasar uang, obligasi, hingga saham. Nah, masih ingat akan hukum investasi kan? Bahwa setiap investasi pasti mengandung risiko? Maka demikian juga dengan asuransi pendidikan. Kadang akan terjadi, pada akhirnya uang pertanggungan yang diterima jumlahnya lebih kecil ketimbang proyeksi awal, karena mungkin pihak perusahaan asuransi menginvestasikan pada produk yang kurang maksimal perkembangannya. Bahkan bisa saja terjadi, uang pertanggungan jadi habis akibat diinvestasikan pada produk yang merugi.
- Banyak dari kita yang salah mencantumkan nama anak sebagai tertanggung. Padahal asuransi yang kita beli adalah asuransi jiwa, yang seharusnya memberikan perlindungan pada orang tua sebagai pemberi nafkah jika ada musibah atau kecelakaan terjadi. Hal ini bisa jadi fatal lo!
Selain itu, hendaknya kita sebagai nasabah juga mempertimbangkan secara masak-masak jika agen menawarkan berbagai macam rider–atau asuransi tambahan. Memang benar-benar perlu, atau tidak? Jangan sampai karena tergiur oleh berbagai fasilitas, kita malah jadi membuat bengkak anggaran asuransi tapi tidak mendapatkan manfaat yang jelas dan pasti.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Masalah Keuangan yang Teratasi dalam Satu Voucher Diskon 16%
Di QM Financial, kami terbiasa mendengar (dan membaca) curhat orang-orang seputar masalah keuangan mereka. Latar belakangnya juga begitu beragam, mulai dari para karyawan, profesional, hingga para bos dan manajer; dari para lajang, ibu rumah tangga, hingga yang mulai memikirkan dana pensiun; dari yang pengin liburan hingga yang pengin punya rumah sendiri.
Masalah keuangan kita memang kompleks ya, bahkan bisa dibilang enggak ada yang sama betul. Inilah justru yang membuat QM Financial selalu semangat membantu; mulai dari mengedukasi melalui konten-konten di website hingga media sosial, dan pastinya, melalui kelas-kelas finansial online yang kami selenggarakan di setiap bulannya.
Nyadar enggak sih, bahwa setiap bulan kami selalu punya jadwal kelas finansial online yang berbeda? Itu adalah sebagai usaha kami agar dapat menyentuh semua orang yang membutuhkan pengetahuan literasi finansial untuk mengatasi masalah keuangan mereka masing-masing.
Nah, di bulan Oktober depan, setidaknya ada 5 masalah keuangan yang akan kita coba bahas dalam kelas finansial online. Apakah salah satunya adalah permasalahanmu? Kalau iya, kayaknya sekarang nih waktunya untuk segera mendaftarkan diri deh. Kenapa? Karena ada yang spesial banget di akhir bulan September ini! Makanya, simak sampai akhir artikel ya!
5 Masalah keuangan yang akan kita ulik di bulan Oktober
1. Masalah keuangan klasik: cash flow, bingung tujuan finansial, dan ngeblank soal investasi
Diawali dengan masalah keuangan klasik, yang bisa saja dialami oleh siapa pun. Lucunya, kadang enggak cukup bermasalah sekali, tapi berkali-kali sampai bener-bener baru sadar kalau butuh belajar literasi keuangan.
Semua masalah keuangan selalu berawal dari cash flow kok. Jadi, untuk mengatasi masalah keuangan apa pun, ya berawal dulu dari membereskan cash flow. Saat cash flow lancar dan sehat, kepingin apa pun ayo aja.
Masalah keuangan klasik kedua adalah bingung tujuan finansial. Karena mau ngapain aja, selalu berawal dari #TujuanLoApa. Kalau tujuan enggak jelas, kita juga nggak bisa pergi ke mana-mana kan? Begitu juga dengan keuangan.
Sudah punya tujuan, maka kita bisa merencanakan jalan atau caranya mencapai tujuan. Sudah punya tujuan finansial, selanjutnya kita bisa melakukan apa? Salah satunya menabung dan investasi. Tapi, sebelum benar-benar nyemplung ke kolam investasi, ada baiknya mengenal kolamnya dulu.
2. Mau investasi saham, mulai dari mana?
Sudah yakin dengan tujuan finansial, terus kepikiran, nabung aja enggak cukup. Misalnya buat DP rumah, dana pendidikan, bahkan sesepele dana liburan.
Investasi saham bisa jadi salah satu alternatif bagi kita untuk mencapai tujuan finansial. Tapi, investasi saham itu menakutkan! Karena saham identik dengan rugi.
Well, mindset itu biasanya muncul kalau kita belum belajar soal seluk beluk saham. Coba deh, mulai kenalan dulu, baru belajar analisis fundamental dan analisis teknikalnya. Kalau belajar dari ahlinya, pasti akan lebih baik. Apalagi kalau ditambah dengan simulasi saham, bisa main-main dulu sebelum beneran nyebur ke kolam investasi.
3. Mewujudkan mimpi
Setiap orang punya cita-cita yang pastilah maunya diwujudkan. Sudah biasa tuh, maunya banyak, tapi duitnya enggak. Namanya juga manusia. Kalau dibilang pemasukan enggak pernah cukup untuk mewujudkan cita-cita, ya pasti enggak akan pernah cukup.
Makanya, harus ada perencanaan. Apa cita-cita terbesarmu? Punya rumah pertama? Anak-anak bisa sekolah setinggi-tingginya–tanpa berharap dapat beasiswa? Bisa pensiun sejahtera?
Aduh, bener-bener banyak! Terus, mana yang harus diprioritaskan? Ini juga menjadi masalah keuangan yang bisa terjadi pada siapa saja. Punya cita-cita itu harus, bagaimana mewujudkannya, nah, itu bisa direncanakan bareng QM Financial.
4. Keuangan para lajang
Hal apa yang biasanya menjadi masalah para lajang–selain mencari pasangan? Yes, masalah keuangan, pastinya. Jadi lajang itu memang enak, bebas, apalagi kalau sudah mandiri–artinya sudah bisa mencukup kebutuhan sendiri.
Tapi, apakah benar-benar cukup? Gaji, apa kabar? Kalau masih ngalamin yang namanya tanggal tua dan tanggal muda, berarti masih ada yang harus diperbaiki dari pengelolaan gajimu. Apalagi soal utang. Belum ada tanggungan, kok utang konsumtif sudah banyak? Masih sendiri, kok nggak bisa nabung?
Nah, masalah keuangan para lajang ini memang kadang dianggap remeh. Ah, masih sendiri ini. Padahal justru dari sinilah awal perencanaan keuangan yang sehat untukmu. Seharusnya di saat masih lajanglah kamu mulai investasi dan punyai proteksi. Jangan nunggu nanti-nanti.
5. Keuangan keluarga
Lajang punya masalah keuangan sendiri, yang sudah berpasangan–apalagi sudah punya anak–punya masalah keuangan yang kompleks juga. Soal pembagian peran dalam urusan keuangan saja biasanya sudah rumit. Apalagi kalau keduanya enggak pernah ngobrol soal keuangan sebelumnya.
Well, kalau biasanya susah untuk mulai ajak ngobrol pasangan seputar masalah keuangan, QM Financial menyediakan tempat khusus di bulan Oktober ini di salah satu seri kelas finansial online-nya. Ajak saja pasangan untuk ikutan kelasnya, terus bisa dilanjut deh ngobrol berdua. Enggak bingung mulai lagi kan?
Siapa nih yang masih punya salah satu atau bahkan beberapa masalah keuangan di atas? Bulan Oktober nanti bisa jadi adalah waktunya kamu membereskan semuanya.
Mumpung ada diskon 16% nih untuk Kelas Financial Clinic Onlise Series dari QM Financial, dalam rangka ulang tahun QM Financial yang ke-16! Duh, kapan lagi kan, bisa membereskan masalah keuangan dengan ikut kelas finansial online dan dapat diskon? Cukup gunakan kode voucher: QM16TH dan nikmati diskonnya! Kode voucher berlaku dari 26-30 September 2019, ya!
Segera cek jadwal kelas finansial online di bulan Oktober di web ini, dan pilih sesuai kebutuhanmu!