Memilih Kelas Keuangan yang Tepat, Gimana Caranya?
Kamu sedang mencari kelas keuangan yang tepat untuk belajar money management? Memang sih, belakangan ini obrolan mengenai finansial menjadi topik yang menarik untuk diulas. Nggak di kampus, di kantor, bahkan di tempat nongkrong, pengelolaan keuangan menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Maka tidak heran jika kamu juga tertarik untuk mengikuti kelas keuangan.
Mengikuti kelas keuangan menjadi salah satu cara untuk menuju kesuksesan dalam pengelolaan keuangan, lho. Pengelolaan keuangan yang baik dapat membantumu untuk lebih bijak dan bertanggung jawab dengan uang yang kamu miliki. Bisa dibilang, kemampuan pengelolaan keuangan ini merupakan survival skill yang wajib dimiliki oleh setiap orang, tidak terkecuali kamu.
Survival skill yang satu ini dipercaya bakal bikin hidup kamu lebih aman, lebih tenang, dan terhindar dari utang. Zaman sekarang, kemampuan pengelolaan keuangan ini bisa kamu dapat dari mana saja. Pasalnya saat ini banyak platform financial education yang dapat kamu akses kapan pun dan di mana pun. Tidak hanya sekadar layanan konsultasi, dengan financial education melalu kelas keuangan yang tepat, kamu bisa menjadi perencana keuangan untuk dirimu sendiri.
Lantas, bagaimana cara memilih kelas yang sesuai dengan kebutuhanmu? Yuk, simak ulasannya dalam artikel berikut.

Memilih Kelas Keuangan yang Tepat
Well, memilih kelas keuangan di zaman sekarang sangatlah mudah. Teknologi memfasilitasi kamu untuk belajar banyak hal, tidak terkecuali belajar keuangan.
Seiring berkembangnya teknologi, banyak tersedia kelas keuangan secara online. Namun, kamu juga perlu berhati-hati dalam memilih kelas finansial ini. Alih-alih mendapatkan ilmu, jika kamu mengikuti kelas dari sumber yang kurang kompeten, ya hasilnya tentu tidak bisa diharapkan.
So, kamu perlu memperhatikan beberapa hal berikut sebelum memilih kelas keuangan.
Gampang Diakses
Pilihlah kelas yang tidak menyulitkan, baik dari segi administrasi, pembayaran, hingga running kelasnya. Kelas yang mudah diakses tentunya tidak akan menyulitkanmu dalam proses pembelajaran. Syukur ada mimin yang gercep untuk membantu mengatasi kesulitan yang kamu alami selama mengikuti kelas tersebut.

Cek Kurikulumnya
Kurikulum itu memegang peran yang krusial dalam setiap proses pembelajaran, lho. Ibaratnya, kurikulum itu kompas yang memandu kita agar belajarnya lebih terarah. Oleh karena itu, sebelum kamu memilih, pastikan kamu sudah mengecek dan memahami kurikulumnya, ya. Pastikan kurikulum kelas finansial yang kamu pilih tersebut sudah disusun secara berjenjang, mulai dari yang basic, intermediate, hingga advanced. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi kamu untuk mengikutinya.
Kelas yang Variatif
Belajar keuangan akan lebih menyenangkan jika kamu dapat mengaksesnya dengan mudah. Format materi yang disediakan oleh penyelenggara beragam, akan mendukung proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan lebih menyenangkan. Format materi bisa dalam bentuk video, podcast, hingga handout. So, kamu tidak bosan dengan kelas yang sedang diikuti. Terlebih lagi, jika kelas finansial yang kamu ikuti menyediakan forum diskusi. Pasti kelasnya akan lebih asik, ya!

Mengapa Kamu Harus Belajar Keuangan?
Belajar finansial melalui kelas keuangan akan sangat berguna bagi kamu di masa depan. Pasalnya, dengan belajar keuangan kamu dapat dengan mudah mengatur prioritas dalam hidup. Pada dasarnya, kamu dianjurkan untuk memprioritaskan hal-hal esensial dan akan bermanfaat dalam jangka panjang.
Dengan mengetahui mana yang menjadi prioritasmu, maka kamu dapat memastikan bahwa semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier. Kebutuhan tersier ini kadang kala memang penting untuk dipenuhi. Anggap saja untuk healing atau sekedar self reward, ya. Namun, pemenuhan kebutuhan tersier ini jangan sampai mengganggu prioritas lainnya.
Jika segala kebutuhanmu sudah bisa terpenuhi, maka kamu tidak perlu takut terlilit utang. Memang sih, berutang bukan suatu hal yang dilarang. Namun, kamu perlu punya skill yang mumpuni untuk mengelolanya, agar tidak mengganggu keuanganmu. Nah, dengan belajar pengelolaan keuangan, maka kamu dapat dengan bijak memilah hal-hal mana yang bisa dibiayai dengan utang, dan mana saja yang sebaiknya dibiayai melalui tabungan atau bahkan investasi.
Belajar keuangan juga dapat melatih skill kamu agar dapat mengelola risiko dengan baik. Tidak dapat dimungkiri bahwa dalam menjalani kehidupan, kamu tidak luput dari tantangan. Tidak jarang kamu perlu mengeluarkan biaya lebih untuk menjawab tantangan tersebut.
Mengingat hal di atas, maka kamu perlu mengumpulkan dana darurat. Dana darurat merupakan dana atau tabungan yang memang dipersiapkan untuk keadaan darurat. Misalnya jatuh sakit, terkena musibah, kena PHK, dan banyak hal lain yang cukup mengobrak-abrik pengeluaranmu.
Nah, inilah beberapa alasan pentingnya kamu belajar finansial melalui kelas keuangan. Dengan mengikuti kelas keuangan dan kurikulum yang tepat, kamu dapat mempersiapkan dana darurat, membuat rencana keuangan, hingga memproyeksikan kebutuhan pensiun. Rasanya sangat mustahil kamu bisa menghitung kebutuhan pensiun, tanpa belajar keuangan.
So, kamu sudah menemukan kelas keuangan yang tepat? Ketepatan kamu dalam memilih kelas, akan membantumu untuk mengelola keuangan dengan cermat, lho.
Jika kamu masih ragu dengan pilihanmu, maka QM Financial bisa membantumu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengatur Keuangan Keluarga Saat Suami Tak Berpenghasilan
Baru-baru ini ada thread viral tentang keputusan seorang istri mengikhlaskan suaminya resign dari kantor tempatnya bekerja, karena alasan kesehatan. Setelah menelusur, ada satu hal yang cukup menarik yang bisa ditarik sebagai pelajaran ketika akhirnya suami tak berpenghasilan dan mengandalkan penghasilan istri saja.
Memang ya, hidup di Indonesia itu cukup challenging. Beberapa norma yang berlaku masyarakat kadang lantas membuat pihak-pihak tertentu menjadi tampak “tidak normal” jika tidak diikuti. Termasuk soal penghasilan untuk keluarga. Umumnya, suami memang dianggap seseorang yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga; memberi nafkah istri dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Namun, kadang, fakta di lapangan berkata lain. Karena berbagai sebab, suami tak dapat melakukan tugas, dan harus melimpahkan tanggung jawab sebagai penafkah kepada istri. Salahkah suami jika melakukan hal tersebut? Enggak selalu, karena banyak alasannya. Kesehatan adalah salah satu alasan terbesarnya. Tapi ya begitulah, saat gaji istri lebih besar saja kadang jadi masalah. Apalagi kalau suami tak berpenghasilan. Di Indonesia, ini adalah masalah yang besar.
Mengatur keuangan dari penghasilan satu pintu tentu bukan perkara mudah. Apalagi kalau kedua pasangan tadinya sama-sama bekerja. Penurunan pemasukan keluarga pasti akan memengaruhi kondisi ekonomi. Sedikit atau banyak, itu relatif.

Terlepas dari soal stigma sosial yang harus dihadapi, persoalan keuangan ini juga akan menjadi tantangan besar bagi pasangan dengan suami tak berpenghasilan. Pasalnya, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih ada gap antara penghasilan perempuan dan pria di Indonesia. Masih banyak perempuan bekerja yang digaji lebih rendah daripada pria untuk level jabatan yang sama. Tak hanya soal feminis, tapi data yang menyatakannya. Jadi, walaupun istri mengambil alih peran penafkah keluarga, tetapi bisa jadi penghasilan ya tetap saja tidak akan sebesar penghasilan suami yang bekerja.
Artinya, masalah keuangan ini adalah masalah yang serius. Apalagi kita masih dalam situasi tak berkepastian seperti sekarang. Kebutuhan makin banyak, sekaligus semakin sulit didapatkan.
Lalu, bagaimana ya cara mengatur keuangan bagi keluarga dengan suami tak berpenghasilan?
Atur Keuangan untuk Keluarga dengan Suami Tak Berpenghasilan

Pastikan pertimbangan dan persiapannya matang
Kalau menelusur dari thread viral yang disebutkan di awal tadi, ada penjelasan bahwa sebelum suami tak berpenghasilan, keluarga tersebut sudah punya tabungan 10x gaji dan sempat membeli asuransi yang memadai. Seiring waktu, malahan tabungan ini tidak perlu digunakan sama sekali, dan kebutuhan hidup dapat dipenuhi dari penghasilan istri sepenuhnya.
So, apa moral of the story? Yes, persiapan yang matang.
Memutuskan resign tak boleh dilandasi emosi, karena bisa membuat kita bias dalam mengambil keputusan hingga akhirnya tak melakukan persiapan. Padahal, hidup ke depan setelah resign harus dipikirkan dengan baik, apalagi jika sudah ada tanggungan.
Atur kembali rencana dan anggaran
Mengelola keuangan rumah tangga dari penghasilan 2 pintu menjadi satu pintu bukan perkara gampang. Karena itu, persiapan adalah koentji dan kemudian lakukan financial check up untuk membuat evaluasi dan mengetahui secara pasti kondisi keuangan keluarga saat suami tak berpenghasilan lagi.
Atur kembali rencana keuangan yang mungkin tadinya sudah ada. Kamu bisa meninjau kembali tujuan-tujuan keuangan, dan menyusun ulang berdasarkan hasil financial check up yang sudah dilakukan. Buat anggaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Cicilan utang dan kebutuhan primer menjadi prioritas utama. Yang lain, kamu bisa sesuaikan dengan kemampuan. Bahkan investasi bisa dikurangi dulu, selama keuangan belum stabil lagi. Ke depannya, fokuslah pada menjaga cash flow agar tetap positif.
Amankan Dana Darurat dan Asuransi
Punya asuransi kesehatan adalah hal yang tak bisa ditawar. Asuransi kesehatan akan dapat memberikan perlindungan yang sesuai dengan kebutuhan. Apalagi biaya kesehatan terus meningkat. Meskipun iurannya naik, tapi BPJS Kesehatan tetap bisa jadi pilihan pertama. Selanjutnya, tergantung kebutuhan.
Jika istri kemudian menjadi penafkah utama karena suami tak berpenghasilan, maka pastikan istri memiliki asuransi jiwa. Setelah itu, pastikan dana darurat dalam kondisi yang memadai juga.

Tinjau kembali cicilan utang
Memang dalam praktiknya, cicilan utang harus menjadi prioritas apa pun kondisinya. Tapi saat suami tak berpenghasilan, maka bisa jadi cicilan akan menambah beban. So, coba cari cara untuk meringankannya.
Barangkali ada beberapa cicilan yang bisa dilunasi dulu sebelum akhirnya suami resign. Terutama untuk cicilan konsumtif yang berbunga besar. Pastikan untuk tidak menambah utang besar dan konsumtif saat nanti keuangan belum stabil.
Jika memang perlu, kamu bisa mengajukan restrukturisasi utang yang cicilannya terlalu besar dan membebani. Mungkin ada diskon bunga, atau tenor bisa diperpanjang. Apa pun kondisinya, sebaiknya dijelaskan pada pihak pemberi pinjaman. Prinsipnya, mereka akan lebih memilih melunakkan pinjaman daripada risiko gagal bayar meningkat. Termasuk KPR.
Tambah penghasilan
Jika memang perlu dan memungkinkan, cobalah untuk mencari alternatif lain demi mendapatkan penghasilan tambahan. Baik untuk suami maupun hal yang bisa dilakukan berdua.
Memang, kualitas hidup tak hanya tergantung pada penghasilan yang didapatkan, tetapi pada cara kelola uang yang ada. Tapi bagaimanapun, keluarga dengan keuangan yang sehat pastilah akan lebih mudah menjalani kehidupan. Karena itu, kita tetap realistis dan berusaha agar ‘dapur tetap mengepul’, apa pun caranya asal halal.
Dana Pensiun
Suami tak berpenghasilan bukan berarti pensiun, jika sekarang masih mengandalkan penghasilan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. So, tetap ada PR besar untuk bisa membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan passive income. Pasalnya, bagaimanapun juga, nantinya jika istri yang akan menjadi tulang punggung keluarga, akan ada waktu juga baginya untuk pensiun.
So, meski berat, persiapkan sejak sekarang.
Itu dia cara mengatur keuangan keluarga jika suami tak berpenghasilan, dan hanya mengandalkan dari penghasilan satu pintu, yaitu dari istri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Mengatur Keuangan untuk Kamu yang Berpendapatan Tidak Tetap
Ingat dengan drama Korea Hometown Cha Cha Cha? Di situ ada kisah Du Sik, si pekerja serabutan yang menawan. Pekerjaannya serabutan. Apa saja dikerjakannnya, secara fleksibel, tak terikat kontrak. Karena itu, pastinya pendapatan Du Sik juga tak menentu. Tapi, bisa-bisa saja dipakai buat biaya hidup. Du Sik pasti sudah belajar mengatur keuangan dengan baik, karena dia kan dulunya … Ups, spoiler.
Yes, enggak cuma ada pekerja atau karyawan yang ngantor teratur, karier berjenjang jelas, punya bos, punya coworkers, pergi pagi pulang malam, dan dengan gaji yang rutin ada setiap bulan, ternyata masih ada pekerja seperti Du Sik. Mereka memilih bekerja tanpa ikatan. Pekerja lepas, begitu sebutannya. Freelancer, begitu istilah kerennya.
Biasanya orang-orang yang memilih jalur profesi sebagai freelancer mempertimbangkan soal fleksibilitas waktu dan tempat untuk bekerja. WFA, begitu katanya. Work from anywhere. Bisa dikerjakan kapan saja, di mana saja, dengan cara apa saja, asalkan bisa setor sesuai target yang sudah disepakati dengan klien masing-masing
However, fleksibilitas waktu dan tempat ini ada trade off-nya. Yaitu penghasilan yang “fleksibel” juga. Fleksibel artinya di sini enggak tetap. Enggak kayak orang-orang yang kerja kantoran, mereka secara rutin menerima gaji Rp5 juta, Rp20 juta, Rp250 juta, … Rp1 miliar. Pekerja lepas tidak seperti itu. Penghasilan pekerja lepas tidak tentu; bulan ini dapat Rp30 juta, bulan depan Rp3 juta. Bulan depannya lagi Rp10 juta, bulan berikutnya zonk karena nggak ada klien yang jatuh tempo pembayaran.
Sebenarnya, hal ini adalah hal yang lumrah terjadi di dunia kreatif. Tapi, kadang ya bikin kaget juga, terutama buat para pemula. Tenang, yang harus dilakukan sekarang adalah mencari tahu cara belajar mengatur keuangan dengan baik.

Belajar Mengatur Keuangan untuk yang Berpendapatan Tidak Tetap
Belajar mengatur keuangan sebenarnya tak terbatas bagi orang-orang tertentu. Namun, belajar keuangan itu penting terlebih bagi mereka yang sekarang dalam usia produktif, sudah bisa memiliki penghasilan, maka belajar mengatur keuangan hukumnya wajib.
Namun ya harus diakui, bahwa belajar mengatur keuangan itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi kalau pendapatan kita enggak tetap. Seperti yang dimiliki oleh para pekerja lepas alias freelance. Tapi sebenarnya, yang punya pendapatan tidak tetap itu enggak hanya pekerja lepas saja lo! Ada profesi lain yang juga berpendapatan tidak tetap dan harus belajar mengatur keuangan dengan baik. Biasanya ini dialami oleh profesi yang upahnya dihitung berdasarkan hasil yang disetorkan.
Lalu, bagaimana cara belajar mengatur keuangan yang baik untuk pendapatan yang tidak tetap ini? Yuk, ikuti langkah-langkah berikut.
Buat anggaran yang tetap
Pendapatan boleh saja tidak tetap, tetapi anggaran keuangan bisa dibuat tetap. Lha, caranya terus gimana untuk membuat anggaran ini? Kan pendapatan enggak tetap?
Tenang. Ada caranya, yaitu dengan berpatokan pada pengeluaran. Buatlah catatan pengeluaran yang cukup mendetail setiap hari yang kemudian direkap setiap bulan. Dengan demikian, kamu bisa melihat rata-rata pengeluaranmu setiap bulannya.
Ingat, karena pendapatan yang tidak tetap, maka setiap pengeluaran kan harus dilakukan dengan cermat. Pisahkan mana yang merupakan kebutuhan, dari keinginan. Buat pengeluaran seminimal mungkin, atau seefisien mungkin. Ini penting, karena pengeluaran tersebut akan dihitung menjadi pengeluaran rata-rata. Jangan sampai nih, pengeluaran rata-ratanya justru besar banget dan tidak efisien, karena ke depannya pasti akan menyulitkanmu.
Jika pada rekapnya kamu sudah bisa menemukan rata-rata pengeluaran, maka jadikanlah ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya. Dengan begini juga, kamu bisa tahu berapa minimal pendapatan yang harus kita dapatkan setiap bulan agar tetap survive.

Dana darurat adalah wajib
Kalau pekerja kantoran, adanya gaji yang teratur dan rutin setiap bulan akan memudahkan mereka untuk mengatur keuangan. Namun, buat pekerja yang berpendapatan tidak tetap, bisa jadi harus ekstra dalam belajar mengatur keuangan. So, dana darurat adalah wajib.
Yes, dana darurat adalah tujuan keuangan utama dan pertama yang harus dimiliki dulu kalau kamu berpendapatan tidak tetap. Dan, jumlah idealnya bisa jadi lebih besar daripada para pekerja kantoran, karena pendapatanmu yang naik turun setiap bulan. Dengan demikian, kalau—semoga tidak—penghasilan sempat terhenti, kamu bisa menggunakannya dulu untuk menyambung napas.
Kalau sempat ada lebihnya pada penghasilan di bulan tertentu, jangan anggap sebagai uang nganggur. Anggaplah itu menjadi peluangmu untuk mengumpulkan dana darurat lebih cepat atau lebih besar. Buat kamu yang masih single, milikilah dana daruratt 4 – 6 kali penghasilan rata-ratamu setiap bulan. Kumpulkan per tahap, agar terasa lebih ringan.
Lengkapi asuransi
Kalau pekerja kantoran, biasanya mereka secara otomatis mendapatkan jaminan kesehatan. Minimal secara otomatis diikutkan di BPJS Kesehatan. Buat pekerja dengan pendapatan tidak tetap, asuransi kesehatan harus diupayakan sendiri. Kamu bisa mengambil BPJS Kesehatan secara mandiri.
Perlu tambahan asuransi kesehatan swasta enggak? Nah, itu kembali lagi pada kemampuanmu. Prinsipnya, jangan sampai justru menambah beban keuangan. Jadi, sesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.
Bagaimana dengan asuransi jiwa? Jika kamu adalah tulang punggung keluarga, asuransi jiwa is a must. Tetapi teteup ya, harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan. Seenggaknya ya, premi dan uang pertanggungan minimal ya enggak apa-apa deh, daripada enggak ada sama sekali.
Jangan lupa juga untuk memberikan asuransi kesehatan bagi anggota keluarga atau siapa pun yang menjadi tanggunganmu, agar beban finansialmu juga lebih ringan.
Belanja bijak
Karena berpendapatan tidak tetap, kamu bisa mulai belajar mengatur keuangan dengan mulai bijak dalam berbelanja. Pastikan semua barang yang kamu beli adalah memang yang menjadi kebutuhan.
Namun, bukan berarti lantas kamu enggak boleh memberi reward pada diri sendiri. Boleh banget dong, kan kamu sudah bekerja keras sedemikian rupa untuk mencukupi kebutuhan. Tapi buat pos khusus untuk keperluan ini, dan tentukan alokasinya. Kamu boleh menghabiskan pos ini untuk semua kebutuhan reward, dan kalau habis, tunggu sampai jatahnya di-topup lagi.
Jangan belanja di luar kemampuan. Terutama, hindari utang konsumtif.

Semangat mencari proyekan!
Bekerja secara lepas harus rajin memperluas peluang sendiri untuk mendapatkan proyekan. Setiap proyekan akan menawarkan peluang yang berbeda. Pertimbangkan dengan baik, proyek mana yang akan dikerjakan, tidak hanya berarti nominal saja.
Seperti halnya Du Sik yang punya banyak keterampilan, kamu juga perlu upgrade diri secara periodik. Tambah pengetahuan, tambah skill, sehingga memperluas peluang untuk menjadi pekerja lepas yang “mahal”. Selain itu, jangan berhenti untuk networking, karena ini juga bisa mendatangkan peluang lainnya.
Memang, belajar mengatur keuangan bagi pekerja yang berpendapatan tidak tetap ini enggak semata-mata mengatur cash flow. Tetapi, juga berkaitan dengan banyak hal.
Semangat ya! Meski berpendapatan tidak tetap, kamu pasti bisa mengaturnya dengan baik, sehingga nantinya juga berpeluang untuk mencapai semua tujuan keuanganmu—termasuk pensiun sejahtera.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 + 5 Cara Jitu Mengatur Keuangan untuk Perempuan
Jadi perempuan itu sebaiknya tahu cara jitu mengatur keuangan. Intinya, harus melek keuangan! Mengapa?
Karena, dengan melek keuangan, maka perempuan bisa memiliki konsep dasar finansial yang lebih baik. Nantinya akan berguna banget untuk mengatur keuangan diri sendiri—dan juga keluarga, nantinya—biar enggak besar pasak daripada tiang. Bisa mengelola rezeki dengan baik, sebagai ungkapan rasa syukur, dan menggunakannya sebaik mungkin.
Tapi, faktanya, tingkat literasi keuangan perempuan itu masih lebih rendah daripada laki-laki. Survei dari Otoritas Jasa Keuangan menyatakan, bahwa tingkat literasi keuangan perempuan hanyalah sebesar 36.13%, sementara tingkat literasi keuangan laki-laki sebesar 39.94%.
Jadi, ayo, kita tingkatkan lagi literasi keuangan kita, bestie! Kita bisa mulai dengan mencari tahu bagaimana cara jitu mengatur keuangan pribadi dulu, sebelum nantinya kita harus punya cara jitu mengatur keuangan keluarga. Mulai dari yang kecil dulu, baru yang besar. Kalau kita tidak mampu mengatur uang receh, uang besar juga bakalan sulit diaturnya.
Yuk, mulai dengan melakukan dan tidak melakukan hal-hal berikut ini sebagai cara jitu mengatur keuangan kamu.

Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Do’s
1. Catat pengeluaran dan buat anggaran
Ini adalah hal keuangan yang paling basic harus dilakukan sebagai cata jitu mengatur keuangan untuk perempuan. Kalau mencatat pengeluaran dan membuat anggaran ini masih sering terlupakan, yang lainnya juga akan lebih sulit.
Kenapa harus membuat pencatatan ini? Mencatat pengeluaran dan penghasilan, serta membuat anggaran akan membantumu dalam merencanakan keuangan hingga jauh ke depan. Ibaratnya, catatan pengeluaran ini akan menjadi standar kemampuan finansialmu. Pasalnya, boleh saja banyak mau, tapi kita tetap harus menyesuaikan dengan kemampuan, biar enggak halu.
Zaman sekarang buat mencatat pengeluaran ada banyak tools-nya. Mulai dari catatan manual, sampai aplikasi keuangan. Tinggal pilih sesuai kenyamanan masing-masing. Seharusnya sih, sudah enggak ada alasan lagi.
2. Buat tujuan keuangan
Tujuan keuangan adalah cita-cita, mimpi, dan keinginan yang pengin kamu wujudkan atau capai, baik dalam jangka pendek, menengah, atau panjang. Perempuan sekarang sudah boleh banget punya banyak cita-cita, ya kan? Semua bisa diwujudkan jika kamu punya tujuan keuangan yang jelas, realistis, dan kemudian didukung dengan rencana keuangan yang komprehensif.
Setelah tahu kemampuan diri sendiri, maka inilah yang menjadi cara jitu mengatur keuangan dan perlu untuk kamu pikirkan selanjutnya. Kamu pengin apa? Kamu ingin mencapai apa? Mimpi kamu apa?
3. Miliki dana darurat
Dana darurat ini sangat penting sebagai jaring pengaman keuangan yang utama, dan harus dibangun sejak awal kamu mulai bekerja dan produktif.
Saat kamu single, kamu perlu setidaknya dana darurat sebesar 4 kali pengeluaran rutin bulanan. Nah, kalau sudah menikah dan punya anak, tentu dana darurat harus disesuaikan juga; lebih besar.
Jadikan dana darurat ini sebagai tujuan keuangan pertama. Enggak harus langsung ideal, kamu bisa membaginya sesuai kemampuan. Misalnya, 2 bulan pertama, kumpulin 1 bulan pengeluaran dulu, 2 bulan kedua, 1 bulan pengeluaran lagi sehingga terkumpul 2 bulan pengeluaran. Dan seterusnya.
4. Beli asuransi
Jika kamu sudah bekerja di sebuah perusahaan, maka biasanya kamu akan secara otomatis diikutkan dalam BPJS Kesehatan sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan. Untuk perempuan, BPJS Kesehatan coverage-nya cukup lengkap, bahkan mengcover juga untuk pemeriksaan kesehatan selama hamil dan melahirkan.
Namun, jika terasa belum cukup, kamu juga bisa menambah dengan asuransi kesehatan swasta sesuai kebutuhan.
5. Bijak berutang
Sebagai perempuan, hobi belanja itu sudah mendarah daging. Boleh saja kok kalau kamu memang hobi belanja. Tetapi, bijaklah kalau belanja dengan berutang. Utang tidak dilarang, bahkan utang bisa dimanfaatkan sebagai daya ungkit agar kita bisa membangun aset produktif.
Tapi, jika tidak bijak dalam berutang, bisa jadi utang akan menjadi bumerang. So, pertimbangkanlah dengan saksama setiap kali hendak berutang untuk tujuan apa pun.

Cara Jitu Mengatur Keuangan: 5 Dont’s
1. Impulsif
Kalau soal belanja, perempuan itu lebih impulsif. Karena itu, kamu harus mengenali red flags ini dengan sepenuhnya. Kalau kita sadar jika kita impulsif, maka akan lebih mudah juga untuk mengatasinya.
Seringnya sih, perempuan terjebak di sini. Kalau kemudian terjerat utang, ada kemungkinan di masalah ini juga. Apalagi atas nama diskon tanggal cantik. Atas nama, “Mumpung diskon! Kapan lagi diskon begini?”
Padahal ya, setiap tanggal cantik ada diskon.
2. FOMO
FOMO adalah fear of missing out—perasaan takut kudet, takut ketinggalan info, takut ketinggalan hype. FOMO sih sebenarnya bukan hanya penyakit perempuan, laki-laki juga banyak yang mengalaminya.
Biasanya dipicu oleh “huru-hara” yang ada di media sosial. Influencer lagi ramai bahas kripto, jadi pengin. Di media sosial lagi hype smartphone keluaran terbaru, ikut inden. Dan seterusnya.
Padahal ya, enggak semua yang lagi tren harus diikuti kan? Hati-hati, FOMO bisa membuatmu menyabotase rencana keuanganmu sendiri lo!
3. Menunda investasi
Kadang kalau masih terlalu jauh, kita males buat memikirkannya. Betul? Katakanlah buat rencana dana pendidikan anak, padahal menikah saja baru kemarin. Mikirin pensiun, padahal baru juga diterima kerja sebagai fresh graduate.
Tapi, tahukah kamu, bahwa inilah justru yang menjadi kesalahan keuangan banyak orang, tak terkecuali perempuan. Menunda investasi, karena masih terlalu jauh.
Padahal, justru masih jauh, maka semua kebutuhan itu harus dipikirkan sejak sekarang. Pasalnya, kebutuhan dananya cukup besar. Tanpa rencana investasi yang matang, rasanya tujuan keuangan apa pun juga bisa jadi akan gagal.
4. Malas upgrade pengetahuan
Sering banget dengar celetukan, “Buat apa belajar mengatur keuangan sekarang? Duitnya aja nggak ada. Ntar aja deh, kalau sudah ada yang diatur. Sudah ada uangnya.”
But you know what, bisa jadi kamu merasa belum ada yang bisa diatur karena kamu memang tidak mau belajar untuk mengaturnya. Karena memang dari situlah akar masalah kebanyakan orang. Merasa uangnya hanya sedikit, lantas beranggapan untuk enggak perlu diatur. Padahal, kalau yang kecil saja kita tak bisa mengaturnya, yang besar pun akan kesulitan.
So, justru mulailah belajar mengatur keuangan dari yang kecil. Upgrade pengetahuan seiring waktu, seiring perkembangan perjalanan keuanganmu.
5. Remehkan pengeluaran kecil
Bocor halus, begitulah kami di QM Financial menyebutnya. Bentuknya macam-macam, seperti jajan-jajan kecil pas berangkat atau pulang kantor, kopi kekinian atau boba 3 kali sehari, pesan makanan online, dan sebagainya. Latte factor, istilah kerennya.
Jangan remehkan pengeluaran-pengeluaran ini—yang kalau dikumpulkan sebulan ternyata bisa ratusan ribu hingga jutaan. Yang kecil-kecil bisa banget memengaruhi cash flow lo, waspadalah.

Nah, itu dia cara jitu mengatur keuangan untuk perempuan, yang baik mulai diterapkan sejak masih single hingga sudah berkeluarga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resesi Ekonomi Global Mengancam di 2023: Apa yang Harus Kita Lakukan?
Upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi yang dilakukan sejak tahun 2021 ternyata harus menemui perkembangan yang cukup suram sampai dengan hari ini. Resesi ekonomi global akhirnya diprediksi datang di tahun 2023.
Bak efek domino, satu hal memicu hal lain dan kemudian memberikan dampak pada masalah yang lain lagi, dunia akhirnya berada di ambang krisis. Apalagi saat artikel ini ditulis, The Fed telah kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga 0.75%, menjadi 3.00% – 3.25%. Angka ini adalah yang tertinggi sejak 2008.
Efek Domino Resesi Ekonomi Global: Perang, Krisis Pangan, Krisis Energi, dan Inflasi
Inflasi yang naik tak terkendali disebut menjadi penyebab mengapa bank sentral AS menaikkan suku bunga ini.

Sementara, sejumlah bank sentral negara lain di dunia juga sudah menaikkan bunga acuannya. Di antaranya:
- Bank sentral Kanada menaikkan suku bunga acuan dari 0.5% menjadi 1%, akibat inflasi negara tersebut melonjak ke 5.7%, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, gas, dan bahan makanan efek perang Ukraina dan Rusia.
- Bank sentral Sri Lanka juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 14.5%, demi menjaga rupee yang amblas 35% satu bulan terakhir. Efeknya pasokan bahan makanan menipis di negara tersebut, sementara warganya juga harus melalui hari-hari tanpa listrik hingga berhari-hari.
- Bank sentral Korea Selatan meningkatkan suku bunga acuannya dari 1.25% menjadi 1.5%, untuk mengatasi laju inflasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga komoditas yang masih merupakan buntut dampak perang Rusia dan Ukraina.
Bank Dunia akhirnya juga menurunkan prediksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia, dari 6.1% menjadi “hanya” 3.2%, akibat adanya penurunan daya beli rumah tangga dan kebijakan moneter AS yang lebih ketat. Ditambah lagi masalah ekonomi yang juga melanda Tiongkok akibat pembatasan pandemi yang berkepanjangan dan krisis properti yang seakan tak berujung. Eropa pun masih dan diprediksi akan terus terkena imbas langsung dari perang Ukraina dan Rusia.
Karena itu, Bank Dunia memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya akan maksimal 2.9% saja di tahun 2023 nanti.

Efek Resesi Ekonomi 2023 yang Bisa Terjadi pada Indonesia
Kalau secara global, kita akan diprediksi masuk ke resesi ekonomi, lantas efek apa yang akan kita alami atau rasakan di Indonesia?
Perlu kamu tahu, bahwa kalau dunia mengalami resesi ekonomi itu belum pasti juga sampai ke Indonesia. Mungkin ada efek, tetapi bisa saja tidak terlalu dalam. Saat diserang pandemi tahun 2020, kita juga mengalami resesi ekonomi, tetapi malah termasuk salah satu negara yang bisa bangkit lebih dulu.
So, prediksi resesi ekonomi ini baik banget jika pengin kamu ikuti beritanya, tetapi hal seperti ini ada di luar kendali kita. Akan lebih baik, jika kita fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan sebagai individu untuk menghadapi prediksi ini, yaitu beradaptasi dengan kondisi.
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk siap menghadapi kemungkinan buruk, apa pun itu.

Bersiap Menghadapi Kemungkinan Buruk
1. Atur cash flow
Cash flow adalah kunci segala situasi. Apa pun kondisinya, jika kita bisa menjaga agar cash flow tetap positif, maka sebenarnya, katakanlah, 80% masalah sudah teratasi.
So, mau ada resesi ekonomi atau tidak, cash flow harus tetap positif. Dan, kamu pasti sudah hafal betul step by step menjaga cash flow tetap positif:
- Lakukan financial checkup, cari di mana celah yang bisa diperbaiki
- Jaga pengeluaran agar tetap hemat, tetapi tidak pelit.
- Tetap belanja tapi lakukan dengan bijak, karena belanja rumah tangga dan pribadi merupakan tulang punggung perekonomian kita.
- Tambah penghasilan, mulai dari fokus supaya naik gaji, atau lakukan side hustle ataupun berbisnis sampingan.
Jadi, ingat ya, prinsipnya. Apa pun kondisinya, jaga cash flow tetap positif, apa pun caranya. Kalau negatif, hentikan dulu investasi, belanja yang tak perlu, restrukturisasi cicilan, dan lakukan berbagai upaya untuk mengembalikan dulu cash flow ke positif. Baru kemudian kamu bisa menentukan anggaran lagi.
2. Tetap menabung dan berinvestasi
Yes, tetap menabung dan berinvestasi, dengan catatan cash flow sudah positif.
Fokus tujuan menabung dan investasi sudah bukan lagi yang serbacuan atau yang bisa instan bikin kaya, tetapi yang bisa melayani kebutuhan kamu dan sesuai dengan kondisi terkini. Ingat, bahwa kemampuan finansialmu mungkin juga akan menurun jika terjadi krisis. So, ada baiknya disesuaikan.
Belanja jangan halu, investasi jangan asal.
3. Pastikan punya dana darurat
Dana darurat lagi-lagi akan jadi pos yang sangat penting ke depannya. So, ayo dicek, bagaimana kondisinya saat ini. Mungkin mumpung masih ada waktu, ada baiknya kamu bersiap. Bisa saja kamu turunkan prioritas keinginan lain, agar dana yang kamu punya bisa dialihkan ke dana darurat dulu sekarang.
So, nanti kalau benar-benar resesi ekonomi datang sesuai prediksi, dana daruratmu sudah lumayan memadai.
4. Tunda pembelian besar yang belum mendesak
Misalnya kalau kamu pengin ganti kendaraan, atau berencana untuk merenovasi rumah yang bersifat dekorasi, ataupun berbagai keinginan lain yang butuh dana yang besar, tundalah dulu jika memang tidak terlalu mendesak.
Pasalnya, dalam kondisi yang serba tidak pasti ini, kita harus menyesuaikan prioritas lagi. Lebih baik fokus dulu pada berbagai kebutuhan esensial. Mengapa? Ya, seperti yang sudah dijabarkan di poin pertama di atas: untuk menjaga cash flow tetap positif dan stabil.
5. Berhati-hati mengambil cicilan
Utang akan menjadi beban yang cukup berat kalau kita harus menghadapi krisis keuangan. So, akan lebih baik jika kamu mulai berhati-hati jika ingin mengambil cicilan di saat sekarang. Mulai dari kartu kredit, paylater, dan berbagai kemudahan pinjaman itu harus mulai diwaspadai.
Ingat prinsipnya kan: jaga cash flow positif, dan lebih baik fokus ke kebutuhan esensial lebih dulu.
Nah, itu dia beberapa hal yang bisa kita lakukan agar tetap survive melewati krisis atau resesi ekonomi yang diprediksikan datang. Yok bisa yok!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Biaya Kesehatan Diprediksi Naik 14%! Harus Gimana nih?
Perusahaan asuransi di Asia akan mengalami peningkatan inflasi pada biaya kesehatan sebesar 14% yang disponsori oleh perusahaan, demikian laporan dari Mercer Marsh Benefit.
Angka tersebut hampir 5 kali lipat dari prediksi kenaikan inflasi umum tahun 2022. Sementara di tahun 2020, peningkatan biaya kesehatan ini mencapai 3.5%, dan 10% di tahun 2021.
Menurut laporan yang sama, ada 5 negara di benua Asia yang mengalami tingkat tren medis yang tinggi, dibandingkan rata-rata regional di tahun 2021.

Negara-negara tersebut adalah:
- India 14%
- Tiongkok 12%
- Indonesia 10%
- Vietnam 10%
- Filipina 9%
Di tahun 2021 pula, terjadi peningkatan klaim medis sebesar 81% untuk keseluruhan perusahaan asuransi Asia. Ironisnya, 53% perusahaan asuransi melaporkan adanya penurunan jumlah klaim medis dibandingkan sebelum pandemi. Nah loh.
Masih dalam laporan yang sama terungkap, bahwa biaya perawatan penyakit tidak menularlah yang membuat adanya peningkatan biaya kesehatan ini. Hal ini juga diperburuk akibat tertundanya perawatan kesehatan, misalnya penyakitnya terlambat didiagnosis sehingga malah membengkakkan biaya perawatan pada akhirnya.
So, intinya adalah seberapa sadar sih kita akan pentingnya kesehatan; mau cek kesehatan agar tidak sampai terlambat mengetahui adanya penyakit sehingga tidak membengkakkan biaya kesehatan kita?
Padahal, penyakit tidak menular ini merupakan penyebab nomor satu kematian secara global loh. Faktanya lagi, menurut laporan The Center of Disease Control and Prevention, 62% dari kematian itu terjadi di kawasan Asia Tenggara.

Biaya Kesehatan Naik, Kita Harus Apa?
Ya, mau enggak mau harus menyesuaikan. Ya masa kemudian kita mau enggak berobat kalau sakit? Atau, pulang saat belum sembuh, hanya karena tagihan membengkak?
Bagaimanapun hidup akan lebih baik dijalani dalam kondisi sehat. Betul? Jadi, harus gimana ya, menyiasati biaya kesehatan yang naik ini?
Pastikan punya BPJS Kesehatan dan disiplin iuran
Salah satu cara untuk melindungi risiko keuangan yang timbul dari mahalnya biaya kesehatan adalah dengan menjadi peserta asuransi kesehatan.
Di Indonesia, ada BPJS Kesehatan, sebuah asuransi yang dikelola oleh pemerintah yang cakupan perlindungannya cukup luas. Bahkan sampai mencakup juga perawatan gigi, mata, dan mental loh. So, setidaknya kamu wajib punya BPJS Kesehatan ini. Kalau kamu berstatus karyawan, seharusnya BPJS Kesehatan ini secara otomatis akan kamu dapatkan sebagai benefit dari kantor. Iuran preminya juga sangat terjangkau, yang memang disesuaikan dengan penghasilanmu.
Namun harus ingat ya, bahwa enggak cuma dirimu sendiri yang harus terlindungi oleh asuransi kesehatan, tetapi juga seluruh keluargamu dan juga siapa pun yang biaya hidupnya kamu tanggung. Jika mereka tidak tertanggung dalam BPJS Kesehatan yang diberikan sebagai benefit perusahaan, maka daftarkanlah sebagai peserta mandiri.
Jangan lupa untuk disiplin iuran, agar kamu bisa mendapatkan manfaatnya. Sering terjadi orang malas atau lalai membayar premi, dan ketika dibutuhkan baru deh … bingung.
Jika perlu, tambah asuransi kesehatan swasta
BPJS Kesehatan memang cukup memadai, apalagi jika memang kamu tak terlalu punya riwayat penyakit yang butuh penanganan khusus. Namun, jika kamu memang perlu bentuk perlindungan kesehatan lain yang tidak tercover oleh BPJS Kesehatan, pertimbangkan untuk membeli polis asuransi kesehatan swasta sebagai tambahan proteksi.
Salah satu “kelemahan” BPJS Kesehatan adalah prosedur berjenjangnya yang cukup panjang. Jika kamu pengin lebih praktis, pelayanan lebih cepat, fleksibilitas, dan kenyamanan yang lebih, maka asuransi kesehatan swasta mungkin bisa jadi pilihan.
Pilihlan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuanmu. Pastikan manfaatnya memang benar-benar kamu butuhkan.
Bangun dana darurat
Selain memiliki asuransi kesehatan yang memadai, naiknya biaya kesehatan juga perlu disiasati dengan kuatnya dana darurat.
Ingat kan, apa fungsi dana darurat? Yes, dana darurat akan sangat membantu jika kita dalam kondisi darurat yang perlu solusi segera. Misalnya, ternyata kamu harus membayar dulu tagihan biaya kesehatan untuk kemudian baru diklaim ke asuransi, maka dana darurat bisa dipakai dulu sebagai talangan.
Yuk, cek kondisi dana daruratmu, apakah sekarang sudah cukup ideal atau belum?

Jaga kesehatan, jangan sampai sakit
Ya, paling mudah memang kita harus menjaga kesehatan kita agar tidak sampai sakit. So, pastikan kamu mengonsumsi cukup makanan bergizi, berserat tinggi, dan kurangi gorengan, makanan berpengawet ataupun zat tambahan lainnya.
Kalau memang perlu minum vitamin tambahan, ya kamu bisa mempertimbangkan untuk menambah suplemen. Namun, vitamin dan mineral yang terbaik tetap yang ada dalam buah-buahan dan sayur.
Jangan lupa berolah raga dan terus bergerak. Agar peredaran darah lancar, metabolisme tubuh juga baik. Sekali waktu, ada baiknya kamu melakukan medical checkup, agar jika ada penyakit yang “menyelinap”, kamu bisa tahu lebih awal. Ingat, kalau terlambat terdiagnosis, bisa jadi biaya kesehatan akan membengkak untuk perawatan dan pengobatannya.
Jangan ketinggalan juga istirahat dan bahagia. Karena bahagia adalah obat yang terbaik.
Review rencana keuangan
Jangan lupa untuk melakukan review terhadap rencana keuanganmu secara keseluruhan. Apakah produk-produk keuangan—termasuk asuransi kesehatan—yang kamu miliki saat ini sudah sesuai dengan kebutuhanmu, atau perlu diulik lagi.
Nah, semoga kita semua selalu sehat ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Harga Pertalite Rp17.100? Ini Pro, Kontra, dan Apa yang Harus Kita Lakukan
Berita seputar BBM menghiasi headlines beberapa waktu belakangan. Mulai dari kenaikan harga BBM nonsubsidi, pembelian dengan aplikasi, sampai jika harga Pertalite tembus Rp17.100.
Pemerintah sendiri sejauh ini masih menahan harga Pertalite pada Rp7.650 per liter, padahal BBM jenis yang lain sudah beberapa kali dinaikkan. Presiden Jokowi sendiri menyebutkan dalam berita-berita, bahwa harga Pertalite sebisa mungkin tetap akan ditahan, karena penggunanya berbeda dengan jenis BBM lainnya.

Berapa Harga Pertalite Seharusnya?
Dalam hal ini, pemerintah memberikan keterangan, bahwa harga Pertalite Rp7.650 ini sangat jauh di bawah harga keekonomiannya. Kalau mau mengikuti harga minyak dunia, harga Pertalite seharusnya ada di angka Rp17.100 per liternya.
Lalu, apa yang terjadi jika harga Pertalite mencapai Rp17.100 per liter? Bisa jadi akan menyebabkan:
- Memacu inflasi lebih tinggi dan bisa jadi tak terkendali
- Menurunkan daya beli masyarakat, karena harga barang pasti melambung lebih tinggi lagi
- Beban hidup akan semaki berat
- Jumlah masyarakat miskin akan bertambah.
Wah, rumit juga ya ternyata?
Kita bisa lihat dari situasi yang terjadi di beberapa negara lain di dunia saat ini. Penetapan harga bahan bakar di luar negeri ditentukan benar-benar berdasarkan harga minyak dunia. Kalau harga minyak dunia mencapai USD 100 lebih per barrel-nya, maka harga BBM akan semakin mahal.
Hal yang berbeda terjadi di Indonesia, yang harga BBM-nya ditentukan oleh pemerintah untuk menjaga supaya tetap terjangkau oleh masyarakat. Selisih harganya ditutup dengan subsidi yang sumber dananya diambil dari APBN.
Saat ini, ketika harga Pertalite ditahan, beban APBN mencapai Rp502 triliun. Angka ini adalah angka subsidi keseluruhan antara subsidi untuk Pertalite, LPG 3 kilogram, dan listrik.

Jika Harga Pertalite Terlalu Lama Ditahan
However, untuk saat ini pemerintah masih cukup kuat untuk menahan. Tetapi ternyata ada beberapa hal yang bisa terjadi kalau harga Pertalite terlalu lama ditahan.
Apa saja dampaknya?
Distorsi ekonomi
Apa itu distorsi ekonomi? Misalnya saja, seperti ketika minyak goreng ditahan pada harga Rp14.000 per liter. Penjual tidak boleh menaikkan melebihi harga yang sudah ditentukan. Harga tersebut tidak bisa naik ataupun turun sesuai mekanisme pasar. Efeknya, muncul kelangkaan.
Hal yang sama dikhawatirkan bisa terjadi pada BBM jenis Pertalite ini jika harganya ditahan terlalu lama. Pasalnya, bisnis tetap bisnis. Produsen akan enggan untuk menjual rugi lantaran biaya produksi akan lebih tinggi.
Dengan disubsidi, produsen BBM—dalam hal ini Pertamina—tetap akan mendapatkan kompensasinya dari APBN. Namun, tidak ada penyeimbangan permintaan dari pasar, karena masyarakat tidak akan mengurangi konsumsi karena tidak ada kenaikan harga.
Defisit
Defisit negara juga akan meningkat seiring beban fiskal yang semakin berat. Meskipun pemerintah sendiri sempat mengumumkan hendak menekan defisit hingga 3%.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Well, memang kondisinya sedang sulit. Tak hanya harga Pertalite yang cukup mengkhawatirkan, mau ditahan beban negara berat, mau dinaikkan beban rakyat yang meningkat. BBM naik, LPG juga bisa saja dinaikkan lagi. Sekarang saja sudah ada wacana untuk mengganti kompor gas menjadi kompor listrik.
Lalu, bagaimana ya?
Sebenarnya, hal yang perlu kita lakukan kurang lebih sama saja dengan saat ada kondisi dan situasi yang berubah. Kan, kita sudah banyak melewati masa sulit nih, kemarin. Ada pandemi, lalu ada badai PHK. Yuk, pasti kita juga bisa melewati ujian yang kali ini.
Just a reminder, lakukan hal-hal berikut ya.
1. Financial check up
Karena kondisi yang berubah, maka bisa jadi akan memengaruhi juga keadaan keuangan kamu. Yuk, lakukan financial check up dulu sebelum melangkah ke hal-hal lainnya.
Kamu bisa cek:
- Apakah penghasilanmu masih tetap sama? Sumber dan jumlahnya?
- Apakah pengeluaranmu masih tetap sama? Pos dan jumlahnya?
- Bagaimana posisi utang kamu? Apakah cukup aman sejauh ini? Masih harus mencicil berapa lama lagi? Apakah ada yang bisa dilunasi dengan segera?
- Bagaimana asetmu? Masih bertahan, bertambah, ataukah malah minus? Bagaimana posisinya terhadap tujuan keuangan? Apakah masih aman?
- Iuran asuransi kesehatan aman? Yang untuk keluarga juga sudah ada?
- Bagaimana dengan asuransi jiwa, apakah sudah ada untuk si pencari nafkah? Apakah iurannya aman?
Buat catatan pengeluaran yang disesuaikan dengan kondisi sekarang kalau perlu, untuk melihat apakah ada pola yang harus diubah.
2. Atur cash flow
Arus kas merupakan hal terpenting di saat-saat yang tak pasti dan sulit seperti ini. Jagalah agar tetap positif, yang artinya pemasukan harus lebih besar daripada pengeluaran.
Misalnya saja, kamu menggunakan prinsip 1 – 2 – 3 – 4 untuk mengatur cash flow, apakah sekarang dan beberapa waktu ke depan masih bisa diterapkan dengan baik? Ataukah, ada proporsi yang harus diubah? Mungkin tadinya 10% untuk lifestyle, 20% untuk investasi, 30% untuk utang, dan 40% untuk rutin, sekarang harus diubah menjadi 50% untuk kebutuhan rutin, 30% utang, dan 10% investasi 10% lifestyle? Boleh saja. Atau lifestylenya yang dikurangi? Bisa saja.
Sesuaikan dengan kebutuhan. Dan, yang pasti: keluarkan uang sesuai kemampuan, dan prioritaskan kebutuhan esensial sebelum yang lainnya.
3. Cek dana darurat
Cek dana darurat, apakah masih memadai? Untuk single, kamu perlu dana darurat sebesar 4 x pengeluaran rutin bulanan. Untuk menikah, kamu perlu dana darurat 6 – 12 x pengeluaran rutin bulanan, sesuaikan dengan jumlah jiwa yang ditanggung.
Ya, kondisinya memang sedang sulit. Tapi, yuk, yakin saja bahwa kita bisa melewatinya dengan baik.
7 Langkah Cara Bebas Finansial Efektif dan Efisien
Barangkali, setiap orang yang sudah punya literasi keuangan yang baik akan bercita-cita dan memimpikan untuk bisa bebas finansial secepatnya.
Bebas finansial adalah kondisi ketika kamu merasakan kebebasan sepenuhnya untuk mengatur, memanfaatkan, mempergunakan uangmu sesuai kebutuhan. Penghasilanmu dapat kamu manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan menjalani hidup yang kamu mau. Nggak ada kekhawatiran, keraguan, atau ketakutan tidak bisa membayar tagihan, iuran, pajak, dan pengeluaran tak terduga. Semua sudah teralokasi dengan baik. Apalagi soal utang. Seseorang yang sudah mencapai kemerdekaan finansial enggak akan punya utang lagi.
Intinya, saat kamu mencapai kondisi ini, keuangan bukan jadi beban hidupmu lagi.
Nah, jadi paham kan, mengapa orang menginginkan untuk bisa mencapai kebebasan finansial?
Masalahnya, upaya untuk mencapai kondisi ini pasti sulit. Apalagi buat kita, orang-orang yang mengandalkan gaji kecil setiap bulan untuk bertahan hidup. Juga para sandwich generation.
Well, the good news is kondisi bebas finansial ini bisa dicapai oleh siapa pun. Yes, termasuk mereka yang berstatus sebagai generasi sandwich. Tinggal komitmen atau enggak untuk melakukan langkah-langkah persiapannya.

Cara Bebas Finansial yang Efektif dan Efisien
1. Financial check up
Untuk bisa bebas finansial, pertama kamu harus memastikan bahwa kondisi keuangan kamu sehat. Tanpa didukung dengan kesehatan keuangan yang baik, kondisi ini akan sulit untuk diwujudkan.
Financial check up ibaratnya medical check up. Namun, alih-alih kesehatan fisik yang diperiksa, kamu melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap keuangan. Cek dan pastikan beberapa hal berikut:
- Ada penghasilan dan aset
- Pengeluaran tidak lebih besar daripada penghasilan, catatlah agar kamu tahu ke mana saja uangmu pergi
- Kebutuhan pokok terpenuhi dengan baik, tanpa tersiksa
- Punya dana darurat yang memadai
- Punya asuransi untuk melindungi aset, terutama bagi diri sendiri
- Punya rencana keuangan untuk setiap tujuan
Nah, jika ada yang belum checked, kamu perlu membuat langkah solutif untuk bisa memperbaiki keadaanmu dulu, baru kemudian membuat rencana realistis untuk bisa bebas finansial.
2. Punya mindset positif tentang uang
Banyak orang memiliki mindset yang keliru tentang uang. Uang sering kali dianggap sebagai barang yang “tabu”; tabu untuk didiskusikan dengan pasangan, tabu untuk didapatkan secara lebih banyak (padahal jalannya ya halal), tabu untuk dikelola, dan sebagainya. Banyak orang menganggap, ngomongin uang sama dengan matre. Padahal ya, enggak selalu begitu juga.
Uang perlu dibahas, uang perlu dipekerjakan agar kemudian mau mendatangkan “teman” yang lebih banyak—tentu saja dengan cara yang benar. Uang harus dikelola supaya “betah”, dan sebagainya.
Saat kamu punya mindset positif tentang uang, maka saat itu kamu siap untuk membuat rencana keuangan menuju bebas finansial.
3. Rincikan tujuan keuangan
“Pengin kaya!”
Begitu kebanyakan orang menjawab ketika ditanya apa tujuan hidupnya. Padahal “kaya” itu bukan tujuan keuangan yang baik. Mengapa? Karena kaya itu tidak terdefinisikan.
Rincikan tujuan keuanganmu dengan detail. Ada “judul”, nominal, dan jangka waktu. Contoh: 5 tahun lagi, dana DP rumah sebesar Rp150 juta siap. 10 tahun lagi, dana untuk kuliah anak harus siap sebesar Rp200 juta. 30 tahun lagi, dana pensiun harus siap sebesar Rp3 miliar. Dan seterusnya.
Dengan adanya tujuan keuangan yang terdefinisikan dengan rinci seperti itu, kamu akan dapat membuat rencana keuangan yang juga realistis dan mudah untuk dieksekusi.

4. Menabung dan berinvestasi
Banyak orang yang keliru di sini. Mereka menabung dan berinvestasi menggunakan uang sisa belanja.
Bebas finansial dapat kamu capai jika didukung dengan komitmen untuk menabung dan investasi dengan disiplin. Tentukan berapa besar alokasi tabungan dan investasi, dan konsistenlah dengan jumlah yang sudah ditentukan. Akan lebih baik jika kamu dapat menyisihkan 10% hingga 20% dari penghasilan rutinmu setiap bulan. Segera transfer ke rekening tabungan dan investasi begitu kamu menerima gaji atau penghasilan.
Dengan begitu, kamu bisa menjaga konsistensi menabung dan berinvestasi dengan lebih baik. Inilah yang akan jadi modalmu untuk bisa bebas finansial. Pasalnya, uang belanja tidak akan pernah bersisa.
Lakukan analisis mendalam terkait pemilihan jenis instrumennya, terutama instrumen investasi. Kesesuaian karakter instrumen dengan kebutuhan akan jadi kunci sukses investasimu. Belajar dulu ya, supaya kamu paham betul akan hal ini.
5. Cukupkan pengeluaran
Buat anggaran untuk setiap kebutuhan dan pos pengeluaran. Anggaran ini akan bisa kamu manfaatkan untuk mengendalikan belanja agar tidak berlebihan.
Kata kuncinya memang hanya satu: cukup. Tapi, meski hanya satu kata, hal ini akan sangat tricky; tak mudah untuk dilakukan.
Kurangi pengeluaran yang tidak penting. Di sinilah yang membedakan orang yang kaya betulan dengan mereka yang berpura-pura kaya. Miliuner sejati jarang tampil mewah. Sementara, yang pura-pura kaya, ya begitulah.
Jika memang harus berutang, utanglah secara sehat; mampu bayarnya, ada tujuan yang jelas, dan penggunaan barang (atau apa pun itu) lebih lama dari jangka waktu pembayarannya kembali.
6. Investasi pada diri sendiri
Kamu boleh saja investasi pada berbagai instrumen, mulai dari yang rendah risiko seperti deposito, sampai yang sangat agresif seperti saham dan kripto sekalipun. Namun, jangan sampai lupa untuk investasi pada diri sendiri. Justru hal ini adalah modal terbesar untuk kamu bisa bebas finansial.
Cari ilmu dari mana saja, dari siapa saja, di mana saja. Ikutan kelas online, webinar; dengarkan podcast, tonton video, ikut diskusi. Baca artikel dan buku. Semua bisa kamu lakukan demi mendapatkan ilmu, wawasan, dan pemahaman yang baru dan variatif.
Nantinya, ilmu dan wawasan yang kamu miliki bisa berguna, misalnya untuk mendukung karier di kantor sehingga naik jabatan dan naik gaji. Atau, bisa juga dimanfaatkan untuk mendapat penghasilan tambahan. Dengan begini, jalan menuju bebas finansial akan lebih cepat dan lancar.

7. Tambah penghasilan
Agar bebas finansial lebih cepat, maka kamu mungkin perlu untuk menambah penghasilan. Perlua stream income kamu, jangan hanya mengandalkan diri pada gaji pekerjaan utama saja. Kamu bisa berbisnis, atau melakukan pekerjaan lepas sesuai skill yang kamu punya.
Nah, itu dia 7 langkah cara bebas finansial yang efektif dan efisien. Mumpung masih muda, yuk, segera buat rencana realistis menuju bebas finansial hari ini!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cuti Hamil 6 Bulan, Ada Dampak Positif dan Negatif: Yang Penting Persiapan Finansialnya!
Wacana cuti hamil 6 bulan diembuskan. Hal ini sudah tertuang dalam Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak dan mulai digodok oleh DPR. Memang sih, menurut rekomendasi WHO, seorang ibu wajib untuk memenuhi hak ASI bayinya hingga 6 bulan.
Lalu, bagaimanakah pengaruhnya pada peran perempuan di dunia kerja?

Cuti Hamil dan Peluang Kerja
Pastinya, wacana ini diangkat untuk tujuan positif. Kita lihat di banyak negara lain yang berani memberikan perlindungan seperti ini terhadap ibu baru dan menyusui, dan terbukti warga negaranya pun menjadi lebih sejahtera.
Apakah hal yang sama bisa berlaku juga di Indonesia?
Aturan cuti hamil saat ini adalah 3 bulan, sesuai Undang-Undang No. 13 Tahun 2013. Saat ibu sedang menjalani cuti, gaji dibayarkan dengan penuh. Pendeknya masa cuti hamil bagi ibu inilah yang disinyalir menjadi salah satu penyebab mengapa pemberian ASI eksklusif bagi bayi Indonesia termasuk minim.
Dalam RUU KIA yang sedang dibahas di DPR, diusulkan agar seorang ibu bisa mengambil cuti hamil hingga 6 bulan, dengan pembayaran gaji penuh selama 3 bulan pertama, dan 75% gaji pada 3 bulan berikutnya. Sepintas lalu, hal ini mendukung peran perempuan agar bisa memenuhi hak bayi atas ASI eksklusif. Namun, di pihak lain, banyak yang mengkhawatirkan hal ini justru akan membuat daya tawar perempuan di dunia kerja semakin sempit.
Kekhawatiran utama adalah akan ada banyak perusahaan yang berpikir dua kali untuk mempekerjakan perempuan. Karyawan laki-laki akan dianggap lebih produktif, karena tak perlu cuti hamil dan melahirkan.
So, memang sebuah kebijakan itu pasti akan selalu ada dampak yang menyertai. Semoga aturan ini nantinya dievaluasi dan ditemukan solusi-solusi yang bisa membantu perempuan, terutama terkait akses ekonominya ya.

Apa pun Aturannya, Yuk, Persiapkan Diri dengan Baik untuk Menyambut si Buah Hati
Sambil menunggu aturannya dimatangkan, yuk, yang sudah mendekati hari H dan sudah siap cuti hamil, persiapannya dibenahi! Jangan hanya fokus ke hal-hal yang kurang esensial seperti berburu perlengkapan bayi atau belanja berlebihan saat sudah mulai cuti hamil, akan lebih baik buat pasangan suami istri untuk meninjau kembali kondisi finansialnya: sudah cukup siapkah menyambut si buah hati?
Karena hadirnya si newborn enggak hanya berhenti ke soal baju bayi, popok, ASI, dan gendongan bayi saja loh! Begitu si baby lahir, maka muncul pula deretan kebutuhan hingga jangka panjang.
Nah, masalahnya, sudah siap belum?
Mari kita lihat, apa saja persiapan finansialnya begitu si bayi siap dilahirkan.
1. Biaya kontrol bulanan
Biaya kontrol bulanan (dan mingguan, jika HPL sudah dekat) akan mulai muncul saat ibu dinyatakan hamil.
Jika kondisi ibu dan bayi sehat, maka biaya kontrol kesehatan mungkin bisa murah. Namun, jika ada masalah kesehatan, maka bisa jadi pengeluaran untuk biaya kontrol ini akan lebih tinggi. Tak hanya soal obat-obatan, tetapi juga makanan harus lebih bergizi buat ibu, karena harus mampu menyediakan ASI berkualitas. Tak lupa vitamin dan suplemen juga, jika perlu.
So, bisa jadi komposisi pengeluaran rutin akan berubah. Cek lagi, dan kalau perlu lakukan financial check up secara menyeluruh ya.
2. Dana persalinan
Nah, buat yang bekerja di kantor, sila dicek dulu apakah ada cover untuk biaya melahirkan dari kantor. Ada beberapa kantor yang mengcover biaya persalinan dalam asuransi, ada juga yang tidak. Ada yang mengcover sampai dengan operasi caesar juga, dengan catatan ada rekomendasi dari dokter. Ada yang mengcover penuh, ada yang sebagian. Sila cek ke bagian HR di kantormu ya.
Gunakan waktu yang ada untuk mengumpulkan dana persalinan ini, akan lebih bagus jika siap sejak awal kehamilan. Beberapa rumah sakit sudah bisa memberikan perkiraan habisnya biaya di awal, sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk mempersiapkannya.
Yang penting, utang adalah opsi paling akhir, yang kalau perlu tidak usah dilakukan demi membayar persalinan.
3. Dana darurat
Cuti hamil, ibu akan mendapatkan gaji selama 3 bulan. Tetapi biasanya yang diberikan hanyalah gaji pokok. Tunjangan ini itu kemungkinan besar tidak akan diberikan. Apalagi jika kemudian ternyata diputuskan bahwa ibu berhenti bekerja untuk sementara. Ini artinya pemasukan hanya datang dari satu pintu: si ayah.
Karena itu, dana darurat menjadi sangat penting. Pemasukan bisa jadi berkurang, sedangkan kebutuhan tetap ada—bahkan bisa jadi lebih banyak. So, sebelum mulai cuti hamil, persiapkan dana darurat 3 – 6 kali pengeluaran rutin. Seiring waktu, jumlah dana darurat ini juga harus ditingkatkan sesuai jumlah tanggungan yang sekarang ada.

4. Asuransi jiwa untuk si pencari nafkah
Jika memang mampu, belilah asuransi jiwa untuk ayah yang menjadi tulang punggung keluarga.
Saat istri hamil, artinya tanggungan ayah sebagai kepala rumah tangga normalnya akan bertambah. Dengan demikian, risiko hidup juga akan bertambah. Asuransi jiwa—seperti juga asuransi kesehatan dan dana darurat—adalah jaring pengaman keuangan yang sangat penting untuk dimiliki. Pilihlah bukan hanya sebatas premi yang mahal atau murah, tetapi berpijaklah pada kebutuhan uang pertanggungannya.
So, silakan cek kebutuhan masing-masing, dan hitung dengan saksama ya.
5. Biaya kesehatan dan imunisasi
Untuk imunisasi dasar bayi, biasanya disubsidi oleh pemerintah. Kita bisa mendapatkannya secara gratis di Puskesmas. Paling-paling hanya membayar administrasi saja. Namun, kalau memang dirasa perlu, boleh juga untuk imunisasi di rumah sakit. Pastinya ada konsekuensi biaya yang lebih besar.
Tak hanya imunisasi dasar, sebaiknya bayi juga perlu diberikan imunisasi secara lengkap, agar kesehatannya bisa paripurna. Nah, untuk beberapa imunisasi memang kita harus membayar secara mandiri. Harganya bervariasi tergantung merek, biasanya.
Silakan cek ke rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat ya.
6. Biaya pendidikan anak
Apa? Baru juga lahiran, sudah harus mikirin biaya pendidikan anak?
Yes, ingat, bahwa investasi akan optimal jika kamu mulai sejak dini. Apalagi untuk tujuan keuangan besar seperti halnya dana pendidikan anak. Bahkan kalau perlu sudah direncanakan sejak menikah loh!
Dengan mengawalinya sedini mungkin, beban investasi menjadi lebih ringan. Kamu bisa memastikan tujuan bisa tercapai dengan lebih baik.
Nah, itu dia beberapa persiapan penting yang harus dilakukan untuk menyambut kedatangan si buah hati.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Literasi Finansial: Pengertian, Aspek, dan 3 Cara untuk Meningkatkannya
Pastinya, kamu sering mendengar istilah literasi finansial. Tapi apakah kamu tahu arti yang sebenarnya?
Literasi finansial memang merupakan salah satu dari 6 literasi dasar yang harus kita kuasai sejak dini. Literasi lainnya adalah literasi baca tulis, digital, budaya, numerasi, dan sains. Mengapa harus dikuasai? Karena tanpa keterampilan tersebut, bisa jadi kita akan menemui kesulitan ke depannya.
So, mari kita bahas lebih dalam mengenai literasi finansial ini ya.

Apa Itu Literasi Finansial?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi artinya kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Sedangkan finansial adalah keuangan.
Dengan demikian, literasi finansial adalah keterampilan untuk mengelola keuangan, termasuk di dalamnya budgeting, membuat rencana keuangan—baik jangka pendek maupun jangka panjang—berinvestasi, mengelola utang, sampai terampil juga menggunakan berbagai layanan dan produk keuangan untuk memenuhi kebutuhan.
Tanpa literasi finansial yang baik, bisa mengakibatkan seseorang tak bisa memenuhi kebutuhan hidup, bahkan rentan terhadap berbagai risiko. Yes, termasuk di dalamnya yang sekarang marak terjadi: menjadi korban penipuan.
Dengan literasi finansial yang baik, kamu bisa membuat rencana dan tujuan hidup hingga jauh ke depan, dan bisa memastikan juga bahwa rencana itu bisa diwujudkan. Selain itu, kamu juga bisa menyusun berbagai langkah antisipasi jika risiko-risiko terjadi. Kamu bisa mewujudkan mandiri finansial dengan segera.

Aspek Literasi Finansial
Apa saja sih aspek yang ada dalam literasi finansial? Mari kita lihat satu per satu.
1. Membuat anggaran
Literasi finansial termasuk adalah membuat anggaran, agar dapat memastikan penghasilan bisa dipakai untuk memenuhi seluruh kebutuhan—baik kebutuhan hari ini atau hari esok—dengan baik.
2. Mengelola utang
Akan ada saatnya kita harus mengajukan pinjaman untuk berbagai keperluan. Agar tak menimbulkan kesulitan, uang harus dikelola dengan baik demi membangun aset yang akan bermanfaat untuk kita sendiri di hari depan.
3. Memberi perlindungan
Risiko bisa terjadi dan harus kita hadapi sepanjang waktu. Misalnya saja terkena musibah, kecelakaan, jatuh sakit, kehilangan penghasilan, dan sebagainya. Seberapa baikkah kita mengelola risiko ini agar tak sampai membuat keuangan kita jadi goyah?
4. Membelanjakan dengan bijak
Apalah artinya memiliki penghasilan yang besar, jika kita tidak bisa belanja dengan bijak. Di sinilah peran literasi keuangan akan sangat penting, yaitu menyesuaikan belanja kebutuhan dan anggaran yang sudah dibuat.
Tanpa bijak belanja, maka risiko keuangan bisa muncul dan mengacaukan semuanya.
5. Menyimpan dan berinvestasi
Metode kita menyimpan uang dan berinvestasi juga termasuk dalam literasi finansial. Seberapa mampukah kita menyesuaikan tujuan keuangan dengan instrumen yang ada?
Tanpa literasi finansial yang baik, bisa saja kamu malah menyimpan dana di instrumen agresif untuk tujuan keuangan jangka pendek. Hingga ketika dibutuhkan, nilai investasi justru sedang dalam titik rendahnya. Tujuan keuangan pun tidak dapat dicapai kan, jadinya?
Bagaimana Cara Mengukur Tingkat Literasi Finansial Kita?
Lalu, bagaimana cara tahu jika literasi finansial kita cukup baik?
Setidaknya, ada 5 hal yang bisa menjadi tolok ukurnya:
- Apakah kebutuhan esensialmu bisa dipenuhi dengan baik tanpa kesulitan?
- Apakah kamu bisa menabung dan berinvestasi dengan lancar, sesuai kemampuan, dan punya dana darurat yang cukup?
- Apakah kamu bisa membayar cicilan utang dengan baik, tanpa menunggak dan kena denda?
- Apakah kamu bisa mengelola pengeluaran belanja dengan baik, dan bisa membuat budgeting?
- Apakah kamu sudah melindungi aset-aset dengan instrumen yang pas?
Nah, jika kamu bisa menjawab kelima pertanyaan di atas dengan baik, maka bisa jadi tingkat literasi finansial kamu sudah baik.
Lalu, bagaimana caranya untuk bisa memiliki literasi finansial yang baik? Yuk, ikuti beberapa langkah berikut ini.

Cara Meningkatkan Literasi Finansial
1. Perbaiki hubunganmu dengan uang
Yang pertama harus dilakukan adalah melakukan review hubungan kamu dengan uang. Ini erat kaitannya dengan psikologi uang, tentang bagaimana persepsi kamu tentang uang. Uang menjadi tujuan hidup, ataukah uang sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup. Keduanya jelas berbeda.
Ketika uang menjadi tujuan hidup, hubunganmu dengan uang bisa jadi akan toxic. Tetapi, jika kamu memiliki mindset bahwa uang menjadi sarana untuk mencapai tujuan hidup, maka fokusmu akan berubah.
Hubunganmu dengan uang juga mendefinisikan bagaimana latar belakang budaya terutama dalam keluarga. Jika dalam keluarga ada mindset bahwa anak-anak merupakan “dana pensiun” bagi kedua orang tuanya, maka besar kemungkinan kamu juga akan memiliki mindset ini. Saat mindset sudah keliru, maka bisa jadi selanjutnya perilaku dalam mengelola keuangan juga akan keliru.
So, perbaiki dulu hubunganmu dengan uang, sebelum kamu melangkah ke hal berikutnya dalam meningkatkan literasi keuangan.
2. Bangun komitmen
Seperti halnya dua orang yang punya romance relationship, setelah memperbaiki hubungan, maka selanjutnya adalah membangun komitmen yang serius.
Kamu sudah memiliki hubungan baik dengan uang, maka selanjutnya berkomitmenlah untuk mengelolanya dengan baik. Seperti halnya pasangan, kamu sebaiknya tahu dari mana saja uang datang, dan ke mana saja uang pergi. Pastikan semuanya bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Ikut kelas dan belajar dari ahlinya
Ini adalah cara paling efektif untuk bisa meningkatkan literasi finansial. Cari kelas—akan lebih baik yang berjenjang—agar kamu bisa berkenalan dengan berbagai tahapan dalam keterampilan mengelola keuangan. Mulai dari yang paling basic, intermediate, hingga advanced.
Take your time, enggak perlu buru-buru dalam belajar keuangan ini. Nikmati journey-nya, dan kamu akan merasakan manfaatnya yang besar.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!