Pandemi Jadi Endemi, Lalu Apa yang Harus Kita Siapkan?
Beberapa waktu yang lalu, ada wacana resmi dari pemerintah yang disampaikan oleh Menkes Budi Gunadi, bahwa kita harus bersiap ketika pandemi jadi endemi.
Apa sih bedanya pandemi dan endemi?
Pandemi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Wabah ini menyebar, melintasi batas negara, hingga mengancam populasi bumi.
Endemi, masih menurut KBBI, adalah penyakit yang berjangkit di suatu daerah atau pada suatu golongan masyarakat. Kalau wabah tersebut kemudian bergerak ke sejumlah wilayah, maka akan disebut epidemi. Kalau lebih luas lagi menjadi pandemi.
Wacana pandemi jadi endemi didengungkan oleh pemerintah, lantaran sudah hampir yakin bahwa virus COVID-19 tidak akan pernah benar-benar pergi dari bumi ini. Karena itulah, kita diminta untuk bersiap hidup berdampingan dengan virus ini ketika pandemi jadi endemi. Tak perlu selalu panik dan ketakutan, tetapi juga waspada.
Sejarah Penyakit di Dunia
Bumi sebenarnya sudah tak asing dengan berbagai endemi, epidemi, dan pandemi.
Kita pernah terlibat dengan SARS tahun 2003, yang kala itu menyebar dari Guangdong. Juga virus Ebola di tahun 2014 dari Afrika Barat. Korbannya sempat banyak, tetapi dengan gercep, para pakar kesehatan dunia berhasil mengenali dan langsung mengisolasi agar tak sampai tersebar lebih lyas.
Kalau mau lebih menengok ke belakang lagi, kita juga sempat dilanda flu Spanyol di tahun 1918. Karena ilmu kedokteran belum secanggih sekarang, nyaris tak ada hal yang bisa dilakukan untuk melawannya. Akibatnya, korban jatuh sangat banyak, sampai 50 juta jiwa. Tahun 1919, wabah ini hilang dengan sendirinya lantaran masyarakat dunia telah mencapai herd immunity.
Lalu ada juga wabah flu burung, yang meskipun dinilai salah satu yang terganas, tapi penularannya kecil.
COVID-19 punya karakteristik yang berbeda dengan wabah yang sudah-sudah. Gejalanya yang terlalu biasa, membuat kita sama sekali tak waspada. Karena itu, setelah berjuang selama hampir 2 tahun, sekarang kita harus bersiap untuk hidup berdampingan dengan virus ini, selayaknya dengan virus influenza biasa. Kita harus beradaptasi, agar hidup kita tak harus berhenti. Harapannya tentu saja, ketika nantinya pandemi jadi endemi, tercapai herd immunity, dan pada akhirnya, virus ini pun terjinakkan dengan sempurna.
Apa yang Harus Kita Lakukan Ketika Pandemi Jadi Endemi?
Pandemi COVID-19 merupakan disrupsi terhadap berbagai aspek dan kebutuhan hidup kita. Mau tak mau, ya kita harus beradaptasi.
Pemerintah sudah menyiapkan banyak skenario. Beberapa di antaranya bahkan sudah mulai diterapkan sekarang. Misalnya seperti pemberlakuan screening melalui aplikasi Pedulilindungi ketika kita akan masuk ke fasilitas publik; mal, kafe, supermarket, dan sejenisnya.
Ke depannya, akan lebih banyak hal baru yang harus juga kita lakukan, dan harus mulai dijadikan kebiasaan. Lalu, apa yang harus kita siapkan?
1. Selalu taat prokes
Jangan pernah kendur! Disiplin protokol kesehatan setiap saat. Pakai masker, dan selalu sedia hand sanitizer. Kalau ada tempat cuci tangan, ya cuci tangan dengan rajin. Hindari kerumunan, kurangi berada di satu ruangan tertutup terlalu lama apalagi yang sirkulasi udaranya kurang baik.
Jadikan ini sebagai kebiasaan baru, yang harus kita lakukan setiap saat.
2. Pastikan asuransi kesehatan tetap aman
Asuransi menjadi salah satu keharusan untuk dimiliki. Yang paling penting adalah asuransi kesehatan. Jangan tunda lagi untuk dibeli ya.
Kamu bisa menjadi peserta BPJS Kesehatan, asuransi dari pemerintah yang manfaat perlindungannya paling lengkap, dengan iuran premi yang sangat terjangkau. Itu saja juga sudah cukup.
Tentunya, kamu juga bisa cek dengan kebutuhanmu sih. Kalau memang perlu tambahan perlindungan lagi, tak ada salahnya untuk mengambil polis asuransi kesehatan swasta juga.
3. Amankan dana darurat
Dana darurat juga jadi salah satu hal yang harus jadi perhatian, untuk mempersiapkan diri beradaptasi dalam pandemi jadi endemi.
Mengapa?
Karena masih akan banyak ketidakpastian ke depannya. Banyak prediksi yang optimis, tapi tak kurang yang bikin hati ketar-ketir. Salah satunya, diprediksi akan datang gelombang ketiga COVID-19. Memang seharusnya hal ini tak membuat kita jadi panik berlebihan, tetapi harus siap dan waspada.
Salah satu cara untuk siap dan waspada adalah dengan memastikan dana darurat kita aman, yang bisa jadi jaring penyelamat jikalau ada krisis datang kembali.
4. Ubah anggaran
Anggaran belanja sudah pasti berubah lagi. Untuk bersiap beradaptasi pandemi jadi endemi, pos kesehatan harus lebih diprioritaskan. Tambahkan vitamin, masker, hand sanitizer dalam daftar kebutuhan pokok.
Jangan lupa juga, tambahkan anggaran tes PCR dan tes lainnya, jika memang dibutuhkan.
5. Jaga solidaritas
Yang terakhir dan tak kalah penting, tetap jaga solidaritas bersama.
Ingat, masyarakat Indonesia itu juara banget kalau masalah membantu orang lain, ya kan? Pastinya, ke depannya, hal ini tetap harus dipertahankan. Karena, kalau bukan kita yang saling bantu, ya siapa lagi?
Yuk, bisa yuk! Mau pandemi jadi endemi, pemulihan ekonomi berjalan, hidup kembali jadi normal? Ya, mari kita bersiap sejak sekarang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resesi Ekonomi 2020 Datang, Apa yang Harus Kita Siapkan dan Lakukan?
Menkeu Indonesia, Ibu Sri Mulyani, sudah menyatakan bahwa Indonesia sudah berada di ambang resesi ekonomi.
Akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi negara kita memang melambat antara minus 2.9% hingga minus 1% pada kuartal III 2020. Sedangkan dalam keseluruhan tahun, kita sudah mengalami perlambatan pertumbuhan hingga minus 1,7% sampai minus 0,6%. World Bank, atau Bank Dunia, juga sudah memproyeksikan kondisi ini bahkan beberapa bulan yang lalu, dengan prediksi minus 2% hingga 1.6%. Ekonomi Indonesia diprediksi baru pulih di tahun 2021.
Lalu, apa pengaruhnya pada kita?
Yang pasti tetap tenang. Indonesia bukan satu-satunya negara yang telah mendeklarasikan diri menghadapi resesi. Sebelumnya ada Australia, Singapura, sampai Amerika Serikat telah lebih dulu mengumumkan diri mengalami resesi ekonomi.
Tidak panik, diperlukan. Sebenarnya masalah resesi ekonomi adalah masalah negara. Seharusnya kalau fondasi keuangan kita sudah mantap, kita tak perlu terlalu khawatir akan terkena dampak.
Tetapi kita harus tetap siap akan beberapa hal buruk yang bisa terjadi, atau malah sudah terjadi. Salah satu tanda terjadinya resesi ekonomi yang terbesar adalah adanya gelombang PHK yang besar yang kemudian mengakibatkan tingkat pengangguran meningkat, yang sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2020 lantaran pandemi COVID-19.
Ke depannya, tidak menutup kemungkinan akan adanya gelombang PHK yang lain, dan karenanya setiap orang (terutama yang berstatus karyawan) mau tidak mau harus bersiap.
Beberapa Hal untuk Menyiapkan Diri Menghadapi Resesi Ekonomi
1. Mengelola pengeluaran dengan lebih bijak
Banyak orang salah kaprah dengan memutuskan untuk setop belanja di kala resesi ekonomi terjadi. Well, nggak gitu cara mainnya.
Kita justru harus tetap belanja, agar ekonomi tetap berjalan. Bukan berarti harus berhenti membelanjakan uang, tetapi lebih bijak dalam mengeluarkan uang. Belanjalah seperlunya, sesuai dengan kebutuhan. Yang enggak penting, bisa ditunda dulu. Kalau bisa diganti dengan barang substitusi yang lebih murah, ya kenapa enggak, asalkan manfaatnya sama.
Belanjalah ke toko-toko kecil, warung di kanan-kiri lingkungan kita. Justru dari usaha-usaha kecil inilah, nanti ekonomi akan bertolak untuk bangkit lagi. Jadi, mari kita support keberadaan warung kecil dan pasar tradisional.
Mulai saja dari situ.
2. Hemat tagihan dan cek posisi utang
Hal lain yang bisa kamu lakukan adalah memangkas tagihan-tagihan. Misalnya tagihan air dan listrik. Sekalian kan, berhemat energi. Mulailah dari mematikan lampu yang nggak dipakai, juga jangan lupa untuk selalu mematikan keran setelah digunakan. Hal-hal seperti ini kamu pasti sudah hafal deh.
Begitu juga dengan langganan atau subscribing streaming dobel, misalnya. Sudah ada aplikasi streaming di handphone, TV kabel bisalah dikurangi channelnya. Langganan untuk wifi-nya saja. Pastikan hanya yang benar-benar kamu pakai saja yang dipertahankan, sehingga pengeluaranmu menjadi lebih efisien.
3. Amankan dana darurat
Ini sudah aturan basic banget when it comes to financial crisis, kapan pun dan apa pun bentuknya. So, jangan lagi anggap remeh keberadaan dana darurat.
Bahkan faktanya, so far yang bisa survive menghadapi masa-masa pandemi tanpa kesulitan yang berarti adalah mereka yang masih bisa mempertahankan pekerjaan dan mereka yang punya dana darurat yang kuat.
Sama halnya resesi ekonomi yang akan datang. Jika kamu belum memiliki dana darurat, tak pernah terlambat untuk mulai dari sekarang. Tak harus segera memenuhi nominal ideal, tetapi setidaknya mulai sisihkan uang di rekening khusus dana darurat.
4. Investasi? Lihat kemampuan!
Yang pasti, imbal pada umumnya instrumen investasi belum akan kembali seperti di akhir tahun 2019 yang cerah dengan segera. Memang pahit, tetapi inilah kenyataannya, dan kamu harus selalu siap dengan segala risiko ini.
Lalu bagaimana dengan investasi yang sudah kita lakukan? Yang sudah berinvestasi di saham, misalnya. Masih minus saja sejak awal tahun.
Nah, semua kembali lagi ke #TujuanLoApa. Kalau tujuan investasimu masih panjang–katakanlah 5 – 10 tahun lagi–kamu tak perlu khawatir berlebihan. Kalau amunisi masih, kamu bisa lanjut investasi. Ini justru kesempatan untuk bisa mendapatkan saham-saham berkualitas dengan harga diskon. Kapan lagi bisa beli saham semurah ini?
Tetapi, jika amunisi lebih dibutuhkan untuk menyambung hidup sehari-hari, kamu bisa hold. Mau mencairkan investasimu? Nggak masalah juga, sejauh memang itu sesuai dengan kebutuhanmu.
Pertimbangkan dengan saksama, jangan terburu-buru.
5. Paling penting: investasi pada diri sendiri
Jangan biarkan kondisi ini jadi penghalang untukmu terus maju mewujudkan mimpi-mimpi dan rencanamu.
Bekali diri dengan jaring pengaman yang cukup. Tak hanya dari sisi keuangan, tetapi juga dari sisi kualitas pribadi yagng juga harus terus diupgrade.
Tambah ilmu, tambah wawasan, kalau perlu seger update CV kamu, sesuaikan dengan kondisi yang ada.
Kamu harus dapat menjadikan dirimu sendiri sebagai aset paling tak ternilai, baik untuk kantor di mana kamu bekerja saat ini juga bagi diri kamu sendiri.
Pertahankan network, pastikan kamu tetap menjalin hubungan baik dengan siapa pun, karena network akan sangat berguna di saat-saat seperti ini.
Nah, salah satu hal yang bisa kamu lakukan untuk siap menghadapi resesi ekonomi adalah upgrade ilmu mengelola keuanganmu. Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Adaptasi Keuangan Demi Sehat Finansial Selama Pandemi COVID-19
Adaptasi. Adaptasi. Adaptasi.
Barangkali cuma ini yang bisa kita lakukan untuk bisa SURVIVE melalui pandemi Covid-19.
So let’s talk about this pandemic!
Sudah sekitar 6 bulan lamanya, kita semua merasakan hidup bersama Covid-19. Banyak sekali yang sudah terjadi. Mulai dari kehilangan teman dekat yang menjadi korban, tidak bisa keluar rumah dan beraktifitas normal hingga perubahan waktu dan tempat kerja, semuanya gara-gara Corona.
Kalau begitu, apa saja yang harus kita lakukan untuk bisa melakukan adaptasi keuangan selama pandemi Covid-19? Mari kita bahas dengan sebuah target yang tidak muluk-muluk: kita harus SURVIVE. Secara jiwa raga bisa sehat terus. Secara finansial, tidak bangkrut! Mari sehat finansial.
Adaptasi karena perubahan
Kenapa perlu adaptasi?
Adaptasi ini perlu kita lakukan karena memang ada perubahan besar yang terjadi pada hidup kita selama pandemi. Suka atau tidak suka. Setuju atau tidak setuju. Kenyataannya, memang hidup jadi berubah.
Bagan berikut adalah bagan yang kami sadur dari Mas Yuswohady dan tim Inventure Knowledge. Ada 4 major shift atau 4 perubahan besar perilaku pembeli selama pandemi Covid-19.
4 perubahan besar itu adalah:
1. Di rumah saja
Cara paling baik untuk menghindari kemungkinan terpapar virus adalah dengan #dirumahaja. Artinya orang tua yang bekerja memindahkan kerja di rumah. Anak-anak pun bersekolah di rumah. Bekerja, belajar dan beribadah di rumah.
Walaupun banyak sekali orang yang tidak bisa melaksanakan semua kegiatannya di rumah saja, tetapi banyak pusat keramaian yang diharuskan tutup. Dengan begitu, cara hidup kita berubah maka kita pun akan memerlukan barang dan jasa yang berbeda karena harus melakukan segala sesuatunya di rumah.
2. Prioritas pada kesehatan dan keselamatan
Virus Corona ini membuat manusia merasa sangat vulnerable. Oleh karena itu, untuk bisa survive, kebutuhan manusia akan kesehatan dan keselamatan melompat sangat tinggi. Prioritas hidup pun jadi berubah. Kita bisa melihat betapa permintaan akan bahan makanan dan alat kesehatan mendapat perhatian khusus sejak awal pandemi.
3. Go digital
Ada yang membedakan pandemi flu 100 tahun lalu dengan pandemi kali ini. Kali ini, walaupun harus lebih banyak di rumah, kita tidak terputus dari dunia luar. Internet menyambungkan hidup kita. Semua perubahan cara hidup ini ternyata mendorong adopsi digital di segala bidang, mulai dari alat pembayaran, proses pembelian barang dan jasa, hingga berkomunikasi.
Nenek ikut kelas yoga hingga anak kecil belanja game, semuanya bisa dilakukan secara digital.
4. Empathic society
Namanya adaptasi, ada yang bisa dengan mudah pindah haluan, ada yang secara sistem terkunci dan tidak sanggup berubah. Masalahnya kita tidak mungkin survive sendirian. Kita perlu survive bersama-sama.
Oleh karena itu, perubahan besar juga muncul dalam bentuk gerakan sosial. Saling jaga dan tolong menolong selama pandem ini begitu penting. Ada orang-orang yang sulit beradaptasi dan mereka semua membutuhkan bantuan.
Setelah kita memahami dan menerima kenyataan akan adanya empat perubahan besar tersebut di atas, barulah kita bisa mengerti kenapa adaptasi menjadi sangat penting. Inga, bahwa kata kunci 2020 adalah SURVIVE – dan untuk bisa survive kita butuh menerima kenyataan dan menyesuaikan diri, segera!
Adaptasi keuangan bisnis
“Protect your source of income!”
Lindungi sumber penghasilanmu!
Ini adalah nasihat yang jarang saya dengar jika bicara soal kelola keuangan pribadi. Bagaimana pun juga, saat pandemi ini berlangsung lama, ekonomi negeri terancam resesi, dari sisi keuangan pribadi yang penting adalah tetap punya penghasilan.
Penghasilan ini berasal dari gaji baik saat kerja sebagai karyawan maupun sebagai pemilik bisnis. Maka, adaptasi keuangan bisnis perlu kita perhatikan dengan baik. Sebagai karyawan maupun pemilik bisnis, coba analisis seperti apa kondisi pasar tempat perusahaanmu beroperasi. Bagaimana 4 perubahan perilaku pembeli di atas, memengaruhi penjualan di perusahaanmu.
Misalnya, jika kamu bekerja di restoran atau memiliki restoran.
Sebanyak apa efek perubahan perilaku #dirumahaja memengaruhi bisnismu?
Apakah omzet usaha ini masih stabil atau turun drastis?
Bagaimana perhatian soal kesehatan dan keselamatan saat bekerja?
Apakah ada konversi digital yang bisa atau sudah dilakukan untuk memastikan kelangsungan bisnis?
Bagaimana menggunakan empati agar tetap bisa membawa usaha ini relevan selama pandemi?
Hal-hal di atas bisa menjadi bahas diskusi internal.
Ini sedang pandemi. Jangan batasi diskusi hanya untuk para pengambil keputusan. Saat kamu seorang staff pun, perhatian dan kontribusi pada perusahaan tempat kamu bekerja sekarang menjadi sangat krusial. Ide untuk menumbuhkan omzet bisa datang dari mana saja.
Adaptasi keuangan bisnis – agar bisa bertahan, akan membawa para pemimpin bisnis pada keputusan-keputusan berat. Kita akan melihat lebih banyak kebijakan pengurangan penghasilan, pemutusan hubungan kerja, penutupan cabang hingga keputusan terberat menutup bisnis untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Apapun adaptasi keuangan bisnis yang harus terjadi, kita perlu menyiapkan diri.
Sehat finansial menjadi penting untuk setiap bisnis – agar bisa beradaptasi dan mempertahankan diri melewati badai pandemi Covid-19. Bisnis ini bagai kapal besar dan kita karyawan serta pemiliknya, ada di dalam kapal itu. Kita perlu bahu membahu memastikan kapal ini tidak karam.
Adaptasi keuangan pribadi
Selama masih ada penghasilan rutin, hidupmu akan baik-baik saja.
Tapi sampai kapan? Ini yang jadi masalah.
Pandemi ini memiliki teman dekat bernama uncertainty! Saat uncertainty sangat tinggi, bisnis tidak bisa menyusun rencana bisnis jangka panjang, kemungkinan terburuk kehilangan penghasilan akan selalu ada.
Adaptasi keuangan pribadi bisa kita bagi menjadi 3 langkah besar:
1. Mengatur cash flow
Perhatikan 4 perubahan perilaku di atas. Dengan cara hidup dan gaya hidup yang berubah, otomatis cara kita membelanjakan uang juga berubah. Kalau tadinya ayah ibu bekerja, anak bersekolah di luar rumah, sekarang semua ada di rumah. Akan ada peningkatan biaya rumah tangga seperti bahan makanan, listrik dan kuota internet.
Belanja lifestyle yang harusnya hilang pun pindah pos menjadi furnitur baru agar nyaman bekerja dan bersekolah di rumah. Adaptasi keuangan pertama yang harus kita lakukan adalah menghitung kembali arus kas supaya tidak besar pasak dari tiang.
2. Memiliki dana darurat
Punya penghasilan tetap, bekerja di perusahaan besar bukan jaminan pekerjaan kita akan tetap aman. Pandemi ini tidak pandang bulu. Bisnis kecil hingga perusahaan multinasional bisa terancam keuangannya – kalau tidak sekarang mungkin dalam 1-2 tahun ke depan.
Jadi, ayo timbun dana daruratmu. Tidak perlu takut bertarget besar, mulai dari kecil-kecil dulu. Dana darurat ini yang akan menjamin hidup kita akan baik-baik saja jika penghasilan terganggu. Berlaku untuk semua orang apapun pekerjaannya, seperti apapun latar belakang sosio-ekonominya.
3. Menjadi jaring sosial
Tentu saja tidak semua orang sanggup beradaptasi dengan cepat. Akan ada orang-orang yang cash flow-nya sudah mepet sekali. Akan ada orang-orang yang kehilangan pekerjaan. Akan ada orang-orang yang dana daruratnya ada – tapi 3 bulan lalu, sekarang sudah habis.
Maka selanjutnya, adaptasi keuangan pribadi kita yang masih kuat adalah dengan menjadi jaring sosial tambahan. Jadilah orang yang siap duluan dengan cash flow positif, punya dana darurat beberapa bulan ke depan, dan siap mengulurkan bantuan.
Menjadi jaring sosial ini artinya kita menyiapkan anggaran khusus untuk pengeluaran sosial yang bersifat tolong menolong. Menjadi jaring sosial ini artinya kita juga menyiapkan anggaran khusus untuk pengeluaran rutin dan lifestyle yang bisa dipakai membeli dagangan teman sendiri.
Sehat finansial menjadi penting untuk setiap individu. Tapi kita tidak bisa sehat sendirian.
Jalan masih panjang.
Tidak ada yang bisa meramalkan kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir.
Tapi ada caranya supaya kita bisa survive tidak sendirian.
Jadilah orang itu. Jadilah mereka yang menyiapkan diri menjadi bagian yang kuat agar bisa kuat untuk orang lain – lebih lama.
Mari sehat finansial, bersama.
5 Kebijakan Perusahaan yang Perlu Dimiliki Terkait Kembalinya Karyawan ke Kantor
Indonesia sudah mulai memasuki masa new normal. Namun, kita harus paham bahwa hal ini bukan karena virus corona sudah dapat dikendalikan, tetapi lebih demi alasan ekonomis. Karena itu, perlu adanya beberapa penyesuaian kebijakan perusahaan terkait kembalinya para karyawan ke kantor.
Tentu saja kita enggak mau kan, karyawan kembali bekerja dengan perasaan waswas terekspos pada COVID-19? Kebayang deh, jika karyawan tak merasa aman dan nyaman dalam bekerja, mereka pasti nggak akan bisa produktif.
Jadi, apa saja yang harus diperhatikan oleh perusahaan terkait pemberlakuan the new normal ini?
5 Kebijakan Perusahaan yang Perlu Diambil di Masa New Normal
1. Berikan jaminan keamanan dengan melengkapi sarana sesuai protokol kesehatan
Ada beberapa hal terkait protokol kesehatan yang harus dipatuhi baik oleh pekerja maupun pemberi kerja selama masa new normal ini. Simak dalam infografis yang diambil dari situs Kompas.com ini ya.
Nah, merujuk pada beberapa protokol kesehatan di atas, beberapa kebijakan perusahaan pun harus diambil agar sesuai. Di antaranya:
- Mengatur jarak antarmeja kerja karyawan, agar satu sama lain tetap bisa menjaga jarak setidaknya 1 meter.
- Penyediaan alat-alat kebersihan dan kesehatan yang lengkap di kantor, mulai dari menyediakan masker kain, face shield, hand sanitizer, hand soap, tirai mika, thermogun, dan lain-lain.
- Pastikan area kerja dibersihkan secara menyeluruh dan rutin setiap pagi dan sore.
Penyediaan alat dan penyesuaian area kerja agar sesuai dengan protokol kesehatan ini tentunya enggak mudah dan butuh waktu. So, koordinasikan dengan tim terkait agar segera bisa direalisasikan ya.
Adalah penting untuk memberikan jaminan keamanan dan kesehatan untuk para karyawan ketika mereka sudah kembali beraktivitas di kantor, agar kinerjanya tetap terjaga dan produktif, tanpa perasaan waswas.
2. Beri keleluasaan untuk work from home, terutama jika karyawan merasa kurang enak badan
Tubuh yang kurang fit akan dengan mudah terpapar oleh virus. Tak hanya tak aman untuk diri sendiri, hal ini juga untuk melindungi karyawan yang lain, agar tak tertular apalagi jika penyebab tak enak badan ini adalah virus (jenis apa pun).
Karena itu, berikan kelonggaran bagi karyawan yang merasa badan kurang fit untuk bekerja dari rumah. Buat SOP yang resmi dan jelas mengenai kebijakan perusahaan yang satu ini, agar dapat dipahami oleh semua karyawan.
3. Berikan benefit tambahan
Adalah penting bagi karyawan dan siapa pun yang berada di kantor untuk menjaga kesehatannya masing-masing. Maka, pastikan mereka memiliki gaya hidup bersih dan sehat–terutama selama para karyawan ini berada di kantor.
Beberapa benefit bisa ditambahkan–selain benefit yang sudah ada sebelumnya, seperti tunjangan kesehatan dan penggantian obat–dalam kebijakan perusahaan. Misalnya saja, penyediaan vitamin secara gratis untuk seluruh karyawan. Atau penyediaan buah-buahan di hari-hari tertentu.
Atau, usahakan katering kolektif, yang vendornya diseleksi dengan ketat. Pastikan menu-menu yang disiapkan sesuai dengan syarat gizi dan nutrisi yang dianjurkan. Kalau ada karyawan yang punya usaha sampingan berupa katering, nah, lumayan juga tuh. Sekalian mendukung bisnisnya kan? Nggak ada salahnya juga kok.
Di hari-hari tertentu di setiap minggu atau bulan, adakan olahraga bareng, tentunya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Misalnya, yoga bareng, atau senam di halaman kantor dengan mendatangkan instruktur khusus. Hmmm, bisa dijadikan sebagai agenda tetap yang seru, ya kan?
4. Kurangi acara/event offline
Terutama sih yang menuntut banyak kontak fisik. Jika sebelumnya sudah sering meeting online, maka ada baiknya kebijakan perusahaan disesuaikan agar kebiasaan ini diteruskan saja, alih-alih mengadakan meeting offline dalam ruangan tertutup.
Begitu juga dengan training-training yang diadakan untuk meningkatkan kompetensi karyawan. Jika sebelumnya diadakan secara offline, sekarang juga bisa diadakan secara online.
Salah satunya training keuangan. QM Financial bisa banget lo, diminta untuk memberikan edukasi literasi keuangan untuk karyawan melalui online training. Kami punya fasilitasnya dan tentu saja materi yang sangat applicable, terutama dalam rangka mengelola keuangan pribadi di masa new normal yang serbaberubah seperti ini. Jika tertarik, sila langsung kirim pesan WhatsApp ke 0811 1500 688 ya.
5. Kurangi jam kerja/shift
Sebisa mungkin kebijakan perusahaan harus disesuaikan juga terkait panjangnya jam kerja. Mungkin bisa tetap nine to five, seperti sebelumnya, hanya saja harus meniadakan lembur.
Efektifkan waktu kerja siang untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga ketika waktunya pulang, karyawan dapat beristirahat dengan cukup tanpa terbebani oleh pekerjaan yang tertunda.
Jika memang harus ada shift, pastikan karyawan yang bekerja harus yang berusia kurang dari 50 tahun, sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. Masukkan hal ini dalam SOP, sehingga setiap karyawan paham betul mengenai kebijakan perusahaan yang satu ini.
Nah, semoga kita semua selalu diberik kesehatan ya, sehingga bisa bekerja dengan baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Obligasi Ritel ORI017 Sudah Ditawarkan: Ini Alasan Mengapa Kamu Harus Investasi
Di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang masih berlangsung dengan jumlah kasus positif yang semakin banyak, pemerintah menawarkan ORI017–salah satu jenis obligasi ritel untuk dibeli oleh masyarakat.
Dibuka hari Senin tanggal 15 Juni 2020 lalu, penawaran ORI017 berlangsung sampai dengan 9 Juli 2020 mendatang.
Gimana, kamu tertarik untuk ikut berinvestasi di obligasi ritel keluaran pemerintah ini? Atau, pengin tahu dulu, apa saja keuntungan yang bisa didapatkan? Boleh bangetlah kalau memang mau cari-cari info dulu.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbanganmu dan jadi alasan mengapa kamu sebaiknya ikut berinvestasi di ORI017 ini.
5 Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Ikut Investasi di Obligasi Ritel ORI017 Ini
1. Akan dipergunakan untuk penanganan pandemi COVID-19
Mungkin kamu sudah tahu, bahwa setiap kali negara menawarkan surat utang, baik obligasi ritel maupun saving bond, selalu dibuka pula dananya bakal digunakan untuk apa. Dari mulai digunakan untuk pembangunan infrastruktur hingga mengembangkan sarana dan prasarana untuk kepentingan kita sendiri juga.
Nah, untuk kali ini, ORI017 ditawarkan pada masyarakat, dengan dana nantinya akan digunakan untuk pembiayaan penanganan COVID-19 yang sudah makan banyak korban.
So, kalau kamu pengin ikut ambil bagian untuk mengatasi COVID-19 dan juga dampak-dampaknya yang sudah sangat meluas, nah, sekarang kesempatanmu.
2. Investasi aman
Siapa yang enggak percaya dengan pemerintah negaranya sendiri? Semoga sih, kamu masih percaya akan kemampuan dan niat baik pemerintah kita untuk memulihkan ekonomi yang terpuruk belakangan, dengan peluncuran obligasi ritel ini.
ORI017 merupakan instrumen investasi yang sangat aman, meski ya tetap saja ada risikonya.
Risiko terbesar yang mungkin terjadi adalah munculnya capital loss ketika kamu menjual ORI017 dengan harga yang lebih rendah ketimbang saat membelinya. Hal ini bisa terjadi jika kamu memperdagangkan ORI017 di pasar sekunder.
Ini memang merupakan salah satu pembeda terbesar antara obligasi ritel dengan saving bond ritel. Satunya bisa diperdagangkan di pasar sekunder, sedangkan yang lainnya enggak. Kapan-kapan kita bahas khusus mengenai perbedaan antara keduanya ya, biar kamu semakin paham kalau pengin fokus berinvestasi di instrumen milik pemerintah ini.
Nah, meski ada risikonya, tetapi terbilang sangat kecil–bahkan lebih kecil ketimbang reksa dana pasar uang, karena adanya jaminan dari pemerintah.
3. Sangat terjangkau
Untuk bisa berpartisipasi di penawaran obligasi ritel pemerintah ini, kamu bisa mulai dari Rp1 juta saja, dan maksimalnya sampai Rp3 miliar.
Cukup terjangkau kan?
Cek dengan tujuan keuanganmu ya, karena ORI punya jatuh tempo selama 3 tahun, berbeda dengan SBR yang “hanya” 2 tahun. Selain itu, obligasi punya holding period, ketika investor tidak boleh memindahbukukan ORI sebelum batas waktu tertentu. Sehingga meski bisa ditransaksikan di pasar sekunder, kamu enggak bisa cepat-cepat menjualnya.
4. Dapat diperdagangkan
Nah, ini sudah beberapa kali disebutkan di atas, bahwa obligasi ritel bisa diperdagangkan di pasar sekunder, tentunya setelah beberapa waktu kemudian ya. Sesuai dengan holding period-nya. Untuk ORI017 ini, masa holding period-nya adalah 2 kali jatuh tempo pembayaran kupon yang diterimakan setiap tanggal 15.
Jika kamu bisa menjual ORI017 yang kamu miliki dengan harga yang lebih tinggi, maka kamu akan bisa mendapatkan capital gain.
Meski demikian, kamu harus paham betul akan kondisi pasar jika berminat untuk menjual ORI017 di pasar sekunder, karena harganya akan mengikuti harga pasar. Apalagi jika kamu sebenarnya niat berinvestasi di obligasi ritel demi mendapatkan kupon rutinnya setiap bulan selama 3 tahun. Begitu ORI017 ini kamu jual, kamu tidak akan bisa mendapatkan kuponnya lagi loh.
Jadi, ada banyak pertimbangan untuk dipikirkan sebelum kamu memutuskan untuk menjualnya, dan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
5. Mudah
Untuk bisa ikut partisipasi dalam investasi obligasi ritel pemerintah ini caranya gampang banget kok. Kamu tinggal hubungi saja mitra distribusi yang sudah ditunjuk oleh pemerintah.
Nah, kamu bisa melihat siapa saja mitra distribusi yang sudah ditunjuk pemerintah ini di website milik Kementrian Keuangan RI ini. Di situ juga sudah ada penjelasan lengkap mengenai prosedur pembelian. Kamu enggak perlu khawatir kesulitan, karena memang gampang banget.
So, sudah mulai paham tentang cara kerja obligasi ritel khususnya ORI017 ini kan? Sudah siap untuk ikut menyumbang negara dalam penanganan dampak COVID-19?
Good luck ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Atur Penghasilan Freelancer Selama Krisis Pandemi COVID-19
Sejumlah proyek batal mengakibatkan penghasilan freelancer terkena imbas selama pandemi COVID-19. Para pekerja lepas rugi puluhan hingga ratusan juta karenanya.
Survei yang pernah dilakukan di Inggris juga memberikan fakta, sebanyak 46% pekerja lepas di negaranya Prince William itu sudah kehilangan pekerjaan selama krisis ini berlangsung sejak awal tahun. Dalam survei ini, 83% responden adalah pekerja film, televisi, live tour, teater, dan galeri seni.
Dengan diprediksinya pelarangan untuk berkumpul dalam event pertunjukan dan seni sampai batas waktu yang belum pasti ini, tak bisa dibayangkan juga seberapa panjang harus bertahan hidup tanpa penghasilan freelancer mereka.
Bagaimana di Indonesia? Sepertinya tak jauh berbeda. Pemerintah memang sudah menyiapkan beberapa jaring pengaman sosial agar masyarakat bisa terbantu. Tetapi, sejauh ini, bantuan baru menyasar pada mereka yang bekerja di sektor informal dan para buruh yang terkena PHK. Para pekerja lepas, yang bahkan sering harus bekerja tanpa kontrak, masih belum termasuk dalam daftar penerima bantuan sosial.
Jadi, harus bagaimana?
Ya, tak bisa tidak, harus bertahan, bantu diri sendiri dengan penghasilan freelancer yang ada sekarang. Setidaknya, kita harus bertahan sampai kondisi dinyatakan aman bagi kita untuk kembali berkarya–meski belum jelas juga kapan.
5 Hal Mengatur Keuangan dan Penghasilan Freelancer Selama Pandemi COVID-19
1. Tetap tenang
Mari kita join no panic panic club. Susah memang, tapi mulailah dengan tenang. Kalau kita tenang menghadapi situasi, maka kita bisa mencari solusi yang paling tepat.
Tidak panik juga akan menghindarkan kita dari hal-hal impulsif, yang bisa jadi akan kita sesali kemudian.
So, penghasilan freelancer memang menurun, tetapi jangan panik dulu. Mari kita hadapi, dan cari solusinya.
2. Evaluasi pemasukan
Pada dasarnya, penghasilan freelancer memang merupakan pendapatan tidak tetap. Setiap bulannya bisa berbeda nominalnya, tergantung proyek yang dikerjakan. Kadang, bahkan bisa jadi enggak ada pemasukan sama sekali dalam sebulan, sedangkan di waktu lain, pemasukan bak air bah membanjiri rekening.
Kamu pasti sudah paham, bahwa kalau penghasilannya tidak tetap, maka yang harus dibikin tetap adalah pengeluarannya.
Jadi, mari evaluasi penghasilan freelancer selama pandemi yang masuk ke rekeningmu. Apakah benar-benar sudah hilang alias zero income? Ataukah, ada sih pemasukan, meski sedikit? Cek, jika masih ada pemasukan, bagaimana posisinya terhadap pengeluaran bulanan rutinmu. Apakah masih bisa meng-cover? Jika tidak, seberapa besar yang tidak ter-cover?
Setelah itu, mari kita buat budgeting baru dengan menyesuaikan kondisi yang berubah ini. Apa saja yang perlu diperhatikan? Yuk, lihat poin berikutnya.
3. Menyesuaikan diri the ‘the new normal’
Kebiasaan hidup sudah berubah. So, kita harus segera bisa menyesuaikan diri. Karena penghasilan freelancer kamu berubah, maka ayo segera sesuaikan pengeluarannya juga.
Mulai dari menurunkan standar hidup. Carilah barang-barang substitusi. Yang biasanya pakai produk impor, coba cari merek lokal. Biasa pakai produk-produk merek super, sekarang gantilah dengan merek second grade.
FYI yah, kalau kamu belanja di minimarket, supermarket, atau hipermarket, kadang mereka punya beberapa produk private label. Produk-produk ini harganya bisa sampai 30% lebih rendah ketimbang produk-produk store brand lo.
Beberapa pos pengeluaran lain juga mungkin akan terhapus atau dikurangi, bisa juga ditunda. Cek lagi catatan pengeluaranmu bulan-bulan sebelumnya, dan lakukan penghematan di sana-sini. Prinsipnya: sebanyak mungkin uang bisa dialokasikan ke kebutuhan utama atau pokok, yaitu makanan dan kesehatan.
4. Kelola klien dan cari klien baru
Tetaplah menjalin kontak dengan klien kamu yang sekarang masih ada. Bisa jadi mereka memotong fee atau menunda pencairan invoice, sehingga penghasilan freelancer juga menurun. Tetapi, kita harus maklum juga dengan kondisi mereka. Prinsipnya: Pertahankan sebisa mungkin klien yang ada.
Alih-alih, berikanlah penyesuaian harga atau diskon pada klien. Beri mereka ide-ide segar, agar bisnis mereka bisa bertahan. Ingat, bisnis mereka survive, kamu pun akan survive juga lo. Jadi, sejenak lupakan orientasi cuan semata, tapi mari saling bantu untuk bisa bertahan.
Cobalah untuk mencari klien baru, karena meski semua sektor dan bisnis terpengaruh, tapi ada juga yang malah moncer perkembangan bisnisnya. Kamu bisa menyesuaikan jenis servis jasa atau produk yang kamu jual dengan kebutuhan (calon) klien. Misalnya, kamu terbiasa bekerja untuk urusan branding produk, sekarang coba tawarkan jasa untuk mengelola akun media sosial mereka juga.
Uliklah apa yang kamu bisa berikan, meski mungkin itu di luar area jasamu sekarang.
5. Cari alternatif sumber pemasukan lain
Sebenarnya kondisi paceklik seperti ini adalah kondisi yang harus siap dihadapi oleh freelancer mana pun, bahkan sejak sebelum pandemi terjadi. So, meski skalanya berbeda, tetapi mereka biasanya lebih siap mental untuk menghadapi kondisi dengan penghasilan freelancer menurun (bahkan hilang) seperti ini.
Yuk, coba cari alternatif sumber pemasukan lain selama masa krisis ini berlangsung. Siapa tahu, kalau berhasil, malah bisa jadi penghasilan sampingan dari profesi pekerja lepasmu kan?
Yang pasti, persiapkan dana daruratmu! Dana darurat seorang freelancer idealnya adalah sebesar 12 kali pengeluaran bulanan. Dan sekaranglah saatnya kamu bisa memanfaatkan dana darurat yang besar itu. Setidaknya kamu bisa bertahan hidup sampai 12 bulan ke depan, sembari kamu bisa mencari alternatif lain.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Prioritas Pengeluaran Rutin yang Harus Tetap Dilakukan Selama Pandemi COVID-19
Selama masa pandemi COVID-19, sebagian dari kita harus menerima penghasilan yang lebih sedikit dari sebelumnya. Hal ini pastinya memaksa kita untuk putar otak, agar setiap kebutuhan tetap terpenuhi dengan baik. Selain dipakai untuk belanja kebutuhan hidup, uang tersebut juga harus cukup dipakai untuk memenuhi setiap pengeluaran rutin per bulannya.
Ya, sebagai manusia kita memang selalu “dipepet” oleh kondisi sih. Mau enggak mau, harus selalu siap untuk setiap situasi yang mendadak datang. Siapa sih yang mau merencanakan untuk mengalami kesulitan keuangan? Nggak ada, pastinya. Semua orang juga pengin kondisi baik-baik saja, semua lancar-lancar saja.
Tapi yah, kita memang lagi diuji, jadi mari kita segera cari solusi saja, ketimbang kelamaan menekuri nasib.
Jadi begitulah, ada beberapa pengeluaran rutin yang enggak boleh dilupakan, meski sekarang lagi krisis. Sebisa mungkin kelima hal ini tetap harus dijadikan prioritas keuangan, supaya hidup menjadi lebih nyaman dan mudah.
5 Pengeluaran Rutin yang Harus Jadi Prioritas
1. Tagihan rutin rumah tangga
Seperti apa, misalnya? Listrik. Beberapa hari belakangan, banyak orang yang mengeluh tagihan listrik mereka tiba-tiba melonjak naik. Terlepas dari kehebohan ini, tetap saja, listrik ya harus dibayar.
Ya masa kita mau pakai obor buat penerangan?
Boleh saja kalau mau mengajukan komplain atau protes, kalau membawa hasil kan ya lumayan. Naiknya enggak kira-kira, katanya. Tapi, kan teteup … harus dibayar!
Coba deh, sekarang–selain mengajukan komplain–dari kita sendiri juga berusaha untuk menghemat listrik. Semoga bisa mengurangi tagihannya bulan depan.
Yang kedua, air. Buat kamu yang memakai layanan PDAM, karena enggak mungkin juga kamu #dirumahaja tanpa air. Kalau yang di rumah pakai sumur, ya berarti bebas dari pengeluaran rutin satu ini. Selamat!
Yang ketiga, internet, baik untuk Wifi ataupun kuota smartphone. Ini juga jadi pengeluaran rutin yang harus diprioritaskan. Apalagi semua-semua sekarang dikerjakan dari rumah, mulai dari kerja, sekolah, sampai kongko juga online kan?
2. Cicilan pinjaman online
Kalau kamu ada pinjaman online, maka ini juga harus menjadi prioritas utama pengeluaran rutin setiap bulannya, enggak peduli sekarang lagi masa pandemi atau bukan.
Mengapa harus diprioritaskan? Untuk menghindari bunga berbunga yang bisa menggulung-gulung keuanganmu bak tsunami yang datang tanpa peringatan.
Jangan sampai, pengurangan pemasukan saat pandemi masih diperburuk lagi dengan gulungan ombak bunga utang pinjol ini ya.
3. Cicilan kartu kredit
Syahdan, di awal pandemi kita terserang panic buying. Karena belom ada gaji, maka kita pun belanja dengan menggunakan kartu kredit. Ouch! Kalau ini terjadi sama kamu, that means utang satu ini harus pula menjadi prioritas pengeluaran rutin setiap bulannya.
Kalau memang kamu ada uang lebih, mendingan lunasi saja langsung. Jika enggak, ya prioritaskan dalam daftar pengeluaran rutin kamu.
Jangan sampai kita kena segala macam biaya yang enggak perlu, mulai dari denda telat pembayaran, denda pembayaran di bawah minimum, biaya over limit, masih plus bunganya. Ini benar-benar pengeluaran yang harus dihilangkan dari catatan keuangan selama masa pandemi ini.
4. Cicilan leasing
Kamu ada kendaraan yang baru saja dibeli melalui utang leasing? Kalau iya, tempatkan juga pembayaran cicilannya sebagai prioritas pengeluaran rutin bulananmu.
Kabar baiknya, kamu bisa meminta relaksasi kredit leasing selama masa pandemi virus corona ini. Yes, kamu yang harus mengajukan permohonan keringanan kredit ini ya, karena keringanan ini enggak datang begitu saja.
So, coba hubungi kantor leasing tempat kamu mengambil kredit dan tanyakan prosedur untuk mengajukan permohonan keringanan kredit. Keringanannya juga bukan berarti kamu bebas tidak membayar cicilan, tetapi berupa keringanan bunga, perpanjangan waktu, hingga pengurangan jumlah cicilan pokok. Semua tergantung pada kebijakan masing-masing leasing.
Semoga bisa sedikit membantu keuanganmu yang lagi krisis sekarang.
5. Cicilan bank
Misalnya seperti KTA atau cicilan KPR, atau jenis cicilan pinjaman lain yang kamu lakukan melalui bank, harus jadi prioritas dalam daftar pengeluaran rutin setiap bulannya.
Di sini juga ada kabar baik nih. Seperti juga pada leasing, pemerintah juga memberikan stimulus berupa keringanan kredit bank selama masa pandemi virus corona. Tentu saja, ada kriteria dan syarat yang harus kamu penuhi terlebih dahulu. Hubungi bank tempat kamu mengambil kredit ya, dan tanyakan prosedurnya.
Nah, itu dia 5 pengeluaran rutin yang harus menjadi prioritas selama masa pandemi berlangsung.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Keuangan Perempuan di Masa Krisis Pandemi COVID-19
Selamat Hari Kartini! Lagi-lagi, tahun ini kita harus memperingati satu tanggal penting dalam suasana yang berbeda lagi, karena adanya pandemi COVID-19. Tahukah kamu, bahwa ternyata ada penelitian yang menyatakan, bahwa pandemi kali ini mempunya dampak yang berbeda pada dua jenis gender, utamanya pada keuangan perempuan dan laki-laki?
Adalah Michelle Tertilt, seorang ahli ekonomi Jerman, yang bersama koleganya melakukan penelitian terhadap dampak pandemi COVID-19 yang terjadi di Amerika Serikat. Seperti yang dilansir melalui situs BBC, ada beberapa hal penting yang patut digarisbawahi, terkait pengaruh pandemi terhadap keuangan perempuan selama terjadi wabah penyakit ini, yaitu:
- Terjadi kenaikan jumlah pengangguran akibat lockdown; sebanyak 1.4 juta orang di AS kehilangan pekerjaan saat ini. Persentase pertambahan pengangguran berjenis kelamin perempuan sebesar 0.9%, sedangkan laki-laki sebesar 0.7%.
- Setelah ada kebijakan work from home, hanya 22% dari pekerja perempuan yang bisa membawa pekerjaan mereka ke rumah, sedangkan ada 28% pekerja pria dapat menyelesaikan tugas dari rumah.
- Lebih banyak perempuan yang bekerja di sektor yang terkena imbas langsung oleh pandemi COVID-19, mulai dari usaha traveling dan pariwisata, restoran, hotel, hingga industri ritel (seperti bekerja di hypermarket atau mal).
- Kesenjangan upah ternyata benar-benar terjadi, seperti di AS, perempuan bergaji 85% lebih rendah ketimbang pekerja pria. Di Australia, pekerja perempuan hanya digaji 86% dari besaran gaji pekerja pria untuk tugas dan wewenang yang setara, sedangkan di India hanya 75%-nya.
- Lebih banyak perempuan yang menjadi orang tua tunggal. Di Amerika Serikat, dari 20 juta orang tua tunggal ternyata 3/4-nya adalah perempuan, dan mereka adalah orang-orang yang sangat terimbas oleh adanya pandemi COVID-19 ini.
Well, hang in there, ladies! Memang masa-masanya sedang sangat sulit sekarang ini ya. Dan sebagai perempuan, kita harus tetap mandiri dalam situasi apa pun.
Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk mengatur keuangan perempuan di saat-saat seperti ini?
5 Hal untuk Mengatur Keuangan Perempuan Agar Tetap Berdaya dan Mandiri Selama Masa Pandemi COVID-19
1. Cek penghasilan
Skema keuangan perempuan berubah. Penghasilan kita berubah, karena itu mari kita cek lagi, seberapa besarkah penurunan penghasilan kita selama beberapa bulan terakhir ini?
Ke depannya–mungkin hingga akhir tahun 2020–jangan terlalu berharap bahwa kondisi akan dengan segera pulih seperti sedia kala. Hanya butuh waktu sesingkat ini untuk meruntuhkan perekonomian, tetapi butuh waktu cukup lama untuk bisa pulih kembali. Tapi ini bukannya lantas enggak mungkin ya? Pasti suatu hari nanti, semua akan membaik.
But you have to prepare–bersiap kalau harus melewati masa-masa sulit sedikit lebih lama. So, yuk, cek penghasilanmu, cek juga dana daruratmu. Lakukan financial check up secara menyeluruh.
2. Utamakan cicilan
Saat ini yang paling penting dalam pengaturan keuangan perempuan dalam masa pandemi seperti ini adalah menyelamatkan cicilan utang. Ini adalah salah satu pos keuangan perempuan yang enggak boleh diutak-atik, termasuk saat pandemi seperti sekarang.
Harus tetap dibayar.
Jadi, alokasikan penghasilan pada pos ini. Sebisa mungkin jangan diubah. Ajukan keringanan kredit jika memungkinkan, sesuaikan dengan kebijakan si pemberi kredit. Mungkin kamu bisa meminta tenor yang lebih panjang, atau penghapusan bunga. Diskusikan dengan si pemberi pinjaman ya.
3. Lebih fleksibel pada anggaran
Di saat-saat sulit seperti ini, kamu boleh mengubah alokasi pengeluaranmu.
Misalnya saja, di situasi normal, kamu mewajibkan diri untuk bisa menyisihkan dana investasi sebesar 10% dari penghasilan. Nah, di situasi darurat seperti ini, kamu boleh menyesuaikannya. Kurangi jika perlu, atau hold dulu jika memang dibutuhkan.
Begitu juga dengan pos yang lain, misalnya lifestyle. Kamu enggak butuh untuk hangout di coffee shop atau ke mal dulu kan? Dananya bisa kamu alokasikan ke dana darurat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Begitu juga dengan uang transportasi, bisa kamu alihkan ke kuota internet, karena kamu akan butuh lebih banyak sekarang.
Begitu juga untuk menjalani bulan puasa yang sebentar lagi tiba. Coba cek artikel mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadan secara finansial ini ya.
4. Belanja cerdas
Sebagai perempuan–baik yang masih single ataupun yang sudah menikah–biasanya memang punya job desc untuk belanja kebutuhan rumah dan/atau rumah tangga.
Yuk, makin cerdas belanja di masa pandemi COVID-19 ini! Belanjalah sesuai kebutuhan, no impulsive/panic buying, no stock piling, bijak menyusun menu makan dan juga camilan, bijak menentukan mana yang bisa ditunda dan mana yang harus diprioritaskan.
5. Cari peluang baru
Dan akhirnya, yes, kita harus tetap mandiri. Mungkin di antara kamu ada yang sekarang sudah dirumahkan atau bahkan kena PHK. Oke, ini memang bukan masa-masa yang mudah pastinya, tetapi jangan berlama-lama bersedih menekuri nasib tanpa berbuat apa-apa.
Yuk, coba cari cara untuk mencari peluang baru. Kamu bisa memanfaatkan hobimu untuk membuat pemasukan baru, atau kamu bisa mencoba bisnis. Bisnis apa? Jualan dong! Kamu bisa masak? Kamu bisa jualan hasil masakanmu ke tetangga kanan-kiri. Atau, kamu coba cari peluang untuk menjadi reseller bahan-bahan makanan beku.
Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan perempuan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Persiapan Ibadah Puasa di Tengah Pandemi COVID-19
Nggak terasa ya, kurang lebih satu minggu lagi kita akan memasuki bulan Ramadan. Lalu apa saja persiapan ibadah puasa yang harus kita lakukan di tengah pandemi ini? Pastinya sih, ibadah puasa kali harus lebih banyak kamu jalani #dirumahaja.
Ya, pasti juga akan berbeda dari bulan-bulan Ramadan sebelumnya ya? Semoga kamu enggak bersedih ya, tapi justru menganggap momen Ramadan kali ini sebagai momen untuk benar-benar serius beribadah. Semoga dengan puasa kamu, semua kesulitan diangkat dan diringankan. Amin?
So, meski berbeda dengan Ramadan yang sudah-sudah, kita tetap harus melakukan beberapa persiapan nih. Salah satunya, yang terpenting adalah persiapan secara finansial. Karena kondisi berubah, arus kas berubah, maka harus ada penyesuaian juga saat kita menjalani ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19 seperti ini.
Apa saja yang bisa kita lakukan untuk persiapan ibadah puasa di tengah pandemi ini?
1. Anggarkan
Persiapan ibadah puasa secara finansial yang pertama pastinya adalah membuat anggaran.
Sekali lagi, kita akan menjalani Ramadan yang berbeda tahun ini. So, mungkin sekarang sudah enggak ada badai bukber lagi ya? Undangan-undangan buka bersama akan sangat berkurang, atau malah enggak ada sama sekali.
Jadi, kalau tahun kemarin kita harus memiliki anggaran khusus untuk bukber lantaran cukup bikin dompet kewalahan, tahun ini anggaran ini mungkin bisa dialihkan untuk menyusun menu sahur dan buka sendiri di rumah.
Berarti tabungan aman dari bocor dong? Belum tentu. Kita kan baru sekali ini menjalani ibadah puasa di tengah bencana wabah penyakit seperti ini? So, tetap waspada dengan pengeluaran-pengeluaran yang nggak perlu ya. Minimalkan dengan membuat anggaran. Catat setiap pengeluaran yang ada, dan evaluasi secara berkala.
Cek juga penghasilanmu, karena mungkin berubah juga. Jadi sesuaikan antara penghasilan dan pengeluaran.
2. Susun menu dan masak sendiri
Paling aman untuk tabungan adalah ketika kita bisa memasak sendiri untuk hidangan sahur dan buka puasa. So, selama masa persiapan ibadah puasa ini, kita bisa manfaatkan untuk menyusun menu.
Pastikan menu-menunya bergizi ya, karena kita benar-benar membutuhkan asupan baik belakangan ini. Kamu bisa menyusun menu secara mingguan atau sekaligus untuk sebulan.
Ya, enggak apa sih kalau mau sesekali juga pesan makanan online lewat aplikasi. Anggap saja sebagai selingan dan rekreasi. Atau, kamu juga bisa beli makanan atau bahannya dari bisnis teman-temanmu. Di WAG RT dan RW aja sekarang nggak ubahnya marketplace. Tiap hari ada promo ini itu, jualan anu apa saja. Ramai bener, dan menyenangkan.
Tapi ada baiknya, tetap kamu perhitungkan dan sesuaikan dengan kondisimu ya.
3. Stok seperlunya
Kalau sudah menyusun menu, maka selanjutnya kamu pasti butuh stok bahan makanan.
Satu saja rule-nya: jangan kebanyakan. Stok seperlunya, disesuaikan dengan menu yang sudah disusun dan juga banyaknya anggota keluarga di rumah. Selalu ingat, bahwa banyak yang lain yang juga memiliki kebutuhan yang sama, jadi berbagi ya.
Lagi pula, kulkasnya juga mungkin nggak muat kan?
4. Fokus pada sesama yang butuh bantuan
Ibadah puasa kali ini sepertinya akan sangat baik kalau kita lebih fokus lagi pada sesama dengan lebih banyak perhatian pada mereka dan berbagi.
Anggaran untuk buka bersama yang tahun ini berkurang juga bisa dialihkan nih ke pos sosial ini.
Yuk, kita bantu lebih banyak orang lagi yang terdampak COVID-19. Bisa mulai dari orang-orang di sekitar kita; tukang angkut sampah, pasukan penyapu jalan, tukang becak, dan lainnya. Kita juga bisa mendonasikan sebagian untuk mendukung para tenaga medis yang berada di garis depan. Karena mereka akan selalu butuh bantuan untuk mendapatkan APD.
5. Pindah online
Karena kita harus menghindari atau meminimalkan aktivitas di luar rumah, maka kita bisa memfokuskan diri lebih banyak untuk ibadah di rumah.
Kalau biasanya, kita bisa ngabuburit sambil lapar mata, sekarang ngabuburitnya ya di rumah saja. Siapkan saja rencana untuk melakukan beberapa aktivitas seru saat ngabuburit di rumah. Sepertinya, bakal banyak hal yang bisa dikerjakan sih. Mungkin juga akan banyak acara atau event online yang bisa diikuti untuk melewatkan ngabuburit dengan lebih berfaedah, semacam webinar, atau IG Live talkshow, atau kajian-kajian online.
Jadi, siapkan kuota yang cukup. Jangan lupa masukkan ke dalam anggaran ya.
Itu dia beberapa persiapan ibadah puasa yang bisa kita lakukan, untuk menikmati bulan Ramadan di tengah masa pandemi COVID-19 seperti sekarang. Percaya deh, kualitas ibadahmu tidak akan berkurang kok dengan hanya mengurangi aktivitas di luar rumah.
Tetap semangat menjalaninya ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Atur Pengeluaran Sosial, Agar Tetap Bisa Membantu Sesama di Masa Pandemi
Di masa pandemi begini, kita sekaligus bisa belajar untuk lebih berempati pada orang lain. Bukankah kita hidup tak sendirian? Dan, pada dasarnya, manusia itu adalah makhluk sosial yang adaptif. Jadi meski diri sendiri juga susah, kadang kita masih saja berusaha membantu sesama kita. Ya, makanya ada yang namanya pengeluaran sosial.
Karena itu juga, dalam usaha kita mengatur ulang alokasi arus kas, pengeluaran sosial merupakan salah satu pos yang justru tidak boleh dihilangkan di masa-masa seperti ini. Yuk, tetap saling membantu satu sama lain, agar bebannya bisa ditanggung bersama-sama.
Kalau kata Mbak Ligwina Hananto di salah satu sesi talkshow-nya sih begini, “Yuk, kita bikin memori yang baik selama masa pandemi ini, supaya ketika nanti kita bisa melewatinya, kita hanya ingat yang seru-seru aja.” Salah satunya adalah dengan tetap membantu sesama.
Tapi kita sendiri aja lagi susah. Gaji enggak full dibayarkan, THR terancam dihapuskan, tunjangan juga dikurangi. Gimana dong bisa membantu sesama, sedangkan diri kita sendiri sedang dalam masa sulit? Tenang, ada beberapa hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mengatur pengeluaran sosial ini, supaya meski dalam masa sulit, kita tetap bisa menebar kebaikan dengan membantu sesama.
5 Cara Mengatur Pengeluaran Sosial Agar Tetap Bisa Membantu Sesama di Masa Sulit
1. Nominal kecil tak masalah
Iya, untuk pengeluaran sosial ini, nominal kecil enggak masalah kok. Kadang kita memang dianugerahi rasa gengsi, “Ih, nyumbang kok cuma sedikit sih. Kurang berguna dong.”
Nope, di masa sulit seperti ini, kamu berdonasi berapa ribu perak saja merupakan berkah buat orang lain yang membutuhkan. So, gajimu tak dibayarkan penuh? Tak masalah. Kamu menyumbang Rp20.000 untuk dibelikan satu nasi bungkus, dan kamu bagi dengan bapak tukang angkut sampah di kompleks rumah kamu juga berarti sudah membantu sesama kok.
Lebih baik mulailah dengan nominal kecil, semampu kamu, daripada gengsi dan kemudian enggak jadi ikut berdonasi.
2. Masukkan dalam anggaran, dan pangkas yang enggak perlu
Jangan lupa untuk memasukkannya dalam anggaran barumu. Kalau mau kamu buat persentase tentu akan lebih baik.
Mungkin sebelumnya kamu pernah diberi saran bahwa pengeluaran sosial sebaiknya dianggarkan 2.5% dari penghasilanmu setiap bulannya, tetapi faktanya, pengeluaran sosial ini bisa mencapai 10% sendiri, apalagi jika kamu memang punya banyak aktivitas.
Nah, saat menyusun ulang anggaran, cek lagi bagian mana yang bisa dihemat dan dipangkas. Uangnya bisa dialihkan untuk kebutuhan hidup maupun pos pengeluaran sosial ini.
Ingat, nominal kecil enggak masalah. Jadi, mungkin kamu enggak perlu menentukan persentasenya, tapi langsung saja tentukan nominalnya.
3. Cari cara termudah
Cari cara termudah untuk membantu sesama, tanpa memberatkan arus kasmu.
Misalnya saja, dengan cara beli makanan untukmu sendiri sekaligus buat orang lain, kayak yang di atas tadi. Atau, kamu juga bisa memesan makanan lewat aplikasi online, melebihkan jumlahnya, dan kamu bagi dengan si driver.
Intinya cari cara termudah, tak membuatmu repot sehingga tak membuatmu enggan untuk membantu.
4. Mulai dari orang terdekat
Kamu juga bisa mulai dari orang-orang terdekat. Seperti saran Mbak Ligwina Hananto nih.
Mungkin ada di antara teman-temanmu yang bisnisnya sedang sepi–atau justru sedang mencoba berbisnis–di tengah masa pandemi ini. Kamu, sebagai teman yang baik, bisa membantunya dengan membeli satu produk yang dijualnya.
Saya sendiri juga sudah mencoba langkah ini. Ada yang menawarkan makanan beku, sayuran organik, lauk pauk, dan sebagainya. Ketimbang saya bingung belanja di luar, mending saya beli dulu dari teman-teman. Mereka juga mau antar kok ke rumah. Baru kekurangannya, saya cari di luar sana.
Dengan begini, kebutuhan terpenuhi, sekaligus membantu teman-teman supaya bisnisnya lancar. Pengeluaran sosial kita jadi sekaligus pos kebutuhan hidup kan?
5. Tak melulu berupa uang
Betul, kita tak harus membantu sesama dalam bentuk uang juga kok. Kamu bisa mulai dengan menawarkan diri untuk membelanjakan kebutuhan di supermarket untuk lansia-lansia yang tinggal di sekitar rumahmu. Atau, kamu juga bisa membagi sedikit bahan-bahan makanan pada tetanggamu, jika mereka ada yang kekurangan.
Di suatu kampung di Jawa Barat, bahkan ada seorang pasien positif COVID-19 yang sedang mengisolasi diri di rumah, dan mendapatkan banyak bantuan berupa sembako dari tetangga-tetangga sebelah rumahnya. Kita juga bisa ambil bagian di sini dengan ikut menyumbangkan sebagian sembako yang kita miliki, agar mereka bisa sukses isolasi dirinya dan akhirnya sembuh.
Memang ada banyak cara untuk bisa membantu sesama. Kalau memang kita punya niat baik, pasti deh ada saja jalannya. Dan enggak usah takut kalau pengeluaran sosial ini membuat kita jadi kekurangan. Percayalah, semakin banyak kita berbagi, hal baik juga akan berbalik pada kita nantinya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.