Saat Krisis Keuangan Berakhir, Segera Lakukan 5 Langkah Berikut
Nggak ada yang berharap krisis keuangan terus berlanjut, apa pun penyebabnya. Penginnya sih ya, krisis segera berakhir, kehidupan kembali normal, dan kita pun bisa menata hidup lagi dengan lebih baik.
Nah, mari kita berandai yang baik-baik. Jika, krisis ini berakhir nanti (Amin!), apa yang pertama kali akan kamu lakukan? Langsung pesan tiket pesawat dan pelesiran keluar negeri sepuas hati?
Ya, boleh saja sih. Secara gitu ya, kita sekarang sedang “dikurung” di rumah atau di kamar sendiri. Begitu aman untuk keluar dari “kurungan”, pastilah hal pertama yang akan dilakukan adalah pergi liburan, piknik, dan jalan-jalan.
Tapi, tunggu dulu. Sebelum kamu pesan tiket pesawat, kereta api, dan lain sebagainya, sebaiknya kamu lakukan dulu beberapa hal terkait keuangan berikut ini.
5 Langkah yang Harus Segera Dilakukan Ketika Krisis Keuangan Berakhir Nanti
1. Atur ulang arus kas
Arus kas adalah kunci di segala kondisi. Maka, jangan bosan-bosan untuk selalu mengecek kelancarannya di segala situasi.
Saat kita mulai menghadapi krisis keuangan–dengan penyebab apa pun–mengecek kelancaran arus kas harus dilakukan pertama kali. Demikian pula, ketika akhirnya krisis keuangan berakhir, arus kas adalah hal pertama yang harus dilihat dan diamati.
Perhatikan pos-pos pengeluaran yang ada. Mungkin proporsinya sudah sempat berubah kemarin di awal masa krisis. Sudah enggak 40 – 30 – 20 – 10 (atau proporsi yang biasa) lagi. Lalu, bagaimana dengan setelah krisis keuangan berakhir? Apakah pembagian pos pengeluarannya masih sama, atau adakah yang berubah lagi?
Supaya kamu tahu dengan pasti, lakukan pencatatan harian lagi dengan membuat catatan pengeluaran, catatan pendapatan, dan anggaran. Dengan demikian, polanya akan terlihat lagi.
2. Cek posisi dana darurat
Apakah kamu sempat menggunakan tabungan dana daruratmu untuk keperluan ini itu selama krisis keuangan berlangsung? Berapa banyak?
Setelah mengetahui jumlah dana darurat yang terpakai, segera buat rencana untuk memulihkannya lagi begitu krisis keuangan berakhir. Kamu bisa mengalokasikannya langsung di depan begitu kamu terima gaji atau penghasilan. Buatlah pemulihan dana darurat ini sebagai tujuan keuangan yang utama, sebelum beranjak ke tujuan keuangan yang lain.
3. Cek posisi utang
Bagaimana posisi utangmu? Apakah ada yang sempat tertunda cicilannya saat krisis keuangan terjadi? Kalau iya, sekaranglah waktunya untuk mengalokasikan ulang semua tagihan dan cicilan.
Coba cek artikel cara efektif melunasi utang ini ya, dan pertimbangkan langkah-langkah yang perlu atau bisa kamu lakukan untuk membayar tunggakan. Tetap tenang, dan tak perlu panik.
Meski mungkin pemerintah memberikan instruksi kepada semua pemberi pinjaman untuk dapat menunda penagihan, tetapi bukan berarti kita lantas bisa seenaknya enggak membayar utang.
Ingat ya, berani utang berani bayar.
4. Genjot penghasilan
Yang pastinya, setelah keluar dari karantina, harapannya kita bisa beraktivitas dengan lancar. Maka, ini waktunya untuk bounce back, dan menggenjot lagi penghasilan.
Selain dari pekerjaan utamamu–mungkin kamu seorang karyawan kantoran–kamu juga bisa menambah penghasilan dengan beberapa usaha sampingan. Coba cek hobimu, adakah yang mungkin bisa dibisniskan? Atau, mungkin kamu bisa tambah penghasilan dengan berdagang?
5. Rencanakan bersenang-senang
So, jika semua hal sudah aman, sekarang saatnya kamu merencanakan bersenang-senang. Mau ngapain nih? Liburan? Jalan-jalan? Nonton film di bioskop? Cek jadwal konser?
Boleh saja. Pastikan semua tetap aman, dan kamu juga meneruskan kebiasaan sehat yang sudah kamu bangun selama krisis ini ya. Kebiasaan baik kan boleh banget diteruskan, meski sudah enggak di masa krisis lagi kan?
Bersenang-senang boleh, asalkan semua sudah terencana dengan baik. Yang pasti, kendalikan diri ya. Ingat, selain bersenang-senang, kita juga harus meneruskan hidup beberapa lama lagi ke depan.
Nah, itu dia beberapa langkah yang bisa kamu lakukan saat krisis keuangan sudah berakhir. Kita dapat mengambil banyak pelajaran dan hikmah dari krisis yang sekarang terjadi kan? Salah satunya betapa pentingnya kita menjaga kesehatan, baik kesehatan raga, jiwa, dan tentunya, keuangan kita.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Hemat Anggaran Makan Sehari-hari
Perkembangan teknologi dan zaman benar-benar memanjakan kita ya? Sekarang mau ngapain aja, gampang. Hampir semua hal sudah bisa kita lakukan secara online. Termasuk untuk kebutuhan sehari-hari. Ibarat kata, mau makan tinggal pencet-pencet smartphone doang, eh … makanannya datang sendiri. Tapi biasanya, ada kemudahan ya ada modal sih. Termasuk kemudahan makan, ya jadinya kita mesti punya anggaran makan yang lebih juga.
Well, kalau idealnya, anggaran untuk kebutuhan rutin sehari-hari, memang punya jatah yang paling besar di antara semuanya, yaitu 40 – 60%. Bandingkan dengan porsi tabungan dan investasi yang “hanya” 10%, juga cicilan utang yang 30% saja. Tapi anggaran paling besar bukan berarti lantas kita bisa boros-borosin.
Apalagi kalau gaji kamu masih sebatas UMR. Harus diatur banget, biar tetap dalam frame 40 – 60%, supaya pos lain yang lebih penting–tabungan misalnya–jadi bisa lebih banyak.
Gimana ya, caranya mengatur anggaran makan biar enggak kelewat boros? Apalagi di hari-hari belakangan ini, di mana godaan semakin nyata.
5 Cara Hemat Mengatur Anggaran Makan Sehari-hari
1. Masak sendiri
Buat kamu yang suka banget pesan makanan via ojol, pernah menghitung belum, berapa total anggaran yang dihabiskan untuk sebulan? Lalu, bandingkan dengan kalau kita masak sendiri?
Hanya dari ongkos kirimnya saja deh, pernahkah kamu menghitung dengan saksama? Misalnya, ongkos kirim pesan makanan online, dengan lokasi resto yang dekat dengan posisi kita, seenggaknya harus keluar kocek Rp4.000 – Rp10.000. Sehari bisa bolak-balik pesan makanan, betul? Katakanlah hari ini pesan 2 kali, sudah keluar anggaran kira-kira Rp20.000 hanya untuk ongkos kirim. Kalau pesan makanannya setiap hari dalam sebulan? Rp500.000!
Itu baru ongkos kirim doang lo, belum harga makanannya.
Huwow!
Kalau masak sendiri, Rp500.000 bisa jadi kamu pakai belanja untuk makan seminggu, mungkin ya?
Jadi, yuk, coba masak sendiri. Kalau kamu belum atau jarang banget masak sebelumnya, kamu bisa coba-coba dulu dari bikin makanan yang paling gampang. Masakan-masakan western tuh biasanya lebih simpel ketimbang masakan asli Indonesia yang kaya bumbu.
Kamu bisa mulai dari situ. Paling enggak, biar terbiasa dulu.
2. Buat menu untuk seminggu
Nah, kamu bisa mencoba metode meal preparation. Pernah dibahas secara lengkap di web ini juga. Yuk, dibaca.
Kunci metode meal preparation ini adalah pada penyusunan menu untuk seminggu. Dengan bahan-bahan yang terbeli, kamu harus dapat membuat berbagai menu untuk disantap selama seminggu. Memang butuh keterampilan khusus sih, kalau dipikir-pikir. Tapi sekali dicoba, kamu seterusnya bisa lebih kreatif lagi.
Yang pasti, dengan membuat menu untuk seminggu ini, anggaran makan dan belanja juga hanya untuk seminggu. Jadi seiring sejalan deh dengan pengaturan cash flow yang sekali seminggu saja ke ATM kan?
3. Buat daftar belanja
Proses membuat daftar belanja ini bisa jadi butuh waktu khusus, tapi ini sangat penting untuk kamu lakukan.
Berdasarkan menu seminggu yang sudah kamu lakukan, buatlah daftar belanjaannya. Lalu, kalau memang memungkinkan, hematlah anggaran makan dengan berbelanja di pasar tradisional alih-alih ke supermarket ataupun hypermarket di mal.
Bagaimanapun, sewa tempat di mal itu lebih mahal ketimbang sewa kios di pasar tradisional. Ini pastinya sudah memengaruhi harga barang yang dijual.
Pasar tradisional sekarang juga sudah banyak yang dibangun dan direnovasi hingga lebih nyaman. Kadang nggak kalah dengan pusat-pusat perbelanjaan.
4. Bawa bekal
Supaya anggaran makan siang di kantor juga terjaga–lagi pula kan sudah dibuat menu makan untuk seminggu–ya bawa bekal saja ke kantor sekalian.
Tahukah kamu, kadang kita sering malah kejadian bocor halus lo di sini. Misalnya, memang enggak terbiasa bawa bekal minum dalam tumbler sendiri, akhirnya jadi mesti beli air mineral kemasan di sana-sini. Nah, kalau dihitung-hitung, ya kenapa enggak bawa bekal air minum sendiri kan dari rumah?
Ini yang harus mulai jadi kebiasaan baru. Selalulah mempertimbangkan kalau kamu hendak pergi ke mana pun, bisa bawa bekal enggak nih? Kalau bisa, ya bawa saja.
Anggaran makan kamu akan lebih hemat. Percaya deh.
5. Pesan bareng-bareng
Kalau memang terpaksa sekali harus pesan makanan online, demi anggaran makan yang lebih hemat, ya jangan sendirian aja pesannya.
Misal, tawarin teman-teman sekantor untuk pesan makanan bareng. Biar ongkos kirimnya bisa dibagi-bagi.
Atau, cari makanan yang sedang promo. Entah diskon atau free ongkir. Ini pun kamu juga harus bijak dalam memilih dan memilah.
Nah, gimana? Dengan cara ini anggaran makan kamu pasti bisa dihemat banyak.
Kamu punya trik atau cara hemat anggaran makan yang belum disebutkan? Tulis di kolom komen ya, sebagai tambahan.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi for Dummies
Salah satu hal yang kadang bikin males tapi kalau kita mau mengerjakannya sebentar saja bisa memberikan efek baik yang besar ke depan dalam mengatur arus kas adalah membuat laporan keuangan pribadi.
Iya apa iya nih?
Maklumlah, kita selalu sibuk. Untuk bisa duduk, mencatat, dan kemudian menghitung itu butuh ekstra effort untuk melakukannya. Seandainya saja jasa seorang personal assistant itu murah, barangkali mendingan sewa jasa mereka saja untuk bantuin.
Tapi, orang gaji saja 1 koma 4, mana bisa bayar gaji seorang PA? Belagu banget deh. Ya sudah, satu-satunya jalan ya harus bisa membuat laporan keuangan pribadi sendiri.
Padahal, kalau sudah benar-benar niat melakukan, membuat laporan keuangan pribadi sendiri itu mudah dan simpel lo. Enggak mesti harus kuliah akuntansi dulu buat bikinnya. Kamu cukup mengenali saja apa kebutuhanmu, dan juga apa yang kamu punya.
Coba ikuti 3 langkah mudah berikut ya.
3 Langkah Mudah Membuat Laporan Keuangan Pribadi
1. Duduklah sejenak
Ini yang memang butuh niat yang besar untuk mulai melakukannya. Kayak orang mau diet. Tar-sok-tar-sok melulu. Bentar besok, bentar besok, kalau disuruh mulai.
No more tarsok, sekarang juga duduk di mana pun kamu nyaman. Switch off dari apa saja yang bisa mengganggu.
Saat ini, hanya ada kamu dan uangmu yang harus kamu atur, supaya enggak ada lagi tanggal muda tanggal tua, enggak ada lagi gaji satu koma empat. Hanya ada kamu dan rencana masa depanmu, kamu dan rencana liburanmu, kamu dan rencana pensiunmu, dan semua yang pengin kamu jalani di masa depan.
Bisa? Bisa. Sekarang kita ke langkah kedua.
2. Pilih media catatan
Dulu saya pernah dibuatkan laporan keuangan pribadi dalam bentuk Excel oleh suami. Sudah lengkap dengan rumus-rumusnya, saya tinggal isi … dan voila, perhitungan pun langsung jadi secara otomatis. Waktu itu sih, perkembangan teknologi belum seperti ini. Belum ada aplikasi keuangan yang bisa didownload gratis di smartphone.
Tapi, saya merasa cara ini justru repot banget. Mengapa? Karena saya harus membuka laptop setiap kali saya mau mencatat pengeluaran. Padahal kadang saya posisi lagi enggak bisa langsung mencatat. Dan, penyakit lupa saya ini sangat menjengkelkan. Kalau enggak langsung dicatat, pasti deh akhirnya lupa.
Karena itu saya anggap cara ini tidak cocok untuk saya. Saya lantas mencoba membuat laporan keuangan pribadi dengan aplikasi smartphone. Tapi, ternyata aplikasi smartphone–saking lengkapnya–malah banyak area yang enggak saya butuhkan. Bikin pusing. Saya hanya perlu laporan keuangan yang simpel saja, untuk mencatat hari ini saya sudah mengeluarkan duit berapa. Udah, gitu aja.
So, saya mencoba membuat sendiri. Ambil satu buku tulis dari stok sekolahnya anak-anak, lalu saya buat sendiri catatan dan laporan keuangan pribadi ala saya. Bertahan sampai sekarang.
Moral of the story is … setiap orang punya kenyamanan sendiri-sendiri untuk membuat laporan keuangan pribadi ini. Pilihan sekarang sudah banyak. Mau pakai Excel, atau Google Spreadsheet, aplikasi smartphone, bullet journal, atau ditulis di buku tulis biasa–yang mana saja bisa, asalkan kita nyaman. Nyaman dilakukan oleh satu orang, belum tentu nyaman juga dilakukan oleh orang yang lain.
Jadi, take your time. Cari cara dan media yang paling cocok. Buatlah waktu mencatat dan membuat laporan keuangan pribadi kamu menjadi waktu yang menyenangkan–waktu untuk merefleksikan diri dan merencanakan hidup.
3. Buat 3 worksheet besar berisi:
- Arus kas masuk: penghasilan tetap, tidak tetap, serta tambahan lainnya. Buatlah area tersendiri untuk arus kas masuk ini dalam laporan keuangan pribadi yang kamu buat. Sesuaikan kolomnya dengan pemasukan yang kamu punya.
- Arus kas keluar: kamu bisa pisahkan lagi worksheet untuk cicilan, tagihan-tagihan bulanan, tagihan tahunan yang sudah jatuh tempo, investasi, asuransi, dan semua pengeluaran rutin lainnya. Termasuk untuk lifestyle ya–ngopi-ngopi, hangout after hours, juga short escape di weekend.
- Arus kas bersih: ini adalah arus kas keluar dikurangi arus kas masuk. Lengkapi juga dengan posisi aset dan investasi, jika ada.
Dari arus kas bersih ini akan terlihat, apakah kondisi keuangan pribadi kita plus/positif atau minus/negatif.
Kalau positif, well done! Kamu tinggal meneruskan apa yang sudah kamu lakukan. Nah, jika minus, maka ini adalah kesempatan kamu untuk merencanakan perubahan dan perbaikan yang perlu.
Nah, simpel kan? Membuat laporan keuangan pribadi itu memang simpel kok. Kalau terlihat rumit, ya karena kita saja yang menganggapnya sulit. Yang penting, sesuaikan dengan kondisimu. Kondisi keuangan setiap orang berbeda, kenyamanan juga akan berbeda.
Jadi, temukan caramu yang paling oke.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
Penghasilan sebesar apa pun enggak akan ada artinya kalau kamu enggak tahu langkah efektif atur arus kas pribadi kamu. Yang ada gaji 1 koma 4, atau 25 koma 1. Gajian tanggal 1, udah koma di tanggal 4. Atau gajian di tanggal 25, tanggal 1 tinggal sisa-sisa recehan.
See? Mau gaji berapa pun juga enggak akan cukup, kalau kamu salah dalam pengelolaan uang. So, mumpung masih awal tahun–apalagi kalau kamu pengin punya keuangan yang lebih sehat sebagai resolusi tahun baru nih–ayo, mulai atur arus kas pribadi kamu sekarang.
Caranya? Duh, kayak kaset rusak saja nih rasanya. Tapi, memang prinsip langkah efektif atur arus kas pribadi ya hanya ini saja.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
1. Catat
Catat uang keluar dan catat uang masuk, serta catat bujet keperluan setiap bulan. Tiga jenis catatan ini yang paling penting, jadi harus ada ya.
Dengan mencatat, kamu akan tahu dan bisa memonitor kondisi keuangan rutin dengan lebih baik. Kalau ada yang salah, kamu pun bisa mengambil langkah-langkah antisipasi, supaya enggak makin salah.
Dengan catatan ini, kamu juga bisa memperkirakan banyak hal sehubungan dengan masa depan kamu nantinya lo. Jadi, jangan malas mencatat ya.
2. Lunasi utang
Ingat, utang hanya boleh sampai maksimal 30% dari pengeluaran rutin kamu. Jadi, jika sudah mulai limit, kamu sebaiknya pertimbangkan ulang lagi kalau mau utang. Apalagi kalau utangnya utang konsumtif.
Sekali lagi selalu pertimbangkan kebutuhan versus keinginan, setiap kali mau belanja–apalagi pakai utang kartu kredit. Beneran butuh enggak sih? Atau, sebenarnya cuma karena pengin aja: pengin bisa dipamerin? Pengin bisa kayak tetangga sebelah? Pengin supaya tampak keren?
Bijaklah memilah, mana yang penting dan tidak. Terutama kalau mau berutang.
3. Pastikan menabung
Jangan tunggu sisa, menabunglah di awal bulan minimal 10% dari penghasilanmu.
Kamu bisa memilih dari berbagai produk tabungan–yang merupakan produk perbankan, yang pasti dijamin aman–atau kamu bisa memilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko yang kamu punya.
Nah, jika kamu memilih untuk berinvestasi, pastikan kamu punya pengetahuan yang cukup sebelum memulainya. Karena yang namanya investasi itu tak pernah lepas dari risiko, baik besar maupun kecil. Kalau ada kelas-kelas finansial yang membahas tentang investasi, coba deh bergabung. Anggap saja ini sebagai investasi awal kamu biar gape atur arus kas keuangan pribadi kamu sendiri.
4. Pisahkan rekening
Untuk membantumu lebih mudah atur arus kas pribadi, kamu bisa memisahkan rekening belanja, rekening tabungan, dan rekening untuk tujuan-tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan.
Dengan begini, kamu akan lebih mudah mengelolanya. Saat gaji diterima, kamu langsung transfer sana-sini, sesuai pos masing-masing.
Jika kamu takut repot mengurus terlalu banyak rekening, kamu bisa menggunakan amplop-amplop yang sesuai pos pengeluaran rutin bulanan. Cara yang sangat old school, tapi terbukti efektif untuk atur arus kas pribadi.
Cobain deh.
Oh iya, ada satu lagi tip dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, soal atur arus kas pribadi yang lebih efektif ini ini. Yaitu, ambil ATM sekali seminggu aja.
Dengan begini, mau enggak mau kita harus bisa survive dengan sejumlah uang saja yang kita ambil dari ATM seminggu sekali. Enggak boleh nambah-nambah walaupun sedikit di tengah minggu ya! Kalau habis ya, mesti pikir sendiri deh gimana mesti survive sampai waktu mengambil uang lagi berikutnya.
Tantangan! Tapi, kalau bisa, berarti kamu baru saja lulus tingkat dasar atur arus kas pribadi yang efektif. Layak dicoba!
5. Teratur financial checkup
Lakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang sudah kamu lakukan untuk atur arus kas pribadi secara teratur. Kamu perlu melakukannya sebulan sekali, 3 – 4 bulan sekali, dan kemudian review juga keuangan kamu di akhir tahun.
Dengan berbekal catatan dan teratur financial checkup ini, kamu akan tahu jika ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan apa saja yang bisa kamu teruskan karena sudah memberikan hasil yang baik.
Nah, demikian beberapa langkah efektif untuk atur arus kas pribadi. Mudah kan? Mudahlah pasti, simpel banget malah! Yang susah itu konsistennya. Itu memang PR banget, dan tergantung pada diri kamu sendiri.
Tapi, dengan niat yang gede, pasti deh bisa. Masa enggak mau sih punya tabungan banyak di masa depan?
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masih Lajang, Ini Dia 5 Resolusi Keuangan yang Pas Buat Kamu
Masih lajang, belum ada tanggungan. Hidup seharusnya lebih ringan, dan masih bisa melakukan banyak hal dan bersiap untuk masa depan lebih baik.
Itu seharusnya.
Tapi kalau dalam review keuangan akhir tahunmu kemarin, ternyata enggak begitu adanya, berarti ada yang salah nih. Terutama pada pengelolaan keuanganmu.
Mumpung masih awal tahun, biasanya ini jadi waktu buat kita untuk menyusun rencana agar tahun ini berjalan lebih baik. Pastinya kamu yang masih lajang juga mau dong, tahun ini keuanganmu lebih sehat.
Nah, makanya, yuk, simak artikel ini sampai selesai ya!
5 Resolusi Keuangan untuk Kamu yang Masih Lajang
1. Jangan terjebak lifestyle
Yes, awas jebakan lifestyle kekinian! Apa aja sih contohnya? Ya, misalnya saja, ngopi cantik dan ganteng di kafe kekinian setiap hari. Atau, jajan boba ketika tumbler sebenarnya sudah berisi minuman sehat dari rumah. Atau, pesan makan siang online setiap hari, padahal kantin juga ada–padahal makanannya sehat, enak, lagi pula murah.
Demi bisa difoto cakep buat diunggah di Instagram, atau biar keliatan keren aja gitu.
Tahun ini, boleh saja kalau mau nongkrong cantik/ganteng sembari ngopi, atau jajan boba. Tapi pastikan tabunganmu bertambah dulu, atau lunasi utang konsumtifmu dulu. Maksimalkan anggaran lifestyle 20% saja dari penghasilanmu, agar anggaran yang lain bisa lebih longgar. Hiduplah sewajarnya.
2. Jangan malas
Malas mencatat pengeluaran dan membuat anggaran adalah hal yang biasa terjadi. Tapi, untuk tahun ini, coba atasi kemalasanmu yuk!
Buatlah catatan rutin pengeluaran dan anggaran, supaya keuanganmu lebih terkendali. Dengan demikian, kamu bisa tahu, apakah anggaran lifestyle-mu lebih besar daripada anggaran rutin? Jangan-jangan utangmu juga sudah melebihi batas 30% dari penghasilan?
Dengan mengetahui kondisi kesehatan keuanganmu sendiri, pastinya kamu akan lebih bisa membuat rencana untuk memperbaikinya. Betul?
3. Jangan gampang utang
Hari gini makin gampang saja berutang. Dari utang dengan jumlah banyak–tanpa harus ada jaminan dan cair dalam beberapa menit–sampai utang kecil-kecil berplafon ratusan ribu berjangka waktu kurang dari satu tahun, bisa dilakukan oleh siapa saja.
Modalnya, hanya smartphone saja dan kuota internet. Siapa yang enggak tergoda? Betul?
Inilah godaan terbaru sebagai manusia-manusia kekinian, yang mau serba cepat, serba praktis, dan serba enak. Ya, ada bagusnya juga sih, tapi kita sebagai manusia harus tetap bijak dalam menggunakan teknologi. Terutama dalam hal keuangan.
Sekali terjerat, bisa jadi masalah untuk seumur hidup lo! Jadi, pertimbangkanlah baik-baik jika ada godaan untuk berutang–seperti apa pun iming-imingnya ya. Terutama buat kamu yang masih lajang.
4. Tambah pengetahuan produk keuangan
Sementara kamu masih lajang, waktumu ke depan akan masih sangat panjang. Ada banyak hal yang bisa kamu raih, dan kamu rencanakan agar hidupmu lebih baik.
So, imbangilah keinginan dan cita-citamu dengan berbagai pengetahuan literasi keuangan. Kamu bisa belajar dari mana saja; dari buku, artikel di media online, media sosial, dari mereka-mereka yang sudah lebih ahli, dan banyak lagi.
Terkhusus, kamu bisa ikut kelas-kelas keuangan–baik yang online dan offline.
Tambah pengetahuan mengenai produk-produk keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bekal untuk merencanakan masa depanmu. Mulai dari mengatur cash flow, menyusun tujuan keuangan, siapkan dana darurat, siapkan dana pensiun, hingga kamu juga bisa mulai memikirkan dana pendidikan anak lo–jika kamu memang punya rencana untuk segera menikah dan punya anak.
Tidak pernah ada kata terlambat dan terlalu cepat untuk belajar sesuatu, termasuk soal pengelolaan keuangan.
5. Susun rencana jauh ke depan
Nah, ini sih menjadi resolusi yang memang harus mulai kamu lakukan, jika belum sempat terlaksana di tahun 2019 yang lalu.
Sebaiknya, kamu sudah punya rencana matang untuk 1 tahun ke depan–kamu pengin apa sih? Pengin meraih apa, dan bagaimana caranya? Lalu susun pula rencana untuk 5 hingga 10 tahun, bahkan lebih dari 10 tahun mendatang. Hidup seperti apa yang kamu ingin jalani nanti?
Kamu boleh bermimpi setinggi mungkin, dan sekarang susun rencana untuk mewujudkan mimpimu itu.
See? Banyak hal yang bisa kamu lakukan tahun ini, meski kamu masih lajang–yang katanya ini waktunya untuk bersenang-senang. Well, seperti kata Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–hura-hura sih boleh, tapi jangan sampai bikin huru-hara gara-gara kamu senang-senang tanpa rencana matang jauh ke depan untuk hidupmu sendiri.
Justru, di saat masih lajang inilah, kamu bisa merencanakan semuanya dengan lebih baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Hal untuk Mencegah Korupsi yang Dimulai dari Diri Sendiri
Sedih rasanya setiap hari selalu saja ada berita mengenai orang-orang besar yang punya perilaku korupsi, melakukan fraud yang merugikan banyak orang, hanya demi kepentingannya sendiri. Apa ya yang bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi ini semakin terjadi?
Tapi semakin banyaknya kasus korupsi yang terbongkar sepertinya memberikan sedikit kelegaan juga sih. Bahwa masih ada harapan, kalau pemerintah punya niat yang serius untuk memberantas tindakan yang merugikan seperti ini.
Tapi, sadar enggak sih, bahwa sebenarnya setiap orang–termasuk kita–punya potensi untuk melakukan korupsi? Enggak perlu menyelundupkan motor Harley di pesawat juga sih bentuknya. Sesepele misalnya, minta ke suami sejumlah uang–katanya untuk iuran sekolah anak-anak. Jumlahnya agak dilebihkan sedikit, yang ternyata dipakai untuk beli tas branded. Atau, buat karyawan nih biasanya sering terjadi fraud pada laporan pertanggungjawaban keuangan atas nota-nota pembelian, misalnya.
Atau, enggak dalam bentuk uang juga. Misalnya saja, di kantor gabut, bukannya menyelesaikan tugas tapi malah nonton Youtube berlama-lama.
Yes, itu dia bentuk-bentuk perilaku korupsi kecil yang bisa banget kita lakukan–siapa pun kita. Lama-lama hal kecil ini menjadi kebiasaan dan budaya, yang akhirnya kita merasa kebas. Tidak merasa bahwa yang kita lakukan itu salah, karena sudah biasa banget dilakukan.
So, pas banget mau ganti tahun. Kayaknya ini bisa jadi resolusi tahun baru yang bagus banget: mencegah korupsi dari diri sendiri. Caranya gimana? Well, banyak cara sih, tapi kita bisa mulai dari sini.
5 Cara untuk Mulai Mencegah Korupsi dari Diri Sendiri
1. Atur cash flow
Sadar enggak sih, bahwa hampir setiap masalah keuangan yang terjadi selalu bersumber pada masalah cash flow. Termasuk jika kita sering melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada perilaku korupsi.
Jika cash flow sehat, keuangan sehat, maka kita pun jadi enggak kepingin untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Yes, kadang memang hanya sesimpel itu sih.
Jadi, sudahkah kita mempunyai cash flow yang sehat? Sudahkah kita mempunyai catatan keuangan yang–meski sederhana–tetapi traceable? Ke mana saja perginya uang kita, apakah bisa ditelusur dengan jelas? Apakah kita sekarang sudah enggak pernah kerasa ada tanggal tua dan tanggal muda?
Nah, banyak kan, indikasi cash flow yang sehat dan enggak sehat itu? So, penting bagi kita untuk bisa belajar menyehatkan cash flow. QM Financial punya kelas finansial online khusus untuk belajar mengatur cash flow lo! Pastinya, manfaatnya beda banget dengan sekadar baca-baca artikel gratis di internet, atau mengikuti tip-tip dari akun-akun media sosial. Karena di kelas online cash flow, kamu akan praktik langsung dengan berbagai formula yang sudah disiapkan oleh para trainer QM Financial yang berpengalaman. Kamu bisa langsung simulasi dengan berdasarkan kondisi keuanganmu saat ini.
2. Bayar utang dengan disiplin
Cash flow sehat, maka seharusnya kamu pun enggak masalah untuk mengangsur utang produktif yang menjadi tanggung jawabmu sekarang.
Ini juga merupakan salah satu akar masalah keuangan besar yang sering terjadi lo. Banyak banget ternyata karyawan yang terlilit utang–mulai dari utang panci, utang beli gawai terbaru dan tercanggih, utang KPR, utang kendaraan bermotor, utang kartu kredit, hingga utang liburan.
Utang memang diperbolehkan kok. Kan, namanya juga manusia, maunya banyak, duit terbatas. Apalagi jika kita memang pengin mengejar sesuatu yang bernilai nominal besar tetapi menjadi jaminan hidup. Rumah, misalnya.
Tapi ya mesti diingat, kalau pinjam harus dikembalikan. Jadi, kalau utang ya harus dibayar. Karena itu, penting untuk memastikan bahwa kita mampu bayar sebelum melakukan utang.
Banyak perilaku korupsi terjadi lantaran si pelaku terlilit utang. Karena “kepepet”, maka ia pun melakukan fraud di kantor.
So, mari kita mencegah korupsi diri kita sendiri, mulai dari bijak dalam berutang dan kemudian disiplin dalam membayarnya.
3. Bangun aset aktif
Aset aktif yang dapat memberikan pendapatan pasif dapat membantu memperlancar cash flow. Setuju kan, sampai di sini?
So, jika memang sudah mampu, coba bangun aset aktif kita sendiri, karena hal ini juga bisa menjadi satu tindakan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri.
Pelajari profil risiko diri sendiri, lalu pilih aset aktifmu dengan bijak.
4. Fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab kita
Yes, fokuslah pada hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita. Selesaikan dengan baik, dan sesuai kesepakatan atau aturan yang ada. Ini merupakan salah satu hal yang paling pertama bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri terjadi.
Selalu ingat, bahwa penyelewengan wewenang dan tanggung jawab–sekecil apa pun–bisa jadi bibit perilaku korupsi di kemudian hari, yang kemudian bisa menyulitkan diri kita sendiri.
5. Miliki gaya hidup yang sesuai kemampuan
Penting nih. Jangan terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain.
Orang lain usia 20-an kok sudah jadi CEO, sudah jadi rektor, sudah berprestasi ini itu, sedangkan diri sendiri apa kabar?
Jangan pernah berpikiran seperti itu ya. Ingat, bahwa Barack Obama mulai jadi presiden di usia 40-an, dan Trump di usia 70-an. Masing-masing orang punya timeline sendiri-sendiri. Setiap orang menjalani kehidupan yang perjuangannya enggak sama, jadi enggak bisa dibandingkan.
So, enggak usah banyak gaya. Sesuaikan saja dengan kemampuan kita. Apa adanya kita. Kalau bisa mensugesti hal ini pada diri sendiri, sepertinya ini akan menjadi langkah paling efektif untuk mencegah korupsi.
So, siap untuk mencegah korupsi yang dimulai dari diri sendiri? Good luck!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Yuk, Review Pengelolaan Keuangan Pribadi di Akhir Tahun 2019
Sebentar lagi, 2019 berakhir. Dan, kita akan segera harus menyambut datangnya 2020. How do you feel, gaes? Excited untuk tahun yang baru? Ataukah malah deg-degan? Lalu, bagaimana dengan pengelolaan keuangan pribadi kamu di tahun 2019 kemarin?
Apakah ada pertumbuhan yang baik? Sudahkah kamu melakukan semua rencana keuangan yang mungkin sudah kamu buat di awal tahun dulu? Ataukah, masih ada beberapa hal yang belum bisa optimal kamu lakukan?
Yes, akhir tahun begini memang menjadi waktu tertepat untuk melakukan review terhadap pengelolaan keuangan pribadi, dan keuangan keluarga jika kamu sudah berkeluarga. Kita lihat, apakah rencana-rencanamu sudah terlaksana dengan baik, tujuan finansialmu semakin dekat terwujud, ataukah kamu perlu melakukan beberapa perbaikan di tahun depan?
Lalu, apa saja yang harus direview? Mari kita lihat satu per satu.
Lakukan Review Pengelolaan Keuangan Pribadi Akhir Tahun terhadap 5 Hal Berikut!
1. Cash flow
Cek buku catatanmu. Seharusnya di sana tercatat 5 pos pengeluaran, yang terdiri atas cicilan dan tagihan, investasi, kebutuhan rutin, sosial, dan lifestyle. Adakah yang kurang seimbang di antara kelimanya?
Yang pasti sih, jika pengeluaran lifestylemu jauh lebih besar ketimbang investasi, maka ada baiknya kamu ulik lagi rencana anggaranmu untuk tahun depan. Masa sih, pengeluaran lifestyle rata-rata sampai Rp6 juta per bulan, sedangkan investasi kamu hanya bisa Rp500 ribu saja setiap bulan, misalnya? Seharusnya sih bisa lebih. Coba lakukan restrukturisasi pos pengeluaranmu ya.
Cek juga pendapatanmu, dan juga kalau perlu proyeksinya tahun depan. Apakah kamu masih saja merasa kalau gajimu cuma numpang lewat doang? Kalau iya, ya mesti kamu review dan cek lagi di catatan pengeluaranmu.
2. Kinerja Investasi
Sudah berinvestasi apa saja di tahun 2019 ini? Sudah bertambahkah portofolio kamu? Atau setidaknya, seberapa pertumbuhan nominalnya? Apakah positif? Atau, malah negatif?
Kinerja investasi yang negatif bisa jadi juga bukan kesalahanmu semata lo. Bisa juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi pasar modal yang sangat fluktuatif di tahun ini, salah satunya.
Meski demikian, kamu tetap bisa melakukan review terhadap pengelolaan investasinya. Dengan kondisi yang penuh kejutan seperti itu, apakah kamu perlu untuk melanjutkannya di tahun depan, ataukah perlu mengganti produk investasimu?
Untuk hal ini, kamu sendiri yang tahu ya. Jadi, lakukan review dengan saksama, karena uangmu adalah tanggung jawabmu pribadi. Bukan tanggung jawab manajer investasi, bukan tanggung jawab financial planner-mu, bukan pula tanggung jawab perusahaan sekuritas.
Apalagi kalau setahun ini kamu sudah ikut kelas-kelas finansial online QM Financial. Pastinya pengetahuanmu seputar investasi bertambah dong, sehingga kamu pasti bisa melakukan review akhir tahun dengan baik.
3. Aset
Sudah bertambah aset apa saja tahun ini? Apakah aset yang sudah kamu miliki sekarang ini mampu memberimu pendapatan tambahan?
Jika belum, mungkin nggak nih menambah aset di tahun 2020 yang dapat memberimu pemasukan sampingan?
Jangan sampai kamu terlalu banyak membeli aset yang justru menggerogoti kesehatan keuanganmu lantaran kamu membelinya dengan berutang, tapi tidak bisa menambah positif neraca keuanganmu. Kalau banyak yang begini, mungkin tahun depan kamu harus banyak-banyak mempertimbangkan setiap kali bernafsu untuk membeli sesuatu, kebutuhankah atau sekadar keinginan?
4. Rasio Kesehatan Keuangan
Seharusnya sih aset-asetmu bisa menutup rasio utang yang kamu punya. Kalau enggak, ya berarti harus dicek lagi nih rasio kesehatan keuanganmu, sebagai bagian dari review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun.
Kamu pasti sudah tahu kan, bahwa ada 3 rasio kesehatan keuangan, yaitu rasio cicilan utang, rasio menabung atau investasi, dan rasio likuiditas. Lakukan review terhadap keuanganmu di tahun 2019, apakah ketiga rasio itu sudah terpenuhi dengan baik.
Kalau belum, segera buat perencanaan agar keuanganmu lebih sehat di tahun 2020 mendatang.
5. Review terhadap Tujuan Keuangan
Setelah semua kamu lakukan, yang terakhir harus kamu cek dalam review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun ini adalah posisimu terhadap tujuan keuangan yang sudah pernah kamu tentukan sebelumnya.
Are you getting there, or not?
Berapa pertumbuhannya, kalau perlu dibandingkan dengan posisi review akhir tahun 2018–jika kamu juga sudah melakukan review di akhir tahun 2018. Bagaimana posisinya? Bertumbuh, atau justru malah melangkah mundur dari tujuan awal?
Jika memang butuh perbaikan, maka segeralah merencanakan apa saja yang harus dilakukan di tahun 2020 untuk membuatnya jadi lebih baik. Mengubah tujuan keuangan (lebih tepatnya: menyesuaikan) juga enggak salah lo!
Menurut saya sih, review pengelolaan keuangan pribadi di akhir tahun seperti ini menyenangkan. Mengapa? Karena kita jadi tahu, seberapa dekatkah kita dengan tujuan dan cita-cita kita? Kalau masih jauh, jadi menambah motivasi untuk genjot lebih kenceng. Kalau sudah dekat, juga jadi bahan bakar buat ngegas.
So, apa pun kondisinya tetap semangat ya! Segera rumuskan rencana keuangan baru untuk dilakukan di tahun 2020 yang lebih baik!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
3 Strategi Cerdas Menuju Sehat Finansial
Tahukah kamu bila kesehatan merupakan hal yang berharga di dalam kehidupan? Akan tetapi hidup sehat secara fisik masih belum cukup di era saat ini. Kondisi finansial juga harus sehat karena keduanya saling berkaitan. Banyak orang yang merasakan kondisi finansialnya akhir-akhir ini kurang sehat. Masalah finansial merupakan sumber stress yang berkepanjangan sehingga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang. Kondisi stres akan mempengaruhi sistem fisiologis di mana tubuh menghasilkan dua jenis hormon yaitu catecholamines dan corticosteroid yang menekan sistem kekebalan tubuh sehingga seseorang mudah sakit.
Gaji Tidak Naik Juga Setelah Lama Bekerja, Mungkin 4 Hal Ini Penyebabnya
Seseorang bekerja pastilah dengan mengharapkan imbalan. Tapi, setelah sekian lama bekerja, gaji tidak naik juga. Padahal teman-teman seangkatan yang diterima kerja bareng sudah pada dipromosikan (yang pasti dibarengi dengan besaran gaji yang disesuaikan).
Ada apa ya?
Kalau peraturannya sih, gaji akan selalu disesuaikan setiap tahun lantaran adanya inflasi. Tapi, hmmm … bukankah seharusnya ada jenjang-jenjang tertentu yang disesuaikan juga, seiring lama waktu kita bekerja?
Ada yang sedang mengalami kebingungan seperti ini?
Memang ya, jadi karyawan itu adaaa aja permasalahannya. Mulai dari soal beban kerja hingga hubungan antar rekan. Apalagi masalah gaji, yang menyangkut hajat hidup sehari-hari. Duh, padahal ada cicilan KPR yang harus disetor setiap bulan, belum tagihan kartu kredit. Masih ada kebutuhan kuota dan pulsa HP, terus makan. Dan seterusnya. Biaya hidup ini setiap tahun selalu naik dan bertambah.
Masa gaji tidak naik juga sih, setelah sekian lama?
Apa ya penyebabnya? Mungkin ada salah satu dari beberapa alasan berikut ini.
4 Alasan mengapa gaji tidak naik juga setelah sekian lama bekerja
1. Termasuk karyawan toxic
Nah, yang paling baik memang mari kita introspeksi diri dulu deh, kenapa gaji tidak naik juga padahal kita sudah bekerja keras selama ini. Jangan-jangan kesalahan itu ada pada diri kita sendiri.
Jangan-jangan kita termasuk karyawan toxic?
Duh! Hayuk, coba-coba dicek ya. Apakah selama ini kita ngeselin? Mungkin menurut kita, tindakan kita selama ini sudah tepat. Tapi ingat, kita enggak kerja sendirian. Kita punya rekan kerja, atasan, dan organisasi lo. Apakah menurut mereka, ada tindakan kita yang merugikan?
2. Tidak ada prestasi signifikan
Hal kedua yang harus dicek mengapa gaji tidak naik juga setelah sekian lama adalah apakah kita sudah menunjukkan performa yang cukup baik? Apakah kita sudah memberikan hasil kinerja optimal, yang bermanfaat untuk seluruh organisasi?
Yes, introspeksi memang merupakan langkah pertama yang harus kita lakukan jika kita menghadapi masalah seperti ini, sebelum kemudian kita mencari-cari kesalahan orang lain.
Jika memang kita belum perform secara optimal, kinerja kita masih standar-standar aja, masih hanya melakukan apa yang dijelaskan dalam job desc, dan tidak mau mencoba melangkah keluar dari zona nyaman, ya sepertinya wajar saja sih kalau gaji tidak naik. Gaji yang naik karena alasan inflasi itu berarti sudah bagus untuk kita.
3. Soft skill kurang
Soft skill ini bisa sangat luas sih cakupannya. Tapi lagi-lagi ini merupakan bagian dari introspeksi diri. Bisa jadi masalah soft skill ini berkaitan dengan profesionalitas hingga kecerdasan mengelola emosi.
Misalnya saja, leadership. Hal ini memang tidak dipunyai oleh setiap orang, meski bisa dilatih. Perusahaan–melalui staf HR–biasanya memantau siapa saja yang punya sifat kepemimpinan yang lebih. Mereka-mereka yang dianggap mampu memimpin, punya kemampuan manajerial yang baik, kecerdasan emosi yang matang, dan mampu berkomunikasi dengan baik, pasti akan menjadi kandidat untuk dipromosikan.
Kalau dipromosikan, sudah pasti ada gaji dan tunjangan-tunjangan yang mengikuti.
So, kamu merasakan setelah sekian lama bekerja tidak ada kemajuan dalam jenjang karier? Well, mungkin kamu perlu melatih lagi soft skill kamu agar lebih baik lagi.
4. Perusahaan sedang bermasalah
Salah satu ciri perusahaan yang bermasalah adalah ketika mereka tidak bisa menaikkan benefit bagi karyawan–tapi ini juga nggak melulu berarti kalau gaji tidak naik itu pasti karena perusahaan bermasalah lo. Belum tentu juga.
So, ada baiknya kamu melihat-lihat situasi, apakah ada tanda-tanda perusahaan tempat kamu bekerja sedang mengalami masalah?
Jika iya, well, ada baiknya kamu bersabar dan menahan diri untuk menanyakan kenaikan gaji yang mungkin sudah layak kamu dapatkan. Pihak manajemen pasti sekarang sedang fokus untuk menangani masalah yang ada, yang menjadi prioritas mereka.
Bahkan, ada baiknya bagi kamu untuk juga ikut berpartisipasi memberikan pendapat atau ide agar masalahnya cepat terselesaikan.
Solusi
Jadi, sambil menunggu ada perbaikan–baik dari dalam diri kita sendiri maupun dari pihak perusahaan–ada baiknya kita benahi lagi saja apa yang ada dulu. Jangan-jangan perasaan gaji yang enggak pernah cukup ini disebabkan oleh kita sendiri yang kurang terampil mengelola cash flow?
Coba cek catatan keuangan yang sudah pernah kita buat? Apakah cash flow sudah sehat? Bagaimana dengan rasio utangmu? Apakah kamu masih bisa menabung/berinvestasi?
Lakukan financial checkup ini secara berkala–3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun, agar kamu bisa memastikan kondisi kesehatan keuanganmu. Kalau ada masalah dan kamu butuh pencerahan, segera cek jadwal kelas finansial online QM Financial. Cari kelas yang kamu butuhkan, dan cus, segera daftar sebelum ketinggalan.
Jadi, belajar finansial apa hari ini?
5 Keterampilan Mengelola Keuangan Pribadi yang Harus Dipunyai Karyawan
Sebagai karyawan, adalah penting bagi kita untuk punya keterampilan mengelola keuangan pribadi. Tak hanya supaya gaji yang tak seberapa ini bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga untuk menjamin kenyamanan kita dalam bekerja.
Sudah tahu kan, bahwa ada penelitian yang mengungkapkan kalau satu dari empat karyawan mengalami stres di kantor, bukan karena workload, tetapi karena permasalahan keuangan pribadi yang mereka alami. Entah itu terjerat utang, terjebak sandwich generation, masalah pendidikan anak, masalah dana kesehatan, hingga tak siap menghadapi masa pensiun.
Bayangkan kalau semua permasalahan keuangan itu kita alami. Bisakah bekerja dengan tenang? Padahal, kalau kerja enggak fokus, performa kita juga jadi ikut berpengaruh. Akibatnya, produktivitas menurun. Hal ini bisa mengancam kita punya pendapatan, yang kemudian menimbulkan masalah keuangan yang makin pelik.
Sungguh, sebuah lingkaran yang #rauwisuwis.
So, sebagai karyawan, setidaknya kita harus mempunyai keterampilan mengelola keuangan pribadi seperti berikut ini, enggak peduli gaji kita besar ataupun kecil.
5 Keterampilan Mengelola Keuangan Pribadi yang Harus Dipunyai oleh Karyawan
1. Atur cash flow
Keterampilan untuk mengatur cash flow menjadi keterampilan mengelola keuangan pribadi pertama yang harus dikuasai oleh setiap karyawan. Bisa dibilang, inilah survival skill wajib punya untuk karyawan.
Dengan keterampilan ini, gaji berapa pun bisa diatur sedemikian rupa, sehingga bisa bertahan sampai gaji berikutnya tiba. Dengan pengaturan cash flow yang baik, karyawan juga dapat mengelola utang juga bisa menabung untuk berbagai tujuan finansialnya, baik jangka pendek, menengah, hingga panjang.
2. Mengelola pinjaman dengan bijak
Siapa sih yang enggak punya utang? Di sinilah nanti keterampilan mengelola keuangan pribadi–terutama mengatur cash flow–akan berperan.
Kalau dipikir-pikir, sepertinya sih hampir semua orang punya utang. Apalagi karyawan. Hanya saja ada beberapa jenis utang yang bisa menjerat karyawan sehingga sulit untuk segera terbebas, misalnya utang KTA, utang rentenir, hingga utang kartu kredit.
Mindset bahwa akan menerima gaji secara teratur kadang memang membuat para karyawan hilang perhitungan sehingga tak mampu mengelola pinjaman-pinjaman ini dengan baik. Tiga syarat utang sehat pun dilanggar.
Apalagi kalau sudah ada debt collector mulai meneror orang sekantor. Wah, berarti tingkat utangnya sudah parah tuh. Harus segera diatasi, dan tentu saja, si karyawan harus segera diedukasi.
3. Mengerti pentingnya asuransi
Salah satu masalah yang termasuk top 5 penyebab stres karyawan selama bekerja di kantor adalah masalah dana kesehatan. Di sinilah pentingnya kesadaran karyawan bahwa asuransi kesehatan itu penting.
Memang ada iuran BPJS Kesehatan yang biasanya difasilitasi oleh kantor (karena diwajibkan juga oleh negara), tapi kalau juga diproteksi dengan asuransi kesehatan mandiri, tentu akan lebih baik, bukan?
Satu lagi asuransi yang penting untuk dimiliki sebagai bagian keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan, yaitu mempunyai asuransi jiwa, terutama bagi karyawan yang menjadi tulang punggung keluarga. Karena yang namanya musibah bisa terjadi kapan saja, pada siapa pun. Cintailah keluarga seumur hidup mereka, tidak hanya seumur hidup kita yang pendek saja.
4. Mengenal produk investasi
Setelah cash flow aman, utang sehat, dan punya asuransi, keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan berikutnya yang harus dikuasai adalah investasi.
Investasi merupakan salah satu solusi bagi karyawan untuk mewujudkan tujuan finansial, entah itu pendek ataupun yang jangka panjang. Rumah pertama, dana pendidikan anak, hingga yang sesepele dana liburan, semua enggak akan cukup dipenuhi dengan hanya menabung saja.
Tetapi, untuk bisa investasi, kita harus belajar banyak. Terutama harus kenalan dulu dengan berbagai produk investasi, dari yang risiko rendah hingga yang agresif. Setelah kenal dengan berbagai produk investasi, lalu kita pun bisa menyesuaikan dengan karakter kita sendiri. Yang mana yang cocok.
Dan ingat ya, bahwa keputusan berinvestasi adalah tanggung jawab kita sendiri. Maka, coba kenali dulu berbagai produknya.
5. Siap pensiun
Permasalahan terkait keuangan yang lain–yang selalu saja menjadi masalah wajib para karyawan–adalah ketidaksiapan menghadapi masa pensiun.
Karena sudah difasilitasi juga oleh kantor, dalam bentuk iuran Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua, tanpa sadar bahwa dengan keduanya saja enggak cukup.
Untuk bisa menikmati pensiun sejahtera, menurut penelitian, setidaknya kita harus punya 70% dari gaji yang terakhir diterima sebelum mulai pensiun setiap bulan. Sedangkan, menurut perhitungan dari penelitian yang sama, karyawan hanya akan menerima dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan itu kira-kira sebesar 38% saja dari gaji.
Aduh, mana cukup?
Pantas saja kan, ada banyak pensiunan newbie yang terkaget-kaget dengan kondisi barunya ini, yang kemudian membuat mereka menjadi kebingungan bagaimana harus membiayai hidup mereka.
Kelima keterampilan mengelola keuangan pribadi karyawan di atas bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.