7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga yang Harus Selalu Diingat
Membuat perencanaan keuangan keluarga—harus diakui—sebenarnya tidak sesederhana yang dipikirkan. Apalagi kalau memang bagi yang masih awam, atau memiliki literasi keuangan yang belum begitu baik. Tapi, teteup ya, harus dibuat.
Pasalnya, tanpa punya perencanaan keuangan untuk keluarga, bisa jadi kita hanya berjalan tak tentu arah, atau bahkan hanya jalan di tempat. Akibatnya, masalah keuangan akan lebih rentan terjadi. Perencanaan keuangan keluarga berfungsi layaknya navigasi; kita mau ke mana, pengin hidup seperti apa, ingin meraih apa ke masa depan nanti.
Perencanaan keuangan juga merupakan alat kontrol dan evaluasi terhadap apa yang sudah kita lakukan; apakah sudah sesuai dengan yang kita inginkan, atau perlu penyesuaian.
Ya, memang sepenting itulah sebuah perencanaan keuangan keluarga.
Untuk mulai membuatnya, yuk, singkirkan dulu pikiran rumit itu. Kita bisa kok membuat perencanaan keuangan keluarga secara sederhana dulu, asalkan ingat 7 prinsip berikut ini.
7 Prinsip Perencanaan Keuangan Keluarga
1. Sepakat dengan pasangan
Keluarga adalah unit kecil, tetapi bisa saja dianggap sebagai organisasi. Dalam organisasi, sudah pasti ada bagian atau divisi-divisinya. Orang yang akan diserahi jabatan tertentu sudah pasti harus tahu apa job desc masing-masing, dan siap bekerja sama dengan divisi yang lain.
Begitu juga dalam keluarga. Sepakati peran dalam keluarga dengan pasangan. Hal ini harus menjadi PR pertama yang diselesaikan. Siapa yang akan bekerja untuk nafkah keluarga, bagaimana membaginya, siapa membayar apa, atau kalau butuh uang harus ke mana, dan seterusnya.
Saling terbuka dan backup adalah kunci lancarnya prinsip perencanaan keuangan keluarga yang pertama ini. Jadi, begitu sudah membangun keluarga, prinsip ini harus dilakukan yang pertama kali.
2. Cash flow lancar dan positif
Besar pasak daripada tiang? Oh no! Perencanaan keuangan keluarga yang baik artinya cash flow lancar dan positif. Ingat, kamu sudah bukan lajang lagi, dan sekarang sudah punya tanggungan—apalagi sudah punya anak. Besar pasak daripada tiang artinya ada masalah dalam pengelolaan keuangan. Artinya, harus ada yang diulik dan disesuaikan.
Lakukan financial check up, buat catatan terutama mengenai:
- Berapa penghasilan yang masuk setiap bulannya? Bisa juga diambil rata-rata jika penghasilannya tidak tetap
- Berapa pengeluarannya setiap bulan?
- Pos pengeluaran mana yang paling banyak menyedot dana?
- Pos pengeluaran mana yang bisa dihemat?
- Bagian mana yang bocor halus?
Cash flow harus positif, artinya penghasilan lebih besar daripada pengeluaran, agar ke depannya tidak menjadi beban yang terlalu berat. Jika memang masih negatif, coba diulik apakah ada yang bisa dihemat lagi. Atau, coba mencari pintu rezeki lain demi menambah penghasilan.
3. Utang tidak dilarang, tapi …
Jika pos pengeluaran terbesar kamu adalah cicilan utang, maka hal ini juga harus menjadi perhatian utama dalam perencanaan keuangan keluarga.
Memang tidak ada yang melarang kita untuk meminjam dana, terlepas dari apa pun penggunaannya. Tetapi tentu saja, harus diperhitungkan dengan cermat. Cicilan utang seharusnya tidak boleh melebihi 30% dari penghasilan rutin setiap bulan. Rasio ini dianggap ideal, karena artinya kamu masih punya 70% penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rutin.
Karena itu, setiap kali ingin meminjam dana—untuk keperluan apa pun—pastikan nantinya cicilan total semua utang tidak lebih dari 30%. Kalau sekarang sudah lebih gimana dong? Cari solusi agar bisa dikurangi sampai 30%.
4. Budgeting adalah koentji
Membuat anggaran untuk pengeluaran rutin adalah hal wajib untuk perencanaan keuangan keluarga yang lebih baik. Dengan anggaran—apalagi jika bisa dibuat secara detail—kamu akan dapat memastikan rencana keuangan direalisasikan dengan baik.
Budgeting juga soal menyusun prioritas, agar kebutuhan masa sekarang dan masa depan sama-sama bisa dipenuhi dengan baik. Dengan budgeting, kita juga tahu jika cash flow kita mengalami gangguan, sehingga bisa mengantisipasinya dengan lebih baik.
5. Investasi di depan
Pastikan memprioritaskan investasi di depan pada perencanaan keuangan keluarga. Bukan di belakang, dengan uang sisa belanja. Pasalnya, tak akan pernah ada yang namanya ‘uang sisa’.
Investasi merupakan ‘kendaraan’, atau ‘alat’, yang dapat membantu kita untuk mencapai tujuan keuangan. Karena itu, pastikan proprosinya pas. Idealnya sih minimal 10% dari penghasilan rutin. Mau lebih? Tentu lebih baik lagi.
Jadikan investasi sebagai bagian dari rutinitas perencanaan keuangan keluarga, bukan dilakukan sekadar kalau ingat atau pakai uang sisa, agar nantinya tujuan keuangan bisa dicapai dengan baik.
6. Lengkapi proteksi
Proteksi juga merupakan elemen penting dalam perencanaan keuangan keluarga, dan tak boleh diabaikan. Pasalnya, proteksi akan melindungi kamu dan keluargamu dari risiko finansial jika ada musibah atau hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Kadang kita meremehkan adanya asuransi. Tapi, begitu kesulitan sudah datang, baru deh menyesal, kenapa kemarin enggak ambil asuransi.
Meski demikian, beli polis asuransi juga sebaiknya tak sembarangan. Pastikan bahwa polis asuransi yang kamu beli memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Bacalah polis dengan saksama, cermati berbagai syarat dan ketentuannya. Jangan sampai ketika nanti harus klaim, ternyata klaim ditolak atau hanya dicover sebagian hanya karena kita kurang paham cara kerja perlindungannya.
7. Review berkala
Prinsip perencanaan keuangan keluarga yang terakhir adalah review yang dilakukan secara berkala. Kamu bisa melakukannya tiga bulanan, enam bulanan, atau mungkin juga tahunan. Sesuaikan dengan kondisi dan kebutuhanmu.
Cek, apakah semua berjalan sesuai rencana? Atau adakah yang perlu diperhatikan lebih detail lagi? Jika masih jauh dari harapan, di bagian mana yang harus disesuaikan?
Hasil review kamu akan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan keuangan keluarga yang berikutnya.
Nah, itu dia 7 prinsip perencanaan keuangan keluarga. Mungkin sudah ada yang melakukan ketujuh prinsip di atas, itu pastinya hal yang sangat bagus. Tinggal dilanjutkan saja, dan disesuaikan dengan tujuan keuanganmu.
Buat yang belum mulai membuat perencanaan keuangan keluarga, tidak pernah ada kata terlambat loh. Kamu bisa mulai membuatnya hari ini juga.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!