Merencanakan Masa Depan dengan Gaji Pertama: Cara Bijak Mengelola Keuangan
Gimana rasanya punya gaji pertama? Seneng, pastinya!
Terus sekarang gimana? Apa yang harus dilakukan dengan gaji pertama? Beli semua yang kamu pernah pengin tapi susah karena belum berpenghasilan? Mau traktir orang-orang rumah dan teman?
Eits, sebentar. Gaji pertama memang jadi momen penting yang menandai awal kemandirian finansial. Menerima gaji pertama memberikan perasaan bangga dan kepuasan. Tapi enggak cuma itu. Punya gaji artinya kamu sekarang punya tanggung jawab baru untuk mengelolanya.
Merencanakan masa depan dengan bijak sejak gaji pertama akan memberikan manfaat jangka panjang. Dengan pengelolaan yang tepat, gaji pertama bisa menjadi fondasi kuat untuk mencapai tujuan keuangan dan stabilitas finansial di masa depan.
Table of Contents
Kelola Gaji Pertama agar Manfaatnya Didapat untuk Jangka Panjang
Yes, setuju kan, kalau mendapatkan gaji pertama membawa tanggung jawab baru? Untuk memastikan gaji pertama memberikan manfaat jangka panjang, penting untuk memiliki strategi pengelolaan keuangan yang tepat. Berikut beberapa cara bijak dalam mengelola gaji pertama agar manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.
1. Buat Anggaran
Buat anggaran bulanan untuk mengatur keuangan dengan baik. Tentukan terlebih dahulu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi. Catat semua pengeluaran dan pemasukan secara rinci agar mudah memantau aliran uang.
Evaluasi pengeluaran bulanan untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Jangan lupa untuk menyisihkan sebagian pendapatan sebagai tabungan. Dengan begitu, anggaran akan membantu mengontrol keuangan dan mencegah pengeluaran yang tidak perlu.
Rencanakan anggaran dengan realistis, sesuaikan dengan penghasilan yang diterima. Jika ada sisa uang, gunakan untuk tujuan lain seperti hiburan atau dana darurat. Tetap disiplin dalam mengikuti anggaran yang telah dibuat.
Baca juga: Bagaimana Mengembangkan Karier dan Keuangan, Mulai dari Gaji Kecil
2. Tradisi Traktir Teman
Tradisi traktir teman-teman atau orang-orang di rumah dengan gaji pertama sih boleh saja. Hal ini sering dianggap sebagai cara untuk merayakan pencapaian dan berbagi kebahagiaan. Bisa jadi momen spesial yang mempererat hubungan dengan teman-teman kamu juga kan?
Namun, penting juga untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan. Pastikan traktiran tetap dalam batas anggaran yang telah direncanakan. Jangan sampai merayakan terlalu berlebihan hingga mengorbankan kebutuhan penting atau tabungan.
Cara sederhana bisa dipilih, seperti traktir makanan ringan atau minuman. Yang terpenting adalah momen kebersamaan dan apresiasi atas dukungan orang-orang terdekatmu ini kan? Seimbang antara merayakan dan menjaga keuangan tetap sehat adalah kunci utamanya.
3. Langsung Bagi ke Pos-Pos
Sudah punya anggaran, langsung bagi ke pos-posnya. Kamu bisa pakai old school: sistem amplop.
Bagi gaji ke dalam beberapa amplop sesuai dengan kategori pengeluaran, seperti makanan, hiburan, transportasi, dan tabungan. Ini membuat pengeluaran lebih terkontrol dan jelas. Atau kalau kamu sudah pakai aplikasi, sekarang banyak aplikasi yang menerapkan semacam kantun-kantung simpanan tersendiri.
Kamu juga bisa buat beberapa rekening bank untuk tujuan berbeda, seperti satu untuk pengeluaran harian, satu untuk tabungan, dan satu lagi untuk investasi. Ini membantu memisahkan uang sesuai dengan fungsinya.
Yes, jangan lupa sisihkan sekitar 20-30% dari gaji untuk tabungan atau investasi. Ini bisa membantu dalam membangun dana darurat atau tujuan keuangan jangka panjang.
4. Pahami Cara Kerja Utang dengan Baik
Pasti kamu akan mendapatkan banyak tip, agar menghindari atau menjauhi utang. Well, sebenarnya lebih penting buat kamu untuk paham cara kerja utang.
Utang enggak selalu merugikan, hanya kamu harus paham cara kerjanya. Utang juga memiliki manfaat, terutama untuk membeli aset yang nilainya bertumbuh seiring waktu. Memulai pengumpulan aset sejak gaji pertama bisa menjadi langkah cerdas untuk masa depan finansial.
Memahami hal ini sejak awal adalah langkah yang bijak. Yang paling penting, pastikan utang digunakan untuk tujuan produktif, bukan konsumtif. Yang harus dihindari adalah utang konsumtif yang hanya membebani keuangan tanpa memberikan nilai tambah. Ingat, berani utang juga harus berani bayar.
5. Punyai Tujuan Keuangan
Tentukan tujuan keuangan dengan jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya, tujuan jangka pendek bisa berupa liburan atau membeli gadget baru, sementara tujuan jangka panjang dapat berupa membeli rumah.
Menentukan tujuan ini membantu memberikan arahan dan motivasi dalam mengelola keuangan. Ketika memiliki tujuan yang spesifik, akan lebih mudah untuk menyisihkan uang dan mengatur pengeluaran.
6. Bijak Belanja
Belanja bijak merupakan keterampilan penting untuk menjaga kestabilan keuangan. Hindari pembelian impulsif dengan selalu membuat daftar belanja sebelum pergi ke toko atau berbelanja online.
Bandingkan harga dari berbagai penjual untuk mendapatkan penawaran terbaik. Fokus pada kebutuhan utama dan hindari godaan untuk membeli barang yang hanya berdasarkan keinginan semata.
Sisihkan sebagian kecil dari gaji untuk membeli sesuatu yang diinginkan sebagai penghargaan atas kerja keras. Tetapkan batasan anggaran yang wajar untuk pengeluaran ini agar enggak mengganggu alokasi untuk kebutuhan pokok dan tabungan.
7. Edukasi Diri
Edukasi finansial adalah kunci untuk membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan aman. Terus belajar tentang manajemen keuangan melalui berbagai sumber, seperti yang QM Financial punya. Ada artikel, podcast, channel YouTube, Instagram, TikTok, dan kelas-kelas keuangan. Pilih topik yang relevan, yang kamu butuhkan dari level yang paling basic.
Pengetahuan yang baik akan membantu mengidentifikasi peluang dan menghindari risiko dalam pengelolaan keuangan. Dengan terus belajar, akan lebih mudah membuat keputusan yang bijaksana dan strategis untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang.
Baca juga: Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
Merencanakan masa depan dengan gaji pertama adalah langkah penting dalam mencapai stabilitas finansial. Dengan mengelola keuangan dengan bijak sejak awal, peluang untuk mencapai tujuan jangka panjang akan semakin besar. Gaji pertama bukan hanya pencapaian, tetapi juga fondasi kuat untuk masa depan yang lebih baik.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Punya Gaji 2 Digit Juga Kudu Punya Keterampilan Mengelola Keuangan yang Baik – Mengapa?
Punya gaji 2 digit? Duh, kebayang deh, bebasnya mau ngapain aja bisa.
Eits, tapi jangan salah loh. Mau punya gaji 2 digit, gaji 3 digit, gaji 1000 digit, kalau enggak tahu cara mengelola keuangan dengan baik, pada akhirnya ya bakalan boncos juga. Mubazir, kasihan deh uangnya enggak ada gunanya.
Punya gaji besar bukan berarti tinggal ongkang-ongkang saja menikmati gaji. Kudu dikelola dengan baik juga, supaya ada manfaatnya. Kalau enggak untuk diri sendiri, ya untuk sesama. Bener nggak sih?
Sudah banyak bukti tuh, ada yang kerja dan mendapat gaji besar, punya banyak barang mewah, tetapi ternyata enggak punya tabungan. Bukan mendoakan, tetapi kadang di hidup itu juga ada badai. Misalnya, ndilalah badainya terlalu besar, dan kita enggak siap, gimana? Punya gaji segede apa pun, enggak ada artinya kan?
Table of Contents
Mengapa Pengelolaan Keuangan Itu Penting, Juga untuk yang Punya Gaji 2 Digit?
Pada prinsipnya, pengelolaan keuangan adalah proses merencanakan, mengatur, mengarahkan, dan mengontrol aset finansial dalam kehidupan kita. Termasuk di dalamnya ada kegiatan seperti budgeting, mengatur prioritas, investasi, menabung, hingga aktivitas sosial, seperti membayar zakat misalnya.
Tujuan pengelolaan keuangan ini sama saja—baik untuk yang punya gaji besar ataupun yang UMR—untuk memastikan bahwa kita dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, sambil juga menabung untuk tujuan jangka panjang dan menghadapi keadaan darurat tanpa stres finansial yang enggak perlu.
Nah, konsep dasar ini harus dipahami dengan baik dulu, karena pengelolaan keuangan yang baik itu dapat memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Dari membeli kebutuhan sehari-hari, membayar tagihan, menyisihkan dana untuk pendidikan atau pensiun, hingga berinvestasi untuk masa depan. Semua ini memerlukan perencanaan dan pengelolaan yang cermat agar dapat tercapai tanpa mengorbankan kestabilan finansial.
Kesalahan Pengelolaan Keuangan Mereka yang Punya Gaji 2 Digit
Betul, sering banget lihat sambat finansial di media-media sosial, seperti di akun fess atau perseorangan. Katanya, gaji besar, tapi kok susah nabung ya?
Nah, di kalangan orang berpendapatan tinggi, ada beberapa kesalahan pengelolaan keuangan yang umum dilakukan sehingga membuat mereka jadi enggak bisa stabil secara finansial (meskipun gajinya besar). Di antaranya:
- Terjadi inflasi gaya hidup. Yes, istilah ini merujuk pada meningkatnya gaya hidup atau lifestyle ketika gaji naik. Akibatnya, muncul pengeluaran tambahan yang mengikis pendapatan, tanpa meningkatkan tabungan atau investasi.
- Kurang diversifikasi. Berinvestasi dalam satu aset atau sektor saja, yang meningkatkan risiko finansial jika pasar aset atau sektor tersebut turun.
- Enggak punya asuransi atau dana darurat, karena merasa cukup nyaman dengan pendapatan rutin yang tinggi. Akhirnya begitu ada yang di luar rencana dan biayanya besar, jadi bingung kan?
- Pengelolaan utang yang buruk. Ada banyak kasus, ketika orang bergaji tinggi ternyata punya utang konsumtif yang tinggi juga. Mirisnya, mereka justru enggak punya rencana keuangan yang solid untuk mengembalikan pinjamannya.
So, pengelolaan keuangan yang baik adalah kunci untuk mencapai dan memelihara kestabilan finansial. Bukan soal nominal banyak dan sedikit yang didapatkan, tetapi justru pada pengeluarannya.
Keterampilan Pengelolaan Keuangan yang Wajib Dimiliki
Mengelola keuangan pribadi bagi yang punya gaji 2 digit akan membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk membuat keputusan yang bijaksana. Berikut adalah beberapa keterampilan utama yang perlu dimiliki oleh kamu yang bergaji besar, agar bisa mengelola keuangan dengan baik.
1. Budgeting: Cara Membuat Anggaran yang Realistis
Mulailah dengan mendokumentasikan semua sumber pendapatan dan mencatat semua pengeluaran untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang situasi keuangan kamu.
Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Alokasikan dana terlebih dahulu untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, dan buat anggaran yang membantu kamu mencapai tujuan tersebut.
Sesuaikan anggaran secara berkala agar dapat beradaptasi dengan cepat jika terjadi perubahan dalam pendapatan atau pengeluaran.
2. Investasi: Memilih Investasi yang Sesuai Tujuan
Untuk bisa memulai investasi, kamu perlu membuat rencana keuangan dulu. Tentukan judul, jangka waktu, dan targetnya. Meskipun gajimu besar, tiga hal ini—judul, jangka waktu, dan target investasi—tetap perlu kamu miliki ya.
Dengan adanya judul, jangka waktu, dan target, kamu akan bisa melakukan investasi dengan lebih terarah. Hingga nanti akhirnya, kamu enggak gampang menyabotase keuanganmu sendiri demi hal-hal lain yang kurang penting.
Setelah menentukan judul, jangka waktu, dan target, selanjutnya kamu bisa memilih instrumennya. Sesuaikan karakter instrumen dengan rencana investasi yang sudah kamu buat. Dengan demikian, diharapkan, investasimu dapat berkembang secara optimal.
3. Hemat dan Efisien: Mengurangi Pengeluaran
Periksa pengeluaran bulanan dan identifikasi area di mana kamu bisa berhemat. Meskipun gaji besar, tak ada salahnya jika kamu menerapkan frugal living. Justru, dengan konsep ini, bisa dipastikan, tabungan dan investasimu akan berkembang dengan lebih baik.
4. Perencanaan Pajak: Jadi Warga Negara yang Baik
Bayar semua pajak yang diwajibkan ya. Simpan dokumen dan bukti terkait pajak dengan rapi untuk memudahkan pelaporan dan audit. Update segala peraturan yang berlaku, agar memudahkanmu dalam proses pembayarannya.
5. Persiapan untuk Masa Depan: Asuransi dan Dana Pensiun
Asuransi itu penting dimiliki oleh siapa saja, baik yang bergaji UMR maupun yang punya gaji 2 digit. Apalagi kalau kamu merupakan tulang punggung keluarga. Pastikan semua orang yang hidupnya kamu tanggung memiliki asuransi kesehatan. Paling basic adalah BPJS Kesehatan. Kalau perlu, boleh dilengkapi dengan asuransi kesehatan swasta.
Jangan lupa untuk melindungi dirimu sendiri dengan asuransi jiwa. Agar jika terjadi apa-apa, orang-orang terkasih yang hidupnya bergantung padamu bisa tetap bertahan hidup.
Rencanakan juga dana pensiun kamu. Jangan sampai lupa untuk menyisihkan kontribusi ke dana atau program pensiun, baik yang diberikan oleh kantor ataupun yang kamu bangun secara mandiri. Pastikan masa pensiunmu nanti juga senyaman sekarang, saat kamu masih punya gaji 2 digit.
Nah, jadi meskipun punya gaji 2 digit, ternyata PR-nya juga banyak kan?
Menguasai keterampilan ini membutuhkan waktu, kesabaran, dan praktik. Namun, dengan komitmen untuk belajar dan menerapkan prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan, kamu pasti dapat membangun dasar yang kuat untuk kesejahteraan finansialmu sendiri dan keluarga, bahkan bisa menjamin masa pensiunmu tetap bisa dijalani seperti sekarang saat masih bergaji besar.
Nah, gimana? Kalau mau, kamu bisa mengundang QM Financial team untuk mengadakan financial training di kantormu, untuk memastikan semua orang punya skill pengelolaan keuangan yang baik, dari yang gajinya sudah besar maupun yang masih entry level. Kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Penny Wise Dollar Foolish: Kesalahan Kebiasaan Keuangan Generasi Masa Kini
Pernah mendengar tentang penny wise dollar foolish? Mungkin belum ya? Tapi istilah ini sebenarnya sungguh related lo dengan kondisi banyak dari kita, terutama sih yang masih belum mengenal cara mengelola keuangan dengan baik.
Penny Wise Dollar Foolish: Apa Itu?
Penny wise dollar foolish, kadang disebut juga penny wise dollar stupid, atau penny wise pound foolish untuk orang-orang yang hidup di Inggris—mungkin kita juga bisa menyebut penny wise rupiah foolish. Ini adalah istilah untuk menyebut upaya kita untuk menghemat recehan, tetapi malah boros lebih banyak.
Nah, rings the bell kan?
Contohnya seperti apa tuh? Yuk, kita lihat. Barangkali dengan contoh, kamu akan lebih mengerti. Pasalnya, kondisi penny wise dollar foolish ini lazim banget dijumpai di mana-mana, mungkin kita juga sering melakukannya meskipun kita sudah cukup lama belajar keuangan.
Contoh Situasi Penny Wise Dollar Foolish
1. Berburu diskon atau harga yang lebih murah
Sering kali kita pengin mendapatkan barang dengan harga yang murah. Ya, ini hal yang wajar sih. Ke mana-mana barang diskon, yang lebih murah, promo, selalu diburu. Tapi, ada kalanya harga yang lebih murah enggak “murah” beneran.
Misalnya saja, kita pergi ke toko yang jauh banget, demi bisa mendapatkan diskon. Atau misalnya, datang ke suatu kafe, karena ada promo lebih murah di situ, padahal jaraknya puluhan kilometer. Iya memang, kita bisa mendapatkan barang yang lebih murah, tetapi BBM dan waktu serta energi kita jadi terbuang lebih banyak.
Atau, sering kali kita keluar masuk toko satu dan banyak toko lain hanya untuk membandingkan harga, mana yang lebih murah. Memang sih, ketika bisa mendapatkan harga yang paling miring itu, kita bahagia. Tapi, tak lama kemudian, kita masuk ke kafe atau food court, dan order makan yang berlebihan. Padahal, kalau kita tidak terlalu membuang energi keluar masuk toko, kita bisa segera mendapatkan apa yang kita mau, dan pulang. Makan siang saja di rumah.
2. Beli kemasan besar
Kadang kala memang ada penawaran barang dalam kemasan besar, yang kalau kita hitung-hitung ternyata jatuhnya lebih murah. Karena “terasa” lebih murah, makanya kita lebih memilihnya ketimbang membeli kemasan-kemasan kecil.
Tetapi, membeli kemasan besar ini tak selamanya menguntungkan. Apalagi kalau sebenarnya barang tersebut hanya kita perlukan dalam jumlah yang sedikit saja. Kalau misalnya seperti minyak atau tepung atau bahan lain yang sering kita gunakan sehari-hari, kemasan besar bisa jadi lebih ekonomis. Namun, untuk barang tertentu, bisa jadi kemasan kecil lebih efisien.
Misalnya, sering kita mendapat tawaran untuk memperbesar ukuran pesanan kopi atau paket makanan. Sebenarnya kita cukup order kopi cup kecil, atau mungkin satu dus donat isi 6. Tetapi, karena selisihnya sedikit saja untuk upsize, kita jadi order ukuran yang lebih besar. Jadi beli kopi cup besar deh—yang kemudian malah tersisa. Atau, jadi beli donat isi 12 deh, padahal 6 saja sebenarnya sudah cukup. Enam donat sisa malah jadi harus masuk kulkas atau malah terbuang, karena udah pada enek.
3. Memilih premi asuransi yang murah
Dalam memilih asuransi, banyak orang mendasarkan pertimbangannya pada premi yang murah. Padahal bisa jadi, premi yang murah cakupan perlindungannya juga minim, atau uang pertanggungannya juga kecil.
Misalnya, memilih asuransi jiwa dengan premi Rp1 juta saja per tahun. Memang murah sih, jadi ringan iurannya. Tetapi uang pertanggungannya “hanya” Rp100 juta. Cukupkah uang pertanggungan itu nanti dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita, jika benar-benar ada risiko keuangan terjadi?
Pertimbangan untuk memilih asuransi jiwa seharusnya berorientasi pada kebutuhan. Meskipun, memang, untuk memperhitungkan hal ini, seseorang harus mempertimbangkan kemampuan finansialnya. Premi Rp1 juta pastinya jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Namun bukan berarti semata-mata hanya karena premi murah saja.
4. Memilih barang murah berkualitas rendah
Atas nama berhemat, kita sering lebih memilih barang yang murah. Padahal, kualitasnya rendah. Alhasil, barang tersebut malah lebih cepat rusak, yang berarti kita harus segera membeli yang baru lagi.
Alih-alih fokus pada harganya, akan lebih baik fokus pada kualitasnya. Memang banyak orang bilang, ada harga, ada rupa. Artinya, bahwa ada harga, kualitas pun terjamin. Tapi sebenarnya enggak selalu gitu juga loh. Ada kok, barang berkualitas dengan harga yang sepadan. Yang seperti inilah yang seharusnya kita cari.
5. Nggak mau mengeluarkan uang untuk belajar, tapi berinvestasi jutaan tanpa analisis
Kondisi penny wise dollar foolish yang terakhir ini juga sering kita jumpai. Atau, jangan-jangan pernah terjadi juga pada kita? Duh, semoga enggak sih.
Ada begitu banyak kesempatan untuk belajar, tetapi sayangnya, kita sayang mengeluarkan uang. Tapi, begitu ada iming-iming investasi nggak jelas yang terlihat menggiurkan, malah tak segan mengeluarkan uang berjuta-juta. Ternyata, investasinya bodong. Duh, menangys deh.
Atau, sayang menyisihkan waktu untuk belajar dengan benar, tapi ikut-ikutan saja apa kata orang yang lagi hype. Padahal, apa yang cocok dilakukan orang, belum tentu cocok untuk diri kita. Akibatnya, alih-alih untung, malah buntung.
Yes, begitu banyak kondisi penny wise dollar foolish—atau recehan wise rupiah foolish—yang kita lakukan sampai hari ini kan? Mungkin kamu juga melakukan hal lain yang serupa juga hari ini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Mengelola Keuangan: Mengapa Kamu Harus Memulainya Sekarang?
Semua orang pengin kaya. Tapi, sayangnya, enggak semua paham, bahwa untuk hal itu, harus diawali dengan belajar mengelola keuangan yang baik.
Yes, padahal, dengan belajar mengelola keuangan pribadi maupun rumah tangga dengan baik, kamu bisa mengatur cukup tidaknya isi dompet untuk membiayai hidupmu. Mau banyak uang, tanpa atur keuangan? Nggak bisa. Karena sudah pada dasarnya manusia punya banyak mau, sedangkan sumber daya selalu terbatas. Misalkan gaji besar, biasanya juga diikuti dengan naiknya lifestyle atau gaya hidup juga. Akhirnya, ya teteup. Banyak mau, sumber daya (terasa) terbatas.
Jadi, mau gaji besar, gaji kecil, sama saja. Kamu perlu belajar mengelola keuangan.
Pengelolaan keuangan ini juga punya manfaat lain, apalagi jika kamu memulainya sekarang. Apa saja?
Pentingnya Belajar Mengelola Keuangan
1. Memastikan uang dikeluarkan untuk sesuatu yang penting
Kebutuhan dan keinginan, keduanya kadang memang sulit untuk dipisahkan. Namun, ketika kita mengeluarkan uang untuk pilihan yang salah, bisa jadi opsi yang lain jadi tak terpenuhi. Akibatnya, rasanya seperti buang-buang uang saja.
Misalnya begini. Sepatu mewah atau makanan untuk sekeluarga? Sudah pasti seharusnya kita memilih prioritas makanan untuk keluarga. Namun, jika tidak belajar mengelola keuangan, bisa jadi saat itu, kita lebih memilih sepatu mewah. Mungkin saat itu lagi diskon banyak. Sampai 90%! Sepatu mewah harganya Rp10 juta, mumpung diskon jadi dibeli. Padahal uang 10% dari Rp10 juta itu sebenarnya bisa dipakai untuk makan berhari-hari. Sepatu mewah dipilih, karena bisa dipamerkan di Instagram atau snap WhatsApp. Lumayan jadi bikin orang lain iri.
Tapi, tujuan hidup kita seharusnya bukanlah hanya membuat orang lain iri, kan?
2. Memastikan kebutuhan tercukupi
Kita punya kebutuhan hari ini, besok, minggu depan, tahun depan, hingga ke masa depan. Jika tidak belajar mengelola keuangan, bisa jadi uang tidak akan bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan yang banyak itu.
Misalnya saja, kita harus makan hari ini. Tetapi, harus juga sekaligus menyisihkan dana darurat. Belum lagi biaya pendidikan anak, dana rumah pertama. Sampai dana pensiun! Gimana coba memenuhi semua itu dengan gaji kita yang terbatas sekarang, kalau tidak tahu cara mengelola keuangan dengan baik?
Dengan pengelolaan keuangan yang baik, kita bisa membuat rencana keuangan sampai jauh ke depan, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan untuk hari ini.
3. Tidak takut tak bisa membayar utang
Utang itu sah-sah saja, apalagi jika demi membangun aset. Dengan catatan, rasio utang tidak melebihi 30% penghasilan. Banyak orang yang tak paham tentang hal ini karena mereka tidak belajar mengelola keuangan sejak dini.
Akibatnya, alih-alih dimanfaatkan untuk membangun aset, utang malah menjerat dan menimbulkan masalah besar. Utang berlebihan, tanpa bisa dibayar kembali. Uang habis, hidup tak tenang.
Karena itu, mengatur keuangan itu penting, agar kamu bisa terhindar dari utang yang tak perlu, sekaligus memastikan diri dapat membayarnya kembali.
4. Memiliki dana darurat
Kamu baru saja menjadi korban PHK. Dalam beberapa waktu ke depan, kamu tidak akan punya penghasilan. Bagaimana kamu bisa menyambung hidup? Salah satu alternatifnya gunakan dana darurat.
Dana darurat tidak akan bisa terpenuhi dengan baik sampai nominal ideal jika kamu tidak belajar mengelola keuangan.
5. Memastikan hari tua yang mandiri dan sejahtera
Sudah ada rencana, mau hidup seperti apa di hari tua nanti, ketika kita tak lagi produktif? Sebisa mungkin jangan menjadi beban anak dan cucu.
Ya, belajar mengelola keuangan tak hanya bisa dirasakan manfaatnya untuk kehidupan hari ini saja, tetapi bahkan sampai jauh ke depan. Yang paling panjang pastinya adalah dana pensiun. Jika tidak direncanakan sedari sekarang, bisa saja loh kita bekerja terus sampai tua. Duh, masa iya enggak pakai istirahat?
Nah, setelah paham arti penting belajar mengelola keuangan, lalu gimana ya cara memulainya? Belajar keuangan itu kan membosankan!
Ah, enggak juga! Yang bilang belajar mengelola keuangan membosankan itu pasti belum pernah belajar bareng QM Financial. Kamu bisa belajar dengan berbagai konten yang sudah disediakan oleh QM Financial, meliputi:
- Konten artikel di website QM Financial
- Video di channel YouTube QM Financial
- Financial clinic di Spotify
- Akun Instagram QM Financial
- Akun TikTok QM Financial
- Modul-modul belajar keuangan di Udemy
- Gamification microlearning di Levio
- Kelas-kelas online, baik yang gratis maupun berbayar setiap bulannya
Banyak kan? Kamu tinggal pilih platform dan model belajar mana yang kamu suka. Bersama para trainer QM Financial yang berkompeten, kamu bisa belajar mulai dari basic sampai advanced secara berjenjang, sesuai dengan kebutuhan. Belajar keuangan enggak ngebosenin lagi, bahkan bisa fun and practical!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
3 Indikator Kesehatan Keuangan Bagi Karyawan
Kesehatan jadi salah satu hal yang penting bagi kita akhir-akhir ini, ya kan? Tapi, nggak hanya yang berhubungan dengan tubuh, tapi juga kesehatan keuangan. Apalagi buat para karyawan, penting banget deh!
Gimana, apakah di tahun 2021 ini, para karyawan masih merasa uang gaji bulanan tidak pernah cukup? Atau di tahun ini, yang seharusnya sudah bekerja lebih dari 5 tahun, tapi masih saja banyak yang mengeluh kalau nggak punya tabungan? Yah, jika demikian, maka bisa berarti kondisi keuangan karyawan belum ideal, dan mungkin masih menggunakan cara yang kurang tepat dalam mengelola keuangan.
Keuangan Pribadi Karyawan
Mengelola keuangan pribadi adalah hal yang wajib dilakukan, terutama bagi yang berstatus karyawan. Sebelum mengelola keuangan, kita perlu cek dulu kesehatan keuangan kita. Kesehatan keuangan sangat berpengaruh bagi karyawan, sehingga sudah selayaknya bagi perusahaan untuk membuat program pelatihan mengenai cara mengelola keuangan yang baik bagi karyawan.
Dengan melakukan cek kesehatan keuangan, karyawan dapat mendapat jalan keluar untuk mengatasi segala masalah keuangannya. Perusahaan percaya jika karyawan mampu mengelola keuangan maka kualitas hidupnya akan meningkat, dan hal tersebut tentu akan berdampak pada meningkatnya kreativitas, produktivitas, dan efektivitas karyawan dalam bekerja.
Itulah pentingnya cek kesehatan keuangan bagi karyawan.
Lalu bagaimana cara cek kesehatan keuangan bagi karyawan? Nah, berikut beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengecek kesehatan keuangan karyawan.
Cara Mengecek Kesehatan Keuangan Karyawan
1. Rasio Tabungan (Saving Ratio)
Rasio tabungan adalah perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan jumlah uang yang dapat ditabung atau investasikan setiap tahun.
Sudah tahu kan ya, bahwa menabung merupakan hal yang sangat penting? Kita nggak akan tahu, gimana kebutuhan kita kelak, yang jelas seiring bertambahnya waktu, kebutuhan sesorang juga akan bertambah.
Ini memang erat kaitannya dengan tujuan keuangan kita. Oleh sebab itu sebaiknya alokasikanlah sebagian penghasilan untuk ditabung secara rutin.
Rasio tabungan = uang yang ditabung atau investasi/total pendapatan
Rasio tabungan paling ideal adalah minimal 10% dari penghasilan. Ingat ya, angka tersebut adalah minimal sehingga semakin besar rasionya maka semakin baik.
Namun, tetap harus perhatikan kebutuhan dan pengeluaran utama juga ya. Jadi, dengan menggunakan rumus di atas, apakah sudah cukup tabungannya? Jika belum, sebaiknya segera rencanakan.
2. Rasio Cicilan Utang
Rasio kedua yang dapat menjadi indikator untuk cek kesehatan keuangan bagi karyawan adalah rasio cicilan utang.
Rasio solvabilitas adalah perbandingan antara cicilan utang total dengan penghasilan total kita. Rasio solvabilitas dapat mengukur kemampuan kita untuk membayar cicilan utang setiap bulannya, tanpa harus membebani kebutuhan hidup lain yang sama pentingnya
Rasio utang = jumlah total cicilan utang / penghasilan total
Dalam menghitung rasio ini, kamu harus memasukkan jumlah total utang semua yang dimiliki. Pertimbangkan apakah masih aman?
Idealnya, rasio cicilan utang ini tidak boleh lebih dari 30%.
3. Rasio Utang Terhadap Aset
Rasio utang adalah perbandingan antara utang dengan jumlah aset yang dimiliki. Berbeda dengan rasio tabungan yang semakin besar nilainya maka semakin baik, pada rasio utang semakin kecil nilainya maka semakin baik.
Cara menghitung rasio utang:
Rasio utang terhadap aset = total utang / total aset
Untuk lebih paham cara menghitungnya, berikut contohnya. Seseorang memiliki total utang Rp10.000.000,00 dan total nilai aset sebesar Rp220.000.000,00. Rasio utang terhadap aset berarti adalah 0,045 atau sebesar 4,5%.
Pastikan Keuangan Karyawan Sehat
Nah, setelah mengetahui rasio-rasio dalam cek kesehatan keuangan, sekarang waktunya untuk menggunakan hasilnya sebagai bahan pertimbangan dalam memperbaiki kondisi keuangan kita. Gimana, apakah kondisinya sehat?
Ataukah, sekarang mulai ketemu masalahnya di mana? Belum punya tabungan yang cukup? Aset belum punya? Atau, terlilit utang?
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.