Latte Factor: Kebiasaan Kecil Bikin Boros
Akhir-akhir ini banyak bermunculan istilah baru ya? Yang terbaru dan berkaitan dengan keuangan juga ada nih, Latte Factor.
Apakah kamu pernah mendengarnya, atau membacanya? Tahu nggak apa itu Latte Factor?
Istilah Latte Factor dicetuskan oleh David Bach—seorang business man, perencana keuangan, motivator, sekaligus penulis buku yang sangat sukses di pasaran, The Automatic Millionaire—dan diperkenalkan dalam buku terbarunya, The Latte Factor: Why You Don’t Have to be Rich to Live Rich.
Apa Itu Latte Factor?
David Bach mengadopsi istilah ini dari salah satu jenis minuman kopi, yang sering menjadi menu favorit kita semua setiap hari. Pengeluaran untuk beli kopi setiap hari ini bisa jadi hanya dua pulu ribu sampai lima puluh ribu, tetapi karena dilakukan setiap hari, maka total sebulan bisa mencapai jutaan rupiah lo.
Sejatinya, di QM Financial, kita juga mengenal jenis pengeluaran seperti ini. Kita menyebutnya sebagai ‘bocor halus’. Ibarat ban kendaraan, bocor halus bikin udara dalam ban keluar sedikit demi sedikit tanpa terasa. Tapi, begitu habis, ban langsung flat begitu saja. Apesnya, kita sedang buru-buru mau pergi. Yah, jadi nggak bisa pakai mobil atau motor kan, karena bannya gembos begitu?
Latte Factor dan Keuangan Kita
Dilansir dari tirto.id, survei yang pernah dilakukan oleh Bank Permata mengungkapkan data bahwa 9 dari 10 orang menghabiskan lebih dari Rp900 ribu untuk Latte Factor.
Kalau mau diperinci lagi, orang-orang ini banyak menghabiskan uang untuk kebutuhan berikut ini—yang diurutkan dari proporsi yang terbesar:
- Belanja di luar belanja bulanan (baju, sepatu, lipstik, dan lain sebagainya): 58%
- Taksi atau transportasi online: 15%
- Beli makanan dan minuman ringan: 11%
- Kopi setiap pagi sebelum ke kantor atau kuliah: 9%
- Air mineral: 3%
- Beli rokok setiap hari: 2%
- Biaya transfer ATM dan tarik tunai: 1%
- Biaya administrasi bank: 1%
Nah kan, ternyata banyak juga ya? Yes, Latte Factor tidak harus berupa kopi. Wujudnya bisa beragam. Lalu, lebih jauh ternyata terungkap juga, fakta bahwa Latte Factor ini banyak menjangkiti para milenial. Loh? Apa yang menjadi penyebabnya, kalau gitu?
Di antaranya:
1. Dimanjakan oleh berbagai kecanggihan teknologi
Sekarang bayangkan. Untuk makan saja, kita sudah enggak perlu memasak nasi sendiri pakai periuk, susah-susah mencuci beras, dan seterusnya. Tinggal ambil smartphone, sat-set-sat-set, pesan makanan online, sudah beres. Acara rebahan bisa dilanjut.
Nggak masalah jika harus mengeluarkan sejumlah uang tambahan, karena toh, seberapa sih? Anggap saja kan sebagai “biaya” pengganti kita bersusah-susah?
2. Perilaku impulsive buying
Penyebab yang kedua ini adalah juga karena berkembangnya teknologi yang luar biasa dan tumbuhnya new economy belakangan ini.
Maunya sih cuma scroll Instagram, eh tapi kok lihat ada ads barang lucu ya? Ya sudah, langsung klik, checkout dan bayar. Ini baru media sosial—dalam hal ini Instagram—belum lagi ada pula yang punya kebiasaan window shopping di aplikasi marketplace atau ecommerce.
Tahu-tahu checkout-nya kok banyak ya?
3. Peer pressure
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa tekanan sosial dari lingkungan itu berpengaruh juga pada perkembangan psikologis kita. Apalagi di zaman sekarang, ketika informasi dengan bebas bisa diakses. Semakin tipis pula filter kita untuk menyaring segala informasi yang masuk.
Contoh sederhana saja, misalnya. Kita sering “terpaksa” menerima ajakan teman untuk hangout dulu di coffee shop mahal afterhours, demi pertemanan. Atau, harus mengiyakan ajakan klien untuk meeting di café. Hal seperti ini tak sekali dua kali saja terjadi, tetapi dalam seminggu bisa berkali-kali.
Tentu saja, hal ini akan sangat berpengaruh ke kantong.
Mengatasi Kebocoran Keuangan Akibat Latte Factor
Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit ternyata enggak hanya berlaku untuk kebiasaan menabung, tetapi juga kebiasaan mengeluarkan uang. Uang yang keluar sedikit demi sedikit akhirnya membengkak di akhir bulan. Akan lebih fatal, kalau kemudian hal ini juga membuatmu memiliki kebiasaan utang.
So, jangan anggap sepele Latte Factor. Boleh saja kok kalau kamu mau jajan, atau sekadar memberi reward pada diri sendiri. Tetapi, yuk, diatur!
1. Cek apa Latte Factor kamu
Latte Factor bisa berbeda pada setiap orang. Cek apa yang menjadi Latte Factor kamu. Apakah salah satu dari 8 hal di atas, seperti hasil survei Bank Permata? Atau, ada yang lain?
Dengan mengenali apa yang menyebabkan bocor halus dalam keuangan kita sehari-hari akan membuatmu lebih mudah untuk mencari solusi dan cara agar bisa mengendalikannya lagi.
2. Buat anggaran terpisah
Sekali lagi, punya Latte Factor itu tidak dilarang. Bahkan, dari sisi lain, barangkali apa yang masuk ke dalam Latte Factor ini bisa jadi membuatmu jadi tetap waras. Tapi, jangan sampai lantas memunculkan masalah keuangan baru.
Jadi, miliki anggaran terpisah khusus untuk Latte Factor. Di QM Financial, kita menyebutnya sebagai pos lifestyle, yang proporsinya tidak boleh lebih dari 20%. Mau kurang dari itu? Ya, boleh banget. Simpan bujet khusus Latte Factor ini dalam rekening terpisah. Kamu bisa menggunakan rekening e-wallet, supaya mempermudah.
3. Patuhi bujetnya
Kalau sudah dipisahkan, ya tentunya harus dipatuhi bujetnya. Kalau memang masih gatel pengin beli ini itu, pesan ini itu, yang termasuk ke dalam pengeluaran Latte Factor, padahal bujet sudah limit, ya tunggu sampai topup bujet selanjutnya.
Bulan depan, mungkin? Ketika sudah terima gaji lagi? Disiplin dan konsistensi penting, karena bisa menjaga keuangan tetap terkendali.
4. Punyai tujuan keuangan yang lebih penting
Miliki tujuan keuangan yang lebih penting, yang lebih besar, agar kamu termotivasi untuk memindahkan anggaran Latte Factor. Misalnya, untuk liburan ke luar negeri setelah pandemi usai. So, nggak usah jajan kopi online dulu deh sekarang. Beli saja kopi kiloan, lalu seduh sendiri.
Dengan begini, kamu akan termotivasi untuk menabung uangmu, tentunya, untuk tujuan yang lebih baik.
5. It’s ok to say ‘No!’
Kita juga boleh loh, menolak ajakan orang lain untuk hangout atau makan di café jika memang sudah di luar bujet. It’s really ok to say, ‘No!’. Atur saja, jika memang kamu merasa enggak enak. Ajakan sekali, mungkin ok. Tetapi, yang berikutnya, just say no.
Percaya deh, jika memang mereka teman yang baik, mereka pasti akan memahami kita.
Nah, gimana? Siap untuk mengendalikan keuangan lagi, dan mengurangi Latte Factor kamu demi masa depan dan kualitas hidup lebih baik?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Jangan lupa juga follow Instagram QM Financial untuk berbagai update kelas finansial online dan tip praktis lainnya.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Sering Bikin Bocor Dadakan dan Tanpa Sadar
Ya gitu deh. Kadang adaaa aja pengeluaran rumah tangga di luar anggaran rutin bulanan, yang kemudian bikin tabungan bocor dadakan, atau bahkan tanpa sadar terjadi.
Yah, begitulah. Kadang kita sudah berusaha sungguh-sungguh untuk menyusun anggaran yang pas, tapi pengeluaran kadang ada saja. Atau mungkin, kita sudah membuat anggaran bulanan berdasarkan pengeluaran bulan sebelumnya tanpa sadar bahwa anggaran bulan sebelumnya juga bocor. Jadi auto bocor juga kan, anggaran bulan ini?
Jadi, ayo kenali pengeluaran rumah tangga apa saja yang bikin anggaran jadi bocor, supaya bulan depan kita bisa menyusun anggaran yang lebih pas dan lebih baik? Yuk, kita lihat satu per satu.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Bisa Bikin Anggaran Bocor
1. Keseringan pesan makan layan antar
Sibuk sih. Iya, tahu kok. Memang keluarga zaman sekarang semakin sibuk. Tuntutan dan gaya hidup yang semakin tinggi juga akhirnya “memaksa” kedua orang tua harus bekerja. Akhirnya, demi kepraktisan, pesan makanan online aja deh.
Well, semoga pada sadar kalau ada selisih harga antara yang di aplikasi dengan harga di warung sebenarnya. Juga ada ongkos buat nganter makanan ke rumah. Memang ada diskon untuk delivery fee, kadang ya? Besarnya bisa setengah lebih. Tapi misalnya nih, ada selisih Rp5.000 untuk harga makanan, plus ongkos kirim Rp10.000 (meski ini sudah diskon dari Rp18.000, misalnya). Nah, sudah Rp15.000 tambahan sendiri untuk makanan kan?
Kalau Rp15.000 dipakai buat masak sendiri, barangkali sudah jadi tambahan lauk ekstra deh.
It’s ok sih kalau sesekali pesan online, apalagi kalau capek banget. Tapi ada baiknya kalau beri proporsi dalam pengeluaran rumah tangga secara tersendiri. Selebihnya, usahakan untuk memasak saja. Atau kalau enggak ya, mampir ke warungnya lalu pesan takeaway, sembari pulang dari kantor.
Lebih hemat, cobain deh.
2. Belanja kecil di minimarket
Duh, pasta gigi habis. Wah, minyak goreng tinggal sedikit. Ouch, butuh sabun pel nih. Lalu berangkatlah ke minimarket yang terdekat.
Minimarket memang cukup menolong, kalau butuh sesuatu yang sifatnya darurat. Tapi, belanja-belanji kecil di minimarket keseringan juga bisa bikin pengeluaran rumah tangga jadi bocor alus.
Lagi-lagi karena ada selisih harga antara minimarket franchise itu dengan harga barang misalnya di hypermarket besar, apalagi di pasar tradisional. Lumayan juga lo, antara Rp2.000 sampai belasan ribu.
3. Boros listrik
Pergi dari rumah, lupa mematikan lampu kamar. AC juga masih menyala. Tidur sambil ditonton sama televisi, alih-alih kita yang nonton tivi.
Saking menjadi kebiasaan, kita jadi enggak ngeuh kalau hal-hal seperti ini bakalan memengaruhi tagihan listrik, atau jadi bikin beli token lebih sering.
Coba yuk, dikurang-kurangi dan dihemat pemakaian listriknya. Matikan alat-alat yang tidak digunakan. Kalau perlu, buat ceklis di dekat pintu rumah, berisi alat apa saja yang harus dimatikan; lampu, AC, kipas angin, TV, pompa air, kompor, dan lain-lain. Selain agar lebih hemat, juga faktor safety lo!
Oh iya, ganti juga lampu-lampu pendar dan neonnya dengan lampu hemat energi. It works lo, untuk memangkas tagihan listrik di pengeluaran rumah tangga bulanan.
4. Boros air
Penyebab pengeluaran rumah tangga bocor yang keempat ini sama aja kayak poin ketiga di atas. Saking begitu terbiasa.
Keran bocor enggak segera diperbaiki. Siram tanaman dengan air leding dua kali sehari.
Itu beberapa contoh dari borosnya kita menggunakan air. Coba deh, segera perbaiki keran bocor, biar enggak nambah tagihan PDAM. Begitu juga dengan menyiram tanaman. Kalau lagi musim hujan begini, coba tampung air hujan. Bisa dipakai untuk menyiram tanaman nanti.
Ibu saya di rumah malah rajin banget menampung air cucian bahan makanan–air cucian beras, air cucian sayur dan buah, dan lain sebagainya–untuk kemudian disiramkan ke tanaman. Malah koleksi tanamannya jadi subur banget.
5. Langganan ini-itu yang enggak maksimal dinikmati
Langganan TV kabel, padahal sehari-hari saja sudah pergi pagi pulang malam, dan weekend lebih suka pergi sekeluarga nonton film ke bioskop. Langganan majalah dan koran, tapi lebih suka baca berita di gadget. Langganan aplikasi musik premium, padahal ya, kalau pakai yang gratisan juga bisa (meski “terganggu” iklan). Jadi member gym, padahal rajin olahraganya cuma 1 minggu pertama.
Mubazir banget kan, pengeluaran rumah tangga yang kelima ini, kalau misalnya memang ada? Coba yuk, diperiksa lagi. Apakah ada langganan-langganan yang enggak bisa dinikmati maksimal? Kalau ada, mending berhenti saja.
6. Perbaikan rumah dan kendaraan
Rumah dan kendaraan pada umumnya akan mulai “rewel” begitu masuk usia kelima tahun.
Kalau rumah ya misalnya atap bocor, dinding mulai mengelupas, lantai pecah–belum lagi alat dan perabotan yang rusak dan perlu diperbaiki. Demikian juga dengan kendaraan–mobil misalnya. Memasuki tahun kelima, pasti mulai minta ganti parts ini itu–accu, ban, kampas, dan seterusnya.
Jadi, mesti disiapkan deh dana pos pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan satu ini. Ini sih bukan bocor halus ya, karena bakalan kerasa banget. Tapi, dadakan biasanya, dan enggak bisa ditunda.
7. Mupeng sama diskon, tanpa perhitungan
“Buy 2 get 3”–nah, kan jadi beli 2 item, padahal butuhnya cuma satu.
“Diskon 10% untuk pembelian kedua”–nah, ini juga sama saja, jadi beli 2 biji, padahal butuhnya ya satu doang.
“Gratis planner cantik untuk pembelanjaan minimal Rp500.000”–yha! Jadi cari-cari barang lagi biar bisa genap Rp500.000, plannernya lucuk soalnya!
Siapa nih yang sering kejadian begini?
Enggak hanya sebagai penyebab bocor pengeluaran rumah tangga, bocor ketujuh ini juga sering terjadi pada mereka yang masih singles. Iya apa iya?
Cara mengatasinya gampang sebenarnya: belilah sesuai kebutuhan. Sudah, begitu saja kok.
Nah, jadi, pengeluaran rumah tangga yang mana nih yang sampai sekarang masih jadi “monster” pembuat anggaran bulanan keluarga bocor? Atau, ada yang lain? Coba tulis di kolom komen ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
9 Istilah Keuangan Pribadi Paling Sederhana yang Harus Dipahami
Susah juga, kalau mau mengelola keuangan tapi belum paham betul apa saja yang dibahas. Bener nggak? Mau baca tip segala macam, tapi beberapa istilah keuangan pribadi enggak paham artinya. Ya bhay saja deh akhirnya.
Pemahaman memang menjadi hal pertama yang harus dicapai lebih dulu. Kalau kita paham betul dengan apa yang kita baca, dan juga apa yang kita omongkan, biasanya sih ya lebih mudah memahami hal-hal lainnya juga.
Banyak istilah keuangan pribadi yang masih terdengar asing di telinga, tapi sudah mencoba belajar investasi, akhirnya ketemulah beberapa istilah dalam saham yang lebih rumit … ya bakalan susah juga.
So, ayo belajar dari yang paling basic dulu, yaitu memahami beberapa istilah keuangan pribadi yang bakalan paling sering kamu temui–terutama sih, kalau kamu suka baca-baca artikel di situs ini ataupun follow akun Instagram QM Financial.
Kamu bakalan banyak menemukan istilah keuangan pribadi berikut ini.
1. Pengeluaran
Dalam laporan keuangan pribadi, pengeluaran berarti adalah uang-uang yang kita belanjakan untuk berbagai keperluan.
Di QM Financial, kita membagi pengeluaran dalam 5 pos:
- Cicilan/utang, yaitu uang yang digunakan untuk mencicil atau membayar kembali utang yang kita lakukan. Misalnya cicilan KPR, cicilan kartu kredit, dan sebagainya.
- Investasi/tabungan, yaitu sejumlah uang yang kita sisihkan untuk disimpan–biar enggak ikut terbelanjakan demi tujuan tertentu. Kadang tak hanya menabung, kita juga berinvestasi, yaitu menanam uang di suatu tempat agar bisa berkembang atau menguntungkan.
- Pengeluaran rutin, yaitu uang-uang yang kita belanjakan untuk keperluan rutin, seperti listrik, groceries, dan sebagainya.
- Dana sosial, adalah uang-uang yang dikeluarkan demi tujuan sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya.
- Lifestyle, adalah uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan tersier, yang penting nggak penting, yang kadang hanya untuk memenuhi keinginan alih-alih kebutuhan.
2. Pendapatan
Pendapatan atau pemasukan atau penghasilan adalah uang atau materi yang kita dapatkan sebagai hasil usaha atau jerih payah kita.
Kalau karyawan ada gaji, untuk freelancer ada fee. Kalau pebisnis? Gaji juga, dari bisnisnya. Kalau investor, dari capital gain ataupun dari deviden.
3. Kekayaan bersih
Istilah keuangan pribadi yang ketiga ini berarti adalah selisih dari pendapatan keseluruhan plus aset, kemudian dikurangi dengan pengeluaran, termasuk posisi utang.
Nilai kekayaan bersih inilah yang akan menentukan apakah kita punya kondisi keuangan yang sehat atau enggak. Kalau hasilnya positif, maka kita punya arus keuangan yang sehat karena berarti pendapatan dan aset kita lebih besar daripada pengeluaran plus utang. Tapi, kalau negatif, berarti kondisi keuangan kita kurang sehat sehingga harus segera dicari cara untuk memperbaikinya.
4. Financial check up
Financial check up merupakan istilah keuangan pribadi yang berarti hal-hal yang kita lakukan dalam rangka cek kondisi kesehatan keuangan kita.
Dalam financial check up, kita akan mengecek status harta serta utang yang kita miliki, yang kemudian hasil data tersebut kita olah menjadi neraca dan arus kas.
Financial check up ini biasanya dilakukan setahun sekali–meski kalaupun lebih sering itu juga bagus. Kita bisa melakukannya sembari membuat review laporan keuangan akhir tahun, atau pada saat kita hendak membuat laporan SPT sebagai wajib pajak.
5. Neraca
Kamu pasti enggak terlalu asing juga dengan istilah keuangan pribadi yang kelima ini, karena sering disebut kalau kita lagi ngomongin soal keuangan di mana pun.
Neraca di sini bukan berarti timbangan, tetapi catatan perbandingan untung rugi, utang piutang, pemasukan dan pengeluaran, dan sebagainya (sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia). Neraca inilah hasil dari financial checkup yang kita lakukan, yang menampakkan posisi kekayaan bersih kita yang kemudian bisa menunjukkan kondisi kesehatan keuangan kita.
6. Bocor halus
Istilah ‘bocor halus’ mungkin banyak kamu dengar kalau kamu lagi ngobrol sama trainer-trainer QM Financial saja ya? Inilah istilah yang kami gunakan untuk menyebut sejumlah uang yang enggak ketahuan rimbanya, ngilang gitu aja dari dompet atau tabungan kita tanpa tercatat atau termonitor.
Tahu-tahu duit berkurang aja.
“Saudara” dari bocor halus adalah bocor ambyar, yaitu istilah untuk menyebut arus kas keluar yang tak terkendali.
7. Aset
Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aset berarti:
- sesuatu yang mempunyai nilai tukar
- modal; kekayaan
Aset (aktif) ada beberapa macam yang bisa dijadikan sebagai andalan finansial, yaitu surat berharga, properti, dan bisnis. Dengan memiliki aset aktif, kamu akan mempunyai pendapatan pasif. Biasanya orang-orang membangun aset aktif ini demi menjamin masa pensiun mereka, masa ketika mereka tidak produktif lagi menghasilkan uang.
Sudahkah kamu mempunyai aset aktif milikmu sendiri sekarang?
8. Likuiditas
Kalau dalam istilah keuangan pribadi, likuiditas berarti adalah kemampuan kita untuk membayar utang yang sekarang sedang kita miliki tepat pada waktunya.
9. Inflasi
Istilah keuangan pribadi kesembilan ini akan sering kita dengar terutama kalau lagi bahas mengenai berbagai tujuan finansial jangka panjang, seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, juga dana kepemilikan rumah.
Inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.
Lagi-lagi ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ya.
Inflasi merupakan hal yang pasti terjadi di setiap negara di dunia–termasuk Indonesia. So, inflasi memang harus selalu diperhitungkan, terutama jika kamu sedang merencanakan masa depanmu.
Sebenarnya masih banyak istilah keuangan pribadi lain yang seharusnya ikut dijelaskan di sini, tapi akan jadi panjang banget. So, mungkin kita akan sambung lagi di artikel yang lain ya.
Semoga bisa sedikit membantumu saat belajar mengelola keuangan pribadimu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Pos Pengeluaran Karyawan yang Sebenarnya Mubazir dan Bikin Bocor Halus
Ya ampun, punya gaji kok 25 koma 1. Gajian tanggal 25 koma di tanggal 1. Apa yang salah? Perasaan, semua sudah baik-baik saja, atur pos pengeluaran juga sudah oke. Yang wajib-wajib dulu–cicilan, investasi, operasional, iuran anggota … sebentar, iuran anggota? Iya, anggota klub hobi, membership gym, arisan …
Hmmm, ini nih. Kadang ya, sebagai karyawan, kita sudah berusaha atur cash flow sesuai dengan yang disarankan. Tapi, si bocor-bocor halus kadang teteup aja ada. Bocor halus artinya kondisi saat kita merasa enggak boros, tapi duit hilang aja gitu dari dompet.
Kalau kata Mbak Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial, adanya bocor halus ini berarti menandakan kita masih belum gape mengatur cash flow. Nah lo. Berarti ayo, belajar lagi.
Untuk bisa mengatasi si bocor halus, maka kita mesti tahu dulu penyebabnya. Kalau bocor halus di ban mobil, kita mesti nyari bolongnya di mana. Kalau bocor halus di pengeluaran? Ya, berarti kita harus cari tahu, pos pengeluaran mana yang mubazir?
Sebagai karyawan, kita memang akan banyak mengeluarkan uang sehari-hari, mulai bangun pagi hingga nanti akhir hari. Masih juga ada pengeluaran bulanan hingga tahunan. Ayo, kita lihat.
5 Pos Pengeluaran Karyawan yang Mubazir
1. Membership gym
Niatnya bagus sih, pengin hidup sehat. Tapi, kalau olahraga sendirian aja, kurang asyik ah. Enakan sekalian aja jadi anggota pusat kebugaran. So, apply deh membership di gym yang oke. Ada iuran administrasi, besarnya sih variatif. Salah satu gym–dari hasil penelusuran–mematok harga Rp700.000 sebagai “mahar” pertama. Lalu, ada iuran anggota sebesar Rp300.000 setiap bulan.
Sekalian deh, membership di fasilitas kolam renangnya juga. Sekali datang sih Rp250.000. Tapi kalau pakai membership, tiap bulan Rp170.000 aja.
Tapi oh tapi, ke gym-nya cuma rajin di 4 bulan pertama aja. Setelah itu, duh, sibuk. Nggak sempat olahraga di gym. Yoga di rumah pakai Youtube, cukuplah.
Terus, membership di gym-nya gimana? Ya udah tetap iuran aja deh, siapa tahu nanti-nanti mau rajin lagi.
Duh, duh. Sungguh pos pengeluaran yang mubazir, Kakak.
2. TV kabel
Maunya sih cari hiburan. Tapi yang bisa di rumah saja. TV kabel jadi pilihan. Tapi … hmmm. Kok channel-channelnya kurang oke ya? Upgrade layanan ah, biar dapat channel yang nayangin film-film box office.
Tapi, akhirnya apa yang terjadi? Lebih banyak nonton Youtube atau Netflix. Akhir pekan? Nonton di bioskop dong, sama teman-teman.
Nonton TV kabelnya kapan?
Padahal pos pengeluaran langganan TV kabel tiap bulannya ini lumayan juga lo. Bisa sampai sekian ratus ribu kan? Iya sih, memang sekalian dengan fasilitas wifi internet yang kenceng. Tapi kalau memang enggak butuh TV kabel, coba cari informasi, apakah kita bisa langganan internetnya aja, terus Youtube-an aja atau Netflix-an aja.
3. Langganan bulanan
Langganan bulanan apa? Majalah? Koran? Aplikasi musik online?
Kalau seumpama nih, baca-baca online saja, kira-kira cukup enggak? Banyak majalah dan koran punya versi online-nya kan? Yang berlangganan ada sih, tapi yang bisa dibaca gratisan juga banyak. Tinggal kita saja yang harus bijak memilih bacaan–yang sebenarnya harus kita lakukan baik ketika membaca media offline maupun online.
Selain itu, pos pengeluaran berlangganan aplikasi musik online juga sepenting itukah? Pilihannya adalah, kalau kita enggak berlangganan, maka akan ada beberapa iklan lewat. Kalau misalkan iklan nggak terasa mengganggu, sepertinya pilihan untuk dengarkan secara gratis aja, nggak masalah kan?
Berlangganan majalah bisa jadi sekian ratus ribu per bulan. Berlangganan aplikasi musik beberapa puluh ribu. Nah, kalau kedua pos pengeluaran yang tak perlu ini dikurangi, lumayan banget kan buat beli reksa dana?
4. Beli boba, kopi kekinian, atau air mineral
Berangkat ke kantor, pilihannya ada dua: beli boba atau beli kopsus alias kopi susu ya? Kemarin sudah menikmati boba, hari ini kayaknya pilihan jatuh ke segelas plastik kopi susu. Oh, jangan lupa juga beli air mineral di minimarket terdekat, kan harus memenuhi kebutuhan tubuh akan air sebanyak 8 gelas sehari, bukan?
Well, coba deh. Beli tumbler yang bagus, lalu bikin kopi sendiri di rumah dan bawa ke kantor. Air mineral juga bisa bawa sendiri dari rumah kan? Beli galon–kalau nggak malah bisa rebus air sendiri dari PAM, lalu isi tumbler yang lain.
Pos pengeluaran untuk boba, kopsus dan air mineral pun bisa dicoret dari anggaran.
5. Belanja di supermarket
Supermarket–apalagi yang berada di dalam mal–memang menyimpan kenyamanan buat belanja. Makanya, banyak yang lebih hepi kalau belanja di supermarket.
Tapi, suasana yang nyaman ini juga costly pada pos pengeluaran lo, karena harga-harga di supermarket tentunya lebih mahal ketimbang harga barang di pasar tradisional. Selisihnya lumayan, satu barang bisa ada selisih harga antara Rp3.000 hingga belasan ribu, dikalikan dengan jumlah barangnya jadi berapa? Pernah nggak menghitung selisih ini?
Pasar tradisional dewasa ini banyak dibangun pemerintah lo. Tak lagi berkesan becek dan jorok, bahkan ada yang bangunannya sudah mirip pusat perbelanjaan. Minus AC saja barangkali, tapi untuk selisih harga yang bisa menyelamatkan pos pengeluaran, ya mengapa nggak belanja aja di pasar tradisional?
Nah, apakah beberapa pos pengeluaran di atas masih ada dalam anggaran bulan ini? Kalau iya, yuk, diatur lagi, supaya bulan depan bisa dikurangi.
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.