Gaji UMR vs Biaya Hidup: Bagaimana Menyiasati Kesenjangan Finansial?
Hidup zaman sekarang betul-betul berat ya? Apalagi kalau kamu adalah kelas menengah bawah, yang terima penghasilan batas gaji UMR.
Contohnya di Jakarta saja. Hidup dengan gaji UMR itu bener-bener kayak uji nyali. Bayangkan, Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta tahun 2025 ditetapkan sebesar Rp5.396.760 per bulan. Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata biaya hidup di Jakarta mencapai Rp14,88 juta per bulan. Artinya, ada kesenjangan yang cukup besar antara pendapatan dan pengeluaran.
Kesenjangan ini membuat banyak pekerja merasa kewalahan mengatur keuangan. Mungkin juga termasuk kamu.
Table of Contents
Gaji UMR dan Biaya Hidup: Gimana Caranya Menyeimbangkannya?

Dengan biaya hidup yang hampir tiga kali lipat dari gaji UMR, penting bagi kita untuk mencari strategi efektif agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa terjerat utang. Artikel ini akan membahas berbagai cara kreatif dan praktis untuk menyiasati kesenjangan finansial tersebut.
1. Cari Tempat Tinggal Alternatif yang Lebih Hemat
Kalau sewa kos atau kontrakan terlalu mahal, coba opsi lain demi gaji UMR cukup. Misalnya, cari kost bareng teman supaya bisa patungan biaya sewa. Bisa juga cari kos dengan sistem sewa tahunan yang biasanya lebih murah dibanding bayar bulanan. Kalau memungkinkan, cari tempat tinggal di pinggiran kota yang lebih murah dan gunakan transportasi umum untuk ke kantor.
Baca juga: Kenapa Gaji di Indonesia Kecil? 5 Faktor yang Memengaruhinya
2. Manfaatkan Fasilitas Gratis atau Murah
Banyak fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan buat menghemat pengeluaran. Misalnya, cari tempat olahraga gratis seperti lapangan atau taman kota daripada bayar gym mahal. Kalau butuh internet buat kerja atau belajar, manfaatkan WiFi gratis di perpustakaan, co-working space, atau tempat lain yang menyediakan akses internet tanpa biaya tambahan.
3. Gunakan Barang Preloved untuk Kebutuhan Sekunder
Daripada beli barang baru, cek dulu apakah ada versi preloved yang lebih murah tapi masih layak pakai. Banyak orang menjual barang seperti elektronik, baju, atau furniture dengan harga miring di marketplace. Selain lebih hemat, ini juga bisa jadi cara buat mengurangi pengeluaran tanpa mengorbankan kebutuhan.
Salah satu cara yang bisa dicoba adalah thrifting, terutama untuk kebutuhan fashion. Selain baju, sepatu, tas, atau aksesori juga banyak tersedia dalam kondisi bagus. Kalau pintar memilih, bisa dapat barang branded dengan harga miring.

4. Maksimalkan Program Cashback dan Reward
Gunakan aplikasi yang memberikan cashback atau poin dari transaksi sehari-hari. Misalnya, pakai e-wallet atau kartu debit yang menawarkan diskon atau promo di tempat makan dan transportasi. Tapi ingat, jangan asal pilih aplikasi, cari yang benar-benar sering digunakan supaya keuntungan dari cashback dan reward terasa lebih maksimal.
5. Cari Pekerjaan dengan Fasilitas Tambahan
Beberapa perusahaan menawarkan fasilitas yang bisa mengurangi biaya hidup, seperti makan siang gratis, uang transport, atau tempat tinggal. So, kalau sedang mencari kerja baru, mungkin penawarannya gaji UMR, tapi coba benefit ini ditanyakan. Kalau memang ada, ya boleh dipertimbangkan, supaya gaji bisa lebih maksimal kamu terima.
6. Bekerja Remote atau Hybrid untuk Hemat Ongkos
Kalau pekerjaan memungkinkan, coba negosiasi untuk bisa kerja remote atau hybrid. Dengan bekerja dari rumah beberapa hari dalam seminggu, ongkos transportasi dan makan siang di luar bisa ditekan dan nggak membebani gaji UMR yang kamu terima. Kalau pekerjaan utama nggak bisa remote, coba cari kerja sampingan yang bisa dikerjakan online tanpa harus keluar rumah.
7. Manfaatkan Subsidi dan Program Pemerintah
Banyak orang nggak sadar kalau ada program bantuan yang bisa dimanfaatkan demi bisa membiayai hidup dengan gaji UMR. Program ini bisa dimanfaatkan agar pengeluaran lebih ringan dan kebutuhan dasar tetap terpenuhi.
Salah satunya adalah bantuan pangan 10 kg beras per bulan yang diberikan hingga Februari 2025. Bantuan ini ditujukan untuk 16 juta keluarga penerima manfaat (KPM) yang terdaftar di data Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan ini, kebutuhan pokok seperti beras bisa lebih terjamin tanpa harus mengeluarkan uang tambahan.
Ada juga diskon tarif listrik 50% bagi pelanggan dengan daya terpasang hingga 2.200 VA. Diskon ini berlaku selama Januari dan Februari 2025 dan bisa dinikmati oleh sekitar 80 juta pelanggan PLN.
Bagi keluarga pra-sejahtera, Program Keluarga Harapan (PKH) tetap berjalan di 2025. Bantuan ini diberikan kepada ibu hamil, anak sekolah, dan lansia dalam beberapa tahap sepanjang tahun. Penyaluran dilakukan melalui PT Pos Indonesia dan Bank Himbara.
Selain itu, ada Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) senilai Rp200.000 per bulan. Dana ini bisa digunakan untuk membeli sembako di e-warung yang bekerja sama dengan pemerintah. Program ini menargetkan 18,8 juta keluarga penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Di bidang kesehatan, Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) tetap berlaku. Masyarakat yang terdaftar bisa mendapatkan layanan kesehatan gratis di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Dengan kartu ini, biaya berobat bisa lebih ringan.
Manfaatkan program ini dengan mengecek apakah sudah terdaftar sebagai penerima bantuan. Informasi lengkap bisa diperoleh melalui website resmi pemerintah atau kantor kelurahan setempat.

8. Ubah Gaya Hidup Jadi Lebih Minimalis
Daripada terus berusaha mengejar gaya hidup yang mahal, coba ubah mindset. Mulai kurangi keinginan buat beli barang-barang yang nggak perlu. Fokus ke kualitas hidup, bukan sekadar gengsi. Dengan pola pikir ini, pengeluaran bisa lebih terkontrol tanpa harus merasa kekurangan.
Baca juga: Gaji TikTok: Apa Saja Sumber Pendapatannya?
Gaji UMR mungkin terasa pas-pasan, tapi bukan berarti nggak bisa dikelola dengan baik. Dengan strategi yang tepat, kondisi keuangan bisa lebih stabil. Selain itu, edukasi diri tentang keuangan tetap jadi kunci utama. Semakin paham cara mengatur uang, semakin mudah menyesuaikan diri dengan biaya hidup yang terus naik.
Jangan ragu untuk belajar lebih dalam soal finansial. Banyak kelas keuangan yang bisa membantu memahami cara mengelola gaji, menabung, membuat rencana keuangan atau bahkan berinvestasi. Salah satunya adalah QM Academy, yang menawarkan berbagai kelas sesuai kebutuhan. Pilih kelas yang paling relevan dan mulai bangun kebiasaan finansial yang lebih sehat. Dengan ilmu yang cukup, mengatur keuangan dengan gaji UMR bisa jadi lebih ringan dan terarah.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Tren #KaburAjaDulu: Apakah Pindah ke Luar Negeri Benar-Benar Lebih Menguntungkan Secara Finansial?
Belakangan, tren kabur aja dulu ramai dibahas di media sosial. Banyak anak muda merasa tinggal di Indonesia makin sulit, terutama soal ekonomi dan pekerjaan. Gaji kecil, harga barang naik, dan biaya hidup makin tinggi bikin banyak orang kepikiran buat pindah ke luar negeri. Harapannya, bisa dapat gaji lebih besar, hidup lebih nyaman, dan masa depan lebih terjamin.
Tapi, apakah benar pindah ke luar negeri selalu lebih menguntungkan? Jangan-jangan hanya sekadar rumput tetangga lebih hijau?
Memang, di luar sana, gaji mungkin lebih tinggi, fasilitas juga bagus, dan peluang karier lebih luas. Tapi, ada banyak faktor yang juga perlu dipertimbangkan, dan justru luput dari perhatian.
So, sebelum buru-buru ikut tren kabur aja dulu, penting untuk melihat gambaran besarnya. Pindah ke luar negeri bukan sekadar soal gaji, tapi juga ada ina inu yang kudu dipikirkan.
Table of Contents
Ina dan Inu tentang Kabur Aja Dulu ke Luar Negeri

Sebelum ikut tren kabur aja dulu, penting untuk melihat apa saja keuntungan dan tantangan finansial yang bisa didapat dengan pindah ke luar negeri. Apa saja?
1. Gaji Lebih Besar
Tren kabur aja dulu dan pindah ke luar negeri sepertinya memang didorong oleh fakta bahwa gaji bekerja di luar sana lebih besar. Negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Singapura memang terkenal dengan standar gaji yang tinggi.
Apalagi buat mereka yang bekerja di bidang IT, kesehatan, atau teknik. Profesi seperti software engineer, perawat, atau insinyur bisa mendapat bayaran yang jauh lebih besar dibandingkan di Indonesia.
Pastinya sih hal ini menggiurkan, terutama kalau dikonversi ke rupiah. Bisa terlihat jauh lebih besar dari pendapatan di dalam negeri.
Baca juga: Ada Tawaran Pindah Kerja, Apa yang Harus Dipertimbangkan?
2. Stabil
Gaji di luar negeri bukan cuma lebih besar, tapi juga lebih stabil. Mata uang seperti dolar AS (USD), euro (EUR), atau dolar Singapura (SGD) punya nilai yang lebih kuat dibanding rupiah. Artinya, uang yang didapat dari bekerja di luar negeri bisa bertahan lebih lama.
Misalnya, gaji dalam dolar tetap punya daya beli yang baik meskipun inflasi terjadi. Sementara di Indonesia, nilai rupiah bisa naik turun dan harga barang sering ikut berubah. Dengan mata uang yang lebih stabil, penghasilan jadi lebih aman, terutama kalau punya rencana investasi atau simpanan jangka panjang.
Sisi lainnya, kalau masih punya keluarga di Indonesia dan sering kirim uang ke kampung halaman, nilai tukar bisa jadi keuntungan. Uang yang dikirim bisa lebih besar saat dikonversi ke rupiah. Namun, kalau harus membayar biaya hidup di negara asal, tetap perlu hati-hati dalam mengatur keuangan.
3. Lebih Banyak Peluang
Kabur aja dulu ke luar negeri juga dianggap bisa membuka lebih banyak peluang. Negara maju punya banyak industri besar yang terus berkembang. Perusahaan-perusahaannya sering mencari tenaga kerja dengan keterampilan khusus. Terutama di bidang teknologi, kesehatan, keuangan, dan teknik.
Jenjang karier juga lebih jelas. Di banyak negara, sistem kerja lebih terstruktur. Karyawan bisa tahu jalur promosi yang tersedia dan apa saja yang harus dilakukan untuk naik jabatan. Kalau kerja keras dan punya keterampilan yang dibutuhkan, peluang naik gaji dan mendapatkan posisi lebih tinggi cukup terbuka.
Selain itu, lingkungan kerja di luar negeri juga cenderung bisa menghargai keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. Banyak perusahaan juga memberikan fasilitas tambahan seperti asuransi kesehatan dan cuti tahunan yang layak. Ini bisa membuat pekerjaan terasa lebih nyaman dan terjamin.
Tapi tentu saja, semua itu tetap tergantung pada bidang pekerjaan dan negara tujuan. Ada tempat yang menawarkan kesempatan besar, ada juga yang persaingannya sangat ketat. Makanya, sebelum memutuskan pindah, penting untuk riset dulu tentang industri dan prospek kerja di negara yang dituju.

4. Fasilitas yang Lebih Baik
Salah satu hal yang jadi pertimbangan besar kalau mau kabur aja dulu untuk bekerja di luar negeri adalah fasilitas dan kesejahteraan yang ditawarkan relatif lebih baik. Banyak negara maju punya sistem jaminan sosial yang kuat. Warga dan pekerja di sana bisa mendapatkan perlindungan finansial, terutama dalam hal kesehatan, pendidikan, dan tunjangan sosial.
Layanan kesehatan juga jadi poin penting. Di beberapa negara, biaya rumah sakit dan obat-obatan bahkan ditanggung pemerintah dari puluhan persen sampai gratis tis. Selain itu, sistem kesehatan yang lebih baik juga berarti akses ke dokter dan rumah sakit yang lebih berkualitas.
Sektor pendidikan juga banyak mendapat subsidi dari pemerintah. Ada sekolah dan universitas yang menawarkan biaya lebih murah atau bahkan gratis untuk warganya. Bagi yang punya anak atau ingin melanjutkan pendidikan, ini bisa mengurangi beban finansial jangka panjang.
Nah, masalahnya, banyak di antara fasilitas tersebut yang diberikan untuk warga negara atau penduduk tetap. So, kamu sebagai pekerja asing yang bisa jadi harus memenuhi syarat tertentu dulu untuk menikmatinya.
5. Biaya Hidup Sebanding dengan Gaji
Nah, mau kabur aja dulu karena gaji di luar lebih besar? Kalau iya, kamu juga kudu memperhitungkan soal biaya hidup.
Kota-kota besar seperti London, New York, dan Sydney terkenal dengan harga sewa yang mahal. Cari apartemen di lokasi strategis bisa menguras kantong. Bahkan, untuk kamar kecil di pusat kota, harga sewanya bisa jauh lebih tinggi dibandingkan rumah di Indonesia.
Belanja kebutuhan pokok juga lebih mahal. Makanan, transportasi, dan tagihan listrik atau air bisa menghabiskan sebagian besar gaji. Transportasi umum memang lebih nyaman, tapi tarifnya juga lebih tinggi. So, mau kabur aja dulu, ya kudu menghitung semua pengeluaran dengan cermat dulu.
6. Pajak Tinggi
Selain sewa, pajak juga jadi beban yang harus diperhitungkan. Banyak negara menerapkan pajak penghasilan yang cukup besar. Semakin tinggi gaji, semakin besar potongan pajaknya.
Di banyak negara maju, pajak penghasilan bisa mencapai 30-50% dari gaji. Jadi, meskipun angka gaji kelihatannya besar, jumlah uang yang benar-benar masuk ke rekening bisa jauh lebih kecil setelah dipotong pajak. Meskipun ya manfaatnya kembali ke warga, dengan bagusnya dan lengkapnya fasilitas dari pemerintah.
Sistem pajak di luar negeri juga lebih ketat. Semua penghasilan tercatat dan langsung dipotong sebelum gaji diterima. Enggak ada cerita gaji utuh dulu baru bayar pajak belakangan. Kalau nggak paham cara kerja pajak di negara tujuan, bisa jadi kaget saat melihat jumlah bersih yang diterima setiap bulan.
7. Biaya Lain-Lain
Selain dari sisi pekerjaan, ada banyak biaya yang harus dikeluarkan sebelum benar-benar bisa menetap di sana kalau kamu mau kabur aja dulu ke luar negeri. Mulai dari pengurusan visa, tiket pesawat, tempat tinggal awal, sampai legalisasi dokumen. Semua itu butuh dana yang enggak sedikit.
Visa kerja atau izin tinggal biasanya punya biaya sendiri. Belum lagi, beberapa negara meminta bukti keuangan sebelum memberikan izin masuk. Artinya, kamu harus punya tabungan cukup sebelum berangkat.
Setelah sampai di negara tujuan, tantangan belum selesai. Akomodasi awal sering jadi pengeluaran terbesar. Jika belum punya pekerjaan tetap, harus siap membayar tempat tinggal dengan dana pribadi. Biaya makan dan transportasi juga harus diperhitungkan, karena harga di negara maju biasanya lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

8. Adaptasi
Culture shock bisa jadi tantangan yang cukup berat kalau kamu mau kabur aja dulu ke luar negeri. Cara orang berbicara, bersikap, atau bekerja bisa sangat berbeda dengan di Indonesia. Kalau enggak siap, kamu bisa merasa terasing dan kesulitan membangun koneksi sosial.
Aturan kerja juga sering jadi kejutan. Di beberapa negara, budaya kerja lebih disiplin dan terstruktur. Ada yang menuntut ketepatan waktu, komunikasi yang jelas, atau sistem kerja yang lebih individual. Kalau terbiasa dengan gaya kerja yang lebih santai, perubahan ini bisa bikin stres.
Sistem sosial pun berbeda. Di Indonesia, ada budaya gotong royong dan kehangatan dalam pergaulan. Di luar negeri, banyak orang lebih mandiri dan menjaga batasan pribadi. Enggak semua orang terbuka untuk ngobrol santai atau bergaul dengan rekan kerja di luar kantor. Ini bisa bikin rasa kesepian muncul, terutama di awal masa tinggal.
Kesulitan adaptasi ini bisa berdampak pada keuangan. Kalau belum terbiasa dengan sistem kerja, bisa sulit mendapat promosi atau mempertahankan pekerjaan. So, selain persiapan finansial, kesiapan mental juga sangat penting sebelum memutuskan untuk kabur aja dulu ke luar negeri.
Baca juga: Kenapa Gaji Kecil sementara Orang Lain Bisa Bergaji Besar?
Kabur aja dulu ke luar negeri bisa lebih menguntungkan secara finansial jika mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi dan bisa beradaptasi dengan baik. Namun, jika biaya hidup lebih tinggi dari pendapatan atau kesulitan mendapatkan pekerjaan stabil, ya, agak berat juga. Di sisi lain, jika rencana ini dilakukan untuk mencari peluang dan pengalaman, ya tak ada salahnya dicoba.
Yang penting, kamu harus punya perencanaan matang kalau mau ikut tren kabur aja dulu ini, dan melakukan riset mendalam agar tak gegabah dalam mengambil keputusan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menjadi Generasi Sandwich sekaligus Ibu Muda: Ini Tantangannya
Jadi ibu muda sekaligus generasi sandwich, bisa dibilang ‘double kill’ enggak sih? Yah, meskipun menjadi generasi sandwich itu memang berat sepanjang masa. Nanti kalau sudah menjadi ‘ibu tua’, dan masih jadi generasi sandwich, juga akan tetep berat. Hanya saja, mungkin sudah terbiasa dijalani.
Tapi, di fase menjadi ibu muda itu hidup memang mungkin lagi berat-beratnya. Baru punya anak, masih belum fasih menjalani peran sebagai ibu, pun masih tetap harus menanggung biaya hidup orang tua. Makanya, konon, jadi ibu muda itu fase “rentan” dalam hal kesehatan mental.
Jadi, mari untuk tidak menyebutnya sebagai beban, tetapi tantangan. Tantangan ibu muda yang sekaligus sandwich generation. Apa saja? Banyak.
Table of Contents
Tantangan sebagai Ibu Muda yang Juga Generasi Sandwich

1. Tanggung Jawab Ganda
Merawat anak-anak yang masih kecil dan orang tua yang lanjut usia membutuhkan energi dan perhatian yang sangat besar. Setiap hari harus dibagi antara mengurus kebutuhan anak-anak, seperti pendidikan dan kesehatan, sekaligus di saat yang sama harus memastikan orang tua mendapatkan perawatan yang layak.
“Tugas” ini kadang bikin overwhelming enggak sih? Fisik dan emosional terkuras, sehingga sulit untuk menemukan waktu untuk diri sendiri atau bahkan untuk beristirahat sejenak. Kombinasi dari tanggung jawab ini menuntut kesabaran dan keterampilan manajemen waktu yang tinggi.
Baca juga: Waspada! Ini Ciri-Ciri Kamu Akan Jadi Sandwich Generation
2. Keterbatasan Waktu
Mengatur waktu untuk pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri bisa menjadi sangat menantang. Mayoritas waktu sering dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dan orang tua. Akibatnya, sangat sedikit waktu tersisa untuk merawat diri sendiri atau mengejar hobi pribadi.
Mengelola waktu dengan bijak dan menetapkan prioritas yang jelas adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini. It’s a relentless juggling act. Siapa setuju?
3. Stres dan Kelelahan
Berbagai tanggung jawab yang harus diemban, seperti mengurus anak-anak, merawat orang tua, dan menjalankan pekerjaan, dapat menyebabkan stres berkepanjangan dan kelelahan. Stres ini bukan hanya fisik, tetapi juga emosional, karena tekanan untuk memenuhi kebutuhan semua pihak bisa sangat berat.
Akumulasi stres ini bisa berakibat pada masalah kesehatan dan kesejahteraan jika tidak ditangani dengan baik.

4. Keuangan
Nah, ini nih. Jadi kebayang tantangannya seperti apa kan, karena sebagai generasi sandwich, ibu muda kudu mengatur keuangan dengan sebaik-baiknya. Kalau memang ada uangnya, ya disyukuri dan bisalah diatur. Masalah semakin pelik, ketika ternyata enggak cukup sumber daya untuk mengcover semua kebutuhan.
Sudahlah menjadi dampak, keuangan juga menjadi penyebab tantangan yang lain lagi.
Menyeimbangkan pengeluaran untuk anak-anak, orang tua, dan kebutuhan pribadi memang bisa menjadi tantangan besar. Pengeluaran untuk dana pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari sering kali menguras dana yang ada.
Akibatnya, sulit untuk menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Perencanaan keuangan yang hati-hati dan disiplin sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kestabilan finansial dalam jangka panjang.
5. Kesehatan Mental
Tantangan mengurus anak-anak, merawat orang tua, dan menjalankan pekerjaan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Tekanan yang terus-menerus ini bisa menimbulkan perasaan kewalahan, cemas, dan bahkan depresi. Tidak jarang ibu muda merasa sulit menemukan waktu untuk merawat diri sendiri, yang pada akhirnya memperburuk kondisi mental.
Oleh karena itu, penting untuk mencari dukungan, baik dari keluarga maupun profesional, dan menyediakan waktu untuk self-care. Balance is crucial to maintain mental well-being.
6. Karier dan Pengembangan Diri
Nah, tantangan ini juga sama beratnya. Waktu dan energi yang terbatas bisa sangat membatasi kesempatan bagi ibu muda untuk mengembangkan karier atau mengejar pendidikan lebih lanjut.
Tanggung jawab ganda dalam mengurus anak-anak dan merawat orang tua sering kali menyisakan sedikit waktu bagi diri sendiri. Akibatnya, sulit untuk menghadiri pelatihan, mengambil kursus, atau bahkan mengikuti peluang karier yang baru.
Hal ini bisa menghambat pertumbuhan profesional dan mengurangi kepuasan diri dalam jangka panjang. Prioritas yang tumpang tindih memerlukan manajemen waktu yang sangat baik agar tetap bisa berkembang secara pribadi dan profesional.
7. Dukungan Sosial
Dukungan dari teman dan keluarga sangat penting dalam mengelola tanggung jawab ganda, tetapi sayangnya hal ini enggak selalu tersedia atau memadai. Ketika dukungan sosial kurang, beban tanggung jawab terasa lebih berat dan menambah tekanan mental serta emosional.
8. Manajemen Prioritas
Memang sih, inti dari pengaturan dan pengelolaan hidup itu adalah menyusun prioritas. Namun, bagi ibu muda yang juga generasi sandwich, menentukan prioritas antara kebutuhan anak-anak, orang tua, dan diri sendiri ini juga menjadi tantangan besar.
Setiap hari, situasi yang berbeda memerlukan penyesuaian dan fleksibilitas yang tinggi. Kesulitan dalam menentukan apa yang harus diutamakan dapat mengakibatkan kebingungan dan stres.
9. Penyediaan Fasilitas dan Layanan
Mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan dukungan lainnya untuk anak-anak dan orang tua membutuhkan usaha tambahan dan waktu. Proses ini bisa rumit, melibatkan banyak birokrasi dan koordinasi. Bahkan tak jarang energi dan emosi tersedot habis di sini.
Tantangan ini dapat mengganggu waktu dan energi yang seharusnya bisa digunakan untuk aktivitas lainnya, membuat manajemen sehari-hari semakin kompleks.

10. Tekanan Eksternal
Tekanan dari lingkungan sosial dan budaya untuk menjadi “ibu sempurna” dan “anak yang berbakti”, kalau enggak merawat orang tua berarti durhaka, dapat meningkatkan beban emosional.
Harapan tinggi ini sering kali menyebabkan stres dan rasa tidak cukup baik. Tuntutan untuk selalu memenuhi standar sosial dapat menguras energi dan memengaruhi kesejahteraan emosional, membuat keseimbangan hidup semakin sulit dicapai.
Baca juga: Tips Hemat ala Ibu Muda Masa Kini
Yah, memang berat ya Bun. Tapi, tak ada cara lain yang bisa dilakukan selain dijalani penuh syukur. Yuk, coba atur ulang lagi semuanya kalau memang sudah begitu berat. Langkah pertama bisa dari mengatur keuangan supaya hal ini enggak menimbulkan stres tambahan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Menentukan Tarif Freelance yang Bukan Harga Teman
“Eh, aku butuh desain nih. Bisa bikinin logo usahaku gak? Berapa tarif freelance kamu? Harga teman dong!”
Sounds familiar, ya kan?
Merintis karier sebagai freelancer memang sangat menantang. Selain harus menyiapkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar, kamu juga harus paham bagaimana caranya menentukan tarif freelance yang pas. Kalau kemahalan, (calon) klien kabur. Kalau terlalu murah, kredibilitas juga dipertaruhkan, belum lagi kalau jadi kerja sosial.
Tarif ini memang sensitif. Ibarat gaji, perhitungannya rumit.
Table of Contents
Faktor Penentu Tarif Freelance

Memang enggak pernah ada standar berapa tarif freelance yang ada di Indonesia. Pasalnya, area kerja freelancer sendiri juga sangat luas, dan sangat subjektif, sehingga akan sulit jika harus dibuat standar. Karena itu, kamu sebagai freelancer harus tahu kualitas dirimu sendiri agar dapat menentukan tarif yang paling pas.
Bagi yang belum punya pengalaman, mengestimasi harga jual diri sendiri itu ternyata jauh lebih sulit. Berikut beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan saat kamu harus menentukan tarif untuk setiap pekerjaan freelance yang akan kamu lakukan.
1. Keahlian dan Pengalaman
Semakin tinggi keahlian dan pengalaman kamu, semakin tinggi tarif freelance yang bisa kamu tetapkan. Profesional yang memiliki keterampilan khusus atau punya niche spesifik biasanya dapat meminta tarif yang lebih tinggi.
Baca juga: Tip Atur Uang buat Freelancer Pemula
2. Biaya Hidup
Bekerja—apa pun profesinya—pastinya bertujuan agar memperoleh imbalan yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi, sesuaikan tarifmu dengan biaya hidup di lokasimu. Ini mencakup segalanya dari sewa, makanan, asuransi, hingga pengeluaran sehari-hari lainnya.
Tetapkan jumlah yang akan menjadi target kamu. Dari sini, kamu akan mendapatkan gambaran, berapa rerata tarif freelance yang ingin kamu terima.
3. Biaya Operasional
Jangan lupa untuk memasukkan biaya operasional dalam tarifmu, termasuk biaya perangkat lunak yang diperlukan, hardware, pemasaran, hingga perhitungan pajak.
4. Pasar dan Permintaan
Pahami pasar tempat kamu akan “menjual diri”. Jika banyak permintaan untuk layananmu tetapi sedikit penyedia, kamu bisa menaikkan tarif. Lakukan riset pasar untuk mengetahui tarif freelance rata-rata di industri atau niche kamu. Salah satu tempat yang bisa memberimu informasi seputar pasar ini adalah di marketplace freelancer. Biasanya di platform marketplace tersebut akan tercantum, seberapa banyak job yang ditawarkan, yang bisa dibandingkan dengan jumlah freelancer yang bidding.
Kamu juga bisa sekaligus riset fee per pekerjaan, yang biasanya juga tercantum baik sebagai paket freelance yang ditawarkan pengelola, ataupun dipasang oleh masing-masing freelancer. Situs seperti Upwork, Fastwork, atau Projects.co.id adalah beberapa platform yang bisa kamu riset.

5. Waktu dan Usaha
Hitung berapa banyak waktu yang akan dihabiskan untuk setiap proyek, termasuk persiapan, pelaksanaan, dan revisi. Pastikan tarifmu mencerminkan semua usaha ini.
Salah satu caranya adalah dengan memperhitungkan tarif berdasarkan waktu pengerjaan. Misalnya, per jam atau per hari. Namun, tarif per jam atau per hari ini sebenarnya kurang oke buat kamu yang sudah punya skill tinggi. Pasalnya, semakin tinggi skill kamu di bidang yang kamu tekuni, maka waktu untuk menyelesaikan tugas itu juga akan semakin singkat. Maka, tarif per jam mungkin justru akan merugikanmu.
Nah, pertimbangan-pertimbangan seperti ini juga perlu kamu pikirkan ketika kamu menghitung tarif freelance.
6. Jenis Layanan
Jenis layanan yang kamu tawarkan juga memengaruhi tarif. Proyek yang lebih kompleks atau memerlukan keahlian khusus biasanya memungkinkan tarif yang lebih tinggi.
Misalnya, kamu adalah desainer konten Instagram. Selain menawarkan desain, kamu juga menawarkan untuk monitoring dan menjawab pesan-pesan follower. Pastinya pekerjaan tambahan ini juga harus diperhitungkan tarifnya.
7. Kompetisi
Analisis apa yang ditawarkan oleh pesaing kamu dan tarif apa yang mereka terapkan. Bisa jadi, ada fasilitas atau hal lain yang bisa kamu tawarkan, yang dapat memberikan nilai tambah jika dibandingkan dengan pesaing tersebut.
Yang harus diingat, dalam menentukan tarif, kamu tidak harus menjadi yang termurah, tetapi penting untuk tetap kompetitif.
8. Fleksibilitas dan Urgensi
Cermati proyek yang ditawarkan. Jika proyeknya sekira akan membebani lebih banyak sumber daya atau mengharuskanmu mengorbankan proyek lain atau waktu pribadi untuk memenuhi tenggat yang ketat, maka tarif kamu bisa disesuaikan.
Proyek dengan tenggat waktu yang mendesak umumnya akan menuntut kerja lembur atau menyesuaikan jadwal kerja secara signifikan. Dalam kasus seperti ini, menaikkan tarif dapat membantu menutupi biaya operasional tambahan dan risiko potensial seperti kelelahan atau gangguan terhadap alur kerja reguler.
Selain itu, ketika klien membutuhkan tingkat fleksibilitas yang tinggi, seperti kemampuan untuk menangani permintaan atau perubahan mendadak, menetapkan tarif yang lebih tinggi mencerminkan tingkat layanan premium yang kamu berikan.
Kesimpulan

Memastikan penetapan tarif freelance yang pas memang bergantung pada banyak faktor. Memiliki pengalaman dan keahlian tertentu akan memudahkan dalam menetapkan tarif yang sesuai. Seiring berkembangnya keahlian, biasanya tarif yang diminta juga bisa diusahakan untuk meningkat. Jangan lagi kasih harga teman, karena teman yang baik justru seharusnya mendukung bisnis teman yang lainnya.
Bagi yang baru memulai karier freelance, penting untuk fokus pada pembelajaran dan pengembangan keterampilan secara berkelanjutan. Mencari peluang freelance yang sesuai dengan tingkat keahlian saat ini merupakan langkah awal yang baik. Dengan begitu, kamu dapat membangun portofolio sekaligus jaringan yang kuat. Pastinya juga sambil secara bertahap meningkatkan kemampuan untuk menangani proyek yang lebih besar dan lebih kompleks.
Melalui proses ini, pengalaman yang bertambah akan membuka lebih banyak peluang untuk menetapkan tarif yang lebih tinggi berdasarkan kualitas dan kecepatan kerja yang dapat ditawarkan. So, secara bertahap, menjadi lebih mudah untuk memahami dan mengikuti dinamika pasar freelance.
Yang terakhir tetapi tak kalah penting, belajar keuangan untuk mengelola penghasilanmu sebagai freelancer sedini mungkin. Karena, lagi-lagi, penghasilan sebesar apa pun tidak akan memberikan manfaat yang optimal kalau kamu tidak dapat mengelolanya dengan bijak.
Baca juga: Freelance Bukan Untuk Semua Orang
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
Gaji UMR Jakarta sering dianggap tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di “mantan” ibu kota ini, banyak pekerja merasa kesulitan mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun sudah bekerja keras. Realitas ini memicu pertanyaan, mengapa gaji yang seharusnya cukup untuk hidup layak di Jakarta justru terasa kurang?
Kehidupan di Jakarta memang penuh tantangan, dan biaya hidup yang tinggi adalah salah satu faktornya. Dari biaya perumahan hingga kebutuhan sehari-hari, semuanya terasa mahal. Namun, ada banyak aspek lain yang turut memengaruhi kesulitan finansial para pekerja di Jakarta. Apa saja faktor-faktor yang membuat gaji UMR Jakarta seakan tak pernah cukup?
Table of Contents
Gaji UMR Jakarta Tak Cukup, Apa Sebabnya?

Berdasarkan informasi yang ada di laman BPS, gaji UMR Jakarta untuk 2024 adalah Rp5.067.381. Beberapa faktor yang membuat gaji UMR (Upah Minimum Regional) di Jakarta dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya antara lain sebagai berikut.
1. Tingginya Biaya Hidup di Jakarta
Jakarta adalah salah satu kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia. Dikutip dari salah satu artikel di CNBC, berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) terbaru yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik RI pada tahun 2022, rata-rata total biaya hidup per rumah tangga di Jakarta mencapai Rp14,88 juta. Ini adalah angka tertinggi, melebihi Bekasi, Surabaya, Depok, Makassar, dan kota-kota lainnya.
Karena itu, di sini, harga sewa tempat tinggal, makanan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari lainnya lebih mahal dibandingkan kota-kota lain. Jadi, tinggal di Jakarta membutuhkan biaya yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Setiap tahun, inflasi membuat harga barang dan jasa semakin mahal. Ini berarti kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, transportasi, dan lain-lain, terus naik harganya. Sayangnya, kenaikan UMR ini tidak selalu mengikuti kenaikan harga-harga ini. Jadi, meskipun gaji naik, daya beli tetap saja tidak cukup untuk menutupi semua kebutuhan yang semakin mahal.
3. Kebutuhan Transportasi
Banyak pekerja di Jakarta sebenarnya tinggal di daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Setiap hari, mereka harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk biaya transportasi pulang-pergi kerja. Biaya transportasi yang tinggi ini membuat sisa uang mereka berkurang, sehingga daya beli untuk kebutuhan lain seperti makanan, sewa tempat tinggal, dan kebutuhan sehari-hari menjadi terbatas.
Baca juga: 5 Cara Menghemat Pos Pengeluaran Transportasi saat Berangkat Kerja untuk Karyawan di Jakarta

4. Kebutuhan Perumahan
Sebagai efek domino, biaya sewa rumah atau kontrakan di Jakarta juga sangat mahal. Akibatnya, banyak pekerja terpaksa mencari tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja mereka agar bisa mendapatkan sewa yang lebih terjangkau.
Namun, tinggal jauh dari tempat kerja berarti mereka harus mengeluarkan lebih banyak uang dan waktu untuk transportasi setiap hari. Jadi, meskipun mereka bisa menghemat uang sewa, mereka tetap harus mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi, dan waktu mereka juga banyak terbuang di jalan.
5. Banyaknya Godaan yang Sulit Dikendalikan
Selain masalah gaji, banyaknya godaan yang sulit dikendalikan juga membuat gaji UMR di Jakarta terasa tidak cukup. Misalnya, ada banyak orang yang tergoda untuk mengambil pinjaman online dengan bunga tinggi. Mereka mungkin berpikir ini solusi cepat untuk masalah keuangan, tapi malah jadi beban tambahan yang harus dibayar tiap bulan.
Ada juga yang terlibat dalam judi online dengan harapan bisa cepat kaya, padahal penghasilan mereka masih pas-pasan. Alih-alih membantu, kebiasaan ini malah memperburuk situasi keuangan.
Godaan-godaan seperti ini, jika tidak dikelola dengan baik, bisa membuat penghasilan yang sudah terbatas jadi semakin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Kurangnya Keterampilan Mengelola Keuangan
Selain tingginya biaya hidup, kebiasaan atau kurangnya keterampilan dalam mengelola keuangan juga bisa membuat gaji UMR di Jakarta terasa tidak cukup. Banyak orang mungkin belum terbiasa membuat anggaran bulanan atau memprioritaskan pengeluaran mereka.
Kadang-kadang, pengeluaran untuk hal-hal yang kurang penting bisa menguras gaji lebih cepat dari yang diperkirakan. Kurangnya pengetahuan tentang cara menabung atau investasi juga bisa membuat seseorang sulit mengatur keuangannya dengan baik, sehingga gaji yang diterima tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan.

7. Kurangnya Kesempatan Mendapatkan Penghasilan Tambahan
Selain gaji UMR yang tidak cukup, kurangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan sampingan atau tambahan juga menjadi masalah. Banyak pekerja di Jakarta hanya mengandalkan satu sumber penghasilan, yaitu gaji UMR mereka.
Karena pekerjaan utama sudah menyita banyak waktu dan tenaga, mereka kesulitan mencari peluang untuk pekerjaan sampingan. Padahal, memiliki penghasilan tambahan bisa sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin mahal. Dengan hanya mengandalkan satu gaji, mereka sering kali kesulitan menabung atau menghadapi pengeluaran tak terduga.
Baca juga: Punya Penghasilan Sampingan Selain Pekerjaan Utama, Mengapa Penting?
Gaji UMR Jakarta sering dianggap tak cukup untuk memenuhi kebutuhan karena berbagai faktor yang kompleks. Meski demikian, ada harapan untuk perbaikan. Dengan kebijakan yang tepat dan kesadaran akan pentingnya manajemen keuangan, tantangan ini dapat diatasi. Memahami penyebabnya adalah langkah pertama menuju solusi yang lebih baik, sehingga kehidupan di Jakarta bisa lebih sejahtera bagi para pekerjanya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Seberapa Jauh Gaji UMR Dapat Memenuhi Kebutuhan Dasar?
Bekerja di kota besar seperti Jakarta adalah impian bagi banyak orang. Salah satu alasannya karena gaji UMR di kota tersebut tergolong tinggi dan kompetitif.
Meskipun demikian, hal ini diiringi dengan biaya hidup yang tinggi dibanding dengan kota-kota besar lainnya. Adapun gaji UMR Jakarta saat ini sebesar Rp4.641.854 dan telah berlaku sejak 1 Januari 2022 sesuai Keputusan Gubernur (Pergub) tentang Upah Minimum Provinsi DKI 2022.
Lalu, apakah gaji yang didapatkan tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak selama tinggal di Jakarta?
Gaji yang Cukup untuk Hidup Layak di Jakarta

Gaji UMR atau upah minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok beserta tunjangan yang ditetapkan oleh gubernur dengan mempertimbangkan usulan dewan pengupahan provinsi.
Penetapan gaji UMR mengacu pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan mempertimbangkan produktivitas maupun pertumbuhan ekonomi.
KHL dihitung berdasarkan keperluan hidup pekerja dalam mencukupi kebutuhan dasar yang mencakup kebutuhan tempat tinggal, pangan 2.100 kkal perhari, sandang, pendidikan, dan lain sebagainya.
Misal, biaya hidup di Jakarta diasumsikan sebesar Rp5 juta. Adapun simulasi kalkulasinya yakni sebagai berikut.
1. Biaya Tempat Tinggal
Biaya tempat tinggal di Jakarta berbeda-beda karena tergantung dengan lokasi, fasilitas, layanan, dan lain sebagainya. Namun, mari asumsikan bahwa biaya yang diperlukan untuk tempat tinggal sekitar Rp850.000-Rp2 jutaan.
2. Biaya Konsumsi
Para karyawan yang memiliki gaji UMR bisa memilih makan di warung atau rumah makan. Anggaplah satu kali makan mengeluarkan uang sebesar Rp20.000. So, total biaya konsumsi per bulan mencapai Rp1,8-Rp2 juta.
3. Biaya Transportasi
Biaya transportasi setiap individu tentu berbeda-beda karena tergantung dengan jenis transportasi yang dipilih beserta jarak tempuhnya. Jika mengendarai motor, kamu perlu mengeluarkan uang bensin setiap bulannya. Adapun jika naik transportasi umum, rinciannya yakni sebagai berikut.
- Transjakarta: Rp3.500 x 22 (hari kerja) x 2 (pulang-pergi) = Rp154.000
- Commuter Line: Rp6.000 x 22 (hari kerja) x 2 (pulang-pergi) = Rp264.000
- MRT : Rp14.000 (tarif maksimal) x 22 (hari kerja) x 2 (pulang-pergi) = Rp616.000
Mengacu pada kalkulasi tersebut, biaya transportasi bisa diasumsikan sebesar Rp500.000.
4. Biaya Lainnya
Ada banyak biaya lain yang perlu dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik itu biaya internet, perawatan diri, hiburan, dan lain sebagainya. Kebutuhan setiap orang tentu berbeda-beda, sehingga mari asumsikan bahwa biaya lain-lain tersebut sebesar Rp2 juta.
Jadi, asumsi perhitungan biaya hidup di Jakarta sekitar Rp5.000.000 per bulan. Besar atau kecilnya pengeluaran tentu tergantung pada gaya hidup masing-masing orang.
Tip Memenuhi Biaya Hidup dengan Gaji UMR

Ada beberapa tip yang bisa dilakukan untuk memenuhi biaya hidup di Jakarta meskipun gaji pas-pasan sebagai kompensasi. Beberapa tip tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Menyusun Anggaran
Menyusun anggaran adalah hal yang wajib dilakukan agar setiap kebutuhan hidup bisa tercover dengan baik. Anggaran bulanan perlu dibuat serinci mungkin dan diikuti dengan disiplin.
2. Meningkatkan Keterampilan dan Pendidikan
Saat gaji yang didapatkan terasa sangat pas-pasan, jangan hanya mengeluh tanpa berbuat apa-apa. Kamu perlu mengikuti pelatihan atau pendidikan tertentu untuk meningkatkan skill.
Tip ini cukup efektif, karena dengan skill yang mumpuni maka terbukalah peluang untuk mendapatkan posisi yang lebih baik. Dengan begitu, maka ada peluang juga untuk gaji bisa lebih tinggi. Atau, setidaknya, kamu bisa mendapatkan penghasilan sampingan dari skill kamu yang baru. Meski tidak dari sumber yang sama dengan gaji utama, tetapi lumayan kan, untuk menambah penghasilan?
3. Berbagi Biaya
Salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk memenuhi biaya hidup sesuai gaji adalah dengan berbagi biaya. Cara ini sangat ampuh untuk menghemat pengeluaran. Misalnya, dengan mencari teman sekamar dan melakukan pembagian biaya sewa.

4. Mencari Tambahan Penghasilan
Gaji UMR yang tergolong pas-pasan sering kali membuat karyawan harus mengambil pekerjaan tambahan untuk menambah penghasilan. Hal ini tidak masalah selama tidak mengganggu pekerjaan utama dan kamu masih sanggup melakukannya. Contohnya yakni seperti bekerja part time, freelance, bisnis online, dan lain-lain.
5. Manfaatkan Fasilitas Umum
Ada banyak fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan dengan harga terjangkau atau bahkan gratis. Jika bepergian, kamu bisa naik MRT, KRL, atau Transjakarta bagi yang tinggal di Jakarta. Sementara itu, jika suntuk dan butuh hiburan, kamu bisa memanfaatkan fasilitas seperti taman kota, perpustakaan, museum, dan lain sebagainya.
Gaji UMR yang ditetapkan oleh pemerintah tentu sudah mengalami pengujian yang sedemikian rupa untuk disesuaikan dengan biaya hidup di Jakarta. Selain digunakan untuk memenuhi biaya hidup, karyawan juga bisa menyisihkan penghasilannya untuk tabungan dan investasi agar penghasilan yang didapatkan setiap bulan tidak menguap begitu saja.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perencanaan Keuangan Jangka Pendek untuk Menghadapi Kemungkinan Kenaikan Inflasi
Perencanaan keuangan jangka pendek adalah salah satu aspek penting dalam mengelola keuangan pribadi. Terutama sih perencanaan keuangan jangka pendek ini sebaiknya kamu lakukan saat misalnya kondisi keuangan sedang tidak stabil, misalnya pas lagi krisis. Bahkan ketika terjadi kenaikan inflasi–yang sebenarnya merupakan hal biasa yang akan terjadi setiap tahunnya.
Nah, dalam menghadapi kemungkinan kenaikan inflasi, atau juga krisis yang lain, perencanaan keuangan jangka pendek memegang peranan kunci dalam menjaga stabilitas keuangan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kita tetap dapat mencapai tujuan finansial kita, meskipun kondisi sedang krisis.
Seperti yang kita tahu kan, bahwa kenaikan inflasi dapat memengaruhi daya beli kita dan mengurangi nilai dari uang yang kita miliki. So, ada baiknya kita memiliki strategi-strategi perencanaan keuangan jangka pendek untuk meminimalkan risiko keuangan yang bisa terjadi.
Jadi, strategi apa yang perlu kita jalankan dalam perencanaan keuangan jangka pendek demi menghadapi kemungkinan kenaikan inflasi dan menjaga stabilitas keuangan di masa depan ini?
Apa Itu Inflasi, dan Apa Dampaknya?

Inflasi adalah suatu kondisi ketika harga-harga barang dan jasa cenderung meningkat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Dalam kondisi inflasi, jumlah uang yang beredar di pasar lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan barang dan jasa, sehingga permintaan lebih tinggi daripada penawaran. Hal ini menyebabkan kita harus membayar lebih banyak uang untuk membeli barang atau jasa yang sama.
Inflasi biasanya diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen atau indeks harga produsen, dan dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Misalnya seperti permintaan yang tinggi, biaya produksi yang meningkat, dan kebijakan moneter dari pemerintah atau bank sentral. Inflasi dapat memengaruhi berbagai aspek ekonomi, termasuk investasi, pinjaman, dan kebijakan fiskal, dan moneter.
Inflasi dapat memiliki dampak yang signifikan pada keuangan kita, terutama jika kita enggak melakukan perencanaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang untuk menghadapi dampak tersebut. Beberapa dampak inflasi misalnya:
Menurunnya daya beli
Inflasi dapat menyebabkan harga barang dan jasa naik. Hal ini berarti bahwa uang yang sama tidak lagi dapat membeli jumlah barang dan jasa yang sama seperti sebelumnya, sehingga daya beli kita menurun.
Menurunnya nilai uang
Kenaikan harga barang dan jasa juga berarti bahwa nilai uang menurun. Uang yang sama akan memiliki nilai yang lebih rendah di masa depan daripada sekarang.
Meningkatnya biaya hidup
Kenaikan harga barang dan jasa juga dapat menyebabkan meningkatnya biaya hidup. Biaya hidup yang lebih tinggi berarti bahwa kita harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mengurangi tabungan
Jika kita punya tabungan cash di bank, maka saat terjadi inflasi, siap-siap saja menerima kenyataan bahwa nilai tabungan kita juga akan menurun. Tabungan yang sama akan memiliki nilai yang lebih rendah di masa depan, sehingga kita kudu menabung lebih banyak uang untuk mencapai tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang kita.
Nah jadi, sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi inflasi dengan merencanakan keuangan jangka pendek, dan jangka panjang juga, dengan cermat. Dengan perencanaan yang tepat, kita dapat mengurangi dampak inflasi pada keuangan dan menjaga stabilitas keuangan kita sendiri di masa depan.
Perencanaan Keuangan Jangka Pendek untuk Menghadapi Kemungkinan Kenaikan Inflasi

1. Memahami Profil Risiko
Memahami profil risiko merupakan langkah penting dalam perencanaan keuangan jangka pendek untuk menghadapi kemungkinan kenaikan inflasi.
Profil risiko kita itu bergantung pada sejumlah faktor, termasuk usia, tujuan investasi, toleransi risiko, pengalaman, dan kondisi keuangan. Dalam hal ini, kita harus mempertimbangkan apakah kita lebih cocok untuk berinvestasi dalam instrumen yang berisiko tinggi atau rendah, atau apakah lebih baik untuk menghindari risiko sepenuhnya. Semua kembali ke kondisi masing-masing, enggak ada yang salah, enggak ada yang paling benar juga ya.
2. Menentukan tujuan keuangan
Kembali lagi ke #TujuanLo Apa. Tujuan perencanaan keuangan jangka pendek mungkin mencakup membangun dana darurat, membayar utang kartu kredit, membeli mobil, atau menabung untuk liburan. Sedangkan tujuan keuangan menengah dan panjang bisa berarti mencakup membeli rumah, pensiun, atau pendidikan anak.
Tentukan tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan panjang dengan jelas, serta berapa biaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam membuat perencanaan keuangan jangka pendek, memahami profil risiko dan tujuan keuangan sangat penting karena akan memengaruhi strategi investasi yang akan digunakan. Profil risiko dan tujuan keuangan akan menjadi dasar dalam memilih instrumen investasi yang tepat, mengalokasikan aset yang sesuai, dan menetapkan rencana pengeluaran yang realistis.
Dengan memahami profil risiko dan tujuan keuangan, kita dapat membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas dan menghindari risiko yang tidak diinginkan dalam menghadapi kenaikan inflasi di masa depan.
3. Menjaga dana darurat
Menjaga likuiditas dana darurat dapat membantu kita untuk memenuhi kebutuhan keuangan mendesak tanpa harus mengambil pinjaman atau menjual investasi.
Ingat ya, besarnya dana darurat tergantung pada seberapa banyak tanggungan kita. Jika masih lajang, boleh saja bangun sampai 3 bulan pengeluaran dulu. Kalau sudah menikah, atau ada orang tua yang harus ditanggung, boleh ditambah. Hingga ketika sudah punya anak, besaran dana darurat idealnya sampai 12 bulan pengeluaran.
Buat rekening tabungan khusus, agar dana darurat enggak sampai tersabotase untuk keperluan lain. Pastikan accessible oleh anggota keluarga yang lain ya.

4. Membuat rencana pengeluaran dan anggaran
Membuat rencana pengeluaran dan anggaran yang realistis dapat membantu kita mengelola uang dengan lebih efektif dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Hal ini juga dapat membantu kita mengetahui berapa banyak uang yang tersedia untuk keperluan darurat atau investasi.
Cek berapa banyak uang yang dihabiskan setiap bulan dan untuk keperluan apa saja. Pengeluaran bulanan dapat mencakup biaya hidup, seperti makanan, transportasi, perumahan, listrik, air, dan internet, serta biaya lainnya, seperti hiburan, olahraga, dan perawatan pribadi.
Setelah mengetahui daftar pengeluaran bulanan, tetapkan prioritas pengeluarannya. Hal ini penting untuk menghindari pengeluaran yang tidak perlu, dan fokus pada pengeluaran yang penting dan bermanfaat.
Lalu, buat perencanaan keuangan jangka pendek, yang mencakup pengeluaran yang direncanakan, penghasilan yang diharapkan, dan sisa uang yang tersedia setiap bulan. Rencana pengeluaran dan anggaran harus dibuat sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan kita masing-masing.
Selanjutnya, pantau dan evaluasi secara teratur, agar kita tahu apakah semuanya berada di jalur yang benar, sesuai dengan rencana. Jika ada kesulitan atau kesalahan, kita pun segera dapat memperbaiki dan menyesuaikannya dengan kondisi keuangan yang ada.
5. Memilih instrumen investasi yang likuid
Memilih instrumen investasi yang likuid, seperti obligasi pemerintah, deposito berjangka, atau reksa dana pasar uang, dapat membantu kita mengakses dana dengan cepat dan mudah jika dibutuhkan. Instrumen investasi yang likuid juga lebih stabil dan lebih rendah risiko, yang pastinya lebih safe untuk kondisi sedang menghadapi inflasi ini.
6. Meminimalkan utang
Memastikan kita hanya berutang secara sehat akan dapat membantu kita mengelola cash flow dengan lebih baik. Hal ini juga dapat membantu kita untuk tetap memiliki lebih banyak uang tunai yang tersedia untuk keperluan mendesak.
Pastikan disiplin mencicil, hindari denda atau bunga berbunga. Minimalkan utang konsumtif, seperti utang kartu kredit dan pinjaman tanpa agunan, karena dapat memperburuk kondisi keuangan kita yang sedang menghadapi kenaikan inflasi.
Dalam perencanaan keuangan jangka pendek, menjaga stabilitas keuangan merupakan hal yang sangat penting. Apalagi dalam menghadapi kemungkinan kenaikan inflasi.
Dengan menerapkan strategi-strategi seperti di atas, kita akan dapat menghadapi kenaikan inflasi dan mengelola keuangan dengan lebih efektif, sehingga mencapai stabilitas keuangan yang diinginkan.
So, perencanaan keuangan jangka pendek yang baik dapat membantu kita mencapai tujuan keuangan dengan lebih mudah dan mengurangi risiko dalam menghadapi perubahan kondisi keuangan di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Begini Cara Memulai Membuat Rencana Keuangan Kamu Sendiri di Tahun 2020
Setiap orang hendaknya memiliki tujuan dalam hidup; cita-cita, keinginan besar, dan mimpi. Ya masa sih, mau hidup begini-begini saja? Pastinya pengin yang lebih baik dong ya? Untuk mewujudkannya, maka kamu perlu membuat rencana keuangan kamu sendiri.
Apakah perlu meminta bantuan seorang financial planner profesional untuk membuatkanmu rencana keuangan secara khusus? Boleh saja, kalau memang kamu membutuhkannya. Namun, kalau memang kondisi keuanganmu saat ini–yah, sebenarnya sih belum sehat benar, tetapi enggak terlalu “sakit”–maka ada baiknya kamu coba untuk belajar membuat rencana keuangan sendiri saja.
Mengapa? Ya, karena yang mau direncanakan ini kan hidup kamu. So, kamu sendirilah yang tahu akan (atau pengin) seperti apa ke depannya, pun kamu sendiri juga yang paham akan kondisi real-nya sekarang ini kan?
Karena itu, yuk, coba untuk membuat rencana keuangan kamu sendiri. Enggak rumit kok! Bahkan, saat nanti kamu sudah piawai menjalankannya, kemampuanmu setara dengan seorang certified financial planner loh!
Yuk, coba mulai dari beberapa langkah berikut.
7 Langkah Membuat Rencana Keuangan Kamu Sendiri

1. Tanyakan: pengin hidup seperti apa?
Lima tahun lagi? 10 tahun lagi, hingga 20 tahun lagi dari sekarang? Buatlah tujuan hidupmu ini dalam tahapan-tahapan, supaya bebannya jadi terbagi rata.
Misalnya, 5 tahun lagi pengin punya rumah pertama, so seharusnya sudah terkumpul dana untuk DP. Sepuluh tahun lagi, sudah mengamankan dana pendidikan anak setidaknya sampai uang pangkal perguruan tinggi. Dua puluh tahun lagi, sudah bisa pensiun dengan mandiri, enggak membebani anak, hidup berdua sejahtera bareng pasangan.
Semua cita-citamu itulah yang akan menjadi tujuan keuanganmu.
2. Ketahui total aset
Bahasa kerennya, know your worth. Ciyeee.
Yuk, duduk dan lakukan perhitungan secara detail. Catat secara khusus, semua hal yang menjadi aset kamu saat ini. Mulai dari gaji, side hustles, rumah, kendaraan, investasi (jika sudah ada), dan lain sebagainya.
Selanjutnya, tulis juga apa yang menjadi beban tanggungan Anda, mulai dari cicilan yang sedang berjalan, asuransi, pajak, dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui total aset yang sudah kamu miliki sekarang, kamu akan tahu seberapa jauh garis start kamu untuk mulai membuat rencana keuangan demi tujuan yang sudah dibuat seperti di poin pertama di atas.
Istilahnya, misal sekarang kamu sudah punya rumah (umpamanya hibah atau warisan), maka kamu bisa mencoret tujuan keuangan yang satu ini, dan bisa membuat tujuan keuangan lain yang sesuai dengan mimpimu.

3. Ketahui biaya hidupmu dengan pasti
Membuat rencana keuangan tidak akan bisa komprehensif kalau kamu enggak mengetahui seberapa besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang penting.
Ya, enggak mungkin kan, kamu memaksa untuk ambil kredit kepemilikan rumah, sedangkan untuk beli beras saja kamu berutang ke warung tetangga?
Karena itu, cobalah untuk mengetahui biaya hidupmu secara pasti, setidaknya dalam beberapa bulan ke depan. Sediakan buku catatan, atau kamu juga bisa membuat catatan di aplikasi keuangan yang dengan mudah kamu unduh di smartphone, dan lakukan pencatatan pengeluaran hingga detail.
4. Utamakan kewajiban
Kewajiban menjadi prioritas dalam pengeluaranmu, selain kebutuhan hidup pokok. Misalnya, cicilan utang yang ada saat ini, tagihan listrik, pulsa, hingga pajak-pajak yang harus dibayar bulanan atau tahunan.
Semua kewajiban ini menjadi top priority dan tidak boleh sampai terlewat dibayar, agar rencana keuangan kamu nanti bisa lancar diwujudkan.

5. Bangun aset
Ada aset penting yang belum kamu miliki sekarang. Buat rencana keuangan secara menyeluruh, agar setiap bulan kamu bisa menabung dan membangun portofolio investasi atau aset kamu.
Beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam membangun aset:
- Belajar dulu dengan sungguh-sungguh, agar kamu bisa paham karakteristik masing-masing instrumen investasi sehingga bisa disesuaikan dengan rencana keuangan kamu.
- Ingat selalu akan “hukum” investasi: return tinggi akan membawa serta risiko tinggi juga. Tidak pernah ada investasi sangat aman dengan keuntungan yang sangat tinggi. Ini sudah pasti bodong.
- Lakukan diversifikasi portofolio.
- Review berkala, dan sesuaikan lagi dengan rencana keuangan yang sudah ada jika diperlukan.
6. Hidup sesuai kemampuan
Rencana keuangan sudah mulai tersusun dengan rapi, jika kamu sudah sampai di step keenam ini. Selanjutnya, kamu tinggal menjalaninya dengan konsisten dan disiplin.
Hiduplah sesuai kemampuan, dan selalu berpegang pada rencana yang sudah kamu buat. Percuma saja kan, kamu membuat rencana keuangan tetapi pada praktiknya kamu terlalu banyak “cheating”.
Ya, seperti diet, cheating sih boleh sekali dua kali. Tapi jangan keseringan ya. Ingat akan tujuanmu!

7. Asuransikan!
Rencana keuangan juga akan sia-sia, kalau di tengah jalan, ada musibah menimpamu dan kamu tidak memiliki jaring pengaman yang baik–terlebih untuk mitigasi risiko keuangan.
So, pastikan kamu memasukkan iuran asuransi kesehatan dan asuransi jiwa juga dalam bujet biaya hidupmu.
Nah, gimana? Masihkah terlalu rumit untukmu? Masih belum kebayang, bagaimana cara membuat rencana keuangan yang komprehensif ini?
Join saja yuk, di kelas-kelas finansial online QM Financial! Ada banyak kelas yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhanmu. Mulai dari yang basic, hingga advanced. Mau buat rencana keuangan kamu sendiri? Mau jadi financial planner untuk dirimu sendiri dan keluarga? Bisa banget! Bahkan kamu bisa mendapatkan worksheet Excell untuk langsung diisi sesuai dengan kondisi keuanganmu.
Cek jadwalnya dan segera daftar ya di link yang sudah ditautkan di atas.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.