Perempuan dan Tujuan Finansial: Tujuan Lo Apa?
Berhubung bulan ini kita memperingati hari lahir Kartini, tepatnya pada tanggal 21 April, kita bahas segala yang perempuan yuk. Setelah minggu lalu kita membahas tentang pentingnya perempuan belajar mengelola uang, kali ini kita akan bahas tentang perempuan dan tujuan finansial.
Definisi tujuan finansial
Apa sih tujuan finansial itu? Tujuan finansial itu berawal dari mimpi. Supaya mimpi jadi kenyataan nih perlu target yang jelas. Dalam perencanaan keuangan, ini berarti kita perlu menentukan dulu mimpi apa yang ingin dicapai. Bukan sekedar ‘ingin menabung atau ‘ingin kaya’ saja.
Seperti konsep ‘Tujuan Lo Apa’ yang didengungkan oleh lead QM Trainer Ligwina Hananto, tujuan finansial ini tidak bisa dibuat abu-abu. Setiap tujuan finansial harus punya ‘muatan’, sebuah judul agar uang yang sedang kita upayakan bermanfaat untuk hidup kita. Selain harus memiliki makna dalam hidup kita, tujuan finansial juga erat kaitannya dengan nilai di masa depan. Karena itu, tujuan finansial juga memiliki jangka waktu.
Tujuan finansial=judul+nilai masa depan+jangka waktu
Contohnya mau beli rumah dengan cara kredit. Berarti ada sejumlah tertentu DP yang harus dikumpulkan untuk jangka waktu tertentu. Nah ini bisa disebut Tujuan Finansial Dana DP Rumah Baru.
Sayangnya belum semua orang menyadari pentingnya menetapkan tujuan finansial. Alhasil sudah bertahun-tahun bekerja tapi belum punya aset. Rasanya sudah bekerja keras tapi kok tabungan enggak nambah-nambah. Pasti deh itu karena enggak ada tujuan finansial yang jelas.
Kenapa perempuan perlu punya tujuan finansial?
Pernahkah kita membayangkan kehilangan pekerjaan? Di dunia ini enggak ada yang pasti lho! Kalau tidak punya penghasilan, apa yang akan dilakukan untuk bertahan hidup sampai mendapatkan pekerjaan baru? Atau ingin punya rumah sendiri gak sih? Emang betah terus-terusan tinggal di Pondok Mertua Indah? Udah siap pensiun belum? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan tujuan finansial lho!
Supaya tetap bisa bertahan hidup jika terjadi hilangnya penghasilan atau keadaan darurat lain, ada tujuan finansial berupa Dana Darurat. Dana ini dipakai untuk hal-hal yang sifatnya darurat seperti plafond rumah rubuh, mobil mogok harus masuk bengkel, resign dari kantor lama dan belum mendapatkan pekerjaan baru. Tujuan finansial Dana Darurat merupakan tujuan finansial paling dasar yang wajib dimiliki semua orang. Besaran Dana Darurat dihitung berdasarkan pengeluaran bulanan. Untuk lajang jumlahnya 3-4x, menikah belum punya anak 6x, menikah dengan 1 anak 9x, menikah dengan 2 anak atau lebih 12x. Untuk freelancer yang penghasilan per bulannya tidak pasti disarankan punya Dana Darurat sebesar 12x pengeluaran bulanan.
Tak perlu khawatir dengan besarnya Dana Darurat yang harus disiapkan. Kembali lagi ke konsep tujuan finansial = judul + nilai masa depan + jangka waktu.
Misalnya Dana Darurat untuk keluarga dengan 2 anak sebesar 12x pengeluaran bulanan. Katakanlah pengeluarannya Rp5.000.000 per bulan. Maka Dana Darurat yang perlu dikumpulkan sebesar Rp60.000.000. Tinggal ditarget saja mau dicapai kapan, apakah dalam 1,2, atau 3 tahun? Kemudian, cara mencapainya bisa dengan menabung atau berinvestasi.
Dengan adanya tujuan finansial yang jelas, mengatur keuangan jadi lebih gampang. Perempuan juga jadi lebih disiplin karena ada mimpi yang mau diraih. Tujuan finansial lainnya seperti Dana Liburan misalnya, bisa banget! Tentukan dulu mau kemana, anggarannya berapa, dan kapan berangkat. Dari situ kita bisa hitung berapa jumlah uang yang harus ditabung atau diinvestaikan per bulannya.
Selain itu yang enggak kalah penting juga adalah Dana Pensiun. Kelihatannya sih masih lama tapi jumlahnya raksasa lho kalau enggak dipersiapkan dari sekarang! Dengan jumlah yang raksasa sulit sekali untuk di-cover dengan tabungan pensiun dari kantor. Padahal kalau mulai investasi dari sekarang untuk Dana Pensiun hanya sebesar setengah harga sepatu lho!
Dengan punya tujuan finansial, keuangan kita juga semakin kuat sehingga bisa juga membantu orang lain lebih banyak dan lebih lama. Selain itu, kita akan berpikir ulang kalau mau menyabotase dana untuk tujuan finansial tertentu yang sudah terkumpul. “Wah, kalau uang ini dipake, enggak jadi jalan-jalan dong atau wah kalau dana ini dipake, siap-siap enggak pensiun nih!”
Yuk! Pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan dan punya tujuan finansial yang jelas.
QM Admin –
Beli Rumah VS Traveling: Pilih Mana?
Menurut kamu mending beli rumah dulu atau mendingan traveling dulu? Bagi para anak lama, jawaban dari pertanyaan ini akan sangat telak: ‘Ya rumah dulu lah’. Tapi bisa berbeda untuk millenials. Untuk millenials, beli rumah itu bisa jadi sesuatu yang menakutkan. Apalagi standar sekarang, beli rumah itu enggak dapat banyak likes di Instagram. Kalau travelling kan dapat konten menarik untuk masuk medsos. Kamu berpendapat yang sama kah?
Padahal punya rumah sendiri itu adalah bagian penting dalam sebuah financial plan. Mempunyai rumah sendiri adalah simbol kemandirian. Dengan mempunyai rumah sendiri, kita juga bisa mendukung perekonomian negeri. Karena dari setiap rumah yang terjual, banyak lapangan pekerjaan terbuka, banyak bahan bangunan yang digunakan, dan ada kredit rumah yang tersalurkan.
Yang perlu diwaspadai, harga rumah ini makin lama makin mencekik loh. Kenaikannya jauh lebih tinggi daripada harga tiket pesawat ☺ . Gak mau kan nanti pas udah berumur 40-an masih ngontrak?
Boleh kok traveling. Tapi travelingnya pake PLAN ya. Jalan-jalannya yang terencana dan sudah disiapkan dananya. Jangan sampai feed Instagram bisa jadi keren karena jalan-jalan terus tapi saldo rekening tergerus.
Coba, kamu pengen liburan kemana dan kapan? Kita buat tujuan finansial dana liburan. Misalnya tahun depan mau liburan ke Bangkok, butuh dana Rp12.000.000. Kamu punya waktu setahun untuk mengumpulkan dananya. Kalau periodenya hanya setahun, nabung aja cukup sih. Untuk mendapatkan dana liburan sebesar Rp12.000.000, kamu bisa menabung Rp1.000.000 per bulan selama 12 bulan.
Jadi, kalau kamu sekarang belum berminat membeli rumah dan masih ingin jalan-jalan, silakan. Tapi mulai nabung dulu ya. Siapa tahu dalam 1 tahun atau lebih kamu berubah pikiran. Tahun berikut mungkin sudah tertarik untuk beli rumah. Nah uang hasil nabung untuk liburan ini bisa dialihkan jadi DP rumah!
Dan ini kejadian beneran ya. Dalam salah satu studi kasus yang dibahas Ligwina Hananto, dana liburan ini bisa beralih jadi DP apartmen loh!
Sebut saja namanya Ayu. Setelah setahun mengumpulkan dana liburan, Ayu merasa udah kebanyakan jalan-jalan. Setahun kemudian Ayu merasa lebih berani untuk punya rumah pertamanya!
Mulainya hanya dari niat mau liburan, tapi nabung dulu. Buat si Ayu, malah berbuah bisa beli apartemen. Bahkan sekarang Ayu mau beli apartemen lebih besar. Apartemen lamanya dijual dan dijadikan DP untuk apartemen kedua.
Kamu pengen seperti Ayu? Yang penting adalah mulai nabung aja dulu. Mulai dengan tujuan yang kamu suka; nanti kalau berubah pikiran dan sudah berani uang ini bisa dialihkan jadi DP. Jadi, liburan jalan terus, rumah pun tetap terbeli. Seru kan!
Mau tau lebih banyak pembahasan tentang topik-topik finansial? Yuk ikutan, Financial Clinic Online Series. – kelas finansial online yang memungkinkanmu belajar finansial di mana saja. Cek jadwalnya di event.qmfinancial.com dan ikuti terus updatenya di IG @qm_financial.
QM Admin –
Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Setelah seorang perempuan menikah dan mempunyai anak, biasanya akan timbul kegalauan. Apakah dia akan terus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga dan mendedikasikan dirinya bagi keluarga. Kedua hal ini mestinya menjadi alternatif pilihan untuk perempuan, bukan paksaan. Namun, apa pun pilihannya setiap perempuan harus punya kemampuan mengelola keuangan.
Alasan Pentingnya Perempuan Belajar Mengelola Keuangan
Perempuan yang dapat mengelola keuangan bisa menjadi perempuan yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Bahkan mampu memberdayakan orang lain. Tentunya kalau punya penghasilan sendiri, perempuan memang bisa ikut berkontribusi ke keuangan keluarga. Tapi sebagai ibu rumah tangga pun, seorang perempuan harus dibekali dengan kemampuan mengelola keuangan. Seharusnya tidak ada halangan bagi perempuan untuk mengelola keuangan walaupun penghasilannya dari pasangan. Faktanya, dari pelatihan finansial yang dilakukan QM Financial, tidak sedikit perempuan yang tidak memiliki akses keuangan dan tidak bisa menghasilkan uang sendiri.
Mengapa penting bagi perempuan untuk belajar mengelola keuangan?
Salah satunya agar bisa tetap survive kalau terjadi hal yang tidak diinginkan kepada suami sebagai pencari nafkah utama. Sebagai pencari nafkah utama keluarga, suami wajib memiliki proteksi berupa asuransi jiwa. Jika pencari nafkah utama meninggal, sang istri akan menerima sejumlah uang pertanggungan yang bisa digunakan untuk melanjutkan hidup dan merencanakan dana pendidikan untuk anaknya. Kebayang gak kalau perempuan tidak mampu mengelola uang? Tanpa pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, sejumlah besar uang yang diterima bisa langsung habis dalam sekejap.
Apa yang Harus Dilakukan Perempuan?
Jika seorang perempuan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dia bisa mulai mengelola penghasilan pasangan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyisihkan minimal 10% untuk ditabung atau diinvestasikan. Akan lebih keren lagi kalau sudah punya tujuan keuangan misalnya Dana Darurat, Dana pendidikan Anak, Dana DP Rumah.
Sisihkan sesuai pos
Jadi, hal pertama yang dilakukan saat terima “jatah” dari pasangan adalah menyisihkannya ya, bukan menunggu sisa. Biasanya kalau kita menunggu pemenuhan kebutuhan dulu baru sisanya ditabung, gak akan ada sisa ☺.
Setelah menyisihkan 10% di depan untuk ditabung, jaga juga cicilan utang maksimal 30% dari penghasilan. Ini termasuk cicilan KPR, cicilan mobil, sampai cicilan Kredit Tanpa Agunan. Kalau masih punya cicilan kartu kredit segera lunasi! Kartu kredit itu banyak gunanya dengan satu syarat bayar lunas setiap bulan. Kalau berani gesek kartu kredit, pastikan uangnya memang ada di rekening, jangan halu! Bukan berarti tidak boleh bersenang-senang. Boleh-boleh aja kok punya anggaran maksimal 20% untuk pengeluaran lifestyle dari jumlah penghasilan yang diberikan pasangan.
Setelah 10% penghasilan ditabung/diinvestasikan, 30% cicilan, 20% untuk pengeluaran gaya hidup, sisanya sekitar kurang lebih 40% digunakan untuk pengeluaran rumah tangga.
Lengkapi dengan proteksi
Jangan lupa perencanaan keuangan tak lengkap tanpa proteksi. Proteksi umumnya berupa asuransi. Ibaratkan kita punya rumah, asuransi ini atapnya. Kalau kita berhadapan dengan musim hujan, asuransi itu payungnya. Proteksi berupa asuransi kesehatan wajib dimiliki semua orang tanpa terkecuali mulai dari bayi sampai orang dewasa. Semua perlu perlindungan kesehatan karena kalau sakit, bisa menimbulkan biaya yang besarnya tidak terduga dan menggerus uang kita. Kalau punya asuransi, kita jadi bisa punya perlindungan. Kalau sampai harus diopname, ada yang bayarin. Kalau kecelakaan, ada yang bayarin. Sedangkan untuk penghasil nafkah utama keluarga harus dilindungi dengan asuransi jiwa.
Yuk, pastikan kamu jadi perempuan yang bisa mengatur keuangan!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
– QM Admin –
Menabung 90% Penghasilan untuk Dana Pensiun, Sanggupkah?
Beberapa tahun terakhir ini QM Financial memfokuskan diri pada pelatihan untuk persiapan pensiun. Kenapa? Karena kita khawatir orang Indonesia tidak siap pensiun. Tujuan finansial dana pensiun merupakan salah satu tujuan terpenting namun kurang dipersiapkan dengan baik. Dari pelatihan keuangan untuk persiapan pensiun yang dilakukan, kami mendapati banyak sekali orang, terutama karyawan yang menggantungkan kesejahteraannya kepada perusahaan. Padahal kesejahteraan itu adalah tanggung jawab kita masing-masing lho!
Setiap orang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan pribadi dan keluarganya. Yang harus disadari, kebutuhan dana pensiun kita besar sekali. Tidak cukup kalau hanya mengandalkan dana pensiun dari kantor atau dana pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan yang dulu dikenal sebagai Jamsostek.
Biasanya apa reaksi kita untuk memenuhi target dana pensiun yang besar tersebut? Menabung! Memangnya cukup menabung untuk dana pensiun? Bisa! Tapi kamu harus menabung dalam jumlah raksasa. Inilah yang dilakukan oleh ayah dari CEO QM Financial, Ligwina Hananto. Beliau adalah seorang lulusan teknik pertambangan dan bekerja di sebuah pertambangan di Sorowako, Sulawesi. Ligwina dan adiknya menjalani masa kecil yang indah di Sorowako. Untuk mempersiapkan dana pendidikan dan dana pensiun, beliau menabung 90% dari penghasilannya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar biaya hidup ditanggung oleh kantor. Selain itu, lokasi yang jauh dari kota menjadikan akses keluar masuk barang terbatas. Punya uang pun tidak bisa belanja, karena tidak ada yang bisa dibeli ☺
Sekarang, coba tanyakan ke diri sendiri. Sanggupkah kamu menabung 90% dari penghasilanmu untuk dana pensiun? Kamu harus hidup hemat. Hemat dengan cara yang ekstrem. Sanggup? Nggak kan? Nah! Kalau kita sadar tidak sanggup menabung dalam jumlah raksasa setiap bulannya kita harus berani mengambil risiko dengan berinvestasi.
Menghitung kebutuhan dana pensiun
Coba kita hitung angkanya ya. Kita asumsikan usia kamu saat ini 30 tahun dengan pengeluaran bulanan Rp2.000.000 per bulan. Kamu berencana pensiun di usia 55 tahun dengan usia harapan hidup hingga 75 tahun.
Dengan asumsi inflasi 5.5%, biaya hidup Rp2.000.000 per bulan di tahun ini akan menjadi Rp11.500.000 saat memasuki usia pensiun nanti. Kebutuhan biaya pensiun selama 20 tahun akan menjadi Rp2,3M. Itu kalau pengeluaran per bulannya Rp2.000.000 ya. Untuk yang pengeluaran bulanannya Rp10.000.000, sila dikalikan 5. Perlu dicatat bahwa angka-angka ini merupakan simulasi yang dibuat berdasarkan asumsi (inflasi, pengeluaran, usia). Jika asumsi berubah, angka kebutuhan pensiun pun berubah.
Menabung vs Investasi
Kita bandingkan kalau kita hanya menabung untuk dana pensiun. Kalau menabung Rp1juta per bulan selama 25 tahun ke depan, kamu pasti akan dapat Rp300.000.000. Tapi tadi kan kita sudah menghitung kebutuhan dana pensiunnya Rp2,3M. Gak cukup dong! Jadi kalau kamu hanya nabung untuk dana pensiun, kamu akan berhadapan dengan satu risiko: risiko gak pensiun ☺
Untuk mencapai dana pensiun 2.3M dalam waktu 25 tahun, kamu perlu menabung Rp7.700.000 per bulan. Sanggup gak? Kalau gak sanggup, ambil resiko dengan investasi.
Untuk mencapai dana pensiun 2,3M kamu bisa berinvestasi sebesar Rp700.000 di produk dengan imbal hasil 15% per tahun.
Jadi pilih mana: menabung Rp7.700.000 per bulan atau investasi Rp700.000 per bulan?
Your money, your choice, your responsibility.
Fransisca Emi / Financial Trainer
Mau Bikin PLAN Sendiri? Bisa!
Bisa gak sih kita belajar bikin PLAN buat diri sendiri? Bisa banget! Bulan Maret yang lalu QM Financial mengadakan pelatihan keuangan pribadi yang diberi nama Financial Clinic Workshop. Pelatihan ini diadakan selama dua hari, pada tanggal 10-11 Maret 2018.
Sebelumnya QM Financial pernah membuat pelatihan perencana keuangan dalam satu hari, yaitu QMPC Xpress.
read more: QMPC Xpress Level 1
Apa yang membuat Financial Clinic Workshop berbeda? Di pelatihan ini peserta belajar studi kasus hasil pengalaman trainer. Sehingga peserta tidak hanya dapat membuat PLAN untuk diri sendiri tetapi dapat juga mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat kepada orang lain.
Pelatihan yang dihadiri oleh 30 orang peserta dilaksanakan di hotel 101 Dharmawangsa Square. Meskipun workshop diadakan di Jakarta, peserta tak hanya terbatas dari area Jakarta dan sekitarnya lho. Ada juga yang berasal dari luar kota seperti Yogyakarta dan Pekanbaru. Peserta Financial Clinic Workshop terdiri dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan, ibu rumah tangga, hingga pengusaha. Diskusi berjalan dua arah sehingga peserta tidak hanya belajar dari QM Trainer namun dari pengalaman peserta yang lain.
Dilengkapi dengan games dan ice breaking seru, Financial Clinic Workshop bersama QM Financial selalu terasa menyenangkan.
Modul 1 = Cashflow
Memulai workshop di hari pertama, Ligwina Hananto, CEO dan Founder QM Financial membahas mengenai Blue Print of your Finance Life. Perencana keuangan itu ibarat mendesain rumah yang sehat dan kuat. Ada fondasi dasarnya, ada tiangnya, ada atapnya, dan apabila ingin lebih bagus ada lantai duanya. Dalam merencanakan keuangan, fondasi dasarnya adalah financial check up. Financial Check Up sangat penting untuk dapat melihat kondisi keuangan kita dan mengetahui ke mana saja larinya uang kita.
read more: Financial Check Up
Sebelum berinvestasi, kita harus menentukan tujuan finansial alias #tujuanloapa. Berinvestasi tanpa terlebih dahulu menentukan tujuan ibarat naik kendaraan tapi tidak tahu tujuannya mau kemana, nanti nyasar lho!
read more: Tujuan Lo Apa!
Peserta juga mempelajari rumus-rumus dalam membuat rencana keuangan, sehingga dapat menghitung dan membuat perencana keuangan sendiri. Mereka pun diberi studi kasus untuk dikerjakan secara berkelompok dan hasilnya dipresentasikan untuk dibahas bersama.
Modul 2 = Reksadana dan Asuransi
Modul 2 dalam Financial Clinic Workshop membahas Reksadana dan Asuransi.
Kedua produk ini sering digunakan dalam pembuatan rencana keuangan yang komprehensif. Apabila diibaratkan rumah di dalam Blue Print of your Finance Life, reksadana adalah lantai dasar dan asuransi sebagai atapnya. Kebayang dong pentingnya dua hal tersebut dalam merencanakan keuangan!
Di hari kedua inilah peserta belajar bagaimana memiilih reksadana dan membeli asuransi untuk proteksi sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan reksa dana didasarkan pada tujuan keuangan yang ingin dicapai apakah jangka pendek, menengah, atau jangka panjang.
read more: Investasi Asyik Buat Pemula
Sedangkan asuransi, penting untuk memiliki proteksi yang cukup selama kita dalam masa pencapaian berbagai tujuan finansial. Peserta dapat membawa polis asuransi untuk mengecek apakah asuransi yang sudah dibeli sesuai dengan kebutuhan.
read more: Asuransi VS Investasi, Mana Yang Lebih Penting?
Di akhir sesi, peserta diminta membuat ACTION PLAN sebagai hasil follow up atas ilmu finansial yang didapat selama dua hari workshop.
Dengan ilmu yang mudah untuk diaplikasikan dan kesempatan berkonsultasi dengan QM Planner, peserta antusias mengikuti workshop. Mereka sadar walaupun cashflow positif, perencanaan keuangan harus dilakukan secara komprehensif dan dimulai sedini mungkin.
Dan kini, dengan berbekal antusiasme pada Financial Clinic Workshop Modul 1 & 2, telah dibuka Modul 3&4 yang membahas tentang bisnis. Untuk pendaftaran, klik di sini!
Mia Damayanti | Financial Trainer
Pensiun Tanpa Aset Aktif, Mungkinkah?
Bicara soal pensiun, kita bisa belajar dari orang terdekat. Kalau kamu seperti saya yang saat ini memasuki usia kepala tiga #anaklama, kemungkinan besar orang tuamu sudah memasuki usia pensiun. Bagaimana kondisi pensiun mereka? Apakah mereka pensiun dengan sejahtera atau sederhana?
Kedua orang tua saya adalah pensiunan PNS. Mereka termasuk golongan lama yang menganut paham: lebih baik menjadi PNS, gaji secukupnya yang penting mendapatkan tunjangan pensiun setiap bulan. Namun, keempat anaknya tidak berpendapat sama, kami memilih menjadi karyawan swasta.
Kedua orang tua saya mengandalkan penghasilan semasa pensiun dari pensiunan bulanan sebagai PNS. Mereka tidak mempunyai aset aktif yang bisa memberikan penghasilan pasif. Namun demikian, orang tua saya tetap bisa hidup nyaman tanpa kekurangan suatu apapun. Mereka masih bisa makan enak tiga kali sehari, tak kesulitan berkunjung ke rumah saudara di luar kota, juga mampu membelikan makanan, mainan, maupun memberi uang saku untuk cucu-cucunya.
Tak seperti millenials yang hobi liburan, orang tua saya tidak mempunyai kebutuhan dana liburan. Bagi mereka, liburan ke luar kota itu artinya mengunjungi rumah saudara untuk suatu acara, bisa pernikahan, kelahiran, saat hari raya; dan berziarah ke tempat ziarah rohani. Pergi ke tempat wisata sifatnya hanya mampir saja sebagai pelengkap, bukan tujuan utama.
Aset yang mereka miliki kebanyakan adalah aset pasif, berupa rumah, tanah, sawah, dan pekarangan. Meskipun punya rumah yang tak ditinggali, namun karena merupakan rumah tabon (rumah peninggalan orang tua), rumah ini tak boleh dijual; disewakan pun sayang. Sawah sebenarnya bisa menghasilkan beras yang jumlahnya melebihi kebutuhan konsumsi. Namun mereka memilih untuk membaginya ke anak-anak daripada menjualnya. Tanah saat ini masih ditanami pohon jati, belum ada intensi untuk memanfaatkannya menjadi aset yang menghasilkan. Sedangkan pekarangan dimanfaatkan untuk kolam ikan gurami, memelihara ayam & itik, serta menanam buah-buahan dan sayuran. Dengan gaya hidup yang tergolong sederhana, walaupun tanpa aset aktif, mereka bisa pensiun dengan nyaman. Ahh, nikmatnya tinggal di desa.
Orang tua saya bisa pensiun nyaman tanpa aset aktif karena tinggal di desa dengan gaya hidup yang sederhana. Bagaimana dengan saya? Generasi saya tentunya memiliki gaya hidup yang berbeda. Tinggal di daerah suburban dengan luas lahan yang terbatas, semua kebutuhan rumah tangga harus beli, tak bisa mengandalkan sawah dan ladang sendiri. Demikian juga dengan kebutuhan dana liburan. Belum lagi keinginan untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial. Dengan gaya hidup yang lebih tinggi, saya sadar tak bisa pensiun dengan nyaman tanpa aset aktif.
Agar bisa menikmati gaya hidup yang sama hingga pensiun nanti, saya harus mulai membangun aset aktif yang nantinya bisa memberikan penghasilan pasif. Ada tiga macam aset aktif yang bisa dipilih: bisnis, surat berharga, dan properti. Aset aktif yang baik adalah kombinasi yang imbang dari ketiganya. Secara pribadi saya merasa belum siap mental membangun bisnis sendiri. Untuk berinvestasi di properti pun butuh modal yang tidak sedikit. Karena itu, saat ini saya memilih untuk mulai membangun aset aktif dengan surat berharga. Ke depan saya punya mimpi membangun bisnis coworking space dengan memanfaatkan properti yang saat ini ‘nganggur’. Semoga segera terwujud ya!
Baca juga: Khawatir Gak Siap Pensiun? Kumpulin Aset Aktif Yuk!
Ini #ceritapensiunku, bagaimana denganmu? Kombinasi aset aktif seperti apa yang kamu rencanakan? Yuk! Mulai rencana membangun aset aktif untuk mewujudkan pensiun sejahtera!
Fransisca Emi | Financial Trainer
Pelatihan Persiapan Pensiun di Rabobank
Kebanyakan perusahaan mulai memberikan training persiapan pensiun kepada karyawannya disaat mereka akan memasuki atau sudah mencapai usia pensiun. Namun berbeda dengan Rabobank. Manajemen Rabobank justru sedini mungkin memberikan fasilitas pelatihan persiapan pensiun kepada karyawannya. Ini sesuai dengan tiga tahapan persiapan pensiun yangdipaparkan oleh Ligwina Hananto.
related articles: Kapan Perusahaan Harus Membuat Program Persiapan Pensiun?
Menurut manajemen Rabobank, kesejahteraan karyawan adalah tanggung jawab masing-masing, bukan tanggung jawab perusahaan. Tugas perusahaan adalah memberikan akses pengetahuan, salah satunya pelatihan persiapan pensiun yang bekerja sama dengan QM Financial ini. Namun tanggung jawab pelaksanaannya ada di masing-masing karyawan.
Pelatihan persiapan pensiun bertujuan agar para karyawan mempunyai waktu yang cukup lama untuk bisa mempersiapkan tujuan keuangan apa saja yang ingin mereka capai atau miliki saat pensiun nanti. Ada begitu banyak hal harus dipelajari dan dipersiapkan untuk memasuki masa pensiun. Jangan sampai kita terlambat mempersiapkannya dan gigit jari saat ternyata dana pensiun tidak mencukupi.
Pelatihan diadakan di Jakarta untuk 6 gelombang dengan masing-masing karyawan per gelombang pada bulan Maret 2018 di kantor Rabobank yang berlokasi di Mega Kuningan Jakarta.
Sesi pelatihan QM Financial selalu diawali dengan intention setting. Hal ini untuk membuat peserta fokus pada tujuannya mengikuti pelatihan. Ligwina Hananto sebagai lead trainer mengajak para peserta training untuk menuliskan apa saja mimpi atau goals yang ingin mereka miliki saat pensiun. Ada yang ingin punya bisnis, punya rumah pensiun yang nyaman, sering liburan bersama keluarga, dan lain sebagainya.
Tahapan dalam belajar finansial dibagi menjadi tiga: AWARENESS, UNDERSTANDING, dan ACTION.
Ada begitu banyak hal yang harus dipelajari dan disiapkan untuk menghadapi masa pensiun. Berhubung peserta pelatihan beragam mulai dari junior level hingga senior level, materi training pun harus sesuaikan dengan kebutuhan para peserta.
Sesi pagi diisi dengan materi bagaimana cara mengatur keuangan agar peserta tahu (AWARE) dan paham (UNDERSTAND). Sementara sesi siang diisi dengan praktik mengisi formulir data keuangan agar para peserta mengetahui status arus kas bulanannya. dan apa saja harta dan utang yang mereka miliki. Peserta pun membentuk grup untuk membuat simulasi 7 Langkah Siap Pensiun. Ini adalah bagian dari tahap ACTION.
Bicara keuangan mungkin terdengar kaku dan membosankan karena kita berkutat dengan angka-angka. Namun di QM Financial, kami selalu punya cara untuk membuat pelatihan finansial terasa fun. Salah satunya adalah saat penyampaian materi seminar oleh Ligwina Hananto. Sebagai seorang stand up comedian, sesekali Ligwina Hananto menyisipkan materi standup comedy yang berhubungan dengan financial planning. Ruang kelas pun ramai dengan gelak tawa para peserta.
Tak hanya itu, kami pun punya tips lain supaya peserta tetap fokus dan happy selama training. Kami mengajak peserta untuk bermain expense card games berupa permainan kartu pengeluaran. Para peserta diajak berjalan menuju sudut dinding untuk menempelkan kartu-kartu pengeluaran tersebut sesuai dengan pos pengeluaran yang ada. Selain seru, peserta juga makin paham penerapan prinsip financial planning dalam kehidupan sehari-hari. Tak ketinggalan ice breaking seru yang bisa menyegarkan suasana kelas. Financial traning can be fun with QM Financial!
Sebagai penutup, lead trainer Ligwina Hananto lebih banyak membahas studi kasus dan berbagai informasi terkini seputar investasi surat berharga, bisnis, dan properti sebagai bagian dari aset aktif. Penting sekali agar kita semua bisa mengatur keuangan, sehingga kita bisa menyisihkan sebagian dari penghasilan kita untuk investasi masa depan dan membangun aset aktif. Sayang kan, kita sudah kerja capek-capek bertahun-tahun tapi hasilnya gak kelihatan. Produk untuk investasi harus dipilih dengan hati-hati. Kita harus sadar betul atas segala risiko yang terkandung dalam produk pilihan kita. Resiko ini perlu dikelola dan disesuaikan dengan jangka waktu pencapaian.
Thank you for having us, Rabobank!
Mari kita terus meningkatkan pengetahuan mengelola keuangan untuk mewujudkan pensiun yang sejahtera. Pelatihan finansial seperti ini sangat bisa disesuaikan dengan kebutuhan karyawan atau perusahaan. Bersama QM Financial, pelatihan finansial menjadi lebih menyenangkan, praktis dan bermanfaat. Sila hubungi 0811 1500 600 untuk ngobrol training seperti apa yang cocok untuk perusahaan Anda.
Happy employees, wealthy companies.
Nita Kurniawati | Financial Trainer
Tips Alokasi Bonus Tahunan Agar Tidak Bocor Terus Menerus
Bulan Maret dan April adalah bulan yang paling dinanti para karyawan. Sebabnya di bulan-bulan ini ada pembagian bonus tahunan. Selamat! Dengan menerima bonus, artinya jerih payah kalian selama setahun dihargai. Bonus tahunan kalian biasanya dipakai buat apa aja sih? Atau malah sudah menguap entah ke mana? Hihihi. Topik seru ini juga dibahas di Twitter & Instagram stories Ligwina Hananto @mrshananto. Kamu bisa cek dengan hashtag #FinClic.
Biar bonusmu tahun ini gak menguap lagi, yuk simak tips dari QM Financial untuk mengelola bonus tahunan.
Bonus Tahunan untuk Pengeluaran Tahunan
Penghasilan yang didapat tahunan, sebaiknya digunakan untuk pengeluaran tahunan juga dong. Yang termasuk dalam pengeluaran tahunan antara lain bayar STNK, PBB, dan zakat. Timeline bonus ini memang tidak selalu sama dengan timeline pengeluaran tahunan. Itulah mengapa penghasilan tahunan seringkali bocor ☺
Jadi solusinya gimana dong? Buat rekening khusus pengeluaran tahunan. Pertama hitung dulu besaran pengeluaran tahunan yang kamu butuhkan. Begitu terima bonus, sisihkan sejumlah dana yang dibutuhkan ke rekening khusus pengeluaran tahunan.
Bonus Tahunan untuk Membayar Utang
Alokasi kedua adalah untuk membayar utang, bisa bayar lunas atau sekedar untuk mempercepat pelunasan utang. Jika kamu masih punya cicilan KPR, kamu bisa menggunakan bonus untuk mengurangi pokok hutang sehingga cicilan yang dibayarkan per bulan lebih ringan.
Sebagai catatan, kalau kamu masih punya utang kartu kredit, pelunasan utang harus menjadi prioritas utama. Gak ada gunanya berinvestasi kalau masih ada utang kartu kredit, karena bunga utang kartu kredit jauh lebih besar dibandingkan return investasi.
Bonus Tahunan untuk Investasi
Kalau masih ada sisa dana setelah alokasi pengeluaran tahunan dan membayar utang, kamu bisa memanfaatkan bonus untuk investasi. Dana untuk investasi bisa berasal dari 3 sumber: 1) dana kas yang kita punya, 2) komitmen dari gaji bulanan, dan 3) komitmen dari penghasilan tahunan.
Jadi mau investasi ke mana? Tergantung, #tujuanloapa nih? Kalau tujuan finansialnya Dana Pendidikan, bonus tahunan ini bisa menutup kekurangan dana investasi tahunan untuk beberapa jenjang pendidikan. Ini contoh perhitungan skema investasi bulanan, tahunan, dan saat ini (1x investasi) untuk Dana Pendidikan.
Jika bonusnya sebesar Rp15.000.000, bisa langsung menutup investasi tahunan PG-S1. Namun, jika jumlah bonusnya 1/3nya saja (Rp5.000.000), ini sudah bisa menutup investasi tahunan untuk jenjang PG-SMA. Kamu tinggal berjuang untuk dana S1-nya dengan skema investasi bulanan.
Bonus Tahunan untuk Keperluan Lain
Nah! Setelah bonus dialokasikan ke empat jenis pengeluaran di atas dan masih ada sisa, baru deh digunakan untuk keperluan lain yang prioritasnya lebih rendah. Mau alokasi untuk Dana Liburan, silakan. Mau ganti gadget baru, boleh. Yang penting urutan prioritasnya jangan dibalik.
Jadi, sudah kebayang kan bonus tahun ini alokasinya ke mana aja? Kabari kami di Twitter/Instagram @QM_Financial tentang kebiasaan baikmu mengelola bonus tahunan dengan tagar #BiasaJadiBaik ya.
Finance should be practical ☺
QM Financial
Biasa Jadi Baik: Alokasi Bonus Tahunan untuk Reksadana
Masih tentang kebiasaan baik. Setelah sebelumnya ada Ellen yang menceritakan kebiasaan baik mengalokasikan bonus untuk pengeluaran tahunan, kali ini kita mau menyimak cerita Siti P. Wulandari atau yang biasa dipanggil Ndari. Sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan start up di Jakarta, Ndari punya kebiasan baik menginvestasikan bonus tahunannya di reksadana.
Biasa Jadi Baik: Alokasi Bonus untuk Pengeluaran Tahunan
Saat kita pensiun nanti, dari kebiasaan-kebiasaan baik lah kita bisa punya kualitas hidup lebih baik. Ini perlu dimulai dari sekarang.
Ada kebiasaan baik di pagi hari. Ada kebiasaan baik dengan pasangan. Ada juga kebiasaan baik dalam mengelola uang.